profil kesehatan kota depok tahun 2012

(1)

________________________________________________________________________________________________________ Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Depok 2012


(2)

BAB I


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Profil Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2012 merupakan salah satu bentuk dokumentasi tahunan dari produk Sistem Informasi Kesehatan yang dapat memberikan gambaran perkembangan situasi kesehatan di Kota Depok .Dalam era pembangunan ini keberadaan data dan informasi memegang peran yang sangat penting. Data yang benar-benar akurat, terpercaya, berkesinambungan, tepat waktu dan mutakhir, sangat diperlukan dalam pengelolaan program, perencanaan, pemantauan pelaksanaan program dan proyek serta kegiatan yang akan dilakukan.

Instrumen dasar untuk penyusunan profil Kesehatan Kota Depok mengacu kepada pedoman penyusunan profil kesehatan tahun 2011. Mekanisme penyusunan profil kesehatan melibatkan 32 Puskesmas, 1 UPT Jamkesda, 16 Rumah Sakit dan lintas sektor terkait lainnya seperti BPS, BPMK, melalui kegiatan pertemuan validasi data profil, pemutakhiran data profil, secara berjenjang.

Indikator yang ditampilkan pada profil kesehatan antara lain indikator derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan. Indikator derajat kesehatan merupakan indikator outcome yang meliputi mortalitas dan morbiditas serta Angka Harapan Hidup.

Indikator Upaya Kesehatan merupakan Indikator output Hasil Kesehatan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan. Indikator sumber daya kesehatan merupakan indikator input yang merupakan syarat pokok dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.

Salah satu pemantapan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan melalui pengumpulan data, dalam gerak pelaksanaannya masih


(4)

banyak masalah dan kendala yang dihadapi baik ditingkat Kabupaten/Kota maupun di Propinsi. Upaya pemecahan masalahnya antara lain melalui penyempurnaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3). Di Pemerintah Kota Depok SP3 merupakan sebagian kecil dari Sistem Informasi Kesehatan yang telah diakui sebagai sumber data yang berasal dari Puskesmas dan dapat dimanfaatkan diberbagai jenjang administrasi sejak tahun 1981. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang diselenggarakan secara komputerisasi guna menghasilkan data SP3 yang akurat dan reliabel sedang terus diusahakan secara optimal.

Untuk memberikan gambaran situasi kesehatan yang lebih jelas, Dinas Kesehatan Kota Depok menyusun data dan informasi kesehatan ke dalam buku profil kesehatan yang telah dilakukan secara berkala setiap tahunnya. Profil kesehatan merupakan salah satu bentuk pengembangan Sistem Informasi kesehatan (SIK) yang berupaya menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan faktor-faktor terkait dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi baik sektor kesehatan sendiri maupun sektor non kesehatan,terutama dalam proses manajemen yang meliputi perencanaan, penggerakan pengendalian dan monitoring serta evaluasi pembangunan kesehatan. Selain itu merupakan bahan untuk evaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kota Depok dan sebagai penunjang perencanaan di tahun berikutnya.

Beberapa keterbatasan yang mempengaruhi kecepatan dan ketepatan penyelesaian profil kesehatan diantaranya adalah:

 Banyaknya data yang harus dikumpulkan

 Banyaknya sumber data yang menyebabkan mekanisme pengelolaan data dan informasi menjadi berbeda

 Pencatatan yang belum rapi

 Pemahaman definisi Operasional yang berbeda sehingga menghasilkan data menjadi berbeda


(5)

 Belum semua variabel,indikator kesehatan yang dibutuhkan tersedia dalam pencatatan dan pelaporan rutin sektor kesehatan seperti Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)

 Batasan waktu yang tidak ditepati pada saat update data.

Sistematika penulisan Profil Kesehatan Kota Depok ini terdiri dari :

Bab I Pendahuluan, bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan sistematika dari penyajiannya

Bab II

Bab III

Gambaran Umum, bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten/Kota.Selain uraian tentang letak geografis, administratif, dan informasi umum lainnya, bab ini mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.

Tentang Visi,Misi Pembangunan Kesehatan,serta Program dan Kegiatan tahun 2012

Bab IV Situasi Derajat Kesehatan, bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan

Bab V Situasi Upaya Kesehatan, bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian, dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini


(6)

juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kota Depok dan dan angka status gizi masyarakat. Bab VI Situasi Sumber Daya Kesehatan, bab ini

menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab VII Kesimpulan, bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Depok.Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang di anggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Lampiran Pada lampiran ini berisi tabel resume / angka pencapaian Kabupaten /Kota dan 80 tabel data kesehatan dan yang terkait kesehatan yang responsif gender.


(7)

BAB II

VISI MISI

PEMBANGUNAN

KESEHATAN


(8)

BAB II

VISI MISI PEMBANGUNAN KESEHATAN KOTA DEPOK

A. VISI KOTA DEPOK

Visi pembangunan Kota Depok tahun 2012-2016 adalah “Terwujudnya Kota Depok yang Maju dan Sejahtera”. Visi tersebut diwujudkan melalui 4 (empat) misi pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan pelayanan publik yang profesional berbasis teknologi informasi

2. Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal 3. Mewujudkan infrastruktur dan lingkungan yang nyaman

4. Mewujudkan sumberdaya manusia yang unggul, kreatif dan religius B. VISI DINAS KESEHATAN

Dinas Kesehatan sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kota Depok berkepentingan dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena yang harus terselesaikan selama masa 5 (lima) tahun. Maka ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan selama tahun 2012-2016. Visi Dinas Kesehatan Kota Depok adalah “Terwujudnya Kota Depok yang sehat yang dihuni oleh penduduk berderajat Kesehatan Tinggi yang Mendapatkan Layanan Kesehatan yang Berkualitas dan Merata” dengan 5 (Lima) Misi Antara lain:


(9)

Tujuan : Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat

Sasaran : Meningkatnya ketahanan pangan dan kesejahteraan sosial masyarakat

2. Meningkatkan kualitas layanan kesehatan untuk semua puskesmas di Kota Depok

Tujuan : Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial Sasaran : Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat

3. Meningkatkan kualitas sumber daya termasuk sumber daya manusia dan pembiayaan

Tujuan :

i. Meningkatkan kualitas pelayanan publik

ii. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik Sasaran :

i. Meningkatnya Pelayanan yang efisien, efektif dan transparan ii.Meningkatnya kualitas manajemen pemerintahan

4. Meningkatkan promosi kesehatan dan kualitas lingkungan untuk mendukung pencegahan penyakit, yang keduanya memiliki

Tujuan : Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial Sasaran : Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat

C.KEBIJAKAN DAN PROGRAM KEBIJAKAN

1. Perencanaan Kesehatan berdasarkan fakta (evidence base planning) 2. Manajemen kesehatan yang akuntabel

3. Pelayanan Puskesmas yang efektif dan responsif 4. Pengembangan sumber daya manusia kesehatan 5. Pemeliharaan mutu pelayanan kesehatan

6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit yang efektif 7. Sistem informasi kesehatan yang efektif


(10)

PROGRAM

1. Program Peningkatan Promosi Kesehatan

2. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar

3. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

4. Program Peningkatan Kesehatan Keluarga

5. Program Peningkatan dan Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

6. Program Peningkatan Kesehatan Lingkungan

7. Program Peningkatan Kewaspadaan Pangan dan Gizi 8. Program Peningkatan Kualitas SDM Aparatur

9. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

10. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

11. Program Peningkatan Sistem Pelaporan Kinerja dan Keuangan 12. Program Peningkatan Kualitas Data dan Perencanaan

13. Program Penataan dan Pengembangan Produk Hukum

14. Program Pengembangan Sistem Pelayanan dan Pengaduan Berbasis Teknologi Informasi


(11)

BAB III

GAMBARAN

UMUM


(12)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. GAMBARAN UMUM DAN KEPENDUDUKAN

1. Luas Wilayah

Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur dan berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabodetabek .Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2. Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub satuan


(13)

wilayah aliran sungai. Disamping itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar.Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas Berdasarkan Perda No. 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan Wilayah Kecamatan di Kota Depok, Kota Depok dimekarkan menjadi 11 kecamatan.

2. Sumber Daya Lahan

Sumber daya lahan merupakan segala sesuatu yang bisa memberikan manfaat di lingkungan fisik dimana meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi yang ada. Dari semua faktor yang ada tersebut dapat mempengaruhi potensi dalam penggunaan lahannya, termasuk di dalamnya adalah akibat dari kegiatan-kegiatan manusia baik di masa lalu maupun masa sekarang. Sebagai contoh adalah penebangan hutan dan penggunaan lahan baik untuk pertanian maupun untuk bidang lainnya. (www.handiri.wordpress.com).

