BAB IX - DOCRPIJM b20dd13cd6 BAB IX03 9 RV RPI2JM KDS Aspek Pembiayaan

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya

BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN

Berdasarkan peraturan perundangan, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat
provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana lainnya
yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan
skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman
dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS),
maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh

karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal
dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.1. Profil Perkembangan APBD Kabupaten Kudus
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Kudus selama 3-5 tahun terakhir dengan
sumber data berasal dari dokumen Realisasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang
dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
LAPORAN AKHIR

IX-1

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya

9.1.1. Kinerja Pendapatan
Kinerja pelaksanaan APBD merupakan gambaran tentang capaian pengelolaan anggaran
pendapatan dan belanja yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten. Capaian anggaran

menunjukkan prestasi yang berhasil diraih oleh Pemerintah Daerah, yang digambarkan oleh
besarnya perkembangan realisasi anggaran pendapatan. Capaian perkembangan realisasi
pendapatan dan proporsi % (persentase) rata-rata dapat menunjukkan pos pendapatan manakah
yang memiliki laju perkembangan tercepat. Pos pendapatan itulah yang kiranya dapat diandalkan
sebagai potensi sumber pendapatan di masa datang. Berikut ini gambaran kinerja capaian realisasi
pendapatan Kabupaten Kudus.
Tabel IX.1
Anggaran dan Realiasasi Pendapatan Daerah Kabupaten Kudus (juta Rp.)
2013
No
1

Rincian
PENDAPATAN ASLI DAERAH

2014
Realiasasi
Anggaran

Anggaran


2015
Realiasasi
Anggaran

Anggaran

Realiasasi
Anggaran

Anggaran

138.912,02

144.995,09

206.560,19

234.073,38


255.275,39

259.295,91

1.1

Pajak Daerah

50.392,79

58.194,21

60.446,00

63.085,73

71.511,00

78.860,99


1.2

Retribusi Daerah

20.609,92

15.588,52

22.092,88

21.083,38

19.137,81

18.093,28

1.3

Bagian Laba Usaha Daerah


4.505,02

4.318,22

5.077,40

5.077,40

8.051,59

8.051,59

1.4

Lain-lain PAD yang sah

63.404,29

66.894,14


118.943,91

144.826,87

156.574,99

154.290,05

2

PENDAPATAN DANA
PERIMBANGAN

930.992,38

954.512,79

1.026.921,25

1.012.351,53


1.057.634,18

784.919,18

2.1

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak

159.376,56

182.896,97

175.880,50

175.108,01

196.167,27

187.347,77


2.2

Dana Alokasi Umum

719.406,94

719.406,94

795.851,85

795.851,85

784.919,18

784.919,18

2.3

Dana Alokasi Khusus


52.208,88

52.208,88

55.188,90

41.391,68

76.547,73

61.238,18

276.913,35

286.675,21

352.251,89

363.812,25


469.423,95

466.980,20

6.571,27

1.076,19

6.426,40

6.248,09

19.927,09

16.282,28

-

-

-

-

-

-

59.225,26

74.958,70

78.870,40

95.320,99

123.345,92

112.356,68

146.439,05

146.439,05

171.705,01

169.337,76

264.681,00

264.680,00

64.677,77

64.201,27

95.250,08

92.905,41

61.469,94

73.661,24

1.346.817,75

1.386.183,09

1.585.733,33

1.610.237,16

1.782.333,52

1.044.215,09

3

PENDAPATAN LAIN-LAIN
YANG SAH

3.1

Hibah

3.2

Dana Darurat

3.3
3.4
3.5

Bagi Hasil Pajak dari Prov dan
Pem.
Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari
Prov/Pemda
Jumlah

Sumber: Kabupaten Kudus Dalam Angka Tahun 2014-2016

Pada tabel di atas terlihat bahwa jenis pendapatan daerah Kabupaten Kudus yang terbanyak adalah
dari pos Dana Alokasi Umum yang pada tahun 2015 sebesar 51,94%. Selain itu, potensi sumber
pendapatan Kabupaten Kudus adalah dari dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bagi Hasil
LAPORAN AKHIR

