Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SMK dua Mei Ciputat

(1)

Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, November 2010.

Pada saat ini terlihat banyak siswa yang kurang memiliki motivasi belajar. Begitu pula yang terlihat di SMK Dua Mei, sekolah ini termasuk sekolah yang memiliki prestasi namun motivasi belajar siswanya terlihat kurang. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SMK Dua Mei Ciputat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskripsi analisis dengan pendekatan penelitian lapangan. Populasi target yang digunakan berjumlah 415 siswa sedangkan populasi terjangkaunya sebanyak 120 siswa. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 60 siswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara proporsional random sampling. Jumlah responden yang dijadikan uji coba instrumen dalam penelitian ini sebanyak 15 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi berupa nilai rata-rata raport semester ganjil kelas XI.

Hasil penelitian yang penulis peroleh yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SMK Dua Mei Ciputat. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan nilai rxy sebesar 0,180 yang berada

pada 0,00 – 0,20 dan pada taraf signifikan 5% sebesar 0,254 atau 1% sebesar 0,330. Selain itu pula, besar kontribusi motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa di SMK Dua Mei Ciputat hanya 3,24% sedangkan 96,97% ditentukan oleh faktor yang lain.


(2)

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Dengan penyelesaian skripsi ini banyak sekali pihak-pihak yang sangat berjasa dalam membantu penulis, baik itu dukungan maupun bimbingan moril dan materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada,M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria,M.Ed., Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs.H.Mu’arif SAM, M.Pd., Ketua Prodi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Eri Rossatria, M.Ag., dan Dra. Manerah, Dosen Pembimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Para Dosen Program Studi Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ayahanda Sutadi dan Ibunda Tumiyem yang telah mendoakan dan memberikan dukungan dengan penuh kasih sayang, cinta yang tulus, sabar dan pengorbanan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kakak tersayang Cinda Harry Asmaranto dan adik tersayang Qorina Oktaviani yang telah memberikan dukungannya kepada penulis.


(3)

terima kasih atas kerjasamanya yang telah mewarnai selama kuliah.

Semoga semua dorongan, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan tercatat sebagai amal baik dan diberikan balasan oleh Allah SWT. Amin.

Jakarta, 09 November 2010

Penulis


(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR UJI REFERENSI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR LAMPIRAN ……… viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi Masalah ……… 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………. 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……… 7

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar ……… 8

2. Tujuan Penilaian Prestasi Belajar ……….. 12

3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ……… 14

4. Indikator Prestasi Belajar ……….. 18

B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar ……….. 22

2. Fungsi Motivasi Belajar ……… 24


(5)

D. Hipotesis Penelitian ………. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 35

B. Metode Penelitian ………... 35

C. Populasi dan Sampel ………... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ……….. 36

E. Instrumen Penelitian………... 37

F. Uji Instrumen 1. Uji Validitas ………... 38

2. Uji Reliabilitas ………... 39

G. Teknik Pengolahan Data ………. 40

H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ………. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi dan Analisis Data 1. Data Motivasi Belajar………. 44

2. Data Prestasi Belajar………... 46

B. Interpretasi Data ……….. 51

C. Pembahasan……….. 52

D. Keterbatasan Penelitian……… 53


(6)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

Tabel 2 Keterangan skor angket motivasi belajar………. 41

Tabel 3 Interpretasi data……… 42

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Angket Motivasi Belajar……… 44

Tabel 5 Data Hasil Belajar Siswa………. 46

Tabel 6 Analisis korelasi variabel x dan variabel y……….. 48


(8)

3. Struktur Organisasi SMK Dua Mei Ciputat 4. Daftar Nama Dewan Guru SMK Dua Mei Ciputat 5. Daftar Jumlah Siswa SMK Dua Mei Ciputat 6. Daftar Sarana Prasarana SMK Dua Mei Ciputat 7. Pedoman Angket Penelitian

8. Tabel Skor Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X 9. Perhitungan Validitas Variabel X

10. Data Skor Angket Motivasi Belajar

11. Perhitungan Tabel Distribusi Frekuensi Angket Motivasi Belajar 12. Perhitungan Tabel Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar

13. Surat Pernyataan Jurusan 14. Daftar Referensi

15. Surat Pengajuan Proposal Skripsi 16. Surat Bimbingan Skripsi

17. Surat Pengajuan Perubahan Judul Skripsi 18. Surat Permohonan Izin Penelitian

19. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian


(9)

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

CANDRA DWI JUWITASARI NIM. 106018200743

Di bawah bimbingan

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dra. Eri Rossatria, M.Ag Dra. Manerah

NIP.19470717 196608 2 001 NIP.19680323 199403 2 002

Jurusan Kependidikan Islam – Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1431 H / 2010 M


(10)

(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada tanggal 26 November 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan.

Ciputat, 08 Desember 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan KI) Drs. Rusydy Zakaria.M.Ed,M.Phil NIP. 19560530 197903 1004

………... ……… Ketua Prodi KI-Manajemen Pendidikan

Drs. H. Muarif SAM,M.Pd NIP. 1950717 199403 1005

………... ……… Penguji 1

Drs. Akbar Zainudin M.M ………... ………

Penguji 2

Drs. H. Muarif SAM, M.Pd NIP. 19500717 199403 1005

………... ………

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada,M.A NIP. 19571005 198703 1003


(11)

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia dalam hidupnya pasti belajar, baik itu dalam lembaga pendidikan formal, nonformal maupun informal. Sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 13 ayat 1 tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan yaitu: “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.”1 Pendidikan formal yang juga disebut sekolah terdiri dari tiga jenjang yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal merupakan lembaga pendidikan yang menjadi pelengkap dari pendidikan formal seperti lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar dan satuan pendidikan lainnya yang sejenis. Sedangkan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan seperti organisasi kepemudaan yang ada di lingkungan masing-masing.2 Ketiga institusi tersebut biasa disebut tripusat pendidikan yang mempunyai peran dan fungsinya masing-masing. Komunikasi yang baik antara

1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,2003), hal.8

2

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan…, hal.12


(13)

ketiga pusat pendidikan tersebut akan berdampak baik dalam proses pembinaan pendidikan anak.

Dalam proses pendidikan pada lembaga pendidikan yang dijelaskan di atas khususnya sekolah terdapat proses pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang, baik peserta didik maupun pendidik itu sendiri. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang dipengaruhi oleh situasi belajar yang ada hingga mencapai hasil yang maksimal. Dalam proses belajar, siswa memerlukan dorongan (motivasi) yang dapat memberikan kekuatan agar siswa mampu mencapai hasil yang ingin dicapainya.

Motivasi sangat berperan dalam proses belajar yaitu dapat memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang memiliki motivasi tinggi akan mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Namun, tidak semua siswa memiliki motivasi yang tinggi, ada pula siswa yang tingkat motivasinya rendah sehingga mereka kurang semangat dalam belajar.

Pada saat ini terlihat banyak siswa yang kurang memiliki motivasi belajar. Jika kita lihat berita yang ada di media cetak maupun media elektronik, terdapat beberapa kasus yang disebabkan kurangnya motivasi belajar siswa seperti yang penulis kutip dari Majalah Gema Widyakarya menyebutkan terdapat siswa yang suka membolos sekolah, siswa yang menyontek saat ujian, siswa yang asyik mengobrol; asyik dengan sesuatu yang dibawa dari rumah (seperti handphone atau komik) bahkan tidur pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam kelas, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sekolah, berpura-pura sakit pada jam pelajaran dan meminta izin untuk ke toilet padahal yang sebenarnya mereka pergi ke kantin.3 Hal tersebut disebabkan karena pengaruh lingkungan yang kurang mendukung, teman-teman yang kurang baik, kemampuan mengajar guru yang kurang serta kurangnya pengawasan dari pihak sekolah kepada

3

Diah Ayu Sekar Arum. “Pelajar yang Tidak Belajar”, dalam Gema Widyakarya, Jakarta, No.3/Th.X/2005), Hal.17


(14)

siswanya. Penyebab itulah yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa menjadi rendah.

Motivasi dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri, misalnya seperti adanya kemauan dari dalam diri untuk terus berkembang, sedangkan faktor ekstrinsik merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi adanya motivasi yang berasal dari luar individu itu sendiri, misalnya seperti adanya dorongan dari orangtua, teman dan guru.

