EfekPenggunaan Berbagai Level FesesKerbau Fermentasiterhadap Produktivitas dan Kualitas Rumput (Paspalumconjugatum, Brachiaria decumbens, Digitaria milanjiana)
TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk Organik
Kandungan
pupuk
organik
sama
seperti pupuk
anorganik
masing-masing
mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman akan tetapi, nitrogen dan unsur hara
lain
yang
dikandung
pupuk
organik
dilepaskan
secara
perlahan-lahan
sehingga
penggunaannya harus berkesinambungan, nilai pupuk yang dikandung dalam pupuk organik
juga rendah dan sangat bervariasi, penyediaan hara terjadi secara lambat dan menyediakan
hara dalam jumlah terbatas (Sutanto, 2006).
Menurut Madjid et al. (2011) pupuk organic mempunyai perbedaan yang besar
dibandingkan dengan pupuk anorganik baik ditinjau dari respon terhadap tanaman
Tabel 1. Ciri-ciri utama pupuk organik dan pupuk anorganik
Ciri
Pupuk organik
Pupuk anorganik
Respon tanaman
Lambat
Cepat
Tanaman target
Khusus-luas
Luas
Penyediaan hara
Tidak langsung
Langsung
Proses hubungan
tanaman
dengan Biologis
Kimia
Persyaratan mutu
Umumnya belum beku
Baku
Dampak lingkungan
Tidak ada
Ada
Keuntungan yang diperoleh dari pemakaian pupuk organik adalah tahan lama
terhadap tanah dan dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Berbeda dengan
pupuk anorganik/kimia yang cepat direspon oleh tanaman akan tetapi mudah tercuci dan
mudah hanyut.
Pupuk Organik Padat (Feses)
Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur degan sisasisa pakan dan alas kandang. Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan
Universitas Sumatera Utara
nitrogen, asam fosfat dan kalium saja, tetapi karena mengandung hamper semua unsur hara
makro unsur hara makro seperti, nitrogen (N), posfat (P 2 O 5 ), Kalium (K2 O) dan air (H 2 O)
dan mikro, Kalsium (C a ), Magnesium (M g ), Tembaga (C u ), Mangan (M n) dan Boron (B o )
yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah
(Sarno, 2008).
Pupuk kandang (feses ternak) merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang dapat
digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah sebagai bahan organik dalam tanah, pupuk
kandang selain berperan sebagai penyumbang unsur hara untuk tanaman meskipun dalam
jumlah sedikit, juga memperbaiki jumlah fisik tanah dan kimia tanah seperti meningkatkan
kapasitas tukar kation dan meningkatkan kapasitas biologi tanah (Buckman dan Brady,
1982).
Pupuk kandang yang penulis gunakan adalah pupuk kandang reksa yang diproduksi
oleh Reksa subur sembada. Komposisi kandungan pupuk dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan unsur hara dari pupuk kandang Reksa
No
Unsur hara
Jumlah (%)
1
N
1,94
2
P2 O5
1,89
3
K2 O
2,52
4
CaO
2,90
5
MgO
0,70
6
C/N ratio
11,59
7
C organic
9,04
8
pH
6,8-7,5
9
Moisture
Max 25
sumber: reksa subur sembada (2011).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari ternak, baik berupa kotoran padat
(feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urin) sehingga kualitas pupuk
Universitas Sumatera Utara
kandang beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta
jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi
penyimpanan, jumlah dan kandungan haranya (Soepardi, 1979). Pupuk kandang termasuk
urin biasanya terdiri atas campuran 0,5% N, 0,25% P 2 O 5 dan 0,5% K2 O (Tisdale and Nelson,
1965).
Lingga (1991) melaporkan bahwa jenis dan kandungan hara yang terdapat pada
beberapa kotoran ternak padat dan cair dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair.
Nama
Ternak
Kuda
Bentuk
Kotorannya
Padat
Cair
Kerbau
Padat
Cair
Sapi
Padat
Cair
Kambing
Padat
Cair
Domba
Padat
Cair
Babi
Padat
Cair
Ayam
Padat dan
Cair
Kelinci
Padat dan
Cair
sumber: lingga (1991)
Nitrogen
(%)
0.55
1.40
0.60
1.00
0.40
1.00
0.60
1.50
0.75
1.35
0.95
0.40
1.00
Fosfor
(%)
0.30
0.02
0.30
0.15
0.20
0.50
0.30
0.13
0.50
0.05
0.35
0.10
0.80
Kalium
(%)
0.40
1.60
0.34
1.50
0.10
1.50
0.17
1.80
0.45
2.10
0.40
0.45
0.40
Air
(%)
75
90
85
52
85
92
60
85
60
85
80
87
55
2.72
1.10
0.50
55.3
Metode Fermentasi Feses Kerbau
Penambahan Bakteri (MOL)
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa
sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi merupakan segala macam proses
metabolisme (enzim, jasad renik secara oksida, reduksi, hidrolisa atau reaksi kimia lainnya)
yang melakukan perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk
Universitas Sumatera Utara
akhir. Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba
dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi. Studi tentang jenis bakteri
yang respon untuk fermentasi dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe
bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi glukosa
selama proses dekomposisi akhir dari bahan organic yang menghasilkan bahan yang sangat
berguna dan alternatif energy pedesaan (Judoamidjojo et al, 1992).
Secara alami, kotoran ternak akan mengalami dekomposisi sehingga menjadi pupuk
kandang yang siap pakai. Namun, proses ini berjalan sangat lama, berkisar 4-6 bulan. Untuk
mempercepat proses pengomposan, bisa dilakukan dengan pembuatan bioaktivator. Mikroba
yang terdapat dalam bioaktivator akan membantu menguraikan ikatan-ikatan kimia kompleks
menjadi sederhana. Kesulitan mendapatkan pupuk saat musim tanam membuat petani berfikir
keras untuk menghilangkan ketergantungan terhadap pupuk kimia. Kondisi ini memacu para
ahli untuk membuat terobosan dengan menjaga kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah,
memperkaya bahan makanan dalam tanah, dan menetralisir kimia atau racun dalam tanah.
