PENGARUH MACAM PUPUK NPK DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERONG UNGU (Solanum melongena L.)

PENGARUH MACAM PUPUK NPK DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERONG UNGU (Solanum melongena L.)

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh: JOHAN SASONGKO H1107509 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENGARUH MACAM PUPUK NPK DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERONG UNGU (Solanum melongena L.)

Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh: JOHAN SASONGKO H1107509 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

HALAMAN PENGESAHAN PENGARUH MACAM PUPUK NPK DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERONG UNGU (Solanum melongena L.).

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Johan Sasongko

H 1107509

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : Juli 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Dr. Samanhudi, SP. MSi

Dr. Ir. Pardono, MS NIP. 19680610199503 1003

Ir. Joko Mursito, MP

NIP. 194812021978111001

NIP. 195508061983031003

Surakarta, Juli 2010 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 195512171985031003

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Macam Pupuk NPK dan Macam

Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terong Ungu (Solanum

melongena L.) ini dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan baik dan lancar karena adanya pengarahan, bimbingan, dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Samanhudi, SP. MSi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan saran dan sumbangan pemikiran kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Joko Mursito, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas masukan dan saran dalam penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Pardono, MS selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan masukan dan saran pada skripsi ini.

5. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS selaku dosen pendamping akademik.

6. Keluargaku tersayang : Bapak, ibu, fuzi, kakak dan adik yang selalu mendukung dan mendoakanku.

7. Terimakasih banyak atas bantuannya, dukungan semangat dan doanya. Semua kembalikan pada Allah, hanya Allah yang Maha tahu semua takdir kehidupan.

8. Komarudin yang telah memberikan ide dan gagasan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

PENGARUH MACAM PUPUK NPK DAN MACAM VARIETAS

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERONG UNGU (Solanum melongena L.)

Johan Sasongko. 1)

Dr. Samanhudi, SP, Msi 2) Ir. Joko Mursito MP. 3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam pupuk dan macam varietas, serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu (Solanum melongena L.). Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian UNS dengan ketinggian 95 m dpl. Pada bulan Maret sampai Agustus 2009. Penelitian ini disusun secara faktorial menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan

2 faktor perlakuan yaitu faktor pertama, macam pupuk terdiri atas tiga taraf yaitu : M1 (Multi NPK), M2 (Phonska), M3 (Mutiara). Faktor kedua, macam varietas terdiri atas tiga taraf yaitu: V1 (Valerie), V2 (Mustang), V3 (Mega Ungu). Tiap perlakuan diulang tiga ulangan. Data yang diperoleh dianalisis denga n analisis uji F taraf 5%, apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT. Perlakuan macam pupuk mampu meningkatkan terhadap variabel pertumbuhan meliputi variabel berat kering brangkasan dan saat berbunga. Perlakuan macam varietas mampu meningkatkan terhadap pertumbuhan dan hasil, tinggi tanaman jumlah daun, panjang buah, jumlah total buah yang di panen, berat buah dan diameter buah. Interaksi antara macam pupuk dengan macam varietas menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap macam pupuk dan macam varietas. Hasil tertinggi dicapai pada varietas valerie dengan pupuk phonska yaitu 81,24 g/crop, sedangkan hasil terendah dicapai varietas mega ungu dengan pupuk mutiara seberat 38,03 g/tanaman.

Kata kunci : Terong Ungu, Pupuk NPK, Pertumbuhan

EFFECT OF NPK FERTILIZER AND THE KINDS OF VARIETIES ON GROWTH AND YIELD OF PURPLE EGGPLANT CROPS (Solanum melongena L.)

Johan Sasongko. 1)

Dr. Samanhudi, SP, Msi 2)

Ir. Joko Mursito MP.

ABSTRACT

The aim of research was studied the effect of fertilizer and types of varieties, and the interaction of plant on growth and yield of purple eggplant (Solanum melongena L.). The experiment had been done at green house of Agriculture Faculty UNS long altitude at 95 metre above sea level. This research from March until August 2009. These experiment used completely randomized design with two treatments factor. The first factor, kind of mediums which consist of three levels. They are M1 (Multi NPK), M2 (Phonska) and M3 (Mutiara). The second factor, the kind of variety which consist of three levels. They are V1 (valerie), V2 (Mustang) and V3 (mega Ungu). Each treatments was repeated three levels. The data obtained were analized by F test 5% and followed by DMRT, if the data analysis was significantly different. The result showed the used of fertilizer was be able on growth dry weight, and emerges first flower. The result varieties be able on growth yield crops, long fruit, high crops, variable number leaves, fruit long, total number of fruit harvested, fruit heavy and fruit diametre. Interaction among of the kind of fertilizer and varietas was not significant on growth and yield of purple eggplant crops. High yields on combination fertilizer phonska and varieties valerie 81,24 g/crop,however yield turn among combination varieties mega ungu and fertilizer mutiara weight 38,03 g/crops.

Keyword: Purple Eggplant, Vertilizier NPK, Growth

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Terong (Solanum melongena L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai sifat mudah rusak (perishable). Buah terong (biasa) mengandung vitamin A (4,78%), kandungan vitamin C (12,8%), kadar abu (5,8%), karbohidrat (28,7%), protein (34,8%), air (86,1%), zat besi (6,8%) dan kalsium (70,2%). Pada buah terong ungu kandungan terong ungu memiliki vitamin A (4,8%), kandungan vitamin C (13,1%), kadar abu (3,9%), karbohidrat (28,7%), kandungan protein (34,8%), air (81,6%), zat besi (12,5%), dan kandungan kalsiumnya (75%) (Rukmana,1999).

