Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori

2.1.1. Kualitas pengelolaan barang milik daerah
Kualitas Pengelolaan menurut Gaspersz (2001; 4) didefisinikan sebagai
satu cara meningkatkan kinerja secara terus menerus pada setiap level operasi atau
proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan
semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 17 Tahun 2007 menjelaskan yang dimaksud dengan barang milik
daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang yang berasal dari perolehan
lainnya yang sah. Menurut Mardiasmo (2004: 238), prinsip dasar dari
keberhasilan proses pengelolaan barang milik daerah meliputi tiga hal utama yaitu
(1) perencanaan yang tepat; (2) pelaksanaan/ pemanfaatan secara efisien dan
efektif; dan (3) pengawasan (monitoring). Kualitas pengelolaan barang milik
daerah adalah satu cara meningkatkan kinerja secara terus menerus pada setiap
level perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan barang milik daerah dari suatu

entitas.
Barang milik daerah erat kaitannya dengan aset tetap yang dikelola oleh
pemerintah daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Sistem Akuntansi Pemerintahan, aset tetap merupakan aset berwujud yang
mempunyai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan atau dimaksudkan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
14

Universitas Sumatera Utara

15

Pengukuran aset tetap dinilai sebesar biaya perolehan yaitu sebesar jumlah kas
atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan
atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap
untuk digunakan. Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah membagi aset tetap atas enam golongan yaitu:
(1) tanah, (2) peralatan dan mesin, (3) gedung dan bangunan, (4) jalan, irigasi dan
jaringan, (5) aset tetap lainnya, (6) konstruksi dalam pengerjaan.
Suatu prosedur tentang pengelolaan aset tetap daerah harus dapat

mendukung tertibnya mekanisme pengelolaan barang milik daerah yang
merupakan suatu siklus yang saling terkait. Menurut Yusuf (2010: 181), prinsip
pokok yang harus diperhatikan dalam pengelolaan barang milik daerah adalah
semua tahap sejak tahap perencanaan sampai pada tahap penghapusan harus
memiliki dokumentasi yang baik. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2007
pasal 4 poin 2 menyatakan bahwa pengelolaan barang milik daerah meliputi: (a)
perencanaan kebutuhan dan penganggaran; (b) pengadaan; (c) penerimaan,
penyimpanan

dan

penyaluran;

(d) penggunaan;

(e) penatausahaan;

(f)

pemanfaatan; (g) pengamanan dan pemeliharaan; (h) penilaian; (i) penghapusan;

(j) pemindahtanganan; (k) pembinaan, pengawasan dan pengendalian; (l)
pembiayaan; dan (m) tuntutan ganti rugi.
Aset tetap daerah adalah salah satu unsur yang penting dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat. Menurut Yusuf
(2010: 13), aset tetap harus dikelola dengan baik dan benar sehingga akan
terwujud pengelolaan barang daerah yang transparan, efisien, akuntabel dan
adanya kepastian nilai yang dapat berfungsi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

Universitas Sumatera Utara

16

dari pemerintah daerah. Agar pelaksanaan pengelolaan aset daerah dapat
dilakukan dengan baik dan benar sehingga dapat dicapai efektivitas dan efisiensi
pengelolaan aset daerah, menurut Sholeh dan Rochmansjah (2010: 157)
hendaknya berpegang teguh pada azas-azas sebagai berikut:
1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah dibidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan
oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan
kepala daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masingmasing;

2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;
3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik
daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh
informasi yang benar;
4. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar
barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar
kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal;
5. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik
daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah
serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.

Pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah yang dilakukan oleh
pemerintah mempunyai sasaran yang harus dicapai. Menurut Mardiasmo (2004;
239) sasaran strategis yang harus dicapai dalam kebijakan pengelolaan aset/barang
milik daerah antara lain: (1) terciptanya ketertiban administrasi mengenai

kekayaan daerah, (2) terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan aset daerah;
(3) terwudnya pengamanan aset daerah; (4) tersedianya data/informasi yang
akurat mengenai jumlah kekayaan daerah. Menurut Mardiasmo (2004; 239)
strategi dalam melakukan pengelolaan barang milik daerah untuk mencapai hasil
yang optimal meliputi : (1) Identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset

Universitas Sumatera Utara

17

daerah; (2) Adanya sistem informasi manajemen aset daerah; (3) Pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan aset; (4) Melibatkan berbagai profesi atau keahlian
yang terkait seperti auditor internal dan penilai (appraisal).
Pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah membutuhkan pengurus
barang dengan kompetensi memadai yang diukur dari pengetahuan, pengalaman,
dan pelatihan/ bimbingan teknis yang pernah diikutinya dalam urusan pengelolaan
barang milik daerah (Yusuf, 2010: 150). Pengetahuan dan kepatuhan akan
peraturan-peraturan pengelolaan barang milik daerah akan sangat membantu
dalam melakukan pengelolaan barang milik daerah karena peraturan tersebut akan
membatasi ruang gerak pejabat untuk melakukan dan tidak melakukan

pengambilan keputusan yang dapat membuat suatu aset berpindah tangan atau
tidak berpindah tangan kepada pihak lain, serta yang dapat atau yang tidak dapat
diberdayakan/ dimanfaatkan untuk kepentingan operasional pemerintah (Yusuf,
2010: 138). Proses yang panjang dalam pengelolaan barang milik daerah
memerlukan suatu sistem agar penarikan informasi menjadi lebih cepat, akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan. Sistem Informasi Manajemen Barang Milik
Daerah (SIMDA-BMD) diciptakan untuk menggantikan pekerjan manual menjadi
pekerjaan yang dikerjakan secara elektronik.
Pengelolaan barang milik daerah juga memerlukan komunikasi antara para
pelaksananya. Menurut Inayah (2010), komunikasi diperlukan dalam pelaksanaan
pengelolaan barang milik daerah dalam rangka menyamakan persepsi dan langkah
secara integral dari semua SKPD dalam pengelolaan barang milik daerah.
Komunikasi yang dibangun dikemas dalam bentuk sosialisasi dan rekonsiliasi.