IX-2

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
Pajak/Bukan Pajak. Berdasarkan perkembangan dari tahun 2013 sampai dengan 2015 terlihat
bahwa realisasi anggaran semakin menurun. Pada tahun 2013, realisasi anggaran sebesar 102,92%
dari rencana anggaran. Pada tahun 2014, realisasi anggaran sebesar 101,55% dari rencana
anggaran. Sedangkan Pada tahun 2015, realisasi anggaran sebesar 98,73% dari rencana anggaran.
Jika dilihat dari tahun 2013 PAD Kabupaten Kudus mengalami peningkatan. Pendapatan tertinggi
diperoleh dari hasil sektor lain-lain PAD yang sah yaitu peningkatannya mencapai 154.290,05 juta
rupiah pada tahun 2015. Penyebab terjadinya perkembangan kondisi tersebut dapat dijelaskan
bahwa perkembangan PAD yang cukup signifikan per tahun karena faktor Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Potensi ke depan yang dimiliki Kabupaten Kudus dari sisi pendapatan daerah adalah: 1) Dilihat dari
proporsi perkembangan, maka PAD merupakan potensi yang dapat digali untuk dikembangkan
menjadi sumber pendapatan daerah; 2) Pendapatan Lain yang Sah yang cenderung meningkat
setiap tahunnya.
9.1.2. Belanja Langsung dan Tidak Langsung
Perkembangan proporsi realisasi Belanja terhadap Anggaran menunjukkan perkembangan kinerja
yang dicapai dalam pengelolaan belanja. Makin kecil proporsi realisasi anggaran dibanding dengan
belanja anggaran (penetapan), maka makin baik atau makin efisien pengelolaan anggaran belanja
APBD Kabupaten Kudus. Tabel berikut menunjukkan kinerja realisasi anggaraan belanja APBD
Kabupaten Kudus 2011-2015.
Pada tahun 2015 (Data Kabupaten Kudus Dalam Angka, Tahun 2016) realiasasi pendapatan daerah
Kabupaten Kudus adalah sebesar 1.759,78 milyar rupiah dengan anggaran sebesar 1.782,33 milyar
rupiah. Dana pendapatan tersebut digunakan untuk belanja darah yang realisasinya sebesar
1.710,86 milyar rupiah dengan anggaran sebesar 2.128,39 milyar rupiah.
Realisasi belanja menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan dana dari Pendapatan yang diperoleh.
Semakin kecil realisasi belanja menunjukkan kinerja yang baik karena terbuka peluang diperolehnya
surplus anggaran. Selain dari proporsinya belanja juga perlu dilihat dari jenisnya.
Struktur belanja daerah Kabupaten Kudus didominasi Belanja Tidak Langsung, dengan proporsi
yang cenderung meningkat dari sebanyak 598.652.921.429 pada tahun 2011 menjadi
929.054.250.000 pada tahun 2015.

LAPORAN AKHIR

IX-3

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya

No
1

Uraian

Tabel IX.2
Perkembangan Proporsi Realisasi Belanja Daerah Dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun

BELANJA TIDAK LANGSUNG
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Balanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja Tidak Langsung
BELANJA LANGSUNG
Belanja Pegawai
Belabja Barang Jasa
Belanja Modal
Jumlah Belanja Langsung
Jumlah Belanja Daerah
Jumlah Pendapatan Daerah
Surplus/(Derfisit)

2

2011

2012

2013

2015

507.984.497.549
70.801.380
37.800.533.500
27.328.859.000

580.192.246.240
1.054.653.530
38.878.555.008
26.663.285.000

647.389.397.621
44.378.263
25.607.571.733
24.098.658.500

815.347.426.000
70.802.000
46.029.515.000
32.371.987.000

752.900.560.000
16.880.000
11.465.430.000
20.244.810.000

2.732.069.950

4.321.279.650

4.319.038.625

6.181.567.000

9.183.180.000

1.449.383.200
598.652.921.429

1.870.960.500
683.900.756.778

3.991.500
738.734.501.503

3.000.000.000
947.813.401.000

451.200.000
929.054.250.000

598.652.921.429
1.005.232.562.979,00
406.579.641.550,00

683.900.756.778
1.102.466.117.000,00
418.565.360.222,00

738.734.501.503
1.386.155.584.659
647.421.083.156

98.360.995.986,00
1.229.169.721.052,00
1.130.808.725.066,00

34.273.530.000
296.202.160.000
451.330.310.000
781.806.000.000
1.710.860.250.000
1.759.781.240.000
48.920.990.000

