BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - BAB II Nurniati Sofiyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

  Teori keagenan, menjelaskan hubungan antara agent (Manajemen suatu usaha) dan principal (pemilik usaha). Didalam hubungan keagenan (agency ) terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal)

  relationship

  memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Septriana, 2010). Pemilik usaha disebut sebagai pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi sedangkan agen adalah pihak yang mengambil keputusan. Dalam teori keagenan menjelaskan berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer dengan pemegang saham, manajer dengan kreditur atau antara pemegang saham, kreditur dan manajer yang disebabkan adanya hubungan keagenan (agency relationship) (Septriana, 2010).

  Menurut Jensen (1986), dalam Febrianty (2011), agency problem timbul karena orang cenderung untuk mementingkan dirinya sendiri dan munculnya konflik ketika beberapa kepentingan bertemu dalam suatu aktivitas bersama. Konflik kepentingan mendasari adanya biaya keagenan, dengan asumsi rasionalitas ekonomi dimana orang akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum pemenuhan kepentingan orang lain. Cooke (1989) dalam Febrianty (2011), berpendapat bahwa biaya agensi meningkat saat pemegang saham menjadi semakin jauh dari manajemen, karena perusahaan yang tidak listing cenderung memiliki jumlah pemegang saham yang lebih kecil, maka biaya agensi diperkirakan lebih rendah daripada untuk perusahaan yang listing. Sebaliknya, berkenaan dengan semakin besar pemisahan antara pemilik dan manajer, maka perusahaan yang listing lebih besar kemungkinannya untuk mengucurkan biaya agensi yang lebih tinggi, misalnya biaya pengawasan. Biaya-biaya ini bisa dikurangi melalui pengungkapan sukarela tambahan informasi perusahaan (Schipper, 1981). Jadi didapatkan kesimpulan bahwa indikasi audit delay bagi pihak perusahaan emiten adalah diperlukannya biaya agensi untuk mengembalikan kepercayaaan investor seperti biaya untuk pengungkapan informasi tambahan, kaitannya adalah semakin panjang audit delay dan semakin sering audit delay terjadi maka akan semakin besar pula biaya agensi yang harus dikeluarkan Febrianty (2011).

2.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)

  Isyarat atau signal adalah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan dimana manajemen mengetahui informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan daripada pihak investor. Oleh karena itu, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada para stakeholder. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti publikasi laporan keuangan. Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada pasar. Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal good news atau bad news. Sinyal yang diberikan akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham perusahaan. Jika sinyal manajemen mengindikasikan good news, maka dapat meningkatkan harga saham. Namun sebaliknya, jika sinyal manajemen mengindikasikan bad news dapat mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan. Oleh karena itu, sinyal dari perusahaan merupakan hal yang penting bagi investor guna pengambilan keputusan. Investor dapat melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan ekonomi, jika informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Sehingga terjadi asimetris informasi dimana manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (stakeholder). Dalam rangka meminimalisir terjadinya information asymmetry berdasar signaling theory, pihak manajemen wajib membuat struktur pengendalian internal yang mampu menjaga harta perusahaan dan menjamin penyusunan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

  Teori signalling juga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan industri di dalam pengungkapan. Dengan pengungkapan informasi yang lebih luas dapat memberikan sinyal yang lebih banyak kepada publik mengenai kondisi perusahaan. Craven dan Marston (1999) menyatakan jika perusahaan dalam suatu industri gagal untuk mengikuti praktek-praktek pengungkapan dari perusahaan lain, maka mungkin perusahaan tersebut menyembunyikan berita buruk. Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan akan adanya informasi yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan dari investor. Semakin panjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan harga saham. Investor dapat mengartikan lamanya audit delay dikarenakan perusahaan memiliki bad news sehingga tidak segera mempublikasikan laporan keuangannya, yang kemudian akan berakibat pada penurunan harga saham perusahaan Febrianty (2011).

2.3 Auditing

  Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan- pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2009 : 9).

  Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia.

  Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat.

  Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, auditor harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya (PSA No. 02).

