KONSEP DIRI REMAJA INDIGO

  

KONSEP DIRI REMAJA INDIGO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Oleh :

TUMBUR DS SILALAHI

  

NIM : 019114097

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2009

HALAMAN MOTTO

  

“Once you’ve come to a decision, follow through with it and give it your all, so you

have no regrets. However, if you’re undecided and unsure, stay that way and follow

through with your indecision”. (Cid, Final fantasy VIII)

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan karya ini untuk:

  Yesus Kristus, sahabat terbaik yang menyertaiku lewat U cara-Nya yang misterius.

  Papa dan Mamaku, atas doa dan semangat yang tak henti U

  atas langkahk u

  Adik-adiku yang mendukung lewat cara yang indah U

  

ABSTRAK

KONSEP DIRI REMAJA INDIGO

  Tumbur Dimas Sanggapati Silalahi Fakultas Psikologi

  Universitas Sanata Dharma 2009

  Penelitian ini adalah studi fenomenologi yang menggambarkan konsep diri remaja indigo dari pengalaman hidup yang mereka jalani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsep diri remaja indigo. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara terhadap tiga remaja indigo. Wawancara dilakukan dengan mendalam berdasarkan panduan wawancara yang telah ditentukan. Sedangkan pemilihan subjek penelitian ditentukan berdasarkan strategi kriteria sesuai dengan tujuan penelitian.

  Pemeriksaan kesahihan data dalam penelitian ini dicapai dengan cara konfirmasi data dengan subjek. Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketiga subjek memiliki kecenderungan memandang diri sebagai seorang remaja indigo yang memahami dan menerima keunikan diri yang tidak dijumpai pada orang lain serta mampu untuk menggunakan potensi diri dengan baik. Selain itu, ketiga subjek merasa nyaman dan puas akan keadaan diri, meskipun ada beberapa hal yang harus g dirubah. Pemahaman diri meliputi pengetahuan, harapan dan evaluasi mengenai keadaan fisik, keadaan sosial, keadaan moral serta keadaan mengenai konsep-konsep psikologis.

  Kata kunci: Konsep diri, remaja indigo

  

ABSTRACT

SELF CONCEPT OF INDIGO ADOLESCENCE

  Tumbur Dimas Sanggapati Silalahi Faculty of Psychology

  Sanata Dharma University 2009

  This is a phenomenology research about self concept of indigo adolescence based on their life experience. The research was conducted to know the self concept of indigo adolescence. Data on this research was gathered by using an interview guide that has been done. The researcher was determined subject using operational construct sampling strategy.

  The result credibility of this research was attained using data confirmation. The result shows all subject have a tendencies to understand and accept the uniqueness self as an indigo adolescence, which is not belong to other person and also able to use any talent they have with appropriate. All three subjects also feel comfort and satisfied with them selves, even though there are few aspects need to be change. This self-understanding includes knowledge, expectation and evaluation of physical terms, social terms, moral terms and also psychological terms about self.

  Keywords: Self concept, indigo adolescence

KATA PENGANTAR

  Ucap Syukur kepada ALLAH Bapa di Sorga melalui anak-Nya yang tunggal YESUS KRISTUS, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Penyertaan yang IA berikan tak berkesudahan dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.

  Penelitian berjudul ”Konsep Diri Remaja Indigo” ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi Program Strata 1 pada Program Sudi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Selama penulisan karya tulis ilmiah ini, peneliti menyadari akan keterbatasan diri dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini mendapatkan perhatian dan bantuan dari banyak pihak, baik berupa dukungan doa, sumbangan pikiran serta sarana dan prasarana. Oleh karena itu, dengan suka cita dan gembira hati, perkenankanlah penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, serta pembimbing akademik atas bimbingannya.

  2. Ibu Maria Laksmi Anantasari, S.Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan dan dorongan bahkan menjadi tempat berbagi, sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

  3. Ibu Tjipto Susana dan Ibu A.Tanti Arini, yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran sebagai dosen penguji.

  4. Ibu C.H. Siwi Handayani, bapak Y. Heri Widodo dan ibu Henrietta selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahan selama proses belajar di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

  5. Segenap staff pendidik dan pengajar Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta, atas pengetahuan dan pengalaman yang dibagikan kepada penyusun.

  6. Kepada mbak Nanik, mas Muji, mas Gandung, mas Doni serta pak Gi yang menjadi sahabat sehingga saya merasa nyaman dan betah di Fakultas Psikologi.

  7. Kepada dr. Erwin dan ibu Cahya di Klinik Pro-V Jakarta atas waktu dan bahan referensi yang boleh penyusun peroleh dalam proses penelitian ini.

  8. Bapak Tom Suhalim atas diskon foto aura yang telah diberikan kepada penyusun.

  9. Ibu Rossini atas pengalaman, nasehat, arahan serta tempat selama proses wawancara penelitian ini.

  10. Kepada teman-teman yang menjadi subjek yang berperan besar dalam penelitian ini atas pengalaman yang boleh dibagikan kepada penyusun. selama proses penelitian ini

  12. Kepada amangboru dan namboru Sirait, atas perlindungan selama penyusun berada di Jakarta.

  13. Silva, anas, tari, sius, aris, jelly, rika atas tawa dan canda serta dorongan yang diberikan selama proses penyusunan karya ini.

