Pemilihan, efek samping, dan gambaran efek kombinasi psikotropika dalam usaha detoksifikasi ketergantungan napza di panti rehabilitasi Puri Nurani periode September-Desember 2003 - USD Repository
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMILIHAN, EFEK SAMPING, DAN GAMBARAN EFEK
KOMBINASI PSIKOTROPIKA DALAM USAHA DETOKSIFIKASI
KETERGANTUNGAN NAPZA DI PANTI REHABILITASI PURI NURANI
PERIODE SEPTEMBER – DESEMBER 2003
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi Diajukan Oleh:
MARTINUS HADIBOWO
NIM : 998114216
NIRM : 990051122004120187
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi
Berjudul
PEMILIHAN, EFEK SAMPING, DAN GAMBARAN EFEK
KOMBINASI PSIKOTROPIKA DALAM USAHA DETOKSIFIKASI
KETERGANTUNGAN NAPZA DI PANTI REHABILITASI PURI NURANI
PERIODE SEPTEMBER – DESEMBER 2003
Oleh:
MARTINUS HADIBOWO
NIM: 998114216 NIRM: 990051122004120187
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada Tanggal : 26 Desember 2007
Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Dekan Rita Suhadi, M.Si., Apt
Dosen Pembimbing: Dra. A. M. Wara Kusharwanti, Apt.
Panitia Penguji: 1. Aris Widayati M,Si., Apt .........................
2. Dra. A. M. Wara Kusharwanti, Apt. ........................
3. Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt .........................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A d M a i o r e m A d M a i o r e m
D e i G l o r i a m D e i G l o r i a m
Skripsi ini tersembahkan kepada : 1.
Tuhan yang Maha Esa sebagai bentuk
pelayanan nyata.
2. Orangtua sebagai ungkapan rasa hormat terima kasih, dan bakti yang tak terhingga.
3. kepada Almamaterku, Rekan-rekan pemakai, dunia Farmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, September 2007 Penulis, Martinus Hadibowo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Dalam beberapa tahun terakhir ini, penyalahgunaan napza menjadi masalah yang sangat besar. Fenomena napza bagaikan gunung es. Tidak disangkal bahwa peredaran napza tersebut sangat meresahkan masyarakat karena banyak dampak negatif yang ditimbulkan.
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif kwalitatif. Langkah penelitian yang dilakukan meliputi tahap perencanaan, tahap pengambilan data, dan tahap pengolahan data. Instrumen yang digunakan adalah tabel isian pemakaian obat- obatan yang digunakan dalam satu hari selama periode September sampai dengan Desember 2003, hasil wawancara dengan dokter dan standart pengobatan panti rehabilitasi Puri Nurani Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 orang pasien ketergantungan napza yang dirawat di panti rehabilitasi Puri Nurani selama periode September- Desember 2003 adalah pasien berjenis kelamin laki-laki lebih besar yaitu 90% dan perempuan sebesar 10%. Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu 1 pasien mendapatkan kombinasi obat siang terdiri dari Triheksifenidil 2 mg dan Haloperidol 5 mg (kombinasi A); 2 pasien mendapatkan kombinasi obat siang yang terdiri dari Haloperidol 5 mg, Trihexypenidil 2 mg, dan Klorpromazin 100 mg (kombinasi B); serta 7 pasien mendapatkan kombinasi obat siang terdiri dari Untuk hari 1 – 7: Codein 60 mg, Haloperidol 2,5 mg, THP 2 mg, Tramadol 50 mg, CTM 4 mg, Papaverin 40 mg ; dan Untuk hari 8 – 10 : Haloperidol 2,5 mg dan THP 2 mg (kombinasi C). Semua pasien mendapatkan kombinasi yang sama untuk obat malam, yaitu klorpromazine 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg dan diazepam 5 mg. Kombinasi C merupakan kombinasi yang paling mendekati standar kombinasi yang ada di Puri Nurani, tetapi semua kombinasi obat tidak dapat dikatakan tidak rasional karena kombinasi obat diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Efek samping kombinasi obat terbagi dalam dua kategori yaitu efek samping yang membantu terapi detoksifikasi (misalnya mengantuk dan lemas), dan efek samping yang mengganggu terapi detoksifikasi (misalnya parkinson dan lidah kaku). Dari kombinasi obat yang diberikan pada pasien, untuk obat siang yang paling baik memberikan gambaran efeknya adalah kombinasi B dengan waktu onset sebesar 1,67 jam dan waktu durasi 5,34 jam, serta dapat mencegah timbulnya gejala tambahan yang mungkin timbul. Kombinasi obat malam memberikan waktu onset sebesar 0,94 jam dan waktu durasi sebesar 5,24 jam.
