Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Petani Di Desa Hutatinggi Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kemiskinan
2.1.1
Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah persoalan mendasar yang menyentuh secara langsung
terhadap kelangsungan dan martabat suatu bangsa yang merdeka. Kemiskinan
bagaimana pun ia didefinisikan menampilkan sisi-sisi buruk yang menantikan suatu
pemecahan.Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang saling berkaitan,antara lain: Tingkat Pendapatan, Kesehatan,
Pendidikan, Akses terhadap barang dan jasa, Lokasi, Geografis, Gender, dan Kondisi
Lingkungan (Rachmawaty,2011:1-2).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga
september 2013, merilis data
penduduk miskin mencapai 28,55 juta. Laporan BPS tanggal 2 Januari 2014 itu
memperlihatkan ada penambahan 480.000 penduduk miskin dibandingkan dengan
maret 2013. Berarti naik dari 11,37 menjadi 11,47 persen penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan dari total penduduk Indonesia.
Pendapat beberapa ahli yang mengemukakan defenisi mengenai kemiskinan
yaitu sebagai berikut:
1. Mencher (dalam Siagian,2012:5) mengemukakan, kemiskinan adalah
gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau
wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau
sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata
mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.
Universitas Sumatera Utara
2. Pearce (dalam Siagian,2012:7) mengemukakan, kemiskinan merupakan
produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal, dengan
sumber daya manusia dan kelembagaan.
3. Castells (dalam Siagian,2012:10) mengemukakan, kemiskinan adalah
sutu tingkat kehidupan yang berada dibawah standard kebutuhan hidup
minimum agar manusia dapat bertahan hidup.
2.1.2
Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan
menitiberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu:
1. Faktor Internal, yang berasal dari dalam diri individu yang mengalami
kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurang
mampuan, yang meliputi: Fisik, Intelektual, Mental Emosional atau
Temperamental, Spritual, Sosial psikologis, Keterampilan, dan Aset.
2. Faktor Eksternal, yang berasal dari luar diri individu atau keluarga yang
mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik
waktu menjadikannya miskin, meliputi: Terbatasnya pelayanan sosial
dasar, Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah, Terbatasnya
lapangan pekerjaan formal, Budaya yang kurang mendukung kemajuan
dan kesejahteraan, Kondisi geografis yang sulit,tandus,dan terpencil,
serta kebijakan publik yang belum berpihak pada masyarakat miskin.
(Siagian,2012: hal 114-116).
Jika dilihat dari pandangan ekonomi, kondisi miskin disebabkan 3 (tiga) hal,
yakni:
Universitas Sumatera Utara
1. Ketidaksamaan dan keterbatasan pola kepemilikan sumber daya yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya
manusia dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
(Parwadi,2012: hal 7).
2.1.3
Ciri-Ciri Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah sosial
yang senantiasa hadir di tengah-
tengah masyarakat, kemiskinan merupakan konsep dan fenomena yang berwayuh
wajah, bermatra multidimensional, misalnya menunjukkan bahwa kemiskinan
memiliki beberapa ciri yakni:
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (Papan, Sandang,
Pangan)
2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya seperti:
kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi)
3. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiada investasi untuk pendidikan
dan keluarga)
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan suber daya
alam
6. Ketidak terlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat
7. Ketiaadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental
Universitas Sumatera Utara
9. Ketidakmampuan dan ketidak beruntungan sosial seperti: anak terlantar,
wanita korban KDRT, janda miskin, kelompokmarjinal dan terpencil.
(Edi suharto ,2005).
Sementara itu menurut Siagian, Kemiskinan memiliki 5 (lima) ciri-ciri
yakni:
1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki
faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang
memadai, ataupun keterampilan yang memadai
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang
untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah
4. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan
kategori setengah menganggur
5. Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi
tidak
memiliki
keterampilan
dan
pendidikan
yang
memadai.
(Siagian,2012:20-23).
2.2
Kesejahteraan Sosial
2.2.1
Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan berasal dari kata “Sejahtera”. Sejahtera ini mengandung
pengertian dari bahasa sanskerta “Catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini,
kesejahteraan yang terkandung dalam “cater” (payung) adalah orang yamg sejahtera
yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau
kekwatiran sehingga hidupnya aman tenteram, baik lahir maupun batin. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
sosial berasal dari kata “socius” yang berarti kawan, teman, dan kerja sama.
(fahrudin, 2012:8)
Sejahtera adalah merupakan suatu kondisi yang diharapkan oleh setiap orang,
keluarga, maupun masyarakat. Kesejahteraan sosial yang dicanangkan oleh PBB
pada tahun 1950 adalah merupakan kondisi ataupun keadaan sejahtera, baik fisik,
psikis maupun sosial dan tidak hanya perbaikan-perbaikan penyakit-penyakit sosial
tertentu saja (Suharto dalam Supriadi:361). Sedangkan menurut UU No.11 Tahun
2009 tentang Kesejahteraan Sosial, yang dimaksud kesejahteraan sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial warga negaraagar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Indikator kesejahteraan sosial dapat diukur dengan tercukupinya:
1. Kebutuhan Jasmaniah, yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan, papan,
sandang, dan kesehatan
2. Kebutuhan Psikis, yaitu kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan, keagamaan, rekreasi, rasa keadilan, keindahan
dan lain-lain
3. Kebutuhan sosial yaitu kemampuan keluarga untuk dapat berkomunikasi
dan bersosialisasi dengan masyarakat setempat sesuai dengan aturan adat
– istiadat maupun norma-norma kemasyarakatan (Supriadi , 2012).
2.2.2
Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan Sosial mempunyai tujuan yaitu:
1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya
standard kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan,
kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan
masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber,
meningkatkan dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.