Pemanfaatan pupuk kandang juga dapat mengurangi pemakaian pupuk kinia hingga 50%
untuk satu hektar lahan pertanian.
Suntoro (2006) menyatakan, bahwa pupuk organik mempunyai kelebihan antara lain
meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, serta mengandung zat pengatur
tumbuh yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk cair dengan
memanfaatkan jenis mikroorganisme lokal (MOL) menjadi alternatif penunjang kebutuhan
unsur hara dalam tanah.
Menurut Purwasasmita (2009), larutan MOL (mikroorganisme lokal) adalah larutan hasil
fermentasi yang berbahan dasar berbagai sumber daya yang tersedia. Larutan MOL
mengandung unsur hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi
sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan
Universitas Sumatera Utara
penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida
organik.
Menurut Hadinata (2008), bahan utama dalam pembuatan MOL terdiri dari tiga
komponen antara lain : (1) karbohidrat berasal dari air cucian beras, nasi basi, singkong,
kentang, gandum, rebung, tapai, dan daun gamal; (2) glukosa dari gula merah, cairan gula
pasir, dan air kelapa; (3) sumber mikroorganisme berasal dari keong mas, kulit buah-buahan,
air kencing, dan terasi. Air kelapa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme selama proses fermentasi karena air kelapa mengandung 7,27% karbohidrat;
0,29% protein; beberapa mineral antara lain 312 mg L-1 kalium; 30 mg L-1 magnesium; 0,1
mg L-1 besi; 37 mg L-1 fosfor; 24 mg L-1 belerang; dan 183 mg L-1 klor (Budiyanto, 2002).
Kotoran ternak dimanfaatkan sebagai sumber mikroorganisme dalam pembuatan MOL,
karena kotoran ternak mengandung mikroorganisme selulolitik yang membantu proses
pencernaan. Menurut Wanapat (2001), bakteri dan jamur lignoselulolitik memiliki peran
penting dalam proses perombakan pakan ternak dalam bentuk selulosa di dalam rumen.
Populasi mikroorganisme selulolitik berkembang dengan baik pada ruminansia yang diberi
pakan utama berupa hijauan dengan serat yang tinggi. Faktor-faktor yang berperan penting
dalam proses fermentasi antara lain media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, pH,
temperatur, waktu, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi,
dan rasio C/N dalam bahan (Suriawiria,1996). Mikroorganisme dalam larutan MOL
melakukan perombakan terhadap bahan organik yang terdapat dalam MOL sehingga
terbentuk senyawa yang lebih sederhana. Menurut Hidayat (2006), fermentasi merupakan
perubahan kimia beberapa enzim dengan memanfaatkan bakteri dan jamur sebagai
dekomposer. Perubahan kimia dari fermentasi meliputi proses pengasaman, dan dekomposisi
gula menjadi alkohol dan karbondioksida, serta dekomposisi senyawa organik. Suriawiria
(1996) menyatakan bahwa proses pengomposan alami membutuhkan waktu yang sangat
Universitas Sumatera Utara
lama, antara 6 bulan hingga 12 bulan, sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia
bagi tanaman. Penggunaan mikroorganisme dapat mempersingkat proses dekomposisi dari
beberapa bulan menjadi beberapa minggu. Menurut Lukitaningsih (2010), mikroorganisme
mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar
menyatakan, bahwa lama fermentasi berkisar
2-3 minggu. Hidayat (2006)
4-14 hari, lama fermentasi yang disarankan
adalah 14 hari karena bahan organik telah mengalami proses dekomposisi.
Berdasarkan hasil penelitian Sutari (2009), pembuatan MOL starter dilakukan dengan
proses fermentasi daun gamal dan air kelapa dengan konsentrasi 250 g L-1 air kelapa.
Penggunaan MOL sangat murah dan efisien karena larutan MOL menggunakan bahan alami
yang terdapat di lingkungan sekitar, serta proses pembuatannya yang sederhana. Bahan–
bahan yang terdiri dari daun gamal, urin sapi, dan air kelapa dimasukkan dalam wadah
tertutup, dan difermentasi selama beberapa minggu, setelah itu larutan MOL dapat digunakan
sebagai aktivator dalam pembuatan pupuk kompos atau dapat langsung digunakan sebagai
pupuk cair.
Kerbau Murrah
Kerbau Murrah merupakan kerbau sungai yang paling penting di India dan beberapa
negara lainnya. Kerbau Murrah terdapat juga di Indonesia yang dipelihara di Sumatera Utara
oleh orang-orang keturunan Sikh, India. Bangsa kerbau Murrah berasal dari India di Negara
Bagian Uttar, Pradesh, Haryana, Punyab dan Delhi (Fahimuddin, 1975). Kerbau Murrah
termasuk kerbau yang paling efisien dalam menghasilkan susu. Produksi susunya diperoleh
sebanyak 1800 kg per laktasi dengan kadar lemak 7-8%, sedangkan lama laktasi 9-10 bulan.
Ciri-ciri umum Kerbau Murrah adalahtubuh padat dan pendek, leher dan kepala relatif
kecil, warna kulitnya hitam dengan warna putih pada dahi dan kaki , punggungnya lebar,
tanduk melingkar rapat seperti spiral dan sangat kecil, bobot badan betina dewasa 450 kg dan
dewasa jantan 550 kg, Menghasilkan susu 2.050 liter/laktasi
Universitas Sumatera Utara
Hijauan Makanan Ternak (Paspalumconjugatum, Brachiaria decumbens, dan Digitaria
milanjiana)
Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak
ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum digunakan
oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang besar. Rumput mengandung zat-zat
makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak seperti air, lemak, serat kasar,
beta-protein, mineral serta vitamin.
Dari cara tumbuhnya, rumput dapat digolongkan menjadi dua yaitu rumput liar/alami,
dan rumput budidaya. Ketersediaan rumput alami semakin berkurang dengan meningkatnya
persaingan antara lahan untuk tanaman pangan, perumahan dan industri sehingga perlu
diadakan upaya pembudidayaan rumput alami ini agar tatap lestari dan bernilai ekonomi
(Setyiana dan Abdullah, 1993).
Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor
genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengaruh
iklim termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen. Sementara Mc. Ilroy (1977)
menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada faktor- faktor seperti persistensi,
agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran
produksi musiman, kesuburan tanah dan iklim.
Tabel 4. Analisa Kadar Protein KasardanSeratKasar berbagai Jenis Hijauan Makanan Ternak
Spesies
Protein Kasar
Serat Kasar
3-4 minggu
Rataan
3-4 minggu
Rataan
Andropogon sp
13.20
7.60
26.90
31.00
Chloris gayana
14.90
8.40
27.40
30.10
Panicum maximum
13.50
8.20
28.30
33.80
Pennisetum sp
14.00
9.20
26.00
30.00
Setaria sp
10.90
6.50
30.80
33.00
(sumber: mc.ilroy 1981).
Rumput Paitan(Paspalum conjugatum)
Universitas Sumatera Utara
Rumput paitan merupakan jenis hijauan pakan ternak yang berasal dari Amerika dan
Asia Tenggara. Di Indonesia persedia sangat melimpah yang banyak digunakan sebagai
pakan ternak terutama kerbau, sehingga sering juga disebut rumput kerbau. Paitan tumbuh
dengan baik di daerah dengan ketinggian hingga 1700 meter dpl. Sering ditemukan di
lapangan, dibawah pohon. Klasifikasi Rumput Paitan Divisi: Spermatophyta Sub divisi:
Angiospermae Class: Dicotiledoneae Ordo: Poales Famili: Poaceae Genus: Paspalum Spesies
: Paspalum conjugatum. Ciri-Ciri Rumput Paitan: Berasal dari rumput liar, Tumbuh dengan
cara stolon, Berakar serabut, Tinggi batang 40-60 cm, berdaun pita dengan panjang 30 -40
cm dan berujung runcing, Berbunga dengan 2-3 helai
Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
Rumput Brachiaria decumbens (bede)disebut juga rumput signal berasal dari Afrika
timur. Brachiaria decumbens mempunyai ciri-ciri, tinggi tanaman 30-45 cm, daun kaku dan
pendek, ujung daun meruncing, mudah berbunga, bunga berbentuk seperti bendera.
Brachiaria decumbens disebut rumput gembalaan yang tumbuh menjalar dengan stolon
membentuk hamparan yang lebat. Rumput bede termasuk rumput berumur panjang, dapat
tumbuh dengan membentuk hamparan lebat dan penyebarannya sangat cepat melalui stolon.
Rumput bede tahan penggembalaan berat, tahan injakan dan renggutan serta tahan kekeringan
dan responsif terhadap pemupukan nitrogen. Selain itu rumput ini juga cepat tumbuh dan
berkembang sehingga mudah menutup tanah, tetapi tidak tahan terhadap genangan air.
Rumput ini batangnya kecil mudah menjadi kering. Rumput bede dapat tumbuh baik pada
ketinggian 0-1200 m (dataran rendah sampai dataran tinggi) dengan curah hujan 762-1500
mm/tahun, kemasaman tanah (pH) 6-7 (Kismono dan Susetyo, 1977).
Klasifikasi Rumput Bede (Signal) Divisi : Angiospermae, Class: Monocotyledoneae,
Ordo : Graminales, Family: Graminaea, Genus: Brachiaria, Species : Brachiaria Decumbens.
Biasa ditanaman untuk padang penggembalaan sebagai pakan ternak. Terkadang juga sengaja
Universitas Sumatera Utara
di tanam untuk dilakukan pemotongan seperti halnya rumput gajah dan rumput raja. Rumput
signal sangat cocok ditanam di daerah beriklim tropis dan sub-tropis dengan ketinggian
mencapai 1750 meter dpl, dan kondisi hujan berkisar 1000-1500 mm/ tahun. Di Indonesia
rumput signal sangat mudah ditemukan diantaranya di pinggiran jalan, selokan, lapangan, dan
dipinggiran sawah. Manfaat rumput signal pada daunnya sebagai hijauan pakan
ternakmemiliki nilai palatabilitas berkisar antara 60-70 % baik ternak ruminansia besar
maupun ruminansia kecil. Mampu tumbuh dengan baik pada musim kemarau sehingga dapat
digunakan untuk menanggulangi ketersediaan pakan ternak dikala musim kemarau. Selain itu
bermanfaat sebagai penahan erosi dan penyubur tanah sebab memiliki perakaran yang sangat
kuat dan dalam (Batubara dan Manurung, 1990).
Kandungan isi sel rumput Bede mengalami menurun dengan meningkatnya tingkat
kedewasaan tanaman, sedangkan kandungan fraksi serat (NDF, ADF, dan Lignin) meningkat
dengan meningkatnya tingkat kedewasaan tanaman. Kualitas serat terbaik ditunjukkan oleh
hijauan rumput Bede yang dipotong pada umur 30 hari, dan pemotongan rumput masih tetap
dapat dilakukan sampai umur 40 hari. Keistimewaan rumput ini adalah tahan hidup di musim
kemarau (tahan kering), selain itu karena mempunyai perakaran yang sangat kuat dan cepat
menutup tanah sehingga dapat mengurangi erosi (Siregar, 1987).
Pemotongan atau penggembalaan pertama dapat dilakukan setelah tanaman rumput
bede berumur 2 bulan bila keadaan memungkinkan (cukup hujan) dengan tujuan untuk
meratakan dan merangsang pertumbuhan akar tanaman. Pemotongan/penggembalaan
berikutnya dilakukan setiap 5-6 minggu (40 hari) pada musim hujan, sedangkan musim
kemarau diperpanjang sampai 8 minggu (60 hari). Tinggi potong rumput bede biasanya 5-15
cm dari permukaan tanah pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau biasanya lebih
dari 15 cm dari permukaan tanah.