Produk hortikultura ini setiap hari selalu dibutuhkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuh. Terong ungu mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Terong ungu bisa menjadi produk yang mahal karena jumlah produksi yang lebih sedikit dari jumlah permintaan. Hal ini berdasarkan pernyataan Herlambang (2002), kepulauan riau tanaman sayuran sangat banyak dikonsumsi masyarakat bagi kalangan atas maupun kalangan bawah, untuk masa yang akan datang, didaerah ini akan diunggulkan diantaranya :1) Bayam, 2) Kangkung, 3) Ketimun, 4) Seledri, 5) Terong ungu

6) Terong biasa. 7) Kacang panjang. Maka pemerintah propinsi riau akan menerapkan pertanian berkelanjutan dalam membudidayakan tanaman sayuran (Djojosoewardhono, 2002).

Untuk mendapatkan potensi hasil terong ungu yang diharapkan dilakukan dengan meningkatkan teknik budidaya yang benar, pengelolaan lingkungan dan pemilihan bahan tanaman yang berkualitas. Selain tersebut diatas salah satu faktor dalam pembudidayaan yang penting adalah pengadaan bibit secara tepat yang berguna untuk menjaga stabilitas produksi. Penggunaan bibit yang berkualitas akan menghasilkan tanaman yang sehat dan mampu berproduksi secara maksimal (Sunarjono, 2008).

Terong ungu memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan terong lainnya. Beberapa keunggulannya antara lain memiliki rasa yang lebih Terong ungu memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan terong lainnya. Beberapa keunggulannya antara lain memiliki rasa yang lebih

Kemampuan terong ungu untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang juga menyebabkan produksi terong ungu rendah adalah budidayanya yang belum tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kualitas terong ungu (Anonim, 2008). Mega ungu, valerie dan mustang merupakan varietas terong ungu yang unggul dibandingkan dengan varietas lainnya, maka penelitian perlu diarahkan untuk meningkatkan hasil dan kualitas terong ungu dengan menanam varietas- varietas unggulnya..

Kelompok terong ungu yang banyak dipasarkan adalah kultivar mustang dan kultivar mega ungu yang memiliki mutu baik dengan harga yang lebih tinggi dibanding terong biasa. Harga terong biasa hanya berkisar Rp. 10.000/kg, sedangkan terong ungu dapat mencapai Rp. 12.000/kg (Hastuti, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa komoditas terong ungu dari kultivar unggul sangat menguntungkan untuk dibudidayakan petani.

Kesuburan tanah merupakan kemampuan atau kapasitas tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan tanaman (Sutanto, 1998). Tercukupinya semua kebutuhan unsur hara tanaman akan menjamin pertumbuhan tanaman yang baik dan akan memberikan hasil yang maksimal (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Kekurangan salah satu unsur hara dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Unsur esensial seperti nitrogen (N), pospat (P), dan kalium (K) dibutuhkan tanaman terong dalam jumlah yang cukup banyak. Apabila ketersediaan unsur-unsur tersebut terbatas, maka perlu ditambahkan melalui pemupukan.

Pemupukan yang dilakukan petani umumnya masih kurang tepat, dimana pupuk belum digunakan secara rasional sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara. Pemupukan belum didasarkan atas hasil uji tanah, sehingga akan memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi sifat tanah dan lingkungan secara keseluruhan (Sabiham, 1996).

Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi dan berimbang (Novizan, 2002). Salah satu jenis pupuk anorganik adalah pupuk NPK. Setiap jenis pupuk NPK tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga diperlukan informasi mengenai jenis pupuk yang paling sesuai untuk memenuhi kebutuhan tanaman terong ungu.

Seiring dengan kebijaksanaan pintu terbuka dari pemerintah terhadap peredaran berbagai jenis pupuk alternatif, maka pada saat ini telah beredar berbagai macam produk pupuk. Mengingat pupuk alternatif yang beredar (baik yang terdaftar maupun yang belum terdaftar) jumlah maupun jenisnya sangat beragam, maka perlu dilakukan pengujian mengenai kualitas dan efektivitas pupuk alternatif tersebut. Dengan demikian pupuk yang digunakan adalah pupuk yang telah diketahui kualitas dan kegunaannya dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

B. Perumusan Masalah.

a. Pengaruh pupuk mana yang memiliki kualitas pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu?

b. Pengaruh varietas yang memiliki kualitas terbaik terhadap hasil tanaman terong ungu?

c. Bagaimana interaksi antara macam pupuk NPK dan macam varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu?

C. Tujuan Penelitian.

Pemanfaatan pupuk NPK dan macam varietas dalam penelitian ini maka akan mendapatkan tujuan penelitian yang berupa: Mendapatkan macam pupuk mana yang memiliki kualitas dan hasil tanaman terong ungu. Mendapatkan macam varietas yang memiliki kualitas terbaik terhadap hasil terong ungu. Selain itu juga mendapatkan interaksi antara macam pupuk NPK dan macam varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu.

D. Manfaat Penelitian.

Melalui penelitian ini akan diketahui bagaimana pengaruh macam pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu serta bagaimana pengaruh macam varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu. Selain itu, akan diketahui juga apakah terdapat interaksi antara macam pupuk NPK dan macam varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu.

E. Hipotesis.

Diduga hasil tertinggi pada kombinasi perlakuan macam pupuk phonska dengan varietas valerie, sehingga mampu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu..

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Tanaman Terong Ungu.

1. Taksonomi tanaman terong ungu. Dalam tata nama (sistematika) tumbuhan tanaman terong diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas

: Dycotiledoneae

Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Spesies

: Solanum melongena L.

(Rukmana, 1994).

2. Morfologi tanaman terong ungu.

Terong termasuk tanaman semusim yang berbentuk perdu. Batangnya rendah (pendek), berkayu dan bercabang. Tinggi tanaman bervariasi antara 50-150 cm, tergantung dari jenis ataupun varietasnya. Permukaan kulit batang, cabang ataupun daun tertutup oleh bulu-bulu halus. Daunnya berbentuk bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya sempit, namun bagian tengahnya lebar, letak daun berselang-seling dan bertangkai pendek (Rukmana, 1994).

