PENGARUH MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAPPERTUMBUHAN DAN HASILTANAMAN TERUNG (Solanum melongena L.)

  

PENGARUH MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK NPK

TERHADAPPERTUMBUHAN DAN HASILTANAMAN

TERUNG (Solanum melongena L.)

SKRIPSI

  

ERNAWATI

  

08C10407018

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

  

PENGARUH MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK NPK

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

TERUNG (Solanum melongena L.)

SKRIPSI

  

ERNAWATI

  

08C10407018

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

  

Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

  

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

  Terung (Solanum melongena L.) Nama Mahasiswa : Ernawati N I M : 08C10407018 Program Studi : Agroteknologi

  Menyetujui : Komisi Pembimbing,

  Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

  Irvan Subandar SP.MP. Muhammad Jalil, SP, MP

  NIDN. 0129067903 NIDN. 0115068302 Mengetahui,

  Ketua Prodi Agroteknologi, Dekan Fakultas Pertanian, Diswandi Nurba, S.TP, M.Si Jasmi, SP, M.Sc.

  NIDN. 0128048202 NIDN. 0127088002

  Tanggal Lulus :26 Agustus 2013

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Terung (Solanum melongena L.) merupakan tanaman asli daerah tropis yang cukup dikenal di Indonesia. Sebagai salah satu sayuran pribumi, buah terung hampir selalu ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional dengan harga yang relatif murah. Akhir-akhir ini bisnis terung masih memberikan peluang pasar yang cukup baik terutama untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri (Rukmana, 1994).

  Tanaman terung berasal dari Benua Asia, terdapatnya di India dan Birma. Di daerah tersebut pada mulanya tanaman tumbuh secara liar, kemudian secara berangsur-angsur tanaman terung mulai dibudidayakan karena buahnya dapat digunakan untuk bahan makanan sayuran, namun tidak ada kejelasan yang pasti kapan tanaman terung mulai dibudidayakan oleh manusia. Selain di India dan Birma, di Afrika diketahui banyak terdapat sumber genetik (Plasma nutfah) tanaman terung, salah satunya adalah Solanum macrocarpon L (Cahyono, 2003).

  Meskipun terung termasuk sayuran yang digemari masyarakat, nampaknya budidaya tanaman terung ini tidak se-intensif budidaya tanaman sayuran favorit lain seperti cabai, tomat, bawang, dan lainnya. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari masih kurang pentingnya peran komoditas terung di masyarakat. Padahal potensi pasar dalam negeri mempunyai peluang yang cerah (Rukmana, 1994).

  Rendahnya produktifitas tanaman terung tentu saja erat kaitannya dengan teknik budidaya yang harus dioptimalkan disamping penggunaan benih terung yang selama ini dipakai petani. Meskipun data sensus pertanian 1998 luas areal sayuran terung di Indonesia yaitu sekitar 14.31 persen, namun dibandingkan luas areal sayuran potensial yang ada konstribusinya sangat kecil.

  Bahkan ada kecenderungan areal penanamannya semakin lama semakin berkurang. Padahal dengan adanya peningkatan permintaan tersebut menunjukkan peluang pasar terung masih terbuka (Anonymous, 2007).

  Salah satu upaya untuk mendapatkan hasil tanaman terung yang optimum yaitu dengan melakukan teknik budidaya tanaman terung yang baik dan penggunaan pupuk yang efisien. Tanaman terung membutuhkan media tanam yang tepat dan sesuai agar pertumbuhannya baik. Media yang ideal adalah campuran antara tanah tertentu yang mempunyai tekstur cukup berpasir dan kandungan unsur hara yang cukup. Soepardi (1983) menyatakan bahwa media merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai tempat tumbuh, media perakaran, dan sumber unsur hara.

  Karakteristik penting yang harus dimiliki media tanam sebagai tempat tumbuh adalah mempunyai kemampuan memegang air yang baik, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman, dan mengandung unsur hara penting yang tersedia untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Media tanam adalah salah satu faktor yang dapat menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman (Acquaah, 2002)

  Media tanam memegang peranan penting sebagai tempat tumbuhnya tanaman, juga merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting.

  Menurut Lakitan (2007) tanah dengan struktur remah sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, karena didalamnya telah

  Untuk mendapatkan media yang baik untuk pertumbuhan tanaman, dapat dilakukan dengan pencampuran pupuk kandang. Wirnaso (2003) menyatakan bahwa pemakaian pupuk kandang sapi bagi tanaman bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah, juga mempunyai arti penting dalam mempertinggi kadar humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik.