  14. Budi, baskoro, yongki, mukil, wawan, ”azzunk”, agung, frans atas persahabatan selama di Kos paingan.

  15. Almarhum Robi yang menjadi sahabat berbagi dan bercanda sejak SD hingga akhirnya kamu pergi dahulu.

  16. Kepada ibu Hera selaku pelatih penyembuhan prana atas bimbingan, nasehat dan doa yang diberikan.

  17. Kak Shinta yang mau merawat dengan tenaga prana saat penyusun sedang sakit.

  18. Kepada Sensei Hendi dan Sensei Teguh atas bimbingannya melalui latihan Aikido yang bisa berguna dalam menghadapi ujian skripsi.

  19. Semua teman-teman angkatan 2001 yang tidak saya sebutkan satu persatu.

  Terima kasih atas pengalaman yang menyenangkan sejak awal kuliah.

  20. Semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuan dan keterlibatannya dalam proses belajar di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

  Penyusun

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN MOTO ....................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSRACT ...................................................................................................... viii PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................

  1 A. . Latar Belakang ………………………………………………………

  1 B. Rumusan Masalah ...............................................................................

  5 D. . Manfaat Penelitian ..............................................................................

  6 BAB II. TINJAUAN TEORI ..........................................................................

  7 A. . Konsep Diri .........................................................................................

  7 1. Pengertian Konsep diri ....................................................................

  7 2. Dimensi Konsep Diri ......................................................................

  8

  3. Faktor-Faktor Konsep Diri ..............................................................

  10 4. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri .......................................

  11 B. Remaja ................................................................................................

  13 1. Pengertian Remaja ........................................................................

  13 2. Batasan Usia Remaja ....................................................................

  14 3. Ciri-ciri Remaja .............................................................................

  15 4. Tugas Perkembangan remaja ........................................................

  19 C. Indigo ..................................................................................................

  21 1. Pengertian Orang Indigo .................................................................

  21 2. Ciri-ciri orang Indigo ......................................................................

  21 3. Remaja Indigo .................................................................................

  25 4. Konsep Diri Remaja Indigo ............................................................

  26 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................

  31 A. Jenis Penelitian ....................................................................................

  31 B. Subjek Penelitian .................................................................................

  31 C. Batasan Istilah .....................................................................................

  32 D. Cara Pengambilan Data .......................................................................

  33 F. Analisis Data .......................................................................................

  36 G. Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian ............................................

  37 BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ..................................

  38 A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................

  38 1. Peralatan yang dipakai ....................................................................

  38

  2. Pelaksanaan wawancara ..................................................................

  38 a. Wawancara dengan Narasumber ...............................................

  38 b. Perkenalan dengan Subjek ........................................................

  39 c. Wawancara dengan Subjek Penelitian ......................................

  40 B. Informasi Responden ..........................................................................

  41 C. Hasil Tes ESP ......................................................................................

  41 D. Analisis Data Penelitian ......................................................................

  42 E. Deskripsi Remaja indigo .....................................................................

  48 1. Subjek D ..........................................................................................

  48 2. Subjek J ...........................................................................................

  52 3. Subjek L ..........................................................................................

  56 F. Gambaran Konsep Diri Remaja Indigo ...............................................

  61 G. Pembahasan .........................................................................................

  63 BAB V. Kesimpulan dan Saran ......................................................................

  68 A. Kesimpulan ..........................................................................................

  68 B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................

  68 C. Saran .....................................................................................................

  69 LAMPIRAN ....................................................................................................

  74

  DAFTAR TABEL

Tabel 1. Waktu dan Tempat Pengambilan Data ........................... 40

Tabel 2. Informasi Responden ............................................................ 41

Tabel 3. Hasil Tes ESP .......................................................................... 42

Tabel 4. Kelompok Interpretasi Pernyataan Subjek ......................... 43

Tabel 5. Kelompok Makna Tema yang Sama ....................................... 46

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang indigo memiliki karakteristik unik dan berbeda dengan orang lain pada umumnya, sehingga keberadaannya menjadi hal yang menarik dibicarakan. Banyak media cetak dan elektronik belakangan ini mengangkat fenomena indigo. Perbedaan antara anak indigo dengan anak pada umumnya dapat di lihat dari

  kepribadiannya yang jauh lebih matang dari usianya, memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, kepekaan spiritual yang tinggi, tubuh fisik yang sensitif serta memiliki kesulitan dengan disiplin yang otoriter (Chapman, 2005; Kusuma 2005).

  Carroll dan Tober (1999) mengungkapkan bahwa seorang indigo adalah seseorang yang memiliki pola perilaku serta atribut psikologis yang belum pernah diketahui sebelumnya. Istilah indigo diperkenalkan pertama kali oleh Nancy Ann Tape. Tape meneliti warna aura manusia kemudian memetakan artinya untuk menandai kepribadiannya. Aura adalah pancaran gelombang elektronik yang dimiliki oleh seseorang. Warna pancaran aura ini berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Sebutan indigo muncul karena warna aura yang ia lihat pada seorang bayi, yaitu warna nila.