Terdapat beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa pada saat pembelajaran di kelas seperti penggunaan media pengajaran yang menarik dan sesuai dengan materi yang diajarkan, membuat variasi metode belajar kepada siswa, memberikan pertanyaan kepada siswa yang hasilnya dapat memotivasi siswa seperti memberikan hadiah, pujian, nilai dan penghargaan. Cara-cara tersebut seharusnya dapat dilakukan guru dalam membangkitkan motivasi siswa, namun saat ini tidak semua pihak sekolah dan guru peka terhadap masalah ini. Guru masih sering menggunakan metode belajar ceramah tanpa adanya media pengajaran yang menarik sehingga siswa menjadi bosan pada saat pembelajaran di kelas. Tidak hanya guru, tetapi pihak sekolah pun seharusnya menyediakan media pengajaran yang memadai sehingga tidak menghambat proses belajar dan dapat membantu dalam menimbulkan motivasi belajar siswa. Pada kenyataannya masih ada sekolah yang belum memiliki sarana prasarana belajar yang memadai sebagai media pengajaran bagi guru. Lingkungan juga dapat memberikan motivasi bagi siswa seperti jika siswa berteman dengan siswa yang pintar maka dia akan termotivasi juga untuk tekun belajar.

Menurut Sardiman A.M dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar menjelaskan bahwa motivasi belajar memiliki peranan dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan memiliki keinginan untuk melaksanakan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga siswa akan


(15)

memperoleh prestasi belajar yang maksimal. Tidak dapat dipungkiri jika terdapat siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan mengalami kegagalan dalam memperoleh prestasi yang disebabkan kurangnya motivasi belajar. Sebab tingginya motivasi dalam belajar sangat berpengaruh terhadap tingginya prestasi belajar.4 Prestasi yang tinggi, yang dapat dicapai siswa adalah dambaan setiap orangtua. Namun, jalan menuju cita-cita itu tidaklah mudah. Harus ada usaha yang dilakukan semua pihak yang terlibat.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa diantaranya sarana dan prasarana belajar, kompetensi guru, motivasi belajar siswa dan sebagainya. Untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi seorang siswa memerlukan sarana dan prasarana belajar yang lengkap dan memadai. Sehingga proses belajar siswa dapat berkembang dan menarik jika adanya sarana dan prasarana belajar yang sesuai dengan materi yang diberikan. Selain itu pula, kompetensi guru pun dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti guru harus menguasai dengan benar materi yang akan diajarkan, guru harus memberikan contoh-contoh dari kehidupan nyata siswa-siswanya dan apresiasi yang diberikan oleh guru juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti guru memberikan pujian kepada siswa yang memiliki prestasi yang baik dan berusaha meningkatkan prestasinya tersebut atau guru akan memberikan dorongan kepada siswa yang memiliki prestasi yang kurang sehingga siswa tersebut mampu memperoleh prestasi yang baik. Tetapi terkadang guru dalam mengajar kurang memberikan contoh-contoh dari kehidupan sehari-sehari dan guru pun baru memberikan perhatian atau dorongan pada saat siswa mengalami nilai yang buruk, padahal pada saat siswa berhasil memperoleh nilai prestasi yang baik membutuhkan dorongan berupa pujian atau hadiah sehingga siswa dapat termotivasi lagi dalam meningkatkan prestasinya.

4

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hal.75


(16)

Adapun faktor yang terpenting adalah motivasi belajar siswa tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa motivasi sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Sehingga apa artinya sarana prasarana yang lengkap dan kompetensi mengajar guru yang baik jika siswa tersebut kurang memiliki motivasi?. Maka antara sarana dan prasarana belajar dengan kompetensi guru harus saling terkait guna menimbulkan motivasi belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Terkait dengan penjelasan di atas, SMK Dua Mei merupakan sekolah yang memiliki prestasi. Hal tersebut dapat terlihat dari persentase tingkat kelulusan ujian nasional pada tahun ajaran 2009/2010 berjumlah 100% dengan rata-rata nilai 7,75 dengan perincian nilai rata-rata pelajaran Bahasa Indonesia 7,64; nilai rata-rata pelajaran Bahasa Inggris 7,90; nilai rata-rata matematika 7,84 dan nilai rata-rata pelajaran produktif 7,98. Selain itu pula nilai rata-rata raport siswa yaitu 7,00. Namun siswa-siswa di sana kurang memiliki motivasi dalam belajarnya. Hal ini berdasarkan pengamatan sementara penulis yang melihat motivasi belajar mereka kurang pada saat pembelajaran di kelas, siswa-siswanya kurang merespon dengan baik pelajaran yang disampaikan, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti berbicara atau mengobrol dengan temannya atau memainkan handphone dan sering meminta izin ke kamar mandi pada saat pembelajaran dan sebagainya. Jika dilihat dari kondisi sarana prasarana belajar, SMK Dua Mei Ciputat telah cukup baik kondisi sarana prasarananya namun jumlahnya masih kurang sehingga perlu ditambah guna meningkatkan motivasi siswanya dalam belajar. Metode pembelajaran yang digunakan guru di SMK Dua Mei Ciputat sudah sebagian menggunakan metode yang cukup menarik namun masih ada pula guru yang menggunakan metode pembelajaran ceramah tanpa adanya media belajar yang menarik sehingga siswa terkadang merasa jenuh dan kurang adanya interaksi dengan gurunya dan kurangnya apresiasi yang guru berikan kepada siswanya atas prestasi belajar yang telah diperoleh. Lingkungan


(17)

pergaulan siswa pun kurang mendukung dalam proses pembelajaran, hal ini dapat mempengaruhi siswa menjadi malas belajar.

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK DUA MEI CIPUTAT.”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, penulis dapat mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa diantaranya:

1. Kurangnya sarana prasarana belajar yang memadai dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa.

2. Kurangnya variasi metode pengajaran yang digunakan guru dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa.

3. Pengaruh lingkungan siswa yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran.

4. Kurangnya apresisasi yang diberikan guru kepada siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

5. Kurangnya motivasi belajar siswa sehingga mengakibatkan tidak maksimalnya prestasi belajar siswa.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi penelitiannya pada masalah “Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa di SMK Dua Mei Ciputat.”


(18)

Dari pembatasan masalah tersebut maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana prestasi belajar siswa di SMK Dua Mei Ciputat? 2. Bagaimana motivasi belajar siswa di SMK Dua Mei Ciputat?

3. Bagaimana hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SMK Dua Mei Ciputat?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa di SMK Dua Mei. b. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa di SMK Dua Mei.

c. Untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SMK Dua Mei.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, dapat memperoleh pengetahuan terkait dengan hubungan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa di SMK Dua Mei.

b. Bagi guru dan wali kelas, diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa.

d. Bagi pihak lain, diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut.


(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar, kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda, sehingga untuk memahami pengertian prestasi belajar maka penulis akan jabarkan makna dari kedua kata tersebut.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah “hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).”5 Prestasi adalah tingkat kemajuan yang telah dicapai seseorang sehubungan dengan tujuan yang telah ditentukan.6 Selain itu pula, prestasi adalah hasil yang dicapai oleh seseorang berupa nilai setelah orang tersebut mengikuti suatu kegiatan.7 Prestasi juga merupakan kecakapan atau hasil konkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu.

5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2007), Cet.Ke-4,hal.895

6

James S Cangelosi, Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa, (Bandung: ITB, 1995), hal. 3

7

Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 200


(20)

Berdasarkan pengertian prestasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah melakukan suatu kegiatan pada saat atau periode tertentu dalam skala nilai yang berupa huruf atau kata atau simbol.

Sedangkan pengertian belajar menurut Ngalim Purwanto dalam buku yang berjudul Psikologi Pendidikan adalah “tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.”8 Belajar dalam konteks ini merupakan perubahan tingkah laku baik fisik maupun psikis sehingga siswa mampu memecahkan masalah, berpikir dan memiliki keterampilan.

Menurut Witherington yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, definisi belajar adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.”9 Dalam hal ini perubahan kepribadian yang berupa kecakapan, sikap dan kepandaian dinamakan belajar.

Selanjutnya menurut Drs.H.M.Alisuf Sabri, “belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan.”10 Selain itu, belajar adalah “aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun

8

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosydakarya, 2007), Cet.Ke-23,hal.85

9

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan…,hal.85 10

Drs.H.M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet.Ke-3, hal.55


(21)

potensial.”11 Dalam konteks ini belajar merupakan proses kegiatan yang dimulai dari mengamati, membaca, dan mencoba sehingga hasil belajar dapat terlihat dalam 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar dan rutin oleh seseorang sehingga akan mengalami perubahan individu baik berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan melalui proses latihan dan pengalaman seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Pengertian prestasi belajar yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.”12 Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah.

Prestasi belajar adalah “hasil belajar siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam periode tertentu.”13 Prestasi belajar merupakan pernyataan dalam bentuk angka dan nilai tingkah laku. Selain itu, prestasi belajar adalah “tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.”14

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses

11

Drs.H.M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan…, hal.56 12

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar…, hal. 895 13

Dr. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), Cet.Ke-9, hal. 3

14

Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran…, hal. 200


(22)

pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument evaluasi yang relevan.

Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:

a. Penilaian Formatif

“Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.”15 “Penilaian formatif merupakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.”16 Sehingga penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar.