  Ketersediaan hara di dalam tanah sifatnya terbatas maka penggunaan pupuk merupakan suatu kebutuhan bagi tanaman dalam hal mencukupi kebutuhan nutrisi dan menjaga keseimbangan hara yang tersedia selama siklus pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk NPK merupakan salah satu usaha dalam memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman dan pemberian pupuk NPK yang efisien untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman terung yang optimal.

  (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

  Pupuk adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis terserap oleh tanaman dari tanah. Pupuk secara umum adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun secara lebih terinci manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan dengan perbaikan sifat fisika dan kimia tanah (Lingga, 1998)

  Menurut Marsono dan Sigit (2002) manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Struktur tanah yang amat lepas, seperti tanah berpasir juga dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk, terutama pupuk organik. Manfaat lain pupuk berfungsi sebagai penutup tanah dan memperkuat struktur tanah di bagian permukaan.

  Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah menurut Marsono dan Sigit (2002) adalah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman.

  Murbandono (1994) menyatakan bahwa unsur hara yang diperlukan tanaman dapat dibagi tiga golongan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Ketiga golongan tersebut yaitu unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, seperti nitrogen, fosfor, dan potasium atau kalium. Unsur hara sedang (sekunder) yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti sulfur/belerang, kalsium, dan magnesium. Dan unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), khlor (Cl), boron (B), mangan (Mn), dan molibdenum (Mo).

  Menurut Marsono dan Sigit (2002) selain menyediakan unsur hara, pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang, seperti N, P, dan K yang mudah hilang oleh penguapan. Pupuk juga dapat memperbaiki keasaman tanah.

  Atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara tanaman, seperti gabungan antara N, P dan K (Sabiham et al., 1989).

  Pupuk NPK (Nitrogen-Phosphate-Kalium) merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Tipe pupuk NPK tersebut juga sangat populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit, 2002).

  Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui media tanam dan dosis pupuk NPK yang tepat agar diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman terung yang optimum.

  1.2. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung, serta nyata tidaknya interaksi antara kedua faktor tersebut.

  1.3. Hipotesis 1. Media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung.

  2. Dosis pupuk NPK berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung.

  3. Terdapat interaksi antara media tanam dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Terung

  2.1.1. Sistematika

  Menurut Samadi (2001) sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman terung diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Kelas : Asteridae Ordo : Solanales Family : Solanaceae Genus : Solanum Spesies :Solanum melongena L

  2.1.2. Morfologi

  Terung termasuk tanaman setahun yang berbentuk perdu. Batangtanaman rendah (pendek), berkayu dan bercabang. Tinggi tanamanbervariasi antara 50-150 cm, tergantung dari jenis ataupun varietasnya(Samadi, 2001).

  Permukaan kulit batang, cabang ataupun daun tertutup oleh bulu- buluhalus. Daunnya berbentuk bulat panjang dengan pangkal danujungnya sempit, namun bagian tengahnya lebar. Letak daun berselangseling, dan bertangkai pendek(Rukmana, 1994).

  Bunganya berbentuk mirip bintang, berwarna biru atau lembayungcerah sampai warna yang lebih gelap. Bunga terung tidak mekar secaraserempak dan

  7 penyerbukan bunga dapat berlangsung secara silangataupun menyerbuk sendiri(Samadi, 2001).

  Buah Terung sangat beragam, baik dalam bentuk dan ukuranmaupun warna kulitnya. Dari segi bentuk buah, ada yang bulat, bulatpanjang,dan setengah bulat. Ukuran buahnya antara kecil, sedang,sampai besar. Sedangkan warna kulit buah umumnya ungu, hijau keputih - putihan,putih, putih keungu-unguan, dan hitam atau ungu-tua(Rukmana, 1994).

  Buah yang menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentukpipih dan berwarna cokelat muda. Biji ini merupakan alat reproduksi atauperbanyakan tanaman secara generatif(Samadi, 2001).

2.2. Syarat Tumbuh

2.2.1. Iklim

  Tanaman terung umumnya memiliki daya adaptasi yang sangat luas, namun kondisi tanah yang subur dan gembur dengan sistem drainase dan tingkat keasaman yang baik, merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan terung. Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harusberkisar antara 5.5 - 6.7, Pada tanah dengan pH yang lebih rendah akan menghambat pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan rendahnya tingkat produksi tanaman(Samadi, 2001).