Universitas Sumatera Utara
Kandungan protein kasar dan serat kasar pada berbagai taraf pemotongan dilaporkan
oleh Siregar dan Djajanegara (1972) adalah, 13,8% dan 29,69% pada pemotongan 20 hari,
8,86% dan 30,63% pada pemotongan 30 hari, 6,24 dan 33,27 pada pemotongan 45 hari serta
5,90 dan 34,1 pada pemotongan 60 hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa protein kasar
pada Brachiaria akan cenderung menurun dan serat kasar akan meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur potong rumput (http://peternakan.litbang.deptan.go.id/)
Rumput Digit (Digitaria milanjiana)
Rumput Digit (Digitaria milanjiana) merupakan tanaman tahunan yang berkembang
dengan stolon membentuk hamparan yang tidak rapat dengan ketinggian 60-120 cm. Bentuk
daun tanaman ini memanjang dan kecil berwarna hijau cerah serta tekstur yang licin. Disukai
oleh ternak dan cukup palatabel. Berasal dari Afrika Selatan. Jenis rumput ini tidak tahan
terhadap penggembalaan yang berat dan terus menerus. Padang penggembalaan perlu
dipangkas dengan cara dipotong atau dengan penggembalaan ringan 6-8 minggu setelah
penanaman. Dapat tumbuh pada tempat yang memiliki tanah berstruktur sedang sampai berat
yang basah (lembab) dengan ketinggian tempat 200-1.500 m dpl dan curah hujan 750-1.000
mm/tahun. Dapat dibiakkan dengan pols dan stolon yang panjangnya 20-30 cm
Produktivitas Hijauan Makanan Ternak
Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak
ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum digunakan
oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang besar. Rumput mengandung zat-zat
makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak, seperti air, lemak, serat kasar,
beta-protein, mineral serta vitamin (Sinaga, 2005).
Untuk mendapatkan produksi yang optimal dan nilai gizi yang tinggi perlu adanya tindakan
kultur teknik secara tepat terutama dalam pengolahan tanah yang baik, pemilihan bibit yang
Universitas Sumatera Utara
baik, penanaman, pengairan dan penyediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
seperti pemberian pupuk (Reksohadiprojo, 1985).
Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang setiap rumput atau hijauan berbeda-beda.
Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari rumput yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal erat kaitannya dengan genetik dari rumput tersebut sedangkan
faktor eksternal merupakan pengaruh dari lingkungan terhadap pertumbuhan hijauan
makanan ternak tersebut. Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dapat terpenuhi secara sempurna. Pemberian pupuk yang cukup
merupakan hal yang penting karena tidak semua mineral yang dibutuhkan oleh tanaman
tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya pemberian zat tambahan dengan dosis yang
tepat. Persyaratan tumbuh juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, persyaratan
tumbuh tersebut meliputi kebutuhan cahaya, nutrisi, air, CO 2 , dan gas-gas lainnya
(Intannursiam, 2010).
Kandungan Nutrisi Hijauan Pakan Ternak ( BK, SK, PK )
Menurut Siregar (1994) hijauan pakan ternak yang baru dipotong masih mengandung
air 70% - 80% agar hijauan pakan mengalami penyusutan kandungan air menjadi 30% - 40%
maka hijauan perlu diangin-anginkan selama 24 jam setelah pemotongan. Kualitas nutrisi
bahan pakan merupakan faktor utama dalam memilih dan menggunakan bahan makanan
tersebut sebagai sumber zat makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan
produksinya, kualitas nutrisi bahan pakan terdiri atas komposisi nilai gizi, serat, energi, dan
aplikasinya pada nilai palatabilitas dan daya cernanya (Amalia, 2000).
Kandungan air dalam hijauan sangat menentukan keberhasilan dalam proses
fermentasi hijauan pakan ternak. Kandungan air yang baik adalah 65% - 75%, hijauan pakan
ternak yang baru dipotong masih mengandung air 70% - 80%. Untuk mencapai kandungan
air 65% - 75% maka hijauan diangin-anginkan sampai hijauan tersebut lentur atau layu
Universitas Sumatera Utara
apabila dipatahkan, tujuannya adalah meningkatkan nilai palatabilitas ternak dan menghindari
ternak terkena bloat/kembung (Siregar, 1994).
Bahan kering hijauan kaya akan serat kasar, karena terdiri dari kira-kira 20% isi sel
dan 80% dinding sel. Dinding sel tersusun atas dua jenis serat yaitu yang larut dalam detergen
asam yaitu hemiselulosa dan sedikit protein dinding sel, dan yang tidak larut dalam detergen
asam yakni ligno-selulosa, yang sering disebut Acid Detergen Fiber (ADF). Isi sel terdiri atas
zat-zat yang mudah dicerna seperti protein, karbohidrat, mineral, dan lemak, sedangkan
dinding sel terdiri atas sebagian besar selulosa, hemiselulosa, peptin, protein dinding sel,
lignin dan silika. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika. Serat kasar
dipengaruhi spesies, umur dan bagian tanaman (Hanafi, 2004).
Menurut Tillman (1998) jumlah abu dalam bahan makanan sangat menentukan
perhitungan BETN. Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari
tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk
menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting.
Anggorodi (1979) menyatakan bahwa protein esensial bagi kehidupan karena zat tersebut
merupakan protoplasma aktif dalam semua sel kehidupan. Protein mempunyai peranan
penting dalam proses pertumbuhan produksi dan reproduksi.
Andadari dan Prameswari (2005) menambahkan bahwa protein kasar adalah protein
murni yang tercampur dengan bahan-bahan yang mengandung nitrogen seperti nitrat, amonia,
dan sebagainya. Protein kasar (PK) mempunyai prinsip yaitu penetapan protein berdasarkan
oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia. Selanjutnya amonia
bereaksi dengan kelebihan asam membentuk ammonium sulfat. Larutan dibuat menjadi basa,
dan ammonium diuapkan kemudian diserap dalam larutan asam borat (Muchtadi, 1989).
Menurut Tillman (1991) lemak adalah semua subtansi yang dapat diektraksi dengan
bahan-bahan biologik dengan pelarut lemak seperti ester, kloroform, benzene karbon, aseton.
Universitas Sumatera Utara
Pada analisa proksimat lemak termasuk dalam fraksi ekstrak eter. Lemak adalah lipida
sederhana yaitu ester dari tiga asam-asam lemak dan trihidro alkohol gliserol. Istilah lemak
meliputi lemak-lemak dan minyak-minyak dan perbedaannya adalah pada sifat fisiknya.
Lemak merupakan solid atau padat pada temperatur kamar 200C sedangkan minyak pada
temperatur tersebut berbentuk cair.
