PEMBERDAYAAN PENDAMPING PENDAMPINGAN IMAN ANAK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI SANTO STEPHANUS CILACAP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kek

  

PEMBERDAYAAN PENDAMPING PENDAMPINGAN IMAN ANAK

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU

PENDAMPINGAN IMAN ANAK

DI PAROKI SANTO STEPHANUS CILACAP

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Katarina Candra Dewi

  

NIM: 061124022

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2011

 

  

PERSEMBAHAN

  Karya tulisan ini kupersembahkan kepada: kedua orang tua penulis, adik-adik, sahabat, dan para pendamping PIA paroki Cilacap, serta anak-anak PIA di manapun berada, dan kepada siapa saja yang menaruh perhatian besar pada kegiatan PIA.

  MOTTO The way to get started is to quit talking and begin doing.

  Cara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai melakukan.

  (Walt Disney)

  

ABSTRAK

  Pendampingan Iman Anak atau yang sering dikenal dengan istilah PIA merupakan pendampingan awal bagi anak-anak. PIA meletakkan dasar kehidupan beriman yang menentukan kehidupan iman seseorang di masa mendatang. Maka kegiatan PIA tidak hanya dianggap hanya sebelah mata dan dilaksanakan dengan sembarangan.

  Keseriusan penanganan kegiatan PIA diwujudkan dengan mengusahakan dan mengembangkan berbagai hal, baik dari segi proses, metode, sarana dan yang paling khusus adalah pendampingnya, supaya kegiatan ini sungguh- sungguh membantu anak-anak untuk berjumpa dengan Yesus sebagai Sahabatnya sendiri, Sang Pembawa sukacita. Pengalaman sukacita bersama dengan Yesus dalam PIA hanya bisa dialami oleh anak-anak yang merasa gembira, dan bebas. Untuk mengalami suasana yang demikian maka diperlukan Pendamping yang berkualitas. Maka bila pendamping harus berkualitas, hendaknya paroki memberikan pendampingan terlebih dahulu bagi pendamping, khususnya bagi yang akan mendampingi anak-anak. Supaya mereka memiliki bekal untuk mengajar, sehingga tidak akan terjadi mendampingi anak-anak tanpa persiapan dan bahan yang membuat anak-anak malas atau bahkan tidak mau datang lagi untuk ikut proses pendampingan. Untuk itu penulis mengambil judul skripsi PEMBERDAYAAN PENDAMPING PENDAPINGAN IMAN

ANAK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI SANTO STEPHANUS CILACAP.

  Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan mutu proses PIA, supaya anak-anak PIA sungguh mendapatkan pendampingan yang baik serta dapat mengembangkan iman mereka kepada Yesus. Untuk menanggapi persoalan tersebut penulis mengusulkan adanya kaderisasi atau pelatihan bagi para pendamping PIA yang baru supaya mereka mendapatkan bekal untuk mendampingi anak-anak. skripsi ini dilengkapi dengan studi pustaka sebagai pertanggungjawaban ilmiah terhadap argumen penulis. Selian itu ada program pendampingan lengkap dengan persiapannya dan sudah dilaksanakan dalam pelatihan atau kaderisasi bagi pendamping PIA.

  Hasil akhir menunjukkan bahwa pelatihan atau kaderisasi sangat dibutuhkan dan sangat penting bagi pendamping PIA, baik yang baru maupun yang lama. Tetapi khusus bagi yang baru supaya mereka memiliki bekal untuk mendampingi anak-anak. Agar proses pendampingan lebih menarik dan tidak membosankan, sehingga anak-anak merasa rugi kalau tidak ikut PIA.

  

ABSTRACT

  Sunday School which is popularly known as Pendampingan Iman Anak is an activity meant to help children in developing their early stage of faith. PIA functions as a significant foundation for the religious life, since it determines someone’s faith in the future. Therefore, PIA cannot merely be treated as a “job- side” activity which can be practiced usuriously.

  PIA has to be done seriously through elaborating and developing the methods, process, means related to it, especially the mentors itself so that this activity can be a really helpful thing in bringing children to meet Jesus, their Friend and the Good News. The joyful experience with Jesus in PIA’s activity only can be achieved by those who are happy and free. In order to get this edifying experience, the need for the good mentors is urgent and undoubtedly important. Therefore, if the PIA’s teachers have to be good and have a certain quality, the parish should give an adequate support to those who will be PIA’s teachers as well. The support of the parish is totally significant in order to enrich them with the sufficient knowledge and skills which make PIA’s students enthusiastic and assiduous in joining PIA’s programs. So, it will never happen again the “unplanned” PIA where the teachers do not prepare anything in PIA’s program which causes the decreasing number of PIA’s students. Based on this situation, I am motivated to discuss and elaborate the empowerment of PIA’s teachers as one of the main actors in PIA’s programs. I chose the title

  

PEMBERDAYAAN PENDAMPING PENDAMPINGAN IMAN ANAK

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDAMPINGAN IMAN

ANAK DI PAROKI SANTO STEPHANUS CILACAP (The Empowerment of PIA’s teachers as an effort to increase the quality of PIA’s programs in St.

  Stephens Parish, Cilacap).

  The main focus in this thesis is how to develop the quality of PIA so that the children can be fully assisted and accompanied in their process of developing the faith to Jesus Christ. Responding to that concern, I suggest opening the training programs for the novel and elderly PIA’s teachers to enrich them with the comprehensive materials which are useful for their activities in PIA. This thesis is equipped with adequate researches as a scientific responsibility. Moreover, I also add a training program for PIA’s teachers which has been practiced and evaluated.