Kata kunci : Napza, detoksifikasi, kerasionalan, efek samping, gambaran efek kombinasi obat, kombinasi obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
In the last few years the, abuse of napza become very big problem.Phenomenon napza as ices mount. Is not denied that circulation of napza hardly fret public by many the generated negativities impacts.
Research taken is type of research of non-experimental with qualitative descriptive research device. Step of research which done cover planning stage, phase of intake of data, and phase is data-processing. Instrument which applied is tables of stuffing of usage of drugs which applied in one day during periods Septembers up to Decembers 2003, interview result with doctor and standard medication of Puri Nurani rehabilitation center Jakarta.
Research result indicate that out of 10 patient people of dependence of napza which taken care of in Puri Nurani rehabilitation center during period September-Desember 2003 is bigger men gender patient that is 90% and woman equal to 10%. From observation which got by done is result that is 1 patient get drugs combination noon consisting of Triheksifenidil 2 mg and Haloperidol 5 mg (combination A); 2 patient get noon drug combination consisting of Haloperidol 5 mg, Trihexypenidil 2 mg, and Klorpromazin 100 mg (combination B); and also 7
st th
patient get noon drug combination consist of day 1 - 7 : Codein 60 mg, Haloperidol 2,5 mg, THP 2 mg, Tramadol 50 mg, CTM 4 mg, Papaverin 40 mg;
th th
and for day 8 - 10 : Haloperidol 2,5 mg and THP 2 mg (combination C). All patients get same drugs combination for night’s medication that is klorpromazine 200 mg, 125 mg, 100 mg, 50 mg and 5 mg diazepam. Combination C is nearest combination of the combination standard in Puri, Nurani, but all drugs combinations cannot irrational told by drugs combinations are given as according to requirement and condition of patients. Drug combination side effects divided in two category that is side effects assisting detoxification therapy (for example is sleepy and weakened), and side effects bothering detoxification therapy (for example Parkinson and stiff tongue).
From passed by drug combination is patient, for best noon drug give image of the effect is combination B with onset time equal to 1,67 hour and duration time of 5,34 hour, and also can prevent incidence of addition symptom which possibly arising. Night drug combination give onset time equal to 0,94 hour and duration time equal to 5,24 hour.
Keyword : Napza, detoxification, rational, side effects, image of effect drug combination, drugs combination.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul
PEMILIHAN, EFEK SAMPING, DAN GAMBARAN EFEK KOMBINASI
PSIKOTROPIKA DALAM USAHA DETOKSIFIKASI
KETERGANTUNGAN NAPZA DI PANTI REHABILITASI PURI NURANI PERIODE SEPTEMBER – DESEMBER 2003 dapat terselesaikan.Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan untuk menambah wawasan di dunia farmasi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. A. M. Wara Kusharwanti, Apt, selaku dosen pembimbing dan penguji yang telah dengan sabar membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Edi Joko Santoso, S.Si., Apt, yang juga telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Orang tua saya yang telah memberikan dorongan dan bantuan secara moril maupun materiil dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Wakil Direktur I Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Herdjan, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Bapak Dr. Antonius S. SpKj, yang telah memberikan keterangan- keterangan yang diperlukan penulis dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Bapak Dr. R. Surya Widya, SpKj, selaku penanggung jawab ruang panti rehabilitasi Puri Nurani yang telah memberi ijin dan mendampingi dalam melakukan penelitian ini.
7. Seluruh perawat yang bertugas di ruang panti rehabilitasi Puri Nurani, yang telah membantu dalam melakukan penelitian ini.
8. Para pasien atau klien yang dirawat di panti rehabilitasi Puri Nurani atas kerja sama dan penerimaannya dalam penelitian ini.
9. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
10. Ibu Aris Widayati M,Si., Apt, selaku Dosen Penguji
11. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt, selaku Dosen Penguji
12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang selalu mendorong semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tak ada gading yang tak retak demikian pula dengan apa yang tertuang dalam skripsi ini yang masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu berbagai saran dan kritik yang membangun saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pembaca dan bagi dunia farmasi pada khususnya.
Yogayakarta, September 2007 Penulis
DAFTAR ISI
INTISARI ...................................................................................................
1. Definisi Narkotika dan Penggolongannya ...........................
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ....................................................... A. Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif ........................................
B. Tujuan Penelitian...............................................................................
3. Manfaat Penelitian ......................................................................
2. Keaslian Penelitian......................................................................
1. Rumusan Permasalahan ............................................................
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................... A. Latar Belakang .................................................................................
ABSTRACT ................................................................................................. PRAKATA.................................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................... DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR GAMBAR.................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................