Universitas Sumatera Utara

18

2.1.2. Kualitas aparatur daerah
Pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah memerlukan sumber daya

manusia atau di dalam pemerintahan disebut aparatur daerah yang mempunyai
kualitas dan kuantitas yang memadai. Menurut Suharto (2012), kualitas sumber
daya manusia merupakan kemampuan dari pegawai dalam menjalankan proses
Koswara, 2001. Dinamika
Informasi dalampengelolaan
Era Global. CV.yang dilihat dari kemahiran seseorang, latar belakang pendidikan,
Rajawali. Jakarta.

persyaratan yang harus diikuti untuk dapat menjalankan proses pengelolaan,
pelatihan-pelatihan, masalah professional dan sosialisassi peraturan yang

mengalami perubahan. Kualitas aparatur daerah menurut Koswara (2001: 266)
merupakan kemampuan professional dan keterampilan teknis para pegawai yang
termasuk kepada unsur staf dan pelaksana di lingkungan pemerintah daerah. Hal
ini sangat diperlukan agar manajemen pemerintahan dalam otonomi daerah dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Yang diperlukan tidak hanya jumlahnya
yang cukup, tetapi juga kualitas para pegawai yang harus diukur dengan melihat
latar belakang pendidikan, keterampilan, pengalaman kerja, jenjang kepangkatan
dan status kepegawaian.
Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007, aparatur yang bertanggung

jawab terhadap pengelola Barang Milik Daerah adalah Kepala Daerah sebagai
pemegang kekuasaan pengelola Barang Milik Daerah

yang berwenang dan

bertanggungjawab atas pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan barang milik
daerah, dan dalam pelaksanaannya Kepala Daerah dibantu oleh: Sekretaris Daerah
selaku pengelola; Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola
barang milik daerah selaku pembantu pengelola; Kepala SKPD selaku pengguna;
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku Kuasa Pengguna, dan proses teknis

Universitas Sumatera Utara

19

dilakukan oleh Penyimpan barang milik daerah; dan Pengurus barang milik
daerah.
Penyimpan barang menurut Permendagri No. 17 Tahun 2007 pasal 1 poin
8 adalah pegawai yang diserahi tugas untuk menerima, menyimpan, dan
mengeluarkan barang. Pengurus barang menurut Permendagri No. 17 Tahun 2007

pasal 1 poin 9 adalah pegawai yang ditugaskan untuk mengurus barang milik
daerah dalam pemakaian pada masing-masing pengguna/ kuasa pengguna.
Pengurus/ penyimpan barang diangkat oleh pengelola untuk masa satu tahun
anggaran dan bertanggungjawab kepada pengelola melalui atasan langsungnya.
Syarat untuk diangkat menjadi penyimpan dan pengurus barang pada SKPD/ unit
kerja berdasarkan lampiran yang terdapat pada Permendagri No. 17 Tahun 2007
adalah:
a. Diusulkan oleh Kepala SKPD/ unit kerja yang bersangkutan.
b. Paling rendah menduduki golongan II dan paling tinggi golongan III,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
c. Minimal mempunyai pengalaman paling kurang 1 (satu) tahun berturutturut secara aktif dalam kegiatan Pengelolaan Barang Milik Daerah
d. Pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan dan/ atau bimbingan
teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah
e. Mempunyai sifat dan akhlak yang baik, antara lain jujur, teliti, dan
dapat dipercaya.
Aparatur daerah adalah salah satu elemen yang penting dalam organisasi
pemerintahan. Kualitas aparatur yang dimiliki oleh organisasi akan menentukan
kemampuan organisasi dalam mencapai tujuannya. Menurut Yusuf (2010: 47),
kunci keberhasilan pengelolaan barang milik daerah adalah harus tersedianya
pegawai yang kompeten dalam bidang pengelolaan barang milik daerah. Untuk

mendapatkan pegawai yang kompeten maka diperlukan adanya suatu standar yaitu
pegawai yang memiliki pengetahuan tentang aset daerah, yang mempunyai

Universitas Sumatera Utara

20

keterampilan tentang pengelolaan aset daerah, dan pegawai yang mempunyai
sikap terhadap pengelolaan aset daerah.
Hasil penelitian Darno (2012) dan Haryanto (2013) menemukan bukti
empiris adanya pengaruh kemampuan sumber daya manusia terhadap kualitas
laporan barang kuasa pengguna. Penempatan pegawai (pengurus barang/
penyimpan barang) sesuai latar belakang pendidikannya, yaitu pegawai yang
berlatar belakang pendidikan akuntansi/keuangan sebagai staf penyusun laporan
aset/keuangan akan menjadikan laporan aset yang dihasilkan berkualitas dan
pengembangan keahlian staf, baik formal maupun non-formal. Menurut
Supriyadi (2008), Peningkatan kualitas terhadap sumber daya manusia
yang melaksanakan inventarisasi dan pengelolaan barang milik daerah
perlu diupayakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, atau bimbingan
teknis. Dengan adanya kegiatan semacam ini diharapkan kualitas

pengelola barang milik daerah akan meningkat dan hal ini akan
berdampak terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah.

2.1.3. Kepatuhan pada regulasi
Setiap organisasi terutama pada sektor pemerintahan dalam melaksanakan
setiap kegiatan harus mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, menyatakan bahwa pengelolaan barang milik
daerah harus dikelola secara tertib dengan memperhatikan asas fungsional, asas
kepastian hukum, asas transparansi, dan asas efisiensi. Taat pada peraturan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud adalah bahwa pengelolaan Barang

Universitas Sumatera Utara

21

Milik Daerah harus berpedoman pada peraturan yang mengatur tata kelola barang
milik daerah berupa peraturan perundang-undangan atau peraturan lain yang
berhubungan dengan siklus pengelolaan BMD.
Beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan pengelolaan
barang milik daerah antara lain Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah No
06 Tahun 2006 dan perubahannya pertama pada Peraturan Pemerintah No. 38
Tahun 2008 dan perubahan kedua pada Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah, Peraturan Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang Sistem
Akuntansi Pemerintahan.
Berdasarkan Pasal 90 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah, Menteri Dalam Negeri melakukan
pembinaan pengelolaan Barang Milik Daerah dan menetapkan kebijakan umum
Barang Milik Negara/Daerah dan/atau kebijakan teknis Barang Milik Negara dan
pada Pasal 105, ditegaskan agar ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan
Barang Milik Daerah diatur dengan Peraturan Daerah berpedoman pada kebijakan
pengelolaan Barang Milik Daerah. Pasal 146 UU No. 32/2004 menyebutkan untuk
melaksanakan Peraturan Daerah, kepala daerah menetapkan peraturan kepala
daerah dan atau keputusan kepala daerah dan untuk mengajukan rancangan dan
menetapkan Peraturan Daerah harus mendapatkan persetujuan dari DPRD.

