Kebijakan Umum Desa Beradasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014 dan Peran Camat dalam Pembinaan dan Pengawasan - Repository IPDN
Kebijakan Umum Desa
Beradasarkan UU Nomor 6 Tahun
2014 dan Peran Camat dalamPembinaan dan Pengawasan
IPDN-KEMDAGRI
Biodata Narasumber
- Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
- Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
- NIP : 19770304 1995 11 1 001
- Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
- Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)
- Instansi : Kampus IPDN Jatinangor
- Alamat : Komp. Singgasana Pradana Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut- BANDUNG
- Email/HP - 08122445916
URGENSI UU DESA
FILOSOFIS:
Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
SOSIOLOGIS:
Pelaksanaan pengaturan Desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman, terutama antara lain menyangkut kedudukan masyarakat hukum adat,
demokratisasi, keberagaman, partisipasi masyarakat, serta kemajuan dan pemerataan
pembangunan sehingga menimbulkan kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan masalah sosial
budaya yang dapat mengganggu keutuhan NKRI.
YURIDIS:
Rumusan Pasal 18B: 2: Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang dan Pasal 18 ayat (7) diatur secara sederhana atau sumir dalam UU No. 32
Tahun 2004, sehingga perlu diatur lebih rinci dan komprehensif dalam satu Undang-Undang
Perbedaan Pokok
Komponen UU No. 32/2004 – PP No. 72/2005 UU tentang Desa
Dasar konstitusi UUD 1945 Pasal 18 ayat 7
UUD 1945 Pasal 18 B ayat 2 dan
Pasal 18 ayat 7 Misi Tidak ada Negara melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera
Asas Desa menjadi bagian dari desentralisasi
Asas utama: rekognisi dan subsidiaritas Kedudukan Desa berada dalam Desa berada dalam wilayah
Komponen UU No. 32/2004 – PP No. 72/2005 UU tentang Desa
Jenis Desa Hanya ada desa Desa dan desa adat Penataan desa
Pembentukan, penggabungan, perubahan status diputuskan oleh Kabupaten/Kota dengan Perda
Penataan desa diputuskan dengan Perda setelah memperoleh persetujuan. Ini untuk mencegah pemekaran.
Kewenangan Selain kewenangan asal usul, menegaskan tentang sebagian urusan kabupaten/ kota yang diserahkan kepada desa
Selain kewenangan asal-usul, ditegaskan kewenangan lokal berskala desa
Masa jabatan kepala desa 6 tahun, 2 kali 6 tahun, 3 kali
Musyawarah desa Tidak ada Sebagai forum bersama
(pemerintah desa, BPD dan masyarakat) yang
Kompone UU No. 32/2004 – PP UU tentang Desa n No. 72/2005
Sekdes PNS Non PNS. Yang PNS tetap menjalankan tugas sampai menunggu keluarnya PP penempatan.
ADD Sekurang-kurangnya Paling sedikit 10% dari dana 10% dari total dana perimbangan yang diterima perimbangan yang Kabupaten/Kota dalam diterima kabupaten/kota Anggaran Pendapatan dan setelah dikurangi belanja Belanja Daerah setelah pegawai dikurangi Dana Alokasi
Khusus Anggaran Dalam bentuk bantuan Besaran alokasi anggaran dari APBN langsung masyarakat yang peruntukkannya yang bertempat di desa langsung ke Desa ditentukan
10% (sepuluh perseratus) dari dan di luar dana Transfer Daerah ( on top) secara bertahap.