Halaman i ii iii iv v vi vii viii x xiv xv xvi
8 HALAMAN JUDUL ..................................................................................
8
8
6
6
5
5
1
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Definisi Psikotropika dan Penggolongannya.......................
9 3. Zat Adiktif ...........................................................................
12 B. Penyalahgunaan Napza ....................................................................
12 1. Ciri-Ciri Penyalahguna Napza .............................................
14 2. Tingkatan Ketergatungan Napza .........................................
14
3. Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza.........................................................
16 C. Zat yang Biasa Disalahgunakan, Gejala, Resiko, dan Cara Pemakaian .........................................................................
19 1. Narkotika .............................................................................
19 a. Golongan Opiat.....................................................
20 b. Ganja.....................................................................
21 c. Kokain...................................................................
23 2. Psikotropika .........................................................................
24 a. Stimulansia ...........................................................
24 b. Amfetamin ............................................................
25 c. Methamphetamine ................................................
26 d. Sedativa Hipnotika................................................
27 3. Zat Adiktif ...........................................................................
29 D. Penatalaksanaan Ketergantungan Napza .........................................
31 1. Konsep Dasar Penatalaksanaan...........................................
31 2. Penatalaksanaan Untuk Ketergantungan Napza .................
34 a. Terapi Detoksifikasi ............................................
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Terapi Medik Psikiatrik (Psikofarmaka) ..............
37 c. Terapi Medik Psikiatrik (Psikoterapi) ..................
47 d. Terapi Medik – Somatik .......................................
47 e. Terapi Psikosal......................................................
47 f. Terapi Religius......................................................
47 g. Rehabilitasi ...........................................................
47
3. Prinsip Pengobatan Ketergantungan Napza yang efektif .........................................................................
48 E. Kerasionalan Penggunaan Obat .......................................................
49 F. Standart Pengobatan atau Rehabilitasi Detoksifikasi Panti Rehabilitasi Puri Nurani .........................................................
50 G. Keterangan Empiris .........................................................................
53 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..............................................
54 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................
54 B. Definisi Operasional ........................................................................
54 C. Instrumentasi Penelitian...................................................................
57 D. Lokasi Penelitian..............................................................................
57 E. Jalannya Penelitian...........................................................................
58 1. Tahap Persiapan...................................................................
58 2. Tahap Pengambilan Data .....................................................
58 3. Proses Pengolahan Data.......................................................
58 F. Kelemahan Penelitian ......................................................................
59 G. Subyek Penelitian.............................................................................
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H. Tata Cara Analisis Hasil ..................................................................
59 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
60 A. Gambaran Umum Pasien Rawat Inap (Detoksifikasi) Panti Rehabilitasi Puri Nurani Selama Bulan September – Desember 2003...........................................................
60 B. Kerasionalan Penggunaan Kombinasi Obat Yang Diberikan Kepada Pasien Selama Menjalani Terapi Detoksifikasi Di Panti Rehabilitasi Puri Nurani ....................................................
61 C. Efek Samping Yang Terjadi Dari Penggunaan Kombinasi Obat Yang Digunakan Pasien Dalam Menjalani Terapi Detoksifikasi ........................................................................
67 D. Efektivitas Penggunaan Kombinasi Obat Yang Diberikan Pada Pasien Selama Terapi Detoksifikasi Di Panti Rehabilitasi Puri Nurani ....................................................
71 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
80 A. Kesimpulan ......................................................................................
80 B. Saran ................................................................................................
81 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
84 Lampiran ....................................................................................................
87 Biografi Penulis .......................................................................................... 139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1. Standart Kombinasi Obat yang Dipakai Pada Siang Hari DI Panti Rehabilitasi Puri Nurani ............................................................
51 Tabel 2. Standart Kombinasi Obat yang Dipakai Pada Siang Malam
52 di Panti Rehabilitasi Puri Nurani ............................................... Tabel 3. Data Gambaran Umum Pasien Rawat Inap Panti Rehabilitasi Puri Nurani September-Desember 2003 ...........................................
61 Tabel 4. Gambaran efek obat dan gejala tambahan yang terjadi pada penggunaan masing-masing kombinasi obat.............................
73 Tabel 5. Gambaran waktu efek obat malam yang diberikan selama terapi detoksifikasi ....................................................................
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema terjadinya penyalahgunaan 19 dan ketergantungan napza ......................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat ijin penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta .............................
87 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Rumah Sakit Dr. Soeharto Herdjan Jakarta .................................................................................
