HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

  

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG

TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI

BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA

MAHASISWA

  

Studi Kasus : Pada Mahasiswa angkatan 2004 dan 2005, Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Akuntansi

  MOTTO

Apapun Aku, Aku adalah apa yang ada dalam pikiranku,

Akulah yang akan menjadikan diriku seperti Apa yang ada

dalam pikiranku

  PERSEMBAHAN

Seandainya layak, kupersembahkan untuk mereka yang senantiasa ada

dihati, yang telah memberikan doa dan restu, semangat serta bantuan dalam

berbagai bentuk sehingga skripsi ini memberikan kebanggaan bagi diriku dan

bagi mereka semua, yaitu :

  ∗

  Tuhan Yesus Kristus

  yang membimbing dan menerangi setiap langkah hidupku. ∗ Kepada Bapakku

  Subandrio

  dan Ibuku

  Sri Sutaryani tercinta yang

  dengan tulus dan doa restunya, aku bisa menjadi seperti sekarang ini.

  ∗

  Kepada adikku

  Arga, Felis dan Anas,

  serta anaknya ( Tegar). ∗ Kepada

  Basilia Ria Irmawati

  yang selalu setia mendampingi dalam pembuatan setiap kata dalam skripsi ini, yang akan aku cintai sepenuh hati, yang akan aku harapkan jadi teman perjuangan merenda masa depan, dan menapaki terang jalan Tuhan Yesus. ∗ Kepada pak lik, bulik, bude, mbah kakung, mbah putri yang ada di Purworejo, Kulon Progo dan Jogoyudan, Yogyakarta. ∗ Buat diriku yang satu-satunya orang yang akan terus berhubungan

  

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA,

FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA

  Studi Kasus : Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, angkatan 2004 dan 2005, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  

Wensislaus C. Sunu Eko Subandriyo

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha; (2) hubungan faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha; (3) hubungan prestasi belajar dengan minat berwirausaha.

  Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi, angkatan 2004 dan 2005, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang berjumlah 163 mahasiswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga, digunakan analisis korelasi product moment .

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha. Hal ini didukung harga koefisien korelasi r sebesar 0,065 dan r sebesar 0,10 dan harga koefisien hitung tabel korelasi t sebesar 0,805 dan t = 1,654; (2) tidak ada hubungan antara hitung tabel

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala penyertaan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan Belajar, dan Prestasi Belajar dengan Minat Berwirausaha.

  Dalam Penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

  1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.

  2. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Laurentinus Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Universitas sanata Dharma Yogyakarta.

  4. S. Widanarto P. S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

  6. yang tercinta,

  Kedua orang tuaku, Bapak Subandrio dan Ibu Sri Sutaryani

  dan adiku dan serta keponakanku yang kusayangi ,

  Felis Arga, Anas Tegar

  serta teman hidupku yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih

  Ria

  sayang, doa restu, perhatian, dukungan baik moril maupun materiil, serta semangat kepada penulis.

  7. Teruntuk Mbahku Atmo Wiyono dan Pariyem, Turyono (Alm) dan Mursinah, Mbah Kadir, Om Yanto (Alm) serta anak, istri, Om Triyono serta anak, istri, Om Suparyono serta anak, istri, Om Sumarjo serta anak, istri, bude Ning, Darmi, terima kasih atas dorongan dan semangatnya selama ini.

  8. Keluarga besarku di Purworejo makasih atas semuanya.

  9. Buat mas Dani beserta istri yang sedang menunggu kelahiran anak pertamanya.

  10. Sahabatku yang sangat membantu pengerjaan skripsi ini ; Dwi Widianto, Taryono, Joko, Satya.

  11. Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Akuntansi ; Heru ‘Kompos’, Allan ‘Jembling’, Wawan ‘Bakwan’, Heru ‘Grandong’, Anry

  14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

  Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

  Yogyakarta, Juli 2008 Penulis

  Wensislaus C Sunu Eko S

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii MOTTO ...................................................................................................... iv PERSEMBAHAN ....................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAAN .................................................................. vi ABSTRAK .................................................................................................. vii ABSTRACT ................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ................................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................................... xii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................

  1

  2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua ............................................

  14 3. Lingkungan Belajar ..................................................................