  Seorang indigo memiliki suatu ciri khas, yaitu old soul, yaitu kepribadian yang lebih matang daripada kepribadian pada usianya dan tampak sebagai seseorang yang berwibawa. Ciri-ciri lainnya yaitu memiliki kecerdasan yang tinggi, kepekaan dan kemampuan spiritual yang tinggi, sulit diatur, cepat bosan

  2 serta mempunyai sifat pemberontak (“Anak-anak indigo”, no. 19; “Datanglah”, 2004).

  Carroll dan Tober (1999), mengungkapkan ciri-ciri seorang indigo, yaitu memiliki kesulitan menghadapi otoritas mutlak, menolak melakukan kegiatan tertentu seperti menunggu giliran, tampak sebagai pribadi yang anti sosial (kecuali dalam kalangannya sendiri), mudah frustrasi menghadapi sistem yang berorientasi pada ritual dan tidak menuntut kreatifitas, tidak dapat dididik dengan disiplin kaku, tidak malu membiarkan orang lain mengetahui apa yang mereka butuhkan, sering menemukan cara yang lebih baik dalam mengerjakan sebuah kegiatan, penghargaan diri sendiri bukanlah hal yang utama, serta muncul sebagai sosok yang berwibawa.

  Cara yang digunakan untuk memastikan seseorang masuk dalam kategori

  

indigo adalah, wawancara psikiatri, evaluasi psikologi, evaluasi pedagogi,

  pencitraan aura serta hipnografi (Kusuma, 2005). Alat yang digunakan untuk melakukan pencitraan aura disebut dengan Aura Video Station (AVS) dan aura

  

imaging photon counter . Selain itu juga diperlukan pengamatan terhadap

  perilakunya sehari-hari. Menurut Tom Suhalim seorang pakar AVS, menyatakan Karakteristik seorang indigo yang unik, ternyata menimbulkan masalah.

  Ami A. Meutia, seorang peneliti ahli di LIPI serta ibu dari 3 anak indigo, menuturkan bahwa seorang indigo biasanya mengalami kesulitan dalam menghadapi aturan di sekolah atau ditempat umum, bahkan ada pula yang tidak naik kelas (“Anak anda”, 2003). Hal serupa juga diungkapkan oleh McCloskey,

  3 seorang psikolog klinis dari Ohio (Carroll & Tober, 1999). Salah satu remaja

  

indigo berusia 14 tahun yang berada di kliniknya memiliki skor IQ yang

  mengagumkan yaitu 129 untuk kemampuan verbal serta 112 untuk kemampuan

  

visual spatial . Orang tuanya melaporkan remaja tersebut sangat kritis, tetapi

kemampuan akademiknya kurang sehingga harus tinggal kelas.

  Kepekaan spiritual yang lebih juga menimbulkan masalah, terutama terhadap orang tua. Orang tua dari anak indigo sering tidak mempercayai dengan apa yang dilihat oleh anak-anak mereka. Sehingga anak indigo sering disebut sebagai pengkhayal bahkan ada yang menyebut gila (“Anak anda”, 2003).

  Keberadaan seorang indigo yang memiliki keunikan diri ternyata juga menimbulkan masalah dan perlakuan berbeda dari orang lain disekitarnya.

  Masyarakat belum bisa memahami keberadaan indigo, sehingga seorang indigo sering mendapat perlakuan yang kurang baik, seperti dianggap anak aneh, pemberontak atau sebagai seorang yang menderita suatu gangguan atau penyakit.

  Melihat pemaparan diatas, tentu akan menimbulkan pertanyaan bagaimana seorang indigo memandang dan menilai dirinya. Pertanyaan ini akan menjadi sangat penting terutama pada masa remaja. Seseorang pada masa remaja sedang pada dirinya. Perubahan yang terjadi pada diri remaja tidak selalu dapat diamati, ada perubahan yang tidak terlalu tampak untuk diamati contohnya adalah konsep diri (Gunarsa, 2003).

  Konsep diri adalah persepsi kognitif dan evaluasi seseorang secara sadar mengenai dirinya sendiri. Hal ini merupakan pikiran serta pendapat tentang diri

  4 sendiri. (Rice & Dolgin, 2000). Menurut Berzonsky (1981) konsep diri adalah apa yang seseorang pikirkan tentang dirinya.

  Rogers juga mengungkapkan pandangannya tentang konsep diri. Konsep diri akan mempengaruhi bagaimana seseorang menghargai diri sendiri dan lingkungannya. Konsep diri yang dimiliki oleh individu yang sehat secara mental, konsisten dengan apa yang dipikirkan, pengalaman yang diterimanya serta perilakunya (Rogers dalam Elkins, 1979; “Self Concept”, 2006).

  Calhoun dan Acocella (1990) mengungkapkan ada tiga dimensi dalam konsep diri, yaitu pengetahuan (knowledge), harapan (expectations) dan evaluasi (evaluation). Dimensi pertama adalah pengetahuan (knowledge), yaitu apa yang seseorang ketahui tentang dirinya. Dimensi kedua adalah harapan (expectations), yaitu harapan seseorang tentang dirinya. Dimensi ketiga adalah evaluasi (evaluation), yaitu pendapat atau pertimbangan seseorang mengenai dirinya.