Fungsi –fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan
sosio-ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang
negatif akibat pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu
mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun fungsi –fungsi tersebut
yakni:
1. Fungsi Pencegahan (Preventive)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan
masyarakat supay terhindar dari masalah-masalah sosial baru.
2. Fungsi Penyembuhan (Curative)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi
ketidak mampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami
masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat.
3. Fungsi Pengembangan (Development)
Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung
ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan
tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.
4. Fungsi Penunjang (Supportive)
Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan
sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain. (Fahrudin,
2012:10-13).
Universitas Sumatera Utara
2.3 Strategi
Secara harfiah dalam kamus lengkap indonesia, strategi diartikan sebagai cara siasat
perang.
2.3.1 Strategi Bertahan Hidup
Strategi
bertahan hidup petani adalah segala tindakan atau usaha/taktik
petani dengan segala kemampuannya untuk mempertahankan hidupnya. Strategi
bertahan hidup terbagi atas 3 yaitu: Strategi Aktif, Strategi pasif, dan Strategi
Jaringan.
Snel dan Staring dalam Resmi Setia (2005:6) mengemukakan bahwa strategi
bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh
individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini
seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumbersumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan
kualitas barang atau jasa. Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh
posisi individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan
jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam mobilitas sumber daya yang
ada, tingkat keterampilan, kepemilikan asset, jenis pekerjaan, status gender, dan
motovasi pribadi. Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan mobilitas sumber
daya yang ada termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain
membantu individu dalam menyusun strategi bertahan hidup.
Edi Suharto seorang pengamat masalah kemiskinan (Suharto,2003:1),
menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup adalah kemampuan
seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang melengkapi kehidupannya. Beliau juga mengatakan strategi
Universitas Sumatera Utara
bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori,
yaitu:
1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi
keluarga
2. Strategi pasif, yaitu dengan mengurangi pengeluaran keluarga
3. Strategi jaringan, misalnya menjalin relasi baik formal maupun
informal dan lingkungan kelembagaan (Pertiwi,2012:5-6).
2.3.2 Strategi Aktif
Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara
memenfaatkan
segala
potensi
yang
dimiliki.
Menurut
Suharto
(dalam
Abidin,2014:16) strategi aktif merupakan strategi yang dilakukan keluarga miskin
dengan cara mengoptimalkan segala potensi keluarga (misalnya melakukan
aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan apa pun demi
menambah penghasilannya).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi
aktif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan seseorang atau keluarga dengan
cara memaksimalkan segalasumber daya dan potensi yang dimiliki keluarga mereka.
2.3.3 Strategi Pasif
Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara
meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana pendapat Suharto (2009:31) yang
menyatakan strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi
pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan
Universitas Sumatera Utara
sebagainya). Strategi pasif yang biasa dilakukan oleh petani adalah dengan
membiasakan hidup hemat. Sikap hemat merupakan budaya yang telah dilakukan
oleh masyarakat desa terutama masyarakat desa yang tergolong dalam petani kecil.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi
pasif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara selektif, tidak
boros, dalam mengatur pengeluaran keluarga.
2.3.4 Strategi Jaringan
Strategi jaringan adalah strategi yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
jaringan sosial. Menurut Suharto (2009:31) strategi jaringan merupakan strategi
bertahan hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi, baik formal maupun
dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam
uang kepada tetangga, mengutang diwarung atau toko, memanfaatkan program
kemiskinan, meminjam uang ke Bank dan sebagainya).
Strategi jaringan yang biasanya
dilakukan
petani adalah memanfaatkan
jaringan sosial yang dimiliki dengan cara meminjam uang kepada kerabat, bank, dan
memanfaatkan bantuan sosial lainnya. Bantuan sosial yang diterima petani
merupakan modal sosial yang sangat berperan sebagai penyelamat ketika keluarga
petani yang tergolong miskin membutuhkan bantuan .
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi
jaringan adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminta bantuan
kepada kerabat, tetangga dan relasi lainnya baik secara formal maupun informal
ketika dalam kesulitan, seperti meminjam uanag ketika memerlukan uang secara
mendadak.
Universitas Sumatera Utara
2.4
Konsep Masyarakat Petani
Desa dan Petani merupakan dua kata yang tak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Desa adalah tempat dimana petani menjalani kehidupannya. Banyak
ilmuwan telah meneliti tentang apa itu desa dengan karakter sosialnya. Berbagai
pandangan muncul sebagai bentuk penjelasan tentang desa dan masyarakat petani.
1. Wolf dalam (Husainassadi,2008),
mengemukakan masyarakat petani
merupakan fase setelah masyarakat primitif dan masyarakat modern.
2. Boeke dalam (Husainassadi,2008), mengemukakan masyarakat petani
mempunyai karakteristi yang berbeda dengan masyarakat modern.
Secara umum, petani didefinisikan sebagai orang yang bekerja di sektor pertanian
dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian. Dalam batasan
statistik orang yang bekerja disektor pertanian minimal satu jam seminggu, dapat
disebut sebagai petani. Selain itu orang yang tinggal di pedesaan dan secara
psikologis menjadi petani, sering pula disebut sebagai petani (Husainassadi,2008).
2.5 Konsep Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau darah,
biasanya meliputi ayah, ibu, dan anak atau anak-anak. Keluarga adalah ikatan yang
sedikit banyak berlangsung lama antara suami dan istri, dengan atau tanpa anak.
Melalui keluarga, individu-individu dapat tumbuh dan berkembang, serta dapat
memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani maupun sosialnya.
Tidak seorangpun individu yang tidak terkait dengan keluarganya. (Nimkoff, dalam
Sulistyo, 2012:327).
