Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus pada SMK Bopkri I Yogyakarta - USD Repository
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, DISIPLIN SISWA, DAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Studi Kasus: Siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta Retno Susilo Watli Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: 1) Persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar akuntansi, 2) Disiplin siswa dengan prestasi belajar akuntansi, dan 3) Minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.
Populasi dari penelitian ini yaitu siswa kelas satu dan dua jurusan akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 94 siswa, penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2006. Sampel yang diambil dari populasi sejumlah 62 siswa dengan menggunakan teknik sampling aksidental. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi, dan wawancara.
Untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestrasi belajar akuntansi digunakan teknik analisis regresi ganda tiga variabel bebas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar 2 akuntansi (koefisien korelasi (R) sebesar 0,633, koefisien determinasi (R ) sebesar 0,400 dan r sebesar 0,447 > r 0,05 sebesar 0,165 serta t sebesar 4,075 > t 0,05 hitung tabel hitung tabel sebesar 2,0003), 2) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara disiplin siswa dengan prestasi belajar akuntansi (koefisien korelasi (R) sebesar 0,633, koefisien 2 determinasi (R ) sebesar 0,400 dan r sebesar 0,309 > r 0,05 sebesar 0,165 serta hitung tabel t sebesar 2,903 > t 0,05 sebesar 2,0003), 3) Terdapat korelasi yang positif dan hitung tabel signifikan antara minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi (koefisien korelasi 2
(R) sebesar 0,633, koefisien determinasi (R ) sebesar 0,400 dan r sebesar 0,324 > hitung
ABSTRACT THE RELATIONSHIPS BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION OF TEACHER TEACHING STYLE VARIATION, STUDENTS’ DISCIPLINE, STUDENTS’ LEARNING ATTENTION, AND ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT A Case Study at The Students of”BOPKRI 1”Vocational High School, Yogyakarta Retno Susilo Wati Sanata Dharma University Yogyakarta 2007
The purpose of this research was to know the relationships between: 1) Students’ perception of teacher teaching style variation and accounting learning achievement, 2) Students’ discipline and accounting learning achievement, 3) Students’ learning attention and accounting learning achievement.
The population in this research was the first and second grade students’ of “BOPKRI 1” Vocational High School Yogyakarta majoring in Accounting consisted of 94 students’. It was conducted from June to July 2006. The writer took 62 students’ as sample, by using Accidental Sampling Technique. The data collecting techniques used were questionnaire, documentary study, and interview.
To know the correlation between students’ perception of teacher teaching style variation, students’ discipline, students’ learning attention, and accounting learning achievement, the writer used multiple regression analysis teachnique with three variables.
The findings were: 1) There was a positive and significant correlation between students’ perception of teacher teaching style variation and accounting learning achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination 2 Coefficient (R ) = 0,400 and r = 0,447 and r 0,05 = 0,165 and t = observed table observed
4,075 > t 0,05 = 2,0003), 2) There was a positive and significant correlation between table students’ discipline and accounting learning achievement (Correlation 2 Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient (R ) = 0,400 and r = observed 0,309 > r 0,05 = 0,165 and t = 2,903 > t 0,05 = 2,0003), 3) There was a table observed table positive and significant correlation between students’ learning attention and accounting learning achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient 2
(R ) = 0,400 and r = 0,324>r 0,05 = 0,165 and t = 2,423 > t 0,05 = observed table observed table
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan pembangunan yang terjadi dewasa ini tidak dapat
dipisahkan dari suatu proses pendidikan yang baik. Proses pendidikan yang baik dapat menghasilkan suatu pekerja atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang benar-benar ahli dan menguasai pada bidangnya, sehingga dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu dan tehnologi. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan suatu masalah yang selalu mendapat perhatian karena merupakan kebutuhan yang mutlak bagi pelaksanaan pembangunan masyarakat suatu negara.
Pembangunan bangsa Indonesia yang berorientasi pada pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya menjadikan pembangunan bidang pendidikan menempati posisi yang paling penting. Dewasa ini pendidikan telah tumbuh meluas dan sudah menjadi kebutuhan semua masyarakat. Keberhasilan pembangunan suatu negara dapat tercapai apabila didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengembangkan potensi dalam dirinya dengan baik. Salah satu cara untuk dapat mengembangkan potensi diri adalah dengan belajar. Menurut Oemar Hamalik (1975:4) belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang mendidik siswa-siswanya untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan juga untuk dapat lebih hidup bermasyarakat. Supaya kegiatan proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, maka situasi kelas harus memiliki hubungan manusiawi efektif antara sesama murid dan murid dengan guru-gurunya sehingga akan mampu menciptakan perasaan bersatu dan perasaan kebersamaan (Hadari, 1981:47). Di dalam kegiatan belajar mengajar adakalanya siswa merasa bosan terhadap pelajaran yang sedang diajarkan.