Desa, Pemerintahan Desa dan
Pemerintah Desa
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Azas dan Defenisi Desa
Azas Pengaturan (Pasal 3)
Defenisi (Pasal 1 (1) & Jenis Desa (Pasal 6)
- Desa adalah desa dan desa adat atau
a. rekognisi;
b. subsidiaritas;
c. keberagaman;
d. kebersamaan;
e. kegotongroyongan;
f. kekeluargaan;
g. musyawarah; h.
demokrasi; i. kemandirian; j. partisipasi; k. kesetaraan;
- Penyebutan desa dan desa adat dapat disesuaikan dengan penyebutan yang
l. pemberdayaan; dan
yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedudukan Desa
UU 32/2004 UU Desa
- Pasal 5
Desa berada di dalam
Desa berkedudukan di
dan di bawah
wilayah Kabupaten/Kota
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
- ‘Otonomi desa’ tidak lagi
Penjelasan tambahan:
menjadi sisanya ‘otonomi
Penjelasan tambahan:
daerah’ (yang bersumber dari
‘Otonomi desa’ adalah
hak berian), melainkan
bagian dari ‘otonomi
menjadi wujud pengakuan
daerah’ yang diserahkan
atas hak asal-usul yang ke desa. dimiliki desa (bersumber dari Implikasi Pengakuan terhadap ‘hak asal-usul’ (sebelum amandemen) atau ‘hak-hak tradisional’ (pasca-amandemen) Implikasi pengakuan atas ‘kesatuan
Pengakuan terhadap eksistensi organisasi dr ‘susunan asli’ (desa atau disebut dgn nama lain)
Pengakuan atas sistem nilai dan aturan-aturan yang mengatur kehidupan bersama dalam ‘susunan asli’, termasuk aturan-aturan yang mengatut ‘sumber-sumber kehidupan’nya;
Pengakuan terhadap ‘hak penguasaan’ ‘hak pertuanan’ atas apa yang disebut sebagai ulayat (baca: wilayah kehidupan) susuna asli yang bersangkutan. Pengakuan atas ulayat mensyaratkan perubahan pada berbagai UU Sektoral yang selama ini tdk mengakui hak-hak masyarakat adat, sebagaimana yang telah diamanatkan oleh TAP MPR IX/2001)
Dikaitkan dengan Pasal 18 dan 18A, maka desa atau disebut dgn nama lain juga diberi kewenangan untuk menyelenggarakan
Sistem Pemerintahan Desa Prinsip dasar
Musyawarah PemerintahanDesa
Musyawarah Desa Check and balances antara
- Kepala Desa dengan Badan
Desa
(psl. 54) (psl. 54) Permusyawaratan desa.
RPJM-Desa •
- RPJM-Desa
Demokrasi perwakilan +
- Asset Desa permusyawaran.
Asset Desa •
- Hal-hal
- Hal-hal
- Proses demokrasi
Strategis Strategis partisipatoris melalui Musdes
Badan Badan Kepala Desa Kepala Desa
Permusyawaratan Permusyawaratan Desa (BPD) (psl. 55 -
- RPJM-Desa dan
(psl. 25 – 53)
Desa (BPD) (psl. 55 - (psl. 25 – 53)
- RPJM-Desa dan
65) RKP-Desa
65) RKP-Desa APB-Desa •
Perangkat APB-Desa •
Perangkat Peraturan Desa •
Desa
• Peraturan Desa
Desa- Kinerja (Pelayanan)
- Kinerja (Pelayanan)
Pemerintah
Pemerintah
Perwakilan Panitia (ad- Dipilih Panitia (ad-
Kerja Sama • Kerja Sama •
Bagian hok) langsun hok)
Wilayah desa g Warga/ Warga/ yang dipilih
BUMDes BUMDes Masyarakat
Masyarakat secara Demokratis
Klp. Dengan Klp. Dengan
Lembaga Lembaga kepentingan kepentingan
Kemasyarak Kemasyarak khusus khusus
Pembangunan Desa
UU Desa secara tegas membedakan dengan tegas ‘desa membangun’ yang
Tata Kelola Desa Membangun
- Konsolidasi program/kegiatan di desa.
- Konsolidasi dan penguatan kelembagaan desa.
- Kesatuan perencanaan dan keuangan desa ( one village, one plan,one budget).
- Penguatan partisipasi, transparansi dan akuntabilitas pembangunan di tingkat desa.