2.4 Audit Delay

  Audit delay yaitu rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit

  laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen Aryati dan Theresia (2005) dan Rachmawati (2008). Menurut Febrianty (2011), perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit oleh auditor, perbedaan waktu ini sering disebut dengan audit delay.

  Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur

  dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikan laporan auditor independen (Ashton et al: 1997, Halim: 2000) dalam Utami (2006). Audit delay merupakan salah satu indikator penting yang digunakan oleh investor untuk menilai suatu perusahaan. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit sering dinamai dengan audit

  

delay . Semakin panjang audit delay maka semakin lama auditor dalam

  menyelesaian pekerjaan auditnya. Pada tahun 1996, BAPEPEM mengeluarkan lampiran keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Keputusan 80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan dan laporan auditor independennya kepada BAPEPEM selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal laporan tahunan perusahaan. Namun sejak 30 September 2003, BAPEPEM semakin memperketat peraturan dengan dikeluarkannya lampiran surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan (Ramos, 2012). Pada tahun 2012, BAPEPAM mengeluarkan lampiran keputusan mengenai penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik dengan Nomor: Kep- 431/BL/2012, yang mewajibkan setiap perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen kepada bapepam paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir.

2.5 Opini Auditor

  Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor atas laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses audit. Opini audit yang baik harus mengemukakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit sesuai dengan ketentuan standar akuntansi keuangan dan tidak ada penyimpangan material yang dapat mempengaruhi pengambilan suatu keputusan. Alat ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah metode interval yaitu Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) diberi skor 5, Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (Unqualified Opinion Report with

  ) diberi skor 4, Pendapat wajar dengan pengecualian

  Explanatory Language

  (Qualified Opinion) diberi skor 3, Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion) diberi skor 2, Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion) diberi skor 1, Kusumawardani (2013).

  Opini adalah pendapat akuntan independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit. Diukur berdasarkan : perusahaan yang memperoleh jenis pendapat wajar tanpa pengecualian (WTP) maupun jenis WTP dengan paragraf penjelasan, diberi kode 0, sedangkan perusahaan yang memperoleh selain pendapat WTP maupun WTP dengan paragraf penjelasan, diberi kode 1 Sudaryono dan Sinaga (2007). Menurut Santoso (2012), opini

  

unqualified oleh auditor akan mendukung good news perusahaan sehingga

  ingin segera mempublikasikan laporan keuangan tahunan. Sedangkan perusahaan dengan qualified opinion akan mempunyai waktu audit delay yang lebih lama. Kartika (2011) Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya. Opini auditor diukur dengan dummy yaitu untuk opini wajar tanpa pengecualian

  (unqualified opinion) diberi kode dummy 1 dan untuk opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) diberi kode dummy 0. Auditor menyatakan pendapatnya berpijak pada audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing dan atas temuan-temuannya. Kategori opini audit merupakan variabel

  

dummy , dimana opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) diberi

  nilai 1 (satu) dan opini selain wajar tanpa pengecualian diberi nilai 0 (nol) Prabowo dan Marsono (2013).

  Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan atau memuat suatu asersi, bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dikemukakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor (IAI, PSA No. 29 Paragraf 04).

  Mulyadi (2008 : 416), menyatakan bahwa auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan, berikut tipe pendapat auditor : a.

   Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian

  Dengan wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan audit baku.

  b.

  

Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang

Ditambahkan dalam Laporan Audit Baku.

  Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelasan ini dicantumkan setelah paragraf pendapat.

  c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian

  Melalui pendapat wajar dengan pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal- hal yang dikecualikan.

  d. Pendapat tidak Wajar

  Dengan pendapat tidak wajar, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat tidak wajar karena klien tidak mematuhi prinsip akuntansi berterima umum.

e. Pernyataan tidak memberikan Pendapat

  Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

2.6 Internal Auditor

  Internal auditor adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, manentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi (Mulyadi, 2009 : 29).