Sumber: Kabupaten Kudus Dalam Angka, Tahun 2012-2016

LAPORAN AKHIR

2014

IX-4

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
Potensi ke depan yang bisa dilakukan untuk mencapai penghematan adalah mempertahankan atau
bahkan kalau bisa menekan proporsi belanja pegawai. Tantangannya adalah kebutuhan belanja
barang dan belanja modal menunjukkan trend yang meningkat. Adanya penurunan anggaran
belanja operasi tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Kudus dapat menekan belanja
pegawai, maka hal ini patut dilakukan. Namun tentunya pembatasan kuantitas gaji dan tunjangan
pegawai perlu dibarengi dengan pengawasan pelayanan agar tetap terjaga baik. Efisiensi jumlah
tenaga kerja juga dapat diimbangi dengan peningkatan penggunaan teknologi agar dapat
dilaksanakan pelayanan yang cepat dan efisien. Di lain pihak kebutuhan pembangunan baik dalam
bentuk belanja barang maupun belanja modal meningkat secara signifikan.

9.1.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun
pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan Pembiayaan mencakup: (1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; (2) Transfer
dari Dana Cadangan; (3) Penerimaan Pinjaman dan Obligasi; dan (4) Hasil Penjualan Aset Daerah
yang Dipisahkan, maupun berupa Pengeluaran Pembiayaan yang mencakup: (1) Transfer ke Dana
Cadangan; (2) Investasi/Penyertaan Modal Daerah; (3) Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh
Tempo; dan (4) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan.

.

LAPORAN AKHIR

IX-5

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya

No

Uraian

Tabel IX.3
Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun
2011

A
1
2
3
4
5
6
B
1
2
3
4
5

6

PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun Anggaran Sebelumnya
Penerimaan Kembali Pemberian
Dana Talangan Pengadaan
Pangan Dari Lembaga Usaha
Ekonomi
Penerimaan Kembali Pinjaman
Daerah
Penerimaan Kembali pemberian
dana talangan dari LUEP
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian dana talangan
pengadaan pangan kepada LUEP
Pemberian Dana Talngan
Pengadaan Pangan Kepada
Lembaga Usaha Ekonomi
Pedesaan
Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan
Pembiayaan Netto

2012

2013

2015

127.299.510.384,79

107.353.526.000

109.597.422.000

-

-

-

318.129.557.148,00

420.502.500.000

-

-

-

380.580.000,00

-

3.521.770.133

-

-

-

-

1.200.000.000

2.500.000.000

2.500.000.000

380.580.000,00

791.000.000

60.175.170.035

109.853.526.000

112.097.422.282

324.242.714.884,00

421.684.700.000

-

18.579.500.000

6.519.500.000

6.000.000.000,00

24.332.860.000

113.157.736
1.800.000.000

115,000,000
2.500.000.000

113.157.736
2.500.000.000

113.157.736,00

113.160.000
-

-

-

-

-

-

3.713.157.736

21.194.500.000

9.132.657.736

6.113.157.736,00

24.446.020.000

318.129.557.148,00

397.238.680.000

88.659.026.000

Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran Tahun Berkenaan
Sumber: Kabupaten Kudus Dalam Angka, Tahun 2012-2016

LAPORAN AKHIR

2014

-

1.448.938.282.214,00

IX-6

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
9.2. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya (APBN, APBD PROV, APBD
Kabupaten Kudus, Swasta, Masyarakat)
9.2.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN
Tabel IX.4
Perkembangan Alokasi APBN Untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam 4 Tahun Terakhir
Sektor
2012
2013
2014
Pengembangan Air Minum
2.714.600.000
62.395.073.000
6.148.233.000
Pengembangan PLP
8.396.440.000 120.020.000.000
16.200.000.000
Pengembangan Permukiman
10.000.000.000
26.600.000.000 124.764.000 .000
Penataan Bangunan & Lingkungan
27.127.500.000
26.300.000.000
20.774.000.000
Total
48.238.540.000 235.315.073.000
43.122.233.000
Sumber: Laporan LPKJ Kabupaten Kudus Tahun 2012-2015 dan Tim Penyusun, 2016

2015
62.275.803.000
14.450.000.000
22.130.660.000
38.338.000.000
137.194.463.000

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alokasi APBN yang diberikan untuk Kabupaten Kudus
mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2012, alokasi APBN sebesar Rp.
48.238.540.000. mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi RP. 235.315.073.000 kemudian
menurun di tahun 2014 menjadi Rp. 43.122.233.000.
Persentase alokasi dana APBN terbesar untuk tahun 2012 ada di sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan yaitu sebanyak Rp. 8.510.000.000., pada tahun 2013 alokasi terbanyak yaitu pada
sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman sebesar Rp. 120.020.000.000, Pada tahun 2014
alokasi terbanyak yaitu pada sektor Pengembangan Permukiman yaitu sebesar Rp. 124.764.000
.000 sedangkan pada tahun 2015 alokasi terbesar yaitu pada sektor pengembangan air minum yaitu
sebesar Rp. 62.275.803.000.