Batang tanaman terong dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (batang primer) dan percabangan (cabang sekunder). Batang utama merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedangkan percabangan merupakan bagian tanaman yang mengeluarkan bunga. Bentuk percabangan tanaman terong hampir sama dengan percabangan cabai hot beauty yaitu menggarpu (dikotom), letaknya agak tidak beraturan. Percabangan yang dipelihara yaitu cabang penghasil buah (cabang produksi). Batang utama bentuknya persegi (angularis), sewaktu muda Batang tanaman terong dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (batang primer) dan percabangan (cabang sekunder). Batang utama merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedangkan percabangan merupakan bagian tanaman yang mengeluarkan bunga. Bentuk percabangan tanaman terong hampir sama dengan percabangan cabai hot beauty yaitu menggarpu (dikotom), letaknya agak tidak beraturan. Percabangan yang dipelihara yaitu cabang penghasil buah (cabang produksi). Batang utama bentuknya persegi (angularis), sewaktu muda

Menurut Imdad dan Nawangsih (1999) bunga terong merupakan bunga banci atau lebih dikenal dengan bunga berkelamin dua. Dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga ini juga dinamakan bunga sempurna atau bunga lengkap, karena perhiasan bunganya terdiri dari kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla) dan tangkai bunga. Pada saat bunga mekar, bunga mempunyai diameter rata-rata 2-3 centimeter dan letaknya menggantung. Mahkota bunga berwarna ungu cerah, jumlahnya 5-8 buah, tersusun rapi membentuk bangun bintang. Bunga terong bentuknya mirip bintang berwarna biru atau lembayung cerah sampai warna yang lebih gelap. Bunga terong tidak mekar secara serempak dan penyerbukan bunga dapat berlangsung secara silang ataupun menyerbuk sendiri.

Buah terong merupakan buah sejati tunggal dan tidak akan pecah bila buah telah masak. Kulit buah luar berupa lapisan tipis berwarna ungu hingga ungu gelap yang mengkilap. Daging buah tebal, lunak dan berair, bagian ini enak dimakan. Biji-biji terdapat dalam daging buah. Buah menggantung di ketiak daun. Bentuk yang dikenal seperti panjang silindris, panjang lonjong, lonjong (oval), bulat lebar dan bulat. Karena bentuk buah berlainan maka ukuran berat buah juga sangat berbeda-beda dan berlainan pula, rata-rata 125 gram (Imdad dan Nawangsih, 1999).

Menurut Rukmana (1994), buah menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna cokelat muda. Biji in`i merupakan alat reproduksi atau perbanyakan tanaman secara generatif.

3. Syarat tumbuh tanaman terong ungu.

Tanaman terong dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah sampai dataran tinggi sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Selama pertumbuhannya, terong menghendaki keadaan suhu udara

18-25 ˚C, cuaca panas dan iklimnya kering, sehingga cocok ditanam pada musim kemarau. Pada keadaan cuaca panas akan merangsang dan mempercepat proses pembungaan dan pembuahan (Rukmana, 1994).

Temperatur berperan dalam menentukan masa berbunga terong dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Pada temperatur lingkungan yang rendah tanaman akan berkembang lambat. Pada fase lingkungan optimum tanaman akan memperlihatkan pertumbuhan yang normal. Di daerah yang lingkungan tumbuhnya memiliki intensitas cahaya matahari tinggi tanaman akan cepat berbunga dan buah cepat masak, akibatnya umur tanaman menjadi lebih pendek. Tanaman terong yang mengalami kekeringan, buahnya keriput dan cepat masak sebelum waktunya. Selain suhu dan kelembaban, intensitas cahaya banyak berperan di dalam menentukan kualitas buah terong. Dalam batas normal intensitas cahaya akan memberikan pengaruh yang baik terutama pada pembentukan warna buah.

Suhu berperan dalam menentukan masa berbunga dan mempengaruhi tanaman secara keseluruhan. Pada lingkungan yang rendah, tanaman berkembang lambat. Demikian pula, fase pembentukan buah dan masa panennya berjalan lambat. Pada lingkungan optimum, tanaman akan menunjukkan pertumbuhan yang normal. Organ-organ tanamanpun akan berkembang normal. Di daerah yang lingkungan tumbuhnya bersuhu rata- rata tinggi, tanaman akan lebih cepat berbunga dan buah menjadi pendek. Suhu yang dikehendaki berkisar 18-25 ˚C ( Sunarjono, 2008).

Tanah merupakan media yang paling banyak tersedia. Tanah yang digunakan hendaknya tanah dari lapisan atas. Tanah tersebut mengandung bahan-bahan organik dan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanah latosol merupakan jenis tanah yang baik untuk budidaya tanaman terong ungu karena memiliki struktur tanah yang berlempung dan berpasir, subur dan kaya akan bahan organik, serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang baik.

B. Kebutuhan Unsur Hara.

Tanah latosol bertekstur pasir sangat mudah diolah. Tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik. Namun, tekstur pasir memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah dan tanahnya lebih cepat kering. Kemampuan menyerap unsur hara juga sangat rendah.

Pemupukan merupakan salah satu usaha memberikan bahan tertentu pada tanah dengan tujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah, menambah unsur hara yang kurang dalam tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Siswandi, 2006).

1. Nitrogen.

Nitrogen merupakan unsur hara yang pokok bagi tanaman sebagai satuan fundamental dalam protein dan asam nukleat, khlorofil dan senyawa organik lainnya. Protein merupakan penyusun utama protoplasma yang berfungsi sebagai bahan penting berbagai enzim yang berperan dalam proses metabolisme tanaman (Buckman dan Brady, 1982).

Nitrogen berperan dalam mendukung pertumbuhan vegetatif yang lebat dan warna hijau daun yang gelap (Boswell et al., 1985). Selanjutnya Buckman dan Brady (1982) menyatakan bahwa nitrogen memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Mula-mula meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan memberikan warna hijau pada daun. Sutejo (2002) mengemukakan perkembangbiakan mikroorganisme tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian N pada suatu tanah. Jumlah nitrogen di atmosfer sekitar 80% N atas dasar volume. Walaupun N melimpah namun tidak dapat langsung bisa dimanfaatkan oleh tanaman.

