Pengaruh Pemberian Antioksidan Terhadap Pertumbuhan dan ProduksiTanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) F3 Tahan Salin Chapter III V

13

diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena
berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di rumah plastik Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan
laut, mulai bulan Agustus 2016 sampai Oktober 2016.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan ialah benih kedelai F3 tahan salin hasil dari
perkawinan antara grobogan dan grobogan (GxG) sebagai objek yang akan
diamati, tanah salin untuk media tanam, plastik kaca sebagai atap rumah plastik,
bambu sebagai kerangka rumah plastik, kawat untuk mengikat antar tiap bambu,
tali plastik untuk mengikat plastik ke kerangka rumah plastik, antioksidan (asam
askorbat, asam salisilat dan α-tokoferol) sebagai perlakuan yang akan
diaplikasikan pada tanaman kedelai, polibek untuk wadah media tanam, plastik
sebagai pembalut polibek agar tanah tidak tercuci, air untuk menyiram tanaman,
aquades sebagai pelarut antioksidan, dan insektisida sebagai pengendalian hama .
Alat yang digunakan yaitu cangkul untuk membersihkan gulma pada

rumah plastik, pisau/cutter untuk memotong-motong plastik, label sebagai
penanda,meteran untuk mengukur, DHL meter untuk mengukur daya hantar listrik
media tanam, sprayer untuk mengaplikasikan antioksidan, timbangan analitik
untuk menimbang pupuk, antioksidan dan bobot yang akan ditimbang, gembor
untuk menyiram, parang untuk memotong bambu, tang untuk mengikat kawat,

Universitas Sumatera Utara

14

tangga untuk membangun rumah plastik, selang pada media untuk memudahkan
penyiraman, dan alat tulis untuk mencatat data.

Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial yaitu :
Faktor I : Jenis dan Konsentrasi Antioksidan dengan 10 taraf, yaitu :
A0 : Kontrol (Tanpa Antioksidan)
A1 : Asam Askorbat (250 ppm)
A2 : Asam Askorbat (500 ppm)
A3 : Asam Askorbat (750 ppm)

A4 : Asam Salisilat (250 ppm)
A5 : Asam Salisilat (500 ppm)
A6 : Asam Salisilat (750 ppm)
A7 : α-tokoferol (250 ppm)
A8 : α-tokoferol (500 ppm)
A9 : α-tokoferol (750 ppm)
Jumlah ulangan

: 4 ulangan

Jumlah tanaman/polibek

: 1 tanaman

Jumlah polibek/plot

: 4 polibek/plot

Jumlah plot


: 40 plot

Jumlah tanaman seluruhnya : 160 tanaman
Jumlah sampel

: 160 tanaman

Jarak antar polibek

: 10cm x 10 cm

Jarak antar blok

: 50 cm

Universitas Sumatera Utara

15

Jarak antar plot


: 20 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear sebagai berikut :
Yij = μ + ρi + αj + εij
i = 1, 2, 3, 4
Yijk

:

j = 1, 2, 3, ... , 10

Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan
perlakuan antioksidan pada taraf ke-j

μ

:


Nilai tengah

ρi

:

Efek blok ke-i

αj

:

Efek antioksidan pada taraf ke-j

εij

:

Galat dari blok ke-i, antioksidan pada taraf ke-j


Jika hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berpengaruh
nyata, maka dilanjutkan dengan Uji kontras orthogonal dan Uji Duncan Multiple
Range Test taraf 5 % (Steel and Torrie, 1993).

Universitas Sumatera Utara

16

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan penelitian yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma
di areal tersebut dengan menggunakan alat-alat yang ada seperti cangkul dan
parang.
Pembuatan Rumah Plastik
Pembuatan rumah plastik dilakukan dengan mendirikan tiang-tiang bambu
dan memasang plastik pelindung sebagai atap.
Pengisian Polybag
Media tanam yang diisi adalah tanah yang memiliki kadar salin dengan
daya hantar listrik 5-6 dS/m pada polybag dengan ukuran 10 kg dan dibalut
dengan plastik dari luar polybag untuk menjaga kadar salin yang ada di tanah

tersebut agar tidak terjadi pencucian.
Pemasangan Selang
Pemasangan selang yaitu dengan memasang selang sepanjang 25 cm,
dengan cara menancapkannya di bagian pinggiran polybag untuk mempermudah
penyerapan air pada saat penyiraman.
Pengukuran DHL
Pengukuran daya hantar listrik (DHL) dilakukan setiap minggu untuk
mengetahui daya hantar listrik yang ada pada tanah salin tersebut. Pada penelitian
kali ini, daya hantar listrik yang ditentukan adalah 5-6 dS/m.