Di sekolah guru memegang peranan yang penting dan dominan. Guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki profisiensi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas mengajar (Muhibbin, 1995:185). Setiap siswa memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang gaya mengajar guru, khususnya dalam hal ini guru akuntansi. Variasi dalam mengajar dianggap sangat penting untuk mengatasi rasa kebosanan pada diri siswa karena adanya variasi dalam mengajar yang dilakukan seorang guru diharapkan dapat memacu semangat belajar siswa.
Adanya variasi gaya mengajar guru yang tidak membosankan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar akan menimbulkan minat dalam diri siswa untuk lebih belajar dengan tekun. Variasi gaya mengajar guru sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan FX. Yusti Subroto (2004), yang berjudul Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Guru Akuntansi, Minat Belajar Akuntansi, dan Fasilitas Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan.
Dalam penelitian yang dilakukan Yuliyanti (2004), yang berjudul Hubungan antara persepsi belajar siswa, jenis kelamin dan tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa dalam memilih program studi di SMU disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan.
Menurut hasil penelitian yang berjudul pengaruh bimbingan guru di kelas, minat belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa studi kasus siswa kelas II Akuntansi SMK Katholik Klaten, Theresia Trisusanti (2003) menyimpulkan bahwa (1) Bimbingan guru di kelas berpengaruh positif dan signifikansi terhadap prestasi belajar akuntansi siswa (pada tarif 5% t hitung 2, 346> t_tabel 1,665 dengan
−
SE sebesar 6,68%). (2) Minat belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi siswa (pada taraf 5% t_hitung 2,475> t_tabel 1,665 dengan SE sebesar 13,648). (3) Motivasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi siswa (pada taraf 5% t_hitung 3,035 > t_tabel 1,665 dengan SE sebesar 7,583). (4) Bimbingan guru di kelas, minat belajar dan motivasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi siswa (pada taraf 5% t_hitung 14,9 > t_tabel 2,725 dengan SE sebesar 27,946%.
Dari ketiga hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan lingkungan belajar yang baik, dorongan orang tua dan minat belajar dari diri siswa.
Dalam belajar siswa juga harus dapat mendisiplinkan diri yaitu dengan cara siswa harus dapat mengendalikan diri dan mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan sikap disiplin dalam proses belajar mengajar diharapkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Sehingga dalam hal ini kedisiplinan dalam belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa. Semakin siswa dapat mendisiplinkan diri dalam belajar maka prestasi yang akan diperoleh siswa akan semakin baik, tetapi sebaliknya jika siswa tidak dapat mendisiplinkan diri dalam belajar maka prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa tidak akan memuaskan. Dari penelitian yang berjudul Hubungan antara Disiplin Belajar, Motivasi Belajar dan Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar siswa (Fransiska Dian Wasitaningsih, 2002), diperoleh hasil bahwa kedisiplinan belajar mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi belajar. Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa kedisiplinan dalam belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Dengan adanya hal-hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Variasi Gaya Mengajar Guru
Akuntansi, Disiplinan Belajar Siswa, dan Minat Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Akuntansi”
B. Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi permasalahan mengenai hubungan antara variasi gaya mengajar guru akuntansi, kedisiplinan belajar, dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar akuntansi.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar akuntansi?
2. Apakah ada hubungan antara disiplin siswa dengan prestasi belajar akuntansi?
3. Apakah ada hubungan antara minat siswa dengan prestasi belajar akuntansi?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara gaya mengajar guru akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.
3.Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan gambaran bagi guru untuk lebih menyempurnakan kegiatan belajar mengajar terutama tentang variasi gaya mengajar yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan terhadap pelajaran yang sedang diajarkan.
2. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi siswa bahwa betapa pentingnya minat belajar yang ada untuk dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan khususnya dalam bidang pendidikan.
4. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman atau wawasan untuk peneliti sendiri sebelum benar-benar terjun langsung di dunia pendidikan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik Pada bagian ini menguraikan tentang pengertian belajar, persepsi siswa
tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin belajar siswa, minat belajar siswa di sekolah, dan prestasi belajar akuntansi. Selain hal tersebut, juga menjelaskan secara singkat tentang hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seorang yang lebih tahu atau yang sekarang disebut dengan guru (Ali Imron, 1996:2).
Winkel dalam Psikologi Pengajaran (1996:53) memberikan pengertian belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat konstan.
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan (1995:91) mengatakan bahwa belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku dan latihan.