88 Lampiran 3. STANDART DETOKSIFIKASI NAPZA “PURI NURANI” .............................................................
89 Lampiran 4. Tabel Isian Penggunaan Obat Sehari-hari Pasien Rawat Inap di Panti Rehabilitasi Puri Nurani..........
90 Lampiran 5. Data Pola Penggunaan Obat Dalam Terapi Detoksifikasi Gejala Putus Obat (Withdrawal Syndrome)
Pada Pasien Rawat Inap Penyalahgunaan Dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif Di Panti Rehabilitasi Puri Nurani Periode September-Desember 2003....................................
91 Lampiran 6. Hasil Wawancara Dengan Dokter Yang Bertanggungjawab Terhadap Klien atau Pasien Rehabilitasi ketergantungan Napza di Puri Nurani............. 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Dalam beberapa tahun terakhir ini, penyalahgunaan napza (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif) menjadi masalah yang sangat besar bagi dunia internasional dan terutama bagi bangsa Indonesia yang disebut termasuk dalam segitiga emas dalam peredaran napza. Tidak disangkal bahwa peredaran napza tersebut sangat meresahkan masyarakat karena banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Jika pada dekade lalu peredaran napza hanya terfokus pada kaum muda dan usia-usia produktif, belakangan ini napza mulai menyusup kedalam kalangan yang lebih luas mulai dari kalangan elit, selebritis, kalangan menengah, dan kalangan bawah, mulai dari usia anak-anak sampai dengan lansia.
Fenomena napza bagaikan gunung es (ice berg), artinya yang nampak di permukaan lebih kecil daripada yang tidak kelihatan (di bawah permukaan laut).
Pemerintah menyebutkan angka resmi penyalahgunaan napza 0,065% dari dua ratus juta jiwa atau sama dengan seratus tiga puluh jiwa. Penelitian yang dilakukan oleh Hawari dan kawan-kawan pada tahun 1998 menyebutkan bahwa angka sebenarnya adalah sepuluh kali lipat dari angka resmi (dark number=10), atau dengan kata lain bila ditemukan satu orang penyalahguna atau ketergantungan napza artinya ada sepuluh orang lainnya yang tidak terdaftar resmi.(Hawari, 2001)
Diasumsikan bahwa bila data pemerintah itu benar, maka paling sedikit jumlah penyalahguna atau ketergantungan napza di Indonesia berjumlah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 koma tiga juta jiwa. Bila diasumsikan setiap penyalahguna atau ketergantungan napza mengeluarkan uang paling sedikit seratus ribu rupiah dalam sehari untuk mengkonsumsi napza, maka biaya yang dikeluarkan minimal seratus tiga puluh milyar per hari (Hawari, 2001).
Penelitian yang diakukan oleh Hawari dan kawan-kawan tahun 1998, dari pasien penyalahguna atau ketergantungan napza jenis opiat (heroin) ditemukan angka kematian (mortality rate) mencapai angka 12,16%. Mereka yang mengalami komplikasi medik berupa kelainan paru-paru sebesar 53,73%, gangguan fungsi hati 55,10% dan hepatitis C sebesar 56,53%, sedangkan yang terinfeksi HIV sebesar 33,33% (Hawari,2001).
Studi kepustakaan menunjukkan angka kekambuhan cukup tinggi yaitu 43,9%. Metode terapi dan rehabilitasi yang ditentukan oleh Hawari dapat menekan angka kekambuhan hingga 12,21% dan apabila yang bersangkutan taat beribadah maka angka kekambuhan dapat diperkecil lagi yaitu 6,83% (Hawari, 2001).
Dari mereka yang mengalami kekambuhan ternyata ada tiga faktor utama sebagai penyebab yaitu faktor teman 58,3%, faktor sugesti (craving) 23,21%, dan faktor frustrasi atau stress 18,43% (Hawari, 2001).
Penyalahgunaan dan ketergantungan napza merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, penyakit kronik yang berulang kali kambuh dan merupakan gangguan mental adiktif (Hawari, 2001).
Sebelum tahun 1990 jarang sekali terdengar pusat rehabilitasi napza di Indonesia, tetapi sejak tahun 1997, pusat rehabilitasi napza di Indonesia mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 menjamur. Pada bulan Desember tahun 2000, di Jakarta dan sekitarnya sudah terdaftar sekitar seratus pusat penanggulangan napza. Dengan motivasi, dasar pemikiran, metode, sasaran dan program-programnya yang sangat bervariasi (Somar, 2001).
Pada awal tahun 2001, pemerintah Indonesia bertekad mengurangi penyalahgunaan napza secara lebih konfrontatif dan terbuka, dan telah dibentuk suatu badan nasional yang berkoordinasi dengan menteri negara masalah kemasyarakatan, yang disebut BKNN (Badan Koordinasi Narkotika Nasional).