2.Fosfor.

Fosfor merupakan unsur hara yang mutlak diperlukan dalam pertumbuhan tanaman yang berfungsi dalam pembelahan sel, pembentukan lemak serta albumin, pembungaan, pembentukan buah, pembuahan juga ketahanan terhadap penyakit tertentu (Buckman dan Brady, 1982). Di dalam tanah P dapat mempercepat pertumbuhan akar semai dan bersifat sebagai zat pembangun yang terikat dalam senyawa- senyawa organis sehingga P dapat digunakan tanaman dalam jumlah yang banyak (Sutejo, 2002).

Kekurangan fosfat pada tanaman mengakibatkan pertumbuhan yang terhambat karena terjadi gangguan pada pembelahan sel tanaman. Daun tanaman menjadi hijau tua yang kemudian berubah menjadi ungu, terjadi juga pada batang dan cabang tanaman (Roesmarkoem dan Yuwono, 2002). Selain itu Buckman dan Brady (1982) menyatakan kekurangan unsur P dapat menekan penyerapan hara lain. Tanaman terong yang kekurangan unsur P akan menunjukkan gejala warna daun menjadi kemerah-merahan terutama pada tepi daun dan pada ujung daun muda dijumpai nekrosis (Rukmana, 1994).

Kemampuan tanah dalam menyerap P lebih cenderung disebabkan perbedaan jumlah dan komponen tanah penyerap. Penelitian komponen tanah penyerap sudah banyak, tetapi belum memuaskan terutama pengaruh beberapa faktor berperan dalam proses pelepasan P. Demikian banyak upaya yang telah dilakukan dalam pelepasan unsur P.

Pemberian pupuk P kurang efektif diberikan pada kacang tanah. Pemupukan 50 kg/ha hanya dapat meningkatkan hasil polong kacang sebanyak 10% daripada yang tanpa pupuk P, dan bila dosisnya ditingkatkan menjadi 100 kg/ha maka akan menurunkan hasil. Pemupukan

50 kg/ha meningkatkan serapan hara yang lain (Ispandi dan Munip, 2004). Menurut Barus (2005) bahwa pada status unsur hara P tinggi, serapan hara juga meningkat dengan penambahan pupuk. Namun rata-rata serapannya lebih rendah bila dibandingkan status P rendah dan sedang.

Hal ini disebabkan pada status unsur P tinggi, tetapi tanah sudah jenuh P sehingga penambahan P tidak lagi direspon tanaman. Pada P sedang, penambahan pupuk juga meningkatkan serapan hara P sampai dosis 200kg/ha, namun peningkatan yang jelas terlihat sampai dosis 100kg/ha yang menyerap P sebesar 73,1 mg/tanaman.

3. Kalium.

Kalium merupakan unsur hara yang sangat penting untuk pembentukan pati dan translokasi gula, penting juga untuk perkembangan khlorofil. Kalium juga dapat memperbaiki sistem perakaran, juga cenderung menghalangi efek rebah (lodging) dan melawan efek buruk dari kelebihan nitrogen (Buckman dan Brady, 1982).

Kekahatan K parah mengakibatkan pertumbuhan kerdil dengan gejala kekahatan nampak pada daun sebagian besar tanaman menjadi nekrotik sepanjang tepi-tepinya pada pucuk daunnya, sedangkan pada bagian tengah daun tetap hijau. Kekahatan parah sering terjadi pada daun- daun yang lebih tua (Barber et al., 1985). Tanaman terong yang kekurangan K menunjukkan gejala warna oranye sepanjang tepi daun tua dan sebelum gugur daun berubah warnanya menjadi oranye (Rukmana, 1994).

C. Pupuk NPK

Pupuk NPK merupakan pupuk anorganik majemuk yang mengandung 3 unsur yaitu N, P dan K (Sutejo, 2002). Pupuk NPK sering digunakan dalam pertanian sebab memberikan keuntungan dalam hal penghematan tenaga kerja dan waktu mencapai 50% (Reinsema, 1993).

Jumlah/dosis pupuk yang diberikan pada tanaman terong sangat erat hubunganya dengan intensitas penyinaran matahari. Pada tempat yang intensitas radiasi mataharinya tinggi tanaman terong membutuhkan pupuk yang banyak, terutama pupuk yang mengandung unsur nitrogen. Untuk masa pertumbuhan dan produksi yang terpenting bagi terong adalah unsur N dan K (Rukmana, 1994). Menurut Sunarjono (2008) Pemupukan pada

tanaman terong disesuaikan dengan umur bibit bedeng pembibitan yang bebeda tiap bulannya, sedang Rukmana (1994) menyatakan dosis pupuk NPK yang diberikan pada pemupukan pembibitan adalah 5 gram/polibag.

Menurut Crisinsky dan Schuten (1984) pemupukan N dengan dosis 242 kg/ha dapat meningkatkan hasil dan buah tomat. Unsur P banyak berpengaruh pada pembungaan dan perkembangannya. Penggunaan pupuk unsur K menurut Chutberson (1966) meningkatkan kandungan gula, kandungan vitamin C, kandungan asam total serta menambah jumlah buah yang dipanen.

Pupuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK Multi NPK yang memiliki perbandingan unsur hara unsur N : P : K antara 13% : 2 % : 44%, sedangkan pada pupuk NPK yang produk phonska adalah antara 15% : 15% : 15 %, pada pupuk NPK produk mutiara yaitu perbandinganya antara 16% : 16% ; 16%. Pupuk tersebut yang digunakan sebagai pupuk alternatif karena sudah banyak beredar di lapangan, terdapat di kios-kios pertanian dan banyak petani yang sudah menggunakannya untuk berbagai macam tanaman antara lain tanaman pangan dan kini di mulai pada tanaman jenis sayur-sayuran.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pupuk alternatif mutiara dan phonska dan setaranya dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif pada terong dibandingkan dengan pupuk parsial, karena pupuk NPK rekomendasi. Pengaruh pupuk NPK terhadap tinggi tanaman lebih baik dibandingkan dengan pupuk setaranya, sedangkan terhadap diameter batang tidak ada perbedaan pengaruh antara pupuk NPK dengan setaranya. (Krismawati dan Firmansyah, 2005).