Sardiman (1986:22-23) memberikan beberapa pengertian belajar adalah sebagai berikut: a. Belajar merupakan perubahan tingkah laku, perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri,
b. Belajar dalam arti luas merupakan kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya, c. Belajar dalam arti sempit adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya, d. Belajar adalah rangkaian jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, rana kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari berbagai pengertian yang disampaikan oleh para ahli di atas maka belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku menuju perkembangan manusia seutuhnya melalui serangkaian kegiatan yang dibimbing oleh seorang yang lebih tahu. Perubahan tersebut diakibatkan oleh adanya interaksi dengan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap yang lebih baik.
2. Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Guru
a. Persepsi Siswa
Persepsi adalah proses pemahaman yang terorganisir dan menggabungkan data-data indera atau penginderaan untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita (Linda L. Davidoff, 1981:232).
Persepsi dapat juga diartikan sebagai proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, perasaan, penciuman, dan pendengaran. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi (Miftah Thoha, 1983:138).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan mengintepretasikan rangsang dari lingkungan melalui panca indera, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang yang diinderakannya.
Persepsi siswa terhadap proses belajar mengajar sangat berpengaruh pada prestasi belajar yang mereka hasilkan, karena seorang guru bagi siswa merupakan subyek yang berkepentingan dalam kegiatan belajar mengajar, karena fungsi guru adalah sebagai pengajar atau pendidik dalam setiap proses mengajar di sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar suatu kebosanan akan terjadi apabila kita melihat atau mengalami hal yang sama terjadi secara berulang-ulang terus-menerus sehingga menjadi rutin. Untuk menanggulangi rasa bosan ini maka diperlukan adanya suatu variasi dalam proses belajar mengajar, sehingga belajar mengajar di sekolah tidaklah terasa sebagai beban yang berat. Adanya variasi gaya mengajar guru akuntansi yang baik dapat membantu siswa untuk lebih memusatkan perhatian siswa pada pelajaran yang sedang diajarkan.
b. Pengertian Mengajar
Mengajar pada umumnya merupakan suatu upaya pendidikan dalam memberikan perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Menurut Pasaribu dan Simandjuntak (1983:7) mengajar adalah sebagai penanam dan penyampaian pengetahuan pada anak, serta suatu kegiatan mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik- baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.
Mengajar merupakan peristiwa yang bertujuan, artinya mengajar adalah peristiwa yang terikat oleh tujuan, pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan (Winarno,1973:29). Karena mengajar adalah peristiwa yang bertujuan, maka seorang pendidik dalam hal ini adalah guru dituntut untuk dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik, dan materi pelajaran dapat diterima oleh siswa sebagai peserta didik.
Guru dalam mengajar harus sudah memiliki rencana pembelajaran (satuan pelajaran) dan menetapkan strategi belajar mengajar, karena dalam hal ini guru melakukan kegiatan mendidik, dalam artian guru mengantar peserta didik ke tingkat kedewasaannya, baik secara fisik maupun mental. Dengan demikian seorang guru dituntut untuk berusaha seoptimal mungkin menciptakan kondisi yang mendukung agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.
Mengajar secara luas dapat diartikan suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan siswa, sehingga terjadi proses belajar atau sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa (Sardiman, 1986:46-47).
c. Gaya Mengajar
J. Roggema dalam Winkel (1996:205) membedakan gaya mengajar menjadi dua, yaitu: 1) Formal, ciri-ciri: a) Guru sangat terikat dengan kurikulum pengajaran yang telah ditetapkan.
b) Menuntut banyak prestasi hafalan.
c) Berpegang pada buku pelajaran.
d) Bergaya memimpin lebih otoriter.
e) Kurang bersedia menerima sumbangan pikiran dari siswa.
f) Menekankan perlunya siswa belajar untuk lulus ujian. 2) Informal, ciri-ciri: a) Penentuan luas materi pelajaran tergantung dari kebutuhan siswa.
b) Mendorong siswa untuk berdiskusi mengenai materi pelajaran.
c) Memberikan pandangan sendiri terhadap pelajaran.
d) Bergaya memimpin lebih demokratis.
e) Menanggapi dengan baik pikiran kritis siswa.
f) Menekankan agar siswa belajar demi perkembangan diri sendiri.
Gaya mengajar menurut Winkel (1996:204) adalah keseluruhan tingkah laku guru yang khas bagi dirinya dan agak bersifat menetap pada setiap kali mengajar.
d. Variasi Gaya Mengajar
Kebosanan merupakan salah satu masalah penting didalam kelas. Murid- murid duduk dengan tenang mendengar dan melihat guru mengajar selama berjam- jam, sambil terkantuk-kantuk dan penuh kebosanan. Gaya mengajar yang monoton akan membuat siswa malas untuk mengikuti proses belajar mengajar.
