Pembuatan Sabun Cair Menggunakan Alkali Dari Kulit Coklat (Theobroma cacao L.) dengan Minyak Kelapa

sebagai sabun mandi, karena kadar alkali bebas yang melebihi standar dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, seperti kulit luka dan mengelupas [54]. Sabun cair
hasil penelitian memiliki kadar alkali bebas antara 0,008976-0,0378675 dan menurut
SNI kadar alkali bebas ≤ 0,1% [17].

39
Universitas Sumatera Utara

4.5

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGADUKAN TERHADAP
ANGKA PENYABUNAN SABUN CAIR
Berikut grafik yang menunjukkan pengaruh variasi suhu dan waktu pengadukan

terhadap kadar angka saponifikasi sabun cair pada berbagai waktu analisa:
290

Waktu Analisa 0 Jam
270
250
230

210
190

Bilangan Saponifikasi
(mg/g)

50

65

80

290

Waktu Pengadukan:

Waktu Analisa 12 Jam

270


2 jam
250

3 jam

230

4 jam

210
190

50

65

80

290


Waktu Analisa 24 Jam

270
250
230
210
190
50

65

80

Suhu (˚C)

Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Pengadukan Terhadap Nilai
Bilangan Saponifikasi Sabun Cair pada Berbagai Waktu Analisa
Gambar 4.6 menunjukan hubungan suhu reaksi dan waktu pengadukan terhadap
Nilai Bilangan saponifikasi sabun cair yang dihasilkan. Dari ketiga gambar diatas
dapat dilihat nilai alkali bebas sabun tertinggi pada masing-masing waktu analisa 0,

12 dan 24 jam, adalah pada waktu pengadukan 2 jam pada suhu reaksi 80 ˚C, yaitu
berturut turut 282,183; 279,36117 dan 263,841105. Sedangakan nilai pH terendah

40
Universitas Sumatera Utara

untuk masing-masing waktu analisa adalah pada waktu pengadukan 4 jam dan suhu
reaksi 65 ˚C yaitu berturut turut sebesar 208,81542; 198,939015; 197,5281.
Bilangan penyabunan adalah banyaknya alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah minyak. Semakin tinggi bilangan penyabunan menunjukkan
semakin tinggi pula kadar asam lemak bebas dalam minyak sehingga alkali yang
dibutuhkan untuk menyabunkan minyak tersebut juga akan semakin banyak [55].
Dari gambar 4.6 tersebut dapat dilihat adanya pengaruh waktu pengadukan
terhadap nilai bilangan saponifikasi sabun. Dengan semakin bertambahnya waktu
pengadukan dapat menyebabkan nilai bilangan saponifikasi sabun yang dihasilkan
semakin rendah. Sedangkan dengan semakin bersarnya suhu reaksi penyabunan
menyebabkan nilai bilangan alkali bebas pada sabun menurun sampai pada titik
optimum. Hal ini disebabkan oleh semakin lama waktu pengadukan menyebabkan
waktu interaksi antara minyak dan alkali semakin besar, maka reaksi akan mendekati
kestimbangan sehingga sedikit sisa minyak yang belum bereaksi dengan alkali, dan

semakin kecil nilai asam lemak bebas. Dan pengaruh suhu reaksi terhadap nilai
bilangan saponifikasi sabun akan semakin turun seiring dengan semakin besar suhu
reaksi, tatapi pada suhu 80 ˚C terjadi peningkatan nilai bilangan saponifikasi. Pada
kisaran suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi penyabunan, yang
artinya menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah
melebihi suhu optimal maka akan menyebabkan pengurangan hasil karena reaksi akan
bergeser ke arah pereaksi atau dengan kata lain produk akan berkurang [52]. Reaksi
dengan suhu melewati titik optimal akan menghasilkan sabun dengan nilai bilangan
saponifikasi yang besar.
Dari gambar 4.5 (a), (b) dan (c) tersebut juga dapat dilihat adanya pengaruh
waktu analisa sabun terhadap nilai bilangan saponifikasi sabun yang dihasilkan.
Dengan semakin lama waktu analisa maka nilai bilangan saponifikasi sabun yang
didapat akan semakin kecil. Hal tersebut akibat pengaruh semakin lama waktu analisa
maka waktu reaski sabun juga akan semaki lama, reaksi sabun akan mencapai
kestimbangan dan nilai bilangan saponifikasi dalam sabun akan berkurang. Semakin
lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat
tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah

41
Universitas Sumatera Utara


mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah
minyak yang tersabunkan [52].
Sabun cair hasil penelitian memiliki nilai bilangan saponifikasi antara 282,183
- 197,5281 dan menurut SNI nilai bilangan saponifikasi diantara 196 – 206 (Indonesia
& Nasional 1994). Dari Standar Nasional Indonesia nilai bilangan saponifikasi yang
masuk dalam kriteria hanya sabun suhu 65 ˚C, dengan waktu pengadukan 3 dan 4 jam
pada waktu analisa 12 dan 24 jam.