Menurut Suwalan et al., (2002) melaporkan bahwa penggunaan pupuk NPK phonska sebagai pupuk alternatif pada tanaman padi di garut (jawa barat) dapat meningkatkan jumlah malai/rumpun pada padi sawah umur 55 HST dan 110 HST, masing-masing sebesar 66,7% sampai 37,5% serta meningkatkan hasil panen sebesar 40,29% yaitu dari 4,07 ton/ha menjadi 5,71 ton/ha.

12

Hampir 99% N diserap oleh akar dengan aliran massa dan selebihnya dengan serapan langsung. Hampir 91% P diserap secara difusi dan selebihnya dilakukan dengan serapan langsung. Hampir 78% K diserap secara difusi dan 20% secara aliran massa. Sekitar 71% Ca diserap dengan aliran massa dan selebihnya secara langsung 95%. S diserap melalui aliran massa dan selebihnya secara lansung (Donahue, et al., 1971).

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Lab. rumah kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Yang memiliki ketinggian tempat 95 meter dpl.

B. Bahan dan Alat.

Bahan penelitian yang digunakan adalah benih tanaman terong ungu (Varietas Valerie, Mustang dan Mega ungu), tanah Latosol, Pestisida Fenval dan Curacron 500 EC dan pupuk NPK (Multi-NPK, Phonska, Mutiara).

Alat yang digunakan adalah polibag kecil, polibag besar, handsprayer, cethok, penggaris, ember, gembor, kertas buram, kertas label, plastik, oven, timbangan analitik, dan alat tulis.

C. Cara Kerja Penelitian.

1. Rancangan Penelitian. Penelitian ini disusun secara faktorial dengan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dua faktor perlakuan, yaitu :

a. Faktor pertama adalah macam pupuk NPK majemuk, terdiri tiga taraf, yaitu: M1 = Pupuk multi-NPK (13: 2: 44). M2 = Pupuk phonska (15: 15: 15). M3 = Pupuk mutiara (16:16:16). Pemberian pupuk sesuai dengan dosis label kemasan (dosis anjuran).

b. Faktor kedua adalah macam varietas, terdiri tiga taraf, yaitu: V1 = Varietas valerie 60 ton/hektar V2 = Varietas mustang 50 ton/hektar. V3 = Varietas mega ungu 50 ton/hektar.

Dengan demikian, terdapat sembilan kombinasi perlakuan, yaitu: M1VI = Pupuk multi NPK dengan varietas valerie. M1V2 = Pupuk multi NPK dengan varietas mustang. M1V3 = Pupuk multi NPK dengan varietas mega ungu. M2VI = Pupuk phonska dengan varietas valerie. M2V2 = Pupuk phonska dengan varietas mustang. M2V3 = Pupuk phonska dengan varietas mega ungu. M3VI = Pupuk mutiara dengan varietas valerie. M3V2 = Pupuk mutiara dengan varietas mustang. M3V3 = Pupuk mutiara dengan varietas mega ungu.

Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali, setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman.

2. Pelaksanaan Penelitian.

a. Persiapan bahan tanam (persemaian). Bahan tanam berupa benih tanaman terong ungu. Benih terong ungu dari masing-masing varietas disemaikan pada polibag kecil yang berisi media semai tanah latosol campuran sekam bakar 1 : 1.

b. Persiapan media tanam. Tanah ditumbuk dan diayak, sehingga didapatkan tanah dengan kondisi ukuran yang seragam. Untuk mendapatkan media tanam, tanah yang ditumbuk tersebut langsung dimasukkan ke dalam polibag sebanyak 3,72 kg/polibag, kemudian disiram dengan air supaya lembab.

c. Penanaman. Benih tanaman terong ungu ditanam terlebih dahulu di polibag yang ukuran kecil. Apabila sudah muncul helai daun sekitar 3-5 daun, pemindahan benih sekitar 28 HST. Benih dipilih yang seragam dan yang sehat, kemudian diganti dengan ukuran polibag yang lebih besar. Setelah itu, media tanam disiram dengan air sampai kondisi jenuh air. Ukuran polibag yang digunakan adalah ukuran 40cmx40cm.

d. Penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan pemberian air diberikan setiap hari. Dengan kondisi air sampai jenuh (± 480cc) dilakukan pada sore hari agar tanaman tetap tercukupi kebutuhan airnya dan media tetap terjaga dari kelembaban.

e. Pemupukan. Perlakuan pemupukan dilakukan setelah 7 HST sebagai pupuk dasar. Pemberian pupuk NPK sesuai dengan dosis masing-masing produk yang tertera pada label kemasan. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar secara merata di atas media tanam kemudian ditutup tipis (dibenam) dengan media tanam tersebut.

f. Pengendalian hama, penyakit dan gulma. Pengendalian hama, penyakit pada tanaman terong ungu dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan pestisida Fenval dan Curacron 500 EC. Pemberian pestisida tersebut dilakukan saat muncul buah sampai buah terong tersebut dipanen, sekitar 7 hari sekali dilakukan penyemprotan. Penyiangan gulma dilakukan manual dengan mencabutinya secara hati-hati sambil menggemburkan media di dalam polibag.

g. Pemasangan Ajir. Pemasangan ajir dengan cara menancapkan pada media tanam dalam polibag. Pemasangan ajir dengan tujuan agar pertumbuhan kuat dan bisa menopang tajuk tanaman.