Universitas Sumatera Utara

22

Perspektif pertama dalam memahami keberhasilan suatu implementasi
adalah kepatuhan para implementor dalam melaksanakan regulasi yang tertuang
dalam dokumen regulasi (Purwanto dan Sulistyastuti, 2012 : 69). Kepatuhan pada
regulasi dalam pengelolaan barang milik daerah merupakan pelaksanaan dari azas
kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan
berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan. Agar implementasi suatu
kebijakan pengelolaan barang milik daerah berhasil secara efektif dan efisien, para
pelaksana (implementors) harus mengetahui apa yang harus dilakukan dan
mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan itu, serta mempunyai
kemauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut (Inayah, 2010).
Salah satu ciri penting yang dimiliki oleh setiap peraturan perundangan
yang baik adalah kemampuannya untuk memadukan hierarki badan-badan
pelaksana. Bila sistem yang diatur dalam peraturan tidak tegas, maka
kemungkinan akan terjadi perbedaan-perbedaan perilaku kepatuhan yang cukup
mendasar diantara pejabat-pejabat pelaksana dan kelompok-kelompok sasaran,
sebab mereka akan berusaha untuk melakukan penilaian sendiri terhadap
kebijakan dimaksud. Menurut Munaim (2012), diperlukan pemahaman dan
kesamaan persepsi dan langkah secara integral dan menyeluruh dari semua SKPD
dalam menjamin terlaksananya pengelolaan barang milik daerah. Kepatuhan pada
regulasi akan sangat membantu dalam melakukan pengelolaan barang milik
daerah karena peraturan pengelolaan BMD akan membatasi ruang gerak pejabat
untuk melakukan dan tidak melakukan suatu tindakan dalam pengelolaan barang
milik daerah. Apabila para pejabat pengelola barang milik daerah tidak
memahami peraturan yang ada, maka besar kemungkinan akan terjadi

Universitas Sumatera Utara

23

penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan BMD. Dengan memahami dasar
hukum setiap golongan dan jenis aset, maka tata kelola BMD dapat menjamin
kewajaran dalam penyajian neraca daerah.
Menurut Munaim (2012), adanya regulasi merupakan faktor pendukung
terlaksananya implementasi kebijakan pengelolaan barang milik daerah di
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Regulasi yang lebih rinci dan disesuaikan dengan
kondisi daerah dituangkan dalam suatu Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat
Nomor 2 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Daerah. Menurut Nancy
(2015), diperlukan sikap para impelementor yang konsisten bertanggung jawab
dalam mendukung pencapaian sebuah kebijakan pengelolaan barang milik daerah,
karena sikap ini menjadi sangat penting untuk menentukan berhasil tidaknya
sebuah impelementasi kebijakan. Penjelasan kepatuhan pada regulasi dalam
pengelolaan barang milik daerah di atas sangat menentukan kualitas pengelolaan
barang milik daerah pada setiap entitas apakah entitas pelaporan atau entitas
akuntansi (SKPD).

2.1.4. Sistem informasi manajemen daerah
Pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah memerlukan suatu sistem
informasi untuk mencapai pengelolaan Barang Milik Daerah secara terencana,
terintegrasi dan sanggup menyediakan data dan informasi yang dikehendaki.
Sistem Informasi Manajemen menurut Sutanta (2003: 19) merupakan sekumpulan
subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk
satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan yang

Universitas Sumatera Utara

24

lainnya dengan cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima
masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing), dan
menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan
keputusan yang berguna. Sistem informasi manajemen daerah merupakan
penerapan sistem informasi yang bertujan untuk memenuhi kebutuhan informasi
bagi para pengambil keputusan di semua eselon atau jajaran pemerintah daerah
(Anwar dan Oetojo, 2004: 112).
Beberapa manfaat atau peranan serta fungsi sistem informasi manajemen
menurut Jogiyanto (2005) antara lain adalah: 1) Aksesibilitas data yang tersaji
secara tepat waktu dan

akurat; 2) Mengembangkan proses perencanaan yang

efektif; 3) Mengidentifikasi kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem
informasi; 4) Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi; 5)
Mengolah transaksi-transaksi dan mengurangi biaya.
Menurut Sutanta (2003 : 20) komponen fisik penyusun sistem informasi
manajemen adalah :
1. Perangkat keras (hardware), meliputi piranti-piranti yang digunakan
oleh sistem komputer untuk masukan dan keluaran (input/ output
device), memory, modem, pengolah (processor) dan peripheral lain.
2. Perangkat lunak (software) , yaitu program-program komputer yang
meliputi sistem operasi, bahasa pemograman, dan program apilikasi
yang memungkinkan perangkat keras untuk dapat memproses data.
3. Berkas (file), merupakan sekumpulan data yang disimpan dengan caracara tertentu sehingga dapat digunakan kembali dengan mudah
mudah.
4. Prosedur, yaitu sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan
pemrosesan data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki
5. Manusia, yaitu semua pihak yang bertanggung jawab dalam
pengembangan sistem informasi, pemrosesan, dan penggunaan
keluaran sistem informasi
6. Basis data (database) yaitu sekumpulan tabel, hubungan, dan lain-lain
yang berkaitan dengan penyimpanan data.

Universitas Sumatera Utara

25

7. Jaringan komputer dan komunikasi data, yaitu sistem penghubung
yang memungkinkan sumber (resources) dipakai secara bersama atau
diakses oleh sejumlah pemakai.