Penilaian ini berupa ulangan harian yang dilakukan pada setiap akhir kompetensi dasar dalam suatu pelajaran. Dengan adanya penilaian formatif maka dapat diketahui penyebab kesulitan belajar dan kurang pahamnya siswa dalam belajar sehingga guru dapat melakukan evaluasi remedial dan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami masalah belajar.

b. Penilaian Sumatif

“Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.”17 “Penilaian sumatif merupakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program

15 M. Ngalim Purwanto,

Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosydakarya,2001), Cet.Ke-10, hal.26

16

Dr. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses…, hal. 5 17

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik…, hal.26


(23)

seperti akhir catur wulan, akhir semester maupun akhir tahun.”18 Sehingga penilaian sumatif berorientasi kepada produk bukan proses.

Penilaian ini berupa ulangan umum yang dilakukan pada setiap akhir periode pelaksanaan program pengajaran seperti akhir semester atau akhir tahun ajaran. Dengan adanya penilaian ini maka guru dapat memberikan laporan mengenai prestasi belajar siswa di sekolah kepada orang tua siswa sehingga orang tua siswa dapat mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki anakanya dan penyebab massalah dalam belajar.

2. Tujuan Penilaian Prestasi Belajar

“Penilaian adalah pengambilan suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk dan bersifat kualitatif.”19 Selain itu pula, penilaian prestasi belajar adalah tindakan untuk menentukan nilai prestasi yang bersifat kualitatif yang dicapai seseorang atau kelompok setelah proses belajar mengajar.20 Penilaian prestasi belajar merupakan alat kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan atau merupakan alat yang menyediakan atau memberikan informasi bagi usaha dan pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.

Tujuan penilaian prestasi belajar siswa diantaranya sebagai berikut:21 a. Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam

suatu kurun waktu proses belajar tertentu.

b. Mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.

c. Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.

18

Dr. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses…, hal. 5 19

Drs. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 2010), hal. 3

20 Drs. Syaiful Bahri Djamarah,

Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.208

21

Muhibbinsyah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Cet. Ke-9, hal.198


(24)

d. Mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya.

e. Mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

Selain itu ada menurut Drs. Nana Sudjana dalam buku Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar menyebutkan:

Ada beberapa tujuan dari penilaian prestasi belajar antara lain:22 a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian berupa melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.

d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Sedangkan menurut Abd. Rachman Abror menyebutkan: Tujuan penilaian prestasi belajar antara lain:23

a. Membangkitkan motivasi belajar siswa (mendorong proses belajar mengajar).

b. Mengetahui prestasi siswa.

c. Mengetahui kelemahan dan kesulitan dan bagaimana mengatasinya.

d. Mengadakan seleksi yang meliputi: bagi kenaikkan kelas atau kelulusan, pengelompokkan, jurusan, penentuan belajar kelas dan mengetahui bakat anak didik.

e. Memberikan laporan tentang kemajuan atau perkembangan siswa kepada orangtua/wali siswa dalam bentuk raport, ijasah, STTB (Surat Tanda Tamat Belajar) atau piagam.

f. Sebagai feedback atau balikan program/kurikulum pendidikan yang bersangkutan.

22

DR. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses…, hal. 4 23

Abd.Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), Cet.Ke-4,hal.155


(25)

Berdasarkan beberapa tujuan penilaian prestasi belajar di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan penilaian prestasi belajar antara lain: a. Sebagai bahan laporan kepada orangtua siswa tentang kemajuan-kemajuan

yang dicapai anaknya di sekolah.

b. Membangkitkan motivasi belajar siswa (mendorong proses belajar mengajar).

c. Guru dapat mengetahui kelemahan dan kesulitan siswa dalam belajar dan mengetahui bagaimana mengatasinya.

d. Sebagai feedback atau balikan program/kurikulum pendidikan yang bersangkutan.

e. Guru dapat mengetahui sejauhmana siswa memahami materi yang sudah diajarkan.

f. Masyarakat dapat mengetahui sejauhmana tingkat prestasi belajar siswa secara umum sehingga dapat mengetahui kualitas pendidikan yang ada saat ini.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor yang berasal dari dirinya (internal) maupun faktor yang berasal dari luar (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara dua faktor tersebut.

Secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :24

a. Faktor internal, yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Adapun faktor internal meliputi dua aspek yaitu:

24

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan…,hal.106


(26)

1). Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis merupakan faktor dari kondisi fisik dan kondisi panca indera siswa Hal ini dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

2). Aspek psikologis

Adapun yang termasuk dalam faktor psikologi antara lain: minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif.

b. Faktor eksternal, terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental diantaranya sebagai berikut:

1). Aspek lingkungan

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial. Faktor lingkungan alam/non sosial seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, tempat letak gedung sekolah dan sebagainya.

Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya, akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

2). Faktor instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pengajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.


(27)

Sedangkan menurut Drs. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono dalam buku Psikologi Belajar menyebutkan:

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain:25

a. Faktor Internal:

1). Faktor Jasmaniah (Fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh seperti penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

2). Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh meliputi faktor intelektif dan faktor non intelektif. 3). Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Faktor Eksternal:

1). Faktor sosial seperti lingkungan budaya, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.

2). Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

3). Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.

4). Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Berdasarkan beberapa faktor di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain:

a. Faktor jasmani siswa seperti kondisi panca indera dan kondisi fisik siswa. Kondisi fisik siswa berpengaruh kepada tingkat prestasi siswa, jika kesehatan siswa sedang terganggu misalnya siswa tersebut sering sakit maka gairah dan semangat belajar pun akan kurang dan prestasi belajar pun akan rendah, sedangkan jika kondisi fisik siswa dalam kondisi yang sehat maka siswa tersebut akan semangat belajar untuk mencapai prestasi yang tinggi.

25

Drs. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal.138


(28)

b. Faktor rohani siswa seperti minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif.

Tingkat kecerdasan setiap siswa berbeda-beda, ada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan ada pula siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang rendah sehingga sulit dalam memahami suatu materi pelajaran dan membutuhkan bimbingan khusus. Tingkat kecerdasan ini pula dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

c. Faktor lingkungan siswa baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Lingkungan sosial dapat berupa lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Lingkungan keluarga misalnya hubungan anak dengan orang tuanya yang baik, orang tua yang memberikan dukungan dan orang tua yang selalu memberikan bimbingan kepada anaknya dalam belajar maka anak tersebut akan termotivasi untuk giat belajar sehingga mampu mencapai prestasi yang membanggakan bagi orang tuanya.

Lingkungan sekolah misalnya jika jumlah siswa di kelas terlampau banyak dapat mengakibatkan kurang terkontrolnya keadaan siswa dalam belajar sehingga pembelajaran pun kurang efektif yang akan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa.

Lingkungan masyarakat misalnya siswa tinggal di lingkungan yang kurang mendukung dalam proses pendidikan maka motivasi belajar siswa akan rendah, hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut.

d. Faktor instrumental seperti sarana prasarana belajar, kurikulum, guru, media pengajaran, dan sebagainya.

Kurangnya sarana prasarana belajar dan kemampuan guru dalam mengajar akan menghambat proses pembelajaran dan akan menurunkan prestasi belajar siswa.


(29)

4. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Dalam menetapkan indikator prestasi belajar siswa perlu disesuaikan dengan ranah/jenis prestasi siswa sehingga tepat dalam memberikan evaluasi dalam mencapai indikator prestasi belajar tersebut. Menurut Benyamin S. Bloom yang dikutip oleh Dr. Nana Sudjana dalam buku Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar membagi ranah prestasi belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.26 Adapun tiga ranah tersebut antara lain:

a. Ranah Kognitif

“Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan intelektual (otak), sehingga segala aktivitas yang dilakukan siswa yang menyangkut aktivitas otak termasuk dalam ranah kognitif.”27 Dalam ranah kognitif seorang guru dapat menggunakan tes pencocokan, tes isian maupun tes esai karena tes ini dapat mencapai enam jenjang yang ada dalam ranah kognitif. Adapun enam jenjang dalam ranah kognitif diantaranya :

1). Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk menghafal dan mengingat kembali tentang rumus, definisi, nama dan sebagainya tanpa mengharapkan untuk menerapkannya. Jenjang ini merupakan jenjang yang paling rendah.

2). Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah mengetahui atau mengenal. Dengan kata lain, dalam jenjang ini siswa mampu menjelaskan sesuatu hal secara rinci dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu pemahaman

26

DR. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses…, hal. 23 27

Prof.Drs.Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 2007), hal.49


(30)

terjemahan, pemahaman penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi. Jenjang ini lebih tinggi dari jenjang pengetahuan.

3). Aplikasi (Application) adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang konkret dan baru. Dengan kata lain, dalam jenjang ini siswa dituntut memiliki untuk kemampuan untuk memilih atau menyeleksi suatu konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan dan cara secara tepat untuk diterapkan. Jenjang ini lebih tinggi dari jenjang pemahaman. 4). Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk menguraikan

lebih rinci bagian-bagian terkecil dari suatu keadaan dan mampu memahami hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Jenjang ini lebih tinggi dari jenjang aplikasi.

5). Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan seseorang untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Dalam jenjang ini siswa diminta untuk menggabungkan atau menyusun kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru. Kecakapan sintesis dibagi menjadi tiga tipe diantaranya yaitu kemampuan menemukan hubungan yang unik, kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang di ketengahkan dan kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi yang terarah. Tingkatan ini lebih tinggi dari analisis.

6) Penilaian (Evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi atau ide. Dalam hal ini siswa mampu menilai baik buruknya dari suatu idea tau situasi. Jenjang ini merupakan jenjang paling tinggi.


(31)

b. Ranah Afektif

“Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.”28 Ciri-ciri prestasi belajar yang afektif dapat terlihat dari tingkah laku siswa seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

Dalam ranah ini terbagi menjadi lima jenjang diantaranya :

1). Receiving atau attending (Menerima atau memperhatikan) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan sebagainya.

2). Responding (Menanggapi) adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan reaksi terhadap stimulus yang datang dari luar.

3). Valuing (Penilaian) adalah pemberian nilai terhadap suatu objek atau stimulus yang datang.

4) Organization (Mengatur atau mengorganisasikan) adalah pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi seperti menghubungkan nilai yang satu dengan nilai yang lainnya dan memberikan nilai prioritas kepada sesuatu hal.

5). Characterization by a value or value complex (Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai) adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku seseorang.

c. Ranah Psikomotorik

“Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak seseorang setelah menerima

28

Prof.Drs.Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi…, hal.54


(32)

pengalaman belajar tertentu.”29 Ranah psikomotorik terbagi menjadi enam tingkatan keterampilan diantaranya :

1). Gerakan refleks;

2). Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; 3). Kemampuan perseptual;

4). Kemampuan di bidang fisik;

5). Gerakan-gerakan skill mulai dari yang sederhana sampai ke tingkat yang rumit.

6). Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative.

Berdasarkan tingkatan ranah prestasi yang telah dijelaskan di atas, tidak hanya kemampuan menghafal atau memahami saja yang harus siswa kuasai namun seorang siswa harus menguasai secara keseluruhan ranah tersebut yang meliputi ranah nilai dan ranah keterampilan sehingga siswa memperoleh prestasi belajar yang sangat baik. Begitu pula dengan guru harus memberikan pembelajaran yang baik agar siswa mampu mencapai tiga ranah yang dimaksud. Dalam pemberian soal pada ulangan-ulangan dianjurkan dapat mencakup tiga ranah tersebut sehingga siswa tidak hanya mampu dalam hafalan teori saja namun juga mampu memberikan penilaian dan memiliki keterampilan dalam menerapkannya.

Hasil belajar di atas tidak dapat berdiri sendiri tetapi selalu berhubungan antara satu dengan yang lain bahkan ada dalam kebersamaan. Misalnya apabila seorang siswa yang telah bertambah pengetahuan kognitifnya maka terjadi pula perubahan dalam sikap dan perbuatan.

29

Prof.Drs.Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi…, hal.57


(33)

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

“Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.”30 Motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Motivasi timbul jika didorong oleh kebutuhan seseorang seperti kebutuhan seseorang yang ingin kaya maka ia akan berusaha mencari kekayaan sebanyak-banyaknya. Begitu pula dalam belajar, jika seorang siswa memiliki tingkat kebutuhan prestasi belajar yang tinggi maka siswa tersebut akan berusaha keras untuk mencapai targetnya meskipun penuh tantangan.

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis yang berasal dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman. Motivasi belajar adalah daya upaya yang mendorong siswa untuk belajar.31

Sama halnya menurut Abd. Rachman Abror yang menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah daya penggerak yang mampu membangkitkan gairah, semangat dan rasa senang siswa dalam belajar sehingga siswa tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.32

Berdasarkan penjelasan di atas, maka disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah sebuah dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri siswa yang mampu memberikan rasa senang dan semangat dalam belajar sehingga siswa mampu mencapai prestasi belajar yang sangat baik.

30 M. Ngalim Purwanto,

Psikologi Pendidikan…, hal.71 31

Sardiman,A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hal.75

32

Abd.Rachman Abror, Psikologi Pendidikan…,hal.114


(34)

Menurut Brown yang dikutip oleh Drs. Ali Imron,M.Pd dalam buku Belajar dan Pembelajaran menyebutkan:

Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar dalam proses belajar mengajar di kelas diantaranya siswa tertarik kepada guru; siswa tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan; siswa mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama pada guru; siswa ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas; siswa ingin identitasnya diakui orang lain; kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri; siswa selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.33

Sedangkan menurut Sudirman yang dikutip pula oleh Drs. Ali Imron,M.Pd mengemukakan bahwa:

Ciri-ciri motivasi yang ada pada siswa adalah tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama, ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain, tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan apa yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah.34

Adapun ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi yang berasal dari luar yaitu adanya dorongan yang positif dari orangtua/guru, ingin dipuji oleh pacarnya atau temannya, ingin mendapat hadiah, takut dimarahi guru, adanya peraturan atau tata tertib sekolah dalam belajar sehingga menjadikan siswa untuk disiplin, adanya variasi metode belajar yang digunakan, adanya sarana prasarana belajar dan dukungan dalam komponen-komponen yang terkait dengan pembelajaran.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar memiliki ciri-ciri khusus yang dapat kita amati dalam proses pembelajaran di sekolah seperti siswa memiliki tanggungjawab terhadap

33

Drs. Ali Imron,M.Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya,1996), Cet.Ke-1, hal.88

34

Drs. Ali Imron,M.Pd, Belajar dan Pembelajaran…, hal.88


(35)

tugasnya, siswa tidak cepat bosan, adanya kemauan untuk mempelajari kembali pelajaran tersebut di rumah, siswa tidak mudah putus asa, siswa tidak cepat puas atas prestasi yang dicapai, adanya antusias belajar yang tinggi, mampu mengontrol diri terhadap lingkungan dan ulet dalam menghadapi kesulitan.

2. Fungsi Motivasi Belajar

Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono mengemukakan: Fungsi motivasi belajar antara lain:35

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dengan membandingkan dengan temannya.

c. Mengarahkan kegiatan belajar. d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Drs.M. Ngalim Purwanto, MP dalam buku Psikologi Pendidikan, tentang fungsi motivasi belajar yaitu:36

a. Mendorong siswa untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motorik yang melepaskan energi dalam belajar.

b. Menentukan arah perbuatan siswa, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan siswa, yakni siswa mampu menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

35

Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran…, hal. 85 36

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan…, hal. 70


(36)

Menurut Cecco yang dikutip oleh Abd. Rachman Abror dalam buku Psikologi Pendidikan menyebutkan:

Ada empat fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar diantaranya:37

a. Membangkitkan (Arousal Function) yaitu mengajak siswa belajar;

b. Harapan (Expectancy Function) yaitu apa yang harus bisa ia dilakukan setelah berakhirnya pengajaran;

c. Insentif (Incentive Function) yaitu memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang;

d. Disiplin (Disciplinary Function) yaitu menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol tongkah laku yang menyimpang.

Dari beberapa fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar memiliki fungsi sebagai pendorong siswa dalam belajar, pemberi arahan perbuatan yang sesuai dengan tujuan belajar siswa dan membangkitkan semangat belajar siswa.

3. Bentuk - bentuk Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar apabila ada seorang siswa yang tidak mengerjakan tugas perlu diselidiki sebab-sebabnya. Upaya ini dilakukan untuk memberikan rangsangan supaya siswa mau melaksanakan kegiatan belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar timbul motivasi yang kuat dalam diri anak didik.

Menurut Sartain, yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto membagi motivasi itu menjadi dua golongan yaitu:

Physiological drive dan social motives, yang dimaksud dengan Physiological drive ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis/jasmaniah seperti lapar, haus, sex dan sebagainya. Sedangkan Social motives ialah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia yang lain dalam masyarakat seperti

37

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan…, hal. 115


(37)

dorongan estetis, dorongan ingin selalau berbuat baik (etika) dan sebagainya.38

Namun demikian para ahli mempunyai kesepakatan bahwa akhirnya motivasi-motivasi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Menurut Drs.H.M.Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan, mendefinisikan bahwa “motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang yang berkaitan langsung dengan tujuan belajar.”39

Drs. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono dalam buku Psikologi Belajar mengatakan bahwa motivasi intrinsik adalah dorongan yang timbul dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.40

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang bermotivasi intrinsik dalam belajar mempunyai tujuan menjadi orang yang terdidik, mempunyai ilmu pengetahuan, sehingga siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya dan karena adanya dorongan yang berasal dari dalam diri siswa, bukan karena yang lain. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku yang ingin dibacanya.