Kota Depok dalam perkembangannya mengalami perkembangan yang sedemikian pesat. Berdasarkan data analisis revisi RT dan RW Kota Depok data tahun 2000 -2010, pemanfaatan ruang kota untuk kawasan pemukiman mencapai 8.915.09 ha (44,31%) . Sehingga dalam perkembangannya kawasan hijau terbuka hijau mengalami penyusutan sebesar 0,93 % dari data tahun 2000, atau sebesar 10.106,14 ha.

Pertumbuhan pemukiman baik itu perumahan-perumahan maupun rumah-rumah diperkampungan menjadikan tutupan permukaan tanah meningkat, daerah serapan air berkurang sehingga kualitas kondisi alam Kota Depok menurun.


(14)

Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan Luas Wilayah (km2)

1. Pancoran Mas 6 18,17

2. Cipayung 4 11,66

3. Beji 6 14,30

4. Sukmajaya 6 17,99

5. Cilodong 6 16,14

6. Cimanggis 6 21,30

7. Tapos 7 32,24

8. Sawangan 7 26,13

9. Bojongsari 7 19,56

10. Cinere 4 10,68

11. Limo 4 12,12

Kota Depok 63 200,29

Sumber :BPS Kota Depok

3. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun 2008-2012, tahun 2008 berjumlah 1.503.677 jiwa tahun 2009; 1.536.980 jiwa tahun 2010: 1.737.276 jiwa,tahun 2011: 1.813.612 jiwa. Jumlah penduduk tahun 2012 adalah sebesar 1.898.567 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 961.876 jiwa (50,6%) dan penduduk perempuan 936.691 jiwa (49,3%)


(15)

Jumlah Penduduk di Kota Depok Tahun 2008-2012

Sumber : BPS Kota Depok

Gambar III.A.2

Jumlah Penduduk di Kota Depok Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012

Sumber: BPS Kota Depok


(16)

dan jenis kelamin dapat kita lihat dari tabel dibawah ini :

Tabel III.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Kota Depok tahun 2012

NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAK I PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUA N

1 0 - 4 96.742 89.850

186.592

2 5 - 9 92.335 87.386

179.721

3 10 - 14 80.791 76.934

157.725

4 15 - 19 78.051 81.382

159.433

5 20 - 24 84.143 85.633

169.776

6 25 - 29 95.696 98.428

194.124

7 30 - 34 96.595 94.937

191.532

8 35 - 39 88.971 84.581

173.552

9 40 - 44 74.704 69.047


(17)

10 45 - 49 56.220 53.945

110.165

11 50 - 54 42.974 40.841

83.815

12 55 - 59 30.742 27.370

58.112

13 60 - 64 17.724 18.188

35.912

14 65 - 69 13.293 12.440

25.733

15 70 - 74 7.284 7.767

15.051

16 75+ 5.611 7.962

13.573

JUMLAH 961.876 936.691 1.898.567

Sumber :BPS Kota Depok

Untuk mengetahui komposisi penduduk Kota Depok berdasarkan struktur umur dan jenis kelamin berikut digambarkan piramida penduduk seperti dibawah ini:


(18)

Piramida Penduduk di Kota Depok Tahun 2012

Sumber:Sumber :BPS Kota Depok

Dengan melihat gambar piramida diatas menunjukkan median umur penduduk Kota Depok adalah 25- 34 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Depok termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun

Bila kita lihat dari luas wilayah dan jumlah rumah tangga luas wilayah dan nama kecamatan :

Tabel III.2. Jumlah Rumah Tangga

Kecamatan di Kota Depok Tahun 2012

NO KECAMATAN LUASWILAYAH(km2) JUMLAH RUMAH TANGGA

1 Pancoran Mas 18,17 51,307

2 Cipayung 11,66 30,493

3 Beji 14,30 47,906

4 Sukmajaya 17,99 55,778

5 Cilodong 16,14 32,588

6 Cimanggis 21,30 63,524


(19)

8 Sawangan 26,13 29,928 9 Bojongsari 19,56 24,210

10 Cinere 10,68 27,218

11 Limo 12,12 22,350

TOTAL 200.29

Sumber: BPS Kota depok

4. Kepadatan Penduduk Kota Depok dilihat dari luas Wilayah

Dari gambar dibawah ini terlihat bahwa luas wilayah kecamatan Pancoran Mas sebesar 18, 17 km2 memiliki kepadatan penduduk 12,65 per km2 . Kepadatan penduduk kecamatan Pancoran Mas dipengaruhi oleh tumbuhnya perumahan –perumahan yang tumbuh dan berkembang di kawasan kecamatan Pancoran Mas. Berikut gambar Kepadatan Penduduk di Kota Depok:

Gambar III.A.4

Kepadatan Penduduk Kota Depok Tahun 2012

Sumber: BPS Kota Depok


(20)

Rasio beban tanggungan (dependency ratio) atau disebut juga rasio tanggungan keluargaadalah perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak produktif (penduduk usia muda dan penduduk usia lanjut) dengan jumlah penduduk usia produktif.

Dari gambar dibawah ini terlihat bahwa rasio beban tanggungan penduduk Kota Depok tahun 2012 tertinggi pada kecamatan Sawangan dengan rasio 51, 19 %, rasio beban tanggungan penduduk terendahnya terdapat di kecamatan Cinere dengan rasio 39,24% dengan rata-rata rasio beban tanggungan Kota Depok sebesar 43,81%.

Gambar III.A.5

Rasio Beban Tanggungan Penduduk Kota Depok Tahun 2012

Sumber: BPS Kota depok

6. Laju Pertumbuhan Penduduk dari Tahun 2006-2012

Laju Pertumbuhan Penduduk atau Population Growth Rate (R) digunakan untuk mengukur kecepatan pertambahan penduduk. Kota Depok selain sebagai kota otonom yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Depok terus meningkat dari tahun 2006 sampai


(21)

dengan tahun 2012, jauh melesat dibandingkan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Barat sendiri yang hanya sebesar 1,90 (hasil sensus tahun 2000-2010) . Angka fertilitas yang tinggi serta urbanisasi penduduk, juga menjadi penyumbang terbesar dalam laju pertumbuhan penduduk Kota Depok.

Gambar III.A.6

Laju Pertumbuhan penduduk (LPP) Kota Depok Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2012

Sumber: Proyeksi Penduduk

B. GAMBARAN SOSIAL EKONOMI

Pertumbuhan Ekonomi Kota Depok

Berdasarkan struktur ekonomi, yang ditunjukkan oleh angka PDRB, sektor unggulan daerah Kota Depok adalah sektor tersier yang meliputi subsektor perdagangan, hotel dan restoran, dan subsektor jasa. Berdasarkan data PDRB tahun 2011 yang dipubilkasikan BPS Kota Depok pada tahun 2012, sektor tersier memberikan kontribusi pada perekonomian daerah sebesar 48,55 % (Atas Dasar Harga Konstan), meningkat dibanding tahun sebelumnya


(22)

(47,48%). Makin meningkatnya kontribusi sektor tersier kian mengokohkan Kota Depok sebagai kota perdagangan dan jasa. Sektor sekunder sebenarnya masih menunjukkan kontribusi yang besar (48,68 %/ADHK), namun cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Sebelumnya (tahun 2010), kontribusi sektor sekunder mencapai 49,36%. Di luar sektor makro di atas, Kota Depok juga memiliki berbagai produk potensial yang memiliki keunggulan komparatif, antara lain komoditas belimbing, ikan hias,tanaman hias, serta beberapa produk ekonomi kreatif. Sumbangan kegiatan ekonomi kreatif di Kota Depok terhadap PDRB (ADHK 2000) pada tahun 2011 mencapai Rp. 1,19 trilyun atau 17,16% dari total PDRB. Pada tahun sebelumnya (2010), sumbangan itu mencapai Rp. 1,12 trilyun atau 17,18% dari total PDRB. Dari data 2010-2011 diketahui Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Depok Tahun 2012 terjadi kenaikan (pertumbuhan) produksi ekonomi kreatif di Kota Depok 6,55%. Ada 15 kelompok kegiatan dikategorikan sebagai ekonomi kreatif, antara lain: periklanan, arsitektur, barang seni, kerajinan, disain, fashion, filem-video-fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan-percetakan, layanan komputer-piranti lunak, tvr adio, riset, dan kuliner. Kondisi 2011, dari total Rp. 1,19 trilyun, sumbangan cukup signifikan berasal dari fashion (Rp. 0,37 trilyun atau sekitar 31,1%) dan dari kerajinan (Rp. 0,36 trilyun atau sekitar 30,3%). Namun jika dicermati laju pertumbuhan 2010-2011 (6,55% yoy) diketahui bahwa ada empat jenis kegiatan ekonomi kreatif yang laju pertumbuhannya relatif menonjol dibandingkan jenis kegiatan lainnya yaitu pasar barang seni (28,69% yoy), tv dan radio (18,63% yoy), kerajinan (9,78% yoy), musik (8,27% yoy)(Sumber : BPS dan Bappeda Kota Depok “PDRB Industri Kreatif Kota Depok 2011 dan 2012”).