Kegiatan Pemberdayaa n Masyarakat Kegiatan
Pelayanan Publik Kegiatan Pembanguna
Pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan
Tata Kelola (Tata Pemerintaha n) Desa Tata Kelola Supra Desa Desa Sebagai SUBYEK Pembangunan:
Implikasi Tata Kelola
Pembangunan Lokal Skala Desa
- Desa memiliki kewenangan yang jelas mencakup:
- – Kewenangan asal-usul azas pengakuan
- – Kewenangan skala lokal desa azas subsidiaritas
- – Penugasan
- Desa harus memiliki sumber-sumber pendanaan yang memadai.
- Desa memiliki hak untuk mengelola aset dan membentuk usaha.
- Desa diberi kewenangan untuk menjalankan sendiri proyek- proyek skala desa (swakelola).
- Tata kelola desa dibuat agar ada ‘check and balances’ dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan.
Tujuan Normatif Pembangunan Desa
(Pasal 78)
Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan- kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui:
penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar,
- – pembangunan sarana dan prasarana Desa,
- – pengembangan potensi ekonomi lokal,
- –
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
- – berkelanjutan.
Pembangunan Desa mengedepankan kebersamaan,
- kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna
Perencanaan Pembangunan Desa
- dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota, mencakup:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) untuk jangka waktu
- – 6 (enam) tahun;
Rencana Pembangunan Tahunan Desa, merupakan penjabaran dari Rencana
- – Pembangunan Jangka Menengah Desa.
- RPJM-Desa dan Rencana Tahunan Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.
- perencanaan di Desa dan merupakan pedoman dalam penyusunan APBDesa (one village, one plan, one budget) Program Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang berskala
Rencana Pembangunan Desa merupakan satu-satunya dokumen
- lokal Desa dikoordinasikan dan/atau diintegrasikan
Perencanaan Pembangunan Desa
- masyarakat Desa. Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan
- Pembangunan Desa. Musyawarah perencanaan Pembangunan Desa menetapkan prioritas,
- program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota. Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa dirumuskan - .
berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa
Tujuan Normatif Pembangunan Desa
(Pasal 78)
Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan- kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui:
penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar,
- – pembangunan sarana dan prasarana Desa,
- – pengembangan potensi ekonomi lokal,
- –
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
- – berkelanjutan.
Pembangunan Desa mengedepankan kebersamaan,
- kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna
Perencanaan Pembangunan Desa
- dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota, mencakup:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) untuk jangka waktu
- – 6 (enam) tahun;
Rencana Pembangunan Tahunan Desa, merupakan penjabaran dari Rencana
- – Pembangunan Jangka Menengah Desa.
- RPJM-Desa dan Rencana Tahunan Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.
- perencanaan di Desa dan merupakan pedoman dalam penyusunan APBDesa (one village, one plan, one budget) Program Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang berskala
Rencana Pembangunan Desa merupakan satu-satunya dokumen
- lokal Desa dikoordinasikan dan/atau diintegrasikan
Perencanaan Pembangunan Desa
- masyarakat Desa. Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan
- Pembangunan Desa. Musyawarah perencanaan Pembangunan Desa menetapkan prioritas,
- program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota. Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa dirumuskan - .
berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa
Pelaksanaan Pembangunan Desa
(Pasal 81)
Pembangunan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan seluruh masyarakat Desa dengan semangat gotong royong.
Pelaksanaan Pembangunan Desa dilakukan dengan memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam Desa.
Pembangunan lokal berskala Desa dilaksanakan sendiri oleh Desa
Swakelola
Pelaksanaan program sektoral yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk diintegrasikan dengan Pembangunan Desa.
Pemantauan dan Pengawasan
Pembangunan Desa (Pasal 82)
Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi mengenai- rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa. Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap
- pelaksanaan Pembangunan Desa.
Masyarakat Desa melaporkan hasil pemantauan dan berbagai
- keluhan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa kepada Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
Pemerintah Desa wajib menginformasikan perencanaan dan
- pelaksanaan Pembangunan –termasuk APBDesa- kepada masyarakat Desa melalui layanan informasi kepada umum dan
melaporkannya dalam Musyawarah Desa paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.
- menanggapi laporan pelaksanaan Pembangunan Desa.