Hal yang diperlukan oleh guru adalah mengadakan variasi dalam mengajar. Variasi dalam mengajar banyak sekali bila dilakukan dengan benar-benar akan sangat menarik dan dapat mempertahankan minat dan semangat siswa dalam belajar. Biasanya variasi muncul dalam komponen-komponen, sebagai berikut (Raflis Kosasi,1984:6-7): 1) Pengertian variasi suara
Variasi suara adalah perubahan nada suara keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu. 2) Pemusatan perhatian
Memusatkan perhatian pada hal yang dianggap penting dapat dilakukan guru dengan perkataan atau kalimat dan ungkapan senada dengan itu dan biasanya diikuti dengan isyarat.
3) Kesenyapan Adanya kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian. Perubahan stimulus dari adanya suara ke keadaan tenang atau senyap atau dari keadaan adanya kesibukan kegiatan dan kemudian dihentikan, akan dapat menarik perhatian karena siswa ingin tahu apa yang terjadi. 4) Mengadakan kontak pandang
Bila guru berbicara berinteraksi dengan siswanya hendaknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata murid-murid untuk menunjukkan hubungan yang intim dengan mereka. 5) Gerakan badan dan mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak hanya sekedar menarik perhatian, tetapi lebih dari itu dapat menyampaikan arti dari pesan lisan yang disampaikan.
6) Pergantian posisi guru dalam kelas Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian murid. Yang penting diingat adalah variasi ini digunakan dengan maksud tertentu, dan dilakukan secara wajar tidak berlebihan.
Salah satu tujuan untuk mendapatkan hasil dalam belajar, guru tidak terikat pada teknik atau metode atau media tertentu akan tetapi guru dapat memanfaatkan salah satu atau semuanya secara berkombinasi. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cara efektif untuk memperoleh hasil pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan melibatkan penuh pembelajaran bersama siswa, variasi dan keragaman dalam metode mengajar, motivasi internal, dan integritas belajar yang menyeluruh.
3. Disiplin Belajar Siswa
a. Pengertian Disiplin Belajar
Dalam melakukan kegiatan dan aktivitas kita sehari-hari, dimanapun tempatnya kita tidak dapat melepaskan diri dengan norma atau aturan yang berlaku. Aturan-aturan itu harus diikuti baik secara paksa atau kerelaan diri seseorang.
Adanya norma atau aturan itu dimaksudkan untuk mengatur perilaku dan mendorong serta menekan orang-perorang, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan untuk mencapai dan mentaati nilai-nilai sosial yang ada.
Norma juga dibuat untuk memelihara ketertiban dan perdamaian diantara orang yang memiliki kepentingan yang berlainan sehingga satu dengan yang lain akan saling menghormati terhadap kepentingan masing-masing. Jadi dengan adanya norma atau aturan, maka manusia tidak dapat bertindak maupun bertingkah laku sesuka hatinya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan harus disertai rasa tanggung jawab dengan penuh disiplin.
Dalam Kamus Umum Bahas Indonesia disiplin diartikan sebagai suatu aturan yang ketat, tata tertib yang harus dipatuhi. Disiplin secara umum dapat diartikan sebagai suatu sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi suatu ketentuan dan peraturan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab (Entang, 1984:11).
Pusat pengembangan inovasi dan Fakultas Filsafat UGM bekerja sama dengan Balitbang Dikbud menyampaikan makna disiplin adalah kepatuhan dan ketaatan terhadap nilai-nilai di dalam suatu sistem sosial demi kualitas kehidupan. Dengan demikian di dalam disiplin terkandung adanya sistem nilai, sistem sosial, bentuk kepribadian pendukungnya, serta perspektif masa depan yang akan dicapai dari pola interaksi yang terjadi.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
a) Faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri pelajar itu sendiri) yang meliputi:
1. Sifat malas. Sifat malas ini dapat terjadi karena kesengajaan, misalnya pelajar yang sengaja menunda pekerjaan sehingga pekerjaannya menumpuk dan semakin banyak.
2. Kesehatan. Kesehatan juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan. Orang yang sedang tidak sehat akan sulit mentaati apa yang sudah direncanakan, sebaliknya orang yang sehat akan lebih mudah mentaati segala sesuatu yang telah direncanakan.
3. Minat. Seorang yang mempunyai minat dalam segala kegiatan maka kecenderungan untuk menjalankan disiplin lebih tinggi dibanding orang yang tidak mempunyai minat terhadap apa yang akan dilakukan.
b. Faktor ekstern, yang meliputi sebagai berikut:
1. Peralatan. Faktor ini dapat mempengaruhi disiplin seseorang contoh pelajar yang memiliki peralatan lengkap dalam belajar lebih memiliki jiwa disiplin dibanding dengan pelajar yang tidak mempunyai peralatan yang kurang lengkap.
2.Lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam membantu meningkatkan disiplin pelajar.