  The final result shows that training is undoubtedly needed and important for the PIA’s teachers, particularly for the new teachers, since they have not yet encountered many experiences in PIA.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab hanya dengan kasih dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul PEMBERDAYAAN PENDAMPING PENDAMPINGAN IMAN

ANAK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI SANTO STEPHANUS CILACAP.

  Skripsi ini diilhami dengan pengalaman pribadi saat mendampingi anak-anak di stasi paroki Cilacap. Dimana pendamping tidak ada dan walaupun ada mereka tidak memiliki bekal untuk mendampingi anak-anak. oleh karena itu penulis menyusun skripsi ini dimaksudkan untuk membantu pendamping PIA di Cilacap untuk mendapatkan pembekalan untuk mendampingi anak-anak PIA.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Menyadari akan hal itu semua, maka pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan syukur dan terima kasih yang amat mendalam kepada siapa saja yang telah membantu penulis skripsi ini terutama:

  1. Y. Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan- gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

  2. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. sebagai dosen wali yang sekaligus dosen pembimbing yang selalu membantu dan memberi dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. C. Sukarni, CB., M.Pd. selaku dosen penguji III yang telah membantu penulis memberikan informasi yang sangat bermanfaat dalam penulisan ini.

  4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan memberi dukungan kepada penulis selama belajar hingga penulisan skripsi ini.

  5. Segenap Staf Sekretariat, Perpustakaan dan seluruh karyawan IPPAK yang telah memberikan dukungan, tegur sapa dan perhatiannya.

  6. Romo Niko Ola OMI, Romo Carolus OMI, dan Romo Yohanes OMI yang memberikan ijin, dukungan, doa, sapaan, tempat tinggal selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

  7. Dewan Paroki, petugas sekretariat Paroki, semua teman-teman pendamping PIA, dan anak-anak peserta PIA seluruh paroki Cilacap yang telah memberikan dukungan, kerja sama, serta ijin dalam menyelesaikan penulisan ini.

  8. Bapak, ibu, dan adik-adik yang selalu setia memberikan doa, dukungan dan bantuan selama penulis studi di IPPAK.

  9. Keluarga Mas Wawan di Bantul, yang ikut mendukung dan menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  10. Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberi dukungan, doa dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini.

  11. Teman-teman angkatan 2006 yang telah memberikan dukungan dan bantuan pada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... .......................................................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................... vii ABSTRAK .. .................................................................................................... viii

  

ABSTRACT ...................................................................................................... ix

  KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ...................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang ................................................................................

  B.

  6 Rumusan Masalah ...........................................................................

  C.

  6 Tujuan Penulisan Skripsi ................................................................

  D.

  7 Manfaat Penulisan ..........................................................................

  E.

  7 Metode Penulisan ...........................................................................

  F.

  7 Sistematika Penulisan .....................................................................

  BAB II. HAL IKHWAL PENDAMPINGAN IMAN ANAK ......................

  10 A. Pendampingan Iman Anak (PIA) .................................................... 11 1.

  Pengertian Iman ........................................................................ 11 2. Pengertian Iman Anak ............................................................... 12 3. Pengertian PIA ........................................................................... 14 4. Latar Belakang PIA ................................................................... 17

  5. Dasar PIA . ............................................................................... 19 6.

  Tujuan PIA ……. ....................................................................... 20 7. Ciri-ciri PIA ………. ................................................................ 24 8. Metode dan Sarana Pendampingan Iman Anak .......................... 28 B. Pendampingan ................................................................................ 38 1.

  Pengertian Pendampingan ………. ............................................. 38 2. Tujuan Pendampingan .............................................................. 40 C. Pendamping Pendampingan Iman Anak yang berkualitas .............. 42 1.

  Spiritualitas Pendamping Pendampingan Iman Anak ................ 43 2. Pengertian Pendamping Pendampingan Iman Anak …… .......... 48 3. Sikap Pendamping Pendampingan Iman Anak .......................... 55

  BAB III. GAMBARAN UMUM PENDAMPINGAN IMAN ANAK PAROKI SANTO STEPHANUS CILACAP ...............................................

  61 A. Kegiatan-Kegiatan Pewartaan yang ada di Paroki Santo Stephanus Cilacap ...........................................................................

  62 1. Bidang Katekese ........................................................................ 62 2.

  Bidang Pendamping Keluarga ................................................... 66 3. Bidang Liturgi ............................................................................ 66 4. Bidang Kepemudaan .................................................................. 67 5. Bidang Sosial ............................................................................. 67 B. Tenaga Pastoral di Paroki Cilacap .................................................. 68 1.

  Situasi dan Jumlah yang ada di Paroki Cilacap … ..................... 68 2. Mutu Pendidikan Masing-masing Tenaga Pastoral “Amatir” dan “Profesional” ........................................................................

  69 3. Perhatian Pastor dan Dewan Paroki terhadap Para Petugas Pastoral ….. ................................................................................

  69 4. Perhatian Para Petugas Pastoral Terhadap Umatnya ................ 70 C.

  Sejarah Singkat PIA di Paroki Cilacap ........................................... 70 D. Pelaksanaan PIA di Paroki Cilacap ................................................ 73 1.

  Tujuan Kegiatan Pendampingan Iman Anak ............................ 73 2. Peserta PIA ............................................................................... 75 3. Pendamping PIA ....................................................................... 75

  4. Kegiatan PIA ............................................................................. 77

  BAB IV. PROGRAM PELAKSANAAN PELATIHAN PENDAMPINGAN IMAN ANAK ..................................................................................