Universitas Sumatera Utara

17

Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menanam benih kedelai F3 Tahan Salin
hasil perkawinan antara varietas grobogan dan grobogan (GxG) pada setiap
polybag yang telah diisi media tanam.
Pengaplikasian Antioksidan
Pengaplikasian antioksidan dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu

setelah tanam, kemudian diaplikasikan dengan interval waktu 1 minggu setiap
pukul 7 pagi dengan menggunakan sprayer yang terlebih dahulu dikalibrasikan
volume semprotnya.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari tergantung
kondisi cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menyiramkan air pada pipa tersebut.
Penyiangan
Penyiangan

dilakukan

untuk

mengendalikan

gulma

sekaligus


menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak
menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk
mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual
dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.
Pengendalian hama dan penyakit

Universitas Sumatera Utara

18

Pengendalian hamadan penyakit tanaman dilakukan dengan cara manual
yaitu dengan ditangkap dan dipindahkan serta bagian tanaman yang terserang
penyakit dipotong.

Panen
Panen dilakukan pada saat kedelai berumur 90 hari setelah tanam dengan
kriteria panen dapat dilihat dengan warna daun mulai menguning dan kemudian
rontok. Panen dilakukan dengan cara memotong 5 cm di atas pangkal batang
utama dengan menggunakan sabit / gunting.
Parameter Pengamatan

Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman (cm) dilakukan dari pangkal sampai titik
tumbuh, mulai 2 MST dan diulangi setiap minggu sampai masuk masa generatif
(R1).
Bobot Kering Akar
Bobot kering akar (g) ditimbang setelah akar yang dipanen pada saat
masuk masa generatif (R1) dikeringovenkan selama 24 jam dengan suhu 800C.
Bobot Kering Tajuk
Bobot kering tajuk (g) ditimbang setelah tajuk yang dipanen pada saat
masuk masa generatif (R1) dikeringovenkan selama 24 jam dengan suhu 800C.
Rasio Akar Tajuk
Rasio akar tajuk adalah perbandingan dari bobot kering akar dan bobot
kering tajuk.
Umur Berbunga

Universitas Sumatera Utara

19

Umur berbunga (hari) diamati setelah tanaman mengeluarkan bunga

sekitar 75 %.

Umur Panen
Umur panen (hari) dihitung berdasarkan kriteria panen pada kedelai yakni
tanaman sudah hampir menguning seluruhnya atau telah berumur sekitar 90 HST.
Jumlah Polong Berisi Pertanaman
Jumlah polong berisi dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang
menghasilkan biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.
Jumlah Polong Hampa Pertanaman
Dihitung jumlah polong hampa pada setiap tanaman, yaitu polong yang
tidak berisi biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.
Produksi Per Tanaman
Produksi per tanaman (g) diperoleh dari berat biji yang dihasilkan per
tanaman.
Bobot 100 Biji
Penimbangan dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan hingga kadar air
14 %, lalu dihitung bobot 100 biji kering dengan rumus :
Bobot 100 biji kering (g) = Bobot biji per tanaman (g)
x 100
Jumlah biji per tanaman (biji)

Universitas Sumatera Utara

20

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
antioksidan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong berisi, produksi
per tanaman dan bobot 100 biji.
Tinggi Tanaman
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
jenis dan dosis antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada
2-5 minggu setelah tanam. Rataan tinggi tanaman 5 minggu setelah tanam (MST)
pada perlakuan jenis dan dosis antioksidan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tinggi tanaman pada 2-5 MST Kedelai F3 Tahan Salin
Pemberian Antioksidan
Tinggi Tanaman
Perlakuan
2 MST
3 MST
4 MST
....................cm...............
A0 (Tanpa Antioksidan)
13,78
24,10
41,69
A1 (Asam Askorbat 250 ppm)
13,42
18,25
37,39
A2 (Asam Askorbat 500 ppm)
15,09
23,27
39,46
A3 (Asam Askorbat 750 ppm)
14,21
22,68
37,57
A4 (Asam Salisilat 250 ppm)
13,40
20,63
40,44
A5 (Asam Salisilat 500 ppm)
14,37
24,25
46,13
A6 (Asam Salisilat 750 ppm)
14,25
22,98
45,75
A7 (Alfa tokoferol 250 ppm)
12,67
18,51
39,56
A8 (Alfa tokoferol 500 ppm)
14,58
22,19
43,92
A9 (Alfa tokoferol 750 ppm)
14,51
21,13
41,36

