BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif teori agency merupakan dasar yang digunakan untuk - Analisis pengaruh penerapan prinsip good corporate governance terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

  

Perspektif teori agency merupakan dasar yang digunakan untuk

  memahami corporate governance. Hal yang dibahas dalam teori ini adalah hubungan antara prinsipal (pemilik dan pemegang saham) dan agen (manajemen). Menurut Bringham dan Houston (2006:26) Hubungan keagenan terjadi ketika satu atau lebih individu yang disebabkan sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain disebut sebagai agen untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan pada agen tersebut.

  Arifin (2005:7) menyebutkan bahwa Agency Problem adalah perbedaan antara prinsipal dan agen. Prinsipal akan menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan serta mendelegasikan kebijakan pembuatan keputusan kepada agen. Prinsipal memiliki harapan bahwa agen akan menghasilkan return dari uang mereka investasikan. Dilain pihak, agen memiliki kewajiban untuk mengelola perusahaan sesuai dengan keinginan prinsipal. Sebagai wujud dari akuntabilitas manajemen kepada pemilik, setiap periode manajemen memberikan laporan mengenai informasi perusahaan kepada pemiliknya. Menurut Meisser (2006:7) hubungan keagenan mengakibatkan dua permasalahan yaitu:

  a. Terjadinya informasi asimetris, dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang yang sebenarnya dan posisi operasi etnitas dan pemilik. b. Terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat ketidaksamaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik. untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan responbilitas. Corporate Governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi anatara prinscipal dan agent yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

2.2 Sejarah Good Corporate Governance

  Sejarah lahirnya GCG muncul atas reaksi para pemegang saham di Amerika Serikat pada tahun 1980. Dimana pada saat itu di Amerika terjadi gejolak ekonomi yang luar biasa yang mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan restrukturisasi dengan menjalankan segala cara untuk merebut kendali atas perusahaan lain (www.google.com). Tindakan ini menimbulkan protes keras dari masyarakat atau publik. Publik menilai bahwa manajemen dalam mengelola perusahaan mengabaikan kepentingan-kepentingan para pemegang saham merger dan akuisi pada saat itu banyak merugikan para pemegang saham akibat kesalahan manajemen dalam pengambilan keputusan. Untuk menjamin dan mengamankan hak-hak para pemegang saham, muncul konsep pemberdayaan Komisaris sebagai salah satu wacana penegakan GCG. Komisaris Independen adalah Anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan Direksi, Anggota Dewan Komisaris lainnya dan Pemegang Saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Sejauh ini penegakan aturan untuk maupun yang sudah menerapkan tetapi tidak sesuai standar pelaksanaan GCG.

  Pada awalnya Good Corporate Governance hanya berkembang di Inggris dan Amerika, tetapi juga di Indonesia. Bagi Indonesia perkembangan mengenai

  Good Corporate Governance bermula dari usulan penyempurnaan peraturan

  pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di BEJ yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independent dan membentuk komite audit pada tahun 1988, Corporate Governance mulai dikenalkan pada publik di Indonesia.

  Setelah itu pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepakatan (Letter

  of Intent ) dengan International Monetary Fund (IMF) yang mendorong

  terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi penerapan GCG. Pemerintah Indonesia mendirikan satulembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Nomor:KEP-31/M.EKUIN/06/2000.

  Tugas pokok KNKCG merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia. Melalui KNKCG muncul pertama kali pedoman Umum GCG di tahun 2001, pedoman GCG bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris Independen dan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Pada tahun 2004 Pemerintah Koordinator Perekonomian RI No. KEP-49/M.EKON/II/TAHUN 2004 tentang pemebentukan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKG) yang memperluas cakupan tugas sosialisasi Governance bukan hanya di sector korporasi tapi juga di sektor pelayanan publik. KNKG pada tahun 2006 menyempurnakan pedoman GCG yang telah di terbitkan pada tahun 2001 agar sesuai dengan perkembangan.