Universitas Sumatera Utara
Pupuk Organik
Kandungan
pupuk
organik
sama
seperti pupuk
anorganik
masing-masing
mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman akan tetapi, nitrogen dan unsur hara
lain
yang
dikandung
pupuk
organik
dilepaskan
secara
perlahan-lahan
sehingga
penggunaannya harus berkesinambungan, nilai pupuk yang dikandung dalam pupuk organik
juga rendah dan sangat bervariasi, penyediaan hara terjadi secara lambat dan menyediakan
hara dalam jumlah terbatas (Sutanto, 2006).
Menurut Madjid et al. (2011) pupuk organic mempunyai perbedaan yang besar
dibandingkan dengan pupuk anorganik baik ditinjau dari respon terhadap tanaman
Tabel 1. Ciri-ciri utama pupuk organik dan pupuk anorganik
Ciri
Pupuk organik
Pupuk anorganik
Respon tanaman
Lambat
Cepat
Tanaman target
Khusus-luas
Luas
Penyediaan hara
Tidak langsung
Langsung
Proses hubungan
tanaman
dengan Biologis
Kimia
Persyaratan mutu
Umumnya belum beku
Baku
Dampak lingkungan
Tidak ada
Ada
Keuntungan yang diperoleh dari pemakaian pupuk organik adalah tahan lama
terhadap tanah dan dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Berbeda dengan
pupuk anorganik/kimia yang cepat direspon oleh tanaman akan tetapi mudah tercuci dan
mudah hanyut.
Pupuk Organik Padat (Feses)
Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur degan sisasisa pakan dan alas kandang. Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan
Universitas Sumatera Utara
nitrogen, asam fosfat dan kalium saja, tetapi karena mengandung hamper semua unsur hara
makro unsur hara makro seperti, nitrogen (N), posfat (P 2 O 5 ), Kalium (K2 O) dan air (H 2 O)
dan mikro, Kalsium (C a ), Magnesium (M g ), Tembaga (C u ), Mangan (M n) dan Boron (B o )
yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah
(Sarno, 2008).
Pupuk kandang (feses ternak) merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang dapat
digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah sebagai bahan organik dalam tanah, pupuk
kandang selain berperan sebagai penyumbang unsur hara untuk tanaman meskipun dalam
jumlah sedikit, juga memperbaiki jumlah fisik tanah dan kimia tanah seperti meningkatkan
kapasitas tukar kation dan meningkatkan kapasitas biologi tanah (Buckman dan Brady,
1982).
Pupuk kandang yang penulis gunakan adalah pupuk kandang reksa yang diproduksi
oleh Reksa subur sembada. Komposisi kandungan pupuk dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan unsur hara dari pupuk kandang Reksa
No
Unsur hara
Jumlah (%)
1
N
1,94
2
P2 O5
1,89
3
K2 O
2,52
4
CaO
2,90
5
MgO
0,70
6
C/N ratio
11,59
7
C organic
9,04
8
pH
6,8-7,5
9
Moisture
Max 25
sumber: reksa subur sembada (2011).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari ternak, baik berupa kotoran padat
(feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urin) sehingga kualitas pupuk
Universitas Sumatera Utara
kandang beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta
jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi
penyimpanan, jumlah dan kandungan haranya (Soepardi, 1979). Pupuk kandang termasuk
urin biasanya terdiri atas campuran 0,5% N, 0,25% P 2 O 5 dan 0,5% K2 O (Tisdale and Nelson,
1965).
Lingga (1991) melaporkan bahwa jenis dan kandungan hara yang terdapat pada
beberapa kotoran ternak padat dan cair dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair.
Nama
Ternak
Kuda
Bentuk
Kotorannya
Padat
Cair
Kerbau
Padat
Cair
Sapi
Padat
Cair
Kambing
Padat
Cair
Domba
Padat
Cair
Babi
Padat
Cair
Ayam
Padat dan
Cair
Kelinci
Padat dan
Cair
sumber: lingga (1991)
Nitrogen
(%)
0.55
1.40
0.60
1.00
0.40
1.00
0.60
1.50
0.75
1.35
0.95
0.40
1.00
Fosfor
(%)
0.30
0.02
0.30
0.15
0.20
0.50
0.30
0.13
0.50
0.05
0.35
0.10
0.80
Kalium
(%)
0.40
1.60
0.34
1.50
0.10
1.50
0.17
1.80
0.45
2.10
0.40
0.45
0.40
Air
(%)
75
90
85
52
85
92
60
85
60
85
80
87
55
2.72
1.10
0.50
55.3
Metode Fermentasi Feses Kerbau
Penambahan Bakteri (MOL)
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa
sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi merupakan segala macam proses
metabolisme (enzim, jasad renik secara oksida, reduksi, hidrolisa atau reaksi kimia lainnya)
yang melakukan perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk
Universitas Sumatera Utara
akhir. Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba
dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi. Studi tentang jenis bakteri
yang respon untuk fermentasi dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe
bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi glukosa
selama proses dekomposisi akhir dari bahan organic yang menghasilkan bahan yang sangat
berguna dan alternatif energy pedesaan (Judoamidjojo et al, 1992).
Secara alami, kotoran ternak akan mengalami dekomposisi sehingga menjadi pupuk
kandang yang siap pakai. Namun, proses ini berjalan sangat lama, berkisar 4-6 bulan. Untuk
mempercepat proses pengomposan, bisa dilakukan dengan pembuatan bioaktivator. Mikroba
yang terdapat dalam bioaktivator akan membantu menguraikan ikatan-ikatan kimia kompleks
menjadi sederhana. Kesulitan mendapatkan pupuk saat musim tanam membuat petani berfikir
keras untuk menghilangkan ketergantungan terhadap pupuk kimia. Kondisi ini memacu para
ahli untuk membuat terobosan dengan menjaga kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah,
memperkaya bahan makanan dalam tanah, dan menetralisir kimia atau racun dalam tanah.
Pemanfaatan pupuk kandang juga dapat mengurangi pemakaian pupuk kinia hingga 50%
untuk satu hektar lahan pertanian.
