Penyelesaian Sengketa Pembebasan Tanah Ulayat untuk Pembangunan Bandar Udara Silambo Kabupaten Nias Selatan Provinsi Sumatera Utara

ABSTRAK
Proses pembebasan tanah dalam rangka pembangunan Bandar Udara Silambo
Kabupaten Nias Selatan akan menimbulkan beberapa kemungkinan, terutama dalam
pembebasan tanah yang memiliki karakteristik dalam sengketa dan perlawanan antara
negara (pemerintah) dengan rakyat yang disebut sebagai konflik vertikal. Ekspresi
sengketa pertanahan menunjukkan bahwa dimensi persoalan tanah sudah tidak cukup
hanya dipahami sebagai persoalan sengketa tanah karena sengketa tanah ini sudah
mengandung dimensi sosial ekonomi. Adapun yang menjadi pokok permasalahan,
pertama bagaimana eksistensi tanah ulayat masyarakat hukum adat Nias Selatan
diatas lahan rencana pembangunan lapangan terbang Silambo, kedua bagaimana
karakteristik sengketa pembebasan tanah ulayat dalam pengadaan tanah untuk
kepentingan pembangunan Lapangan Terbang Silambo dan ketiga mengapa
penyelesaian sengketa pembebasan tanah ulayat dalam pengadaan tanah untuk
kepentingan pembangunan Bandar Udara Silambo Kabupaten Nias Selatan belum
juga selesai.
Disertasi ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris dan yuridis
normatif dengan sifat penelitian yang preskriptif yaitu pendekatan terhadap suatu
masalah dengan cara melihat dari segi yuridis dan dengan mengkaji kenyataan dan
penelitian deskriptif yang mempunyai dua tujuan yaitu untuk mengetahui
perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena
sosial tertentu dan untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomenal sosial tertentu,

umpamanya interaksi sosial dalam hal ini adalah perilaku orang yang menerima atau
menolak ganti rugi atas pembebasan lahan Bandar Udara Silambo Kabupaten Nias
Selatan. Lokasi penelitian di Kabupaten Nias Selatan. Alat pengumpulan data ini
menggunakan studi dokumen, wawancara yang dilakukan dengan individu/warga
masyarakat, Si‟ulu mbanua (bangsawan), Si‟ila mbanua (cerdik pandai), Kepala
Desa, Instansi Pemerintah, Pengusaha dan BPN. Data yang diperoleh dari penelitian
lapangan ditambah dengan data kepustakaan, selanjutnya akan dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa upaya yang dilakukan dalam
menangani masalah sengketa tanah Bandara Udara Silambo Kabupaten Nias Selatan
adalah dengan melakukan musyawarah, hingga saat ini tidak dapat diselesaikan.
Masyarakat di Desa Botohilitano Kecamatan Fanayama dan Desa Hilimaenamolo
Kecamatan Maniamolo meminta ganti rugi atas tanah tersebut karena mereka
menganggap tanah itu adalah tanah hak adat sebagai sumber kehidupan. Namun
setelah diteliti, pihak Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Nias Selatan
menyebutkan sebagian tanah Bandara Udara Silambo Kabupaten Nias Selatan adalah
tanah negara. Pada kasus pembebasan pembangunan Bandar Udara Silambo

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten Nias Selatan tersebut, selain faktor surat-surat tanah yang belum jelas
status kepemilikannya, hal ini juga berkenaan dengan kompensasi atas tanah tersebut.
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini bahwa eksistensi tanah ulayat
masyarakat hukum adat Nias Selatan di atas lahan rencana pembangunan Bandara
Udara Silambo dapat dipertahankan namun demi pembangunan fasilitas umum
(Bandara Udara Silambo) perlu adanya penetapan kompensasi dalam pembebasan
tanah. Status hukum hak atas tanah pembangunan Bandar Udara Silambo Kabupaten
Nias Selatan adalah tanah ulayat/tanah leluhur dan hak kepemilikan atas tanah
masyarakat di Desa Botohilitano Kecamatan Fanayama dan Desa Hilimaenamolo
Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Sengketa yang terjadi saat ini adalah
masyarakat di Desa Botohilitano Kecamatan Fanayama dan Desa Hilimaenamolo
Kecamatan Maniamolo Kabupaten Nias Selatan dengan pihak proyek pembangunan
Bandara Udara Silambo diawali dengan tidak demokratisnya proses pembebasan dan
mengalihkan hak kepemilikan atas tanah semata. Dalam setiap penyelesaian sengketa
pertanahan di masing-masing wilayah selalu berbeda karakteristiknya. Di daerah
yang belum berkembang, penyelesaian sengketa tanah umumnya dilakukan oleh
tokoh-tokoh komunitas yang disegani warga setempat. Proses musyawarah
pelaksanaan pembangunan Bandara Udara Silambo Kabupaten Nias Selatan
dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu kegiatan penyuluhan dan pemberian informasi
yang dilakukan dengan tatap muka langsung dengan aparat desa, tokoh agama, tokoh