42
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Dari analisa pH sabun cair diperoleh berkisar antara 8,2-10,2 menunjukkan
bahwa sabun cair telah memenuhi Standar Nasional Indonesia.

2. Dari analisa densitas sabun cair diperoleh densitas sabun sebesar 1,02 - 1,12
telah memenuhi Standar Nasional Indonesia.
3. Dari analisa kadar alkali bebas sabun cair diperoleh alkali bebas sabun sebesar
0,008976 – 0,0378675 telah memenuhi Standar Nasional Indonesia.
4. Dari analisa bilangan saponifikasi sabun cair diperoleh bilangan saponifikasi
sebesar 282,36117 – 197,5281 telah memenuhi Standar Nasional Indonesia.
5. Alkali dari kulit coklat berpotensi menjadi sumber alkali dalam pembuatan
sabun.

1.2

SARAN
Adapun saran yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1.

Dilakukan analisa impurities dan analisa logam lain yang terkandung pada
alkali dari abu coklat untuk mengetahui kandungan yang berpengaruh pada
pembuatan sabun.


2.

Dilakukan penelitian dengan perbandingan alkali : minyak : air sebagai
variabelnya, untuk melihat pengaruh perbandingannya terhadap kualitas
sabun.

3.

Dilakukannya penelitian dengan perbandingan konsentrasi alkali yang didapat
dari ekstrak tumbuhan.

43
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Naomi, P. Anna . M. Lumban. Gaol, dan M. Y. Toha, “Pembuatan Sabun
Lunak Dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau Dari Kinetika Reaski Kimia,”

Junal . Teknik . Kimia., vol. 19, no. 2 (2013), hal; 42–48.

[2]

Eke, U. B.,Dosumu, O. 0., Oladipo, E. and Agunbiade, F. O., “Analysis of
Locally produced Soap using Sheabutter Oil ( SBO ) Blended with PalmKernel Oil ( PKO ) Elevendifferent blends of sheabutter oil ( SBO ) and
palin kernel oil ( PKO ) were employedin soap andsalt in the ratio 100 : I
( Oguntola , 2002 ). It is,” Niger. J. Sci., vol. 38 (2004). hal. 19–24.

[3]

Aiwize, E.A and J. I. Achebo, “Liquid Soap Production With Blends of
Rubber Seed Oil ( Rso ) and Palm Kernel Oil ( Pko ) With Locally Sourced
Caustic Potash ( Koh ),” Nigerian Jurnal of Technology. vol. 31, no. 1
(2012) pp. 63–67.

[4]

Warra . A. A, L. G. Hassan, S. Y. Gunu, and S. A. Jega, “Cold Process
Synthesis and Properties of Soaps Prepared from Different Triacylglycerol

Sources,” Nigerian. J. Basic Appl. Sci., vol. 18, no. 2 (2010). hal: 315–
321.

[5]

Khanahmadi, Soffia, Faridah Yusof, Hwai Chyuan Ong, Azura Amid,
Harmen Shah, “Cocoa pod husk: A new source of CLEA-lipase for
preparation of low-cost biodiesel: An optimized process,” J. Biotechnol.,
vol. 231 (2016) hal. 95–105.

[6]

Kaltsum, U.B., Dosumu, O.O., Oladipo, E. and Agunbiade, “Analysis of
Locally Produced Soap Using Sheabutter Oil (SBO) Blended with Palm
Kernel Oil (PKO),” Niger. J. Sci., vol. 45 (2015). hal. 32 – 40.

[7]

George Bart Bradshaw, Wilmington, Del and Walter C. Manly, “United
States Patent Office: Process Of Making Pure Soap,” 263.820, 1989.


[8]

Nisa, Dianrifiya and Widya Dwi Rukmi Putri, “Pembuatan CMC dari
Kulit Buah Kakao (Teobroma cacao L .) Sebagai Bahan Baku Pembuatan
CMC (Carboxymethyl Cellulose),” J. Pangan dan Agroindustri, vol. 2,
no. 3 (2014), hal. 34–42.

44
Universitas Sumatera Utara

[9]

Direktorat. Jendral. Perkebunan and Kementrian Pertanian, Statistik
Perkebunan Indonesia: Kakao. no:I. Jakarta: Direktorat Jendral
Perkebunan, 2014.

[10]

Daud, Zawawi. Angzzas Sari Mohd Aripin, Ashuvila Mohd Awang,
Halizah Hatta, Mohd Zainuri Mohd “Chemical Composition and
Morphological of Cocoa Pod Husks and Cassava Peels for Pulp and Paper
Production,” Aust. J. Basic Appl. Sci., vol. 7, no. 9 (2013) Hal. 406–411.