terhadap

5 MST
56,34
51,46
51,09
48,84
53,69
59,05
55,58
52,83
57,64
49,73

Universitas Sumatera Utara

21

Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian asam salisilat 500 ppm (A5)
menghasilkan rataan tertinggi yakni 59,05 cm dan rataan terendah pada perlakuan
asam askorbat 750 ppm (A3) yakni 48,84 cm.
Bobot Kering Tajuk
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk
kedelai.Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan pemberian antioksidan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bobot Kering Tajuk Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian
Antioksidan
Perlakuan
Bobot Kering Tajuk
……g……
A0 (Tanpa Antioksidan)
1,19
A1 (Asam Askorbat 250 ppm)
1,50
A2 (Asam Askorbat 500 ppm)
1,11
A3 (Asam Askorbat 750 ppm)
0,98
A4 (Asam Salisilat 250 ppm)
1,26
A5 (Asam Salisilat 500 ppm)
1,15
A6 (Asam Salisilat 750 ppm)
1,20
A7 (Alfa tokoferol 250 ppm)
1,38
A8 (Alfa tokoferol 500 ppm)
1,34
A9 (Alfa tokoferol 750 ppm)
1,27
Tabel 2 diketahui bahwa perlakuan asam askorbat 250 ppm (A1)
menghasilkan bobot kering tajuk tertinggi yakni 1,50 gr dan terendah pada
perlakuan asam askorbat 750 ppm (A3) sebesar 0,98 gr.
Bobot Kering Akar
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar
kedelai.Rataan bobot kering akar pada perlakuan pemberian antioksidan dapat
dilihat pada Tabel 3.

Universitas Sumatera Utara

22

Tabel 3 diketahui bahwa perlakuan Asam Askorbat 250 ppm (A1) dan alfa
tokoferol 250 ppm (A7) menghasilkan bobot kering akar tertinggi yakni 0,93 gr
dan terendah pada perlakuan asam askorbat 750 ppm (A3) sebesar 0,76 gr.

Tabel 3. Bobot Kering Akar Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian
Antioksidan
Perlakuan
Bobot Kering Akar
……g……
A0 (Tanpa Antioksidan)
0,82
A1 (Asam Askorbat 250 ppm)
0,93
A2 (Asam Askorbat 500 ppm)
0,79
A3 (Asam Askorbat 750 ppm)
0,76
A4 (Asam Salisilat 250 ppm)
0,86
A5 (Asam Salisilat 500 ppm)
0,83
A6 (Asam Salisilat 750 ppm)
0,91
A7 (Alfa tokoferol 250 ppm)
0,93
A8 (Alfa tokoferol 500 ppm)
0,83
A9 (Alfa tokoferol 750 ppm)
0,84
Rasio Akar Tajuk
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap rasio akar tajuk
kedelai.Rataan rasio akar tajuk pada perlakuan pemberian antioksidan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rasio Akar Tajuk Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian
Antioksidan
Perlakuan
Rasio Akar Tajuk
……g……
A0 (Tanpa Antioksidan)
0,83
A1 (Asam Askorbat 250 ppm)
0,85
A2 (Asam Askorbat 500 ppm)
0,80
A3 (Asam Askorbat 750 ppm)
0,79
A4 (Asam Salisilat 250 ppm)
0,85
A5 (Asam Salisilat 500 ppm)
0,85

Universitas Sumatera Utara

23

A6 (Asam Salisilat 750 ppm)
A7 (Alfa tokoferol 250 ppm)
A8 (Alfa tokoferol 500 ppm)
A9 (Alfa tokoferol 750 ppm)