Menurut Yusuf (2010: 189), agar penarikan informasi menjadi lebih
cepat,akurat dan dapat dipertanggungjawabkan , perlu diciptakan suatu sistem
informasi yang dapat menggantikan pekerjan manual menjadi pekerjaan yang
dikerjakan secara elektronik yaitu dengan Sistem Informasi Manajemen Barang
Milik Daerah (SIMDA-BMD). Berdasarkan Permendagri No. 17 Tahun 2007
pasal 30, aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMDA-BMD)
digunakan untuk memudahkan pendaftaran dan pencatatan serta pelaporan barang
milik daerah secara akurat dan cepat. Aplikasi SIMDA-BMD dikembangkan oleh
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang merupakan salah
satu produk teknologi sistem informasi yang banyak digunakan oleh pemerintah
daerah. Berdasarkan informasi umum yang terdapat pada www.bpkp.com,
Aplikasi SIMDA-BMD merupakan program aplikasi yang digunakan untuk
pengelolaan barang daerah meliputi perencanaan, pengadaan, penatausahaan,
penghapusan dan akuntansi barang daerah. Aplikasi SIMDA-BMD mempunyai
output antara lain :
1. Perencanaan : Daftar Kebutuhan Barang dan Pemeliharaan, Daftar Rencana
Pengadaan Barang Daerah dan Daftar Rencana Pemeliharaan Barang Daerah.
2. Pengadaan : Daftar Hasil Pengadaan, Daftar Hasil Pemeliharan Barang, dan
Daftar Kontrak Pengadaan.
3. Penatausahaan : Kartu Inventaris Barang (KIB), Kartu (sejarah) Barang,
Kartu Inventaris ruangan (KIR), Buku Inventaris (BI), Daftar Mutasi Barang
Daerah, dan Rekap Hasil Sensus, serta Label Barang.

Universitas Sumatera Utara

26

4. Penghapusan : SK Penghapusan, Lampiran SK Penghapusan dan Daftar
Barang yang Dihapuskan
5. Akuntansi Daftar Barang yang masuk Neraca (Intracomptable), Daftar
Barang Extra Comptable, Lampiran Neraca, Daftar Penyusutan Aset Tetap,
dan Daftar Aset Lainnya (Barang Rusak Berat), serta Rekapitulasi Barang Per
SKPD.
Penggunaan

sistem

informasi

manajemen

berpengaruh

terhadap

pengelolaan barang milik daerah. Penelitian yang dilakukan Darno (2012) dan
Haryanto (2013) menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara
pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas pelaporan aset daerah.
Menurut Darno (2012), aktivitas penatausahaan sampai dengan tersusunnya
laporan BMD oleh pemerintah daerah tidak lepas dari pemanfaatan teknologi
informasi. Bahkan dalam penyusunan laporan BMD, sebagian besar prosesnya
menggunakan bantuan komputer. Mulai tahun 2014 sudah dikenal Sistem
Informasi Manajemen Barang Milik Daerah (SIMDA-BMD), yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas laporan barang milik daerah yang dihasilkan.

2.1.5 Komunikasi
Komunikasi dibutuhkan dalam suatu organisasi sebagai alat untuk
berinteraksi antara satu individu dengan individu. Menurut Masmuh (2010: 8),
komunikasi merupakan unsur pengikat berbagai bagian yang saling bergantung
dari suatu sistem organisasi. Komunikasi memungkinkan struktur organisasi
berkembang dengan memfasilitasi individu-individu yang terpisah untuk
mengkoordinir aktivitas mereka sehingga tercapai sasaran organisasi. komunikasi
dalam organisasi merupakan petunjuk atau penafsiran pesan di antara unit-unit

Universitas Sumatera Utara

27

komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi terentu. Suatu organisasi
terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan – hubungan hierarki antara satu
dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Komunikasi pemerintahan menurut Silalahi (2004) adalah merupakan
komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks
organisasi pemerintahan dan arus penyampaian dan penerimaan pesan dilakukan
melalui jaringan yang sifat hubungannya saling tergantung satu sama lain
berdasarkan aturan-aturan formal. Komunikasi formal yang terjadi di antara
pelaksana pengelolaaan barang milik daerah merupakan komunikasi formal yang
melalui garis kewenangan yang telah ditetapkan. Dari kewenangan ini bisa
menyediakan saluran-saluran prosedur kerja, instruksi, dan gagasan dan umpan
balik mengenai pelaksanaan pekerjaan bawahan disampaikan ke bawah dari
pimpinan yang lebih tinggi ke karyawan di bawahnya. Komunikasi formal juga
menetapkan saluran komunikasi ke atas berlangsung, dimana bawahan bisa
menyampaikan permasalah pekerjaannya dengan atasan, ide-ide, sikap dan
perasaan mereka sendiri.
Menurut Masmuh (2003: 10), ada beberapa bentuk komunikasi dalam
proses komunikasi struktur formal yaitu: komunikasi vertikal, horizontal, dan
antarorganisasi.
1. Komunikasi vertikal, adalah dimensi komunikasi yang mengalir ke
atas dan ke bawah dalam hierarki organisasi mengikuti jalur pelaporan
resmi dan/ atau jalur –jalur yang telah ditetapkan.
2. Komunikasi horizontal, yakni pengiriman dan penerimaan informasi
dilakukan antara rekan kerja dari level organisasi yang sama.
Komunikasi horizontal memfasilitasi koordinasi antarunit yang saling
bergantung.
3. Komunikasi antar organisasi, dimensi komunikasi ini timbul sebagai
akibat dari kenyataan bahwa suatu organisasi berinteraksi dengan luar
organisasinya.

Universitas Sumatera Utara

28

Pengelolaan barang milik daerah akan berjalan efektif jika para pelaksana
mengetahui apa yang harus dikerjakan, dan untuk itu diperlukan komunikasi yang
efektif. Menurut Nancy (2015) pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang milik
daerah memerlukan adanya komunikasi dalam bentuk sosialisasi antara pejabat
yang pengelola barang milik daerah yang ada di dinas dengan pengurus barang
yang ada di UPTD. Mengkomunikasikan tujuan organisasi secara baik dan benar
akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan secara optimal.
2.1.6. Komitmen pimpinan
Komitmen pimpinan merupakan suatu sikap seseorang di dalam suatu
organisasi yang dapat mengatur dan memberi pengaruh terhadap orang lain untuk
Kaloh J. Kepala Daerah, Pola
Kegiatan, Kekuasaan, mencapai
dan
tujuan organisasi yang diharapkan. Menurut Rivai (2008: 248),
Perilaku Kepala Daerah Dalam
Pelaksanaan Otonomikomitmen
Daerah, merupakan penetapan di dalam diri seseorang untuk menerima atau
PT Gramedia Pustaka, 2002, hal.
menolak satu tujuan atau lebih yang menuntun perbuatan atau kegiatannya.
25) dalam buku DR Bambang