Suntoro (2006) menyatakan, bahwa pupuk organik mempunyai kelebihan antara lain
meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, serta mengandung zat pengatur
tumbuh yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk cair dengan
memanfaatkan jenis mikroorganisme lokal (MOL) menjadi alternatif penunjang kebutuhan
unsur hara dalam tanah.
Menurut Purwasasmita (2009), larutan MOL (mikroorganisme lokal) adalah larutan hasil
fermentasi yang berbahan dasar berbagai sumber daya yang tersedia. Larutan MOL
mengandung unsur hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi
sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan
Universitas Sumatera Utara
penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida
organik.
Menurut Hadinata (2008), bahan utama dalam pembuatan MOL terdiri dari tiga
komponen antara lain : (1) karbohidrat berasal dari air cucian beras, nasi basi, singkong,
kentang, gandum, rebung, tapai, dan daun gamal; (2) glukosa dari gula merah, cairan gula
pasir, dan air kelapa; (3) sumber mikroorganisme berasal dari keong mas, kulit buah-buahan,
air kencing, dan terasi. Air kelapa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme selama proses fermentasi karena air kelapa mengandung 7,27% karbohidrat;
0,29% protein; beberapa mineral antara lain 312 mg L-1 kalium; 30 mg L-1 magnesium; 0,1
mg L-1 besi; 37 mg L-1 fosfor; 24 mg L-1 belerang; dan 183 mg L-1 klor (Budiyanto, 2002).
Kotoran ternak dimanfaatkan sebagai sumber mikroorganisme dalam pembuatan MOL,
karena kotoran ternak mengandung mikroorganisme selulolitik yang membantu proses
pencernaan. Menurut Wanapat (2001), bakteri dan jamur lignoselulolitik memiliki peran
penting dalam proses perombakan pakan ternak dalam bentuk selulosa di dalam rumen.
Populasi mikroorganisme selulolitik berkembang dengan baik pada ruminansia yang diberi
pakan utama berupa hijauan dengan serat yang tinggi. Faktor-faktor yang berperan penting
dalam proses fermentasi antara lain media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, pH,
temperatur, waktu, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi,
dan rasio C/N dalam bahan (Suriawiria,1996). Mikroorganisme dalam larutan MOL
melakukan perombakan terhadap bahan organik yang terdapat dalam MOL sehingga
terbentuk senyawa yang lebih sederhana. Menurut Hidayat (2006), fermentasi merupakan
perubahan kimia beberapa enzim dengan memanfaatkan bakteri dan jamur sebagai
dekomposer. Perubahan kimia dari fermentasi meliputi proses pengasaman, dan dekomposisi
gula menjadi alkohol dan karbondioksida, serta dekomposisi senyawa organik. Suriawiria
(1996) menyatakan bahwa proses pengomposan alami membutuhkan waktu yang sangat
Universitas Sumatera Utara
lama, antara 6 bulan hingga 12 bulan, sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia
bagi tanaman. Penggunaan mikroorganisme dapat mempersingkat proses dekomposisi dari
beberapa bulan menjadi beberapa minggu. Menurut Lukitaningsih (2010), mikroorganisme
mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar
menyatakan, bahwa lama fermentasi berkisar
2-3 minggu. Hidayat (2006)
4-14 hari, lama fermentasi yang disarankan
adalah 14 hari karena bahan organik telah mengalami proses dekomposisi.
Berdasarkan hasil penelitian Sutari (2009), pembuatan MOL starter dilakukan dengan
proses fermentasi daun gamal dan air kelapa dengan konsentrasi 250 g L-1 air kelapa.
Penggunaan MOL sangat murah dan efisien karena larutan MOL menggunakan bahan alami
yang terdapat di lingkungan sekitar, serta proses pembuatannya yang sederhana. Bahan–
bahan yang terdiri dari daun gamal, urin sapi, dan air kelapa dimasukkan dalam wadah
tertutup, dan difermentasi selama beberapa minggu, setelah itu larutan MOL dapat digunakan
sebagai aktivator dalam pembuatan pupuk kompos atau dapat langsung digunakan sebagai
pupuk cair.
Kerbau Murrah
Kerbau Murrah merupakan kerbau sungai yang paling penting di India dan beberapa
negara lainnya. Kerbau Murrah terdapat juga di Indonesia yang dipelihara di Sumatera Utara
oleh orang-orang keturunan Sikh, India. Bangsa kerbau Murrah berasal dari India di Negara
Bagian Uttar, Pradesh, Haryana, Punyab dan Delhi (Fahimuddin, 1975). Kerbau Murrah
termasuk kerbau yang paling efisien dalam menghasilkan susu. Produksi susunya diperoleh
sebanyak 1800 kg per laktasi dengan kadar lemak 7-8%, sedangkan lama laktasi 9-10 bulan.
Ciri-ciri umum Kerbau Murrah adalahtubuh padat dan pendek, leher dan kepala relatif
kecil, warna kulitnya hitam dengan warna putih pada dahi dan kaki , punggungnya lebar,
tanduk melingkar rapat seperti spiral dan sangat kecil, bobot badan betina dewasa 450 kg dan
dewasa jantan 550 kg, Menghasilkan susu 2.050 liter/laktasi
Universitas Sumatera Utara
Hijauan Makanan Ternak (Paspalumconjugatum, Brachiaria decumbens, dan Digitaria
milanjiana)
Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak
ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum digunakan
oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang besar. Rumput mengandung zat-zat
makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak seperti air, lemak, serat kasar,
beta-protein, mineral serta vitamin.
Dari cara tumbuhnya, rumput dapat digolongkan menjadi dua yaitu rumput liar/alami,
dan rumput budidaya. Ketersediaan rumput alami semakin berkurang dengan meningkatnya
persaingan antara lahan untuk tanaman pangan, perumahan dan industri sehingga perlu
diadakan upaya pembudidayaan rumput alami ini agar tatap lestari dan bernilai ekonomi
(Setyiana dan Abdullah, 1993).
Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor
genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengaruh
iklim termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen. Sementara Mc. Ilroy (1977)
menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada faktor- faktor seperti persistensi,
agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran
produksi musiman, kesuburan tanah dan iklim.