  78 A. Pengertian Pelatihan Secara Umum ............................................... 78 B.

  Maksud dan Tujuan Diadakan Pelatihan Pendamping PIA ............ 79 C. Peserta Pelatihan Pendamping PIA ................................................ 81 D.

  Program Pelaksanaan …….. ........................................................... 82 E. Uraian Satuan Persiapan ................................................................. 85 1.

  Satuan Persiapan I ....................................................................... 85 2. Satuan Persiapan II ..................................................................... 96 3. Satuan Persiapan III .................................................................... 114 4. Satuan Persiapan IV .................................................................... 128

  BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 135 A. Kesimpulan ...................................................................................... 135 B. Saran ................................................................................................. 137 1. Pendamping PIA ......................................................................... 137 2. . ............................................................................... 138

  Gereja 3. Keluarga ................................................................................ 138 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  139 LAMPIRAN .................................................................................................... 141 Lampiran 1: Evaluasi ......................................................................

  (1) Lampiran 2: Refleksi. ...................................................................... (3)

  Lampiran 3: Absen Kehadiran Perserta Pelatihan Pendamping PIA .............................................................................

  (6) Lampiran 4: Lembar Evaluasi Kegiatan Pendampingan bagi Para Pendamping PIA ......................................................

  (7) Lampiran 5: 10 Lembar Contoh Lembaran Evaluasi ..................... (8)

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH A.

  

xvi

   Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat.

  

(Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik

Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende:

Arnoldus, 1984/1985, hal. 7-8.

  B. Singkatan Dokumen Gereja AA :   Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

  DV :   Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

  GE :   Gravissimum Educationis, Pernyataan Konsili Vatikan II tentang tentang Pendidikan Kristen, 5 Mei 1961.

  LG : Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964).

  C. Singkatan Lain AK : Abdi Kristus AMMI : Asosiasi Misionaris Maria Immaculata Art : Artikel

  AS : Asisten Residen ASMIKA : Anak Sekolah Minggu Katolik Bdk : Berdasarkan Dkk : Dan kawan-kawan Dsb : Dan sebagainya Dst : Dan seterusnya Hal : Halaman Kan : Kanon KBP : Karya Bakti Paroki KHK : Kitab Hukum Kanonik KKI : Karya Kepausan Indonesia KKMK : Kelompok Karyawan Muda Katolik Komkat : Komisi kateketik KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia Lap : Laporan LP : Lembaga Pemasyarakatan Mudika : Muda-mudi katolik OMI : Oblat Maria Immaculata OMK : Orang Muda Katolik PBHK : Putri Bunda Hati Kudus Yesus PIA : Pendampingan Iman Anak PR : Pekerjaan Rumah SD : Sekolah Dasar xvii

  SJ : Serikat Jesus SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama SP : Satuan Persiapan TK : Taman Kanak-kanak YSBS : Yayasan Sosial Bina Sejahtera

D. Istilah

  Afektif : Mempengaruhi keadaan emosi dan perasaan Aksesoris : Hiasan Asisten Residen : Singkatan bupati

Audio-Visual : Alat peraga bersifat dapat dilihat dan didengar Biblis : Terkait dengan bible (Kitab Suci) Definisi : Arti Diakonia : Pelayanan Eksklusif : Khusus Ekspresi : Pengungkapan Fantasi : Bayangan Irama : Gerakan berturut-turut secara teratur Kerygma : Merayakan Khusuk : Sungguh-sungguh

Kognitif : Berdasar pada pengetahuan faktual yang empiris Koinonia : Persaudaraan xviii xix Kreatif : Memiliki daya cipta

Laissez faire : Tak peduli dan membiarkan baik salah atau benar

Molor : Tidak tepat waktu Motivasi : Dorongan Ngobrol : Berbincang-bincang Outbound

  : Bermainan Personal : Pribadi Populer : Dikenal Psikologis : Ilmu tentang kejiwaan Sakramen : Tanda dan sarana Sharing : Berbagi pengalaman

Simulatif : Metode pelatihan yang memperagakan sesuatu

Single adult : Muda-mudi yang belum menikah Superior : Pemimpin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan upaya Gereja dan umat

  beriman untuk mengembangkan iman seseorang pada usia kanak-kanak. Iman tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, melainkan seperti sebuah benih, iman perlu diperhatikan, dipupuk, disiram dan dirawat sehingga dapat tumbuh dengan baik dan subur. Penegasan Gereja Katolik tentang perlunya pendidikan iman anak dapat ditemukan salah satunya dalam KHK yang menegaskan bahwa salah satu tanggung jawab dalam perkawinan Katolik ialah mendidik anak-anak mereka berdasarkan iman Katolik (KHK kan. 1055 § 1). Pada intinya, Gereja hendak menggarisbawahi bahwa pendampingan dan pembinaan iman seorang anak akan sangat menentukan perkembangan imannya di masa mendatang.