Keluarga terbentuk melalui perkawinan yang sah antara dua orang lain jenis,
dan di dalamnya terdapat anak dari hasil perkawinan atau adopsi. Setiap keluarga
Universitas Sumatera Utara
memiliki sejumlah peran: ayah sebagai suami dari istri dan sebagai ayah dari anakanak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman.
Ayah berepran sebagai kepal keluarga juga sebagai anggota dari kelompok sosial
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Ibu sebagai istri dan ibu dari
anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Disamping itu, ibu juga dapat berperan pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
Sedangkan
anak-anak
melaksanakan
peranan
psikososial
sesuai
tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial maupun spritual.
Selain memiliki peranan, setiap keluarga juga memili sejumlah fungsi,
menurut Zastrow (1999), beberapa fungsi keluarga, yaitu:
1. Replacement of the population, artinya keluarga memiliki fungsi
regenerasi.
2. Care of the young, artinya keluarga memiliki fungsi pengasuhan dan
perawatan. Keluarga merupakan meta institusi di dalam kehidupan
anak.
3. Sosialization of new members, artinya keluarga memiliki fungsi untuk
mensosialisasikan nilai-nilai budaya, norma, bahasa, dan lain-lain
kepada anggota keluarga.
4. Regulation of sosial behavior, artinya keluarga memiliki fungsi
pengaturan perilaku seksual.
5. Source of affection, artinya keluarga memiliki fungsi memberikan
kasih sayang, cinta yang tulus kepada semua anggota keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Keluarga juga bertanggung jawab mengembangkan pola-pola hubungan
antara anggota keluarga dengan hak dan kewajiban, atau kedudukan dan peranan
yang jelas, sehingga masing-masing anggota keluarga dapat mengembangkan sikap
dan pola tingkah laku dalam berhubungan dengan sesama anggota keluarga secara
tertib. Bilamana hal ini mengalami kegagalan, maka keluarga akan menjadi kurang
harmonis.
Direktorat Pemberdayaan Keluarga (2005) mendefinisikan kesejahteraan
keluarga sebagai kemampuan keluarga dalam melaksanakan peranan dan fungsi
sosialnya melalui pemenuhan kebutuhan dasar, penjangkauan sistem sumber,
penyadaran pemecahan masalah, partisipasi sosial dalam komunitas, pengembangan
investasi dan asset, serta keikutsertaan dalam pengambilan keputusan dalam
kelompok. Dimensi dalam definisi keluarga sejahtera tersebut akan sangat ditentukan
oleh pelaksanaan fungsi dan peranan keluarga, baik di dalam keluarga sendiri
(internal) maupun dalam hubungan dengan lingkungan sosial yang lebih luas
(eksternal) (Sulistyo,2012:327).
2.6 Sosial Ekonomi
Kata sosial menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang
berkenaan dengan masyarakat. Kegiatan sosial tidak terlepas dari tindakan-tindakan
sosial dan interaksi sosial. Tindakan sosial adalah hal-hal yang dilakukan individu
atau kelompok. Dalam interaksi sosial adalah proses dimana individu dengan
individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang satu
dengan yang lain.
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh si pembawa status.
Melly G.Tan dalam Gunawan, Muktar mengatakan untuk melihat kedudukna
sosial ekonomi adalah dengan melihat pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan
seseorang. Berdasarkan ini masyarakat dapat digolongkan ke dalam kedudukan
sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi yaitu dengan:
1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang
menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi
tingkat hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang
lain
2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang, pendapaatn hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung
3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat
memenuhi kebutuhan pokok juga dari pendapatan itu dapat ditabungkan
untuk kebutuhan lain (repository.usu.ac.id)
Kebanyakan negara sedang berkembang mengabaikan
sektor
pertanian untuk mendapat sumber daya dalam upaya meningkatkan usaha
industrialisasi dan urbanisasi. Kebijakan ini sangat mengutamakan urban bias
(kecenderungan mengutamakan kota) yang sudah mendarah daging dalam
kehidupan ekonomi di kebanyakan negara sedang berkembang. Kebijakan
yang berdasarkan urban bias ini akan memperlebar jurang pendapatan antara
kota dan desa. Banyak ahli di negara sedang berkembang dan di negara maju
sekarang beranggapan bahwa syarat penting lainnya yang belum terpenuhi
adalah suatu daerah pedesaan yang lebih produktif.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip-prinsip Strategi Pembangunan Masyarakat Desa yang
mendasar meskipun penekanan aspek-aspek tertentu mungkin berbeda dan
masih disusunya berbagai perincian yang lebih mendetail, sudah dicapai
kesepakatan dalam banyak hal pada tahun-tahun terakhir ini mengenai
prinsip-prinsip umum suatu strategi pembangunan masyarakat desa.
Pertumbuhan yang disertai dengan pemerataan merupakan tujuan umum,
peningkatan pendatan kaum miskin di desa sama pentingnya dengan
pertumbuhan ekonomi secara umum.
Sektor pertanian harus mendapat prioritas paling tinggi. Sumbersumber daya dan tenaga kerja terampil harus disalurkan ke dalam suatu
usaha yang terus menerus untuk meningkatkan produksi pangan. Para petani
kecil dapat menjadi kunci keberhasilan produksi pertanian jika mereka dapat
memperoleh dengan biaya murah.
Prasarana pedesaan khususnya jalan raya, gudang penyimpanan bahan
pangan, harus dibangun agar petani dapat dengan mudah menjual hasil-hasil
mereka, sehingga dapat didistribusikan dengan kerugian yang minimum.