Pengeluaran perkapita

Besarnya pendapatan yang diterima/diperoleh rumah tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun demikian data pendapatan yang akurat sulit diperoleh,sehingga dalam survey/kegiatan sosial Ekonomi Daerah (Suseda) didekati melalui pengeluaran Rumah Tangga.Pendapatan Perkapita masyarakat Kota Depok pada tahun


(23)

2010 ;649.20 tahun 2011;652.06 dan tahun 2012;655.02. untuk lebih jelasnya dapat terlihat dari diagram dibawah ini

Gambar III.A.7

Pendapatan Perkapita Penduduk Kota Depok Tahun 2011 dan Tahun 2012

Sumber : Bappeda Kota DepokPenduduk miskin

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 sebanyak 321.012 jiwa atau 16,9 %.

Tingkat pendidikan

Dari sebelas Kecamatan yang ada di Kota Depok,angka melek huruf yang paling tinggi ada di Kecamatan Beji sebesar 99,61 %,kemudian disusul oleh kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Pancoran Mas, sementara angka melek huruf yang rendah ada pada Kecamatan Cipayung sebesar 96,15%.Dari angka melek huruf ini menggambarkan bahwa masyarakat Kota Depok yang


(24)

berumur 15 tahun keatas ini rata-rata sudah diatas 95%. Sisanya adalah orang tua yang putus sekolah SD,SMP atau memang belum pernah sekolah sehingga sampai saat ini belum bisa membaca dan menulis. Berdasarkan perhitungan ini berarti memberikan informasi bahwa di Kota Depok masih ada orang yang benar-benar belum bisa membaca dan menulis. Untuk mencapai angka melek huruf yang lebih baik lagi maka pemerintah Kota Depok dapat menetapkan prioritas pendidikan khusus membaca dan menulis bagi orang tua,sebab dapat membaca dan menulis adalah kebutuhan utama dari Ilmu yang paling mendasar. Bila dilihat dari angka melek huruf dari tahun 2010 98,94%,mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar 98,95%, dan tahun 2012 sebesar 98,97%

Berikut dapat dilihat gambar angka melek huruf di Kota Depok: Gambar III.A.8

Angka Melek Huruf di Kota Depok tahun 2010 sampai dengan tahun 2012

Sumber : BPS Kota Depok


(25)

Perkembangan Indeks Pembangunan manusia (IPM) Kota Depok berdasarkan penghitungan BPS secara umum dari periode 2006 sampai dengan 2012 mengalami peningkatan. Hal ini berhubungan langsung dengan perbaikan beberapa indikator Sosial ekonomi. Misalnya Angka Melek Huruf dewasa terus meningkat sehubungan dengan meningkatnya program pemerintah dalam pengentasan buta Aksara berdasarkan penghitungan BPS IPM Kota Depok terus meningkat dari tahun 2006 sebesar 77,97 naik menjadi 78,10 pada tahun 2007 dan tahun 2008 naik menjadi 78,22 juga tahun 2009 naik menjadi 78,68 tahun 2010 naik 79,09 tahun 2011 79,49 dan tahun 2012 menjadi 79,83. Berikut kami Gambarkan IPM Kota Depok dari Tahun 2006 sampai dengan 2012.

Gambar III.A.9

IPM Kota Depok tahun 2006 - 2012

Sumber :BPS Kota Depok


(26)

Sebagai gambaran hasil pembangunan yang menyangkut aspek kesehatan lingkungan. Indikator program kesehatan lingkungan meliputi: Cakupan Air Bersih, Cakupan Jamban Keluarga, Cakupan Rumah Sehat dan Cakupan Tempat-Tempat Umum dan Pengolahan Makanan.

Air Bersih

Air bersih merupakan sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi[1]. Air Bersih harus memenuhi

persyaratan, baik kualitas dan sarananya. Untuk konsumsi sebagai air minum menurut kementerian kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat.Cakupan air bersih yang memenuhi syarat bakteriologist mencapai 100% dengan jumlah sampel air bersih memenuhi syarat secara bakteriologist 100 sampel dan jumlah sampel air bersih yang diperiksa 100 sampel.

Dari hasil laporan inspeksi sanitasi tahun 2012 diketahui bahwa terdapat berbagai macam jenis sarana air bersih yang dipergunakan di kecamatan se-Kota Depok. Jenis sarana air bersih antara lain: kemasan yakni air bersih yang diperjualbelikan oleh produsen tertentu kemudian di kemas dalam botol, atau galon, ledeng, SPT (Sumur Pompa Tangan), SGL (Sumur Gali Lobang), dan Mata Air. Jenis sarana air bersih kemasan berjumlah 3.793 (0,95%), ledeng berjumlah 34.125 (13.1%), SPT (Sumur Pompa Tangan) berjumlah 71.628 (27.6%), SGL (Sumur Gali Langsung) berjumlah 93.501(36%), mata air berjumlah 15 buah.

Jumlah keluarga yang ada dibandingkan dengan jumlah keluarga yang diperiksa sumber air bersihnya dapat terlihat pada gambar dibawah ini.


(27)

Jumlah keluarga yang diperiksa air bersihnya pada tahun 2012 dibandingkan dengan jumlah keluarga yang ada

Sumber : Tabel 64(Seksi P2P Dinkes Kota Depok, 2012)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kecamatan Cilodong dengan jumlah keluarga yang ada sebesar 24.421, melakukan pemeriksaan kepada sumber air bersih keluarga sebanyak 23.706 (97,07%), dengan arti kata bahwa hampir seluruh keluarga yang ada dilakukan inspeksi sanitasi. Inspeksi sanitasi di kecamatan Cilodong dilakukan oleh kader,yang memiliki jam kerja fleksibel. Hal ini berbeda jauh dengan yang terjadi di puskesmas Cipayung. Dengan jumlah keluarga yang ada sebesar 29.696, keluarga yang diperiksa sumber air bersihnya sebesar 390. Inspeksi sanitasi dasar dilakukan murni oleh petugas kesehatan lingkungan dengan keterbatasan jam kerja petugas. Apabila dilihat dalam hal kuantitas di kecamatan Cipayung tampak melakukan inspeksi sarsandas tidak sebanyak yang dilakukan oleh kecamatan Cilodong. Namun untuk kualitas data dan pembinaan yang dilakukan di kecamatan Cipayung lebih fokus.


(28)

Jamban Keluarga

Jamban keluarga merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran/najis manusia yang lazim disebut kakus atau WC, sehingga kotoran tersebut disimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman. Kotoran manusia yang dibuang dalam praktek sehari-hari bercampur dengan air, maka pengolahan kotoran manusia tersebut pada dasarnya sama dengan pengolahan air limbah. Oleh sebab itu pengolahan kotoran manusia, demikian pula syarat-syarat yang dibutuhkan pada dasarnya sama dengan syarat pembuangan air limbah (Depkes RI, 1985.

Sedangkan syarat jamban sehat menurut Kemenkes RI (1985), antara lain : 1. Tidak mencemari sumber air minum;

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.; 3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di

sekitarnya,;

4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama ;

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang; 6. Cukup penerangan;

7. Lantai kedap air;

8. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah; 9. Ventilasi cukup baik;

10. Tersedia air dan alat pembersih

Presentasi keluarga memiliki jamban sehat sebesar 90, 2% dari 252.357 keluarga yang memiliki jamban. Sampel keluarga yang dilakukan inspeksi sanitasi sarsandas (sarana sanitasi dasar) oleh petugas kesehatan lingkungan puskesmas terbesar adalah wilayah Puskesmas Cinere. Hal ini dikarenakan wilayah Puskesmas Cinere terdiri dari 4 kelurahan. Dimana disetiap kelurahan terdapat perumahan, yang memiliki penduduk yang cukup padat.


(29)

Masih adanya puskesmas yang belum rutin mengumpulkan laporan data sarsandas, menjadi salah satu hambatan dalam melakukan analisis data (tabel 66)

Gambar III.A.11

Perbandingan keluarga yang memiliki jamban dengan keluarga dengan jamban sehat tahun 2012

Sumber: Seksi PL ,2012

Pengawasan dan Penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan dan Tempat-Tempat Umum


(30)

Dari beberapa literatur yang ada yang dimaksud dengan tempat umum adalah suatu tempat dimana orang banyak atau masyarakat umum berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara sementara (insidentil) maupun secara terus menerus (permanent), baik membayar mapupun tidak membayar. Kriteria suatu tempat umum adalah terpenuhinya beberapa syarat :

1. Diperuntukkan bagi masyarakat umum, 2. Harus ada gedung/tempat yang permanen,

3. Harus ada aktivitas (pengusaha, pegawai, pengunjung), 4. Harus ada fasilitas (SAB, WC, Urinoir, tempat sampah, dll)

Tempat umum baik itu tempat pengelolaan makanan dan tempat –tempat umum diantaranya : hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Sedangkan tempat umum baik itu tempat pengelolaan makanan dan tempat-tempat umum sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pegunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai.