Tabel 4. Analisa Kadar Protein KasardanSeratKasar berbagai Jenis Hijauan Makanan Ternak
Spesies
Protein Kasar
Serat Kasar
3-4 minggu
Rataan
3-4 minggu
Rataan
Andropogon sp
13.20
7.60
26.90
31.00
Chloris gayana
14.90
8.40
27.40
30.10
Panicum maximum
13.50
8.20
28.30
33.80
Pennisetum sp
14.00
9.20
26.00
30.00
Setaria sp
10.90
6.50
30.80
33.00
(sumber: mc.ilroy 1981).
Rumput Paitan(Paspalum conjugatum)
Universitas Sumatera Utara
Rumput paitan merupakan jenis hijauan pakan ternak yang berasal dari Amerika dan
Asia Tenggara. Di Indonesia persedia sangat melimpah yang banyak digunakan sebagai
pakan ternak terutama kerbau, sehingga sering juga disebut rumput kerbau. Paitan tumbuh
dengan baik di daerah dengan ketinggian hingga 1700 meter dpl. Sering ditemukan di
lapangan, dibawah pohon. Klasifikasi Rumput Paitan Divisi: Spermatophyta Sub divisi:
Angiospermae Class: Dicotiledoneae Ordo: Poales Famili: Poaceae Genus: Paspalum Spesies
: Paspalum conjugatum. Ciri-Ciri Rumput Paitan: Berasal dari rumput liar, Tumbuh dengan
cara stolon, Berakar serabut, Tinggi batang 40-60 cm, berdaun pita dengan panjang 30 -40
cm dan berujung runcing, Berbunga dengan 2-3 helai
Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
Rumput Brachiaria decumbens (bede)disebut juga rumput signal berasal dari Afrika
timur. Brachiaria decumbens mempunyai ciri-ciri, tinggi tanaman 30-45 cm, daun kaku dan
pendek, ujung daun meruncing, mudah berbunga, bunga berbentuk seperti bendera.
Brachiaria decumbens disebut rumput gembalaan yang tumbuh menjalar dengan stolon
membentuk hamparan yang lebat. Rumput bede termasuk rumput berumur panjang, dapat
tumbuh dengan membentuk hamparan lebat dan penyebarannya sangat cepat melalui stolon.
Rumput bede tahan penggembalaan berat, tahan injakan dan renggutan serta tahan kekeringan
dan responsif terhadap pemupukan nitrogen. Selain itu rumput ini juga cepat tumbuh dan
berkembang sehingga mudah menutup tanah, tetapi tidak tahan terhadap genangan air.
Rumput ini batangnya kecil mudah menjadi kering. Rumput bede dapat tumbuh baik pada
ketinggian 0-1200 m (dataran rendah sampai dataran tinggi) dengan curah hujan 762-1500
mm/tahun, kemasaman tanah (pH) 6-7 (Kismono dan Susetyo, 1977).
Klasifikasi Rumput Bede (Signal) Divisi : Angiospermae, Class: Monocotyledoneae,
Ordo : Graminales, Family: Graminaea, Genus: Brachiaria, Species : Brachiaria Decumbens.
Biasa ditanaman untuk padang penggembalaan sebagai pakan ternak. Terkadang juga sengaja
Universitas Sumatera Utara
di tanam untuk dilakukan pemotongan seperti halnya rumput gajah dan rumput raja. Rumput
signal sangat cocok ditanam di daerah beriklim tropis dan sub-tropis dengan ketinggian
mencapai 1750 meter dpl, dan kondisi hujan berkisar 1000-1500 mm/ tahun. Di Indonesia
rumput signal sangat mudah ditemukan diantaranya di pinggiran jalan, selokan, lapangan, dan
dipinggiran sawah. Manfaat rumput signal pada daunnya sebagai hijauan pakan
ternakmemiliki nilai palatabilitas berkisar antara 60-70 % baik ternak ruminansia besar
maupun ruminansia kecil. Mampu tumbuh dengan baik pada musim kemarau sehingga dapat
digunakan untuk menanggulangi ketersediaan pakan ternak dikala musim kemarau. Selain itu
bermanfaat sebagai penahan erosi dan penyubur tanah sebab memiliki perakaran yang sangat
kuat dan dalam (Batubara dan Manurung, 1990).
Kandungan isi sel rumput Bede mengalami menurun dengan meningkatnya tingkat
kedewasaan tanaman, sedangkan kandungan fraksi serat (NDF, ADF, dan Lignin) meningkat
dengan meningkatnya tingkat kedewasaan tanaman. Kualitas serat terbaik ditunjukkan oleh
hijauan rumput Bede yang dipotong pada umur 30 hari, dan pemotongan rumput masih tetap
dapat dilakukan sampai umur 40 hari. Keistimewaan rumput ini adalah tahan hidup di musim
kemarau (tahan kering), selain itu karena mempunyai perakaran yang sangat kuat dan cepat
menutup tanah sehingga dapat mengurangi erosi (Siregar, 1987).
Pemotongan atau penggembalaan pertama dapat dilakukan setelah tanaman rumput
bede berumur 2 bulan bila keadaan memungkinkan (cukup hujan) dengan tujuan untuk
meratakan dan merangsang pertumbuhan akar tanaman. Pemotongan/penggembalaan
berikutnya dilakukan setiap 5-6 minggu (40 hari) pada musim hujan, sedangkan musim
kemarau diperpanjang sampai 8 minggu (60 hari). Tinggi potong rumput bede biasanya 5-15
cm dari permukaan tanah pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau biasanya lebih
dari 15 cm dari permukaan tanah.