  Dalam PIA, pendamping mengemban tanggung jawab untuk mengembangkan iman anak-anak yang didampinginya. Pendamping PIA melengkapi tanggung jawab orangtua di dalam mengembangkan iman anak- anak dan sekaligus menumbuhkan rasa persaudaraan antar anak satu dengan yang lainnya di dalam PIA. Meskipun sifatnya melengkapi pendampingan orangtua, namun pada kenyataannya, pendamping PIA justru menjalankan tanggung jawab orang tua dalam mendampingi iman anaknya. Kebanyakan orang tua sangat sibuk sehingga tidak memiliki cukup waktu bagi anaknya dan

   

  kebanyakan orang tua juga berdalih bahwa mereka tidak cukup menguasai pokok-pokok iman Kristiani sehingga merasa kurang mampu mendampingi anaknya dan menyerahkannya pada para pendamping PIA. Maka, sering didapati bahwa tugas para pendamping PIA menjadi lebih berat dan lebih kompleks. Para pendamping PIA sering harus mengajarkan pokok-pokok iman dari yang paling dasar yang sebenarnya merupakan tanggung jawab orang tuanya. Misalnya, kebiasaan membuat tanda salib dan berdoa, doa-doa pokok/doa-doa harian Katolik dan sebagainya. Maka untuk jaman ini sangat dibutuhkan pendamping PIA yang berkualitas. Hal inilah yang menjadi keprihatinan penulis karena masih melihat bahwa banyak pendamping PIA yang tidak menunjukkan kualitas yang memadai untuk dapat mendampingi.

  Dalam PIA sangat diperlukan seorang pendamping yang berkualitas. Berkualitas secara imani sekaligus sebagai seorang pribadi. Mengapa demikian? Karena yang didampingi ialah iman seorang anak yang berumur antara 4-11 tahun yang tidak hanya menuntut penguasaan pokok-pokok iman, melainkan juga ketrampilan dalam menyampaikan gagasan iman tersebut dalam “bahasa dan dunia” anak-anak. Pendampingan terhadap anak sangat berbeda dari pendampingan remaja dan orang dewasa. Dunia anak adalah dunia permainan. Bahasa anak ialah bahasa yang sederhana. Bagaimana hal itu dapat dipadukan dengan bahasa iman? Hal itulah yang menuntut kualitas seorang pendamping PIA. Pada kenyataannya, para pendamping PIA masih jauh dari kualitas idealnya. Beberapa kendala yang penulis lihat dalam diri para pendamping PIA yang membuat pendampingan kurang maksimal dapat dibagi

   

  dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah hal-hal yang berkaitan dengan diri pendamping misalnya sifat malas, tidak punya perhatian pada anak-anak, terpaksa dan sebagainya. Faktor internal tidak menjadi pokok dalam penulisan skripsi ini karena menurut penulis, permasalahan dalam diri pendamping sangat subjektif dan berhubungan dengan sifat atau sikap pendamping tersebut yang di luar tanggungjawab penulis. Penulis lebih menyoroti faktor eksternal yakni hal-hal dari luar pendamping yang mengakibatkan pendampingan kurang optimal. Misalnya kurangnya pendamping yang terdidik dalam hal PIA. Pendamping PIA kebanyakan tidak dipersiapkan secara maksimal. Mereka kebanyakan hanya tenaga sukarela yang minim pengetahuan tentang hal-ikhwal yang berkaitan dengan PIA dan juga minim pengalaman. Bahkan para pendamping PIA banyak yang tidak menguasai sarana-sarana PIA, misalnya lagu-lagu dan permainan sehingga PIA menjadi kurang menarik dan membosankan. Sering terjadi bahwa PIA di Gereja Katolik kurang menarik dibandingkan PIA di Gereja-Gereja Kristen sehingga banyak anak-anak yang mengikuti PIA di Gereja Kristen. Hal ini marak terjadi terutama di daerah-daerah pedesaan dimana Kristen cukup kuat (mereka punya pendamping yang tetap).

  Persoalan pendamping yang kurang berkualitas sebenarnya bukan semata-mata tertuju pada kesalahan pendamping, melainkan juga menjadi tanggung jawab umat, Gereja, Pastor Paroki dan Keuskupan. Penulis melihat secara sekilas bahwa permasalahan kurangnya pendamping yang berkualitas dilihat dalam 3 lingkup yakni lingkup personal, Gereja lokal atau Paroki dan

   

  Keuskupan. Lingkup personal adalah kurangnya kerjasama antara pendamping dan orang tua anak-anak PIA yang didampingi selain itu para pendamping tidak mempunyai kemauan unuk mengembangkan diri misalnya: membaca buku-buku tentang PIA. Dalam lingkup Gereja lokal yakni Paroki setempat dan umat, ada pemahaman yang keliru tentang PIA. Para romo Paroki, Dewan dan umat kebanyakan beranggapan bahwa pendamping PIA tidak perlu dipersiapkan karena hanya untuk mendampingi anak-anak saja. Mendampingi anak-anak tidak sesulit mendampingi kaum muda karena pengolahan iman yang diperlukan tidak terlalu mendalam. Pemahaman demikian ini menimbulkan pembicaraan untuk para pendamping PIA, untuk memberi pelatihan atau pendampingan kepada pendamping PIA, dan menjadikan Paroki tidak merasa berkepentingan untuk mendidik dan mempersiapkan para pendamping PIA baik dengan kursus atau pelatihan-pelatihan. Kebanyakan para pendamping PIA adalah tenaga-tenaga sukarela yang mau meluangkan waktu dan tenaga untuk mendampingi iman anak. Dalam lingkup keuskupan- keuskupan, khususnya yang penulis lihat di keuskupan Purwokerto masih kurang memberi perhatian tentang pendampingan bagi pendamping PIA. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan perhatian keuskupan terhadap orang muda Katolik. Sebenarnya tim KWI ada yang sudah siap untuk memberikan pelatihan bagi yang membutuhkan tetapi dari pihak keuskupan atau paroki kurang memperhatikan hal itu. Sehingga yang terjadi pendamping hanya meneruskan berbagai kebiasaan baik lagu-lagu ataupun permainan dari pendamping yang sebelumnya sehingga terkesan monoton dan tidak

   

  berkembang. Ketiga lingkup permasalahan tersebut yang akan menjadi prioritas dalam pengkajian dan penulisan skripsi ini.