Cakupan Tempat-Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TTUPM) menjadi salah satu hal yang diperhitungkan pada indikator kesehatan lingkungan. Berdasarkan gambar dibawah ini terlihat bahwa jumlah TTU yang ada terbesar terletak di Kecamatan Pancoran Mas yaitu sebesar 553 TTU dengan jumlah yang dibina pada kecamatan Pancoran Mas sebesar 359 TTU. Hal ini dikarenakan TTUPM banyak ditemukan di wilayah kecamatan Pancoran Mas, sehingga pembinaan juga berbanding lurus dengan dengan jumlah TTUPM yang ada.

Gambar III.A.12

Perbandingan Jumlah TTUPM yang sehat dengan TTUPM yang dibina dari Jumlah TTUPM yang ada tahun 2012


(31)

Sumber : Seksi PL, 2012

BAB IV

SITUASI DERAJAT

KESEHATAN


(32)

BAB IV

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. MORTALITAS


(33)

Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (Eo) (UHH) adalah salah satu indikator derajat kesehatan yang digunakan sebagai salah satu indikator derajat kesehatan yang digunakan sebagai salah satu dasar dalam menghitung (IPM). UHH menggambarkan lamanya usia seorang bayi lahir diharapkan hidup. Indikator ini dipandang dapat menggambarkan taraf hidup suatu bangsa. Faktor yang mempengaruhi UHH antara lain kesehatan, ekonomi, pendidikan, geografis. Berikut gambaran Umur Harapan Hidup (UHH) di kota Depok.

Gambar IV.A.1

Umur Harapan Hidup (UHH) Kota Depok tahun 2010,2011,2012

Sumber : Bappeda Kota Depok

Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain Angka Kematian, Umur Harapan Hidup, angka kesakitan serta status gizi. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (fasility based) dan data yang dikumpulkan dari masyarakat (community based). Tetapi dalam penyajian data angka kematian baik angka kematian ibu, bayi, atau balita dalam profil ini di sajikan data Jumlah Kematian.


(34)

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Jumlah kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian.

a. Jumlah Kematian Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Angka kematian yang terjadi dalam suatu wilayah dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut, penyebab kematian ada yang langsung dan tidak langsung, walaupun dalam kenyataannya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kematian di masyarakat.

Faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian maupun kesakitan disuatu daerah antara lain tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan kualitas lingkungan hidup, upaya pelayanan kesehatan lainnya baik prefentif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Gambaran perkembangan terakhir mengenai jumlah kematian


(35)

bayi dari Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Yankesmas) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi (Kesga dan Gizi) Dinas Kesehatan Kota Depok, dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar IV.A.2

Jumlah Kematian Bayi di Kota Depok Tahun 2007-2012

Pada gambar diatas menunjukkan pada tahun 2007 jumlah kematian bayi 33 orang, 2008 jumlah kematian bayi 35 orang, jumlah kematian bayi tahun 2009; 117 orang, tahun 2010 ;116 orang, tahun 2011 jumlahnya 119 orang dan tahun 2012 sebanyak 114 orang hal ini mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012 sebanyak 114 dari 40.445 kelahiran hidup.

Ada banyak faktor yang mempengarui jumlah kematian bayi tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Dari beberapa rangkkaian peristiwa kematian bayi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kematian bayi diantaranya tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah pola perilaku hidup . b. Jumlah Kematian Balita


(36)

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun.

Gambaran perkembangan Jumlah Kematian Balita pada tahun 2007-2012 disajikan pada gambar berikut

Gambar IV.A.3

Jumlah Kematian Balita di Kota Depok Tahun 2007-2012

Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok

Dari gambar di atas terlihat bahwa Jumlah Anak Balita pada tahun 2007 sebanyak 21 orang, tahun 2008 sebanyak 25 orang, tahun 2009 sebanyak 23 orang tahun 2010 meningkat menjadi 27 orang, tahun 2011 sebanyak 23 orang dan tahun 2012 turun menjadi 14 orang . Jumlah kematian bayi yang fluktuatif diperoleh dari semakin membaiknya sistem pencatatan dan pelaporan kasus kematian bayi baik di klinik, rumah sakit maupun instansi lainnya kemudian segera melaporkan ke dinas kesehatan.


(37)

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll. Jumlah kematian Ibu di Kota Depok pada tahun 2012 masih sama jumlahnya dengan tahun 2011 yaitu sebesar 22 orang(Sumber:dari Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Yankesmas)Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi )untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar IV.A.4

Jumlah Kematian Ibu di Kota Depok Tahun 2007-2012

Sek Sumber Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok

Dari gambar di atas terlihat bahwa jumlah kematian ibu maternal pada tahun 2007 cenderung mengalami penurunan sampai tahun 2009, namun pada tahun 2011 menunjukan sedikit peningkatan kasus kematian ibu, dengan jumlah kematian ibu dengan umur <20 tahun sebanyak 3 orang, umur 20-34 tahun sebanyak 9 orang, dan umur >35 tahun sebanyak 10 orang, pada tahun 2012 angka kematian ibu 22 orang tidak ada penambahan dari tahun sebelumnya, penyebab kematian ibu antara lain PEB/Eklampsi 5 org, perdarahan(post partum) 6 org, Infeksi Suspec.Emboli Air Ketuban 2 org, Ca. Mammae : 1 org, Sakit Jantung : 3 org, Kelainan Fungsi Hati : 1 Org, CKD Leukositosis : 1 org,


(38)

Lain-lain : 3 Org. Semakin besarnya kesadaran dalam pelaporan kematian ibu, menjadikan data yang di dapatkan akurat dan reliabel.

B. MORBIDITAS

Morbiditas adalah angka kesakitan,baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Angka kesakitan diperoleh melalui survey, dan untuk tahun terkini belum diperbaruisehingga masih mengacu Angka kesakitan pada penduduk di peroleh dari data yang berasal dari masyarakat (community Base data) melalui pengamatan (surveilans) dan data yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasilitas Base data) melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil.

1. Pola 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit

Pola 10 penyakit Terbanyak pada pasien rawat inap di Rumah Sakit tahun 2012 berdasarkan laporan dari Rumah Sakit yang masuk Ke Dinas Kesehatan Kota Depok penyakit terbanyak pada umur 0-<1 tahun adalah Hiperbillirubin dan GE (infeksi). Berdasarkan umur 1-4 tahun penyakit terbanyak GE dan kejang demam.Umur 5-14 tahun penyakit terbanyak thypoid fever dan DHF sedang pada umur 15-44 tahun adalah penyakit thypoid fever dan DHF. Pada umur 45->75 adalah penyakit DM with Come dan Stroke. Berikut tabel penyakit 10 besar berdasarkan laporan seluruh Rumah sakit yang ada di kota Depok.

Tabel IV.1. POLA 10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT INAP

DIRUMAH SAKIT DI KOTA DEPOK TAHUN 2012

NO

NAMA PENYAKIT

KASUS BARU

JUMLAH

%


(39)

2

DHF

1.224

10,53

3

GE INFEKSI

1.740

14,98

4

BRONCHOPNEUMONIA

630

5,42

5

DENGUE FEVER

88

0,76

6

KEJANG DEMAM

221

1,90

7

DM COME TYPE II

455

3,92

8

VERTIGO

127

1,09

9

GASTRITIS

216

1,86

10

STROKE

273

2,35

Sumber : Laporan RL2a1

Pola penyakit rawat inap terbesar yang tersebar di 16 Rumah Sakit yang ada di Kota Depok adalah penyakit thypoid fever dengan 2,107 kasus lalu dilanjutkan dengan DHF sebanyak 1.224 kasus berdasarkan laporan yang masuk dari Rumah sakit tercatat bahwa kematian tertinggi terjadi pada penderita penyakit stroke sebesar 13,65%.

2. Pola 10 penyakit terbanyak rawat jalan di Puskesmas

10 penyakit terbanyak di Puskesmas antara lain terlihat pada tabel dibawah ini:


(40)

Tabel IV.2. POLA 10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT

JALAN DIPUSKESMAS KOTA DEPOK TAHUN 2012

No

NAMA PENYAKIT

Jumlah

%

1

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Akut tidak spesifik 53637 14

2 Faringitis Akuta 25691 6,9

3 Hipertensi Primer (esensial) 24370 6,6

4 Nasofaringitis Akuta (Common Cold) 23280 6,3

5 Diare dan Gastroenteritis 18765 5,0

6 Gastroduodenitis tidak spesifik 12225 3,3

7 Influensa 11821 3,2

8 Myalgia 11362 3,1

9 Penyakit Pulpa dan jaringan Periapikal 10750 2,9

10 Dermatitis spesifik lainnya 10691 2,9

Sumber : Lb1 Puskesmas

C.GAMBARAN PENYAKIT MENULAR C.1 Penyakit Menular langsung

C.1.1 TB PARU

Angka penemuan kasus baru TB Paru (BTA+) di Kota Depok tahun 2012 sebanyak 1110 yang dilaporkan Puskesmas sebesar 910 kasus dan 200 kasus dilaporkan oleh Rumah Sakit(Sumber laporan dari Seksi P2P) dengan perkiraan penderita TBBTA+ yaitu sebanyak 1940 kasus. Case Detection Rate (CDR) puskesmas tahun 2011 adalah 52,2%% dan tahun 2012 adalah 57,2%. Berikut akan disajikan jumlah kasus BTA+ di Kota Depok tahun 2007-2012.