3. Variabel Pengamatan.

a. Tinggi tanaman. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sekali mulai umur 7 HST sampai seminggu sebelum panen (112 HST). Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris mulai dari leher akar sampai titik tumbuh terakhir.

b. Jumlah daun. Pengamatan jumlah daun dilakukan mulai umur 7 HST sampai seminggu sebelum panen (112 HST) dengan interval waktu 1 minggu. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung helai daun yang sudah membuka.

c. Saat berbunga. Mencatat umur tanaman dari saat mulai tanam sampai Saat berbunga diketahui apabila 50% populasi bunganya telah mekar.

d. Berat kering brangkasan. Berat kering brangkasan merupakan berat total brangkasan tanaman dalam kondisi kering setelah air dalam jaringan dihilangkan. Penurunan kadar air dilakukan dijemur dibawah terik matahari sampai berat akhirnya konstan.

e. Jumlah total buah per tanaman. Dengan menghitung dan mencatat jumlah buah yang dipanen. Buah yang dipanen adalah buah dengan kriteria berwarna hitam keungu-unguan. Pemanenan dilakukan 3 kali dengan interval 23 hari sekali dengan cara memilih buah yang siap dipetik.

f. Berat Buah. Berat buah yang dihitung setiap kali panen. Dengan menghitung jumlah berat total buah setiap panen.

g. Diameter Buah. Diameter buah di ukur dengan menggunakan jangka sorong di bagian yang paling besar diameternya..

h. Panjang Buah. Panjang buah diukur dengan menggunakan penggaris dari ujung buah sampai pangkal buah..

17

4. Analisis Data.

Data hasil pengamatan di analisis dengan menggunakan analisis ragam berdasarkan uji taraf 5%, apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Ganda Duncan (DMRT).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman.

Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tumbuhan yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari leher akar sampai dengan titik tumbuh terakhir.

Hasil uji F 5% (lampiran 1.2) menunjukkan bahwa perlakuan macam pupuk tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penambahan tinggi tanaman, sedangkan perlakuan macam varietas memberikan pengaruh yang nyata, serta tidak ada interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Macam pupuk pada umumnya berpengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.

Tinggi tanaman (cm)

Valerie Mustang

23,67 Mega Ungu 13,67

Minggu ke

Gambar.1. Histogram pertumbuhan tinggi tanaman pada berbagai macam varietas setelah pemupukan.

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa macam varietas yang memberikan purata tertinggi adalah varietasmega ungu (V3) memiliki pertumbuhan vegetatif yang paling tinggi. Pada minggu pertama menunjukkan Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa macam varietas yang memberikan purata tertinggi adalah varietasmega ungu (V3) memiliki pertumbuhan vegetatif yang paling tinggi. Pada minggu pertama menunjukkan

tinggi tanaman 3,67 cm, pada minggu ke 7 varietas terong ungu pertumbuhan vegetatifnya mencapai tinggi tanaman tertinggi yaitu 48,5 cm. Hal ini disebabkan karena tanaman mega ungu memiliki pertumbuhan yang indsterminant.

Tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh proses metabolisme dalam tubuh tanaman itu sendiri. Dimana dalam melangsungkan aktivitas metabolisme tersebut tanaman membutuhkan nutrisi yang dapat diperoleh dari pemupukan baik melalui media tanam. Pertumbuhan vegetatif tanaman membutuhkan unsur N yang tinggi untuk membantu dalam proses pertumbuhan dan pembelahan sel.

Pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman terong ungu sangat memerlukan ketersediaan unsur hara baik itu unsur hara makro terutama unsur nitrogen. Fungsi nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan daun, batang dan membantu pembentukan akar. Dalam jumlah unsur nitrogen yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatifnya semakin meningkat. Tabel.1. Rerata tinggi tanaman pada berbagai varietas terong ungu pada umur

112 HST.

Varietas Rerata tinggi tanaman (cm) Valerie

Mega ungu

73,99 a

Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata.

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa macam varietas mega ungu, valerie dan mustang berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Sedangkan pada Varietas mega ungu memberikan purata yang tertinggi yaitu 73,99 cm, kemudian 68,09 cm pada varietas mustang, sedangkan pada varietas valerie menunjukkan purata yang paling rendah yaitu 61,69 cm. Hal ini disebabkan karena faktor genetik dan fisiologi dari varietas itu sendiri, yaitu varietas mega ungu merupakan tanaman yang indeterminant dimana pertumbuhannya akan tetap berjalan walau masa vegetatifnya sudah selesai.

iii

B. Jumlah Daun.

Daun yang disokong oleh batang merupakan pabrik karbohidrat bagi tanaman budidaya. Daun diperlukan untuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya untuk pertumbuhan dan menghasilkan panen melalui fotosintesis (Gardner et al., 1991).

Jumlah daun tiap tanaman diamati setelah 7 HST sampai 112 HST. Pada hasil uji F taraf 5% (Lampiran 1.4) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara macam pupuk NPK dengan macam varietas tiap tanaman. Perlakuan macam pupuk tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun, serta macam varietas menunjukkan berbeda nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Tabel 2. Rerata pengaruh macam pupuk NPK dengan macam varietas

terhadap jumlah daun pada umur 112 HST.

Varietas Rerata jumlah daun (helai) Valerie

Mega ungu

68,46 a

Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata.

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa perlakuan terhadap macam varietas mega ungu memberikan jumlah daun tertinggi yaitu 68,46 helai kemudian mustang dengan 47,92 helai, dan yang paling rendah adalah varietas valerie sebanyak 46,05 helai. Hal ini diduga karena varietas mega ungu masing-masing perlakuan yang diberikan memiliki kemampuan yang hampir sama dalam menunjang pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan oleh variabel jumlah daun. Diduga bahwa faktor genetik dari tanamanlah yang cenderung mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun dibandingkan dengan faktor lingkungan. Hal ini dijelaskan Gardner et al., (1991) bahwa jumlah bakal daun yang terdapat pada embrio biji yang masak merupakan Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa perlakuan terhadap macam varietas mega ungu memberikan jumlah daun tertinggi yaitu 68,46 helai kemudian mustang dengan 47,92 helai, dan yang paling rendah adalah varietas valerie sebanyak 46,05 helai. Hal ini diduga karena varietas mega ungu masing-masing perlakuan yang diberikan memiliki kemampuan yang hampir sama dalam menunjang pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan oleh variabel jumlah daun. Diduga bahwa faktor genetik dari tanamanlah yang cenderung mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun dibandingkan dengan faktor lingkungan. Hal ini dijelaskan Gardner et al., (1991) bahwa jumlah bakal daun yang terdapat pada embrio biji yang masak merupakan

karakteristik spesies. Jumlah daun dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan.