0,97
0,87
0,82
0,83

Tabel 4 diketahui bahwa perlakuan asam salisilat 750 ppm (A6)
menghasilkan rasio akar tajuk tertinggi yakni 0,97 gr dan terendah pada perlakuan
asam askorbat 750 ppm (A3) sebesar 0,79 gr.
Umur Berbunga
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga
kedelai.Rataan umur berbunga pada perlakuan pemberian antioksidan dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Umur Berbunga Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian
Antioksidan
Perlakuan
Umur Berbunga
……hari……
A0 (Tanpa Antioksidan)
36,38
A1 (Asam Askorbat 250 ppm)
36,19
A2 (Asam Askorbat 500 ppm)
35,88
A3 (Asam Askorbat 750 ppm)
35,94
A4 (Asam Salisilat 250 ppm)
36,13
A5 (Asam Salisilat 500 ppm)
35,81
A6 (Asam Salisilat 750 ppm)
36,19
A7 (Alfa tokoferol 250 ppm)
36,06
A8 (Alfa tokoferol 500 ppm)
36,63
A9 (Alfa tokoferol 750 ppm)
36,00
Tabel 5 diketahui bahwa perlakuan alfa tokoferol 500 ppm (A8)
menghasilkan umur berbunga tertinggi yakni 36,63 hari dan terendah pada
perlakuan asam salisilat 500 ppm (A5) sebesar 35,81 hari.
Umur Panen

Universitas Sumatera Utara

24

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian

antioksidan

berpengaruh

tidak

nyata

terhadap

umur

panen

kedelai.Rataan umur panen pada perlakuan pemberian antioksidan dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Umur Panen Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan
Perlakuan
Umur Panen
……hari……
A0 (Tanpa Antioksidan)
75,50
A1 (Asam Askorbat 250 ppm)
73,88
A2 (Asam Askorbat 500 ppm)
70,54
A3 (Asam Askorbat 750 ppm)
71,88
A4 (Asam Salisilat 250 ppm)
74,44
A5 (Asam Salisilat 500 ppm)
72,75
A6 (Asam Salisilat 750 ppm)
76,63
A7 (Alfa tokoferol 250 ppm)
73,19
A8 (Alfa tokoferol 500 ppm)
75,13
A9 (Alfa tokoferol 750 ppm)
74,21
Tabel 6 diketahui bahwa perlakuan asam salisilat 750 ppm (A6)
menghasilkan umur panen tertinggi yakni 76,63 hari dan terendah pada perlakuan
asam askorbat 500 ppm (A2) sebesar 70,54 hari.
Jumlah Polong Berisi Pertanaman
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa
perlakuanpemberian antioksidan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
polong berisi pertanaman. Rataan jumlah polong berisi pertanaman pada
perlakuan pemberian antioksidan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 diketahui bahwa perlakuan asam askorbat 250 ppm (A1)
menghasilkan jumlah polong berisi pertanaman tertinggi yakni 15,56 polong dan
terendah pada perlakuan asam askorbat 750 ppm (A3) yakni 4,94 polong.

Universitas Sumatera Utara

25

Perlakuan pemberian antioksidan berbeda nyata antara yang satu dengan yang
lainnya.

Tabel 7. Jumlah Polong Berisi Pertanaman Kedelai F3 Tahan Salin terhadap
Pemberian Antioksidan
Perlakuan
Jumlah Polong Berisi Pertanaman
……g……
A0 (Tanpa Antioksidan)
13,00 ab
A1 (Asam Askorbat 250 ppm)
15,56 a
A2 (Asam Askorbat 500 ppm)
11,60 ab
A3 (Asam Askorbat 750 ppm)
4,94 c
A4 (Asam Salisilat 250 ppm)
11,25 ab
A5 (Asam Salisilat 500 ppm)
13,40 ab
A6 (Asam Salisilat 750 ppm)
12,00 ab
A7 (Alfa tokoferol 250 ppm)
12,44 ab
A8 (Alfa tokoferol 500 ppm)
13,13 ab
A9 (Alfa tokoferol 750 ppm)
10,38 b
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α=5%
Jumlah Polong Hampa Per Tanaman
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah polong
hampa pertanaman. Rataan jumlah polong hampa pertanaman pada perlakuan
pemberian antioksidan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Polong Hampa Pertanaman Kedelai F3 Tahan Salin terhadap
Pemberian Antioksidan
Perlakuan
Jumlah Polong Hampa Pertanaman
……polong…..
A0 (Tanpa Antioksidan)
0,89
A1 (Asam Askorbat 250 ppm)
1,04
A2 (Asam Askorbat 500 ppm)
1,12