(41)

Gambar IV.A.5

Jumlah kasus BTA+ di Kota Depok tahun 2007-2012

Sumber : Laporan data seksi P2P

Dari gambar di atas terlihat bahwa angka kejadian kasus baru BTA+ dari tahun 2007-2012 mengalami peningkatan yakni dari 1.092 pada tahun 2007 menjadi 1.155 di tahun 2008, namun menurun pada tahun 2009 dan 2010, dimana pada tahun 2010 mencapai 915 dan menurun di tahun 2011 menjadi 897 kasus dan mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2012 meningkat menjadi 1110 kasus, hal ini memperlihatkan bahwa adanya peningkatan manajemen data yang dibuktikanpada tahun 2012 laporan yang masuk bukan hanya dari Puskesmas saja terdapat laporan dari Rumah sakit . Pada gambar IV.A.6 terlihat bahwa angka kesembuhan pada tahun 2012 di 11 Kecamatan dengan jumlah kasus BTA+ terbesar terdapat di Kecamatan Pancoran Mas sebesar 257 kasus dengan tingkat kesembuhan tertinggi sebesar 185 kasusdan 2 orang mendapatkan pengobatan lengkap. Hal Bila dilihat secara global terdapat sebanyak 872 kesembuhan atau 90,36%.


(42)

Gambar IV.A.6

Jumlah kasus BTA+ di Kota Depok yang tersebar di Kecamatan di Kota Depok tahun 2012

Sumber Laporan data seksi P2P

C.1.2 Pneumonia

Pneumonia merupakan sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri biasanya diakibatkan oleh bakteri streptococcus danmycoplasma pneumoniae. Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol.

Cakupan penemuan kasus pneumonia di Kota Depok tahun 2009-2012 berkisar 11,12%-28,44% hal ini masih sangat jauh dari target yaitu 68% dengan rincian sebagai berikut:


(43)

Gambar IV.A.7

Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia di Kota Depok Tahun 2009- 2012

Sumber : Laporan Data Seksi P2P

Tahun 2012 jumlah perkiraan penderita sebesar 14.392 sedang penderita yang ditemukan dan ditangani sebesar 1.341. Bila kita lihat penemuan kasus setiap kecamatan sebagai berikut:

Gambar IV.A.8

Jumlah Kasus Pneumonia Yang Ditemukan dan Ditangani Tahun 2012


(44)

C.1.3 DIARE

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, dimana sarana air bersih dan BAB serta perilaku manusia yang tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab penyakit tersebut. Peningkatan kasus sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan cuaca/musim, terutama terhadap ketersediaan air bersih di masyarakat. Kasus diare dapat menyebabkan kematian terutama pada saat Kejadian Luar Biasa (KLB).Pada tahun 2011 di Kota Depok terdapat 41.269 kasus diare ditangani dengan proporsi sebesar 51,16% dan tahun 2012 terdapat 20.604 kasus yang ditangani. (Sumber : Laporan data seksi P2P)

Gambar IV.A.9

Jumlah kasus Diare yang ditangani tahun 2007-2012

Sumber : Seksi P2P 2013

Kasus diare dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut. Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit dan penggunaan infus pada penderita, penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari serta melibatkan peran serta kader dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang tepat dan


(45)

cepat ditingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah terjadinya kasus dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan kematian. Tindakan penanganan segera dilaksanakan dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program serta dengan meningkatkan kesiagaan melalui kegiatan surveilans kasus diare yang dilaporkan setiap minggu dari laporan puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah Kota Depok.

C.1.4.KUSTA

Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan

oleh Mycobacterium Leprae yang ditandai dengan adanya bercak putih atau

kemerahan pada kulit yang disertai matirasa/anastesi, penebalan syaraf tepi

juga disertai gangguan fungsi syaraf berupa mati rasa

dankelemahan/kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhan rambutyang terganggu dan adanya kuman Mycobacterium Lepraepada pemeriksaan kerokan padajaringan kulit(silt-skin smears).

Menurut World Health Organisation (WHO) Penyakit kusta dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe PB (Pausi Basiler) dan MB (Multi Basiler), dengan kriteria sebagai berikut :

KLASIFIKASI KUSTA PB MB

Jumlah Bercak Kulit 1-5 >5 1-5 >5

Kerusakan Syaraf Tepi Hanya 1 Syaraf Lebih dari 1 Syaraf

Skin Smear (BTA) Negatif (-) Positif (+)


(46)

Hasil evaluasi program P2P kusta menunjukan bahwa jumlah penderita baru tipe PB dan MB sampai akhir bulan Desember 2012 sebanyak 66 penderita, dengan type PB 5 penderita dan type MB 61penderita. Gambaran penderita kusta di Kota Depok tahun 2007-2012 berdasarkan type penyakit Kusta dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar IV.A.10

Jumlah kasus Kusta tipe PB dan MB tahun 2007 2012

Sumber : Laporan data seksi P2P

Jumlah penderita kusta baru untuk tipe PB di tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 3 kasus akan tetapi tipe MB di tahun 2012 mengalami penurunan, yang semula 65 di tahun 2011 kemudian di tahun 2012 menjadi 62 kasus. CDR kusta tahun 2010 adalah 3,41/100.000 penduduk, tahun 2011 adalah 4,24/100.000 penduduk, tahun 2012 adalah 3,64/100.000 penduduk.

Angka kecacatan kusta tahun 2010 adalah sebesar 14 kasus ( 29%), di tahun 2011 sebesar 11 kasus (18%) dan tahun 2012 sebesar 12 kasus(18 %). Yang dimaksudkan dengan angka kecacatan disini adalah kecacatan kusta yang menyebabkan 2 syaraf atau lebih yang terserang kusta.


(47)

Tabel penderita kusta yang masuk dalam kategori cacat II

Sumber : Seksi P2P 2012 C.1.5. HIV-AIDS dan IMS

Berdasarkan hasil evaluasi program HIV/AIDS menunjukkan bahwa penyakit ini tidak hanya menyerang pada usia produktif tetapi sudah meningkat pada usia non produktif (anak-anak bahkan bayi), hal ini menunjukan bahwa trend penyebaran penyakit ini sudah berubah sehingga program harus mengupayakan program penanggulangan yang lebih tepat agar penderita yang terinfeksi pada usia non produktif dapat terjaring.

Jumlah Kasus HIV-AIDS Tahun 2009 sebanyak 9 Kasus, tahun 2010 sebanyak 15 kasus, tahun 2011 sebanyak 16 kasus dan tahun 2012 sebanyak 29 kasus.Kasus HIV 29 kasus dan kasus AIDS 24 kasus dan IMS 2 kasus.kasus AIDS dilaporkan oleh RS Simpangan Depok sebanyak 5 kasus dan Kasus IMS sebanyak 2 orang berasal dari Kelurahan Cimpaeun Kecamatan Tapos.

Pada dasarnya jumlah penderita HIV /AIDS yang tidak dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Depok jumlahnya lebih banyak, seperti fenomena gunung es, bahwa yang terlaporkan jumlahnya lebiih sedikit dibandingkan kejadian yang sebenarnya.

Tahun 2012 sistem pencatatan dan pelaporan sudah sudah lebih baik/lebih bagus dari tahun sebelumnya sehingga mempermudah dalam

Tahun

Penderita cacat II

persentase

2010

14

29%

2011

11

18%


(48)

pencarian data dan hal ini berdampak pada penemuan jumlah kasus HIV/AIDS yang lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Sejak tahun 2012 telah dibuka klinik layanan VCT di Puskesmas Sukmajaya dan layanan ini pun telah berjalan, sehingga pelaporan HIV /AIDS yang didapat oleh Dinas Kesehatan utamanya berasal dari Puskesmas Sukmajaya , Selain itu sebagai upaya dalam penanggulangan ketergantungan obat Psikotropika, dimana penyebaran HIV bisa melalui berganti-gantinya jarum suntik para pengguna psikotropika, di Puskesmas Sukmajaya juga terdapat Klinik Metadon, dimana para penderita yang memakai psikotropika tertentu digantikan dengan obat-obat metadon, yang memiliki efek menenangkan seperti obat psikotropika namun tidak membuat efek ketergantungan.