2.3 Pengertian Good Corporate Governance

  

Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) 2001 Good

Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan

  antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur mengendalikan perusahaan.

  

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)

Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan

  oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap memperlihatkan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang – undangan dan norma yang berlaku. Menurut Sutedi (2012:1) dalam bukunya Good Corporate Governance, pengertian GCG adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang saham/Pemilik keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan

  stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

  Menurut Siswanto dan Aldridge dalam bukunya Good Corporate

  Governance (2005 : 1) kata governance diambil dari kata latin yaitu gubemance

  yang artinya mengarahkan dan mengendalikan (control) kegiatan organisasi termasuk perusahaan. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01 /MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara definisi GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.

  

Good Corporate Governance terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang

  berasal dari dalam perusahaan (Internal) dan unsur yang berasal dari luar perusahaan (eksternal). Unsur-unsur internal perusahaan adalah pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, karyawan, sistem, dan komite audit sedangkan unsur-unsur eksternal adalah kecukupan undang – undang, perangkat hukum, investor, pemberi pinjaman.

  Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Good mengendalikan dan mengawasi hubungan antara pengelola perusahaan dan

  stakeholder perusahaan.

2.4 Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance

  Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) prinsip- prinsip Good Corporate Governance adalah :

  1. Transparansi (Transparency) Dalam prinsip ini, perusahaan dituntut mampu menyediakan informasi yang penting atau materiil dan relevan secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, comparable dan mudah diakses dan dipahami oleh stakeholders karena keyakinan dan kepercayaan stakeholders terhadap perusahaan tergantung pada pengungkapan informasi tersebut. Untuk itu, perusahaan hendaknya menggunakan prinsip-prinsip akuntansi dan audit yang lazim digunakan dan dapat diterima secara luas dalam pengungkapan laporan keuangan. Disamping itu, perusahaan diharapkan mempublikasikan laporan keuangan dan informasi agar investor mudah dalam mengakses informasi yang dibutuhkan, sehingga dapat menghindari benturan kepentingan (conflict of interest). Selain laporan keuangan, perusahaan harus menyediakan informasi-informasi penting lainnya dan kebijakan-kebijakan perusahaan kepada stakeholders, khususnya para pemegang saham. Informasi yang disajikan oleh perusahaan harus mencerminkan keadaan yang sesungguhnya

  (transparency) , tanpa rekayasa oleh pihak manapun.

  Dalam prinsip ini, perusahaan diharapkan dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Prinsip ini ditujukan untuk menghindari

  

agency problem yang muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara

  Pemegang Saham dan Direksi. Usaha yang dilakukan perusahaan untuk menjalankan prinsip ini antara lain dengan memisahkan secara jelas fungsi, hak, wewenang dan tanggungjawab masing-masing organ perusahaan, dan memastikan setiap organ perusahaan mampu melaksanakan fungsinya sesuai dengan anggaran dasar, etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan.

  Untuk meyakinkan bahwa tidak adanya penyimpangan fungsi, hak dan wewenang, maka dibentuk suatu sistem pengendalian internal (SPI) yang efektif dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and

  

punishment system) untuk mendorong semua organ perusahaan melaksanakan

tugas dan kewajiban dengan penuh tanggungjawab.

  3. Responsibilitas (responsibility) Dalam prinsip ini, perusahaan diharapkan patuh terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, termasuk yang berkaitan dengan pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat. Mengingat dalam menjalankan operasinya perusahaan seringkali menghasilkan dampak yang negatif yang harus masyarakat sangat diperlukan. Perusahaan juga diharapkan membantu peran pemerintah dalam mengurangi terjadinya kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja yang terjadi pada segmen masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme pasar.

  Dengan perusahaan mematuhi hukum dan perundang-undangan yang berlaku dan menjalankan tanggung jawab kepada lingkungan dan masyarakat maka kesinambungan usaha dalam jangka panjang akan terwujud dan perusahaan mendapatkan penghargaan sebagai Good Corporate Citizen.