  17 4. Prestasi Belajar .........................................................................

  26 5. Minat ........................................................................................

  28 B. Kerangka Berfikir ...........................................................................

  32

  1. Hubungan antara status ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ..................................................

  32

  2. Hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ..................................................

  34

  3. Hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa ..................................................

  35 C. Hipotesis Penelitian .........................................................................

  36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...............................................................................

  37 B. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................

  37 C. Subyek dan Obyek Penelitian .........................................................

  38 D. Populasi ...........................................................................................

  39

  B. Visi, Misi danTujuan Pendidikan USD ..........................................

  61 C. Nama-nama Rektor USD ................................................................

  62 D. Struktur Organisasi .........................................................................

  63 E. Jurusan dan Program Studi .............................................................

  66 F. Sejarah Program Studi Pendidikan Akuntansi ................................

  67 G. Deskripsi Program Studi .................................................................

  69 H. Sumber Daya Manusia ....................................................................

  70 I. Sarana dan Prasarana ......................................................................

  70 J. Kemahasiswaan ..............................................................................

  71 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data .................................................................................

  73 B. Pengujian Prasyarat Analisis ..........................................................

  81 C. Pengujian Hipotesis ........................................................................

  84 D. Pembahasan ....................................................................................

  87 BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan .....................................................................................

  91 B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................

  92

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ............

  42 Tabel 3.2 Operasional Variabel Lingkungan Belajar ...................................

  43 Tabel 3.3 Kategori Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa ..........................

  44 Tabel 3.4 Operasional Variabel Minat .........................................................

  45 Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Validitas Status Sosial Ekonomi OrangTua I ..

  48 Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Validitas Status Sosial Ekonomi OrangTuaII ..

  49 Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Validitas Lingkungan Belajar .........................

  50 Tabel 3.8 Hasil Pengukuran Validitas Minat Berwirausaha I .......................

  51 Tabel 3.9 Hasil Pengukuran Validitas Minat Berwirausaha II .....................

  52 Tabel 3.10 Intepretasi Koefisien secara Konservatif ......................................

  53 Tabel 3.11 Hasil Pengukuran Reliabel ...........................................................

  54 Tabel 3.12 Intepretasi .....................................................................................

  58 Tabel 4.1 Jurusan dan Program Studi ...........................................................

  66 Tabel 5.1 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ayah .............................................

  73

Tabel 5.9 Deskripsi Minat Berwirausaha .....................................................

  81 Tabel 5.10 Tabel Uji Normalitas ....................................................................

  82 Tabel 5.11 Rangkuman Hasil Uji Linieritas ..................................................

  83

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ....................................................................................

  96 Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 102 Lampiran 3 Distribusi Frekuensi .................................................................... 108 Lampiran 4 Data Induk Penelitian ................................................................. 127 Lampiran 5 Uji Normalitas dan Lineritas ...................................................... 139 Lampiran 6 Korelasi ....................................................................................... 155 Lampiran 7 Tabel r, t, dan F ........................................................................... 156 Surat Ijin Penelitian ........................................................................................ 167

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk dalam lima negara terbesar di dunia, dalam hal

  jumlah penduduk. Hal ini merupakan salah satu asset berharga Indonesia untuk dijadikan modal menghadapi persaingan global yang baru saja dimulai, jika dikembangkan secara efektif. Perkembangan sumber daya manusia Indonesia untuk menjadi pegawai atau karyawan semakin menghadapi keterbatasan kesempatan, hanya bagi yang benar-benar ahli dibidangnya dan tampil mengerjakan sesuatu yang spesifik, peluang itu masih ada.

  Sejak krisis ekonomi yang terjadi mulai tahun 1997, telah banyak industri dalam negeri yang hancur bahkan gulung tikar karena tidak mampu menjalankan kegiatan operasinya akibat membengkaknya biaya- biaya oprerasi. Hal itu menyebabkan banyak perusahaan besar dan para konglomerat terpukul dan terpaksa mengajukan hutang luar negeri dan memberikan nilai tambah dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian nasional meskipun sebagian besar diantaranya adalah pengusaha kecil dan menengah. Tetapi sebagai buktinya justru merekalah yang mampu selamat diterpa badai krisis ekonomi sejak 1997 lalu.