  Penulis dalam menyusun skripsi ini secara khusus menyoroti Paroki Santo Stefanus Cilacap yang menjadi bagian dari Keuskupan Purwokerto.

  Paroki St. Stefanus Cilacap merupakan paroki yang cukup luas dengan jumlah umat yang cukup banyak. Anak-anak menjadi bagian yang cukup besar dari jumlah keseluruhan umat di Paroki St. Stephanus Cilacap tersebut. Kegiatan PIA dilaksanakan di paroki setiap Sabtu sore saat misa sore berlangsung, nanti anak-anak akan masuk ke gereja saat menerima pemberkatan dari pastor.

  Pendamping PIA di paroki Cilacap, sejauh yang saya ketahui, kebanyakan dari mereka yang sukarelawan untuk membantu paroki dan tanpa dibekali tentang pendidikan iman anak, sehingga apa yang diberikan seadanya saja dan kurang adanya persiapan dari pendamping. Bahkan yang di stasi-stasi kurang ada perhatian karena tidak adanya pendamping yang bisa mendampingi, maka PIA sempat tidak jalan sama sekali. Pastor Paroki masih mengusahakan untuk mengadakan pelatihan bagi para pendamping PIA. supaya para pendamping PIA mendapatkan pelatihan sehingga proses PIA menarik dan membuat anak- anak menjadi rajin datang dan semakin mengenal dan mengimani Yesus.

  Setelah sedikit menganalisa dan mengamati berbagai macam persoalan dalam perkembangan pendampingan PIA tersebut, penulis memilih judul “PEMBERDAYAAN PENDAMPING PENDAMPINGAN IMAN

  

ANAK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU

PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI PAROKI SANTO STEPHANUS

   

CILACAP” sebagai satu cara untuk membantu para pendamping PIA supaya

  proses PIA menjadi menarik bagi anak-anak dan pendamping. Pendamping akan didampingi sekaligus diberi pelatihan dalam upaya meningkatkan mutu pendamping PIA.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang permasalahan seputar Pendampingan Iman Anak, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.

  Sejauh mana peranan pendamping PIA dalam meningkatkan mutu Pendampingan Iman Anak? 2. Kualifikasi apa yang dibutuhkan oleh seorang pendamping PIA? 3. Bagaimana memberdayakan pendamping PIA agar semakin meningkatkan mutu Pendampingan Iman Anak?

  C. Tujuan Penulisan Skripsi

  Karya tulis ini dituliskan dengan tujuan: 1.

  Untuk mengetahui peranan pendamping PIA dalam meningkatkan mutu dalam Pendampingan Iman Anak (PIA).

  2. Untuk mengetahui kualifikasi seorang pendamping PIA.

  3. Untuk menyumbangkan gagasan bagi peningkatan pemberdayaan pendamping PIA dalam Pendampingan Iman Anak (PIA).

  4. Memenuhi persyaratan kelulusan sarjana Strata 1 (S1) di IPPAK-FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

    D.

   Manfaat Penulisan

  Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1.

  Memberikan manfaat bagi pendamping dalam proses Pendampingan Iman Anak (PIA).

2. Selain itu penulisan ini juga diharapkan Paroki mampu menindaklanjuti tentang pendampingan atau pelatihan bagi para pendamping PIA.

  E. Metode Penulisan

  Skripsi ini ditulis menggunakan metode deskriptif analisis yang memaparkan, menguraikan serta menganalisa keadaan PIA di Paroki St.

  Stephanus Cilacap. Data-data diperoleh melalui observasi dan pelatihan bagi para pendamping PIA serta studi pustaka.

  F. Sistematika Penulisan

  Judul skripsi yang dipilih penulis adalah PEMBERDAYAAN

  

PENDAMPING PENDAMPINGAN IMAN ANAK SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN MUTU PENDAMPINGAN IMAN ANAK DI

PAROKI SANTO STEPHANUS CILACAP. Judul ini akan diuraikan dalam

  lima bab sebagai berikut:

  Bab I berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan.

   

  Bab II ini dibagi dalam tiga bagian pokok pembahasan. Bagian pertama membahas tentang Seluk beluk PIA yang meliputi: pengertian Iman, pengertian Anak, pengertian Iman Anak, pengertian PIA, latar Belakang PIA, dasar PIA, tujuan PIA, ciri-ciri PIA. Bagian kedua membahas tentang pendampingan yang meliputi: pengertian pendampingan, tujuan pendampingan, manfaat pendampingan, kelemahan pendampingan, metode pendampingan. Bagian ketiga membahas tentang pendamping yang berkualitas yang meliputi: spiritualitas pendamping PIA, pengertian pendamping PIA, dan sikap pendamping PIA.