Menurut Trisnawati (2005: 14) kepemimpinan diartikan sebagai proses
mempengaruhi dan mengarahkan pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah
ditugaskan kepada mereka. Berdasarkan pengertian di atas dan dikaitkan dengan
kegiatan organisasi pemerintahan maka pemimpin mempunyai arti yang sangat
strategis dalam rangka mendorong dan menggerakkan pencapaian tujuan
organisasi melalui orang lain. Meyer, Allen, dan Smith (1998) mengemukaan ada
tiga dimensi komitmen organisasional (Sopiah, 2008: 157), yaitu:
1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian
dari organisasi karena adanya ikatan emosional;
2. Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan
pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan lain,
atau karena tidak menemukan pekerjaan lain;

Universitas Sumatera Utara

29

3. Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan.
Karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya
kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang
seharusnya dilakukan.
Menurut Rivai (2008: 45), pemimpin harus menjalin hubungan kerja yang
efektif melalui kerja sama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Semua program
kerja akan terlaksana berkat bantuan orang-orang yang dipimpin, karena setiap
pemimpin tidak mungkin bekerja sendiri. Menurut Gusman (2012), kesuksesan
suatu organisasi tergantung pada kinerja para pegawai yang berada paling bawah
dalam suatu piramida organisasi, dan para pegawai yang bekerja membutuhkan
dukungan dari pimpinan. Sebagus apapun gagasan dari bawah tanpa adanya
dukungan dari pemimpin maka gagasan tersebut tidak akan berjalan dengan baik.
Hal ini juga berlaku untuk pengelolaan barang milik daerah. Menurut Yusuf
(2010: 47), pengelolaan barang milik daerah selain membutuhkan kompetensi
sumber daya manusia yang memadai, juga sangat memerlukan komitmen
pimpinan untuk mendorong aparat di bawahnya agar mencapai visi dan misi yang
telah ditetapkan. Pimpinan SKPD harus yakin bahwa kompetensi pengurus/
penyimpan barang memadai untuk pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah
yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pimpinan SKPD wajib menciptakan
kriteria yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam mengisi posisi
pengurus/penyimpan barang di lingkungan SKPD. Pimpinan SKPD wajib
memfasilitasi pengurus/ penyimpan barang untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan ketentuan. Jika kompetensi sumber daya pengelola barang
milik daerah sudah baik, namun tidak ada komitmen dari pimpinan dalam
pengelolaan tersebut maka proses pengelolaan barang milik daerah akan
terkendala.

Universitas Sumatera Utara

30

Pelaksanaan sistem informasi manajemen juga membutuhkan komitmen
pimpinan dalam pelaksanaanya. Sesuai pendapat dari Yusuf (2010: 190)
keberhasilan

suatu

organisasi

menggunakan

teknologi

informasi

sangat

bergantung pada sumber daya manusia yang mengoperasikannya, dan komitmen
pimpinan dibutuhkan untuk melaksanakan investasi sumber daya dalam bidang
pelaksanaan penggunaan teknologi informasi. Menurut hasil penilitian Munaim
(2012), adanya komitmen pimpinan dalam pelaksanaan peraturan dan petunjuk
teknis pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah merupakan faktor pendukung
terlaksananya kebijakan pengelolaan barang milik daerah di setiap SKPD pada
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Menurut Gusman (2012) sebagus
apapun suatu peraturan disusun, tanpa adanya komitmen dari pimpinan untuk
menerapkan peraturan tersebut maka peraturan tersebut tidak akan berhasil dalam
penerapannya. Oleh karena itu, kepatuhan pada regulasi yang dilakukan oleh para
pelaksana pengelola barang milik daerah membutuhkan komitmen pimpinan.
Komitmen pimpinan juga dibutuhkan dalam pelaksanaan komunikasi pada
suatu organisasi. Menurut Masmuh (2010: 48), ada beberapa peran pimpinan
dalam membangkitkan iklim komunikasi yang secara tidak langsung ikut
membantu karyawan dalam mencapai kepuasan kerjanya yaitu; semua pimpinan
haruslah menetapkan tujuan bagi karyawan-karyawannyannya, semua pimpinan
harus melatih karyawannya, harus meninjau kemajuan karyawan, memberikan
bimbingan, menggunakan metode baru dalam kelompok, membuat perencanaan
masa mendatang, dan menghargai prestasi karyawan yang dipimpin.
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah pengguna anggaran/
pengguna barang bagi SKPD yang dipimpinnya. Hal ini tercantum pada pasal 6

Universitas Sumatera Utara

31

ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Dengan berpedoman pada pengertian dan peraturan tersebut, maka agar
pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah menjadi efisien, struktur
organisasinya tidak bisa dipisahkan dengan lembaga pengelola keuangan daerah.
Menurut Simamora (2012), komitmen pimpinan diperlukan dalam mengatasi
permasalahan yang menyangkut pengelolaan barang milik daerah. Komitmen
Kepala SKPD dibutuhkan dalam hal tidak sering melakukan pergantian personal
pengurus dan penyimpan barang. Pengurus dan penyimpan barang harus bekerja
satu tahun anggaran sesuai dengan surat keputusan penganggakatan. Jika
pergantian petugas pengelola barang diperlukan harus ada kaderisasi terlebih
dahulu terhadap penggantinya. Selain itu, kepala SKPD memberikan perhatian
serius

bagi

aset

yang

dikelolanya

secara

professional

dengan

tidak

menomorduakan urusan pengelolaan barang milik daerah, karena posisi kepala
SKPD selain sebagai pengguna anggaran juga sebagai pengguna barang yang
bertanggungjawab terhadap barang milik daerah yang dikelolanya. Sebagai
pengguna barang, kepala SKPD diperlukan bukan hanya menerima masukan tapi
harus merealisasikan solusi penyelesaian masalah pengelolaan barang milik
daerah.