  Dibandingkan dengan tenaga lain, tenaga terdidik setingkat S1 pantas diperkirakan memiliki potensi yang lebih besar untuk berhasil berwirausaha. Mereka memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan yang luas. Dalam hal ini, sejauh mana peran perguruan tinggi dalam menghasilkan calon-calon wirausahawan muda? Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan adalah salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap kualitas lulusan-lulusannya. Masalah yang kita hadapi sekarang adalah apakah sarjana kita mampu mengembangkan kelebihan yang mereka miliki untuk menjadi seorang wirausaha? sedangkan untuk jadi wirausaha tidaklah mudah karena mereka harus memiliki karakter-karakter seorang wirausaha yang antara lain adalah kemandirian, menyukai resiko, kreatif, dan masih banyak lagi, selain itu banyak faktor yang berhubungan dengan minat berwirausaha

TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA

  MAHASISWA”. Studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan

  Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun angkatan 2004 dan 2005.

  B. Batasan Masalah

  Mengingat begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan penulis diatas, maka penulis mencoba merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

  1. Apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan

D. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut

  1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa .

  2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa .

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak antara lain :

  1. Bagi Universitas Sanata Dharma Dapat menambah perbendaharaan bacaan, khususnya mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha pada mahasiswa.

  2. Bagi Mahasiswa Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kewirausahaan

  Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Zimmerer (1996) dalam Suryana (2001:2) “ Entrepreneurship is the result of a disciplined,

  systematik process of applying creativity and innovations to need and opportunities in the marketplace” . Kewirausahaan adalah hasil dari suatu

  disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang dipasar. Kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Menurut Soeparman Soemahamijaja (1997) dalam Suryana (2001:3), Kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan b. Kemampuan memotivasi diri, untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang selalu menyala-nyala.

  c. Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.

  d.

  Kebiasaan berinisiatif yang melahirkan kreatifitas (daya cipta) setelah dibiasakan berulang–ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat dijadikan piranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.

  e.

  Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal(capital goods ).

  f.

  Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakannya melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda pekerjaan.

  g. Kemampuan mental yang dilandasi dangan agama. dalam Suryana (2001:4) sebagai berikut: “applying creativity and

  

innovation to solve the problem and to exploit ooportunity that people face

everyday”

  Kreatifitas oleh Zimmermer (1996:51) dalam Suryana (2001:3) diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang. Sedangkan inovasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan menghadapi peluang. Dengan demikian, kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

  Dalam konteks manajemen, seorang wirausahawan umumnya memiliki kemampuan menggunakan sumber daya seperti finansial, bahan mentah (materials) dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, ataupun pengembangan organisasi usaha Marzuki Usman, (1997) dalam suryana (2001:3). Beberapa definisi

  Menurut Drucker (1994) dalam Suryana (2001:10), kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda (ability to

  

create the new and different thing). Bygrave (1995) dalam Suryana

  (2001:4) menambahkan bahwa kemampuan menciptakan sesuatu tidaklah cukup, seorang wirausaha harus berani mengembangkan usaha dan ide-ide barunya.

  Dengan demikian esensi kewirausahaan dalam konteks manajemen adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Cara- cara tersebut menurut Zimmermer (1996:51); Suryana (2001:7) mencakupan : a.

  Pengembangan teknologi baru (developing new technology) b. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge) c. Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improfing existing

  products or services )

  d. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih daya. Oleh sebab itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau karier dimana seseorang dalam menjalakan memiliki ciri-ciri: (1) kepribadian, ketidaktergantungan, individualitas dan optimisme: (2) kebutuhan untuk berprestasi berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif: (3) kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar: (4) perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik: (5) inovatif dan kreatif serta fleksibel: dan (6) berpandangan ke depan.

  Wirausaha memiliki sejumlah karakteristik umum. Antara lain, seperti M. Scarborough dan Zimmerer (1993) yang dikutip oleh Suryana (2001:8-9), mengemukakan delapan karakteristik sebagai berikut: a.

   Desire for responsibility Memiliki tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.

  Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.

  b.