9.2.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD
Perkembangan investasi pembangunan Cipta Karya yang bersumber dari dana APBD Kabupaten
Kudus selama kurun waktu 3 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IX.5
Perkembangan Alokasi APBD Provinsi
Untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Dalam 4 Tahun Terakhir
2012
2013
2014
Alokasi
Alokasi
Alokasi
Pengembangan Air Minum
2.800.000.000
14.939.500.000
4.000.000.000
Pengembangan PLP
4.790.000.000
28.075.000.000 17.400.000.000
Pengembangan Permukiman
8.510.000.000
11.480.000.000
8.330.000.000
Penataan Bangunan & Lingkungan
110.000.000
26.061.840.000
3.600.000.000
Total APBD Cipta Karya
16.210.000.000
80.556.340.000 33.330.000.000
Sumber: Laporan LPKJ Kabupaten Kudus Tahun 2012-2015 dan Tim Penyusun, 2016
Sektor

LAPORAN AKHIR

2015
Alokasi
17.180.425.000
5.100.000.000
6.080.000.000
3.225.000.000
31.585.425.000

IX-7

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui perkembangan alokasi APBD di sektor Cipta Karya
mengalami pertumbuhan fluktuatif. Pada tahun 2012, alokasi APBD di sektor Cipta Karya sebesar
Rp. 16.210.000.000 tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi Rp. 80.556.340.000 dan pada tahun
2014 menurun kembali Rp. 33.330.000.000 dan pada tahun 2015 kembali menurun menjadi Rp.
31.585.425.000.
Persentase alokasi dana APBD Provinsi terbesar untuk tahun 2012 ada di sektor pengembangan
permukiman yaitu sebanyak Rp. 8.510.000.000., pada tahun 2013 alokasi terbanyak yaitu pada
sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman sebesar Rp. 28.075.000.000. Pada tahun 2014 alokasi
terbanyak yaitu juga pada sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman yaitu sebesar Rp.
17.400.000.000 sedangkan pada tahun 2015 alokasi terbesar yaitu pada sektor pengembangan air
minum yaitu sebesar Rp. 17.180.425.000.
Tabel IX.6
Perkembangan Alokasi APBD Kabupaten Kudus
Untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Dalam 4 Tahun Terakhir
2012
2013
2014
Alokasi
Alokasi
Alokasi
Pengembangan Air Minum
1.431.352.000
14.221.950.000
3.867.500.000
Pengembangan PLP
19.400.807.000
85.705.000.000 42.640.000.000
Pengembangan Permukiman
10.709.800.000
9.742.000.000
6.177.000.000
Penataan Bangunan & Lingkungan
6.038.050.000
15.095.825.000 28.065.000.000
Total APBD Cipta Karya
37.580.009.000 124.764.775.000 80.749.500.000
Sumber: Laporan LPKJ Kabupaten Kudus Tahun 2012-2015 dan Tim Penyusun, 2016
Sektor

2015
Alokasi
13.030.118.000
35.614.000.000
4.612.000.000
5.060.000.000
58.316.118.000

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui perkembangan alokasi APBD di sektor Cipta Karya
mengalami pertumbuhan fluktuatif. Pada tahun 2012, alokasi APBD di sektor Cipta Karya sebesar
Rp. 37.580.009.000 tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi Rp. 124.764.775.000 dan pada tahun
2014 menurun kembali Rp. 80.749.500.000 dan pada tahun 2015 kembali menurun menjadi Rp.
58.316.118.000.
Persentase alokasi dana APBD Kabupaten terbesar untuk tahun 2012 ada di sektor Penyehatan
Lingkungan Permukiman yaitu sebanyak Rp. 19.400.807.000., pada tahun 2013 alokasi terbanyak
yaitu juga pada sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman sebesar Rp. 85.705.000.000, Pada
tahun 2014 alokasi terbanyak yaitu juga pada sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman yaitu
sebesar Rp. 42.640.000.000 sedangkan pada tahun 2015 alokasi terbesar yaitu pada sektor
Penyehatan Lingkungan Permukiman yaitu sebesar Rp. 35.614.000.000.