Jumlah daun

Valerie 23,67

Mus tang 18,67

Mega Ungu 13,67 8,67 3,67

Minggu ke

Gambar 2 Histogram jumlah daun terong ungu pada berbagai macam varietas setelah pemupukan.

Berdasarkan Gambar 2 perlakuan macam varietas yang menunjukkan pertumbuhan jumlah daun yang terbanyak adalah pada varietas mega ungu (V3), hal ini ditunjukkan pada 2 MST pertumbuhan macam varietas yang menunjukkan jumlah helai daun 9 helai daun, sedangkan pada 6 MST tinggi varietas mega ungu sangat pesat yaitu 29 helai daun. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik dan faktor suhu dan kelembaban yang menyebabkan proses pertumbuhan dan fotosintesis bisa mengelami perkembangan.

Semakin tinggi unsur K maka semakin banyak jumlah daun yang dihasilkan. Roesmayanti (2004) menambahkan bahwa unsur K berperan penting dalam fotosintesis, karena secara langsung meningkatkan

pengambilan karbondioksida (CO 2 ).

C. Saat Berbunga.

Pembungaan merupakan masa transisi tanaman dari fase vegetatif menuju fase generatif, yaitu dengan terbentuknya kuncup-kuncup bunga. Pada umumnya proses fisiologis dan morfologis yang mengarah pada pembungaan dan pembuahan merupakan respon terhadap fotoperiode (panjang hari) dan temperatur (Gardner et al., 1991). Pengamatan saat muncul bunga pertama dilakukan hanya sekali yaitu ketika bunga pertama pada tanaman terong ungu muncul.

Perhitungan saat berbunga dilakukan dengan mencatat jumlah hari saat bunga mekar tiap tanaman dinyatakan dalam satuan hari setelah tanam. Dari hasil analisis ragam taraf 5% (Lampiran 1.6) menunjukkan bahwa perlakuan macam pupuk terhadap muncul bunga pertama berpengaruh nyata, sedangkan pada macam varietas tidak berpengaruh nyata terhadap saat muncul bunga pertama, dan interaksi antara macam pupuk dengan macam varietas berpengaruh tidak nyata.

Berdasarkan pada Tabel. 3 dapat diketahui bahwa macam pupuk pada mutiara memberikan purata terlama 31,64 hari dibandingkan dengan macam pupuk lainnya, kemudian macam pupuk Multi NPK selama 29,87 hari, dan yang tercepat dengan pupuk Phonska selama 27,67 hari. Hal ini diduga karena kandungan unsur P pada macam pupuk phonska lebih efisien yang diserap tanaman sehingga tidak kelebihan unsur atau kekurangan unsur tersebut sehingga tepat digunakan untuk mempercepat pemunculan bunga. Tabel. 3 Rerata saat berbunga pada berbagai macam pupuk umur 30 HST

Macam pupuk Rerata saat berbunga (HST) Multi NPK

29,87 ab Phonska

27,67 b

Mutiara 31,64 a

Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata.

Saat bebunga berkaitan erat dengan pemenuhan unsur hara terutama unsur phospat (P) yang berfungsi untuk mendorong tanaman masuk ke fase generatif. Fase generatif ditandai dengan terbentuknya primordial bunga dan Saat bebunga berkaitan erat dengan pemenuhan unsur hara terutama unsur phospat (P) yang berfungsi untuk mendorong tanaman masuk ke fase generatif. Fase generatif ditandai dengan terbentuknya primordial bunga dan

berkembang menjadi bunga yang siap mengadakan penyerbukan (Yunus dan Tri Haryanto, 1986).

Pembungaan merupakan masa transisi tanaman dari fase vegetatif menuju fase generatif yaitu dengan terbentuknya kuncup-kuncup bunga. Pada umumnya proses fisiologis dan morfologis yang mengarah fotoperiode (panjang hari) dan temperatur (Gardner, et al., 1991).

D. Berat Kering Brangkasan.

Sitompul dan Guritno (1995) mengatakan bahwa biomassa meliputi seluruh bagian bahan makanan yang dihasilkan dari proses fotosintesis, serapan hara, dan unsur hara. Bahan kering suatu tanaman merupakan hasil dari semua proses metabolisme yang berjalan dengan baik akan menghasilkan bahan kering yang besar pula.

Hasil uji F 5% (lampiran 1.8) menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara macam pupuk dan macam varietas terhadap berat kering brangkasan. Perlakuan macam pupuk berpengaruh nyata, sedangkan macam varietas tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa pada perlakuan macam pupuk mutiara memberikan nilai purata yang tertinggi yaitu dengan jumlah total 12,57 gram. Hal ini diduga varietas mega ungu mampu memberikan nilai yang tertinggi dalam laju fotosintesisnya karena faktor genetik dari tanaman tersebut dan faktor lingkungan yaitu cahaya matahari. Pemberian pupuk dengan unsur P yang tinggi sehingga akan mendorong pertumbuhan tanaman dan laju fotosintesis pada suatu tanaman (Isdarmanto, 2009). Tabel 4. Rerata berat kering brangkasan pada berbagai perlakuan macam

pupuk umur 112 HST.