Menghubungkan para petani dengan pasar adalah sangat penting, lembagalembaga pemasaran, koperasi, dan keuangan yang melayani para petani harus
didirikan pada lokasi yang tepat di pasar desa dan di kota-kota kecil. Sekolah
menengah dan sekolah teknik juga harus dibangun di sana.
Industri kecil padat karya harus dikembangkan pada pusat ini untuk
meningkatkan kesempatan kerja disamping menghasilkan barang-barang dan
fasilitas pelayanan yang bermanfaat bagi petani. Dibutuhkan lebih banyak
penelitian dan pengembangan mengenai teknologi yang menggunakan lebih
banyak tenaga kerja secara efisien dan lebih sedikit modal di pertanian
Universitas Sumatera Utara
maupun industri kecil. Partisispasi dalam proses pembuatan keputusan harus
terbuka bagi rakyat dari semua lapisan dalam bidang-bidang yang secara
langsung mempengaruhi kehidupan mereka, baik pada tingkat nasional
maupun tingkat lokal.
Dalam pemberdayaan
sosial ekonomi para petani, diharapkan
partisipasi semua pihak baik pemerintah dan petani itu sendiri. Untuk
menjalankan kegiatan program kerja yang ditentukan pemerintah disalurkan
kepada para petani melalui intervensi penyuluh pertanian, kemudian melalui
kelompok tani inilah yang diberi wewenang untuk menyampaikan program
kerja
kepada
para
petani
di
desa-desa
yang
telah
ditentukan,
(Irmayanti,2013:28-31).
Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki
sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi. Berasaskan hal tersebut, kita dapat
mengklarifikasikan keadaan sosial ekonominya yang dapat dijabarkan sesuai
dengan indikator sebagai berikut:
1. Pendapatan
Pendapatan dapat di defenisikan sebagai gaji, upah, atau
keuntungan. Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang
terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan
tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi
terhadap kekayaan.
2. Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan
prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan,
Universitas Sumatera Utara
misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya
listrik, telepon, jalan yang memungkinkan pemukiman sebagaimana
mestinya.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan
dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi
ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
4. Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
5. Sandang Pangan
Pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai makhluk
berbudaya. Pada awalnya manusia memanfaatkan pakaian dari kulit
kayu dan hewan yang tersedia di alam. Kemudian manusia
mengembangkan teknologi pemintal kapas menjadi benang untuk
ditenun menjadi bahan pakaian
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumen manusia, termasuk
bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapannya, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman.
6. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
menyangkut hubungan antar individu, individu (seseorang) dengan
Universitas Sumatera Utara
kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi
sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial
adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling
mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya
di dalam masyarakat (Siahaan,2017:26-30).
2.7 Kerangka Pemikiran
Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok
orang sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang
tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai
kehidupan yang layak. Kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada
dibawah standard kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup.
Desa Hutatinggi merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir, luas wilayah sekitar 7.5 km2 atau 750 Ha dimana
60% berupa daratan yang bertopografi berbukut-bukit, dan 40 % daratan
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk persawahan irigasi ,
persawahan tadah hujan dan areal perkebunan rakyat. Dengan luas lahan yang
dimiliki, desa ini memiliki potensi yang sangat besar dikembangkan menjadi areal
pertanian. Namun yang menjadi permasalahannya adalah petani di Desa Hutatinggi
ini tidak dapat mengolah/memanfaatkan
semua lahan pertaniannya karena
masyarakat di desa ini masih menggunakan cara-cara pertanian yang masih
tradisional sehingga sulit bagi mereka untuk mengalami kemajuan. Selain itu petani
di desa ini juga sangat terganggu pengolahan pertaniannya ketika musim kemarau,
dengan tanah yang kurang subur membuat mereka tidak dapat melanjutkan kegiatan
pertanian saat musim kemarau.
Universitas Sumatera Utara
Musim kemarau mengakibatkan lahan pertanian di Desa Hutatinggi ini tidak
dapat dikelola terutama lahan persawahan karena lahan sawah mereka adalah sawah
tadah hujan, sehingga para petani harus berhenti bertani dalam kurun waktu yang
tidak dapat dipastikan sampai kapan mereka berhenti bertani.
Ditengah kemiskinan, ketidakberdayaan dan skill yang sangat terbatas yang
dimiliki oleh masyarakat petani di desa ini yang menggantungkan hidup mereka pada
sektor pertanian, Mereka hanya mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada,
hidup lebih hemat dibandingkan saat mereka mendapatkan hasil, mencari pekerjaan
sampingan seperti bekerja di ladang orang serta pemanfaatan jaringan sosial mereka
dalam strategi mempertahankan kehidupan mereka di tengah hasil pertanian yang
tidak ada akibat musim kemarau. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat
dalam skema yang menggambarkan kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut:
2.1Bagan Alur Berpikir
Kemiskinan
Musim
Kemarau
Masyarakat Petani
Strategi Bertahan Hidup:
1. Strategi Aktif
2. Strategi Pasif
3. Strategi Jaringan
Universitas Sumatera Utara
2.8 Defenisi Konsep
Untuk lebih memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan,
Maka penulis membatasi konsep-konsep sebagai berikut:
1. Strategi bertahan hidup petani adalah segala tindakan atau usaha/taktik
petani dengan segala kemampuannya untuk mempertahankan hidupnya.
2. Masyarakat Petani adalah sekelompok orang yang bekerja di sektor pertanian
dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian.
3. Keadaan Sosial Ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan sesorang dalam posisi tertentu dalam struktur
sosial masyarakat.
4. kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok
orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang
atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata
mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.