Gambar IV.A.11

Jumlah kasus HIV-AIDS tahun 2009-2012


(49)

C.1.6. KASUS AFP

Surveilans AFP merupakan kegiatan untuk menjaring anak dengan usia <15 tahun yang lumpuh pada lengan/kaki atau keduanya,kelumpuhan bersifat layu/lemas, terjadi mendadak (dari awal sehat menjadi lumpuh dalam waktu 2 minggu) dengan tujuan untuk mendeteksi sirkulasi virus polio liar, membuktikan tidak adanya virus polio liar, menjaga kinjera surveilans AFP memenuhi standard sertifikasi, mengarahkan kepada kegiatan imunisasi polio. Kegiatan ini dilaksanakan oleh pengelola surveilans dibantu oleh petugas surveilans Puskesmas dan Rumah Sakit. Pada tahun 2011 di Kota Depok ditemukan 12 orang penderita AFP dan tahun 2012 terdapat 14 penderita. Laporan kasus AFP diperoleh dari kegiatan penjaringan penderita di puskesmas dan rumah sakit melalui kegiatan surveilans AFP.

Metode kerja yang dilaksanakan selama ini yaitu setelah mendapatkan laporan ada kasus AFP selanjutnya kasus dilacak dan diambil spesimen tinjanya kurang dari 48 jam setelah laporan diterima, kemudian seluruh hasil pemeriksaan spesimen dikirim ke laboratorium, sehingga didapatkan hasil positif atau tidak. Penentuan hasil pengiriman specimen mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh WHO dan DEPKES sehingga specimen yang diterima harus 100% adekuat. Setelah dilakukan pengambilan specimen 2 kali dengan jangka waktu <48jam, maka setelah 60 hari dilakukan pemeriksaan ulang untuk melihat residual paralysisnya, apabila spesimen tidak adekuat dan jika masih ditemukan sisa kelumpuhan maka dilakukan diagnosa akhir dengan adanya hasil penanganan dari dokter spesialis.


(50)

Gambar IV.A.12 Jumlah kasus AFP Tahun 2012

Sumber Laporan data seksi P2P

Dari gambar diatas terlihat bahwa kasus AFP banyak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Tapos, sebesar 4 kasus. Kasus AP tidak ditemukan di kecamatan Cilodong, Sukmajaya, Beji dan Cinere. Adanya penemuan kasus di wilayah kerja Puskesmas Tapos, dapat dimungkinkan pelaporan yang baik, sehingga mendapatkan data yang baik juga.

D.PENYAKIT MENULAR BERSUMBER BINATANG

D.1.1.DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga sering menimbulkan kepanikan di masyarakat karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue


(51)

yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup digenangan air bersih di sekitar rumah. Umumnya kasus ini mulai meningkat saat musim hujan.

Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu:1) peningkatan kegiatan surveilance penyakit dan surveilance vektor;2) diagnosis dini dan pengobatan dini; 3) Peningkatan upaya peberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya pemberantasan vektor ini yaitu dengan pemberantasan sarang nyamuk(PSN) dan pemeriksaan jentik berkala.Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan angka bebas jentik.

Surveilance vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun kader jumantik. Pengembangan sistem surveilance vektor secara berkala perlu dilakukan terutamaa dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus.

Jumlah kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2011 sebanyak 1.028 orang yang tersebar di 11 kecamatan di Kota Depok dengan angka kesakitan (Insiden rate) sebesar 113,19 per 100.000 penduduk dengan kasus terbanyak di wilayah kerja UPT. PKM Pancoran Mas. Sedang pada tahun 2012 jumlah kasus 802 orang, meninggal 4 orang dengan kasus terbanyak di Kecamatan Pancoran Mas.

Penurunan kasus DBD tahun 2012 antara lain disebabkan oleh karena adanya kesadaran masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan ”3M PLUS” (menguras – mengubur - menutup tempat penampungan air) plus upaya lain yaitu melakukan pemantauan rumah/bangunan bebas jentik serta melakukan pengenalan dini gejala DBD dan penanganannya di rumah.


(52)

Gambar IV.A.13Gambaran Kasus DBD di Kota Depok Tahun 2007-2012

Sumber Laporan data seksi P2P

Gambar IV.A.14Gambaran Kasus DBD Di 11 Kecamatan di Kota Depok Tahun 2012


(53)

D.1.2. FILARIASIS (PENYAKIT KAKI GAJAH)

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi menahun (kronis) yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening yang dapat menimbulkan cacat menetap (seumur hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin sehingga dapat menimbulkan stigma sosial.

Program eliminasi filariasis di Indonesia dilaksanakan atas dasar kesepakatan Global WHO tahun 2000 yaitu” the global goal of elimination of lymphatic filariasis as a public health problem the year 2020” yang merupakan realisasi dari resolusi WHA pada tahun 1997

Program eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu:

1. Pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis kepada semua penduduk endemis filariasis dengan menggunakan DEC 6 mg/Kg BB dikombinasikan dengan albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun,guna memutuskan rantai penularan

2. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan.

Untuk memutus mata rantai penularan, dengan sasaran pemberian obat adalah semua penduduk kecuali anak berumur <2 tahun, lansia berumur > 65 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut, dan balita dengan marasmus/kwasiorkor .

Ke depannya, di tahun 2013 akan dilakukan SDJ (Sampel Darah Jari) guna mendeteksi penyakit filariasis dengan mengambil 2500 sampel darah semua penduduk. Sampel darah yang diambil dilihat berdasarkan daerah yang ditemukan banyak kasus dan daerah yang tidak ada kasus.


(54)

Gambar IV.A.15 Gambaran Kasus filariasis

di Kota Depok Tahun 2001-2012

Sumber : Laporan data seksi P2P

Mencermati penanganan kasus filariasis semenjak tahun 2007 hingga tahun 2012, dapat dilihat bahwa terdapat 34 kasus. Penemuan penderita filariasis terbanyak pada tahun 2009, sebanyak 12 kasus, kemudian menurun dengan sendirinya pada tahun 2010 sebanyak 9 kasus. Di tahun 2011 ditemukan sebanyak 1 kasus dan tahun 2012 tidak ditemukan kasus filariasis lagi. Faktor yang berpengaruh diantaranya sosialisasi yang tiada hentinya dari Dinas Kesehatan akan pentingnya pemutusan rantai penularan cacing filaria, serta adanya kesadaran masyarakat untuk mendatangi Pos POMP yang ditunjuk guna minum obat.

E.PENYAKIT MENULAR YG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, namun diantara penyakit-penyakit tersebut ada yang dapat dicegah dengan imunisasi atau biasa disingkat dengan PD3I (Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) antara lain yaitu :


(55)

E.1.1. Difteri

Difteri merupakan penyakit menular akut pada tonsil, faring, dan hidung, kadang-kadang pada selaput mukosa dan kulit. Penyakit ini disebabkan oleh corynebacterium, diman terdapat 3 tipe corynebacterium diphteria, yaitu :tipe mitis, intermedius dan gravis. Gejala klinis difteri diantaranya :demam >38’c disertai pseudo membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorok yang tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring dan tonsil, sakit waktu menelan,leher membengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak nafas disertai stridor.. Penyakit ini sering kali menjadi penyebab kematian pada anak-anak, namun penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT1, DPT2 dan DPT3.

Pada tahun 2010 tidak ditemukan kasus difteri, akan tetapi di tahun 2011 ditemukan 1 kasus difteri dan tahun 2012 ditemukan 1 susp difteri. Informasi penderita difteri didapatkan dari laporan rumah sakit kepada bagian surveilans dinas kesehatan kota Depok.

Sumber dan cara penularan difteri melalui manusia, baik sebagai penderita atau carrier, dimana menyerang melalui pernafasan. Penularan melaluidroplet infectiondan difteri kulit yang mencemari tanah sekitarnya.

Tabel Kasus Difteri No. Tahun Jumlah Kasus

1 2010 0

2 2011 1

3 2012 1 (susp.difteri) Sumber : Seksi P2P 2012


(56)

E.1.2. Tetanus dan Tetanus Neonatorum

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani, terdiri dari Tetanus Neonatorum yaitu tetanus pada bayi dan tetanus dengan riwayat luka.Dalam rangka tercapainya eliminasi kasus tetanus neonatorum (TN) maka sampai saat ini dilakukan kegiatan imunisasi untuk memberikan perlindungan baik terhadap neonatus dengan DPT,terhadap anak SD dengan TT Bias,terhadap WUS dengan TT WUS,terhadap bumil dengan TT Bumil yang memungkinkan setiap neonatus dan wanita mempunyai kekebalan seumur hidupnya terhadap ancaman Berdasarkan laporan pada tahun 2011 dan tahun 2012tidak terjadi kasus tetanus dankasus tetanus neonatorum. Kejadian kasus tetanus Neonatorum sebenarnya dapat dicegah dengan upaya pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil.