Sejalan dengan upaya pemerintah mengatasi penyalahgunaan napza yang semakin meningkat, Departemen Kesehatan mengeluarkan kebijakan agar setiap rumah sakit tipe A dan B menyediakan unit pelayanan rehabilitasi napza (Anonim, 2001).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Rumah Sakit Jiwa Soeharto Herdjan yang bertindak sebagai rumah sakit jiwa pusat nasional menyediakan unit pelayanan kesehatan untuk pasien penyalahgunaan napza di bagian Puri Nurani, baik dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Puri Nurani merupakan panti rehabilitasi napza yang terdapat di rumah sakit jiwa Soeharto Herdjan Jakarta (Anonim, 2000).
Dalam programnya pusat-pusat rehabilitasi menggunakan berbagai macam metode pendekatan pula, salah satunya adalah terapi detoksifikasi dengan menggunakan obat. Dalam pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan napza tersebut selalu menyertakan para ahli dalam bidangnya masing-masing seperti dokter,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 psikiater, psikolog, sosiolog, rohaniwan, tokoh agama, dan ahli dalam bidang terapi serta pekerja sosial.
Terapi (pengobatan) terhadap penyalahgunaan dan ketergantungan napza terdiri atas dua tahapan yaitu detoksifikasi dan pasca-detoksifikasi (pemantapan) (Hawari,2001). Terdapat berbagai macam cara detoksifikasi yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi pasien dan keluarganya, yaitu : a.) detoksifikasi tanpa anestesi
1.) detoksifikasi dengan pemutusan segera (abrupt withdrawal atau cold turkey) 2.) detoksifikasi simptomatik 3.) detoksifikasi subtitusi
b.) detoksifikasi dengan anestesi Detoksifikasi Opiat Cepat dengan Anestesi (D.O.C.A)
Peranan seorang apoteker jarang sekali tampak dalam pelayanan rehabilitasi tersebut, sementara obat-obatan yang dipakai dalam rehabilitasi napza menggunakan obat-obat keras yang termasuk dalam golongan psikotropika. Penggunaan psikotropika sebagai sarana pengobatan dalam rehabilitasi selayaknya diawasi oleh seorang ahli dalam bidang obat-obatan yaitu apoteker, mengingat efek yang tidak diharapkan sangat berbahaya, maka seorang apoteker sebaiknya memberikan pertimbangan atau usulan kepada dokter dalam memilih psikotropika yang akan dipakai dengan dosis yang sesuai.
Hal ini sering disebabkan oleh karena seorang apoteker jarang sekali peduli dengan masalah penyalahgunaan napza yang merupakan masalah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 sangat terkait dengan bidang ilmu yang dimiliki oleh seorang apoteker, sementara fungsinya sebagai pusat informasi penggunaan obat sering kali dirangkap oleh seorang dokter.
1. Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana pemilihan kombinasi obat yang diberikan kepada pasien dalam menjalani terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani ?
2. Bagaimana efek samping yang terjadi dalam terapi detoksifikasi yang diberikan dengan menggunakan psikotropika ?
3. Bagaimana gambaran efek penggunaan psikotropika yang dipakai dalam terapi detoksifikasi di panti rehabilitasi Puri Nurani ?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh yang diketahui peneliti, penelitian yang mempelajari tentang pemilihan psikotropika dalam rangka rehabilitasi ketergantungan napza di panti rehabilitasi Puri Nurani belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang pernah dilakukan tentang penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif dengan judul “Profil Penyalahgunaan Psikotropika di Kalangan Mahasiswa Angkatan tahun 1996-2000 Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” (Astinigsingsih, 2001) dan “Pola Pengobatan Terapi Putus Obat (Withdrawal Syndrome) Pada Pasien Rawat Inap Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif di RS DR. Sardjito Yogyakarta” (Budiarti, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya adalah penggambaran dan pola pengobatan yang dilakukan dalam rehabilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 ketergantungan napza. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang lebih menekankan pada analisis kerasionalan penggunaan kombinasi obat, keefektifan kombinasi obat, dan efek samping obat yang digunakan dalam terapi detoksifikasi pasien ketergantungan napza.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk mengembangkan konsep
pelayanan farmasi klinik khususnya dalam mengevaluasi pemberian obat pada pasien di panti rehabilitasi.
b. Manfaat praktis :
1) Memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan rejimen terapetik pada pasien ketergantungan napza di panti rehabilitasi Puri Nurani.
2) Informasi yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka rehabilitasi ketergantungan napza, terutama dalam kerasionalan penggunaan psikotropika yang digunakan.