  Rachmawati (2008) Internal auditor merupakan suatu fungsi penilai independen yang menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian akan kontrol, kinerja, resiko dan tata kelola (governance) perusahaan publik maupun privat untuk menyajikan pencapaian tujuan langsung organisasi. Tugas internal auditor langsung berkaitan dengan pencegahan tindakan kecurangan dalam segala bentuknya atau perluasan dalam setiap aktivitas yang ditelaah, independen terhadap terhadap aktivitas yang diaudit tetapi internal audit siap sedia untuk menanggapi kebutuhan dan keinginan dari semua lingkungan manajemen. Internal Auditor merupakan variabel

  

dummy yang diukur menggunakan 1 (satu) jika perusahaan memiliki internal

auditor 0 (nol) jika perusahaan tidak memiliki internal auditor.

  Internal auditor adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat di mana ia bekerja Al-Haryono Jusup (2001) dalam Indriyani dan Supriyati (2012). Perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang kuat maka memerlukan waktu relatif singkat bagi auditor dalam melaksanakan pengujian ketaatan dan pengujian substantif, sehingga mempercepat proses pengauditan laporan keuangan (Audit Delay) dan meminimalisasi penundaan pengumuman laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik (Timeliness), Wirakusuma (2004) dalam Rachmawati (2008).

  Menurut Sudaryono dan Sinaga (2007), Internal auditor akan sangat dibutuhkan dalam hal melakukan penilaian kualitas struktur pengendalian intern terkait dengan ruang lingkup proses pelaksanaan audit dalam proses pengauditan laporan keuangan tahunan oleh akuntan publik. Internal auditor menunjukkan fungsinya dalam suatu perusahaan adalah untuk memeriksa dan mengevaluasi kecukupan struktur pengendalian intern perusahaan secara periodik dan membuat rekomendasi tentang perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Internal auditor merupakan variabel dummy dengan kode 1 untuk perusahaan yang memilliki divisi internal audit dan kode 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki divisi internal audit.

  Internal auditor bertanggungjawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain kepada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya tersebut, auditor intern mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya (PSA No. 33 Paragraf 02). Meskipun pekerjaan Internal auditor berdampak terhadap prosedur audit, auditor harus melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk mendukung laporan auditor. Bukti yang diperoleh auditor dari pengetahuan pribadi langsung, termasuk pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi umumnya bersifat lebih meyakinkan dibanding dengan informasi yang diperoleh secara tidak langsung (PSA No. 33 Paragraf 18). Sistem pengendalian internal adalah prosedur yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan manajemen yang terdiri atas reliabilitas pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan ketaatan pada ketentuan hukum dan peraturan (Arens, 2008).

  Proses pengauditan laporan keuangan relatif lebih cepat dan resiko penundaan pengumuman laporan keuangan tahunan yang telah di audit ke publik lebih minimal, jika perusahaan memiliki pengendalian intern yang kuat. Oleh karena itu auditor memerlukan waktu yang relatif singkat dalam melakukan pengujian ketaatan dan pengujian substantif (Carslaw dan Caplan, 1991 dalam Sudaryono dan Sinaga, 2007).

2.7 Reputasi Auditor

  Menurut Diantimala (2010), reputasi auditor merupakan nama baik kantor akuntan. Kantor akuntan besar (yang berafiliasi dengan Big four) disebutkan memiliki akuntan yang berperilaku lebih etikal dari pada kantor akuntan lokal atau KAP lokal dengan reputasi afiliasi tidak diketahui. Auditor Big four lebih memiliki reputasi baik dalam opini publik. Kantor akuntan yang lebih besar menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi untuk melindungi reputasinya sebagai akuntan independen dibandingkan dengan kantor akuntan yang lebih kecil.

  Biasanya sumber daya manusia di KAP the Big Four lebih terampil dan lebih banyak dibandingkan dengan yang bukan the Big Four, agar dapat menyelesaikan audit dalam waktu yang lebih singkat. Reputasi auditor dinyatakan dalan dummy variable, perusahaan yang diaudit oleh KAP the big

  four diberi kode 1 dan lainnya diberi kode 0 (Subagyo, 2009). KAP Big Four juga akan mempertahankan reputasinya dengan waktu audit yang

  lebih cepat tetapi tetap menjaga kualitas jasa yang dihasilkan karena mereka didukung oleh kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang lebih baik Santoso (2012). Kantor Akuntan Publik adalah lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya. Semakin besar ukuran KAP maka akan menjamin suatu kredibilitas yang baik bagi KAP itu sendiri. KAP yang sudah besar tentunya memiliki sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu menghasilkan audit laporan keuangan yang dapat dipercaya oleh perusahaan dan para investor. Ukuran kantor akuntan publik diukur dengan metode

  

dummy , dimana The Big Four diberi kode 1 sedangkan untuk Non The Big

Four diberi kode 0 Kusumawardani (2013).