2.2

Review Penelitian Terdahulu

Azhar (2013) meneliti tentang pengaruh kualitas aparatur daerah, regulasi,
dan sistem informasi terhadap manajemen aset pada Kota Banda Aceh. Populasi
pada penelitian ini adalah pegawai yang bekerja sebagai pengguna, pengurus, dan
penyimpan barang pada SKPD Pemko Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan

Universitas Sumatera Utara

32

metode sensus. Total populasi sasaran adalah 124 orang. Metode analisis yang
digunakan pada penelitian ini adalah regresi berganda linear. Indikator yang
digunakan untuk variabel manajemen aset adalah inventarisasi, legal audit,
penilaian, optimalisasi, pengawasan dan pengendalian. Indikator yang digunakan
untuk variabel kualitas aparatur daerah adalah pengalaman, pendidikan, pelatihan,
dan pedoman. Untuk variabel regulasi indikator yang digunakan adalah peraturan
dan SK, sedangkan untuk variabel sistem informasi adalah fasilitas memadai,
pemahaman pengguna sistem informasi dan peraturan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara bersama-sama kualitas aparatur daerah, regulasi, dan
sistem informasi berpengaruh terhadap manajemen aset, Secara parsial kualitas
aparatur daerah tidak berpengaruh terhadap manajemen aset, sementara dua
variabel bebas lain, regulasi dan sistem informasi berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen aset.
Darno (2012) meneliti pengaruh kemampuan sumber daya manusia dan
pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas laporan barang kuasa
pengguna (studi pada satuan kerja di Wilayah Kerja KPPN Malang). Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kemampuan sumber daya
manusia dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas laporan barang
kuasa pengguna. Data diperoleh dari 88 staf penyusun laporan keuangan satuan
kerja melalui kuesioner. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda. Variabel kualitas laporan barang kuasa
pengguna diukur dengan indikator: a) andal, b) tepat waktu, dan c) lengkap.
Variabel kemampuan sumber daya manusia diukur dengan indikator: a). kapasitas
staf, b). tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dan c). pengembangan. Variabel

Universitas Sumatera Utara

33

pemanfaatan teknologi Informasi diukur dengan indikator: a) perangkat, b)
pengelolaan data aset dan keuangan dan c) perawatan. Hasil statistik
mengindikasikan bahwa kemampuan sumber daya manusia dan pemanfaatan
teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan barang kuasa
pengguna. Implikasi penelitian ini terhadap satuan kerja adalah satuan kerja harus
mengelola sumber daya manusia dan memanfaatkan teknologi informasi dengan
baik untuk meningkatkan kualitas laporan barang kuasa pengguna.
Haryanto (2013) meneliti mengenai aset daerah yaitu dengan judul
pengaruh sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi dalam
peningkatan kualitas pelaporan aset daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh faktor kemampuan sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi
informasi terhadap kualitas pelaporan aset daerah. Penelitian ini dilakukan
mengambil sampel pengurus barang/penyimpan pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan unit kerja perangkat daerah (UKPD) di lingkungan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2012. Data diperoleh dari 49 pengurus
barang/penyimpan barang yang mempunyai tugas dan fungsi menyusun laporan
aset daerah sebagai bagian dari data penyusun laporan keuangan SKPD/UKPD.
Penelitian menggunakan metode kuesioner. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Variabel kualitas laporan barang kuasa pengguna diukur dengan indikator:
a) andal, b) tepat waktu, dan c) lengkap. Variabel kemampuan sumber daya
manusia diukur dengan indikator: a). kapasitas staf, b). tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) dan c). pengembangan. Variabel pemanfaatan teknologi Informasi
diukur dengan indikator: a) perangkat, b) pengelolaan data aset dan keuangan dan

Universitas Sumatera Utara

34

c) perawatan. Hasil uji statistis mengindikasikan bahwa kemampuan sumber daya
manusia dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap
kualitas pelaporan aset daerah. Implikasi penelitian ini terhadap SKPD/UKPD
adalah bahwa pemberdayaan dan pemanfaatan sumberdaya manusia dan teknologi
informasi dengan baik dapat meningkatkan kualitas pelaporan aset daerah
sekaligus meningkatkan kualitas pelaporan keuangan SKPD/UKPD.
Nancy (2015) dalam implementasi kebijakan pengelolaan barang milik
daerah pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sigi. Penelitian
ini bertujuan menganalisis hubungan faktor komunikasi, faktor sumber daya,
faktor disposisi/sikap dan faktor struktur birokrasi terhadap implementasi
kebijakan pengelolaan barang milik daerah pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Sigi. Penelitian merupakan penelitian deskriptif kuantitatif,
dan bentuk data utama yang diperoleh dalam penelitian ini yakni data kualitatif
berupa wawancara pada 5 orang informan yang telah ditentukan secara Purposive.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pengelolaan barang
milik daerah pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sigi dilihat
dari empat aspek (aspek komunikasi, sumber daya, disposisi/sikap dan struktur
birokrasi) belum berjalan dengan baik. Hal ini karena 4 (empat) aspek yang
diteliti, menjelaskan bahwa pada aspek komunikasi dimana kurangnya sosialisasi
dilaksanakan, pada aspek Sumber daya utamanya sumber daya manusia dan
sumber daya anggaran kurang memadai, dan pada aspek disposisi dapat terlihat
dengan kurangnya tanggungjawab aparat pengelola barang milik daerah serta pada
aspek struktur birokrasi dimana belum adanya SOP pengelolaan barang milik
daerah.

Universitas Sumatera Utara

35

Munaim (2012) dalam penelitian dengan judul kebijakan pengelolaan
barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kualitatif dan dilakukan untuk mendeskripsikan,
menganalisis dan menginterpretasikan proses implementasi kebijakan pengelolaan
barang milik daerah dan mengindentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat pengelolaan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi, sumber daya,
disposisi/sikap dan struktur birokrasi berpengaruh terhadap implementasi
kebijakan pengelolaan barang milik daerah pada Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Penelitian juga menyimpulkan bahwa faktor utama yang
mendukung implementasi kebijakan pengelolaan barang milik daerah disamping
adanya Peraturan Perundang-undangan yang jelas, juga didukung dengan adanya
komitmen yang kuat dari Gubernur Nusa Tenggara Barat dalam pengelolaan
barang milik daerah

yang dituangkan dalam kebijakan dan petunjuk

pelaksanaannya.
Inayah (2010) dalam penelitian dengan judul studi persepsi implementasi
kebijakan pengelolaan aset daerah di Kota Tanggerang. Penelitian ini bertujuan
menganalisis hubungan faktor komunikasi, faktor sumber daya, faktor
diposisi/sikap dan faktor struktur birokrasi terhadap implementasi kebijakan
pengelolaan aset daerah di Kota Tangerang. Model analisis yang digunakan
diadopsi dari Teori Edward III namun tidak secara utuh. Variabel komunikasi
menggunakan indikator: a) aspek transmisi dalam komunikasi, b) aspek kejelasan
dalam komunikasi, c) aspek konsistensi dalam komunikasi, d) mekanisme
koordinasi. Variabel sumber daya diukur dengan indikator: a) kuantitas dan

Universitas Sumatera Utara

36

kualitas staf, b) kewenangan yang dimiliki staf, c) informasi yang dimiliki staf, d)
fasilitas baik fisik maupun financial. Variabel sikap diukur dengan indikator: a)
respon implementor terhadap kebijakan (arah respon, macam tanggapan dan
intensitas tanggapan), b) pengetahuan dan pemahaman implementor terhadap
kebijakan. Variabel struktur birokrasi diukur dengan variabel : a) tersedianya
SOP, b) kejelasan aturan/pembagian tugas dalam organisasi, c) pola-pola
hubungan

dalam

organisasi.