  Konsep diri merupakan hal yang penting pada remaja, karena sesuai dengan tugas perkembangan remaja. Tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga lingkungan sosial yang dihadapinya. Perubahan yang terjadi pada masa remaja menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian diri pada semua aspek, terutama perubahan pada konsep diri.

  Fitts mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of

  reference ) dalam berinteraksi dengan lingkungan (Agustiani, 2006)

  5 Seorang Indigo memiliki keunikan diri yang cenderung tampak kurang dipahami oleh masyarakat, keluarga atau bahkan mungkin dirinya sendiri. Apalagi ketika seorang indigo memasuki masa remaja yang ditandai dengan kesadaran yang tinggi atas perubahan yang terjadi atas dirinya.

  Remaja indigo yang memiliki keunikan diri yang mungkin belum bisa dipahami oleh masyarakat, keluarga atau bahkan dirinya sendiri. Meningkatnya kesadaran atas perubahan yang terjadi pada diri pada masa remaja, bisa membuat remaja Indigo menjadi kurang memahami keadaan dirinya sehingga muncul kemungkinan untuk merasa tertekan, menarik diri, sulit untuk menyesuaikan diri serta sulit untuk mengekspresikan diri (Kusuma, 2005).

  Melihat keberadaan remaja indigo, peneliti ingin mengetahui bagaimanakah gambaran konsep diri remaja indigo dengan keunikan diri yang dimilikinya.

  Mengingat bahwa konsep diri akan mempengaruhi bagaimana seseorang menghargai diri sendiri dan lingkungannya.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini, adalah untuk menggambarkan konsep diri yang dimiliki remaja indigo.

  6

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis Penelitian mengenai remaja indigo masih sulit untuk ditemukan di

  Indonesia. Diharapkan penelitian ini akan memberikan sumbangan informasi mengenai konsep diri remaja indigo.

  2. Manfaat praktis

  a. Bagi subjek penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pemahaman mengenai konsep diri yang dimiliki remaja indigo sebagai suatu bahan refleksi diri.

  b. Bagi orang tua remaja indigo Penelitian ini bermafaat sebagai wacana dan bekal untuk lebih memahami remaja indigo khususnya mengenai konsep diri.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah apa yang seseorang pikirkan tentang dirinya (Berzonsky,

  1981). Seseorang yang berpikir dirinya lemah, maka perilaku yang muncul, akan sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Sebaliknya, bila seseorang berpikir dirinya kuat, maka ia akan memunculkan perilaku yang menunjukkan ia kuat (Combs dkk dalam Elkins, 1979).

  Konsep diri adalah pendapat kita mengenai diri sendiri, pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahan, kepandaian dan kegagalan (Joan rais dalam Gunarsa 2003; Cawagas 1983), bahwa konsep diri adalah pendapat kita mengenai diri sendiri.

  Menurut Rice dan Dolgin (2000) konsep diri adalah persepsi kognitif dan evaluasi seseorang secara sadar mengenai dirinya sendiri. Hal ini merupakan pikiran serta pendapat tentang diri sendiri. Konsep diri berpengaruh pada peningkatan kewaspadaan seseorang terhadap pertanyaan apa dan siapa dia. Hal ini menggambarkan apa yang seseorang lihat ketika melihat dirinya sendiri, terutama dalam hal karakteristik fisik, keahlian pribadi, sifat, peran dan status sosial.

  8 Sedangkan menurut Beck, William dan Paulin (dalam Keliat, 1992), konsep diri adalah cara seseorang memandang dirinya secara utuh yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.

  Rogers juga mengungkapkan pandangannya tentang konsep diri. Konsep diri akan mempengaruhi bagaimana seseorang menghargai diri sendiri dan lingkungannya. Konsep diri yang dimiliki oleh individu yang sehat secara mental, konsisten dengan apa yang dipikirkan, pengalaman yang diterimanya serta perilakunya (Rogers dalam Elkins, 1979; “, 2006).

  Fitts mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of

  reference ) dalam berinteraksi dengan lingkungan (Agustiani, 2006).

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan suatu persepsi kognitif dan evaluasi diri seseorang terhadap dirinya sendiri secara utuh, mulai dari karakteristik fisik, daya intelektual, keadaan emosional, status, peran sosial serta spiritual.

2. Dimensi Konsep Diri

  diri, yaitu :

  a. Pengetahuan (Knowledge) Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan (knowledge), yaitu apa yang seseorang ketahui tentang dirinya. Pengetahuan akan diri akan membantu memberikan gambaran-gambaran dasar tentang

  9 diri kita. Contoh pengetahuan diri seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, kewarganegaraan, latar belakang budaya, agama. Gambaran dasar ini membawa seseorang dalam suatu kelompok sosial tertentu, misalnya perkumpulan pemuda, pendukung suatu partai politik, anggota penikmat motor besar, kelompok profesi tertentu, kelompok agama serta kelompok sosial lainnya. Dalam keanggotaan suatu kelompok, seseorang mudah untuk berpindah keanggotaan ke- kelompok lain. Meskipun demikian, selama seseorang bergabung dengan suatu kelompok, maka kelompok tersebut bisa menjadi acuan informasi tentang keadaan diri kita, yang nantinya diolah untuk menjadi sebuah potret diri.