  Kualitas auditan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan go public. Oleh karena itu, underwritter yang memiliki reputasi tinggi, menginginkan emiten yang dijaminnya, memakai auditor yang mempunyai reputasi tinggi pula. Auditor yang memiliki reputasi tinggi, akan menggunakan auditor yang memiliki reputasi, keduanya akan mengurangi underpricing. Reputasi auditor diukur dengan menggunakan dummy dengan mengelompokkan auditor-auditor yang berasal dari KAP yang bermitra dengan kelompok lima besar di Amerika Serikat. Kelompok 5 besar diberi kode 1, sedangkan untuk KAP selain yang bermitra dengan kelompok 5 besar diberi kode 0 Kartika (2011). Ukuran auditor Merupakan tingkat reputasi auditor, perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four diberi kode (1) sedangkan perusahaan yang diaudit oleh KAP lainnya diberi kode (0) Prabowo dan Marsono (2013).

  Menurut Rachmawati (2008) Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik. Febrianty, (2011) menyimpulkan bahwa penyelesaian audit kemungkinan menjadi lebih tepat waktu jika memilih kantor akuntan publik yang kompeten. Reputasi kantor akuntan publik akan meningkat jika penyelesaian waktu audit secara tepat dan klien akan memakai jasanya kembali di waktu yang akan datang sehingga kepercayaan klien akan terjaga. Dengan demikian reputasi auditor kemungkinan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit laporan keuangan.

  Kategori ukuran Kantor Akuntan Publik Menurut Arens dan Loebbeck dalam Kartika (2011), ada empat kategori: 1). Kantor Akuntan Publik Internasional

  “The Big Four” Ada empat

  kantor akuntan publik terbesar di Amerika Serikat, yang disebut sebagai kantor akuntan publik international dan mempunyai julukan

  “the Big Four”. Masing-masing memiliki kantor di setiap kota besar

  di Amerika Serikat dan di banyak kota besar di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia, Pengelompokan data KAP yang berafiliasi dengan

  “The Big four” berdasarkan (www. Ppajp.depkeu.go.id) yaitu :

   Tahun 2010

  a. KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja —affiliate of Ernst &

  Young

  b. KAP Osman Bing Satrio — affiliate of Deloitte

  c. KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja — affiliate of KPMG

  d. KAP Haryanto Sahari — affiliate of Price Waterhouse Cooper .

   Tahun 2011-2012

  a. KAP Purwantono, Suherman dan Surja —affiliate of Ernst &

  Young

  b. KAP Osman Bing Satrio dan rekan — affiliate of Deloitte

  c. KAP Sidharta, dan Widjaja — affiliate of KPMG

  d. KAP Tanudiredja, Wibisana dan rekan — affiliate of Price .

  Waterhouse Cooper

  2). Kantor Akuntan Publik Nasional KAP ini memberikan pelayanan yang sama dengan ―The Big

  Six

  ‖ dan melancarkan persaingan langsung dengan mereka dalam hal menarik klien. Selain itu mereka memiliki hubungan dengan KAP di luar negeri sehingga memiliki juga potensi International. Pada masa belakangan ini makin banyak kantor akuntan publik jenis ini yang juga di wakili di Indonesia. 3). Kantor Akuntan Publik Lokal dan Regional

  Sebagian kantor akuntan publik di Indonesia merupakan kantor akuntan publik lokal dan regional, dan terutama sekali terpusat di pulau Jawa. Beberapa diantaranya cuma melayani klien di dalam jangkauan areanya dan membuka cabang di daerah lain. Kantor akuntan publik ini pun, bersaing dengan kantor akuntan publik lain dalam menarik klien termasuk dengan kantor akuntan publik internasional dan nasional.