Indikator

variabel

implementasi

kebijakan

pengelolaan aset adalah : a) kesesuaian implementasi kebijakan dengan peraturan
daerah dan peraturan walikota yang mengatur tentang pengelolaan aset daerah.
Penelitian merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, dan menggunakan
pendekatan positivisme. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang
kuat antara komunikasi dan sumber daya terhadap implementasi kebijakan
sedangkan

disposisi/sikap dan struktur birokrasi mempunyai hubungan yang

sedang dan cukup namun tetap signifikan terhadap im plementasi kebijakan aset
daerah.
Tulungen (2014) menganalisa faktor- faktor pengelolaan aset pada Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan
yaitu asosiatif dimana penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih.Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis
faktor. Berdasarkan hasil uji analisa data maka didapatkan bahwa pengujian
terhadap 33 faktor yang dalam pengelolaan aset di lingkungan Komisi Pemilihan
Umum Provinsi dan Kabupaten/Kota se- Sulawesi Utara, maka terdapat 19 faktor
yang dinyatakan valid memenuhi Kaiser Meyer Olkin (KMO) dan 14 faktor

Universitas Sumatera Utara

37

dinyatakan tidak memenuhi hasil uji KMO dengan nilai dibawah 0.5. Setelah
dilakukan uji rotasi faktor dengan menggunakan metode varimax maka analisis
faktor dalam data penelitian ini dikelompokkan menjadi faktor- faktor yaitu
Pengamanan dan Pemeliharaan barang milik Negara, Perencanaan Barang Milik
Negara, Penatausahaan Barang Milik Negara, Penggunaan Barang Milik Negara
dan Bimbingan Teknis Barang Milik Negara.
Simamora (2012) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan
aset pasca pemekaran wilayah dan pengaruhnya terhadap kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah di Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset daerah
pasca pemekaran dan efeknya pada kualitas laporan keuangan pemerintah
Tapanuli Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yang
bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen
aset daerah pasca-ekspansi dan efeknya pada kualitas pelaporan keuangan. Data
dikumpulkan melalui wawancara dengan informan, dokumentasi penelitian, serta
observasi atau triangulasi atau campuran ketiganya. Hasil penelitian ini bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi

pengelolaan aset pasca pemekaran adalah

Sumber daya manusia, bukti kepemilikan aset, penilaian aset, komitmen
pimpinan, dan faktor tersebut berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
Lu (2011) dari Florida Atlantic University dengan judul Public asset
management: empirical evidence from the state governments in the united states.
(Manajemen aset pemerintah; bukti empiris dari pemerintah negara bagian di
Amerika Serikat). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana praktek

Universitas Sumatera Utara

38

manajemen aset publik di pemerintah negara bagian AS dibandingkan dengan
standar sistem yang ada. Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu dengan
survei situs dan survei lewat surat. Survei situs dengan mensurvei situs resmi lima
puluh pemerintah negara bagian, terutama situs-situs departemen negara yang
bertanggung jawab untuk mengelola aset negara tetap, termasuk bangunan, tanah,
armada kendaraan, peralatan, dan infrastruktur. Survei surat dengan mensurvei
administrator yang tanggung jawab utamanya mengenaii manajemen aset tetap di
pemerintahan negara bagian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen
aset tetap pada daerah tertentu tidak diatur secara baik . Proses manajemen
dipengaruhi oleh siklus hidup aset, strategi sumber daya manusia, teknologi
informasi dan sumber daya, dan monitoring, integritas, dan transparansi.
Permasalahan yang terjadi bahwa di beberapa daerah hukum dan peraturan tidak
mempunyai penjelasan yang lengkap mengenai penggunaan aktiva tetap dan
operasi aset tetap,

peningkatan kapasitas manajemen aset tetap tidak

dapat

meningkatkan perbaikan organisasi dan membangun kemitraan dengan bisnis
swasta, perencanaan aset tetap tidak dapat mencakup misi dan ukuran kinerja
aset, program privatisasi dilaksanakan hanya dalam beberapa bidang manajemen
aset tetap dan strategi sumber daya manusia seperti perencanaan sumber daya
manusia dan karyawan pelatihan pengembangan belum dilakukan secara
maksimal.
Beni, et.al (2014) dalam penelitian dengan judul The Effectiveness Of
Local Asset Management (A Study On The Government Of Jayapura),
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas manajemen asset
daerah. Populasi penelitian ini adalah pemerintah Jayapura, dengan jumlah SKPD

Universitas Sumatera Utara

39

sebanyak 36 SKPD. Responden adalah satgas memiliki atau Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD), pengurus barang dan staf dari SKPD.Penelitian ini
menggunakan metode sensus yang dianalisis menggunakan model regresi
moderasi. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh penerapan
manajemen aset, akuntabilitas publik, monitoring dan evaluasi berpengaruh secara
signifikan terhadap efektivitas manajemen asset daerah. Sumber daya manusia
merupakan variabel moderating pada pengaruh akuntabilitas public dan
monitoring terhadap efektivitas manajemen asset daerah, sedangkan terhadap
penerapan manajemen asset bukan merupakan variabel moderating terhadap
efektivitas manajemen asset daerah.
Secara ringkas hasil penelitian sebelumnya ditampilkan matrik penelitian
pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu
No

1

2

Nama
Peneliti
Azhar
(2013)

Darno
(2012)

Judul Penelitian

Variabel

Pengaruh Kualitas
Aparatur Daerah,
Regulasi dan Sistem
Informasi Terhadap
Manajemen Aset
(Studi Pada SKPD
Pemerintah Kota
Banda Aceh)

Variabel Independen:
Kualitas Aparatur Daerah
(X1), Regulasi (X2) dan
Sistem Informasi (X3)