5. Keadaan Sosial Ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan sesorang dalam posisi tertentu dalam struktur
sosial masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kemiskinan
2.1.1
Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah persoalan mendasar yang menyentuh secara langsung
terhadap kelangsungan dan martabat suatu bangsa yang merdeka. Kemiskinan
bagaimana pun ia didefinisikan menampilkan sisi-sisi buruk yang menantikan suatu
pemecahan.Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang saling berkaitan,antara lain: Tingkat Pendapatan, Kesehatan,
Pendidikan, Akses terhadap barang dan jasa, Lokasi, Geografis, Gender, dan Kondisi
Lingkungan (Rachmawaty,2011:1-2).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga
september 2013, merilis data
penduduk miskin mencapai 28,55 juta. Laporan BPS tanggal 2 Januari 2014 itu
memperlihatkan ada penambahan 480.000 penduduk miskin dibandingkan dengan
maret 2013. Berarti naik dari 11,37 menjadi 11,47 persen penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan dari total penduduk Indonesia.
Pendapat beberapa ahli yang mengemukakan defenisi mengenai kemiskinan
yaitu sebagai berikut:
1. Mencher (dalam Siagian,2012:5) mengemukakan, kemiskinan adalah
gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau
wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau
sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata
mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.
Universitas Sumatera Utara
2. Pearce (dalam Siagian,2012:7) mengemukakan, kemiskinan merupakan
produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal, dengan
sumber daya manusia dan kelembagaan.
3. Castells (dalam Siagian,2012:10) mengemukakan, kemiskinan adalah
sutu tingkat kehidupan yang berada dibawah standard kebutuhan hidup
minimum agar manusia dapat bertahan hidup.
2.1.2
Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan
menitiberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu:
1. Faktor Internal, yang berasal dari dalam diri individu yang mengalami
kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurang
mampuan, yang meliputi: Fisik, Intelektual, Mental Emosional atau
Temperamental, Spritual, Sosial psikologis, Keterampilan, dan Aset.
2. Faktor Eksternal, yang berasal dari luar diri individu atau keluarga yang
mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik
waktu menjadikannya miskin, meliputi: Terbatasnya pelayanan sosial
dasar, Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah, Terbatasnya
lapangan pekerjaan formal, Budaya yang kurang mendukung kemajuan
dan kesejahteraan, Kondisi geografis yang sulit,tandus,dan terpencil,
serta kebijakan publik yang belum berpihak pada masyarakat miskin.
(Siagian,2012: hal 114-116).
Jika dilihat dari pandangan ekonomi, kondisi miskin disebabkan 3 (tiga) hal,
yakni:
Universitas Sumatera Utara
1. Ketidaksamaan dan keterbatasan pola kepemilikan sumber daya yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya
manusia dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
(Parwadi,2012: hal 7).
2.1.3
Ciri-Ciri Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah sosial
yang senantiasa hadir di tengah-
tengah masyarakat, kemiskinan merupakan konsep dan fenomena yang berwayuh
wajah, bermatra multidimensional, misalnya menunjukkan bahwa kemiskinan
memiliki beberapa ciri yakni:
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (Papan, Sandang,
Pangan)
2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya seperti:
kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi)
3. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiada investasi untuk pendidikan
dan keluarga)
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan suber daya
alam
6. Ketidak terlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat
7. Ketiaadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental
Universitas Sumatera Utara
9. Ketidakmampuan dan ketidak beruntungan sosial seperti: anak terlantar,
wanita korban KDRT, janda miskin, kelompokmarjinal dan terpencil.
(Edi suharto ,2005).
Sementara itu menurut Siagian, Kemiskinan memiliki 5 (lima) ciri-ciri
yakni:
1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki
faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang
memadai, ataupun keterampilan yang memadai
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang
untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah
4. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan
kategori setengah menganggur
5. Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi
tidak
memiliki
keterampilan
dan
pendidikan
yang
memadai.
(Siagian,2012:20-23).
2.2
Kesejahteraan Sosial
2.2.1
Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan berasal dari kata “Sejahtera”. Sejahtera ini mengandung
pengertian dari bahasa sanskerta “Catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini,
kesejahteraan yang terkandung dalam “cater” (payung) adalah orang yamg sejahtera
yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau
kekwatiran sehingga hidupnya aman tenteram, baik lahir maupun batin. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
sosial berasal dari kata “socius” yang berarti kawan, teman, dan kerja sama.
(fahrudin, 2012:8)
Sejahtera adalah merupakan suatu kondisi yang diharapkan oleh setiap orang,
keluarga, maupun masyarakat. Kesejahteraan sosial yang dicanangkan oleh PBB
pada tahun 1950 adalah merupakan kondisi ataupun keadaan sejahtera, baik fisik,
psikis maupun sosial dan tidak hanya perbaikan-perbaikan penyakit-penyakit sosial
tertentu saja (Suharto dalam Supriadi:361). Sedangkan menurut UU No.11 Tahun
2009 tentang Kesejahteraan Sosial, yang dimaksud kesejahteraan sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial warga negaraagar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Indikator kesejahteraan sosial dapat diukur dengan tercukupinya:
1. Kebutuhan Jasmaniah, yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan, papan,
sandang, dan kesehatan
2. Kebutuhan Psikis, yaitu kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan, keagamaan, rekreasi, rasa keadilan, keindahan
dan lain-lain
3. Kebutuhan sosial yaitu kemampuan keluarga untuk dapat berkomunikasi
dan bersosialisasi dengan masyarakat setempat sesuai dengan aturan adat
– istiadat maupun norma-norma kemasyarakatan (Supriadi , 2012).
2.2.2
Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan Sosial mempunyai tujuan yaitu:
1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya
standard kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan,
kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan
masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber,
meningkatkan dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.