B.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Dapat memberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai kerasionalan pemakaian psikotropika dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rehabilitasi pasien ketergantungan napza.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pemilihan kombinasi obat yang diberikan pada pasien detoksifikasi ketergantungan napza.
b. Mengetahui efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan psikotropika tersebut.
c. Mengetahui gambaran efek kombinasi obat agar didapatkan efek yang diinginkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif
1. Definisi Narkotika Dan Penggolongannya
Narkotika adalah obat atau zat aktif yang bekerja menekan susunan saraf pusat, efek terutama yang ditimbulkan narkotika adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, dan mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri serta memberikan efek ketergantungan atau adiksi. Digunakan sebagai analgesik, antitusif, antispasmodik, dan premedikasi anestesi dalam praktek kedokteran (Maslim, 2001).
Menurut undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang narkotika, yang dinamakan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menurunkan, menghilangkan, dan mengurangi rasa nyeri, serta dapat dapat menimbulkan ketergantungan. Yang tergolong narkotika misalnya : opioid, kokain, ganja, morphin, codein, petidin, papaverin .
Narkotika terbagi atas tiga golongan,yaitu:
a. Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk tujuan pengobatan karena mempunyai potensi yang sangat kuat menimbulkan ketergantungan. Contoh : heroin, ganja, dan kokain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9 b. Narkotika golongan II : Narkotika yang digunakan sebagai pilihan terakhir untuk pengobatan dan dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang kuat menimbulkan sindroma ketergantungan obat. Contoh : morphin, metadon dan opium.
c. Narkotika golongan III : Narkotika yang banyak digunakan dalam pengobatan dan tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menimkan sindrom ketergantungan obat. Contoh : codein (Asikin, 2002).
2. Definisi Psikotropika dan Penggolongannya
Psikotropika adalah zat atau obat yang kerjanya mempengaruhi fungsi otak, fungsi psikiatrik, kelakuan atau pengalaman. Psikotropika bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and behaviour altering drug), digunakan dalam terapi psikiatrik (Maslim, 2001).
Sebenarnya psikotropika baru dikenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi yaitu psikofarmaka yang khusus mempelajari psikotropika.
Psikotropika mulai berkembang pesat setelah ditemukannya Alkaloid Raulwolfia dan Chlorpromazine yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psikiatrik (Santoso, 1995).
Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropika dibagi menjadi empat golongan, yaitu antipsikosis, anti ansietas, antidepresan, dan psikotogenik.
Neuroleptik berguna untuk terapi psikosis akut maupun kronik. Antipsikosis ini bekerja mengatasi agresivitas, hiperreaktivitas, dan labilitas emosional pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 pasien psikosis. Contoh psikotropika adalah klorpromazin, mepazin, asetofenazin, klorprotiksen, haloperidol (Santoso, 1995).
Antiansietas terutama berguna untuk pengobatan simptomatik penyakit psikoneurisis dan berguna sebagai obat tambahan pada terapi penyakit yang didasari ansietas atau perasaan cemas dan ketegangan mental. Contoh psikotropik golongan ini adalah klordiazepoksid, diazepam, klorazepat, lorazepam, halozepam (Santoso, 1995).
Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk terapi mengatasi tekanan mental (depresi mental). Obat ini terbukti dapat menghilangkan atau mengurangi depresi yang timbul pada beberapa jenis skizofrenia. Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam kesadaran, bertambahnya aktivitas fisik, dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang baik dan berkurangnya pikiran morbid. Contoh psikotropik jenis ini adalah imipramine, amoxapine, meclobemide, citalopram, trazodone (Santoso dan wiria, 1998).
Psikotogenik ialah obat yang menimbulkan kelainan tingkah laku, disertai halusinasi, ilusi, gangguan cara berfikir dan perubahan alam perasaan, jadi dapat menimbulkan psikosis. Psikosis toksik memang dapat timbul setelah pemberian berbagai jenis obat, tetapi obat baru digolongkan psikotogenik jika dapat menimbulkan keadaan psikotik tanpa delirium dan disorientasi. Contoh psikotropika jenis ini adalah meskalin dietilamid asam lisergad (Santoso, 1995).
Menurut undang-undang psikotropika no.5 tahun 1997, psikotropika diklasifikasikan menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
a. Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi, serta mempunyai potensi amat kuat menimbulkan sindroma ketergantungan. Contoh : 3,4 methylenedioxy methamphenthamine (mdma), dietilamid asam lisergad (lsd).
b. Psikotopika golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amphetamine, fenisiklidin, sekobarbital, metakualon, metilfemidad (ritalin).
c. Psikotropika golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : fenobarbital, dan flunitrazepam
d. Psikotropika golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : diazepam, klobazepam, bromazepam, klonazepam, klordiazepoksid, nitrazepam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah zat atau bahan yang dapat menimbulkan gejala ketagihan atau adiksi (addiction) dan ketergantungan atau dependensi (dependention). Zat adiktif terbagi atas beberapa jenis dan pembagiannya berdasarkan cara pemakaian bahan tersebut seperti diminum (alkohol), dihirup (solvent), dimakan (magic mushrooms) (Sudirman, 2000).