  Tanaman terung adalah tanaman yang sangat sensitif yang memerlukan kondisi tanam yang hangat dan kering dalam waktu yang lama untuk keberhasilan produksi. Temperatur lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pencapaian masa berbunga pada terung. Lingkungan tumbuh yang memiliki rata-rata temperatur yang tinggi dapat mempercepat pembungaan dan

  8 Tanaman terung dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan ketinggian tempat yang berkisar antara 1-1200 m di atas permukaan laut. Terung yang dibudidayakan di dataran rendah dan bertopografi datar mempunyai umur panen yang lebih pendek dibandingkan terung yang dibudidayakan di dataran tinggi (Samadi, 2001).

2.2.2. Tanah

  Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman terung adalah jenis tanah regosol, latosol, dan andosol. Ketiga jenis tanah tersebut merupakan tanah lempung berpasir atau lempung ringan dan memiliki drainase baik (Arsyad, 2010).

  Sifat fisika tanah yang baik untuk penanaman terung adalah tanah gembur, kaya bahan organik, tanah mudah mengikat air, dan keadaan tanah (solum tanah) dalam.Sifat kimia tanah atau derajat keasaman tanah (pH tanah) yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman terung dan produksi yang optimal adalah berkisar antara 6,8-7,3. Menurut Barmin (2009). Tanaman terung dapat tumbuh dengan baik dan produksinya tinggi bila ditanam di tanah yang kaya bahan organik dan bermacam- macam unsur hara yang sangat berguna untuk tanaman, serta tanah banyak terdapat jasad renik tanah ataupun organisme tanah pengurai bahan organik tanah.

2.3. Media Tanam

  Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai.

  Media tanam terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengan-

  9 dung tanah alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengan- dung tanah (Harjadi, 1989).

  Bahan-bahan campuran media tanam harus memiliki peranan yang khusus di dalam campuran tersebut. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya, tersedia di pasaran, murah, mudah cara penggunaannya, dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung per-tumbuhan tanaman (Acquaah, 2002).

2.4. Pupuk Kandang

  Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan ketersediaan hara dalam keadaan cukup dan seimbang dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk menambahkan unsur hara pada tanah agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang lebih baik serta untuk mengganti unsur hara yang ada dalam tanah yang terangkut bersama hasil dan limbah tanaman (Murni dan Faodji, 1990).

  Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh reaksi–reaksi kimia tanah terutama oleh pH tanah. Efesiensi dari pemupukan tergantung dari beberapa faktor diantaranya, jenis tanah (sebagai media tempat tumbuh yang paling dominan pengaruhnya) dan jenis pupuk dalam zona perakaran (Waard, 1975).

  Sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang merupakan sumber bahan organik yang cukup dikenal. Bahan organik yang berupa pupuk kandang apabila terdekomposisi dengan baik akan memperbaiki kondisi tanah, mengurangi erosi,

  10 dibenamkan ke dalam tanah dapat memperbaiki lingkungan sifat fisik tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan bahkan dilaporkan dapat memperbaiki produktivitas tanah selama dua musim tanam (Erfandi et al .,2001).

  Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak jenis pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk kandang berbeda satu sama lain. Hal ini sangat berkaitan dengan berbagai faktor seperti takaran pupuk, jenis pupuk, tingkat kematangan pupuk, cara pemberian pupuk di samping kesuburan tanahnya. Jenis pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi mengandung N, P, K dan unsur hara penting lainnya yang tinggi dibanding dengan pupuk kandang lain untuk pertumbuhan tanaman (Waard, 1975).

  Peranan pupuk kandang terhadap tanah adalahmemperbaiki kemampuan tanah menyimpan air, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki nilai tukar kation, mempengaruhi kemantapan agregat tanah, menyediakan unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman, menghasilkan banyak CO

  2

  dan asam – asam organik yang membantu mineralisasi, dan menaikkan suhu tanah (Mc Calla,1975).

  Tingkat kesuburan tanah sangat ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Dari ketiga parameter kesuburan tanah tersebut, sifat fisik tanah sangat menentukan kesuburan kimia dan biologi tanah. Oleh karena itu, upaya perbaikan sifat – sifat fisik tanah sekaligus mengupayakan perbaikan sifat – sifat kimia tanah dengan pemberian bahan organik (Olk et al.,2000).

  11

2.5. Peranan Unsur Hara N, P dan KBagi Tanaman

  2.5.1. Nitrogen (N)

  Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai komponen pembentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain (Marsono dan Sigit, 2002). Parker (2004) menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses pertumbuhan, sintesis asam amino dan protein serta merupakan pembentuk struktur klorofil. Nitrogen sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan mempengaruhi warna hijau daun. Ketika tanaman tidak mendapatkan cukup nitrogen, warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning, tangkai tinggi kurus, dan warna hijau daun menjadi pucat.