Masyarakat Desa berpartisipasi dalam Musyawarah Desa untuk
Mengapa Negara Harus Mendukung
Pendanaan Pembangunan Skala Lokal Desa?
Implikasi asas pengakuan, subsidiaritas dan pemberdayaan.
Kesatuan kewenangan skala lokal desa Perencanaan Keuangan Pelaksanaan Pembangunan Desa
Investasi di tingkat desa akan menumbuhkan kegiatan ekonomi dan daya saing desa.
Devolusi keuangan ke desa terbukti mampu membangkitkan kekuatan sosial di desa (partisipasi masyarakat).
Problem kemiskinan terbesar ada di desa.
Paradigma pembangunan desa yang dikembangkan dalam
UU Desa Pelembagaan program-program skala desa untuk mendorong desa menjadi subyek dalam mengembangkan pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan.
Masalah Pelayanan, Pembangunan dan
Pemberdayaan Skala Loka Desa
Hampir 70% pemerintahan desa tidak berfungsi.- Desa tidak memiliki keuangan yang cukup untuk membangun
- – desa secara mandiri. Perangkat desa tidak dapat bekerja dengan efektif karena
- – ketidakjelasan status.
- kongkrit dari pemerintah.
Kapasitas kabupaten dalam mendukung desa rendah (rata-
Banyak desa-desa yang tertinggal, sehingga perlu pemihakan
rata PAD = 6% , rata-rata belanja personel= 50,3 terhadap
total APBD).- Program-program K/L masuk secara adhok dan terfragmentasi secara kelembagaan, perencanaan, keuangan dan pengelolaannya.
Sumber-Sumber Pendapatan Desa
(Pasal 72)
Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
10% dari dana transfer ke daerah (ini berarti dana transfer ke daerah adalah 110% yang terbagi 100% untuk daerah dan 10% untuk desa)
Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/
kota;
10% dari Pajak dan Retribusi Daerah
Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota;
10% dari DAU + DBH
Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/ kota;
Sumber Pendapatan Desa dari Pemerintah yang Dimandatkan UU Desa & Terus Menerus
Baik dana yang bersumber dari DAU
- DBH maupun alokasi dari APBN yang diperuntukan untuk desa
TAHUN 2013
- Transfer ke Daerah tahun 2014 = 592,5 T •
- Transfer ke Daerah tahun 2013 = 528,6 T
- DAU + DBH = 412 T
- Jumlah Desa (Permendagri 18 tahun 2013) = 72.944
- Jumlah Desa (Permendagri 18 tahun 2013) = 72.944
- Rata-rata Pendapatan Desa dari bagian dana perimbangan =454 T/ 72.944 = Rp. 623.629.955.
- Rata-rata Pendapatan Desa dari bagian dana perimbangan =412 T/ 72.944 = Rp. 564,816,846.
- Rata-rata Pendapatan Desa dari APBN on top dari Dana Transfer ke Daerah = 592,5 T/72.944 = Rp.
- Rata-rata Pendapatan Desa dari APBN on top dari Dana Transfer Daerah = 528,6 T/72.944 = Rp.
724.665.496.
Simulasi Pendapatan Desa dari Dana Perimbangan (Berdasarkan APBN Tahun 2013 dan Tahun 2014) TAHUN 2014
DAU + DBH = 454,9 T
812.404.036
Total pendapatan Desa dari dana yang bersumber dari APBN =
Total pendapatan Desa dari dana yang bersumber dari APBN =
Rp. 1,290,990,349
Rp. 1,436,033,121
Yang Perlu Diperhatikan
Dana yang dimandatkan untuk DAD pada dasarnya adalah
dana kabupaten/kota yang merupakan diskresi kabupaten/
kota. Kabupaten/kota saat ini memiliki kapasitas fiskal yangrendah. Alokasi dana desa yang bersumber dari DAU dan
DBH dapat mengurangi kemampuan kabupaten/kota dalam membiayai prioritas pembangunan skala kabupaten/kota.- Kapasitas kabupaten/kota dalam mendampingi beragam.