Motivasi ini mengacu kepada faktor dari dalam diri anak. Anak yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang terdidik. Untuk membangkitkan motivasi intrinsik pada anak dapat ditempuh dengan jalan seperti guru merangsang motivasi intrinsik siswa dengan menanyakan

38

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan…,hal.62 39

Drs.H.M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan…, hal.85 40

Drs. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar…, hal. 215


(38)

kembali apa yang menjadi cita-cita siswa, apa yang dibutuhkan siswa tersebut dalam mencapai cita-citanya dan sebagainya hingga motivasi intrinsik siswa akan timbul dengan sendirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Menurut Drs.H.M.Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan, mendefinisikan bahwa motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari luar yang tidak secara langsung berkaitan dengan aktivitas belajar, seperti karena takut kepada guru, ingin memperoleh hadiah dan sebagainya.41

Menurut Drs.Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, memberikan pengertian tentang motivasi ekstrinsik ialah bentuk motivasi yang berasal dari luar diri siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.42

Pada orang yang tingkat motivasi intrinsiknya lemah, justru motivasi ekstrinsik ini sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik yang diberikan secara tepat justru secara perlahan dapat menanamkan motivasi intrinsik untuk belajar manakala belajar yang direkayasa dengan motivasi ekstrinsik tersebut telah menjadi kebiasaan bagi pembelajar.

Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar anak, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara. Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam rangka menumbuhkan motivasi intrinsik antara lain:

a). Pujian b). Hadiah c). Hukuman

41

Drs.H.M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan…, hal.85 42

Drs. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar…, hal.215


(39)

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu. Misalnya seseorang mau belajar karena diajak atau disuruh oleh orang lain.

Jika guru menghadapi siswa yang belum memiliki motivasi belajar yang baik, seyogyanya guru berpegang teguh pada motivasi ekstrinsik dengan menggunakan penguat berupa hukuman dan hadiah. Guru sebagai pendidik bertugas untuk memperkuat motivasi belajar siswa dengan melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji, menegur, menghukum atau memberi nasehat. Tindakan tersebut dapat menguatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Kebanyakan siswa tertarik belajar karena ingin memperoleh hadiah atau menghindari hukuman.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua bentuk motivasi belajar dan cara yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan motivasi belajar pada siswa agar hasil belajar yang diperoleh menjadi lebih baik.

Kuat lemahnya motivasi belajar siswa turut mempengaruhi keberhasilannya. Karena motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri, dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh dengan tantangan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:43

a. Cita-cita/aspirasi siswa

Setiap manusia senantiasa mempunyai cita-cita atau aspirasi tertentu dalam hidupnya. Cita-cita atau aspirasi itu senantiasa diperjuangkan meskipun rintangan yang akan dihadapi sangat banyak. Oleh karena

43

Dr.Dimyati dan Drs.Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran…, hal.97


(40)

itu, cita-cita sangat mempengaruhi terhadap motivasi belajar seseorang.

b. Kemampuan siswa

Kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia tidaklah sama, begitu pula dengan siswa. Kemampuan siswa berkaitan erat dengan motivasi belajar siswa, seperti siswa yang memiliki motivasi belajar rendah pada pelajaran tertentu disebabkan karena siswa yang bersangkutan memiliki kemampuan belajar yang rendah.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa dibedakan atas kondisi fisik dan kondisi psikologisnya. Jika kondisi fisik siswa dalam keadaan lelah maka umumnya motivasi belajar siswa akan menurun, begitu pula sebaliknya jika kondisi siswa dalam keadaan sehat maka motivasi belajar siswa akan tinggi. Ditinjau dari kondisi psikologis, jika siswa dalam kondisi stress maka umumnya siswa sulit untuk berkonsentrasi sehingga siswa merasa terpaksa dan tidak memiliki motivasi belajar.

d. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan belajar siswa digolongkan menjadi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik merupakan tempat dimana siswa tersebut belajar, jika kondisi tempat belajarnya rapi dan nyaman maka pada umumnya siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Lingkungan sosial merupakan tempat dimana siswa berinteraksi dengan orang lain, misalnya siswa tersebut bergaul dalam lingkungan yang kurang memperhatikan pendidikan/belajar maka siswa tersebut secara tidak langsung akan terpengaruh dalam kondisi tersebut.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar

Ada beberapa unsur dinamis yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, diantaranya:


(41)

1). Motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belajar 2). Bahan belajar dan upaya penyediaannya.

3). Alat bantu belajar dan upaya penyadiaannya. 4). Suasana belajar dan upaya pengembangannya.

5). Kondisi subyek belajar dan upaya penyiapan dan peneguhannya. f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Upaya guru dalam mengajar siswa sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Misalnya, guru yang mengajar di kelas dengan penuh semangat dan ceria maka siswa akan termotivasi dalam mengikuti belajar di kelas. Maka dari itu, seorang guru dituntut untuk mampu kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang baik.

Selain itu, motivasi belajar juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:

a. Siswa yang mengalami kegagalan dalam memecahkan permasalahan atau kurang mampu memahami suatu materi pelajaran.

b. Siswa merasa tidak nyaman dengan kondisi belajar di kelas, misalnya terlalu lama duduk pada saat belajar di kelas, merasa jenuh ketika guru memberikan pelajaran karena kurangnya media dan metode yang digunakan guru dalam mengajar.

c. Siswa memperoleh teguran guru yang kurang baik, misalnya seorang guru langsung mengatakan kepada siswa bahwa dia tidak akan dapat mengerti materi pelajaran ini. Hal ini dapat mematahkan semangat belajar siswa tersebut.

d. Kurangnya kemampuan guru dalam membuat soal-soal tes atau ulangan, misalnya soal yang dibuat terlalu sulit atau belum pernah diajarkan sehingga siswa tidak dapat mengerjakannya dan soal terlalu mudah sehingga siswa menganggap remeh soal tersebut yang menyebabkan siswa tidak perlu mengulang pelajarannya kembali.


(42)

e. Guru yang menganggap tingkat kemampuan seluruh siswa sama sehingga siswa yang tingkat kemampuannya rendah harus berusaha mengimbangi siswa yang kemampuannya tinggi tanpa mendapatkan bimbingan belajar yang intensif dari guru.

f. Siswa yang tidak menyukai pelajaran ataupun guru yang mengajarnya. g. Guru yang kurang memberikan appresiasi kepada siswa yang telah

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik atau siswa yang telah memahami materi tersebut.

5. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Motivasi belajar bersifat tidak tetap, terkadang meningkat dan terkadang menurun. Motivasi belajar sebaiknya dapat stabil pada tingkat yang baik, hal ini memerlukan upaya-upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. “Upaya-upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa diantaranya menggairahkan siswa dalam belajar; memberikan harapan yang realistis; memberikan insentif; memberikan pengarahan.”44

Hal yang sama dijelaskan oleh Drs.H.Martinis Yamin, M.Pd bahwa ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Adapun upaya yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain:45

a. Belajar melalui model, dimana siswa meniru perilaku orang lain dengan belajar melalui pengalaman orang lain yang berhasil maupun yang gagal.

b. Belajar kebermaknaan, yakni cara belajar memotivasi siswa melalui materi yang disampaikan mengandung makna tertentu bagi siswa.

c. Melalukan interaksi, yakni adanya komunikasi yang baik antara guru dengan siswa dalam pembelajaran.

44

Drs. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal.175

45

Drs.H.Martinis Yamin,M.Pd, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), Cet.Ke-2, hal. 183


(43)

d. Penyajian yang menarik, yakni seorang guru harus mampu menyajikan informasi secara menarik bagi siswanya.

e. Temu tokoh, yakni pihak sekolah mengundang tokoh-tokoh yang mampu berhasil dalam bidangnya guna belajar bagaimana perjuangan dari tokoh tersebut.

f. Mengulangi kesimpulan materi, yakni guru melakukan umpan balik kepada siswa dari penjelasan materi yang telah diberikan sebelumnya.

g. Mengadakan wisata alam

Dari uraian di atas maka ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa yakni dengan mengembangkan cita-cita siswa, menyajikan materi pelajaran dengan menarik, menggunakan kemampuan yang dimiliki siswa atau melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan sebagainya.

Selain itu, upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dapat pula melalui:

a. Guru memberikan angka atau nilai hasil belajar yang baik kepada siswa yang memang memiliki kemauan dalam belajar yang baik sehingga siswa merasa termotivasi untuk selalu meningkatkan prestasi belajarnya.

b. Dengan memberikan pujian atau hadiah kepada siswa atas prestasi yang dicapainya. Hal ini dapat membangkitkan motivasi yang besar bagi siswa.

c. Menumbukan kesadaran siswa untuk mencapai prestasi belajar yang baik sehingga siswa akan belajar dengan giat untuk mencapai yang dicita-citakan.

d. Merangsang siswa untuk aktif dalam pembelajaran di kelas, misalnya guru memberikan pertanyaan terkait dengan masalah yang sedang terjadi saat ini. Hal ini dapat merangsang siswa untuk aktif dalam memberikan pendapat atau solusi.