Fungsi –fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan
sosio-ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang
negatif akibat pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu
mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun fungsi –fungsi tersebut
yakni:
1. Fungsi Pencegahan (Preventive)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan
masyarakat supay terhindar dari masalah-masalah sosial baru.
2. Fungsi Penyembuhan (Curative)
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi
ketidak mampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami
masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat.
3. Fungsi Pengembangan (Development)
Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung
ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan
tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.
4. Fungsi Penunjang (Supportive)
Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan
sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain. (Fahrudin,
2012:10-13).
Universitas Sumatera Utara
2.3 Strategi
Secara harfiah dalam kamus lengkap indonesia, strategi diartikan sebagai cara siasat
perang.
2.3.1 Strategi Bertahan Hidup
Strategi
bertahan hidup petani adalah segala tindakan atau usaha/taktik
petani dengan segala kemampuannya untuk mempertahankan hidupnya. Strategi
bertahan hidup terbagi atas 3 yaitu: Strategi Aktif, Strategi pasif, dan Strategi
Jaringan.
Snel dan Staring dalam Resmi Setia (2005:6) mengemukakan bahwa strategi
bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh
individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini
seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumbersumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan
kualitas barang atau jasa. Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh
posisi individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan
jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam mobilitas sumber daya yang
ada, tingkat keterampilan, kepemilikan asset, jenis pekerjaan, status gender, dan
motovasi pribadi. Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan mobilitas sumber
daya yang ada termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain
membantu individu dalam menyusun strategi bertahan hidup.
Edi Suharto seorang pengamat masalah kemiskinan (Suharto,2003:1),
menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup adalah kemampuan
seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang melengkapi kehidupannya. Beliau juga mengatakan strategi
Universitas Sumatera Utara
bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori,
yaitu:
1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi
keluarga
2. Strategi pasif, yaitu dengan mengurangi pengeluaran keluarga
3. Strategi jaringan, misalnya menjalin relasi baik formal maupun
informal dan lingkungan kelembagaan (Pertiwi,2012:5-6).
2.3.2 Strategi Aktif
Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara
memenfaatkan
segala
potensi
yang
dimiliki.
Menurut
Suharto
(dalam
Abidin,2014:16) strategi aktif merupakan strategi yang dilakukan keluarga miskin
dengan cara mengoptimalkan segala potensi keluarga (misalnya melakukan
aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan apa pun demi
menambah penghasilannya).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi
aktif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan seseorang atau keluarga dengan
cara memaksimalkan segalasumber daya dan potensi yang dimiliki keluarga mereka.
2.3.3 Strategi Pasif
Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara
meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana pendapat Suharto (2009:31) yang
menyatakan strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi
pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan
Universitas Sumatera Utara
sebagainya). Strategi pasif yang biasa dilakukan oleh petani adalah dengan
membiasakan hidup hemat. Sikap hemat merupakan budaya yang telah dilakukan
oleh masyarakat desa terutama masyarakat desa yang tergolong dalam petani kecil.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi
pasif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara selektif, tidak
boros, dalam mengatur pengeluaran keluarga.
2.3.4 Strategi Jaringan
Strategi jaringan adalah strategi yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
jaringan sosial. Menurut Suharto (2009:31) strategi jaringan merupakan strategi
bertahan hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi, baik formal maupun
dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam
uang kepada tetangga, mengutang diwarung atau toko, memanfaatkan program
kemiskinan, meminjam uang ke Bank dan sebagainya).
Strategi jaringan yang biasanya
dilakukan
petani adalah memanfaatkan
jaringan sosial yang dimiliki dengan cara meminjam uang kepada kerabat, bank, dan
memanfaatkan bantuan sosial lainnya. Bantuan sosial yang diterima petani
merupakan modal sosial yang sangat berperan sebagai penyelamat ketika keluarga
petani yang tergolong miskin membutuhkan bantuan .
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi
jaringan adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminta bantuan
kepada kerabat, tetangga dan relasi lainnya baik secara formal maupun informal
ketika dalam kesulitan, seperti meminjam uanag ketika memerlukan uang secara
mendadak.
Universitas Sumatera Utara
2.4
Konsep Masyarakat Petani
Desa dan Petani merupakan dua kata yang tak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Desa adalah tempat dimana petani menjalani kehidupannya. Banyak
ilmuwan telah meneliti tentang apa itu desa dengan karakter sosialnya. Berbagai
pandangan muncul sebagai bentuk penjelasan tentang desa dan masyarakat petani.
1. Wolf dalam (Husainassadi,2008),
mengemukakan masyarakat petani
merupakan fase setelah masyarakat primitif dan masyarakat modern.
2. Boeke dalam (Husainassadi,2008), mengemukakan masyarakat petani
mempunyai karakteristi yang berbeda dengan masyarakat modern.
Secara umum, petani didefinisikan sebagai orang yang bekerja di sektor pertanian
dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian. Dalam batasan
statistik orang yang bekerja disektor pertanian minimal satu jam seminggu, dapat
disebut sebagai petani. Selain itu orang yang tinggal di pedesaan dan secara
psikologis menjadi petani, sering pula disebut sebagai petani (Husainassadi,2008).
2.5 Konsep Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau darah,
biasanya meliputi ayah, ibu, dan anak atau anak-anak. Keluarga adalah ikatan yang
sedikit banyak berlangsung lama antara suami dan istri, dengan atau tanpa anak.
Melalui keluarga, individu-individu dapat tumbuh dan berkembang, serta dapat
memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani maupun sosialnya.
Tidak seorangpun individu yang tidak terkait dengan keluarganya. (Nimkoff, dalam
Sulistyo, 2012:327).