Pemanfaatan DAD di desa bisa tidak sesuai dengan tujuan
dan prioritas pembangunan kabupaten.
rent seeking
Ada resiko politisasi dan kabupaten terhadap
- desa oleh kabupaten. Ketidakseimbangan pendapatan daerah akan diturunkan ke
Skema Alokasi Keuangan Dari APBN
Merupakan wujud kongkrit dari pengakuan negara terhadap
kewenangan asal-usul (asas pengkuan) dan kewenangan skala lokal desa (asas subsidiaritas).
Memenuhi keseimbangan pembangunan desa sebagai akibat dari
keberagaman dari yang bersumber dari perimbangan.
Harus dialokasikan sesuai dengan kriteria untuk mendukung
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat desa.
Kriteria mencakup: jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, ketersediaan infrastruktur untuk akses dan pelayanan dasar, dll.
Penetapan alokasi APBN ke desa harus bersifat transparan dan
dapat dikontrol pemerintah dan desa.
Skema pencairan, pemanfaatan dan pertanggungjawaban dana
harus dibuat dengan baik sehingga alokasi menjadi efektif dan
Implikasi Kebijakan
Pendapatan Desa
Harus ada upaya mengefektifkan dana K/L untuk pembangunan desa ke dalam pendapatan desa.
Desa harus memiliki rekening desa yang dapat dikontrol oleh desa.
Desa mengembangkan sistem informasi dan
akuntabilitas pengelolaan dana dan pembangunan desa.Pengelolaan Aset Desa (Pasal 76 dan 77)
- tambatan perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik Desa.
Aset Desa dapat berupa tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan,
- yang ada di Desa dapat dihibahkan kepemilikannya kepada Desa.
Kekayaan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah berskala lokal Desa
- Desa. Kekayaan milik Desa yang telah diambil alih oleh Pemerintah Daerah
Kekayaan milik Desa yang berupa tanah disertifikatkan atas nama Pemerintah
- kabupaten/kota dikembalikan kepada Desa, kecuali yang sudah digunakan untuk fasilitas umum. Bangunan milik Desa harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan
- ditatausahakan secara tertib. Pengelolaan kekayaan milik Desa dilaksanakan berdasarkan asas kepentingan
- umum, fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, dan kepastian nilai ekonomi.
- kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat Desa serta meningkatkan pendapatan Desa.
Pengelolaan kekayaan milik Desa dilakukan untuk meningkatkan
- Pengelolaan kekayaan milik Desa dibahas oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa berdasarkan tata cara pengelolaan kekayaan milik Desa
BUM Desa (Pasal 87-90)
- Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa.
BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa dan ditetapkan dengan
Peraturan Desa.- Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk:
- – pengembangan usaha; dan
- –
Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan
untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, dan
Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan:- – memberikan hibah dan/atau akses permodalan;
- – melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan
- – memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.
Pembangunan Kawasan Perdesaan
(Pasal 83 sd 85)
- mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Pembangunan Kawasan Perdesaan meliputi:
Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dalam upaya
- penggunaan dan pemanfaatan wilayah Desa dalam rangka penetapan kawasan
- – pembangunan sesuai dengan tata ruang kabupaten/kota;
- – pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan; pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi perdesaan, dan
- – pengembangan teknologi tepat guna; dan pemberdayaan masyarakat Desa untuk meningkatkan akses terhadap
- – pelayanan dan kegiatan ekonomi.
pemanfaatan Aset Desa dan tata ruang Desa wajib
melibatkan Pemerintah Desa.- pendayagunaan Aset Desa untuk pembangunan Kawasan Perdesaan merujuk pada hasil Musyawarah Desa.
Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan melalui
- satuan kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa, dan/ atau BUM Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa.
- lokal Desa wajib diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.
- Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
- – mengembangkan sistem informasi Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan. Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyediakan
- –
informasi perencanaan pembangunan kabupaten/kota
untuk Desa. Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui - – sistem informasi Desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
Sistem informasi Desa dikelola oleh Pemerintah Desa
- – dan dapat diakses oleh masyarakat Desa dan semua
Rancangan pembangunan Kawasan Perdesaan dibahas bersama oleh
Pembangunan Kawasan Perdesaan
(Pasal 83 sd 85)
Pembangunan Kawasan yang terkait denganPerencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan
Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala
Sistem Informasi Pembangunan Desa dan
Pembangunan Kawasan Perdesaan (Pasal
86)
Sistem Informasi di Tingkat Kabupaten
Sistem Informasi di Tingkat Desa
Kerja Sama Antar Desa (pasal 92)
Kerja sama antar-Desa meliputi:
Pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk
mencapai nilai ekonomi yang berdaya saing; Kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat antar-Desa; dan/atau
Bidang keamanan dan ketertiban.
Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa melalui kesepakatan musyawarah antar-Desa.
Kerja sama antar-Desa dilaksanakan oleh badan kerja
sama antar-Desa yang dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa.Kerja Sama Antar Desa (pasal 92)
Musyawarah antar-Desa membahas hal yang berkaitan dengan:
pembentukan lembaga antar-Desa;
pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat dilaksanakan melalui skema kerja sama antar-Desa;
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program pembangunan antar-Desa;
pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar-Desa,
dan Kawasan Perdesaan;
masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada; dan
kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar- Desa.
Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa, badan kerja
Pemberdayaan Pemerintah dan Masyarakat
Desa (Pasal 112 ayat 3)
Pemerintah, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota memberdayakan masyarakat Desa dengan:
menerapkan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, teknologi tepat guna, dan temuan baru untuk
kemajuan ekonomi dan pertanian masyarakat Desa; meningkatkan kualitas pemerintahan dan masyarakat Desa melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; dan
mengakui dan memfungsikan institusi asli dan/atau yang
sudah ada di masyarakat Desa. Pemberdayaan masyarakat Desa dilaksanakan dengan pendampingan dalam perencanaan,
BPD,
Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Mudes, BUMD, Perdes,Bangdes
Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Kawades, Keudes, Asdes dan PMD
Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.
Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa. Kedudukan Desa
Desa berkedudukan di Kabupaten/kota
Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat; Penyebutan disesuaikan dengan lokalitas. Penataan Pemerintah/Daerah Bertujuan;
Mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa;
Mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;
Meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan
Penataan Meliputi;
Pembentukan;
Penghapusan;
Penggabungan;
Perubahan status; dan Penetapan Desa. Syarat Pembentukan Desa;
Batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan;
Wilayah Jawa paling sedikit 6.000 (enam ribu) jiwa atau 1.200 (seribu dua ratus) kepala
keluarga; Wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau 1.000 (seribu) kepala keluarga;
Wilayah Sumatera paling sedikit 4.000 (empat ribu) jiwa atau 800 (delapan ratus) kepala
keluarga; Wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara paling sedikit 3.000 (tiga ribu) jiwa atau 600 (enam ratus) kepala keluarga;
Wilayah Nusa Tenggara Barat paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) jiwa atau 500 (lima ratus) kepala keluarga;
Wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Kalimantan
Selatan paling sedikit 2.000 (dua ribu) jiwa atau 400 (empat ratus) kepala keluarga;
Wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara
paling sedikit 1.500 (seribu lima ratus) jiwa atau 300 (tiga ratus) kepala keluarga; Wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara paling sedikit 1.000 (seribu) jiwa atau 200 (dua ratus) kepala keluarga; dan
Wilayah Papua dan Papua Barat paling sedikit 500 (lima ratus) jiwa atau 100 (seratus) kepala keluarga.
Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antarwilayah;
Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa;
Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung;
Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota;
Sarana dan prasarana bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan
Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Desa Persiapan
Dalam wilayah Desa dibentuk dusun atau yang disebut dengan nama lain yang disesuaikan dengan asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa.
Pembentukan Desa dilakukan melalui Desa
persiapan. Desa persiapan merupakan bagian
dari wilayah Desa induk. Desa persiapan dapat ditingkatkan statusnya menjadi Desa dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun.
Peningkatan status dilaksanakan berdasarkan Penghapusan dan Perubahan Status Desa
Desa dapat dihapus karena bencana alam dan/atau kepentingan program nasional yang strategis.