(44)

e. Dalam mengajar di kelas guru menggunakan media-media pengajaran yang dapat menarik siswa untuk memperhatikan pelajaran yang disampaikan.

f.Menggunakan metode belajar yang bervariatif, misalnya memberikan permainan yang terkait dengan materi atau pokok bahasan yang akan diberikan sehingga siswa merasa terlibat langsung dalam pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Dalam proses belajar mengajar siswa tentunya harus memiliki motivasi yang kuat baik motivasi yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa. Sebab tanpa adanya motivasi maka seseorang tidak akan terdorong atau memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu.

Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi yang diperlukan siswa adalah motivasi belajar. Jika seorang siswa telah memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi belajar yang sangat baik maka siswa tersebut akan terdorong untuk berusaha mencapai tujuannya tersebut. Begitu pula sebaliknya jika seorang siswa tidak memiliki cita-cita atau keinginan berhasil maka siswa tersebut akan belajar tanpa adanya tujuan yang jelas.

Jika dalam diri siswa belum memiliki dorongan belajar maka pihak sekolah perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa tersebut sehingga dia semangat dalam belajar. Misalnya guru dapat melakukan pendekatan kepada siswa untuk mengetahui alasan seorang siswa tidak semangat dalam belajar dan menanyakan tujuan dia belajar di sekolah. Dari pendekatan tersebut maka guru akan memperoleh informasi terkait dengan motivasi belajar siswa dan mencari pemecahan masalah siswa tersebut. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa seperti pengaruh dari lingkungan baik itu lingkungan di rumah maupun lingkungan bermainnya, pengaruh guru dalam proses pembelajaran di kelas dan sebagainya. Maka dari itu, diperlukan kerjasama yang baik dari semua


(45)

pihak seperti kepala sekolah, guru bidang studi, wali kelas, konselor maupun orang tua siswa. Dengan ini siswa akan semakin giat belajar karena siswa merasa diperhatikan dan diberikan dukungan belajar dari semua pihak.

Jika siswa telah memiliki motivasi belajar yang tinggi maka siswa akan merasa percaya diri dalam mengembangkan kemampuannya dan siswa pun akan semangat serta giat belajar. Dengan adanya dorongan belajar yang kuat tersebut siswa akan mudah dalam memahami suatu pelajaran dan akan mudah pula siswa dalam memperoleh hasil belajar yang baik.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah anggapan sementara terhadap permasalahan yang penulis angkat dalam skripsi ini sampai terbukti melalui data yang terkumpul yang sebenarnya perlu diuji. Setelah hipotesis yang dimaksud diuji dengan menggunakan analisa statistik dan terbukti kebenarannya maka hipotesis tersebut berubah menjadi prinsip adalah fakta.

Adapun hipotesis penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Hipotesis nol (Ho)

Tidak terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SMK Dua Mei Ciputat.

b. Hipotesis alternatif (Ha)

Terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SMK Dua Mei Ciputat.


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Dua Mei yang berlokasi di Jl. Abdul Gani No.135 Cempaka Putih - Ciputat. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2010.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif analisis dengan pendekatan penelitian lapangan (field research). Deskriptif analisis merupakan metode yang mendeskripsikan data dengan menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Dalam penelitian lapangan penulis menngumpulkan dan meneliti langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data mengenai motivasi belajar dan prestasi belajar siswa.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Adapun populasi target yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Dua Mei Ciputat tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 415 siswa. Sedangkan populasi terjangkau yang penulis gunakan adalah siswa kelas XI SMK Dua Mei Ciputat sebanyak 120 siswa.


(47)

Sampel adalah sebagian subyek yang diselidiki dari keseluruhan subyek penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan penjualan berjumlah 20 siswa, XI jurusan administrasi perkantoran berjumlah 20 siswa dan kelas XI jurusan akuntansi berjumlah 20 siswa. Sehingga total sampel yang digunakan berjumlah 60 siswa. alasan penulis menggunakan sampel hanya siswa kelas XI diantaranya:

1. Dilihat dari segi waktu lamanya siswa beradaptasi dengan lingkungan dan prosedur pembelajaran di SMK Dua Mei kelas XI dianggap telah cukup lama beradaptasi dengan keadaan sekolah, sedangkan kelas X dianggap baru melakukan adaptasi serta pengenalan dengan lingkungan sekolah.

2. Dilihat dari waktu penelitian diadakan, siswa kelas XI berada dalam kondisi yang normal dalam waktu pembelajaran sedangkan kelas XII pada saat itu sedang dalam waktu melakukan Ujian Nasional dan masa-masa siswa kelas XII telah selesai proses pembelajaran sehingga tidak semua datang ke sekolah setiap hari.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara proporsional random sampling yaitu setiap kelas dalam populasi terjangkau diambil sebanding dalam jumlah yang sama dengan mengacak penyebaran angket dalam tiap kelasnya.46 Jumlah responden yang dijadikan uji coba instrumen dalam penelitian ini sebanyak 15 siswa dari sisa sampel yang ada.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Angket

Angket yaitu pengumpulan data dengan mengggunakan daftar pertanyaan / pernyataan secara tertulis yang ditujukan kepada siswa. Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa.

46

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet.ke-13 hal.82


(48)

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumen, dalam hal ini melalui buku legger semester ganjil kelas XI. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai prestasi siswa (variabel y)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk variabel x dalam penelitian ini berupa angket. Angket yang digunakan tergolong angket tertutup atau langsung sebagaimana telah disediakan jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. Angket tentang motivasi belajar terdiri dari 30 butir soal. Adapun kisi-kisi angket dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

KISI-KISI ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA

Dimensi Indikator No. Butir Jumlah

soal

1. Intrinsik a. Tanggungjawab

b. Tidak cepat bosan

c. Adanya kemauan untuk mempelajarinya kembali

d. Tidak mudah putus asa

e. Tidak cepat puas atas prestasi yang dicapai

f. Adanya antusias belajar yang tinggi

g. Mampu mengontrol diri terhadap lingkungan

h. Ulet dalam menghadapi kesulitan

4, 25, 6 5, 19, 20

3, 7, 21

14, 9, 23 10, 29

1, 13, 27,28

8, 15, 26, 30 16, 24 3 3 3 3 2 4 4 2

2. Ekstrinsik a. Disiplin 2, 22 2


(49)

b. Dorongan orangtua

c. Dorongan teman

d. Sarana prasarana belajar

e. Metode guru mengajar

11 12 17 18

1 1 1 1

F. Uji Instrumen

1. Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi product moment dengan maksud untuk mengukur apakah instrumen dalam penelitian ini valid atau tidak valid, yaitu :

rxy = n∑xy - (∑x) (∑y)

√{(n∑x2) - (∑x)2) (n∑y2) - (∑y)2)} Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment

n = Jumlah responden

∑ x = Jumlah skor x

∑ y = Jumlah skor y

∑ x2 = Jumlah kuadrat skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan

∑ y2 = Jumlah kuadrat skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan

Hasil perhitungan setiap butir tersebut dikonsultasikan dengan “r” tabel, dengan ketentuan jika “r” hitung lebih besar dari ”r” tabel (rhitung > rtabel) maka

butir tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk menjaring data yang dibutuhkan. Sebaliknya, jika “r” tabel lebih besar “r” hitung maka variabel tersebut tidak valid dan tidak dapat digunakan untuk menjaring data.

Berdasarkan uji validitas instrumen dapat diketahui bahwa angket motivasi belajar terdapat 20 item yang valid yaitu 4, 6, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 17, 19, 21,


(50)

22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 dan 10 item yang tidak valid yaitu 1, 2, 3, 5, 8, 12, 13, 16, 18, 20. Dengan demikian, item soal yang digunakan dalam penelitian sebanyak 20 pertanyaan sedangkan item soal yang tidak valid tidak digunakan.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk kepada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas instrumen agar dapat dipercaya maka digunakan rumus alpha, yaitu :

Langkah-langkah perhitungan reliabilitas instrumen kedua variabel adalah sebagai berikut:

a. Membuat lembar kerja berdasarkan skor butir yang diperoleh b. Menghitung varians tiap butir dengan menggunakaan rumus:

σ2b = ∑x2 – (∑x)2

n n

c. Menghitung varians total dengan rumus : σ2t = ∑x2 – (∑x)2

n n

d. Menghitung reliabilitas dengan rumus alpha: r11 = k 1 - ∑σ2b

(k-1) ∑σ2t

keterangan :

r11 : reliabilitas

k : banyaknya butir pertanyaan

∑σ2

b : jumlah varians butir ∑σ2

t : jumlah varians total


(51)

Dalam perhitungan uji reliabilitas ini, item pernyataan yang dihitung untuk menentukan jumlah total varians butir dan varians total adalah item yang valid saja sedangkan item yang tidak valid tidak dihitung.