  4). Kantor Akuntan Publik Lokal Kecil Menurut Arens dan loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir abadi jusuf (2003), sebagian besar kantor akuntan publik di Indonesia mempunyai kurang dari 25 tenaga kerja professional dalam satu kantor akuntan publik. Mereka memberikan jasa audit dan pelayanan yang berhubungan dengan itu terutama bagi badan organisasi kecil dan organisasi nirlaba, meskipun ada juga diantaranya melayani perusahaan go publik.

2.8 Kerangka Teoritis

  Proses pengauditan laporan keuangan ralatif lebih cepat dan resiko penundaan pengumuman laporan keuangan tahunan yang telah di audit ke publik lebih minimal, jika perusahaan memiliki pengendalian intern yang kuat. Oleh karena itu auditor memerlukan waktu yang relatif singkat dalam melakukan pengujian ketaatan dan pengujian substantif (Carslaw dan Caplan, 1991 dalam Sudaryono dan Sinaga, 2007). Internal auditor akan sangat dibutuhkan dalam hal melakukan penilaian kualitas struktur pengendalian internal yang terkait dengan lingkup proses pelaksanaan audit dalam proses pengauditan laporan keuangan tahunan oleh akuntan publik (Rachmawati, 2008). Internal auditor adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat di mana ia bekerja Al-Haryono Jusup (2001) dalam Indriyani dan Supriyati (2012). Penelitian yang dilakukan oleh Sudaryono dan Sinaga (2007) tentang Faktor yang mempengaruhi rentang waktu penyajian laporan keuangan audit (studi empiris keberadaan divisi internal audit pada perusahan yang terdaftar di BEJ) menyatakan bahwa internal audit berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay.

  Wirakusuma (2004) dalam Trisnawati dan Alvin (2010) menyimpulkan dengan opini wajar tanpa pengecualian (unqualifield opinion), maka tidak diperlukan negosiasi yang berkepanjangan dengan klien, konsultasi dengan rekan auditor yang lebih senior maupun staf teknis lainnya, sehingga audit

  delay yang terjadi cenderung lebih singkat.

  Waktu audit yang cepat merupakan salah satu cara KAP dengan kualitas tinggi untuk mempertahankan reputasi mereka. Besarnya ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) diperlihatkan oleh tingginya kualitas yang dihasilkan dari jasanya yang selanjutnya akan berpengaruh pada jangka waktu penyelesaian audit Sari dan Puspitasari (2012). Pada umumnya kantor akuntan publik (KAP) besar (KAP yang bekerja sama dengan KAP Internasional) memiliki insentif yang kuat untuk menyelesaikan proses audit lebih cepat sehingga dapat mempertahankan reputasi mereka (Ramos, 2012).

  Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardani (2013) tentang faktor- faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur.

  Menemukan bahwa opini auditor dan ukuran KAP secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Ramos (2012) dan Puspitasari dan Sari (2012) menemukan hasil bahwa ukuran KAP mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay. Yuni (2012) menemukan bahwa opini auditor secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Iskandar dan Trisnawati (2010) memperoleh hasil ukuran KAP secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap audit report lag (audit delay).

  Dari penjelasan di atas dapat digambarkan model sebagai berikut: Opini Auditor

  ˗ ˗

  Internal Auditor

  Audit delay ˗

  Reputasi Auditor

  Gambar 1. Kerangka Pemikiran

2.9 Hipotesis

  Berdasarkan telaah literatur dan analisa pada penelitian sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah : H1: Opini auditor, internal auditor dan reputasi auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

  H2: Opini auditor secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay.

  H3: Internal auditor secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay .

  H4: Reputasi auditor secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay .

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif teori agency merupakan dasar yang digunakan untuk - Analisis pengaruh penerapan prinsip good corporate governance terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia

0 2 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Pertambangan yang Ter

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Good Corporate Governance, Kualitas Auditor Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 17 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Likuiditas, Laba, Dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 1 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

0 1 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance and Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Goveranance dan Motivasi Manajemen Laba Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Food And Beverage yang Terdaftar di Bursa

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 0 21