  4. Independensi (Independency) Dalam hal ini perusahaan dikelola secara independent, dimana perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak dipengaruhi oleh kepentingan tertentu, bebas dari conflict of interest dan dari segala pengaruh dan tekanan pihak manapun, sehingga dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan secara objektif. Dalam hal ini pula, setiap organ perusahaan dituntut untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan yang telah ditentukan, tidak mendominasi atau melempar tanggung jawab satu sama lain sehingga kejelasan tugas dan tanggung jawab dapat terlihat. Untuk mewujudkan prinsip ini dapat ditempuh dengan penetapan job

  

description secara jelas dan memastikan setiap organ telah melakukan

tanggung jawabnya dengan baik sesuai apa yang telah ditentukan.

  5. Kewajaran dan Kesetaraan (fairness)

  

asset atau capital yang mereka tanamkan dikelola secara aman. Untuk itu

  perusahaan dituntut untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh kepentingan pemegang saham secara fair, termasuk kepada pemegang saham minoritas. Untuk mewujudkan prinsip ini, dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:

  1. Dalam pengambilan keputusan, perusahaan melibatkan para pemangku kepentingan untuk memberikan kesempatan menyampaikan saran, masukan serta pendapat.

  2. Membuat peraturan untuk melindungi kepentingan saham minoritas dalam perusahaan.

  3. Menetapkan secara jelas peran, fungsi dan tanggung jawab semua organ perusahaan.

  4. Menyampaikan informasi penting secara terbuka dan secara wajar.

  5. Memberikan perlakuan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara professional.

2.5 Indikator Mekanisme Good Corporate Governance

  1. Dewan Komisaris

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.40 tahun 2007 tentang

  Perseroan Terbatas (UUPT) Pasal 1, definisi Dewan Komisaris (Dewan Pengawas) adalah organ perusahaan yang menjalankan tugas pengawasan secara umum dan khusus sesuai dengan anggaran dasar yang telah ditetapkan perusahaan serta memberikan nasihat kepada Direksi. Berdasarkan UUPT tugas pokok dewan komisaris (Sutedi 2012:145) adalah: 1. Mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan perusahaan.

  2. Memberikan nasihat kepada Direksi.

  2. Dewan Komisaris Independen

  Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) mengeluarkan pedoman tentang Komisaris Independen yang ada di perusahaan publik.Bagian IV.C dari pedoman tersebut menyebutkan bahwa pada prinsipnya Komisaris bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk mengawasi kebijakan dan tindakan Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi, jika diperlukan. Untuk membantu Komisaris dalam menjalankan tugasnya, berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan, maka seorang Komisaris dapat meminta nasihat dari pihak ketiga atau membentuk komite khusus. Setiap anggota Komisaris harus berwatak amanah dan mempunyai pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

  3. Dewan Direksi

  Tugas dan fungsi utama Dewan Direksi menjalankan dan melaksanakan pengurusan Perseroan. Menurut Sutedi (2012:127) tugas yang harus dijalankan

  1. Bertindak dengan itikad baik

  2. Senantiasa memperhatikan kepentingan perseroan dan bukan kepentingan dari Dari pemegang saham semata-mata.

  3. Kepengurusan perseroan harus dilakukan dengan baik, sesuai dengan tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya, dengan tingkat kecermatan yang wajar, dengan ketentuan bahwa Direksi tidak diperkenankan untuk memperluas maupun mempersempit ruang lingkup geraknya sendiri.

  4. Tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan Benturan kepentingan antara kepentingan perseroan dengan kepentingan Direksi.

  4. Komite Audit

Komite Audit memegang peranan yang cukup penting dalam

  mewujudkan GCG karena merupakan mata dan telinga Dewan Komisaris dalam rangka mengawasi jalannya perusahaan. Keberadaan Komite Audit yang efektif merupakan salah satu aspek penilaian dalam implementasi GCG. Untuk mewujudkan prinsip GCG, maka prinsip-prinsip GCG harus menjadi landasan utama bagi aktivitas komite audit. Menurut Sutedi (2012: 162) tugas dan tanggung jawab Komite Audit adalah:

  1. Memastikan bahwa perusahaan telah melaksanakan dan mematuhi semua peraturan hukum serta aturan lainnya yang berlaku serta memastikan perusahaan menjalankan kegiatan usahanya secara etis dan bermoral. dianggap sensitive dan rawan terhadap risk management dan sistem internal control yang berlaku diperusahaan tersebut.