Analisis Pengaruh
Kemampuan Sumber
Daya Manusia dan
Pemanfaatan
Teknologi Informasi
Terhadap Kualitas
Laporan Barang Kuasa
Pengguna (Studi pada
Satuan Kerja di
Wilayah Kerja KPPN
Malang)

Variabel Independen:
Kemampuan Sumber
Daya Manusia (X1) dan
Pemanfaatan Teknologi
Informasi (X2),

Variabel Dependen:
Manajemen Aset (Y)

Variabel Dependen:
Kualitas Laporan Barang
Kuasa Pengguna (Y)

Hasil Penelitian

Kualitas aparatur daerah,
regulasi, dan sistem
informasi berpengaruh
secara simultan terhadap
manajemen aset, Secara
parsial kualitas aparatur
daerah tidak berpengaruh
terhadap manajemen aset
Kemampuan sumber daya
manusia dan pemanfaatan
teknologi informasi
berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas
laporan barang kuasa
pengguna)

Universitas Sumatera Utara

40

Lanjutan tabel 2.1
Haryanto
Pengaruh Sumber
3
(2013)
Daya Manusia dan
Pemanfaatan
Teknologi Informasi
dalam Peningkatan
Kualitas Pelaporan
Aset Daerah

4

5

Nancy
(2015)

Munaim
(2012)

Implementasi
Kebijakan Pengelolaan
Barang Milik Daerah
Pada Dinas
Pendidikan, Pemuda
dan Olah Raga
Kabupaten Sigi

Kebijakan pengelolaan
barang milik daerah
pada Pemerintah
Provinsi Nusa
Tenggara Barat

Variabel Independen:
Sumber Daya Manusia
(X1), Pemanfaatan
Teknologi Informasi
(X2),
Variabel Dependen:
Peningkatan Kualitas
Pelaporan Aset Daerah
(Y)
Variabel Independen:
komunikasi , sumber
daya , disposisi/sikap
dan struktur birokrasi
Variabel dependen:
Implementasi kebijakan
pengelolaan barang milik
daerah
Variabel Independen:
komunikasi (X1), sumber
daya (X2), disposisi/sikap
(X3) dan struktur
birokrasi (X4)
Variabel dependen:
Implementasi kebijakan
pengelolaan barang milik
daerah (Y)

6

Inayah
(2010)

Studi persepsi
implementasi
kebijakan pengelolaan
aset daerah di Kota
Tanggerang

Variabel Independen:
komunikasi (X1), sumber
daya (X2), disposisi/sikap
(X3) dan struktur
birokrasi (X4)
Variabel dependen:
Implementasi kebijakan
pengelolaan aset
daerah(Y)

7

Tulungen
(2014)

Faktor- faktor
pengelolaan aset pada
Komisi Pemilihan
Umum Provinsi
Sulawesi Utara

Sumber daya manusia dan
pemanfaatan teknologi
informasi berngaruh secara
signifikan terhadap kualitas
pelaporan aset daerah

Variabel independen :
X1: Pengamanan dan
Pemeliharaan
X2:Perencanaan
X3:Penatausahaan
X4:Penggunaan dan
Bimbingan Teknis
Variabel dependen:
Pengelolaan aset (Y)

Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
komunikasi, sumber daya,
disposisi/sikap dan struktur
birokrasi berpengaruh
terhadap implementasi
kebijakan pengelolaan
barang milik daerah

Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
komunikasi, sumber daya,
disposisi/sikap dan struktur
birokrasi berpengaruh
terhadap implementasi
kebijakan pengelolaan
barang milik daerah

Hasil penelitian
menunjukkan adanya
hubungan antara
komunikasi, sumber daya,
disposisi/sikap dan struktur
birokrasi terhadap
implementasi kebijakan
asset daerah.

Pengamanan dan
Pemeliharaan barang milik
Negara, Perencanaan Barang
Milik Negara,
Penatausahaan Barang Milik
Negara, Penggunaan Barang
Milik Negara dan
Bimbingan Teknis Barang
Milik Negara berpengaruh
terhadap pengelolaan asset

Universitas Sumatera Utara

41

Lanjutan tabel 2.1
Simamora Faktor –faktor yang
8
(2012)
Mempengaruhi
Pengelolaan Aset
Pasca Pemekaran
Wilayah di Kabupaten
Tapanuli Selatan

Variabel Independen:
Sumber daya manusia,
Bukti kepemilikan aset ,
Penilaian aset ,
Komitmen pimpinan
Variabel Intervening:
Pengelolaan Aset

9

Lu
(2011)

Public asset
management:
empirical evidence
from the state
governments in the
united states

Variabel Independen:
Regulasi (X1), Struktur
organisasi (X2), Siklus
hidup aset(X3), Sumber
daya manusia (X4),
Teknologi informasi (X5)
dan monitoring (X6)
variabel dependen:
Manajemen aset
pemerintah (Y)

10

Pekei,
Beni,
et.al.
Internatio
nal
Journal of
Business
and
Managem
ent
Invention
(2014)

The Effectiveness Of
Local Asset
Management (A Study
On The Government
Of Jayapura)

Variabel Independen:
Implementasi Manajemen
Aset (X1), Akuntabilitas
Publik (X2), Monitoring
& Evaluasi (X3), Sumber
Daya Manusia (X4)
sebagai moderasi.
variabel dependen:
Efektifitas lokal Asset
Management (Y)

Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengelolaan
aset pasca pemekaran adalah
Sumber daya manusia, bukti
kepemilikan aset, penilaian
aset, komitmen pimpinan,
dan faktor tersebut
berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.

Permasalahan yang terjadi
dalam manajemen aset
pemerintah adalah:
1. Persyaratan hukum dan
peraturan
2. Struktur organisasi
3. Proses manajemen di
seluruh siklus hidup aset
4. Strategi sumber daya
manusia
5. informasi dan teknologi
sumber daya
6. Monitoring, dan
transparansi
Pengaruh penerapan
manajemen aset,
akuntabilitas publik, dan
monitoring & evaluasi
berpengaruh terhadap
efektivitas pengelolaan aset
daerah, namun pengaruh
interaksi sumber daya
manusia tidak signifikan.

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

1 2 17

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Barang Milik Daerah dengan Peran Inspektorat Daerah sebagai Variabel Moderating pada SKPD di Pemerintahan Kabupaten Padang Lawas

0 0 7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi Dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sebagai Variabel Moderating

0 1 17

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

0 0 15

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

1 2 13

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 0 49

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

10 36 5

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating

0 0 30