Dalam lingkungan keluarga peranan orang tua sangat membantu, sedangkan dalam lingkungan sekolah adalah guru dan teman sekolahnya, yang lebih besar pengaruhnya adalah peran dari kawannya. Meskipun guru berusaha memotivasi belajar, tapi jika kawannya tidak mendukung maka disiplin yang ditawarkan belum tentu berhasil.
b. Manfaat Disiplin
Menurut Havinghurst (dalam Hurlock, 1999 : 97) ada beberapa fungsi disiplin yang bermanfaat bagi anak yaitu: a) Untuk menyadarkan kepada anak bahwa perilaku tertentu selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.
b) Untuk menyadarkan kepada anak suatu tingkatan penyelesaian yang wajar, tanpa menuntut komformitas yang berlebihan.
c) Untuk membantu anak dalam mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri, sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka. Gunarsa (2000:136) menjelaskan “manfaat utama disiplin adalah agar anak mengendalikan diri dengan baik, mampu menghormati, dan mematuhi otoritas orang tua”. Gunarsa menegaskan dalam mendidik anak perlu disiplin yaitu tegas dalam hal yang harus dilakukan. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi disiplin perlu dalam mendidik anak, supaya anak dengan mudah: a) Saling menghargai dan menghormati hak milik orang lain. c) Dapat membedakan tingkah laku yang baik dan buruk.
d) Belajar mengendalikan keinginan dan melaksanakan sesuatu tanpa ada perasaan takut.
e) Belajar untuk berkorban demi kepentingan orang lain.
c. Unsur-unsur Disiplin
Menurut Triana Noor Edwina DS (1997:13-2) unsur kedisiplinan meliputi: peraturan, hukum, penghargaan dan konsistensi.
Peraturan dimaksudkan bahwa dalam disiplin ada norma-norma, aturan yang harus ditaati seseorang. Hukuman dimaksudkan jika seseorang melanggar surat aturan, maka ia akan mendapatkan hukuman, bisa hukuman fisik, non fisik, membayar denda dan sebagainya. Sedangkan penghargaan dimaksudkan jika seseorang melakukan tindakan yang benar, maka kepadanya diberikan penghargaan yang tidak harus berupa denda, tetapi dapat berupa ucapan terima kasih, senyuman, pujian dan sebagainya. Konsistensi berkait dengan tingkat keajekan dalam memberikan hukuman dan penghargaan.
d. Sumber-sumber Pelanggaran Disiplin
Entang (1984:11) mengatakan “tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan, yaitu pemenuhan kebutuhan”. Pengenalan terhadap kebutuhan siswa secara baik merupakan andil yang besar bagi pengendalian disiplin. Apabila kebutuhan siswa tidak terpenuhi, maka akan terjadi ketidaksinambungan pada diri siswa yang bersangkutan, sehingga siswa akan berusaha untuk mencapai keseimbangan dengan berbagai cara yang sering kurang dapat diterima oleh masyarakat (termasuk pelanggaran disiplin). Abraham Maslow (dalam Winkel 1996:155) menjelaskan hirarki kebutuhan manusia dengan urutan hirarki dari bawah ke atas, yaitu: a) Kebutuhan untuk melangsungkan kehidupan jasmani seperti: makanan, minuman, tempat tinggal dan seks.
b) Kebutuhan untuk menjamin keamanan secara fisik dan psikologis: seperti aman dan terteram.
c) Kebutuhan untuk menikmati hubungan sosial yang memuaskan seperti: dicintai, disayangi, dan diterima oleh orang lain.
d) Kebutuhan untuk menikmati rasa harga diri seperti: mengakui diri sendiri sebagai orang yang patut dihargai dan mendapat pengakuan itu pula dari orang lain.
e) Kebutuhan untuk mengembangkan diri secara intelektual seperti: pengetahuan dan pemahaman sebagai pengayaan alam kognitif.
f) Kebutuhan untuk menikmati dan menghargai keindahan dalam berbagai bentuknya seperti keteraturan dan keseimbangan.
g) Mencapai pengayaan diri manusia secara optimal dan maksimal (aktualisasi diri) seperti kemampuan/bakat.
Pelanggaran disiplin dapat terjadi di lingkungan di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Pelanggaran disiplin yang terjadi di dalam keluarga, karena pendisiplinan yang digunakan orang tua dianggap “tidak adil” atau “kekanak-kanakan”, sehingga remaja memberontak. Pemberontakan yang biasanya terjadi di dalam keluarga karena salah satu orang tua lebih dominan daripada yang lain (orang tua kurang selaras) atau kurang kompak dalam hal pendisiplinan (Hurkock, 1997:232).