  Pemberian unsur hara nitrogen dapat dilakukan melalui pemupukan. Pupuk nitrogen termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk pupuk makro. Sesuai dengan namanya pupuk-pupuk dalam kelompok ini didominasi oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Salah satu jenis pupuk nitrogen yang sering digunakan adalah urea. Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH (amonia) dengan CO . Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan

  4

  2

  merupakan hasil ikutan tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46% (Marsono dan Sigit, 2002).

  2.5.2. Phosfor (P)

  Phospor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur ini terlibat langsung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur phospor adalah hara kedua

  12 phosfor kadang-kadang lebih kritik daripada nitrogen pada tanah-tanah tertentu. Nitrogen dapat ditambah oleh mikroba dari udara, tetapi unsur phospor hanya berasal dari batuan. Tanpa kecukupan phospor berbagai proses di dalam tanaman akan terhambat sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak berlangsung secara optimal (Anonymous, 1991).

  Phospor berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi, mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah (Marsono dan Sigit, 2002). Phospor berperan dalam menstimulasi pertumbuhan akar, membantu pembentukan benih, berperan dalam proses fotosintesis dan respirasi. Kekurangan unsur phospor akan menyebabkan warna keunguan pada daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah (Parker, 2004).

  Menurut Tan (1996) phosfor merupakan hara tanaman esensial dan

  2-

  diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik : H PO dan HPO . Phosfor

  2

  4

  4

  diperlukan dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor tanaman, untuk pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman. Phosfor juga merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phospate) dan ATP

  

(Adenosine Tri Phospate) , yang bersama-sama memerankan bagian penting

dalam fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman.

  Phosfor juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).

2.5.3. Kalium (K)

  Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap penyakit serta kekeringan (Marsono dan Sigit, 2002). Kalium tidak disintesis

  13 menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam mengatur tekanan turgor sel. Berkaitan dengan pengaturan turgor sel ini, peran yang penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan, 2004). Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah baik daun, buah maupun biji seperti pada kedelai (Leiwakabessy dan Sutandi, 1998).

  Kebutuhan tanaman akan unsur K dapat diperoleh dari pemupukan. Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl (Marsono dan Sigit, 2002).

  Upaya pemupukan kalium harus memperhatikan asas efektifitas karena selain mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi, unsur kalium juga mudah terikat dalam tanah. Efektivitas pemupukan kalium dapat dicapai antara lain dengan memperhatikan waktu dan cara pemupukan yang tepat. Pemberian pupuk kalium secara bertahap diperlukan untuk mencegah penyerapan berlebihan oleh tanaman "luxury Consumption". Pada tanah yang mengandung kalium cukup tersedia pemberian pupuk kalium dapat dikurangi. Dibandingkan tanaman pangan, tanaman perkebunan dan industri lebih banyak menggunakan pupuk kalium anorganik (Runhayat, 1995).

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

  3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Kabupaten Aceh Barat mulai dari tanggal 10 Februari sampai dengan 21 April 2013.

  3.2. Bahan Dan Alat

1. Bahan

  Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  a. Benih Benih terung yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Mustang F1 sebanyak 1 sachet yang diperoleh dari depot pertanian.

  b. Tanah Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lapisan atas (top soil) yang di peroleh dari desa Buloh Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya

  c. Pupuk Kandang Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran sapi yang telah terdekomposisi dengan sempurna yang diperoleh dari Gampong Mereubo Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat.

  d. Pupuk NPK Pupuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK Yaramila dengan kandungan 16-16-16 yang diperoleh dari depot pertanian.

  e. Babybag Babybag yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran 8 x 10 sebagai f. Polybag yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 35 x 40 cm untuk media tanam.

2. Alat

  Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa cangkul, garu, parang, hand spayer, meteran, jangka sorong, gembor, ember, timbangan analitik, pamplet nama, tali, petridis dan alat tulis.

3.3. Rancangan Percobaan

  Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 3, dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti meliputi media tanam dan dosis pupuk NPK.