   Preference for moderate risk

  Lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari resiko yang rendah dan menghindari resiko yang tinggi.

  e. Future orientation Berorientasi ke masa depan, perspektif dan berwawasan jauh ke depan.

  f. Skill at organizing

  Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.

  g. Desire for immediate feedback Selalu menghendaki umpan balik yang segera.

  h. Value of achievement over money Selalu menilai prestasi dengan uang.

  Sementara, menurut Arthur Kuriloff dan J.M. Mempil (1993:20) dalam Suryana (2001:9) mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan antara lain: (1)

  

commitment , (2) moderate risk, (3) seeing opportunities, (4) objectivity,

(5) feedback, (6) optimism, (7) money, (8) proactive management.

  Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia harus tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil. Wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat artinya ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya.

  Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki makna- makna yang disebut nilai (Milton Rockeach, 1973) dalam Suryana (2001:13). Konsep nilai selanjutnya dibedakan menjadi 2 yaitu : (1)

  : dan (2) an object has value. Konsep pertama

  person has a value

  menyatakan bahwa nilai yang dianut seseorang dijadikan sebagai ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Oleh sebab itu, watak yang melekat pada seorang wirausaha akan menjadi ciri-ciri kewirausahaan dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan. Nilai-nilai kewirausahaan tersebut identik dengan nilai yang melekat pada sistem nilai manajer. Sedangkan pada pandangan kedua, nilai dianggap sebagai sesuatu yang ada pada objek dan merupakan milik dari objek.

  Sedangkan menurut pandangan Timmons dan McClelland (1961, Thomas F. Zimmerer (1996:6-8); dalam Suryana (2001:11-12) tentang karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil adalah sebagai berikut: jawab terhadap keberhasilan berwirausaha. Oleh karena itu akan mawas diri secara internal.

  c. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk mencari peluang.

  Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.

  d.

  Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola risiko dengan cara mentransfer risiko ke pihak lain seperti banker, investor, konsumen, pemasok dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.

  e.

  Self confidence, yaitu percaya diri, ia cenderung optimis dan tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang di milikinya untuk berhasil.

  f.

  Creatifity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekuatan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.

  h. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi.

  Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang relatif lama. i.

  Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul karena ada dalam diri (internal) dan jarang dari luar. j.

  Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh ke masa depan yang lebih baik. k.

  Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan.

  Wirausaha yang berhasil selalu tidak takut gagal. Ia selalu mengkonsentrasikan kemampuannya pada keberhasilan. l. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil resiko, produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen, dan kemampuan mencari peluang. Sementara sistem nilai moralistik mencakup keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama, keteladanan dan keutamaan.

2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

  Stratifikasi atau status adalah pembedaan penduduk dalam suatu masyarakat ke dalam sejumlah tingkatan atau lapisan secara berjenjang- jenjang hirarkis dari lapisan yang tinggi sampai yang terbawah. Inti dari pelapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya pemerataan/keseimbangan dalam pembagian hak-hak, kewajiban dan tanggung jawab di antara para anggota masyarakat, yang selanjutnya mempunyai pengaruh pada pembagian kesejahteraan di antara para warga masyarakat tersebut. Kedudukan atau status sosial bisa didefinisikan sebagai tempat dalam hubungannya dengan orang-orang lain dalam masyarakat, yang akan memberikan hak-hak serta kewajiban-kewajiban

  a. Ascribed status (status yang “diharapkan”)

  Kedudukan macam ini diterima oleh seseorang bukan karena usaha, melainkan karena pengaruh adat dan kebudayaan yang berlaku, atau corak masyarakat, dalam hal ini bisa dijumpai pada masyarakat feodal.

  (status yang dicapai dengan usaha)

  b. Achieved status

  Kedudukan macam ini dicapai oleh seseorang berkat jerih payah usahanya sendiri. Kedudukan macam ini bersifat terbuka bagi siapa saja, asal mampu memenuhi persyaratan yang dituntut oleh kedudukan tersebut.

  Kedudukan seseorang di masyarakat banyak ditentukan oleh apa yang dia miliki, yang dipandang penting oleh masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula status di masyarakat. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dan kecenderungan memiliki banyak barang berharga, maka mereka akan menempati posisi yang tinggi di masyarakat

  Adanya perbedaan status sosial masyarakat akan memberikan dalam hal kemampuan, sebagai akibat perbedaan situasi sosial, maka di sini sekolah dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja tapi juga sebagai simbol status masyarakat.

  Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anak, ini dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi anak terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang tuanya. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang cukup, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kecakapannya yang tidak dapat dikembangkan apabila tidak ada alatnya. Hal ini dapat diartikan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup, mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kemampuannya dari pada anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah. Sehingga dengan keadaan sosial yang lebih tinggi dapat meningkatkan minat siswa dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi, lain halnya dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, minat siswa untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi juga rendah karena biaya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi dirasa terlalu berat. Jadi, dalam

3. Lingkungan Belajar

  a. Lingkungan Keluarga Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan Loeber (1984) seperti dikutip oleh (Muhibbin Syah, 1995:138) mengatakan bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.

  Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu : a.

  Cara mendidik Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menhadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.

  b. Suasana keluarga c. Pengertian orang tua Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah.

  Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

  d.

  Keadaan sosial ekonomi keluarga Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

  e.

  Latar belakang Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua dan anak, serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul secara otomatis atau dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, kerap menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajar atau menghambatnya.

  Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga dan sikap anak dalam menanggapi lingkungannya dapat menentukan keberhasilan pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.

  b.

  Lingkungan Sekolah Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (W.S Winkel, 1989:2).

  Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.

  Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu : a. Interaksi guru dan murid.

  Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

  b. Cara penyajian. c. Hubungan antar murid.

  Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.

  d.

  Standar pelajaran di atas ukuran.

  Guru berpendidikan, untuk mempertahankan wibawanya, kadang memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata kuliahnya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

  e. Media pendidikan. f. Kurikulum.

  Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar- mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.

  g.

  Keadaan Gedung.

  Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.

  h.

  Waktu sekolah.

  Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggung- jawabkan, karena anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat. j. Metode belajar.

  Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu, termasuk pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.

  Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. k.

  Tugas rumah.

  Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu di jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain.

  Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

  Keberadaan mass media dan televisi, serta banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, kurang dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik membaca buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas belajar. Maka, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi yang banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan. Hal ini juga tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan.

  Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat. kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal.

  Anak-anak di lingkungan brutal memang tak mempunyai alasan untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang tuanya kurang atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak.

  Anak dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.

  Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk rajin belajar. Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya mendapat prestasi belajar tinggi. Oleh karena itu anak akan berusaha belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila

4. PRESTASI BELAJAR

  Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Manum demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Hal ini di sebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak bisa diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar adalah mengetahui garis-garis besar indicator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur ( Muhibbin Syah 2003 : 213 )

  Seseorang di dunia pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas di dalam mengarungi kehidupannya, di antara tujuan yang dicapai tersebut antara lain adalah keinginan untuk berprestasi. W.S Winkel (1989:100) definisi dari prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:700) adalah : penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

  Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian prestasi belajar adalah hasil usaha yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Apabila prestasi dikaitkan dengan belajar maka mengenal apa yang dinamakan dengan prestasi belajar. Hal ini menyatakan seberapa jauh hasil yang telah dicapai atau dibuktikan oleh seseorang. Belajar sendiri merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan dengan didapatkannya kemampuan baru yang disebabkan usaha (Sumadi Suryobroto, 1989:324). Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia mengemukakan bahwa nilai rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama masa tertentu.

  Dari beberapa pengertian tentang prestasi tersebut dapat

  Apabila seseorang belajar, maka ia akan memperoleh hasilnya. Hasil belajar adalah perubahan di dalam diri si pelajar, dimana ia dapat mempunyai hasil yang berbeda-beda dan apa yang telah diketahui.

  Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya.

5. MINAT

  Kata minat dapat diartikan sebagai ketertarikan seseorang akan suatu hal. Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan yang tepat, selain itu minat merupakan salah satu faktor penentu yang sangat penting untuk suatu kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan disertai minat, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka tidak berminat sebelumnya. Menurut W.S. Winkel ( 1983 : 30 ) minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal yang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Pendapat lain dikemukakan oleh (Bimo melainkan melalui proses. Anak memiliki minat dari pembawaannya, kemudian memperolah perhatian dan berinteraksi dengan lingkungannya.