B. Penyalahgunaan Napza
Penyalahgunaan napza menurut organisasi kesehatan dunia adalah pemakaian napza yang berlebihan, secara terus-menerus atau berkala di luar maksud medis atau pengobatan. Menurut Depkes RI, penyalahgunaan napza adalah pemakaian zat terus-menerus atau berkali-kali secara berlebihan dan tidak menurut petunjuk dokter. Penyalahgunaan napza dapat menimbulkan gangguan tertentu pada seseorang baik fisik maupun psikologik yang diikuti bahaya yang tidak diinginkan (Hawari, 2000).
Manifestasi penyalahgunaan obat dapat diketahui dari hal-hal sebagai berikut yaitu, terdapat tanda-tanda pemakai obat (penyalahgunaan obat), terjadinya keadaan putus obat (withdrawal syndrome atau sindroma abstinentia), terjadinya kelebihan dosis akut, adanya komplikasi medik (penyulit kedokteran), dan komplikasi lainnya (sosial dan legal) (Asikin,2002).
Asas manfaat dan resiko penggunaan psikotropika adalah, penggunaan psikoropika yang rasional akan mengakibatkan meredanya sasaran gejala dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13 memberikan peluang untuk integrasi biologis dan sosial terapi psikososial akhirnya pemulihan dari keadaan sakit (Asikin,2002 ).
Penggunaan psikotropika yang tidak rasional akan mengakibatkan ketergantungan obat dan disintegrasi biologis psikologis dan sosial terjadi disabilitas akhirnya cacat yang makin lama makin berat (Maslim, 2000).
Ketagihan napza adalah keadaan dimana seseorang secara psikologis merasa ingin untuk menggunakan atau memakai kembali napza (Rahardja, 2002).
Ketergantungan napza adalah keadaan ketergantungan fisik maupun psikologik, yang ditandai oleh adanya toleransi dan gejala-gejala putus obat (Rahardja, 2002).
Tidak semua zat atau obat dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Zat atau bahan yang dapat menimbulkan ketagihan atau ketergantungan mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut :
a. keinginan yang tak tertahankan (unpowering desire) terhadap zat yang dimaksud, dan jika perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya.
b. kecenderungan untuk menambah takarannya (dosis) sesuai dengan toleransi tubuh.
c. ketergantungan psikik (psychological dependence), apabila pemakaian zat dihentikan akan timbul kecemasan, kegelisahan, depresi, dan lain-lain gejala psikik.
d. ketergantungan fisik (physical dependence), apabila pemakaian zat ini dihetikan, akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus obat (withdrawal syndrome) (Hawari, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
1. Ciri-ciri penyalahguna napza
Ciri-ciri remaja atau anak yang mempunyai kemungkinan besar mengalami gangguan atau ketergantungan terhadap napza, adalah sebagai berikut: a. sifat mudah kecewa dan kecenderungan menjadi agresif dan destruktif.
b. perasaan rendah diri (low self-esteem).
c. tidak bisa menunggu atau bersabar yang berlebihan.
d. suka mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung resiko berbahaya berlebihan.
e. cepat bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa tidak sanggup berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
f. hambatan atau penyimpangan psikoseksual dengan akibat kegagalan.
g. keterbelakangan mental.
h. cenderung mengalami gangguan kejiwaan, seperti kecemasan, obsesi, apatis, menarik diri dalam pergaulan, depresi, kurang mampu menghadapi stress atau sebaliknya hiperaktif. i. kurangnya motivasi untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan atau pekerjaan atau bidang lapangan lainnya (Alatas, 2001).
2. Tingkatan ketergantungaan napza
Secara umum ketergantungaan terhadap napza dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut : a. Ketergantungan primer, ketergantungan primer ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi, yang pada umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15 b. Ketergantungan simptomatis,
Ketergantungan simptomatis adalah penyalahgunaan napza sebagai salah satu gejala dari tipe kepribadian yang mendasarinya umumnya terjadi pada orang dengan kepribadian psikopatik (anti-sosial), kriminal, dan pemakaian napza untuk kesenangan semata.
c. Ketergantungan reaktif, Ketergantungan reaktif adalah terutama terdapat pada remaja karena dorongan ingin tahu, pengaruh lingkungan dan tekanan teman kelompok sebaya (peer
group pressure ) (Hawari,1999).