LAPORAN AKHIR

IX-8

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya

9.2.3. Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi
terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend
historis.
Tabel IX.7
Proyeksi Pendapatan APBD Kabupaten Kudus dalam 5 Tahun Terakhir (Juta Rp)
PROYEKSI ANGGARAN

2016

2019

2020

2021

477.480,17

652.550,72

895.525,82

1.233.607,79

1.705.119,45

1.115.392,40

1.203.767,82

1.299.145,44

1.402.080,08

1.513.170,49

1.633.062,89

553.005,64

654.878,38

775.517,76

918.380,89

1.087.561,77

1.287.908,55

2.019.379,48

2.336.126,37

2.727.213,91

3.215.986,79

3.834.340,05

4.626.090,88

101.016,49

129.396,43

165.749,54

212.315,82

271.964,61

348.371,34

20.113,12

22.358,44

24.854,42

27.629,03

30.713,39

34.142,07

Lain-lain Pendapatan
JUMLAH PENDAPATAN

2018

350.981,44

Pendapatan Asli Daerah
Dana Perimbangan

2017

PENDAPATAN ASLI
DAERAH
Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang
dipisahkan
Lain2 PAD yg sah

9.912,78

12.204,20

15.025,31

18.498,53

22.774,62

28.039,16

219.939,05

313.521,10

446.921,46

637.082,44

908.155,17

1.294.566,87

JUMLAH

350.981,44

477.480,17

652.550,72

895.525,82

1.233.607,79

1.705.119,45

Sumber: Tim Penyusun, 2016

Dari perhitungan proyeksi pendapatan APBD Kabupaten Kudus, dapat diproyeksikan total
pendapatan Kabupaten Kudus sampai dengan tahun 2021 sebesar Rp. 4.626.090.880.000 dengan
perincian PAD meliputi dana perimbangan, pajak daerah, retibusi, BUMD dan lain-lain PAD yang
sah.
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah
dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan
sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat
dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam
3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang
Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR

IX-9

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)


Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah
Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja
bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan
yang berlaku.



Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan.

Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit
APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari
Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan
Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah
Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:


Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75%
dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;



Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang
ditetapkan oleh Pemerintah.



Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.



Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah
untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan
peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah
untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.
DSCR = PAD + DAU + DBH + DBHDR – Belanja Wajib
Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain

LAPORAN AKHIR

IX-10

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
Batas jumlah pinjaman merupakan batas paling tinggi yang dianggap layak menjadi beban APBD
menurut PP No. 107 Tahun 2000 yaitu tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD
tahun sebelumnya.
9.3. Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Keterpaduan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dilakukan untuk
melihat tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya
yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha
dan masyarakat. Kemudian, dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta
Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
9.3.1. Kemampuan Keuangan Daerah
Kemampuan keuangan daerah yang dapat digunakan dalam membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dilihat pada uraian berikut ini :
a) Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN)
Kemampuan pendanaan yang berasal dari APBN dapat diproyeksikan dengan menggunakan
asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Proyeksi kemampuan pendanaan
dari APBN dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IX.8
Proyeksi Pendanaan dari Pemerintah Pusat (juta Rp)
Sektor
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PLP
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan &
Lingkungan
Total

2017
75.353,72
17.484,50
26.778,10
46.388,98

2018
82.889,09
19.232,95
29.455,91
51.027,88

2019
91.178,00
21.156,25
32.401,50
56.130,67

2020
100.295,80
23.271,87
35.641,65
61.743,73

2021
110.325,38
25.599,06
39.205,81
67.918,11

166.005,30

182.605,83

200.866,41

220.953,05

243.048,36

Sumber: Tim Penyusun, 2016

b) Proyeksi dana dari Pemerintah Provinsi (APBD Provinsi)
Tabel IX.9
Proyeksi Pendanaan dari APBD Provinsi Jawa Tengah (juta Rp)
Sektor
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PLP
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan &
Lingkungan
Total

2017
20.788,31
6.171,00
7.356,80
3.902,25

2018
22.867,15
6.788,10
8.092,48
4.292,48

2019
25.153,86
7.466,91
8.901,73
4.721,72

2020
27.669,25
8.213,60
9.791,90
5.193,89

2021
30.436,17
9.034,96
10.771,09
5.713,28

38.218,36

42.040,20

46.244,22

50.868,64

55.955,51

Sumber: Tim Penyusun, 2016

LAPORAN AKHIR

IX-11

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
c) Proyeksi dana dari Pemerintah Kabupaten (APBD Kabupaten)
Tabel IX.10
Proyeksi Pendanaan dari APBD Kabupaten Kudus (juta Rp)
Sektor
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PLP
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan &
Lingkungan
Total