masyarakat dan masyarakat pemilik lahan tentang pelaksanaan pangadaaan tanah
untuk pelebaran jalan serta menetapkan lebarnya jalan yang akan dibuka dan
pelaksanaan musyawarah untuk menetapkan bentuk dan besarnya ganti kerugian yang
dimulai pada tahun 2012. Dimana hasil yang diperoleh 33 orang masyarakat
menyepakati besarnya pembayaran ganti rugi tanah, 18 orang menerima pembayaran
ganti rugi tanah secara bertahap dan 7 orang menolak pembayaran ganti rugi tanah.
Kata kunci: Pembebasan Tanah Ulayat, Pengadaan Tanah, Kepentingan Umum

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
The process of land acquisition in the framework of the construction Airports
Silambo South Nias Regency will cause several possibilities, especially in land
acquisition that have characteristics in the dispute and resistance between the State
(Government) with the people who are referred to as vertical conflicts. Land dispute
expression indicates that the dimension of the question of land is not enough to just
be understood as issues of the dispute of land because of the dispute of land it already
contains socio-economic dimensions. As for the subject of the first problem, how does
the existence of customary land society customary law above South Nias land
development plan Silambo airfield, both how the characteristics of customary land

acquisition disputes in the procurement of land for the benefit of the construction of
the airfield Silambo and third why dispute resolution unalienated land acquisition in
the procurement of land for the benefit of the construction Airports Silambo South
Nias Regency has not yet completed.
This dissertation using methods empirical and juridical approach to
normative juridical with the nature of research that is prescriptive approaches to a
problem with how to view in terms of juridical and by examining the reality and the
descriptive study has two objectives, namely to know the development of specific
physical means or frequency of occurrence of a particular aspect of social
phenomena and to describe in detail, such as specific social phenomenal social
interaction in this case is the behavior of people who accept or reject damages for
Airport land acquisition South Nias Regency Silambo. Location research in the South
Nias Regency. These data collection tools using the study documents, interviews
conducted with individuals/residents, Si'ulu mbanua (nobles), Si'ila mbanua
(ingeniously clever), the village chief, government agencies, employers and the BPN.
Data obtained from field research coupled with data librarianship, will then be
analyzed using qualitative methods.
Based on the results of the study, it was found that the efforts made in
addressing the issue of Airport land dispute Silambo South Nias Regency is to do the
deliberation, until now could not be completed. People in the village of Fanayama

Sub-district and villages Botohilitano Hilimaenamolo Sub Maniamolo request a
compensation for the land because they assume the land is the land of indigenous
rights as a source of life. But once observed, national land Agency party South Nias
Regency mentions most of the land the airport Silambo South Nias Regency is State
land. In the case of the liberation of the construction Airports Silambo the South Nias
Regency, in addition to the factor of the Epistles is unclear land ownership status, it
also deals with compensation for the land.
As for the conclusions in the study that the existence of customary land society
customary law South Nias in Silambo Airport development plan can be maintained
but for the sake of the construction of public facilities (Silambo Airport) need for

Universitas Sumatera Utara

determination of compensation in land acquisition. The legal status of land rights to
the construction Airports Silambo South Nias Regency is customary land/ancestral
lands and rights of ownership over the land of the community in the village of
Fanayama Sub-district Botohilitano and the village of Hilimaenamolo sub-district of
Maniamolo South Nias Regency. Disputes that occur when these are Botohilitano
Village communities in the Fanayama Subdistrict and village of Hilimaenamolo subdistrict of Maniamolo South Nias Regency with the Airport Development project
starts with a Silambo not demokratisnya the process of liberation and transfer the

rights of ownership over the land solely. In any dispute settlement of land in each
region are always different its characteristics. In an area that has not yet been
developed, the land dispute resolution generally done by community figures that
respected local citizens. The process of discussing with the implementation of the
construction Airports South Nias Regency Silambo was carried out in two stages,
namely the granting of information and counselling activities conducted with face-toface with the village authorities, religious figures, community leaders and the public
about the implementation of the land owner pangadaaan land for road widening and
set the width of the road that will be opened and the implementation of the
deliberations to determine the form and magnitude of the damages, beginning in
2012. Where the results obtained 33 people society agree on the magnitude of the
payment of compensation for land, 18 people received compensation payments
gradually land and 7 people refuse the payment of compensation for the land.
Keywords : Communal Land Acquisition , Land Acquisition , Public Interest

Universitas Sumatera Utara