G. Teknik Pengolahan Data

Untuk mengolah data dalam penelitian ini, penulis menetapkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan editing, ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan, kejelasan dan kebenaran penelitian angket tersebut agar terhindar dari kesalahan dan dapat memperoleh data yang akurat.

2. Skoring

Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pertanyaan dan pernyataan yang ada pada angket. Adapun pemberian skor untuk tiap-tiap jawaban adalah:

1. Sangat Setuju 4

2. Setuju 3

3. Kurang Setuju 2 4. Tidak Setuju 1 3. Tabulasi

Tabulasi bertujuan untuk memperoleh gambaran setiap item dalam tabel pada setiap bagian angket sehingga terlihat jawaban responden yang satu dengan yang lain. Pada tahap ini penulis memindahkan jawaban responden ke dalam blangko yang telah tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel. Untuk lebih memudahkan dalam menyimpulkan hasil penelitian dari setiap variabel, maka dari jawaban angket yang berupa angka dideskripsikan dengan tabel keterangan sebagai berikut:


(52)

Tabel 2

Keterangan Skor Angket Motivasi Belajar Skor Kualifikasi

36 – 45,44 Rendah 45,44 – 64,16 Sedang 64,16 – 75 Tinggi

Keterangan nilai dengan angka dalam raport

Amat baik : 91-100

Baik : 75-90

Cukup : 60-74

Kurang : 40-59 Kurang sekali : kurang dari 40

H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Teknik analisa data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menyederhanakan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami. Untuk menganalisis hubungan kedua variabel tersebut, digunakan teknik analisa korelasional dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson dengan rumus sebagai berikut :

rxy = n∑xy - (∑x) (∑y)

√{(n∑x2) - (∑x)2) (n∑y2) - (∑y)2)} Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment

n = Jumlah responden

∑ x = Jumlah skor x

∑ y = Jumlah skor y

∑ x2 = Jumlah kuadrat skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan

∑ y2 = Jumlah kuadrat skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan 41


(53)

Setelah diperoleh angka indeks korelasi “rxy”, maka dilakukan interpretasi

secara sederhana dan berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment.

1. Secara sederhana, yaitu dengan mencocokkan hasil penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment seperti dibawah ini47:

Tabel 3 Interpretasi Data Besarnya “r”

Product Moment Interpretasi

0,00 - 0,20 Antara variabel x dan Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel x dan y)

0,20 - 0,40 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,40 - 0,70 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sedang 0,70 - 0,90 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang baik atau

kuat

0,90 - 1,00 Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sangat baik atau sangat kuat

2. Memberikan interpretasi dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment

Dalam menguji kebenaran / kepalsuan dari hipotesa yang telah diajukan, dapat dengan cara membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r”, dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya atau degrees of freedom (Df) yang rumusnya yaitu:

Df = n – nr

47

Prof.Drs. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hal.193


(54)

Keterangan :

Df = Degrees of freedom n = Number of cases

nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Selanjutnya untuk mencari besar kontribusi variabel x terhadap variabel y penulis menggunakan rumus yaitu:

KD = r2 x 100%

Keterangan:

KD = Kontribusi variabel x terhadap variabel y

r2 = Koefisien korelasi antar variabel x terhadap varian


(55)

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi dan Analisis Data

1. Data Motivasi Belajar Siswa

Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan data hasil penelitian tentang motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa dalam bentuk tabel dan menghitung nilai rata-rata dari jumlah motivasi belajar siswa maupun prestasi belajar.

Berdasarkan hasil perhitungan angket mengenai motivasi belajar diperoleh skor tertinggi 75 dan skor terendah 36, dengan skor rata-rata sebesar 54,8 dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 9,36 dari jumlah sampel 60 siswa.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Angket Motivasi Belajar Sisiwa

Frekuensi Kelas

Interval

Batas Nyata Bawa

h

Bata s Nyat

a Atas

Absolu t

Relatif (%)

Kumulatif Kumulatif (%)

36 – 41 35,5 41,5 4 6,7 4 6,7

42 – 47 41,5 47,5 13 21,7 17 28,3

48 – 53 47,5 53,5 11 18,3 28 46,7

54 – 59 53,5 59,5 8 13,3 36 60


(56)

60 – 65 59,5 65,5 18 30 54 90

66 – 71 65,5 71,5 4 6,7 58 96,7

72 – 77 71,5 77,5 2 3,3 60 100

60 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 60 siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 28 siswa atau 46,7% sedangkan siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 32 siswa atau 53,3%.

Untuk menentukan klasifikasi tinggi rendahnya rata-rata dari motivasi belajar siswa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

a. Mencari rentang nilai untuk klasifikasi sedang diperoleh dengan cara rata-rata skor motivasi belajar siswa dikurangi simpangan baku sampai dengan skor rata-rata ditambah simpangan baku.

54,8 – 9,36 = 45,44 54,8 + 9,36 = 64,16

Jadi, klasifikasi sedang rentang nilainnya 45,44 – 64,16

b. Menentukan rentang nilai untuk klasifikasi tinggi yaitu skor yang berada di atas sampai dengan skor tertinggi, 64,16 – 75.

c. Menentukan rentang nilai untuk klasifikasi rendah yaitu dengan menentukan skor yang berada di bawah sampai skor terendah yang diperoleh, 36 – 45,44.

Dengan demikian tabel klasifikasi untuk motivasi belajar siswa sebagai berikut :

Skor Kualifikasi

36 – 45,44 Rendah 45,44 – 64,16 Sedang 64,16 – 75 Tinggi


(57)

Berdasarkan tabel klasifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata motivasi belajar siswa di SMK Dua Mei Ciputat termasuk klasifikasi sedang yaitu sebesar 54,8 yang berada dalam rentang 45,44 – 64,16.

2. Data Prestasi Belajar Siswa

Tabel 5

Data Hasil Belajar Siswa SMK Dua Mei

No Nama Kelas Nilai Raport

1 Alfira Apriyanti 2 AK 77

2 Alvin 2 AK 78

3 Amalia Rizki S. 2 AK 79

4 Amiral 2 AK 77

5 Denis Prasetyo 2 AK 74

6 Dewi Oktaviani 2 AK 83

7 Donie Iman S. 2 AK 73

8 Fitri Afriliani 2 AK 81

9 Ika Latifa 2 AK 78

10 Nela W. 2 AK 65

11 Nurbaiti 2 AK 77

12 Nur Rizqiani F. 2 AK 72

13 Nurul Anisa F. 2 AK 75

14 Nur Fitria Sari 2 AK 75

15 Nurul Imaniah 2 AK 67

16 Sapria Mirda 2 AK 69

17 Sima H.N 2 AK 71

18 Tri Yulianti 2 AK 79

19 Wahdah H. 2 AK 77

20 Wiwi H. 2 AK 80

21 Annisa Rizki W. 2 AP 66

22 Astri H. 2 AP 74

23 Ella Sinambella 2 AP 81

24 Erwita Susanti 2 AP 79

25 Lia Anggraini 2 AP 70

26 Maharani S. 2 AP 70

27 Manda Mustika 2 AP 66

28 Melawati 2 AP 74

29 Ni’matul H. 2 AP 85

30 Rangga F. 2 AP 69

31 Reslina Afmita 2 AP 81


(58)

No Nama Kelas Nilai Raport

32 Ricka Iryantika 2 AP 70

33 Sarah Tania 2 AP 70

34 Sheylawati 2 AP 75

35 Susanti 2 AP 72

36 Ulfa Ayu T. 2 AP 75

37 Urai Oktavia 2 AP 77

38 Widya Novita 2 AP 74

39 Wina H. 2 AP 80

40 Wiwik Ayu N. 2 AP 73

41 Abizar Nugraha 2 PJ 71

42 Ade Surya A. 2 PJ 75

43 Ady Nur A. 2 PJ 71

44 Devi Afrida 2 PJ 72

45 Dita Puji R. 2 PJ 72

46 Fauzan K. 2 PJ 70

47 Ibnu Harbani 2 PJ 74

48 Ida Hafida 2 PJ 73

49 Imam N. 2 PJ 70

50 Indra S. 2 PJ 69

51 Maulana Ikhsan 2 PJ 70

52 M. Randy S. 2 PJ 71

53 Prayitno 2 PJ 70

54 Ramadhan J. 2 PJ 72

55 Ramadhan K.W 2 PJ 70

56 Rama Junita 2 PJ 69

57 Slamet Wibowo 2 PJ 67

58 Sony 2 PJ 70

59 Tia Anggraeni 2 PJ 72

60 Wahyudi 2 PJ 72

Jumlah 4408

Dari tabel di atas dapat diklasifikasikan berdasarkan daftar klasifikasi raport siswa sebagai berikut:

Klasifikasi Jumlah Kualifikasi

< 40 - Kurang Sekali

40 – 59 - Kurang

60 – 74 38 Cukup


(59)

75 – 90 22 Baik

91 – 100 - Amat Baik

Jadi, prestasi belajar siswa termasuk dalam kualifikasi cukup, hal ini antara 60 - 74 sebanyak 38 siswa. Nilai rata-rata prestasi siswa yaitu 73,5; nilai tertinggi yaitu 85 dan nilai terendah yaitu 65.