  Bab III ini dibagi menjadi empat bagian pokok pembahasan. Bagian pertama kegiatan-kegiatan pewartaan yang ada di Paroki Santo Stephanus Cilacap yang meliputi: bidang katekese, bidang pendamping keluarga, bidang liturgi, bidang kepemudaan, dan bidang sosial. Bagian kedua tentang tenaga pastoral di Paroki Cilacap yang meliputi: situasi dan jumlah yang ada di Paroki Cilacap, mutu pendidikan masing-masing tenaga pastoral amatir dan profesional, perhatian pastor dan dewan paroki terhadap para petugas pastoral, dan perhatian para petugas pastoral terhadap umatnya. Bagian ketiga tentang Sejarah PIA di Paroki Cilacap yang meliputi. Bagian keempat tentang PIA di Paroki Cilacap yang meliputi: tujuan kegiatan Pendampingan Iman Anak, peserta PIA, pendamping PIA, kegiatan PIA,

  Bab IV ini dibagi menjadi lima bagian pokok bahasan. Bagian pertama pengertian pelatihan secara umum. Bagian kedua maksud dan tujuan diadakan pelatihan pendamping PIA. Bagian ketiga peserta pelatihan pendamping PIA.

   

  Bagian keempat program pelaksanaan pelatihan PIA. bagian kelima uraian satuan persiapan.

  Bab V ini berisi kesimpulan dan saran. Saran diberikan kepada Pendamping PIA, Gereja, dan keluarga.

BAB II HAL IKHWAL PENDAMPINGAN IMAN ANAK Sakramen Permandian merupakan awal masuk iman seseorang. Tetapi

  orang yang sudah dipermandikan tetap membutuhkan sabda Allah. Tujuannya adalah agar iman yang telah diberikan oleh Allah, dapat tumbuh dan berkembang sehingga menjadi iman yang sempurna. Usaha untuk mengembangkan iman tersebut adalah pendidikan iman.

  Pendidikan iman bukan semata-mata merupakan campur tangan manusia terhadap hubungan yang paling hakiki antara manusia dengan Allah.

  Pendidikan iman merupakan salah satu cara yang digunakan oleh manusia dengan tujuan untuk menciptakan situasi dan suasana hidup beriman bagi anak, sehingga ia terbantu dan dipermudah untuk memperkembangkan imannya. Pendidikan iman juga membantu orang beriman, agar imannya semakin mendalam dan akhirnya semakin terlibat dalam hidup Gereja, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama atau kelompok (Adisusanto, 1997: 1- 2).

  Pendampingan Iman Anak merupakan salah satu bentuk pelayanan iman yang diberikan oleh Gereja kepada umatnya demi perkembangan iman yang semakin mendalam. Subyek utama dalam PIA adalah anak-anak dan iman anak-anak tersebut. Akan tetapi, pendamping PIA, meskipun bukan sebagai subjek utama, memiliki peran yang sangat vital dan menentukan. Pendamping PIA dapat diibaratkan seperti jembatan yang mengantar anak-anak kepada

   

  iman yang mendalam akan Yesus Kristus sehingga jika jembatan itu rusak atau salah dalam membimbing anak-anak, maka dapat dibayangkan bahwa perkembangan iman anak yang matang dan dewasa tidak akan dapat tercapai. Oleh karenanya, dalam bagian ini, penulis akan memfokuskan pembahasan pada peran pendamping PIA agar nantinya diharapkan para pendamping PIA menjadi “jembatan” yang baik sehingga dapat menghantarkan anak-anak sampai pada iman akan Yesus Kristus.

  Untuk mencapai tujuan Pendidikan Iman, maka Gereja mengadakan berbagai macam kegiatan yang dilakukan di sekolah, maupun yang di luar sekolah. Bentuk kegiatan yang dilakukan di sekolah adalah Pelajaran Agama Katolik, sedangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di luar sekolah adalah di paroki berbentuk katekese. Kegiatan ini bertujuan agar anak-anak dapat mengembangkan imannya melalui berbagai aktivitas yang melibatkan anak secara langsung dalam hidup menggereja.

A. Pedamping Iman Anak (PIA) 1.

  Pengertian Iman Pengalaman perjumpaan antara Allah dan manusia dapat dipahami dari dua pemahaman teologis yakni wahyu dan iman (KWI, 1996: 125).

  Wahyu merupakan pernyataan diri Allah, yang tidak hanya memperkenalkan diri-Nya saja, tetapi juga menyingkapkan kepada manusia rencana keselamatan-Nya. Sejarah pewahyuan Allah dalam Perjanjian Lama dimulai dengan pewahyuan kepada Abraham (Kej 21:1).

   

  Dari sisi manusia iman merupakan usaha manusia yang menanggapi wahyu Allah dan menyerahkan diri kepada Allah. Terkait dengan pendalaman iman dengan Allah Konsili Vatikan II menjelaskan :

  Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran, wahyu yang dikaruniakan olehNya (DV 5).

  Iman adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa melainkan dengan sukarela. Maka, iman bersifat bebas dan personal. Kebebasan itu tidak hanya berarti kebebasan fisik tetapi juga kebebasan berpikir dan kemerdekaan mengambil keputusan menurut keyakinanya sendiri. Dalam iman, seorang manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang sebab terbatas, menyapa dan memanggilnya.

  Iman menyangkut keseluruhan dimensi manusia yang meliputi cipta (akal budi), rasa dan karsa. Seorang yang beriman, tidak hanya berhenti pada aspek rasa, atau emosi melainkan juga sampai pada tindakan konkrit dalam hidup sehari-hari. Iman merupakan sesuatu yang dapat dikomunikasikan, dibagikan dan diberikan pada orang lain.