  Faktor Media Tanam (M) terdiri atas 3 taraf, yaitu : M

  1 = Tanah : Pupuk Kandang (4 : 1)

  M

  2 = Tanah : Pupuk Kandang (3 : 1)

  M = Tanah : Pupuk Kandang (2 : 1)

3 Faktor Dosis Pupuk NPK (D) terdiri atas 3 taraf, yaitu :

  • 1 -1

  D = 100 kg ha (4.20 g tanaman )

  1

  • 1 -1

  D

  2 = 150 kg ha (6.30 g tanaman )

  • 1 -1

  D

  3 = 200 kg ha (8.40 g tanaman )

  Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, maka terdapat 27 satuan percobaan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Media Tanam dan Dosis Pupuk NPK.

  Kombinasi Media Tanam Dosis Pupuk NPK No

  • -1 Perlakuan (Tanah : Pupuk Kandang) (Kg ha )

  1 M

  1 D 1 4 : 1 100

  2 M

  1 D 2 4 : 1 150

  3 M

  1 D 3 4 : 1 200

  4 M D 3 : 1 100

  2

  1

  5 M

  2 D 2 3 : 1 150

  6 M

  2 D 3 3 : 1 200

  7 M D 2 : 1 100

  3

  1

  8 M D 2 : 1 150

  3

  2

  9 M

  3 D 3 2 : 1 200

  Model Matematis yang digunakan adalah:

  

Y ijk = i + M j + D k + (MD) jk ijk

+ + µ β ε

  Keterangan:

  Y ijk = Nilai pengamatan untuk faktor media tanam taraf ke-j, faktor dosis pupuk NPK taraf ke-k dan ulangan ke-i  = Nilai tengah umum  = Pengaruh ulangan ke-i ( i = 1, 2 dan 3)

  i

  M j = Pengaruh faktor media tanam ke-j ( j = 1, 2 dan 3) D = Pengaruh faktor dosis pupuk NPK ke-k ( k = 1, 2, dan 3)

  k

  (MD) jk = Interaksi media tanam dan dosis pupuk NPK pada taraf media tanam ke-j, dan taraf dosis pupuk NPK ke-k  = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor media tanam taraf ke-j,

  ijk faktor dosis pupuk NPK taraf ke-k.

  Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Jujur pada taraf 5%. Dengan

  BNJ0,05 = q0.05 (p;dbg) Dimana :

  BNJ 0,05 = Beda Nyata Jujur pada taraf 5 % q ( p;db ) = Nilai baku q pada taraf 5 %; (jumlah perlakuan p dan derajat

  0,05 g

  bebas galat) KT g = Kuadrat tengah galat r = Jumlah ulangan.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

  1. Perlakuan Benih

  Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah Varietas Mustang F1 sebanyak 5 gram dalam 1 sachet, kemudian benih direndam dalam air hangat kuku selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk memecahkan dormansi benih dan mencegah penyakit tular benih seperti layu bakteri, kemudian benih siap dikecambahkan dengan cara benih diletakkan di dalam petridis yang dialasi dengan kertas merang basah setebal 5 lapis dan dikecambahkan selama 24 jam.

  2. Penanaman Benih

  Sebelum penanaman benih, terlebih dahulu siram media semai di dalam babybag hingga media cukup basah. Benih yang sudah disiapkan kemudian ditanam satu persatu di tengah babybag, setelah itu tutup dengan tanah yang gembur hingga menutupi benih. Media semai terdiri dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (dua bagian tanah satu bagian pupuk kandang).

3. Persiapan Media Tanam

  Media yang digunakan adalah tanah dan pupuk kandang (kotoran sapi) yang terlebih dahulu dibersihkan dari bahan- bahan yang tidak dikehendaki, kemudia kedua media ini siap dicampurkan dengan perbandingan sesuai dengan percobaan yaitu tanah : pupuk kandang dengan perbandingan (volume : volume) masing – masing (4 : 1), (3 : 1) dan (2: 1). Kemudian media dimasukkan kedalam polybag yang telah disediakan yaitu 81 polybag.

  4. Penanaman

  Penanaman dilakukan dengan cara memindahkan bibit yang di babybag ke dalam polibag, 1 tanaman per 1 polibag dan penanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari setelah semai. Bibit yang ditanam adalah bibit yang sehat dan normal.

  5. Pemeliharaan

  a. Penyiraman

  Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada saat pagi dan sore hari disesuaikan dengan keadaan cuaca setempat.

  b. Penyulaman

  Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman terung terserang penyakit atau mati. Penyulaman ini dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam.

  c. Pemupukan

  Pupuk NPK diberikan 2 kali sesuai dengan kombinasi perlakuan pada umur 7 dan 21 HST. Pemupukan diberikan sekeliling batang tanaman sejauh 4 cm

  • 1 -1

  dengan kedalaman 2 cm dengan dosis pupuk D

  1 = 100 kg ha , D 2 = 150 kg ha

  • 1 dan D = 200 kg ha .