Pelanggaran disiplin di sekolah bersumber pada lingkungan sekolah itu sendiri seperti: a) Tipe kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter, senantiasa mendiktekan kehendak tanpa memperhatikan kedaulatan anak didik.
b) Sebagian besar siswa dikurangi hak-haknya sebagai siswa yang seharusnya turut menentukan rencana masa depannya di bawah bimbingan guru.
c) Tidak/atau kurang memperhatikan kelompok minoritas.
d) Siswa kurang diikut sertakan dan dilibatkan dalam tanggung jawab sekolah.
e) Latar belakang kehidupan keluarga yang kurang diperhatikan dalam kehidupan sekolah.
f) Sekolah kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua dan antara keduanya saling melepaskan tanggung jawab.
Sebab-sebab lain adalah kebosanan dalam kelas, perasaan kecewa, dan tertekan karena siswa dituntut bertingkah laku yang kurang wajar sebagai remaja (Entang, 1984:17).
4. Minat Belajar
a. Minat
Minat secara sederhana berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu hal. Minat sangat berpengaruh dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar. Minat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Minat mengandung unsur rasa suka atau rasa senang terhadap suatu obyek sebagai contoh seseorang suka akan pelajaran akuntansi maka orang itu akan merasa senang melihat, membaca dan bahkan ingin masuk penjurusan ilmu pengetahuan sosial karena lebih mendalami bidang tersebut. Adanya sikap menolak terhadap suatu pelajaran yang dinilainya tidak berguna akan dapat menurunkan minat belajar terhadap pelajaran yang ada dan sebaiknya. Hal ini akan membawa dampak prestasi belajar yang diraih pada pelajaran yang bersangkutan akan jelek apabila sikapnya menolak.
Menurut Winkel (1987:30) minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Sedangkan Bimo Walgito (1977:38) minat adalah suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap suatu obyek disertai dengan kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek tersebut.
Selain itu minat juga dapat diartikan sebagai kesadaran seseorang bahwa obyek, seseorang, sesuatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya (Whiterington, 1988:124). Dalam hal ini minat dipandang sebagai sambutan yang sadar agar mempunyai arti bagi dirinya, karena itu terlebih dahulu orang harus mempunyai pengetahuan informasi mengenai obyek tersebut. Selain itu juga seorang siswa harus menyadari bahwa situasi di lingkungan sekitarnya mempengaruhi minat belajarnya. Misalnya ada orang di lingkungan kita yang mengatakan bahwa pelajaran akuntansi merupakan pelajaran yang sulit sekali, sehingga siswa dengan sadar merasa terpengaruh menjadi kurang berminat dengan pelajaran akuntansi. Di sisi lain siswa tersebut menginginkan prestasi belajar akuntansinya baik. Dengan adanya situasi yang demikian sehingga siswa sadar akan hal tersebut membawa dampak terhadap prestasi belajar akuntansi yang diperolehnya nanti tidak baik, maka siswa berusaha menghilangkan pengaruh yang dirasakan tidak baik tersebut dengan jalan terus mencari cara agar siswa tersebut tetap berminat terhadap pelajaran akuntansi.
Mappiare (1982:62) berpendapat bahwa timbulnya minat berasal dari harapan. Sebab minat terdiri dari perasaan, prasangka atau kecenderungan untuk mengarahkan individu pada suatu pilihan. Hal ini berarti minat seseorang akan timbul jika seseorang memiliki rasa senang, mempunyai harapan terhadap obyek, memiliki pandangan terhadap dirinya dan ada kecenderungan untuk melakukan kegiatan yang mendukung. Sedangkan Suhirin (1980:12) mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu obyek atau mengenai suatu obyek. Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila siswa lebih dekat dengan mata pelajaran yang diminati, karena rasa tertarik tersebut, kemauan atau keinginan untuk dekat dan menekuni timbul dari dalam dirinya sendiri.
Minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, atau kegiatan ataupun bisa sebagai pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Crow dan Crow, 1980:304). The Liang Gie (1984:28) mengatakan bahwa minat berarti sibuk, tertarik sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.
Elita D. Nugroho (1982:18) mengatakan bahwa pengetahuan mengenai minat dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan, antara lain: a) Penempatan, yaitu minat merupakan alat yang digunakan untuk membantu siswa memilih jurusan yang benar.
b) Perbaikan belajar, yaitu membantu guru mengenal siswa yang perlu mendapat perhatian khusus.
c) Penilaian program, yaitu menentukan efektivitas suatu program.