2017
15.766,44
43.092,94
5.580,52
6.122,60

2018
17.343,09
47.402,23
6.138,57
6.734,86

2019
19.077,40
52.142,46
6.752,43
7.408,35

2020
20.985,14
57.356,70
7.427,67
8.149,18

2021
23.083,65
63.092,37
8.170,44
8.964,10

70.562,50

77.618,75

85.380,63

93.918,69

103.310,56

Sumber: Tim Penyusun, 2016

9.3.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi
kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka
Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi
pembangunan infrastruktur permukiman.
a. Strategi Peningkatan DDUB oleh Kabupaten/Kota
Strategi peningkatan pendanaan DDUB oleh Kabupaten Kudus dapat dilakukan melalui
peningkatan penerimaan daerah yang dialokasikan untuk DDUB.
Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) merupakan dana pendamping kegiatan APBN di
kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan
pembangunan bidang Cipta Karya, sehingga dalam upaya peningkatan pendanaan melalui
DDUB, Pemerintah Kabupaten Kudus perlu membuat komitmen dalam rencana pengembangan
dan investasi antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemeritah Kabupaten Kudus sehingga
pengalokasian dana DDUB dapat terealisasi.
b. Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah Dan Efisiensi Pengunaan Anggaran
Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan kapasitas dan
kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang ditujukan
bagi pembiayaan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah, diperlukan
strategi kebijakan keuangan daerah berikut:
1. Mengoptimalisasikan sumber-sumber pendapatan daerah, khususnya sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan
restribusi daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
2. Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan retribusi
daerah.

LAPORAN AKHIR

IX-12

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
3. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pemungut penerimaan daerah yang bersifat
mobilitas maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan
penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola
penerimaan daerah.
5. Penataan performance budget melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan
anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja secara efisiensi, efektif
dan berkesinambungan. Sehingga memberikan hasil yang baik dan biaya rendah.
6. Peninjauan kembali berbagai kebijakan Pemerintah Kabupaten Kudus, terutama yang terkait
dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah.
Selain melalui optimalisasi penerimaan pendapatan, maka untuk meningkatkan penerimaan
daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan dana perimbangan. Berlakunya Undang-undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
membawa perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Undang-undang
tersebut pada prinsipnya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya
keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Seiring
dengan peningkatan pembangunan tersebut, maka pemerintah daerah berdasarkan asas
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembangunan yang diatur dengan sistem perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah mendapatkan pembagian dana perimbangan. Untuk itu
kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan dana perimbangan antara lain melalui:
1. Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah untuk untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN
dan APBD Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana
perekonomian dan pelayanan publik.
2. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak
untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah.
c. Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah
Pemberdayaan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah sebagai salah satu alternatif sumber
pembiayaan daerah dapat ditempuh melalui strategi :

LAPORAN AKHIR

IX-13

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
1. Reformasi Misi Perusahaan Daerah
a) Perusahaan Daerah sebagai salah satu pelaku ekonomi daerah dapat mendayagunakan
aset daerah untuk mewujudkan kemakmuran rakyat;
b) Perusahaan Daerah adalah penyedia pelayanan umum yang menjaga kualitas, kuantitas
dan kontinuitas pelayanan;
c) Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai pendukung perekonomian daerah dengan
memberikan kontribusi kepada APBD, baik dalam bentuk pajak maupun deviden dan
mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melalui multiplier effect yang tercipta dari
kegiatan bisnis yang efisien seperti bertambahnya lapangan kerja dan kepedulian social;
d) Perusahaan Daerah mampu berperan sebagai countervailing power terhadap kekuatan
ekonomi yang ada melalui pola kemitraan. Diharapkan berbagai perusahaan swasta dalam
dan luar negeri berminat melakukan kerjasama dengan BUMD terpilih untuk selanjutnya
membentuk Joint Venture/Joint Operation Company (JV/OC).
2. Restrukturisasi Perusahaan Daerah
Langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja dan kesehatan Perusahaan Daerah, yaitu
tindakan yang ditujukan untuk membuat setiap Perusahaan Daerah menghasilkan laba
termasuk mengubah mekanisme pengendalian oleh Pemerintah Daerah yang semula kontrol
secara langsung melalui berbagai bentuk perizinan, aturan, dan petunjuk menjadi kontrol yang
berorientasi kepada hasil. Artinya Pemerintah Daerah selaku pemegang saham hanya
menentukan target kuantitatif dan kualitatif yang menjadi performance indicator yang harus
dicapai oleh manajemen, misalnya Return On Equity (ROE) tertentu yang didasarkan kepada
benchmarking kinerja yang sesuai dengan perusahaan sejenis;Pengkajian secara
komprehensif terhadap keberadaan Perusahaan Daerah, karena selama ini Perusahaan
Daerah dianggap kurang tepat bila disebut sebagai lembaga korporasi, khususnya, dikaitkan
dengan upaya pemberdayaan BUMD agar dapat menjadi salah satu sumber keuangan
daerah;
Restrukturisasi Perusahaan Daerah dengan prinsip Good Corporate Governance dapat
dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu :
a) Kelompok Perusahaan Daerah PDAM dimana tersedia berbagai pilihan restrukturisasi
Perusahaan yang dapat dilakukan tergantung permasalahan yang dihadapi dan potensi
yang tersedia;
b) Kelompok Perusahaan Daerah Non PDAM, dapat diselesaikan secara kasus per kasus
dengan berbagai pilihan sesuai dengan visi pengelolaan Perusahaan Daerah yang
bersangkutan.
LAPORAN AKHIR