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

  Pengendalian hama ulat daun dan ulat penggerek batang dilakukan dengan menggunakan insektisida Symbuse dengan konsentrasi 3 cc/liter air dilakukan pada umur 45 HST dengan cara penyemprotan pada tanaman terung.

6. Panen

  Panen dilakukan pada umur 54, 62 dan 70 hari setelah tanam. Terung yang dipanen berukuran besar, buah masih muda, kulit buah mengkilat dan memiliki warna yang cemerlang. Panen dilakukan dengan cara manual yaitu buah dipetik dengan memotong tangkai buahnya dengan menggunakan pisau yang tajam.

3.5. Pengamatan

  Ada beberapa parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain :

  1. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi dengan mengunakan meteran dan di amati pada umur 15, 30 dan 45 HST.

  2. Diameter Pangkal Batang (mm) Diameter pangkal batang di ukur pada umur 15, 30 dan 45 HST, diukur pada leher batang (pangkal batang) dengan menggunakan jangka sorong.

  3. Jumlah Buah Per Tanaman (buah) Jumlah buah yang dihitung adalah buah hasil tanaman terung yang telah di panen per tanaman pada umur 54, 62 dan 70 HST.

  4. Diameter Buah (mm) Diameter buah diukur pada saat panen umur 54, 62 dan 70 HST dengan mengunakan jangka sorong.

  5. Berat Buah Per Tanaman (g) Berat buah pertanaman diamati pada saat panen umur 54, 62 dan 70 HST dengan cara menimbang buah per tanaman dengan menggunakan timbangan analitik.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Media Tanam

  Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18) menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST, diameter pangkal batang umur 15 HST, jumlah buah per tanaman dan berat buah per tanaman namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 45 HST, diameter pangkal batang umur 30 dan 45 HST dan diameter buah.

1. Tinggi Tanaman

  Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 HST namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman terung pada berbagai media tanam umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Terung pada Berbagai Media Tanam umur

  15, 30 dan 45 HST

  Media Tanam Tinggi Tanaman(cm) Simbol Tanah : Pupuk Kandang

  15 HST

  30 HST

  45 HST

  M

  1 4 : 1

  6.26 21.65 a

  51.57 M

  2 3 : 1

  6.57 22.24 ab

  54.24 M

  3 2 : 1

  6.79 23.86 b

  55.24

  1.95 - - BNJ 0,05

  

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda

tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05 )

  Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman terung tertinggi umur 15 dan 45 HST dijumpai pada media tanam 2 : 1 (M )meskipun secara stasistik

  3

  22 pada umur 30 HST tanaman tertinggi dijumpai pada media tanam 2 : 1 (M

  3 ) yang

  berbeda nyata dengan media tanam 4 : 1 (M ) namun berbeda tidak nyata dengan

  1

  media tanam 3 : 1 (M 2 ).

  Hubungan antara tinggi tanaman terung pada berbagai media tanam umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

  60.00

  55.24

  54.24

  51.57

  50.00 ) (cm

  40.00 an

  30.00

  15 HST

  23.86 anam

  

22.24

21.65 T

  30 HST

  20.00 inggi

  45 HST T

  6.57

  6.79

  6.26

  10.00

  0.00

4 : 1 3 : 1 2 : 1

Media Tanam (Tanah : Pupuk Kandang)

  

Gambar 1. Tinggi Tanaman Terung pada Berbagai Media Tanamumur 15, 30 dan 45

HST.

  Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tanaman terung tertinggi umur 15, 30 dan 45 HST dijumpai pada media tanam 2 : 1 (Tanah : Pupuk Kandang). Hal ini diduga karena pada media tersebut yang digunakan sudah sesuai dengan pertumbuhan tanaman.Menurut William et al. (1993) yang mengatakan media tumbuh yang baik harus dapat menyediakan air, udara dan unsur hara dalam jumlah dan keseimbangan yang menguntungkan bagi tanaman, supaya dapat membentuk akar yang sempurna dan pertumbuhan tanaman menjadi baik. Kastasapoetra (1988) menambahkan bahwa media pupuk kandang dapat memperbaiki keadaan fisik tanah menjadi lebih baik unsur hara didalam tanah

  23 menambahkan bahan organik kedalam tanah sehingga dapat memperbaiki struktur tanah, porositas tanah dan meningkatkan kapasitas tanah dan ketersedian air yang baik sehingga sangat berguna untuk pertumbuhan tanaman.