E.1.3.Campak

Penyakit campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, ditandai dengan demam, batuk, pilek, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak pra sekolah dan anak-anak SD, meskipun tidak menutup kemungkinan menyerang orang dewasa yang belum pernah terkena penyakit ini.

Penyakit campak biasanya menyerang anak-anak. Campak akan sangat berbahaya jika menyerang ibu hamil, karena menyebabkan sindrom Rubella yang mengakibatkan janin tidak berkembang dengan baik. Bayi yang terinfeksi sebelum dilahirkan dapat mengalami perkembangan mental yang terhambat, pembentukan jaringan mata, hati, liver dan limpa yang tidak sempurna, tuli serta bermasalah pada sumsum tulangnya ketika dia lahir.

Penyakit campak disebabkan oleh infeksi virus Rubella. Virus Rubella dapat menular dari satu orang ke yang lainnya melalui udara ataupun sekresi saluran pernafasan dan tenggorokan dari orang yang telah terinfeksi. Rubella juga dapat menular dengan cepat melalui kontak fisik dengan penderita. Penyakit campak akan


(57)

semakin mudah menyerang tubuh orang yang defisiensi vitamin A. Karena vitamin A berperan penting untuk menjaga kekebalan tubuh dari infeksi virus.

Meski penyakit campak biasa dan banyak terjadi pada anak-anak, penyakit ini tidak dapat diremehkan. WHO mencatat, pada tahun 2001 sebanyak 30 juta anak terserang campak dan 700 ribu diantaranya meninggal. Sebagian besar kasus ini terjadi di negara-negara berkembang. Penyakit ini menelan banyak korban yang mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya. Seperti pneumonia, diare dan malnutrisi.

Di Kota Depok, di tahun 2011 ditemukan 712 kasus campak klinis, dimana campak yang ditemukan baru mengarah pada gejala klinisnya dan belum dilakukan pemeriksaan ke laboratorium. Tahun 2012 kasus campak klinis, yakni yang mengarah kepada gejala-gejala nya saja, dan belum dilakukan uji laboratoium sebesar 427. Terjadi penurunan kasus campak, hal ini dapat dimungkinkan nutrisi tubuh yang terpenuhi sehingga kekebalan tubuh meningkat. Dapat juga dimungkinkan karena kesadaran sebagian masyarakat untuk melakukan pemberian vaksin (imunisasi) sebagai tindakan preventif untuk mencegah penyakit campak.

Gambar IV.A.16

Gambaran Penderita Campak Klinik (baru mengarah pada gejala campak) di Kota Depok Tahun 2007-2012

Sumber :Laporan data seksi P2P


(58)

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit tersebut bisa melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak-anak biasanya tidak menimbulkan gejala dan kalaupun ada biasanya adalah gangguan pada perut, lemah dan urine menjadi kuning. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis hepatis (kanker hati) dan dapat menimbulkan kematian

Jumlah kasus hepatitis B tahun 2012 dilaporkan dari Puskesmas sebanyak 9 kasus dan laporan dari Rumah sakit tidak spesifik disebutkan kasus Hepatitis B. Kasus Hepatitis laporan dari Rumah sakit Sebanyak 40 kasus.Jumlah kasus Hepatitis A yang dilaporkan dari Puskesmas sebanyak 172 kasus(Sumber; laporan LB1 Puskesmas).

E.1.5. Pertusis

Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella pertusis yang ditandai dengan gejala batuk beruntun dan disertai tarikan nafas hup yang khas serta disertai muntah. Lama batuk bisa sampai 1-3 bulan sehingga seringdisebut batuk 100 hari. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Pada tahun 2011 dan tahun 2012 tidak ditemukan kasus pertusis di Kota Depok.

F. PENYAKIT TIDAK MENULAR

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat. Hal ini menjadi beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.

F.1.1 Penyakit tidak menular


(59)

TAHUN 2012

No NAMA PENYAKIT Jumlah %

1 Hipertensi primer (essensial) 28.532 53,9

2 Rematism dan Gout 13.100 24,7

3 Diabetes Mellitus tidak spesifik 6.288 11,8 4 Anemia Defisiensi gizi zat gizi 1.623 3,07

5 Osteoporosis 747 1,41

6 Katarak sinilis 675 1,27

7 Penyakit jantung iskemik akut 623 1,17

8

Gangguan jiwa karena obat dan zat

addiktif 370 0,70

9

Penyakit gagal jantung

(Decompensation cordis) 328 0,62

10 Gangguan refraksi dan Akomodasi 313 0,59

11 Tumor ganas/jinak 242 0,45

Sumber : LB1 dan RL 2a1 dan seksi P2P

F.1.2 Penyakit Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa berat berarti penderita mengalami gangguan dalam fungsi sosial dengan orang lain, serta dalam hal fungsi kerja sehingga tidak produktif, gangguan jiwa ini biasanya juga diikuti gejala dengan efek kuat misalnya delusi, halusinasi, paranoid, ketakutan berat, yang biasanya disebut gejala psikosis.(www. schizophrenia.co.id)

Berdasarkan laporan rawat jalan yang masuk tergambarkan sebagai berikut:


(60)

Gambar IV.A.17

Gambaran Penyakit Jiwa berdasarkan Laporan Rawat Jalan

Puskesmas di Kota Depok Tahun 2012

(Sumber laporan LB1 Puskesmas).

Dari gambar diatas terlihat bahwa gangguan jiwa terbanyak adalah skisofrenia yaitu sebanyak 605 atau 63%, kemudian gangguan emosi (neurotik/Psikosomatik) sebanyak 161 kasus (16.78%). Penyakit jiwa terbanyak terjadi pada usia 20- 44 tahun dengan jumlah kasus pada laki-laki 115 (11,9%) kasus dari seluruh kasus gangguan jiwa yang yang dilaporkan Puskesmas terjadi sebanyak 959 kasus dan 117(12,2%) kasus pada perempuan :P

Penyakit Skizofrenia itu sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003). Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala


(61)

negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, ‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif.

F.1.2. Penyakit Kesehatan Gigi dan Mulut

Pada tahun 2012 kunjungan rawat jalan tahun 2012 yang dilaporkan oleh Puskesmas sebanyak 6.321 pasien dengan jumlah kunjungan rawat jalan baru gigi di puskesmas sebanyak 3.372 pasien, sedang kunjungan rawat jalan pasien lama gigi sebanyak 2.949. Dari laporan yang masuk kasus karies gigi sebanyak 1.142 kasus,kasus gigi Penyakit Pulpa dan jaringan periapikal sebanyak 2.771 kasus,kasus Gingivitis dan jaringan periodontal sebanyak 943 kasus,penyakit rongga mulut sebanyak 32 kasus dan Gangguan Gigi dan Jaringan lainnya sebanyak 1.168 kasus. Masyarakat yang melakukan tumpatan gigi tetap ke Puskesmas sebanyak 1.370 kasus,Tumpatan Gigi Sulung sebanyak 310 kasus.sarana kesehatan (puskesmas, dsb) adalah sebanyak 906 orang,


(62)

BAB V


(63)

BAB V

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Upaya Kesehatan terdiri dari Upaya kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan. Upaya Kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta,untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Sedangkan upaya perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.

Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan dengan berbagai faktor diantaranya srana fisik,tenaga kesehatan,alat penunjang pelayanan kesehatan,obat-obatan dan standar pelayanan kesehatan. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitumeningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagaiupaya pelayanan kesehatan masyarakat diantaranya:

1. Pelayanan Kesehatan dasar

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat

1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 1.1.1. Pelayanan Kesehatan ibu hamil 1.1.2.

A. PELAYANAN ANTENATAL (K 1 DAN K 4)

Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan olehtenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman. Kegiatan


(64)

pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggifundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatan adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4.

Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan Cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua, dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan K1 dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar V.A.1

Cakupan K1 dan K4 Dikota Depok Tahun 2007-2012

Sumber :Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok


(65)

penurunan sebesar 1,68 %. Sedangkan kunjungan K1 Ibu hamil di Kota Depok dalam lima tahun terakhir cukup baik, karena telah melewati target nasional sebesar 95,26%, walaupun dari tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 1, 58 %.Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kehamilan sedini mungkin mulai menurun. Untuk itu perlu adanya upaya dari tenaga kesehatan untuk kembali meningkatkan cakupan, baik itu pelayanan K1 dan K4 ibu hamil .

B. PELAYANAN KESEHATAN IBU BERSALIN

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan (profesionalisme). Dari laporan seksi Kesga dan Gizi bidang Yankesmas diketahui, pada tahun 2012 jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan (linakes) sebesar 99,52%, dan telah memenuhi target SPM Tahun 2012 yaitu sebesar 85%. Capaian target SPM yang didapat berdasarkan perhitungan data riil tidak menggunakan proyeksi.

Gambar V.A.2

Perkembangan Cakupan Linakes di Kota Depok Tahun 2007-2012

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi.