5. Kepemilikan Institusional

  Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memnitor manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Menurut Griffin dan Elbert (2007:115) Kepemilikan Institusional adalah investor besar seperti usaha dana yayasan dan dana pensiun yang membeli saham perusahaan dalam jumlah besar.

  Kepemilikan Institusional merupakan kepemilikan saham oleh sebuah lembaga baik lembaga pemerintah dan lembaga swasta yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukannya. Kepemilikan institusional terdiri dari dua yaitu kepemilikan institusional internal dan eksternal.

  Kepemilikan institusional internal adalah kepemilkikan saham oleh institusi bisnis seperti perseroan terbata (PT) yang kepemilikannya terpisah dengan kepemilikan publik. Kepemilikan Institusional eksternal adalah kepemilikan oleh lembaga investasi seperti dana pensiun, asuransi, reksadan, dan perusahaan investasi lainnya dan menjadi bagian dari kepemilikan saham oleh publik.

  Pemilik institusional memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan investor investasi pada divisi tertentu sehingga institusi dapat memantau secara professional perkembangan investasinya.

2.6 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance

  

Menurut Siswanto, Sutojo, Aldridge (2005:5-6), good corporate

governance mempunyai manfaat dan tujuan yaitu:

  1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham dan para anggota non- pemegang saham yang bersangkutan.

  2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja dewan pengurus atau board of directors dan manajemen perusahaan.

  3. Meningkatkan mutu hubungan board of directors dengan manjemen senior perusahaan.

  4. Mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendeglasian wewenang kepada pihak manajemen.

  5. Meningkatkan nilai saham perusahaan sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan kepada publik lebih luas jangka panjang.

  6. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya disuatu perusahaan.

  2.7 Kinerja Keuangan

  Menurut Helfert ( 2003:67) kinerja keuangan perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. mengukur dan menetukan kualitas perusahaan. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan tersebut.

  Menurut Kieso (2008:2) laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Laporan keuangan tersebut dapat menggambarkan keadaan

  financial dan hasil yang telah dicapi perusahaan dalam periode tertentu Dalam

  menilai kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan suatu ukuran atau tolak ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan.

  2.8 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan

  Menurut Van Horne dan Wachowichz (2004:128) analisis keuangan melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan yaitu:

  1. Neraca merupakan ringkasan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada satu titik tertentu biasanya pada akhir tahun.

  2. Laporan laba rugi terdiri dari penghasilan dan biaya perusahaan pada periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun. Dari kedua laporan tersebut, beberapa laporan turunan dapat dihasilkan seperti laporan laba ditahan, laporan sumber, dan penggunaan laporan kas.

  Menurut Roos, Westerfield, dan Jordan (2004:78) rasio keuangan adalah hubungan yang dihitung dan informasi keuangan suatu perusahaan dan digunakan untuk tujuan perbandingan. Rasio menggambarkan suatu hubungan dan yang lain pada laporan keuangan yang lain.

  Dengan menggunakan metode analisis seperti berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran tentang baik atau buruknya posisi keuangan perusahaan.

2.9 Bentuk – bentuk rasio keuangan

  

Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2008:72) ada empat jenis rasio

  keuangan antara lain; 1. Rasio Leverage memperlihatkan seberapa besar berat utang perusahaan.

  2. Rasio Likuiditas mengukur seberapa mudah perusahaan memegang kas

  3. Rasio Efisiensi atau rasio tingkat perputaran mengukur seberapa produktif perusahaan menggunakan aset-asetnya.

  4. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi perusahaan.

  Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai metode yang sama yaitu untuk membuat agar data lebih mudah dimengerti dan dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan bagi pihak – pihak yang membutuhkan. Bagi perusahaan umumnya mempunyai tujuan paling utama adalah mendapatkan keuntungan yang optimal. Meskipun demikian masalah profitabilitas adalah lebih penting dari laba, karena laba yang besar saja belum bias dijadikan ukuran bagi perusahaan tersebut telah bekerja dengan efisien. atau dengan kata lain adalah menghitung profitabilitasnya. Menurut Bringham dan Houston (2001:89) rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dan likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegiatan bisnis yang dilakukannya. Profitabilitas mencakup seluruh pendapatan dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai penggunaan aset dan pasiva dalam satu periode. Profitabilitas dapat digunakan sebagai informasi bagi pemegang saham untuk melihat keuntungan yang benar-benar diterima dalam bentuk dividen. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Return On Assets

  Menurut Sutrisno (2009:222), “ Return On Assets juga disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aktiva yang dilakukan oleh perusahaan.Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan dan semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan aktiva.”

  Laba Bersih Return On Assets = × 100% Total Aktiva

  2.10 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Metode Hasil Penelitian Nama Jurnal Analisis

Data

  Rizky Afriani Pengaruh good Independen (X): Regresi

  1. Komite Audit (2013) corporate Berganda berpen garuh positif governance

  1.Komite Audit dan sig Jurnal terhadap kinerja

  

2.Kepemilikan nifikan terhadap

Manajemen dan keuangan Manajerial kinerja keuangan Teori Vol1 No2 perusahaan di

  3.Kepemilikan tahun 2013 Bursa Efek Institusional 2 .Kepemilikan Indonesia

  

4.Komisaris Manajerial negatif

Independen tidak signifikan

terhadap kinerja Dependen (Y): keuangan

  Kinerja Keuangan

  3. Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

  4. Komisaris Independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

  Iqbal Bukhori, Pengaruh Independen (X) Reagresi

  1. Dewan Direksi Raharja Corporate Berganda tidak berpengaruh (2012) Governan ce dan

  1. Dewan signifikan terhadap Ukuran Direksi kinerja keuangan Jurnal Akuntansi Perusahaan

  2. Dewan Komi perusahaan Diponegoro terhadap Kinerja ris Volume 1 Nomor Perusahaan

3. Ukuran

  2. Dewan Komisaris 1 tahun 2012 Perusahaan tidak berpengaruh Dependen (Y) Kinerja Keuangan Perusahaan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

  3. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Anas Ainur Rachmad

  1. Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan

  Penerapan Good Corporate Governance Berbasis karakteristik Manajerial pada kinerja perusahaan Manufaktur Independen (X)

1. Komite Audit

  3. Dewan Komi saris

  Independen (X)

  4. Dewan Direksi berpengaruh positif dan tidak signifikan

  3. Dewan Komisaris berpengaruh positif tidak signifikan

  2. Dewan Komisaris Independen berpengaruh negative signifikan

  Regresi Berganda 1. kepemilikian institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan

  

5. Komite Audit

Dependen (Y) Kinerja Perusahaan

  4. Ukuran dewan direksi,

  3. Ukuran dewan komisaris,

  2. Komisaris

Independen

  1. Kepemilikan

Institusional

  Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

  4. Dewan Komi saris Inde penden

  (2011) Jurnal Bisnis dan Ekonomi UNDIP Volume 16 Nomor 2 Tahun 2011

  (2012) Jurnal Akuntansi Undayana Volume 2 No 3 Tahun 2013 Pengaruh

  4. Kepemilikan manajerial berpengaruh tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan

  3. Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan

  2. Dewan Direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan

  2. Dewan Direk si

  Berganda

  6. Kepemilikan Institusional Dependen (Y) Kinerja Perusahaan Regresi

  5. Kepemilikan Manajerial

  5. Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan Sawitri Sekaredi

  5. Komite Audit berpengaruh negative tidak signifikan

  Bernard S Does Corporate Independen (X) Regresi

  1.Dewan Direksi Black,Has ung Governance Berganda berpengaruh Jang, Wochan Affect Firm