Keluarga terbentuk melalui perkawinan yang sah antara dua orang lain jenis,
dan di dalamnya terdapat anak dari hasil perkawinan atau adopsi. Setiap keluarga
Universitas Sumatera Utara
memiliki sejumlah peran: ayah sebagai suami dari istri dan sebagai ayah dari anakanak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman.
Ayah berepran sebagai kepal keluarga juga sebagai anggota dari kelompok sosial
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Ibu sebagai istri dan ibu dari
anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Disamping itu, ibu juga dapat berperan pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
Sedangkan
anak-anak
melaksanakan
peranan
psikososial
sesuai
tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial maupun spritual.
Selain memiliki peranan, setiap keluarga juga memili sejumlah fungsi,
menurut Zastrow (1999), beberapa fungsi keluarga, yaitu:
1. Replacement of the population, artinya keluarga memiliki fungsi
regenerasi.
2. Care of the young, artinya keluarga memiliki fungsi pengasuhan dan
perawatan. Keluarga merupakan meta institusi di dalam kehidupan
anak.
3. Sosialization of new members, artinya keluarga memiliki fungsi untuk
mensosialisasikan nilai-nilai budaya, norma, bahasa, dan lain-lain
kepada anggota keluarga.
4. Regulation of sosial behavior, artinya keluarga memiliki fungsi
pengaturan perilaku seksual.
5. Source of affection, artinya keluarga memiliki fungsi memberikan
kasih sayang, cinta yang tulus kepada semua anggota keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Keluarga juga bertanggung jawab mengembangkan pola-pola hubungan
antara anggota keluarga dengan hak dan kewajiban, atau kedudukan dan peranan
yang jelas, sehingga masing-masing anggota keluarga dapat mengembangkan sikap
dan pola tingkah laku dalam berhubungan dengan sesama anggota keluarga secara
tertib. Bilamana hal ini mengalami kegagalan, maka keluarga akan menjadi kurang
harmonis.
Direktorat Pemberdayaan Keluarga (2005) mendefinisikan kesejahteraan
keluarga sebagai kemampuan keluarga dalam melaksanakan peranan dan fungsi
sosialnya melalui pemenuhan kebutuhan dasar, penjangkauan sistem sumber,
penyadaran pemecahan masalah, partisipasi sosial dalam komunitas, pengembangan
investasi dan asset, serta keikutsertaan dalam pengambilan keputusan dalam
kelompok. Dimensi dalam definisi keluarga sejahtera tersebut akan sangat ditentukan
oleh pelaksanaan fungsi dan peranan keluarga, baik di dalam keluarga sendiri
(internal) maupun dalam hubungan dengan lingkungan sosial yang lebih luas
(eksternal) (Sulistyo,2012:327).
2.6 Sosial Ekonomi
Kata sosial menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang
berkenaan dengan masyarakat. Kegiatan sosial tidak terlepas dari tindakan-tindakan
sosial dan interaksi sosial. Tindakan sosial adalah hal-hal yang dilakukan individu
atau kelompok. Dalam interaksi sosial adalah proses dimana individu dengan
individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang satu
dengan yang lain.
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh si pembawa status.
Melly G.Tan dalam Gunawan, Muktar mengatakan untuk melihat kedudukna
sosial ekonomi adalah dengan melihat pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan
seseorang. Berdasarkan ini masyarakat dapat digolongkan ke dalam kedudukan
sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi yaitu dengan:
1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang
menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi
tingkat hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang
lain
2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang, pendapaatn hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung
3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat
memenuhi kebutuhan pokok juga dari pendapatan itu dapat ditabungkan
untuk kebutuhan lain (repository.usu.ac.id)
Kebanyakan negara sedang berkembang mengabaikan
sektor
pertanian untuk mendapat sumber daya dalam upaya meningkatkan usaha
industrialisasi dan urbanisasi. Kebijakan ini sangat mengutamakan urban bias
(kecenderungan mengutamakan kota) yang sudah mendarah daging dalam
kehidupan ekonomi di kebanyakan negara sedang berkembang. Kebijakan
yang berdasarkan urban bias ini akan memperlebar jurang pendapatan antara
kota dan desa. Banyak ahli di negara sedang berkembang dan di negara maju
sekarang beranggapan bahwa syarat penting lainnya yang belum terpenuhi
adalah suatu daerah pedesaan yang lebih produktif.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip-prinsip Strategi Pembangunan Masyarakat Desa yang
mendasar meskipun penekanan aspek-aspek tertentu mungkin berbeda dan
masih disusunya berbagai perincian yang lebih mendetail, sudah dicapai
kesepakatan dalam banyak hal pada tahun-tahun terakhir ini mengenai
prinsip-prinsip umum suatu strategi pembangunan masyarakat desa.
Pertumbuhan yang disertai dengan pemerataan merupakan tujuan umum,
peningkatan pendatan kaum miskin di desa sama pentingnya dengan
pertumbuhan ekonomi secara umum.
Sektor pertanian harus mendapat prioritas paling tinggi. Sumbersumber daya dan tenaga kerja terampil harus disalurkan ke dalam suatu
usaha yang terus menerus untuk meningkatkan produksi pangan. Para petani
kecil dapat menjadi kunci keberhasilan produksi pertanian jika mereka dapat
memperoleh dengan biaya murah.
Prasarana pedesaan khususnya jalan raya, gudang penyimpanan bahan
pangan, harus dibangun agar petani dapat dengan mudah menjual hasil-hasil
mereka, sehingga dapat didistribusikan dengan kerugian yang minimum.