IX-14

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
3. Profitisasi Perusahaan Daerah
Profitisasi Perusahaan Daerah dalam rangka menghasilkan keuntungan atau laba serta
memberikan kontribusi pada Pemerintah Daerah yaitu dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Melakukan proses penyehatan perusahaan secara menyeluruh dengan meningkatkan
kompetensi manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia;
b) Mengarahkan Perusahaan Daerah untuk dapat berbisnis secara terfokus dan
terspesialisasi dengan pengelolaan yang bersih, transparan dan professional;
c) Bagi Perusahaan Daerah yang misi utama untuk pelayanan publik dan pelayanan sosial,
diberikan sasaran kuantitatif dan kualitatif tertentu;
d) Memberdayakan Direksi dan Badan Pengawas yang dipilih dan bekerja berdasarkan
profesionalisme melalui proses fit and proper test;
e) Merumuskan kebijakan yang diarahkan kepada tarif yang wajar, kenaikan harga produk
(minimal menyesuaikan dengan inflasi, tarif listrik, BBM, dan lain-lain) untuk
menghindarkan biaya produksi yang jauh lebih mahal, sehingga profit dapat diraih.
4. Privatisasi Perusahaan Daerah
Privatisasi utamanya bertujuan agar Perusahaan Daerah terbebaskan dari intervensi
langsung birokrasi dan dapat mewujudkan pengelolaan bisnis yang efisien, profesional dan
transparan. Diharapkan setelah melalui tahapan restrukturisasi, pihak perusahaan swasta
akan berminat mengembangkan usaha dengan cara melakukan aliansi strategis dengan
Perusahaan Daerah, dan bila memungkinkan untuk Perusahaan Daerah yang sehat dan
memiliki prospek bisnis dapat menawarkan penjualan saham melalui Pasar Modal yang
didahului Initial Public Offering (IPO). Penataan dan penyehatan Perusahaan Daerah yang
usahanya bersinggungan dengan kepentingan umum dan bergerak dalam penyediaan
fasilitas publik ditujukan agar pengelolaan usahanya menjadi lebih efisien, transparan,
profesional. Hubungan kemitraan dapat dilaksanakan dalam bentuk kerjasama usaha yang
saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, swasta, dan Perusahaan Daerah,
serta antara usaha besar, menengah dan kecil dalam rangka memperkuat struktur ekonomi
nasional. Bagi Perusahaan Daerah yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan umum
didorong untuk privatisasi melalui pasar modal.
Perusahaan Daerah infrastruktur tentunya harus dikelola secara profesional sehingga
kinerjanya dapat ditingkatkan dan mampu menjalin kerjasama yang saling menguntungkan
dengan berbagai pihak operator swasta dan Pemerintah Daerah. Aliansi Stragis dengan
operator swasta sangat dibutuhkan untuk mengisi peluang usaha telekomunikasi yang
kompetitif pada segmen pasar tertentu. Sebagai konsekuensi logis implementasi otonomi
LAPORAN AKHIR