  1.Dewan signifikan terhadap Kim Value Direksi Tobins Q (2003)

  2.Komisaris

  2. Komisaris Indepen Independen den berpengaruh

  3. Komite Audit Signifikan terhadap Tobins Q Jurnal Of Accounting

  4. Eksternal

  3. Komite Audit Research Volume Auditor berpe

  40 Number 2 ngaruh terhadap

  2003 Dependen (Y) Tobins Q Tobins Q

  4. Eksternal Auditor berpengaruh terhadap Tobins Q

2.11 Kerangka Konseptual

  Pelaksanaan corporate governance yang efektif menciptakan sistem pengendalian perusahaan, sehingga dapat menekan seminimal mungkin peluang terjadinya kecurangan, korupsi, dan penyalahgunaan laporan keuangan wewenang masing – masing organisasi.

  Prinsip – prinsip dasar dari Good Corporate Governance pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan.

  Dikalangan pebisnis, secara umum, GCG diartikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate Governance (CG) diartikan pula sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder.

  Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan kedua kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Indikator Mekanisme corporate governance yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini meliputi : Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit, Kepemilikan Institusional.

  Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan masukan kepada dewan direksi perusahaan. Dengan semakin banyaknya anggota dewan komisaris pengawasan terhadap dewan direksi jauh lebih baik, masukan atau opsi yang didapat direksi akan jauh lebih baik. Dewan Komisaris Independen bertugas memilik weenang untuk mengawasi kebijakan direksi serta memberikan nasihat. Dengan semakin besarnya jumlah komisaris independen maka dapat mendorong untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh

  

stakeholders. Dewan Direksi memiliki peranan yang sangat vital dalam suatu

  perusahaan. Dengan adanya pemisahan peran dengan dewan komisaris, dewan direksi memiliki kuasa yang lebih besar dalam mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan. Jumlah dewan direksi secara logis akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan mengambil keputusan.

  Komite Audit berperan dalam memastikan kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan. Fungsi komite Audit yang efektif dapat meminimalisasi konflik keagenan. terhadap kinerja manajemen. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu investor institusional mampu meniminalisir biaya keagenan.

  Dewan Komisaris (X1)

  Dewan Komisaris Independen

  (X2) Kinerja Perusahaan

  (Y) Dewan Direksi

  (X3) Komite Audit

  (X4) Kepemilikan

  Institusional (X5)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.12 Hipotesis

  Berdasarkan perumusan masalah, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian ini adalah: Ada pengaruh yang signifikan antara ukuran Dewan Komisaris, jumlah Dewan Komisaris Independen, jumlah Dewan Direksi, jumlah orang Komite Audit, jumlah saham Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komponen Arus Kas, Laba Akuntansi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Komponen Arus Kas, Laba Akuntansi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Adsorpsi - Pengaruh Suhu Dan Waktu Aktivasi Terhadap Kualitas Arang Aktif Strobilus Pinus (Pinus Merkusii Jungh & De Vr)

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Uji Daya Hambat Sampo yang Mengandung Minyak Kelapa Murni Terhidrolisis Terhadap Jamur Penyebab Ketombe

0 0 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi - Profil Penderita Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) Tipe Bahaya Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2010

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Kopi Ateng yang Menjual dalam Bentuk Gelondong Merah (Cherry red) dengan Kopi Biji di Desa Bangun Das Mariah, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun)

0 5 16

BAB II GAMBARAN UMUM - Petani Nilam (Studi Deskriptif Terhadap Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Tanaman Nilam Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Petani Nilam (Studi Deskriptif Terhadap Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Tanaman Nilam Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Cost of Equity Capital - Pengaruh Intellectual Capital, Asetri Informasi dan Nilai Pasar Ekuitas terhadap Cost of Equity Capital pada perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI (2011-2013)

0 0 20

Pengaruh Intellectual Capital, Asetri Informasi dan Nilai Pasar Ekuitas terhadap Cost of Equity Capital pada perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI (2011-2013)

0 0 11