  Kualitas diri juga termasuk dalam pengetahuan tentang diri. Kualitas diri diperoleh ketika seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain. Seseorang dapat menganggap dirinya spontan atau tidak, murah hati atau egois, tenang atau mudah marah, mandiri atau manja.

  b. Pengharapan (Expectations) harapan seseorang tentang dirinya. Harapan menjadi energi pendorong dan pembimbing tindakan seseorang dalam mewujudkan sesuatu. Pencapaian sebuah harapan akan memunculkan harapan yang baru serta akan memberikan informasi yang berguna bagi perkembangan konsep diri seseorang.

  10 c. Evaluasi (Evaluation)

  Dimensi ketiga dari konsep diri adalah evaluasi (evaluation), yaitu pendapat atau pertimbangan seseorang mengenai dirinya. Ada dua konstruk yang menjadi pertimbangan dalam diri, yaitu pengharapan akan diri (I could be) dan standar diri yang kita ciptakan (I should be) (Epstein dalam Calhoun dan Acocella, 1990). Hasilnya adalah seberapa jauh kita nyaman terhadap diri sendiri. Menurut Marsh dalam Calhoun dan Acocella (1990), evaluasi terhadap diri merupakan komponen yang sangat kuat dalam pembentukan konsep diri.

3. Faktor-Faktor Konsep Diri

  Menurut Berzonsky (1981), faktor yang membentuk konsep diri adalah:

  a. Diri fisik ( Physical self) Hal-hal yang termasuk dari diri fisik adalah segala sesuatu yang dimiliki seseorang seperti tubuh, pakaian, dan benda-benda materi lainnya, dan sebagai aspek utamanya adalah tubuh. Tubuh merupakan dasar dari seseorang untuk memiliki konsep tentang dirinya.

  Diri sosial berisi peran-peran sosial remaja serta evaluasi mengenai peran yang ia mainkan.

  c. Diri moral (Moral self) Diri moral berisi nilai-nilai dan prinsip yang menunjukkan arti hidup dan jalan hidup seseorang.

  11 d. Diri psikologis (Psychological self)

  Diri psikologis merupakan kumpulan konsep buah pikiran, perasaan dan sikap.

4. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

  Menurut Rice dan Dolgin (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah : a. Orang lain yang berpengaruh (Significant others)

  Orang yang berpengaruh adalah individu yang sangat penting keberadaannya. Mereka sangat berpengaruh dan pendapat-pendapat mereka sangat berarti. Pengaruh yang mereka bawa sangat tergantung dari tingkat keterlibatan dan keintiman, dukungan yang diberikan serta kekuatan dan otoritas yang diberikan kepadanya.

  b. Hubungan keluarga (Parental relationship) Perkembangan diri pada remaja dihubungkan dengan kesediaan orang tua memberikan otonomi diri, penerimaan dari orang tua, komunikasi, keikutsertaan serta kontrol yang diterapkan.

  Status sosial-ekonomi tidak memberikan dampak langsung bagi perkembangan diri seseorang. Status ini sebenarnya mempengaruhi hubungan antara orang tua dan anak remaja mereka. Kasih sayang dari orang tua terhadap remaja menjadi berkurang karena aktivitas sosial- ekonomi, sehingga berpengaruh pada perkembangan konsep diri.

  12 d. Ras dan kewarganegaraan (Race and nationality)

  Konsep diri akan berkembang baik, bila mereka memiliki identitas etnis yang positif. Remaja yang belum nyaman dengan identitas etnis yang dimiliki, mereka cenderung memiliki konsep diri yang buruk.

  e. Gender Pengaruh Gender, terasa terutama pada remaja putri. Beberapa alasan yang dikemukakan para ahli seperti, maskulinitas yang dianggap lebih penting daripada feminitas, pengaruh media tentang gambaran tubuh perempuan serta penilaian akan diri yang selalu berasal dari kesan tubuh.

  f. Kekurangan Fisik (Physical disabilities) Remaja yang memiliki kekurangan fisik akan kesulitan mengembangkan konsep diri yang positif. Merupakan sesuatu hal yang pasti ketika ketertarikan dan penerimaan fisik orang lain merupakan hal yang mempengaruhi perkembangan konsep diri.

  g. Stres (Stress) Kejadian-kejadian negatif yang muncul di kehidupan remaja bisa aspek lain dari kehidupan seorang remaja juga akan terpengaruh.

  Contoh kejadian negatif itu seperti, kematian, gagal ujian, pindah sekolah atau rumah, sakit, masalah dalam pekerjaan, masalah dalam hubungan sosial, mendapat anggota keluarga baru serta perceraian.

  13 Menurut Fitts (Agustiani, 2006), faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah: a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga b. Kompetensi yang dihargai oleh individu dan orang lain

  c. Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi diri dari potensi pribadi yang sebenarnya Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang adalah orang lain yang berpengaruh, hubungan keluarga, status sosial-ekonomi, ras dan kewarganegaraan, gender, kekurangan fisik, stres, pengalaman, kompetensi yang dihargai serta aktualisasi diri.