Menghubungkan para petani dengan pasar adalah sangat penting, lembagalembaga pemasaran, koperasi, dan keuangan yang melayani para petani harus
didirikan pada lokasi yang tepat di pasar desa dan di kota-kota kecil. Sekolah
menengah dan sekolah teknik juga harus dibangun di sana.
Industri kecil padat karya harus dikembangkan pada pusat ini untuk
meningkatkan kesempatan kerja disamping menghasilkan barang-barang dan
fasilitas pelayanan yang bermanfaat bagi petani. Dibutuhkan lebih banyak
penelitian dan pengembangan mengenai teknologi yang menggunakan lebih
banyak tenaga kerja secara efisien dan lebih sedikit modal di pertanian
Universitas Sumatera Utara
maupun industri kecil. Partisispasi dalam proses pembuatan keputusan harus
terbuka bagi rakyat dari semua lapisan dalam bidang-bidang yang secara
langsung mempengaruhi kehidupan mereka, baik pada tingkat nasional
maupun tingkat lokal.
Dalam pemberdayaan
sosial ekonomi para petani, diharapkan
partisipasi semua pihak baik pemerintah dan petani itu sendiri. Untuk
menjalankan kegiatan program kerja yang ditentukan pemerintah disalurkan
kepada para petani melalui intervensi penyuluh pertanian, kemudian melalui
kelompok tani inilah yang diberi wewenang untuk menyampaikan program
kerja
kepada
para
petani
di
desa-desa
yang
telah
ditentukan,
(Irmayanti,2013:28-31).
Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki
sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi. Berasaskan hal tersebut, kita dapat
mengklarifikasikan keadaan sosial ekonominya yang dapat dijabarkan sesuai
dengan indikator sebagai berikut:
1. Pendapatan
Pendapatan dapat di defenisikan sebagai gaji, upah, atau
keuntungan. Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang
terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan
tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi
terhadap kekayaan.
2. Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan
prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan,
Universitas Sumatera Utara
misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya
listrik, telepon, jalan yang memungkinkan pemukiman sebagaimana
mestinya.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan
dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi
ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
4. Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
5. Sandang Pangan
Pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai makhluk
berbudaya. Pada awalnya manusia memanfaatkan pakaian dari kulit
kayu dan hewan yang tersedia di alam. Kemudian manusia
mengembangkan teknologi pemintal kapas menjadi benang untuk
ditenun menjadi bahan pakaian
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumen manusia, termasuk
bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapannya, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman.
6. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
menyangkut hubungan antar individu, individu (seseorang) dengan
Universitas Sumatera Utara
kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi
sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial
adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling
mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya
di dalam masyarakat (Siahaan,2017:26-30).
2.7 Kerangka Pemikiran
Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok
orang sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang
tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai
kehidupan yang layak. Kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada
dibawah standard kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup.
Desa Hutatinggi merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir, luas wilayah sekitar 7.5 km2 atau 750 Ha dimana
60% berupa daratan yang bertopografi berbukut-bukit, dan 40 % daratan
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk persawahan irigasi ,
persawahan tadah hujan dan areal perkebunan rakyat. Dengan luas lahan yang
dimiliki, desa ini memiliki potensi yang sangat besar dikembangkan menjadi areal
pertanian. Namun yang menjadi permasalahannya adalah petani di Desa Hutatinggi
ini tidak dapat mengolah/memanfaatkan
semua lahan pertaniannya karena
masyarakat di desa ini masih menggunakan cara-cara pertanian yang masih
tradisional sehingga sulit bagi mereka untuk mengalami kemajuan. Selain itu petani
di desa ini juga sangat terganggu pengolahan pertaniannya ketika musim kemarau,
dengan tanah yang kurang subur membuat mereka tidak dapat melanjutkan kegiatan
pertanian saat musim kemarau.
Universitas Sumatera Utara
Musim kemarau mengakibatkan lahan pertanian di Desa Hutatinggi ini tidak
dapat dikelola terutama lahan persawahan karena lahan sawah mereka adalah sawah
tadah hujan, sehingga para petani harus berhenti bertani dalam kurun waktu yang
tidak dapat dipastikan sampai kapan mereka berhenti bertani.
Ditengah kemiskinan, ketidakberdayaan dan skill yang sangat terbatas yang
dimiliki oleh masyarakat petani di desa ini yang menggantungkan hidup mereka pada
sektor pertanian, Mereka hanya mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada,
hidup lebih hemat dibandingkan saat mereka mendapatkan hasil, mencari pekerjaan
sampingan seperti bekerja di ladang orang serta pemanfaatan jaringan sosial mereka
dalam strategi mempertahankan kehidupan mereka di tengah hasil pertanian yang
tidak ada akibat musim kemarau. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat
dalam skema yang menggambarkan kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut:
2.1Bagan Alur Berpikir
Kemiskinan
Musim
Kemarau
Masyarakat Petani
Strategi Bertahan Hidup:
1. Strategi Aktif
2. Strategi Pasif
3. Strategi Jaringan
Universitas Sumatera Utara
2.8 Defenisi Konsep
Untuk lebih memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan,
Maka penulis membatasi konsep-konsep sebagai berikut:
1. Strategi bertahan hidup petani adalah segala tindakan atau usaha/taktik
petani dengan segala kemampuannya untuk mempertahankan hidupnya.
2. Masyarakat Petani adalah sekelompok orang yang bekerja di sektor pertanian
dan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian.
3. Keadaan Sosial Ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan sesorang dalam posisi tertentu dalam struktur
sosial masyarakat.
4. kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok
orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang
atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata
mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak.
5. Keadaan Sosial Ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan sesorang dalam posisi tertentu dalam struktur
sosial masyarakat.
Universitas Sumatera Utara