Universitas Sumatera Utara

26

A3 (Asam Askorbat 750 ppm)
A4 (Asam Salisilat 250 ppm)
A5 (Asam Salisilat 500 ppm)
A6 (Asam Salisilat 750 ppm)
A7 (Alfa tokoferol 250 ppm)
A8 (Alfa tokoferol 500 ppm)
A9 (Alfa tokoferol 750 ppm)

1,09
0,96
1,06
0,93
0,92
0,95
0,93

Tabel 8 diketahui bahwa asam askorbat 500 ppm (A2) menghasilkan jumlah
polong hampa per tanaman tertinggi yakni 1,12 polong dan terendah pada tanpa
perlakuan (A0) sebesar 0,89 polong.
Produksi Per Tanaman
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian antioksidan berpengaruh nyata terhadap parameter produksi per
tanaman. Rataan produksi per tanaman pada perlakuan pemberian antioksidan
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Produksi Per Tanaman Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian
Antioksidan
Perlakuan
Produksi Per Tanaman
……g……
A0 (Tanpa Antioksidan)
3,40 ab
A1 (Asam Askorbat 250 ppm)
4,22 a
A2 (Asam Askorbat 500 ppm)
2,33 b
A3 (Asam Askorbat 750 ppm)
0,74 c
A4 (Asam Salisilat 250 ppm)
2,93 ab
A5 (Asam Salisilat 500 ppm)
3,08 ab
A6 (Asam Salisilat 750 ppm)
3,09 ab
A7 (Alfa tokoferol 250 ppm)
3,41 ab
A8 (Alfa tokoferol 500 ppm)
3,30 ab
A9 (Alfa tokoferol 750 ppm)
2,58 b
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α=5%
Tabel 9 diketahui bahwa perlakuan asam askorbat 250 ppm (A1)
menghasilkan produksi per tanaman tertinggi yakni 4,22 g dan terendah pada

Universitas Sumatera Utara

27

perlakuan asam askorbat 750 ppm (A3) yakni 0,74 g. Perlakuan pemberian
antioksidan berbeda nyata antara yang satu dengan yang lainnya.

Bobot 100 Biji
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian antioksidan berpengaruh nyata terhadap parameter bobot 100 biji.
Rataan bobot 100 biji pada perlakuan pemberian antioksidan dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Bobot 100 Biji Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian
Antioksidan
Perlakuan
Bobot 100 Biji
……g……
A0 (Tanpa Antioksidan)
13,03 a
A1 (Asam Askorbat 250 ppm)
13,19 a
A2 (Asam Askorbat 500 ppm)
10,12 a
A3 (Asam Askorbat 750 ppm)
7,40 b
A4 (Asam Salisilat 250 ppm)
12,86 a
A5 (Asam Salisilat 500 ppm)
11,99 a
A6 (Asam Salisilat 750 ppm)
12,48 a
A7 (Alfa tokoferol 250 ppm)
12,02 a
A8 (Alfa tokoferol 500 ppm)
12,28 a
A9 (Alfa tokoferol 750 ppm)
11,16 a
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α=5%
Tabel 10 diketahui bahwa perlakuan asam askorbat 250 ppm (A1)
menghasilkan bobot 100 biji tertinggi yakni 13,19 g dan terendah pada perlakuan
asam askorbat 750 ppm (A3) yakni 7,40 g. Perlakuan pemberian antioksidan
berbeda nyata antara yang satu dengan yang lainnya.
Pembahasan

Universitas Sumatera Utara

28

Pemberian Antioksidan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai
(Glycine max (L.) Merill) F3 Tahan Salin
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
jenis dan dosis antioksidan berpengaruh nyata pada parameter jumlah polong
berisi pertanaman, produksi per tanaman dan bobot 100 biji. Sebaliknya,
perlakuan jenis dan dosis antioksidan berpengaruh tidak nyata pada parameter
tinggi tanaman, bobot kering akar, bobot kering tajuk, rasio akar tajuk, umur
berbunga, umur panen, dan jumlah polong hampa pertanaman.
Hasil analisis jumlah polong berisi pertanaman (Tabel 7), menunjukkan
bahwa perlakuan A1 yaitu asam askorbat 250 ppm menghasilkan rataan tertinggi
yakni 15,56 polong.Hal ini diduga karena tanaman telah mampu untuk
menurunkan jumlah senyawa oksigen reaktif akibat stress garam, sehingga
tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan lebih baik sehingga dapat
membentuk dan mengisi polong. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shalata and
Neumann (2001) bahwa efek penambahan asam askorbat pada tanaman dapat
mendukung tanaman untuk bertahan hidup akibat senyawa oksigen reaktif.
Dengan mengaplikasikan antioksidan maka pertumbuhan tanaman akan semakin
baik, salah satunya dapat dilihat darijumlah polong berisi pertanaman, dengan
aplikasi asam askorbat jumlah polong berisi meningkat sebesar 15,38%
dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian antioksidan. Hal ini didukung
dengan peran asam askorbat yang diberikan dapat memperbaiki kerusakan akibat
stres oksidatif pada tanaman kedelai yang mengalami cekaman salinitas terutama
pada proses fotosintesis yang mendukung meningkatnya produktivitas tanaman.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Afzal et al (2005) bahwa perlakuan asam