Dua Desa atau lebih yang berbatasan dapat digabung menjadi Desa baru berdasarkan kesepakatan Desa yang bersangkutan dengan memperhatikan persyaratan yang ditentukan dalam Undang-Undang ini.
Desa dapat berubah status menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa melalui Musyawarah Desa dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat Desa.
Seluruh barang milik Desa dan sumber pendapatan Desa yang berubah menjadi kelurahan menjadi kekayaan/aset Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kelurahan tersebut dan pendanaan kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengubah status kelurahan menjadi Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat dan memenuhi
persyaratan yang ditentukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kelurahan yang berubah status menjadi Desa, sarana dan prasarana menjadi milik Desa dan dikelola oleh Desa yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat Desa.
Pendanaan perubahan status kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Tata Cara
Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan Desa di kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan nasional;
Pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau perubahan
status Desa menjadi kelurahan ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan, penghapusan,
penggabungan, dan/atau perubahan status Desa menjadi kelurahan
atau kelurahan menjadi Desa yang telah mendapatkan persetujuan
bersama Bupati/Walikota dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
diajukan kepada Gubernur. Gubernur melakukan evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang
pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau perubahan status Desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi Desa berdasarkan urgensi, kepentingan nasional, kepentingan daerah, kepentingan masyarakat Desa, dan/atau peraturan perundang- undangan. Persetujuan Gubernur
Gubernur menyatakan persetujuan terhadap Rancangan Peraturan Daerah paling lama 20 (dua puluh) hari setelah menerima Rancangan Peraturan Daerah.
Dalam hal Gubernur memberikan persetujuan atas Rancangan Peraturan Daerah,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melakukan penyempurnaan dan penetapan
menjadi Peraturan Daerah paling lama 20 (dua puluh) hari. Dalam hal Gubernur menolak memberikan persetujuan terhadap Rancangan
Peraturan Daerah, Rancangan Peraturan Daerah tersebut tidak dapat disahkan
dan tidak dapat diajukan kembali dalam waktu 5 (lima) tahun setelah penolakan
oleh Gubernur. Dalam hal Gubernur tidak memberikan persetujuan atau tidak memberikan penolakan terhadap Rancangan Peraturan Daerah dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud, Bupati/Walikota dapat mengesahkan Rancangan Peraturan Daerah tersebut serta sekretaris daerah mengundangkannya dalam Lembaran Daerah dan Berita Daerah.
Dalam hal Bupati/Walikota tidak menetapkan Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui oleh Gubernur, Rancangan Peraturan Daerah tersebut dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari setelah tanggal persetujuan Gubernur dinyatakan berlaku dengan sendirinya. Pengundangan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang
pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan perubahan status Desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi Desa diundangkan setelah mendapat nomor registrasi dari Gubernur dan kode Desa dari Menteri.
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota disertai lampiran peta batas wilayah Desa. Kewenangan Desa
Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. Kewenangan Desa Meliputi;
Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
Kewenangan lokal berskala Desa;
Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Kabupaten/Kota
Daerah ; dan
Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Kabupaten/Kota
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Asas Penyelenggaraan
Pemdes Kepastian hukum;
Tertib penyelenggaraan pemerintahan;
Tertib kepentingan umum;
Keterbukaan;
Proporsionalitas;
Profesionalitas;
Akuntabilitas;
Efektivitas dan efisiensi;
Kearifan lokal;
Keberagaman; dan Tugas Kepala Desa
Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Wewenang Kepala Desa
Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;
Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;
Menetapkan Peraturan Desa;
Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
Membina kehidupan masyarakat Desa;
Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;
Mengembangkan sumber pendapatan Desa;
Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;
Memanfaatkan teknologi tepat guna;
Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;
Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Hak Kepala Desa
Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja
Pemerintah Desa; Mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;
Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;
Mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan; dan
Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat Desa. Kewajiban Kepala Desa
Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika; Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;
Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;
Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme;
Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan di Desa;
Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;
Mengelola Keuangan dan Aset Desa;
Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;
Menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;
Mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;
Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;
Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;