B. Remaja 1. Pengertian Remaja

  Adolescence berasal dari bahasa Latin yaitu adolescere, yang artinya

  bertumbuh atau berkembang menuju kedewasaan. Masa ini merupakan masa Hall, masa ini disebut dengan masa topan dan badai, yang artinya pikiran, perasaan dan tindakan remaja sering berubah-ubah antara membuat keputusan dan tidak, kesombongan dan kerendahan hati, kekanak-kanakan dan tiba-tiba bersikap dewasa. Hal ini dimungkinkan karena adanya perubahan pada berbagai aspek, seperti fisik, emosi, sosial, minat dan kognitif (Santrock, 2003).

  14 Remaja adalah seseorang yang berada pada masa peralihan dimana individu tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, akan tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya, ia belum dapat dikatakan orang dewasa (Zulkifli dalam Nugroho, 2006).

  Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa remaja adalah seseorang yang berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan pada berbagai aspek, seperti fisik, emosi, sosial, minat dan kognitif. Disebut dengan masa peralihan, karena remaja tidak dapat digolongkan sebagai anak dan belum masuk pada kategori dewasa. Pada masa ini, remaja sering memperlihatkan perilaku yang ambigu sehingga terkadang menjadi masa tersulit untuk mereka lewati.

2. Batasan Usia Remaja

  Menurut Hall (Hall dalam Santrock, 1997), usia remaja (adolescence) ditetapkan antara usia 12 – 25 tahun yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai.

  Menurut Sarwono (2006), pedoman umum yang dapat digunakan sebagai dengan pertimbangan-pertimbangan: a. Usia sebelas tahun adalah usia ketika tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak b. Usia sebelas tahun, sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama

  15 c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri (menurut

  Erikson), tercapainya fase genital (menurut Freud) dan tercapainya perkembangan moral (menurut Kohlberg) dan Kognitif (menurut Piaget).

  d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang masih menggantungkan diri pada orang tua.

  e. Status perkawinan pada masyarakat Indonesia sangat penting.

  Seseorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Dalam pembahasan berikutnya istilah adolescence diartikan dengan

  “remaja” yang meliputi seluruh perkembangan serta menggunakan batasan umur 11 sampai 24 tahun dan belum pernah menikah. Pertimbangan yang dipakai adalah, usia 11 tahun merupakan awal dari masa pubertas yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual sekunder serta dianggap sudah akil balik.

  Sedangkan usia 24 tahun merupakan masa untuk lepas dari ketergantungan orang sebagai individu yang dewasa secara penuh.

3. Ciri-ciri Remaja

  Remaja sering menunjukkan sikap dan perilaku yang ambigu. Suatu waktu, remaja ingin menampilkan sosok yang mandiri dan bertanggung jawab, sementara

  16 pada saat yang lain menunjukkan perilaku ingin diperhatikan oleh orang lain, manja dan kekanak-kanakan (Purwadi, 2004).

  Menurut Horrocks (1976), masa remaja merupakan masa penyesuaian terhadap diri sendiri dan lingkungannya, serta integrasi dan kejelasan dari konsep- konsep yang membentuk diri. Masa ini sangat penting dalam menentukan status diri dan peran sosial di masa yang akan datang.

  John Hill (Steinberg, 2002) mengungkapkan ada 3 pola umum yang menandai perkembangan remaja, yaitu : a. Permulaan pubertas (segi biologis)

  Permulaan pubertas berawal dari haid atau mimpi basah pertama, serta perubahan pada segi fisik. Karakteristiknya ditunjukkan dengan berkembangnya payudara pada perempuan, tumbuhnya rambut di sekitar wajah pada laki-laki, bertambahnya tinggi dan volume tubuh, serta kemampuan reproduksi yang aktif.

  b. Meningkatnya kemampuan berpikir (segi kognitif) Selama masa remaja, meningkatnya kemampuan berpikir merupakan salah satu perubahan besar yang terjadi. Remaja mampu berpikir terjadi) dengan lebih baik serta mampu untuk berpikir mengenai konsep abstrak seperti persahabatan, demokrasi, dan moralitas.

  Kemampuan berpikir ini akan mempengaruhi remaja dalam berpikir tentang keadaan diri sendiri, hubungan sosial yang dijalani, serta dunia disekitar mereka.

  17 c. Transisi peran sosial yang baru (segi sosial)

  Perubahan pada peranan sosial yang baru akan membuat remaja untuk bisa melakukan akitivitas yang sebelumnya dilarang, seperti bekerja dan menikah, yang secara dramatis merubah pandangan diri dan hubungan sosial dengan orang lain.