[11]

Akoto, Ester Gyedu, Daniel Yabani, John Sefa and Dominic Owusu,
“Natural Skin-care Products: The Case of Soap Made from Cocoa Pod
Husk Potash,” Adv. Res., vol. 4, no. 6 (2015), hal. 365–370.

[12]

Fatwatun, Nelly, Kaunaini Chusna, Bambang Pramudono, “Pembuatan
Virgin Coconut Oil (VCO) : Pemecahan Emulsi Dengan Metode
Ultrasonik,” J. Teknol. Kim. dan Ind., vol. 2, no. 4 (2013), hal. 184–188.

[13]

Willcox, Michael, “Soap,” in Poucher’s Peifumes, Cosmetics and Soaps
material, 10 th., H. Butler, Ed. London: Kluer Academic Publisher, 2000,
pp. 453–465.

[14]

The Soap and Detergent Association, Second Edition. Washington DC:
The Soap and Detergent Assocation, 1994.

[15]

Rizky, Nadya Dwi Ridho, Muhammad Mag Nasution, “Penetapan Kadar
Alkali Bebas Pada Sabun Mandi Sediaan Padat Secara Titrimetri,” Thesis,
Program Sarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatra Utara, Medan,
2012.

[16]

Zulkifli, Mochamad and T. Estiasih, “Sabun Dari Distilat Asam Lemak
Minyak Sawit : Kajian Pustaka [in Press Oktober 2014],” J. Pangan dan
Agroindustri, vol. 2, no. 4 (2014), pp. 170–177.

[17]

Badan Standarisasi Nasional, “Standar Nasional Indonesia: Sabun mandi,”
Jakarta, 1994.

[18]

Dalimunthe, Nur Aisyah. “Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi
Sabun Mandi Padat,”. Thesis, Program Master Fakultas Teknik,
Universitas Sumatra Utara, 2009.

[19]

Badan Pusat

Statistik Indonesia, “Badan Pusat Statistik: Produksi

Pertanian,” Jakarta, 2015.

45
Universitas Sumatera Utara

[20]

Arita, Susila, Tuti Emilia Agustina, Dina Patrica, Lena Rahmawati
Jurusan, “Pemanfaatan Gliserin Sebagai Produk Samping Dari Biodiesel
Menjadi Sabun Transparan,” J. Tek. Kim., vol. 16, no. 4 (2009), pp. 50–
53.

[21]

Rozi, Muhammad. “Formulasi Sediaan Sabun Mandi Transparan minyak
Atsiri Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dengan Cocamid Dea Sebagai
Surfaktan,” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiah Surakarta, 2013.

[22]

Dayat Suryana, Membuat Sabun: Cara Membuat Berbagai Sabun Padat
dan Cair, Frist Edition. Bandung: Dayat Suryana, 2013.

[23]

Sari, Tuti Indah Julianti Perdana Kasih, Tri Jayanti Nanda Sari,
“Pembuatan Sabun Transparan dan Sabun Cair dari Minyak Jarak,” J. Tek.
Kim., vol. 17, no. 1 (2010), pp. 28–33.

[24]

Friedman, Marcel. Chemistry , Formulation , and Performance of Syndet
and Combo Bars, Second Edition., vol. 11. United States: Elsevier Ltd.,
2004.

[25]

Astuti, Dwi Herry and Sanny “Pemanfaatan Minyak Biji Mimba dari Biji
Mimba sebagai Bahan Pembuatan Sabun dengan Proses Semi Boiled,” in
Seminar Nasional Teknik Kimia Soebardjo Brotohardjono IX, 2012, p.
D.12-2 – D.12-3.

[26]

Retnowati, Diah S., Andri C. Kumoro, Ratnawati, Catarina S. Budiyati.
“Pembuatan dan Karakterisasi Sabun Susu dengan Proses Dingin,” J.
Rekayasa Proses, vol. 7, no. 2, (2013), pp. 46–51.

[27]

Kurnia, Farid and I. Hakim, “Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak
dan Soda Q Sebagai Upaya Meningkatka Pangsa Pasar Soda Q,” J. Tek.
Kim., 2010.

[28]

Wolfrum, Stefan, Julien Marcus, Didier Touraud,Werner Kunz, “A
renaissance of soaps?-How to make clear and stable solutions at neutral
pH and room temperature,” Adv. Colloid Interface Sci., vol. 236, pp. 28–
42, 2016.

[29]

Mudakir, Imam, Hastuti, Utami Sri Rohman, Fatchur Gofur, Abdul,
“Media Tanam Terhadap Produktivitas dan Kandungan Gizi Jamur Tiram

46
Universitas Sumatera Utara