Universitas Sumatera Utara
Kandungan protein kasar dan serat kasar pada berbagai taraf pemotongan dilaporkan
oleh Siregar dan Djajanegara (1972) adalah, 13,8% dan 29,69% pada pemotongan 20 hari,
8,86% dan 30,63% pada pemotongan 30 hari, 6,24 dan 33,27 pada pemotongan 45 hari serta
5,90 dan 34,1 pada pemotongan 60 hari. Hasil tersebut menunjukkan bahwa protein kasar
pada Brachiaria akan cenderung menurun dan serat kasar akan meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur potong rumput (http://peternakan.litbang.deptan.go.id/)
Rumput Digit (Digitaria milanjiana)
Rumput Digit (Digitaria milanjiana) merupakan tanaman tahunan yang berkembang
dengan stolon membentuk hamparan yang tidak rapat dengan ketinggian 60-120 cm. Bentuk
daun tanaman ini memanjang dan kecil berwarna hijau cerah serta tekstur yang licin. Disukai
oleh ternak dan cukup palatabel. Berasal dari Afrika Selatan. Jenis rumput ini tidak tahan
terhadap penggembalaan yang berat dan terus menerus. Padang penggembalaan perlu
dipangkas dengan cara dipotong atau dengan penggembalaan ringan 6-8 minggu setelah
penanaman. Dapat tumbuh pada tempat yang memiliki tanah berstruktur sedang sampai berat
yang basah (lembab) dengan ketinggian tempat 200-1.500 m dpl dan curah hujan 750-1.000
mm/tahun. Dapat dibiakkan dengan pols dan stolon yang panjangnya 20-30 cm
Produktivitas Hijauan Makanan Ternak
Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak
ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum digunakan
oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang besar. Rumput mengandung zat-zat
makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak, seperti air, lemak, serat kasar,
beta-protein, mineral serta vitamin (Sinaga, 2005).
Untuk mendapatkan produksi yang optimal dan nilai gizi yang tinggi perlu adanya tindakan
kultur teknik secara tepat terutama dalam pengolahan tanah yang baik, pemilihan bibit yang
Universitas Sumatera Utara
baik, penanaman, pengairan dan penyediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
seperti pemberian pupuk (Reksohadiprojo, 1985).
Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang setiap rumput atau hijauan berbeda-beda.
Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari rumput yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal erat kaitannya dengan genetik dari rumput tersebut sedangkan
faktor eksternal merupakan pengaruh dari lingkungan terhadap pertumbuhan hijauan
makanan ternak tersebut. Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dapat terpenuhi secara sempurna. Pemberian pupuk yang cukup
merupakan hal yang penting karena tidak semua mineral yang dibutuhkan oleh tanaman
tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya pemberian zat tambahan dengan dosis yang
tepat. Persyaratan tumbuh juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, persyaratan
tumbuh tersebut meliputi kebutuhan cahaya, nutrisi, air, CO 2 , dan gas-gas lainnya
(Intannursiam, 2010).
Kandungan Nutrisi Hijauan Pakan Ternak ( BK, SK, PK )
Menurut Siregar (1994) hijauan pakan ternak yang baru dipotong masih mengandung
air 70% - 80% agar hijauan pakan mengalami penyusutan kandungan air menjadi 30% - 40%
maka hijauan perlu diangin-anginkan selama 24 jam setelah pemotongan. Kualitas nutrisi
bahan pakan merupakan faktor utama dalam memilih dan menggunakan bahan makanan
tersebut sebagai sumber zat makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan
produksinya, kualitas nutrisi bahan pakan terdiri atas komposisi nilai gizi, serat, energi, dan
aplikasinya pada nilai palatabilitas dan daya cernanya (Amalia, 2000).
Kandungan air dalam hijauan sangat menentukan keberhasilan dalam proses
fermentasi hijauan pakan ternak. Kandungan air yang baik adalah 65% - 75%, hijauan pakan
ternak yang baru dipotong masih mengandung air 70% - 80%. Untuk mencapai kandungan
air 65% - 75% maka hijauan diangin-anginkan sampai hijauan tersebut lentur atau layu
Universitas Sumatera Utara
apabila dipatahkan, tujuannya adalah meningkatkan nilai palatabilitas ternak dan menghindari
ternak terkena bloat/kembung (Siregar, 1994).
Bahan kering hijauan kaya akan serat kasar, karena terdiri dari kira-kira 20% isi sel
dan 80% dinding sel. Dinding sel tersusun atas dua jenis serat yaitu yang larut dalam detergen
asam yaitu hemiselulosa dan sedikit protein dinding sel, dan yang tidak larut dalam detergen
asam yakni ligno-selulosa, yang sering disebut Acid Detergen Fiber (ADF). Isi sel terdiri atas
zat-zat yang mudah dicerna seperti protein, karbohidrat, mineral, dan lemak, sedangkan
dinding sel terdiri atas sebagian besar selulosa, hemiselulosa, peptin, protein dinding sel,
lignin dan silika. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika. Serat kasar
dipengaruhi spesies, umur dan bagian tanaman (Hanafi, 2004).
Menurut Tillman (1998) jumlah abu dalam bahan makanan sangat menentukan
perhitungan BETN. Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari
tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk
menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting.
Anggorodi (1979) menyatakan bahwa protein esensial bagi kehidupan karena zat tersebut
merupakan protoplasma aktif dalam semua sel kehidupan. Protein mempunyai peranan
penting dalam proses pertumbuhan produksi dan reproduksi.
Andadari dan Prameswari (2005) menambahkan bahwa protein kasar adalah protein
murni yang tercampur dengan bahan-bahan yang mengandung nitrogen seperti nitrat, amonia,
dan sebagainya. Protein kasar (PK) mempunyai prinsip yaitu penetapan protein berdasarkan
oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia. Selanjutnya amonia
bereaksi dengan kelebihan asam membentuk ammonium sulfat. Larutan dibuat menjadi basa,
dan ammonium diuapkan kemudian diserap dalam larutan asam borat (Muchtadi, 1989).
Menurut Tillman (1991) lemak adalah semua subtansi yang dapat diektraksi dengan
bahan-bahan biologik dengan pelarut lemak seperti ester, kloroform, benzene karbon, aseton.
Universitas Sumatera Utara
Pada analisa proksimat lemak termasuk dalam fraksi ekstrak eter. Lemak adalah lipida
sederhana yaitu ester dari tiga asam-asam lemak dan trihidro alkohol gliserol. Istilah lemak
meliputi lemak-lemak dan minyak-minyak dan perbedaannya adalah pada sifat fisiknya.
Lemak merupakan solid atau padat pada temperatur kamar 200C sedangkan minyak pada
temperatur tersebut berbentuk cair.
Universitas Sumatera Utara