  Elkind menyatakan terdapat perilaku spesifik pada remaja berdasarkan wawasan pengalaman yang terbatas dan pola pikir yang masih abstrak (Mukhtar, Ardiyanti & Sulistyaningsih, 2001) :

  a. Menemukan kesalahan pada figur otoritas Remaja menemukan, bahwa orang dewasa yang menjadi panutannya memiliki kekurangan, sehingga remaja sering memprotes. Namun remaja juga merasa tidak mampu untuk menghadapinya.

  b. Mengemukakan pendapatnya Remaja cenderung berkeinginan untuk melatih kemampuan mengeksplorasi lingkungan sekitar seperti yang mereka inginkan.

  c. Ketidakmampuan mengambil keputusan Remaja sering merasa kesulitan katika diminta mengambil keputusan, ditawarkan pada mereka.

  d. Ketidakonsistenan sikap dengan perilaku Remaja sering memperlihatkan perilaku yang tidak sesuai dengan sikap yang dimilikinya.

  18 e. Sadar diri

  Remaja mulai menempatkan dirinya pada tempat orang lain, dan berusaha untuk dapat memahami apa yang orang lain pikirkan. Remaja melakukan ini karena mereka sering kesulitan membedakan antara hal yang menarik dirinya dengan hal-hal yang menarik orang lain.

  f. Personal fable Keyakinan dalam diri remaja bahwa dirinya unik dan spesial dibandingkan dengan lingkungannya serta tidak ada yang mampu memahami dirinya kecuali dirinya sendiri. Remaja merasa bahwa apa yang terjadi pada lingkungannya atau orang lain, tidak mungkin terjadi pada dirinya. Lewin menggambarkan tingkah laku yang menurut pendapatnya akan selalu terdapat pada remaja (Sarwono, 2006) : a. Pemalu dan perasa, tetapi sekaligus cepat marah dan agresif, sehubungan dengan belum jelasnya batas-batas antara berbagai sektor di lapangan psikologi remaja

  b. Remaja secara terus-menerus merasakan pertentangan antara sikap, peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

  c. Konflik sikap, nilai dan ideologi muncul dalam bentuk ketegangan emosi yang meningkat

  19 d. Ada kecenderungan pada remaja untuk mengambil posisi yang sangat ekstrim dan mengubah kelakukannya secara drastis. Akibatnya sering muncul tingkah laku radikal dan memberontak di kalangan remaja.

  e. Bentuk-bentuk khusus dari tingkah laku remaja pada berbagai individu yang berbeda akan sangat ditentukan oleh sifat dan kekuatan dorongan-dorongan yang saling berkonflik tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri remaja adalah dimulainya permulaan pubertas, meningkatnya kemampuan berpikir terutama mengenai diri sendiri sehingga muncul adanya personal fable atau keyakinan bahwa dirinya unik, adanya peralihan peran sosial yang baru, munculnya pertentangan antara sikap, nilai, ideologi dan gaya hidup, masa penyesuaian terhadap diri sendiri dan lingkungannya, serta integrasi dan kejelasan dari konsep- konsep yang membentuk diri.

4. Tugas Perkembangan Remaja

  Tugas perkembangan remaja adalah tugas yang muncul pada periode remaja secara sinambung, yaitu dijalani individu selama kurun waktu remaja, dan sebagai (Havighurst dalam Agustiani, 2006).

  Tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga dengan lingkungan sosial yang dihadapinya. Perubahan yang terjadi pada masa remaja menuntut individu untuk melakukan penyesuaian diri dan membentuk

  20 kesadaran diri yang baru, karena remaja mengalami perubahan pada semua area, terutama perubahan pada konsep diri.

  Tugas perkembangan remaja dapat dilihat sebagai berikut (Agustiani 2006) :

  a. Mencapai relasi baru yang lebih matang dengan teman seusia dari dua jenis kelamin.

  b. Menjalankan peran sebagai pria dan wanita

  c. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif

  d. Mencapai ketidaktergantungan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain e. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga

  f. Menyiapkan diri untuk karir ekonomi

  g. Menunjukkan minat terhadap masalah filosofis dan religius

  h. Mencapai dan diharapkan untuk memiliki tingkah laku sosial secara bertanggungjawab. i. Mengetahui siapa diri dan apa yang diinginkan j. Menjalin komunikasi dengan orang tua k. Kemampuan mengekspresikan rasa suka dan tidak suka terhadap l. Mampu melakukan cara mengatur diri

  21

C. Indigo 1. Pengertian Orang Indigo

  Istilah indigo diperkenalkan oleh Nancy Ann Tape. Tape meneliti warna aura manusia kemudian memetakan artinya untuk menandai kepribadiannya.

  Sebutan indigo muncul karena warna aura yang ia lihat, yaitu warna nila (Caroll & Tober, 1999). Kata Indigo merupakan kosakata yang diambil dari bahasa Spanyol yang artinya nila.

  Menurut Carroll dan Tober (1991) indigo didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki perilaku serta atribut psikologis yang belum pernah diketahui sebelumnya. Perilaku tersebut mengakibatkan perubahan perilaku pada orang yang berinteraksi dengan mereka. Selain itu, indigo juga di definisikan sebagai seseorang yang memiliki karakter yang sangat unik (Chapman, 2005).

  Melihat pemaparan diatas, maka seorang indigo di definisikan sebagai seseorang yang memiliki karakteristik unik dan perilaku yang belum pernah diketahui sebelumnya. Agar lebih jelas, maka karakteristik individu indigo akan dijelaskan pada sub-bab selanjutnya.