Dilihat dari kebutuhan pemakaiannya, penyalahgunaan napza dapat digolongkan menjadi: a. pemakaian coba-coba (experimental use) yang bertujuan hanya ingin mencoba memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti menggunakan dan sebagian lain meneruskan pemakaian.
b. pemakaian sosial (social use) yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang (saat rekreasi atau santai). Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini, sebagian lagi meningkat ke tahap selanjutnya.
c. pemakaian situasional (situational use), pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu (ketegangan, kesedihan, kekecewaan) dengan maksud menghilangkan perasaan tersebut.
d. Penyalahgunaan (abuse), pemakaian sebagai salah satu pola penggunaan yang bersifat patologik atau klinis (menyimpang), minimal satu bulan lamanya, dan telah terjadi gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16 e. ketergantungan (dependence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian zat dihentikan atau dikurangi atau tidak ditambah dosisnya
(Asikin, 2002).
3. Mekanisme terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza
Mekanisme terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza dapat diterangkan dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan organobiologik, psikodinamik, dan psikososial (Hawari, 2000).
a. Pendekatan organobiologik
Dari sudut pandang organobiologik (susunan saraf pusat) mekanisme terjadinya adiksi (ketagihan) hingga depedensi (ketergantungan) napza dikenal dengan dua istilah, yaitu gangguan mental organik akibat napza atau sindrom otak organik akibat napza, dan gangguan penggunaan napza termasuk didalamnya pengertian penyalahgunaan napza atau ketergantngan napza, yang lebih banyak menyoroti berbagai kelainan perilaku (behavior disorder) yang berkaitan dengan penggunaan napza yang mempengaruhi susunan saraf pusat (Hawari, 2000).
Teori yang mengemukakan tentang proses terjadinya adiksi (ketagihan) dan depedensi (ketergantungan) pada penyalahgunaan napza, antara lain sebagai berikut :
1) Conditioning theory berpendapat bahwa seseorang akan menjadi ketergantungan terhadap napza apabila ia terus menerus diberi napza tersebut.
Hal ini sesuai dengan teori adaptasi seluler (neuro-adaptation), tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah reseptor dan sel-sel saraf bekerja keras.
Jika napza dihentikan, sel-sel yang masih bekerja keras tadi mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17 keausan, yang dari luar nampak sebagai gejala-gejala putus napza. Gejala ini memaksa orang untuk mengulangi pemakaian napza tersebut, demikianlah seterusnya (Hawari, 1999). 2) Kebanyakan napza berinteraksi dengan cara yang khas pada tempat sasaran dalam suatu sistem biologik di otak. Tempat itu dalam farmakologi disebut sebagai reseptor. Interaksi napza dengan reseptor biasanya bukan merupakan ikatan kovalen kimiawi, melainkan suatu interaksi yang lebih lemah (Hawari, 1999). 3) Gen berperan dalam ketergantungan terhadap alkohol, tetapi untuk jenis-jenis lainnya faktor gen sebagai etiologis masih lemah. Dalam hubungan dengan hal ini , secara umum contoh orang tua (parenteral example) lebih penting dari pada gen (sifat turunan) orang tua (parental genes) (Hawari, 1999).
b. Psikodinamik
Hasil penelitian Hawari pada tahun 1998 tentang penyalahgunaan napza menyatakan bahwa seseorang akan terlibat penyalahgunaan napza dan dapat sampai pada ketergantungan napza, apabila pada itu sudah ada faktor predisposisi, yaitu faktor yang membuat seseorang cenderung menyalahgunakan napza(Hawari, 2000 ).
Adanya faktor predisposisi ini belum cukup sehingga diperlukan faktor lain yang berperan serta dalam penyaahgunaan dan ketergantungan napza, yang disebut dengan faktor kontribusi (Hawari, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18 Bila faktor predisposisi dan faktor kontribusi ini sudah ada, maka diperlukan lagi faktor yang mendorong terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yaitu faktor pencetus (Hawari, 2001 ).
Dalam penelitian lebih lanjut disebutkan bahwa yang termasuk faktor predisposisi adalah gangguan kejiwaan yaitu gangguan kepribaian (anti-sosial), kecemasan, dan depresi. Sedangkan yang termasuk faktor kontribusi adalah kondisi keluarga yang terdiri dari tiga komponen yaitu keutuhan keluarga, kesibukan orangtua, hubungan interpersonal antar keluarga. Yang termasuk faktor pencetus adalah pengaruh teman sebaya dan napza itu sendiri (Hawari, 2001).
Proses terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan napza adalah hasil dari interaksi antara faktor predisposisi, faktor kontribusi dan faktor pencetus yang dapat dilihat dalam bagan berikut (Hawari, 2001).