Setelah data dari kedua variabel disajikan dalam bentuk tabel, maka selanjutnya dilakukan analisa melalui pengujian hipotesis. Dalam pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Product Moment. Penggunaan rumus ini untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa di SMK Dua Mei Ciputat.

Berikut hasil perhitungan antara variabel x dengan variabel y dalam tabel analisis korelasional dan kemudian didistribusikan pada rumus korelasi Product Moment.

TABEL 6

Analisis Korelasi Variabel X (Motivasi Siswa) dan Variabel Y (Prestasi belajar siswa)

No X Y XY X2 Y2

1. 50 77 3850 2500 5.929

2. 61 78 4758 3721 6.084

3. 67 79 5293 4489 6.241

4. 72 77 5544 5184 5.929

5. 53 74 3922 2809 5.476

6. 63 83 5063 3721 6.889

7. 50 73 3650 2500 5.329

8. 70 81 5670 4900 6.561

9. 43 78 3354 1849 6.084

10. 43 65 2340 1296 4.225 11. 36 77 2772 1296 5.929 12. 42 72 3024 1764 5.184 13. 37 75 2775 1369 5.625 14. 44 75 3300 1936 5.625 15. 45 67 3015 2025 4.489 16. 43 69 2277 1089 4.761


(1)

Lampiran 10

Perhitungan Validitas Angket Motivasi Belajar Siswa (x)

No X Y XY X2 Y2

1 2 75 150 4 5.625

2 4 84 336 16 7.056

3 4 99 396 16 9.801

4 4 105 420 16 11.025

5 2 74 148 4 5.476

6 4 88 352 16 7.744

7 4 73 292 16 5.329

8 4 100 400 16 10.000

9 2 70 140 4 4.900

10 4 59 236 16 3.481

11 2 60 120 4 3.600

12 2 71 142 4 5.041

13 2 62 124 4 3.844

14 4 68 272 16 4.624

15 4 73 292 16 5.329

∑ 48 1.161 3.820 168 92.875 rxy = n∑xy - (∑x) (∑y)

√{(n∑x2) - (∑x)2 (n∑y2) - (∑y)2)} = 15 x 3.280 - (48) (1.161)

√{(15 x 168 – (48)2) (15 x 92.875) – (1.161)2)} = 57.300 – 55.728

√ (2.520 – 2.304) (1.393.125 – 1.347.921) = 1.572


(2)

= 1.572 √9.764.064 = 1.572 3.124,75

= 0.503

Bila dibandingkan nilai r hitung = 0,503 di atas dengan nilai r tabel pada α = 5% dan n = 13 yaitu 0,514 maka terlihat bahwa rhitung < rtabel. Hal ini berarti item pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid (drop). Proses perhitungan seperti ini berlaku untuk item yang lainnya. Sedangkan jika nilai rhitung > rtabel maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid sehingga dapat digunakan dalam penjaringan data untuk penelitian selanjutnya.


(3)

Lampiran 11

DATA SKOR ANGKET (MOTIVASI SISWA)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 2 2 4 2 3 2 2 4 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 50 2 4 2 2 4 4 1 4 2 2 3 3 3 2 4 3 3 4 4 4 3 61 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 2 2 4 4 4 3 72 5 3 3 2 1 3 1 2 2 2 3 2 3 4 4 2 2 4 4 4 2 53 6 4 3 2 3 4 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 4 4 4 3 63 7 4 2 1 2 2 2 4 2 4 1 1 1 3 4 2 1 4 4 4 2 50 8 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 3 70 9 3 2 2 2 2 3 2 2 3 1 1 1 2 2 1 1 4 4 4 1 43 10 2 4 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 4 4 4 2 43 11 2 2 1 2 3 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3 3 3 2 36 12 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 3 3 3 2 42 13 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 1 37 14 3 2 3 2 2 4 1 3 4 2 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 44 15 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 1 1 2 2 1 3 3 3 2 45 16 2 2 1 2 4 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 43 17 2 2 2 1 2 4 2 2 4 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 50 18 4 2 2 2 4 4 2 3 4 2 2 1 3 3 2 1 3 3 3 2 52 19 4 2 2 2 4 2 4 2 4 1 1 1 2 2 2 1 3 3 3 2 47 20 4 4 2 4 4 4 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 56 21 1 2 2 1 2 3 1 1 3 2 1 2 2 2 1 2 3 3 3 2 39 22 2 2 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 47 23 1 2 1 4 4 1 2 2 4 2 2 2 2 3 1 1 3 3 3 2 45 24 2 2 2 2 4 4 2 2 4 2 1 1 2 3 1 2 3 3 3 2 47 25 2 2 2 3 2 4 2 2 2 2 1 2 3 3 1 1 2 3 3 2 44 26 2 2 2 2 4 2 2 2 4 1 1 2 2 3 3 3 4 4 4 4 53 27 2 2 2 1 2 4 1 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 58 28 3 4 2 2 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 65 29 2 2 2 3 4 4 1 2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 64 30 3 2 1 2 3 3 3 2 3 4 4 3 4 4 3 2 4 4 4 3 61 31 4 2 2 2 3 4 3 2 4 3 3 3 4 4 3 2 4 4 4 2 62 32 2 2 1 1 3 4 2 2 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 60 33 1 2 1 1 2 2 2 1 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 56 34 2 2 2 2 1 1 2 2 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 58 35 1 2 2 2 3 1 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 61 36 2 2 1 3 3 2 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 63 37 2 2 1 2 2 3 1 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2 57 38 3 2 3 2 4 4 2 2 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 65 39 3 3 2 2 2 4 2 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 62 40 2 2 1 1 2 2 2 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3 51 41 3 3 2 1 3 3 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 63 42 4 4 2 4 4 4 2 2 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 61 43 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 75 44 4 1 1 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 70 45 4 4 2 4 4 3 4 2 4 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 59 46 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 53 47 2 2 2 2 2 2 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 61 48 4 2 2 4 4 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 69 49 3 2 1 4 4 4 2 2 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 65 50 2 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 1 3 4 3 3 3 4 4 3 63 51 2 2 4 4 2 4 2 1 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 65 52 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 1 3 1 1 1 1 2 3 1 39 53 4 3 2 4 4 1 2 3 1 3 1 1 3 4 4 4 4 4 4 2 58 54 2 3 1 3 3 4 3 2 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 3 2 49 55 3 3 2 1 3 1 3 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 51 56 4 4 3 4 4 2 4 4 4 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 62 57 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 51 58 2 2 1 2 3 2 2 2 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 55 59 2 2 2 2 2 1 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 45 60 2 2 2 2 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 47 jml 162 148 119 153 178 166 142 135 208 161 147 151 181 188 149 144 203 208 212 148 3303

Butir Soal


(4)

Lampiran 12

Perhitungan Tabel Distribusi Frekuensi hasil angket motivasi belajar

Jangkauan = nilai tertinggi – nilai terendah = 75 – 36

= 39

Banyak kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 60 = 1 + 3,3 x 7782 = 1 + 5,8674

= 6,8674

= 7

Interval = jangkauan Banyak kelas = 39

7

= 5,5

Tabel Distribusi Frekuensi Daftar

Frekuensi F x f.x (x-χ) 2

f.(x-χ)2 36 – 41 4 38,5 154 265,69 1.062,76 42 – 47 13 44,5 578,5 106,09 1.379,17 48 – 53 11 50,5 555,5 18,49 203,39 54 – 59 8 56,5 452 2,89 23,12 60 – 65 18 62,5 1.125 59,29 1.067,22 66 – 71 4 68,5 274 187,69 750,76 72 – 77 2 74,5 149 388,09 776,18


(5)

Mean = ∑fx N = 3.288

60

= 54,8

SD = √∑f.(x-χ)2 ∑f

= √ 5.262,6 60

= √ 87,71 = 9,36


(6)

Lampiran 13

Perhitungan Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Prestasi Belajar

Jangkauan = nilai tertinggi – nilai terendah = 85 – 65

= 20

Banyak kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 60 = 1 + 3,3 x 7782 = 1 + 5,8674

= 6,8674

= 7

Interval = jangkauan Banyak kelas = 20

7

= 2,8

= 3

Tabel Distribusi Frekuensi Mean = ∑fx

N

= 4410 Daftar Frekuensi F X f.x

65 – 67 5 66 330

60 68 – 70 14 69 966

= 73,5

71 – 73 14 72 1.008 74 – 76 9 75 675 77 – 79 11 78 856 80 – 82 5 81 405 83 – 85 2 84 168