2. Pengertian Iman Anak

  Dalam Kitab Suci, beberapa perikop mengkisahkan bagaimana Yesus memiliki kedekatan dengan anak-anak. Anak-anak kerapkali dijadikan

   

  gambaran seorang yang murni hatinya, dan bergantung pada Allah. Gereja mengikuti ajaran Yesus dalam Kitab Suci juga memberi perhatian pada kanak- kanak salah satunya ialah pada perkembangan iman anak. Dalam sejarah Gereja, tercatat bahwa perhatian Gereja pada perkembangan iman anak diawali dengan munculnya tradisi pembaptisan kanak-kanak yang sudah dimulai sekitar tahun 250 di Gereja Afrika Utara. Pada zaman St. Agustinus (354-430) pembaptisan anak-anak sudah menjadi hal yang umum di wilayah itu (KWI Iman Katolik, 1996: 425). Dari peristiwa pembaptisan itu, yang ditekankan bukanlah iman anak, melainkan kesediaan orang tua untuk mendidik dan mengembangkan iman anaknya itu.

  Iman, seperti diungkapkan dalam bagian sebelumnya adalah tanggapan manusia terhadap perwahyuan Allah. Maka, iman anak adalah tanggapan seorang manusia yakni seorang anak atas perwahyuan Allah. Sedangkan anak-anak dikategorikan dalam batasan usia yang jelas yaitu awal masa anak-anak, yaitu usia 2-6 tahun dan akhir masa anak-anak yaitu 6-10 atau 12 tahun (Hurlock, 1990: 14). Kategori ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan anak-anak itu sendiri, baik menyangkut fisik, psikis, minat, perilaku dan sebagainya.

  Untuk memahami iman anak, kita perlu melihat bagaimana Gereja sendiri mendefinisikan iman anak. Gereja tidak pernah mendefinisikan iman anak terpisah dari iman dan teladan kehidupan orang tuanya. Misalnya kita lihat dalam dokumen Konsili Vatikan II:Apostolicam Actuositatem (AA art.11) :

   

  Para suami istri kristiani bekerjasama dengan rahmat dan menjadi saksi iman satu bagi yang lain, bagi anak-anak mereka. Bagi anak-anak mereka, mereka itulah pewarta iman dan pendidik pertama. Dengan teladan maupun kata-kata, suami istri membina anak-anak untuk menghayati hidup kristiani dan kerasulan…. (AA 11).

  Maka iman seorang anak, juga ditentukan oleh bagaimana iman orang tuanya. Dengan kata lain, iman anak-anak mencerminkan iman orang tuanya, serta perkembangan iman anak merupakan tangung jawab bagi orang tua.

3. Pengertian PIA

  PIA merupakan singkatan dari Pendampingan Iman Anak. PIA merupakan sarana bagi anak-anak untuk mengembangkan kepribadian dan imannya serta dalam kehidupan menggereja (Prasetya, Dkk., 2008: 21). PIA merupakan wadah untuk persemaian yang khusus dan berkesinambungan bagi perkembangan iman dan kepribadian anak-anak. PIA tidak hanya mengembangkan iman anak, tetapi juga menjadi wadah perkembangan kepribadian anak-anak.

  PIA adalah singkatan dari Pendampingan Iman Anak yang sebelumnya biasa disebut dengan Sekolah Minggu”. Istilah sekolah minggu ini memang cukup kita kenal sampai saat ini. Sekolah Minggu adalah suatu kegiatan di Gereja.yang diikuti oleh anak-anak untuk memperdalam iman mereka.

  Dari uraian tentang pengertian PIA seperti apa yang telah diungkapkan di atas, sangat penting apabila kegiatan PIA ini dilaksanakan dalam rangka tugas pastoral Gereja. Selain itu, dalam kegiatan PIA diharapkan

   

  saja, tetapi ditujukan untuk membina dan mengembangkan iman dalam diri anak (yaitu iman kepada Yesus Kristus sendiri). Jadi bisa dikatakan bahwa kegiatan PIA menjadi penting dalam kehidupan pastoral Gereja karena tujuan yang pertama dan utama dari kegiatan ini adalah untuk membimbing, membina, dan mendampingi anak agar semakin mengenal dan mampu menjalin persahabatan dengan Yesus secara lebih dekat, seperti apa yang telah difirmankan Yesus sendiri dalam Injil Luk 18:15-17 yakni: “Biarkanlah anak- anak itu datang kepadaKu dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah”.

  Salah satu cita-cita yang dapat dicanangkan dalam proses pendampingan adalah untuk memperkembangkan iman karena iman tidak akan bisa berkembang dengan sendirinya jika tanpa dipupuk. Agar iman dapat berkembang dengan baik, kita memerlukan bantuan dari orang lain. Seperti yang dilakukan oleh Allah dalam menyatakan diri-Nya, Ia membutuhkan Maria sebagai perantara kedatangan-Nya ke dunia (Luk 1:35). Maka, kalau iman kita juga ingin berkembang, kita pun memerlukan bantuan dari kaum beriman Kristiani lainnya.

  Anak-anak adalah individu yang mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda dengan yang lainnya. Anak-anak juga merupakan umat Allah yang diselamatkan oleh-Nya. Anak juga menerima rahmat Allah yang diterimanya dari sakramen pembaptisan. Oleh karena itu, anak-anak mempunyai hak yang sama dengan kaum beriman lainnya untuk berkembang dalam iman. Untuk dapat mengembangkan iman anak-anak, diperlukan suatu aktivitas yang sesuai

   

  dengan psikologi anak. Oleh karena itu, Gereja mengadakan kegiatan yang khusus untuk anak-anak yang disebut dengan Pendampingan Iman Anak (PIA).

  Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pendampingan iman anak mengandung unsur-unsur bermain, bernyanyi, bercerita, bekerjasama, dan yang terutama adalah katekese. Dengan unsur-unsur ini, anak-anak diperkenalkan kepada Gereja dan segala aktivitas yang ada di dalamnya, sehingga mereka kelak dapat terlibat aktif dalam hidup menggereja, dan bertanggung jawab akan Gereja di masa yang akan datang.

  Berdasarkan pemahaman tentang pengertian pendampingan Iman Anak, maka menurut penulis pendampingan iman anak adalah suatu proses pendampingan yang dilakukan oleh orang beriman dewasa kepada anak-anak yang berumur 5-12 tahun untuk mengembangkan iman mereka kepada Yesus Kristus. Tujuannya adalah membantu mengembangkan imannya sehingga ketika sudah dewasa, mereka diharapkan dapat bertanggungjawab dan terlibat aktif dalam kehidupan menggereja. Jadi ada dua sasaran pokok, yakni yang pertama, mengembangkan iman seorang anak dalam usia kanak-kanak, dan yang kedua, menyiapkan anak agar imannya berkembang di masa depan.

  Mengingat begitu pentingnya pendampingan iman anak, maka di setiap paroki dianjurkan untuk mengadakan kegiatan tersebut. Kegiatan Pendampingan Iman Anak tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan serta kerjasama yang baik antara pastor paroki, orangtua, para pendamping, dan dari semua umat. Maka demi terlaksananya PIA diperlukan dukungan dari semua pihak.

    4.

  Latar Belakang PIA Pendampingan Iman Anak adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Gereja supaya tercapai pendidikan iman bagi anak-anak. Oleh sebab itu, kita sebagai warga Gereja maupun para Pendamping Iman Anak hendaknya mengetahui seluk beluk pendampingan Iman bagi anak-anak. Hal ini diperlukan agar dalam mendampingi anak-anak, pembimbing dapat memberikan materi yang sungguh sesuai dengan maksud dari kegiatan Pendampingan Iman Anak.

  Untuk mengetahui seluk-beluk pendampingan iman anak, Didik Bagiyowinadi (2009: 43-46) menjelaskan tetang asal mula Pendampingan Iman Anak yang pada awal mulanya namanya adalah Sekolah Minggu. Awal mula Sekolah Minggu berasal dari tradisi Gereja Protestan. Sejak reformasi Gereja oleh Martin Luther, beberapa Gereja dan Negara memang kemudian menerima Protestantisme dan melepaskan diri dari negara-kepausan di Roma, salah satunya adalah Inggris.

  Pada abad 18 negeri Inggris mengalami krisis ekonomi yang sangat parah, sehingga setiap orang berusaha bekerja mencukupi kebutuhan hidupnya, dan memberikan makan kepada anak-anaknya. Karena situasi yang seperti itu, maka banyaklah anak gelandangan yang sangat kurang perhatian, mereka pun harus bekerja setiap hari dan hanya libur pada hari Minggu. Dengan situasi yang seperti ini, maka anak-anak akhirnya menjadi liar dan nakal. Ada seorang wartawan yang bernama Robert Raikes yang ingin meliput berita di negeri itu merasa prihatin dan mengajak teman-temannya untuk mencoba mengubah

   

  keadaan dengan mendampingi mereka. Setiap hari Minggu anak-anak di kumpulkan di dapur milik ibu Meredith. Di dapur itulah anak-anak mendapatkan makanan, pelajaran tentang sopan satun, membaca, menulis, dan mengajarkan tentang Kitab Suci. Dibutuhkan waktu yang sangat lama serta perjuangan, kesabaran, dan keuletan dalam mendampingi anak-anak apa lagi mereka anak-anak liar dan nakal. Sekolah Minggu juga berkembang di kota- kota lain, sehingga pada tahun 1785 di seluruh Inggris anak-anak yang terkumpul menjadi 250.000.

  Kerja keras yang dilakukan oleh Robert Raikes kemudian dikembangkan oleh John Wasley (Pendiri Gereja Metodist) dan kemudian dibawa ke Amerika Serikat. Pada akhirnya para misionaris Amerikalah yang membawa Sekolah Minggu ini ke Indonesia. Sekolah Minggu yang awalnya hanya diberikan kepada anak-anak terlantar, dan kemudian dikembangkan menjadi untuk semua anak-anak Kristiani.

  Gereja Katolik melihat bahwa pewartaan bagi anak-anak yang dilakukan oleh Gereja Protestan cukup berhasil, maka gereja Katolik juga mengadakan kegiatan sekolah minggu. Tetapi karena tujuan dari kegiatan itu untuk membantu anak-anak Kristiani dalam mengembangkan imannya, serta setiap paroki tidak semua melakukannya pada hari Minggu, maka nama Sekolah Minggu dirasa kurang sesuai. Sehingga nama kegiatan ini disetiap Paroki berbeda-beda misalnya: Bina Iman Anak, Pendampingan Iman Anak, ASMIKA (Anak Sekolah Minggu Katolik), atau menggunakan nama santo- santa.

   

  Maria Gorreti Sugiarti (1999: 2-3) menjelaskan, Kegiatan Pendampingan Iman Anak yang terjadi di Paroki-Paroki, mula-mula bertujuan agar orang tua tidak terganggu dalam mengikuti perayaan Ekaristi. Tetapi tujuan itu kurang sesuai dengan maksud dari diadakannya kegiatan Pendampingan Iman Anak. Oleh sebab itu jam pelaksanaan Pendampingan Iman Anak hendaknya tidak bersamaan dengan Perayaan Ekaristi, supaya anak-anak dapat mengikuti perayaan Ekaristi bersama dengan orang tuanya.