Minat selalu berhubungan dengan kemampuan, kebutuhan, pengalaman pada diri individu. Jadi minat bertujuan kepada suatu obyek yang banyak sangkut pahutnya dengan individu. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh dari pengalaman belajar. Dengan demikian, perlu meningkatkan minat pada diri anak karena peningkatan minat merupakan bantuan terhadap anak agar memandang sendiri hubungan antara materi pelajaran dengan dirinya sebagai individu. Jadi minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak merupakan pendorong bagi anak-anak dalam melaksanakan usahanya, sehingga minat merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan khususnya dalam pemilihan jurusan yang akan menentukan keberhasilan studinya, maka minat merupakan sumber usaha.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat menurut Giartama (1990:6) digolongkan menjadi dua antara lain yaitu: a. Minat secara intrinsik, merupakan minat yang timbul dari individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar yang baik, bakat, jenis kelamin, dan intelegensi.
b. Minat secara ekstrinsik, merupakan akibat pengaruh dari luar individu. Timbul karena latar belakang sosial ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.
c. Unsur-unsur minat
The Liang Gie (1984:24) mengemukakan ada beberapa unsur dalam minat antara lain yaitu: a. Minat melahirkan perhatian.
b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi.
c. Minat mencegah gangguan perhatian dari luar.
d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
e. Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri. (untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan memperoleh keterangan tentang hal itu).
d. Meningkatkan Minat Siswa
Slameto, 1988:83 mengatakan bahwa beberapa ahli pendidikan berpendapat cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada.
Di samping memanfaatkan minat siswa yang telah ada maka, disarankan agar pengajar membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini bisa dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya, bagi siswa di masa yang akan datang, sikap siswa dalam mengikuti pelajaran harus tetap dijaga serta suasana pelajaran. Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukan atau yang tidak dilakukannya dengan baik, yang diharapkan akan muncul minat terhadap bahan yang diajarkan.
Menurut Hurlock, 1992:114 sepanjang masa kanak-kanak minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, baik permainan maupun pekerjaan, akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan anak yang kurang berminat atau merasa bosan. Jika kita mengharapkan bahwa pengalaman belajar merupakan kemampuan anak sepenuhnya, rangsangan harus di atur supaya bertepatan dengan minat anak. Ini merupakan “saat siap belajar” yaitu saat anak-anak siap belajar, karena mereka berminat terhadap keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh lewat pengalaman belajar.
e. Minat Belajar Siswa
Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya. Berbicara mengenai minat tentu saja tidak terlepas dari keadaan psikologis seseorang. Minat diartikan sebagai: “Kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Dalam hal ini minat dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar agar mempunyai arti bagi dirinya. Karena itu terlebih dahulu orang harus mempunyai pengetahuan dan informasi mengenai objek tersebut (Whinterington, 1963:90). Selanjutnya Whinterington membagikan minat menjadi dua yaitu:
1) Minat primitif yaitu minat yang tumbuh karena kebutuhan biologis yang dapat berupa makanan, minuman, seks dan kebutuhan sejenisnya.
2) Minat kultural yaitu minat yang timbul dari perbuatan belajar yang lebih tinggi tarafnya, misalnya kedisiplinan diri daln prestasi belajar.
5. Prestasi Belajar Akuntansi
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil puncak yang telah dicapai. Sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan oleh nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes prestasi (Mulyono, 1990:700. Selanjutnya Sunaryo (1983:10) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas maka yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah suatu hasil dari proses belajar yang telah dicapai oleh seorang siswa yang diuji melalui kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pembelajaran dapat dicapai.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi
Dimyati Mahmud (1990:84-87) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi, yaitu: 1) Faktor Internal a) N. Ach (Need for Achievement) N. Ach adalah dorongan atau motif untuk berprestasi atau suatu motif intrinsik untuk mencapai prestasi dalam hal tertentu.
b) Takut gagal Takut gagal seperti perasaan cemas (nervous) dalam menghadapi ujian atau tes akan sangat mempengaruhi keberhasilan atau tingkat prestasi seseorang.
c) Takut sukses Seorang wanita memiliki karakteristik lebih takut sukses dari pada pria.
Apabila cukup kuat takut sukses ini merongrong N Ach seseorang dan melahirkan perasaan negatif terhadap prestasi yang baik.
d) Persepsi Persepsi seseorang terhadap prestasinya terkait dengan kombinasi empat faktor: kemampuan, usaha, sukarnya tugas, dan keberuntungan.
2) Faktor eksternal Kesempatan dan faktor situasional juga sangat berpengaruh dalam peningkatan prestasi belajar. Jika situasi lingkungan mendukung dalam proses belajar mengajar pasti juga akan sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar seseorang.
c. Prestasi Belajar Akuntansi
Prestasi belajar akuntansi adalah suatu hasil yang diperoleh akibat adanya belajar akuntansi, dalam usaha memperoleh suatu hasil sangat ditentukan adanya evaluasi terhadap suatu hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana proses belajar yang diberikan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Prestasi belajar akuntansi merupakan indikator kualitas dan kuantitas dari pengetahuan yang dikuasai oleh anak didik. Hasil evaluasi dapat dipakai untuk meninjau kembali hasil belajar mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditentukan sebelumnya. Bila hasil yang diperoleh belum memuaskan, hal ini tidak sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditentukan. Prestasi belajar akuntansi akan mengalami kenaikan apabila didukung oleh situasi proses belajar mengajar yang baik pula, dalam hal ini kemampuan seorang guru dalam menciptakan suasana belajar yang baik sangat diperlukan. Suasana belajar yang baik dapat mendorong siswa lebih termotivasi, lebih berminat dan perhatian pada mata pelajaran akuntansi yang sering digunakan dapat mendorong terciptanya suasana belajar yang positif, sehingga siswa lebih bersemangat. Pemilihan teknik pengajaran yang bervariasi tentu saja menuntut kesiapan seorang guru yang lebih banyak dan tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang yang memadai, dengan demikian siswa merasa betah dan bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas, sehingga dampak yang timbul adalah prestasi belajar siswa akan meningkat.
Mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang menuntut seorang siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan, karena dalam pembelajaran tidak hanya guru saja yang harus aktif. Kurikulum yang telah dirancang dengan baik tidaklah banyak artinya bila penjabarannya dalam proses belajar mengajar tidak ikut menunjang tujuan kurikulum tersebut. Proses belajar mengajar menjadi faktor yang sangat penting karena banyak tuntutan keterampilan yang diharapkan oleh para pengguna lulusan yang tidak secara langsung dapat diwujudkan dalam mata pelajaran khusus ini. Agar proses belajar mengajar dapat tercapai perlu adanya interaksi yang baik didukung dengan adanya variasi-variasi mengajar yang diciptakan guru dalam belajar guna memacu semangat belajar siswa yang pada akhirnya prestasi belajar siswa dapat menjadi baik.
Dalam proses belajar mengajar akuntansi, diharapkan dapat menghasilkan perubahan pada siswa yang berupa kemampuan-kemampuan internal. Dalam kemampuan internal ini nantinya harus dinyatakan dalam prestasi. Prestasi belajar yang dicapai siswa dapat memberikan petunjuk mengenai tujuan instruksionalnya, sebab yang dievaluasi adalah hasil usaha belajar sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai. Hasil tersebut dalam prestasi belajar siswa adalah prestasi belajar akuntansi. Dari beberapa penulis maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil tertinggi yang telah dicapai dalam bidang tertentu, yang berdasarkan prestasi tersebut seorang guru.
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Akuntansi.
Variasi gaya mengajar yang digunakan oleh seorang guru sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar akuntansi. Variasi gaya mengajar akan mengurangi kebosanan siswa dalam proses belajar mengajar. Variasi gaya mengajar yang dilakukan oleh guru banyak sekali komponennya dan jika dilakukan dengan benar- benar akan sangat menarik sehingga dapat mempertahankan minat serta semangat siswa dalam belajar. Variasi gaya mengajar jika digunakan pada kondisi yang tepat akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
2. Hubungan Antara Kedisiplinan Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi.
Kedisiplinan merupakan ketaatan terhadap peraturan atau tata tertib tertentu. Siswa yang mempunyai sifat disiplin akan pula mempunyai prestasi yang lebih. Karena siswa yang disiplinnya tinggi akan mempunyai tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab disini maksudnya adalah tanggung jawab dalam kegiatan belajarnya. Siswa yang mempunyai rasa tanggung jawab akan mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik dan tepat waktu. Seorang siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi tentu saja mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi dalam belajarnya. Rasa tanggung jawab dalam kegiatan belajar akan mempengaruhi prestasi belajar.
Bidang studi akuntansi merupakan materi yang termasuk dalam kategori yang sulit untuk dipelajari, karena terdapat konsep-konsep akuntansi yang sulit untuk dimengerti, sehingga mempelajarinyapun membutuhkan suatu ketekunan, kejelian dalam menghitung angka-angka. Namun bila siswa tersebut memiliki kedisiplinan belajar yang tinggi akan cenderung memiliki prestasi belajar akuntansi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kedisiplinan belajarnya rendah.
3. Hubungan Antara Minat Belajar Akuntansi Dengan Prestasi Belajar Akuntansi.
Minat merupakan salah satu unsur kepribadian individu yang memegang peran penting dalam pembuatan suatu keputusan. Minat akan mengarahkan tindakan individu terhadap suatu obyek atas dasar rasa senang atau tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang merupakan dasar dari suatu minat. Minat seseorang akan dapat diketahui dari pernyataan senang dan tidak senang atau tidak disuka terhadap suatu obyek tertentu. Seorang siswa yang minat dengan pelajaran akuntansi akan terus berusaha untuk belajar akuntansi seoptimal mungkin, karena siswa merasa senang dengan pelajaran akuntansi dan dengan adanya minat belajar akuntansi yang tinggi akan dapat meningkatkan atau mempertahankan prestasi belajar akuntansi siswa itu sendiri.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan prnyataan yang masih lemah, karenanya masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara variasi gaya mengajar guru akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.
2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kedisiplinan belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.
3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.