2. Diameter Pangkal Batang (mm)

  Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang umur 15 HST dan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang umur 30 dan

  45 HST. Rata – rata diameter pangkal batang terung pada berbagai media tanam umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ dapat dilihat pada Tabel 3.

  0,05

  Tabel 3. Rata – rata Diameter Pangkal Batang Terung pada Berbagai Media Tanam umur 15, 30 dan 45 HST.

  Media Tanam Diameter Pangkal Batang(mm) Simbol Tanah : Pupuk Kandang

  15 HST

  30 HST

  45 HST

  M

  1 4 : 1 3.68 a

  9.85

  15.54 M

  2 3 : 1 4.10 ab

  10.48

  16.17 M 2 : 1

  3 4.35b

  10.95

  16.60 BNJ

  • 0,05 0,63

  

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda

tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05 )

  Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terbesar umur30 dan 45 HST dijumpai pada media tanam 2 : 1 (M

  3 )meskipun secara stasistik

  menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuaan lainnya. Sedangkan pada umur 15 HST diameter pangkal batang dijumpai pada media tanam 2 : 1 (M

  3 ) yang berbeda nyata dengan media tanam 4 : 1 (M 1 ) namun berbeda tidak nyata dengan media tanam 3 : 1 (M ).

  2 Hubungan antara diameter pangkal batang pada berbagai media tanam umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 2.

  24

  2.00

  45 HST

  30 HST

  15 HST

  

Media Tanam (Tanah : Pupuk Kandang)

  18.00

4 : 1 3 : 1 2 : 1

D iam et er P angk al B at ang (m m )

  16.00

  14.00

  12.00

  10.00

  8.00

  6.00

  4.00

  0.00

  Gambar 2. Diameter Pangkal Batang Terung pada Berbagai Media Tanam umur 15, 30 dan 45 HST.

  16.60

  16.17

  15.54

  10.95

  

10.48

  9.85

  4.35

  4.10

  3.68

  Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa media

  HST dijumpai perbandingan 2 : 1 (Tanah : Pupuk Kandang).Hal ini diduga karena pada media tanam tersebut unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia dalam keadaan seimbang, sehingga dapat memicu pertumbuhan menjadi lebih baik dan didukung oleh faktor lingkungan yang baik. Menurut Ingels (1985) media tanam yang tepat merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tanaman. Media tanam yang baik adalah media yang bisa menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman salah satunya dengan menggunakan pupukkandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibawa (1998) yang menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan didukung oleh faktor lingkungannya.

  Gambar 2 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang terbesar umur 15

3. Jumlah BuahPer Tanaman (buah)

  25 buah terung pada berbagai media tanam setelah diuji dengan BNJ 0,05 dapat dilihat pada Tabel 4.

  3 )yang berbeda nyata dengan media tanam 4 : 1 (M 1 ) namun

  2

  1.5

  1

  0.5

  2.15

  1.83

  1.67

  Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah buahterung terbanyak dijumpai pada media tanam 2 : 1 (Tanah : Pupuk Kandang). Hal ini diduga karena pada

  Gambar 3. Jumlah Buahper tanaman pada Berbagai Media Tanam.

  Hubungan antara jumlah buahper tanamanpada berbagai media tanam dapat dilihat pada Gambar 3.

  2 ).

  berbeda tidak nyata dengan media tanam 3 : 1 (M

  Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah buah terung terbanyak dijumpai pada media tanam 2 : 1 (M

  Tabel 4. Rata – rata Jumlah Buah Terung per Tanaman pada Berbagai MediaTanam

  

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda

tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05 ).

  BNJ 0,05 0,42

  2 : 1 2.15 b

  3

  M

  3 : 1 1.83 ab

  2

  M

  4 : 1 1.67 a

  1

  M

  Media Tanam Jumlah Buah Per Tanaman(buah) Simbol Tanah : Pupuk Kandang

  2.5 4 : 1 3 : 1 2 : 1 Jum lah B uah per T anam an (buah) Media Tanam (Tanah : Pupuk Kandang)

  26 media tanam yang tepat akan memberikan kondisi lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan tanaman. Media tanam yang baik memiliki kemampuan menyediakan air dan hara yang optimum. Menurut Winarso (2003) menyatakan bahwa media yang baik dapat menyerap air dan zat – zat lain yang dibutuhkan tanaman terung.