Universitas Sumatera Utara

29

askorbat dapat mengurangi dampak negatif dari konsentrasi garam yang tinggi
yaitu melindungi fungsi kloroplas sehingga menurunkan konsentrasi ROS.
Hasil analisis produksi per tanaman (g) (Tabel 9), menunjukkan bahwa
perlakuan A1 yaitu asam askorbat 250 ppm menghasilkan rataan tertinggi yakni
4,22 g.Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi asam askorbat pada tanaman
berpengaruh positif pada parameter produksi, hal ini dapat terjadi karena
kandungan asam askorbat yang semula berkurang akibat cekaman salin menjadi
relatif tercukupi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Afzal et al. (2005) bahwa
perlakuan menggunakan asam askorbat dapat mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan dari konsentrasi garam yang tinggi.Pernyataan lain yang mendukung
adalah Farooq et al (2006) bahwa priming dengan asam askorbat mampu
meningkatkan kinerja, pertumbuhan dan produksi benih padi Super Basmati yang
ditanam dengan sistem tebar langsung.
Hasil analisis bobot 100 biji (g) (Tabel 10), menunjukkan bahwa
perlakuan A1 yaitu asam askorbat 250 ppm menghasilkan rataan tertinggi yakni
13,19 g. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah polong berisi pertanaman dan
bobot biji pertanaman yang mendapat perlakuan yang sama. Ukuran biji yang
dihasilkan ditentukan secara genetik, namun faktor lingkungan selama fase
pengisian biji juga berpengaruh. Salah satu faktor lingkungan yang merugikan
adalah cekaman salinitas. Hal ini didukung oleh pernyataan Mursito (2003) bahwa
ukuran biji suatu varietas ditentukan secara genetik, namun ukuran biji yang
terbentuk juga ditentukan oleh lingkungan semasa pengisian biji. Hal ini
disebabkan karena peningkatan produksi kedelai pada tanaman yang mengalami
cekaman salinitas dilakukan pemberian antioksidan. Di antara ketiga jenis

Universitas Sumatera Utara

30

antioksidan yang diberikan yaitu asam askorbat, asam salisilat dan alfa tokoferol,
diperoleh antioksidan terbaik adalah asam askorbat dengan dosis 250 ppm dalam
mengatasi cekaman salinitas pada tanaman kedelai. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Arora et al., (2002) bahwa mekanisme asam askorbat terhadap
cekaman berpengaruh pada metabolisme sel tanaman dengan melakukan
perlindungan terhadap oksigen reaktif yang diproduksi berlebih ketika terjadi
cekaman. Proklamasiningsih et al (2012) menjelaskan bahwa klorofil adalah
pigmen yang terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap
sebagai energi untuk reaksi-reaksi dalam proses fotosintesis.

Universitas Sumatera Utara

31

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Perlakuanpemberian antioksidan berupa asam askorbat, asam salisilat dan
alfa tokoferol berpengaruh nyata meningkatkan pada parameter jumlah
polong berisi pertanaman, produksi pertanaman dan bobot 100 biji. Asam
askorbat merupakan jenis antioksidan yang terbaik di antara ketiga
antioksidan yang diberikan.

2.

Konsentrasi asam askorbat terbaik diperoleh pada konsentrasi 250 ppm
untuk pertumbuhan dan produksi kedelai di tanah salin.

Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan untuk
meningkatkan produksi tanaman kedelai pada lahan salin sebaiknya digunakan
antioksidan asam askorbat dengan dosis 250 ppm.

Universitas Sumatera Utara