   Ciri-ciri Orang Indigo

  Carol dan Tober (1999), mengungkapkan ciri seorang indigo, yaitu :

  a. Memiliki kesulitan menghadapi otoritas mutlak

  b. Menolak melakukan kegiatan tertentu –seperti menunggu giliran-

  c. Tampak sebagai pribadi yang anti sosial (kecuali dalam kalangannya sendiri) dan sekolah adalah hal yang sulit dihadapi secara sosial.

  22 d. Mudah frustrasi menghadapi sistem yang berorientasi pada ritual dan tidak menuntut kreatifitas e. Tidak dapat dididik dengan disiplin kaku

  f. Sering menemukan cara yang lebih baik dalam mengerjakan sebuah kegiatan g. Tidak malu membiarkan orang lain mengetahui apa yang mereka butuhkan h. Penghargaan diri sendiri bukanlah hal utama yang mereka cari i. Muncul sebagai sosok yang berwibawa.

  Sedangkan menurut dr. Erwin Kusuma (2005) ahli psikiater spiritual yang sering menangani anak dan remaja indigo, mengungkapkan tujuh sifat umum seorang indigo :

  a. Cerdas (Superior) b. Dapat melakukan sesuatu yang belum pernah diajarkan (Serendipity).

  c. Pembicaraannya jauh melampaui anak sebayanya

  d. Dapat membaca perasaan, kemauan dan pikiran orang lain

  e. Dapat mengetahui keberadaan makhluk halus termasuk tentang dirinya g. Lebih tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan alam dan kemanusiaan.

  23 Selain pendapat di atas, ada sebuah situs web yang menulis tentang ciri-ciri umum seorang indigo a. Memiliki masalah dengan menuruti displin

  b. Menolak perintah atau pengarahan

  c. Tidak sabar

  d. Membenci hal-hal yang bersifat rutin

  e. Tidak patuh pada norma-norma sosial

  f. Cepat bosan

  g. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi

  h. Biasanya sangat cerdas i. Memiliki kekuatan batin dan atau keterampilan spiritual j. Memiliki empati yang sangat kuat terhadap orang lain atau tidak sama sekali k. Memiliki intuisi yang kuat l. Memiliki tatapan yang bijak dan dalam m. Kreatif n. Memiliki kekuatan untuk melihat kejadian di waktu yang akan datang

  Chapman (2005), juga mengungkapkan ciri-ciri umum indigo :

  a. Kesulitan dengan kedisplinan otoritas

  b. Menolak mengikuti perintah atau pengarahan

  c. Mudah frustrasi dengan sistem ritual yang diorientasikan, menuntut kreatifitas

  24 d. Kebanyakan non-konformis

  e. Mudah bosan

  f. Sering diduga mengidap ADD atau ADHD karena tidak bisa fokus pada satu hal g. Mudah berpindah-pindah tetapi dapat melakukan banyak hal dalam satu waktu h. Tidak memberi atas respon atas kesalahan, menginginkan alasan yang tepat i. Sering meluapkan kebenaran secara lahiriah daripada dipendam dan memiliki masalah dengan temperamen. j. Memiliki metode yang efektif dalam mengerjakan tugas k. Kreatif l. Memperlihatkan intuisi yang kuat m. Mempunyai rasa empati yang besar terhadap orang lain dan bahkan tidak empati n. Mengembangkan pemikiran abstrak di usia muda o. Mempunyai pandangan dewasa, mendalam dan arif

  Melihat pemaparan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai ciri-ciri seorang indigo : a. Kesulitan menghadapi otoritas mutlak, perintah dan disiplin kaku, serta non-konformis.

  25 b. Tampak sebagai pribadi yang anti sosial (kecuali dalam kalangannya sendiri).

  c. Membenci hal-hal yang bersifat rutin

  d. Sulit fokus pada satu hal karena mudah bosan, sehingga sering didiagnosa penderita ADD atau ADHD.

  e. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi f. Cerdas, mampu melakukan sesuatu yang belum pernah diajarkan.

  g. Kreatif, mampu menemukan metode yang efektif dalam mengerjakan suatu kegiatan h. Memiliki intuisi yang kuat. i. Memiliki ketrampilan spiritual, misalnya membaca perasaan, kemauan dan pikiran orang lain, keberadaan makhluk halus, serta kejadian lampau dan yang akan datang. j. Mempunyai pandangan dewasa k. Tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan alam dan kemanusiaan.

3. Remaja Indigo

  kanak menuju masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan dari berbagai aspek, seperti aspek fisik, kognitif, emosi dan sosial. Disebut dengan masa peralihan karena remaja tidak dapat digolongkan sebagai anak dan belum masuk pada kategori dewasa.

  26 Seorang indigo juga pasti akan melewati masa remaja dan akan berhadapan dengan berbagai perubahan yang terjadi pada masa ini. Perubahan yang terjadi mencakup berbagai aspek seperti aspek fisik, kognitif, emosi serta sosial.

  Menurut Carroll dan Tober (1999), seorang indigo adalah seseorang yang memiliki pola perilaku serta atribut psikologis yang belum pernah diketahui sebelumnya. Pola perilaku tersebut mengakibatkan perubahan perilaku pada orang yang berinteraksi dengan mereka.