4. Diameter Buah (mm)

  Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter buah. Rata – rata diameter buah terung pada berbagai media tanam dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata – rata Diameter Buah Terung pada Berbagai Media Tanam

  Media Tanam Diameter Buah (mm) Simbol Tanah : Pupuk Kandang

  M

  1 4 : 1

  43.79 M

  2 3 : 1

  46.76 M 2 : 1

  3

  49.20 Tabel 5 menunjukkan bahwa diameter buah terbesar dijumpai pada media tanam2: 1 (M

  3 ) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak

  nyata dengan perlakuan lainnya.Hal ini didugan bahwa unsur harayang terdapat dalam media tanam tidaktercukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Apriscia et al. (2012) yang menyatakan bahwa media tanam yang kurang baik dapat dengan mudah mengendapkanair yang lebih sehigga membuat sistem perakaran terhambat untuk melakukan proses metobolisme. Penggunaan media tumbuh yang baik dan sesuai bagi tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi, demikian juga sebaliknya, apabila media tumbuh tidak sesuai bagi tanaman maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksi semakin berkurang.

  27

5. Berat Buah Per Tanaman (g)

  0,05

  

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf peluang 5% (BNJ 0,05 ).

  B erat B uah (g) Media Tanan (Tanah : Pupuk Kandang)

  150 160 170 180 190 200 210 220 230 4 : 1 3 : 1 2 : 1

  170.33 201.08 222.43

  Hubungan antaraberat buahper tanaman pada berbagai media tanam dapat dilihat pada Gambar 4.

  

2

).

  tidak nyata dengan media tanam3 : 1 (M

  3 ) yang berbeda nyata denganmedia tanam4 : 1 (M 1 ) namunberbeda

  Tabel 6 menunjukkan bahwa buah terung terberat dijumpai pada media tanam 2 : 1 (M

  43,21

  dapat dilihat pada Tabel 6.

  Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman. Rata – rata berat buah per tanaman pada berbagai media tanam setelah diuji dengan BNJ

  3 2 : 1

  201.08 ab M

  2 3 : 1

  170.33 a M

  1 4 : 1

  M

  Media Tanam Berat Buah per Tanaman (g) Simbol Tanah : Pupuk Kandang

  Tabel 6. Rata – rata Berat Buah per Tanaman pada Berbagai Media Tanam

  222.43 b BNJ 0,05

  28 Gambar 4 menunjukkan bahwa berat buah mengalami peningkatan pada media tanam 2 : 1 (M ). Hal ini diduga bahwa penggunaan media tanam sesuai

  3

  dengan kebutuhan tanaman bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, sehingga tanaman akan menghasilkan produksi yang lebih baik. Menurut Suwahyono (2011) menyatakan bahwa penggunaan media tanam yang tepat akan memberi kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Media tanam yang baik memiliki kemampuan menyediakan air dan udara yang optimum.

  Menurut Gunardi (1979) media tanam secara umum mempunyai dua fungsi yaitu sebagai tempat tumbuh dan pensuplai bahan makanan bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Media tanam yang tepat merupakan salah satu syarat untuk budidaya dalam wadah. Selain itu, media tanam memungkinkan drainase dan pH yang lebih baik bagi tanaman (Ingels, 1985).

4.2. Pengaruh Dosis Pupuk NPK

  Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18) menunjukkan bahwa dosispupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang umur 45 HST dan berat buah per tanaman namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, diameter pangkal batang umur 15 dan 30 HST, jumlah buah per tanaman dan diameter buah.

1. Tinggi tanaman (cm)

  Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa dosis pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST. Rata – rata tinggi tanaman terung pada berbagai dosis pupuk NPK umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 7.

  29 Tabel 7. Rata – rata Tinggi Tanaman Terung pada Berbagai Dosis pupuk NPK umur 15, 30 dan 45 HST.

  Dosis pupuk NPK Tinggi Tanaman (cm) -1 Simbol Kg ha

15 HST

  30 HST

  45 HST

  D

  1 100

  6.59

  22.23

  51.61 D

  2 150

  6.71

  22.97

  54.48 D

  3 200

  6.31

  22.54

  54.96 Tabel 7 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 15 dan 30 HST

  • 1

  dijumpai pada dosis pupuk NPK 150 kg ha (D

  2 ) dan pada umur 45 HST

  • 1

  dijumpai pada dosis pupuk NPK 250 kg ha (D

  3 ) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

  Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK tidak sesuai dengan pertumbuhan pada tinggi tanaman. Lingga (1998) menyatakan bahwa tanaman yang kekurangan unsur hara Nitrogen akan berwarna hijau, daun bawah menguning, mengering sampai berwarna coklat muda dan terlihat batang pendek dan melemah.