Macam pupuk Rerata Berat kering brangkasan (g) Multi NPk

Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata.

vii

Berat brangkasan merupakan salah satu indikator pertumbuhan yang penting karena mempunyai hubungan yang erat dengan hasil tanaman. Berat kering brangkasan merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman. Hal ini didasarkan oleh kenyataan bahwa taksiran biomassa atau berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan integritas dari hampir semua peristiwa sebelumnya yang dialami oleh tumbuhan (Sitompul dan Guritno, 1995).

Menurut Paelongan et al., (2004) untuk mengetahui hasil proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman adalah dengan menentukan berat kering yang dihasilkan dan pertambahan ukuran bagian-bagian tanaman yang mengakibatkan bertambahnya biomassa tanaman dalam hal ini berat kering tanaman.

Perkembangan tanaman merupakan suatu kombinasi dari sejumlah proses yang komplek yaitu mengarah pada akumulasi bahan kering tanaman (Gardner et al., 1991). Berat kering merupakan bahan organik yang terdapat dalam bentuk biomassa. Biomassa ini merupakan cermin dari penangkapan energi oleh tanaman pada proses fotosintesis berjalan baik (Harjadi, 1990). Berat kering yang terbentuk mencerminkan banyaknya fotosintat hasil fotosintesis, karena bahan kering sangat tergantung pada laju fotosintesis tersebut (Dwijoseputro, 1986).

E. Jumlah Total Buah Pertanaman.

Buah terong merupakan buah sejati tunggal dan tidak akan pecah jika buah telah masak. Kulit buah luar berupa lapisan-lapisan tipis berwarna ungu gelap yang mengkilap daging buah tebal, lunak dan berair, buah menggantung di ketiak daun. Pengamatan jumlah buah yang dipanen dilakukan setiap dijumpai apabila buah yang sudah berwarna ungu kehitam-hitaman akan siap di panen atau sekitar 23 HST sekali, dengan menghitung banyaknya buah yang dihasilkan oleh tanaman.

Dari hasil uji F 5% (lampiran 1.10) menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara macam pupuk dengan macam varietas terong ungu terhadap Dari hasil uji F 5% (lampiran 1.10) menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara macam pupuk dengan macam varietas terong ungu terhadap

jumlah buah yang dipanen tiap tanaman. Perlakuan macam pupuk dan macam varietas terhadap jumlah buah yang dipanen tiap tanaman tidak berbeda nyata.

Berdasarkan (Gambar 5) dapat diketahui bahwa perlakuan kombinasi M3V2 (pupuk mutiara dengan varietas mustang) dan M1V2 (pupuk multi NPK dengan varietas mustang) sama yaitu 1,44 buah, karena diduga kombinasi Unsur K yang tinggi pada kandungan pupuk mutiara dengan pupuk multi NPK dapat memacu tanaman untuk proses pembentukan dan pertumbuhan buah sampai menjadi masak.

M2V2 M2V3 M3V1 M3V2 M3V3

Perlakuan

Keterangan : M1 = pupuk multi NPK; M2 = pupuk phonska; M3 = pupuk mutiara; V1 = valerie; V2 = mustang; V3 = mega ungu

Gambar 5. Histogram jumlah buah yang dipanen per tanaman pada berbagai kombinasi perlakuan

Darjanto dan Satifah (1990) mengatakan bahwa untuk pertumbuhan buah diperlukan zat hara terutama nitrogen, fosfor dan kalium. Kekurangan zat tersebut dapat menggangu pertumbuhan buah. Unsur nitrogen diperlukan untuk pembentukan protein. Unsur fosfor untuk pembentukan protein dan sel baru. Fosfor juga membantu dalam mempercepat pertumbuhan bunga, buah dan biji. Kalium juga dapat memperlancar pengangkutan karbohidrat dan memegang peranan penting dalam pembelahan sel, mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan buah sampai menjadi masak.

ix

F. Berat buah

Pengamatan berat buah dipanen tiap tanaman dengan menghitung berat buah yang dipanen setiap 23 HST. Hasil uji F 5% (lampiran 1.12) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi macam varietas dengan macam pupuk. Perlakuan macam varietas berbeda nyata terhadap berat buah yang dipanen, sedangkan macam pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap berat buah yang dipanen.

ah 56,87 58 62,16 u 60 b

M1V1 M1V2 M1V3 M2V1 M2V2 M2V3 M3V1 M3V2 M3V3

Macam perlakuan: M1:multi NPK, M2 : phonska, M3:mutiara, V1:Valerie, V2: mustang, M3: mega ungu

Gambar 6. Histogram berat buah terong ungu berbagai kondisi perlakuan

Berdasarkan Gambar 6 bahwa kombinasi perlakuan M2V1 (macam pupuk phonska dan macam varietas valerie) menunjukkan berat buah tertinggi yaitu 81,24 gram. Hal ini diduga disebabkan karena varietas valerie tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda dalam pembentukan buah. Menurut Darjanto dan Satifah (1990) disamping faktor luar, genetik juga menentukan apakah penyerbukan mengakibatkan pembuahan dan apakah embrio yang terbentuk setelah pembuahan mempunyai kemampuan berkembang terus.

Adanya peningkatan suplai unsur hara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman dapat menyebabkan produktivitas tanaman yang optimal. Hasil tanaman dipengaruhi oleh unsur hara nitrogen, fosfor dan Adanya peningkatan suplai unsur hara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman dapat menyebabkan produktivitas tanaman yang optimal. Hasil tanaman dipengaruhi oleh unsur hara nitrogen, fosfor dan

Tabel. 5. Rerata berat buah pada berbagai perlakuan macam varietas umur 112 HST

Macam varietas Rerata buah (g) Valerie

222,63 a Mustang 212,8 a Mega ungu 159,02 b

Keterangan: Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Pada Tabel 5 menunjukkan varietas mega ungu menunjukkan variabel berat buah tertinggi. Hal ini diduga karena varietas mega ungu memiliki berat per buah paling tinggi di bandingkan dengan varietas mustang dan varietas valerie.