  Minat mempunyai dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif ( Elizabeth Hurlock, 1989: 116-117 ). Aspek kognitif dibangun melalui pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, sekolah dan masyarakat. Dari sumber tersebut seseorang belajar apakah sesuatu memuaskan kebutuhan atau tidak. Apabila hal tersebut dapat memuaskan kebutuhannya maka akan timbul minat terhadap hal tersebut. Aspek afektif juga dibangun dari pengalaman pribadi seseorang tetapi akan tetapi lebih menekankan kepada emosional. Hal ini berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Apabila seseorang mendapatkan suatu pengalaman yang menyenangkan maka akan semakin berminat terhadap apa yang dialaminya begitu juga sebaliknya. Dua hal tersebut mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan apa yang akan dikerjakan oleh anak dengan jenis penyesuaian pribadi dan sosial mereka, namun demikian aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Aspek afektif minat bila sudah terbentuk memiliki pandangan untuk dirinya sendiri dan ada kecenderungan untuk melakukan pekerjaan itu sebagai obyek. Dalam buku Bimbingan dan Konseling ( Dewa Ketut Sukardi, 1988 : 63 ) ada tiga cara untuk menentukan minat yaitu: a. Minat yang diekspresikan ( Expressed Interest )

  Yaitu seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata tertentu. Contoh : Seseorang mengatakan bahwa dirinya suka belajar akuntansi.

  b.

  Minat yang diwujudkan ( Manifest Interest ) Yaitu seseorang dapat mengekspresikan minat bukan memalui kata- kata tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktivitas tertentu. Contoh : Siswa yang aktif dalam kegiatan drama.

  c.

  Minat yang diinventarisasikan ( Inventoried Interest ) Yaitu seseorang dapat diukur minatnya dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu.

  Menurut Soewardi (1987:183) faktor-faktor pendorong minat adalah: a. Dorongan untuk mempertahankan hidup.

  b. Dorongan keadaan, yang mana keadaan itu ditimbulkan oleh dorongan untuk memprtahankan hidup.

  c.

  Kegiatan mencapai tujuan. Komponen ini dilandasi oleh komponen dorongan untuk mempertahankan hidup dan dorongan keadaan.

  d.

  Tercapainya tujuan oleh individu.

  e.

  Mengendurnya dorongan karena tujuan telah tercapai serta keinginan dan kebutuhan telah tercapai.

  f.

  Efek mengendurnya dorongan semula karena munculnya dorongan lain yang baru.

  Kemampuan komponen itu bekerja berhubungan atau berkelanjutan dari yang pertama hingga yang terakhir, sebagai landasan tumbuhnya minat seseorang untuk bertindak atau memusatkan perhatiannya kedalam suatu hal. Minat berhubungan dengan kecenderungan individu untuk memusatkan perhatian dan meningkatkan hati) kepada sesuatu ; keinginan. Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan pada seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan disertai minat sebelumnya pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berminat sebelumnya. Menurut W.S. Winkel (1983: 30) minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut.

B. KERANGKA BERFIKIR 1. Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha pada mahasiswa.

  Minat merupakan faktor psikologi yang dapat menentukan suatu pilihan pada seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologi yang sangat kuat dan penting untuk kemajuan dan keberhasilan. dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada umumnya orang-orang sependapat bahwa dengan semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh seseorang, maka semakin luas wawasan serta pengetahuannya dalam berbagai bidang. Dengan tingkat pendidikan orang tua yang tinggi maka orang tua tersebut akan mempunyai wawasan yang luas akan sempitnya lapangan pekerjaan dan terbukanya peluang untuk membuka usaha sehingga mungkin akan mengarahkan anaknya untuk berwirausaha.

  Jenis pekerjaan merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat pendapatan seseorang. Jenis pekerjaan yang semakin baik maka pendapatan seseorang akan tinggi pula. Hal ini diduga akan mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha

  Dengan semakin tingginya status sosial ekonomi orang tua, maka minat siswa untuk berwirausaha semakin tinggi, karena didukung oleh permodalan yang lebih kuat. Lain halnya dengan status sosial ekonomi orang tua yang rendah maka minat untuk berwirausaha juga rendah,