IX-15

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
daerah, maka peranan Pemerintah Daerah sebagai salah satu stakeholder mempunyai
pengaruh yang cukup signifikan dalam penentuan arah kebijakan publik di daerahnya. Untuk
itu perlu dikaji lebih mendalam pengembangan kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak
swasta, baik langsung maupun melalui Perusahaan Daerah dalam dalam rangka menjalin
hubungan kemitraan yang saling menguntungkan.
Untuk memelihara sense of belonging, daerah/ Perusahaan Daerah dan masyarakat dapat
diberi peluang untuk memiliki sebagian saham Perusahaan Daerah tertentu yang berusaha di
daerahnya sehingga merasa ikut memiliki dan turut bertanggung jawab atas keberhasilan
usahanya. Dalam upaya optimalisasi sumber-sumber pembiayaan dan investasi bagi daerah
otonom, diperlukan dukungan pemerintah dalam berbagai bentuk pembinaan dan
pengawasan di berbagai bidang.
d. Strategi Peningkatan Peran Masyarakat Dan Dunia Usaha Dalam Pembiayaan
Pembangunan Bidang Cipta Karya
Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan
bidang Cipta Karya dapat dilakukan melalui :
1.

Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pendapatan asli daerah melalui
pajak daerah dan retribusi daerah.
Intensifikasi salah satu cara dari yang dapat dilakukan oleh Pemerintah daerah
memaksimalkan mitra kerja (peran masyarakat dan dunia usaha) yang ada saat ini, dimana
Pemerintah Daerah mengintensifkan penerimaan melalui pajak dan retribusi yang sudah
ada saat ini.
Ekstensikasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah dalam
memaksimalkan mitra kerja yaitu dari pihak Dispenda mencari sumber-sumber pajak dan
retribusi yang baru sehingga dapat meningkatkan PAD.

2. Meningkatkan kesadaran hukum para wajib pajak dan wajib retribusi.
Peningkatan kesadaran hukum dapat dilakukan melalui sosialisasi terharap Perda Pajak dan
Retribusi kepada masyarakat dan dunia usaha sehingga menumbuhkan kesadaran hukum.
Selain itu, pemberian insentif kepada masyarakat dan dunia usaha dapat dilakukan untuk
memberikan reward kepada masyarakat dan dunia usaha yang taat pajak.
3. Mengembangkan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan.
Pengembangan sistem informasi manajemen di bidang pendapatan dapat dilakukan sebagai
upaya reformasi keterbukaan APBD daerah, sehingga masyarakat dan dunia usaha merasa
ikut andil dalam pembangunan.

LAPORAN AKHIR

IX-16

Penyusunan Review RPI2JM Bidang Cipta Karya
e. Strategi Pendanaan Untuk Operasi, Pemeliharaan Dan Rehabiltasi Infrastruktur
Permukiman Yang Sudah Ada
Strategi pendanaan yang adapt dilakukan oleh Kabupaten Kudus dalam operasionalisasi,
pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman dapat melalui :
1. Optimalisasi penyerapan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi
Dalam usaha peningkatan pendanaan melalui APBN dan APBD Provinsi, beberapa upaya
yang perlu dilakukan adalah :
a. Melengkapi semua persyaratan dalam upaya penyerapan pendanaan melalui APBN dan
APBD
b. Menyiapkan DDUB sesuai kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang
akan diajukan dengan pendanaan APBN, APBD Provinsi
c. Penyiapan MoU antara pengembang dan Pemerintah Kabupaten Kudus untuk pekerjaan
bidang Cipta Karya yang memerlukan MoU
2. Optimalisasi pendanaan melalui upaya pinjaman daerah
Pinjaman daerah dapat dilakukan untuk pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya. Dari
hasil analisis kemampuan daerah dalam mengembalikan pinjaman daerah dengan nilai
DCSR lebih dari 2,5 maka Pemerintah Kabupaten Kudus memiliki kemampuan untuk
mengembalikan pinjaman.
3. Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah
Peningkatan penarikan pajak dan retribusi daerah dapat digunakan sebagai sumber
pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Kudus. Peningkatan penarikan
pajak dapat dilakukan secara intensifikasi maupun ekstensifikasi.
f. Strategi Pengembangan Infrastruktur Skala Regional
Strategi dalam pengembangan infrastruktur yang mempunyai skala regional dapat dilakukan
dengan beberapa tahapan, yaitu :
1. Pemerintah daerah membuat/menyiapkan MoU dengan Pemerintah Daerah lain yang terlibat
dalam pengembangan infrastruktur skala regional
2. Menyerahkan urusan pengelolaan teknis pengembangan infrastruktur skala regional kepada
Pemerintah Provinsi untuk dibentuk unit pelaksana teknis pengelolaan infrastruktur skala
regional.

LAPORAN AKHIR

IX-17