(66)

Linakes setiap tahun berada diatas target SPM kesehatan Kota Depok. Cakupan Dari setiap Kecamatan pertolongan persalinan oleh linakes dapat terlihat dari gambar dibawah ini:

Gambar V.A.3

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Linakes setiap Kecamatan

di Kota Depok Tahun 2012

Terlihat jelas dari gambar diatas bahwa cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tertinggi yaitu di kecamatan Cipayung hal ini dapat disebabkan karena telah bagusnya manajemen pelayanan kebidanan di Kecamatan Cipayung.

Untuk Jumlah Ibu Bersalin Yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2012, dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar V.A.3.1 Jumlah Ibu Bersalin Ditolong Tenaga Kesehatan Tahun 2012


(67)

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi, 2012

C. IBU HAMIL RESIKO TINGGI (RISTI)/KOMPLIKASI YANG DITANGANI

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan Puskesmas, sekitar 20% diantara ibu hamil yang ditemui dan diperiksa tergolong dalam kasus resiko tinggi/komplikasi yang membutuhkan rujukan. Kasus resiko tinggi/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi meliputi Hb< 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedema nyata, eklampsia, ketuban pecah dini, perdarahan pervaginam, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat / sepsis dan persalinan prematur.

Berdasarkan laporan Bidang Yankes, jumlah ibu hamil resiko tinggi/komplikasi di Kota Depok tahun 2011 sebanyak 8.481 dan bumil risti yang di tangani sebanyak 6.275 atau 73,99% dan pada tahun 2012 Cakupan Ibu Hamil dengan komplikasi yang ditangani 100% dengan Jumlah komplikasi kebidanan yg mendapat penanganan definitif 5.733 orang dan


(68)

Jumlah ibu dgn komplikasi kebidanan (perkiraan: 20% x 1,1 x CBR x jml pddk) 5.733membutuhkan pelayanan kesehatan rujukan dan semua kasus telah memperoleh penanganan sesuai prosedur.Berikut dapat dilihat Cakupan Bumil Komplikasi yang ditangani

Gambar V.A.4

Sebaran ibu hamil komplikasi yang ditangani di Kota Depok Tahun 2012

D. PELAYANAN NIFAS

Setelah melahirkan, ibu masih perlu mendapat perhatian. Masa nifas masih beresiko mengalami perdarahan atau infeksi yang menyebabkan kematian ibu. Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinandimana organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untukkembali normal, walau pada umumnya organ reproduksi akankembali normal dalam waktu 3 bulan pasca persalinan. Dalam masa nifas, ibu seharusnya memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, payudara,dinding perut, perineum, kandung kemih dan organ kandungan.Karena dengan perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas.

Pada tahun 2012 jumlah ibu nifas di Kota Depok 45.722 orang dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan KF1 sebesar 40.050, kemudian KF2 sebesar 39.363 (87, 59%), KF 3 sebesar 38.478 (86,09%) serta KF


(69)

lengkap sebesar 38.052 (84,15%).

Gambar V.A.5

Cakupan pelayanan ibu nifas setiap Kecamatan di Kota Depok Tahun 2012

Sumber Laporan data seksi Kesga dan Gizi, 2012

Pada gambar tersebut diatas diperoleh hasil bahwa pelayanan ibu nifas terbanyak dari Kecamatan Cipayung sebesar 96,2 %. Pelayanan kesehatan yang terkoorganisasi dengan baik , diimbangi pencatatan dan pelaporan yang baik, menjadikan data dan informasi yang di sampaikan oleh kecamatan Cipayung dapat di analisis dengan baik.

Untuk melihat jumlah pelayanan ibu nifas pada tahun 2012, dapat dilihat pada grafik dibawah ini :


(70)

Gambar V. A. 5. 1 Jumlah pelayanan ibu nifas tahun 2012

E. KUNJUNGAN NEONATUS (KN1 DAN KN2)

Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah persentase neonatal(bayi kurang dari 1 bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali dari tenaga kesehatan satu kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal 3 kali, satu kali pada umur 0-2 Hari (KN1)


(71)

dan KN2 pada umur 3-7 Hari dan KN3 pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.

Di tahun 2012, jumlah cakupan KN 1 sebesar 40.020, kemudian KN2 sebesar 39.253, KN3 sebesar 38.227, dan KN lengkap sebesar 37.817.

Cakupan kunjungan neonatal (KN) tahun 2007-2012, dapat diamati pada gambar berikut ini.

Gambar V.A.6Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Di Kota Depok Tahun 2007-2012

Sumber Laporan data seksi kesga dan gizi, 2012.


(72)

Pada tahun 2011, pelayanan KN2 kepada neonatus mengalami peningkatan yang hanya mencapai 94%, begitu pula tahun 2012 pelayanan KN2 kepada neonatur mencapai 94%. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran ibu nifas untuk memeriksakan kesehatan bayinya mulai meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2010. Upaya tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk memberikan kesadaran dan pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan dini kepada neonatus, sehingga dapat mendeteksi secara dini penyakit maupun kelainan yang dialami neonatus.

F. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara 15- 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan melalui cakupan peserta KB yang ditunjukan melalui kelompok sasaran program yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah tempat tinggal, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Cakupan secara lengkap menurut kecamatan dan puskesmas dari pelayanan KB dapat dilihat pada lampiran profil ini.

Proporsi wanita umur 15-49 tahun berstatus menikah yang sedang menggunakan/memakai alat KB, sebagai peserta KB baru tahun 2011 sebanyak 41.513 orang sedangkan peserta KB aktif sebanyak 224.315 orang. Banyaknya peserta KB aktif ini, disebabkan karena pencatatan dan pelaporan jumlah sasaran PUS yang belum akurat, sehingga banyak PUS yang tidak tercatat, namun memperoleh pelayanan. Hal ini juga menunjukan bahwa kesadaran PUS untuk mencegah dan menjarangkan kehamilan sudah semakin baik. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB selama tahun 2011, alat kontrasepsi yang banyak diminati adalah suntikan (21.961 orang) dan pil KB (11.828 orang).


(73)

Pada tahun 2012 Jumlah peserta KB Aktif Sebesar 224,127. Peserta KB Aktif terbanyak yang menggunakan Suntik sebesar 8,8%,pengguna KB Pil 8% ,Pengguna AKDR 0,7%,Pengguna Implan sebesar 1% dan Pengguna Kondom sebesar 0,7%. Peserta KB Aktif Berikut gambar pengguna KB Aktif di Kota Depok:

Gambar V.A.6

Jumlah Pengguna KB Aktif Di Kota Depok Tahun 2012

Sumber : BPMK Kota Depok

2. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita 1. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan kesehatan pada kunjungan bayi sangat penting karena berkaitan dengan angka kematian bayi. Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi minimal 4kali kunjungan selama periode 29 hari samapai dengan 11 bulan yaitu satu kali umur 29 hari 3 bulan,satu kali pada umur 3-6 bulan,satu kali pada umur 6-9 bulan dan satu kali pada umur 9-11bulan.cakupan kunjungan bayi tahun 2012 sebesar 91,82 %


(74)

Gambar V.A.7Cakupan Kunjungan bayi Di Kota Depok Tahun 2012

Sumber Seksi Kesga dan gizi kota Depok

2. Pelayanan Kesehatan anak balita

Lima tahun pertama kehidupan,pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kemampuan keinderaan,berfikir ,berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.

Pada tahun 2012 cakupan pelayanan kesehatan anak balita(1-4) tahun sebesar 80,6% dengan Jumlah anak balita (12-59 bln) yg memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali sebanyak 102.571 dan Jumlah seluruh anak balita (12-59 bln) sebanyak 127.260. Angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2011 cakupannya sebesar 68,52%. Bila dilihat cakupan dari setiap Kecamatan adalah sebagai berikut:


(75)

Gambar V.A.8Cakupan Kunjungan anak balita Di Kota Depok Tahun 2012

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi, 2012

Petugas sedang melakukan penimbangan balita menggunakan dacin


(76)

G. PELAYANAN IMUNISASI

Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia Subur/Ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak SD (kelas 1: DT dan Kelas 2 -3 : TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/risti KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan teknis. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proyeksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambar besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Cakupan imunisasi masing-masing Kecamatan di Kota Depok BCG,DPT3+HB3,POLIO4 dan Campak terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel V.1CAKUPAN IMUNISASI BCG,DPT 3 POLIO 4,CAMPAK

DIKOTA DEPOK TAHUN 2012

KECAMATAN

BCG

DPT+HB3

POLIO4

CAMPAK

Beji

95,3

90,8

87,7

86,9

Pancoran Mas

106,7

95,1

100,8

101,8

Cipayung

98,3

95,5

91,8

95,8

Sukmajaya

93,1

90,9

90,9

89,5

Cilodong

96,5

92,5

95,3

93,5

Limo

97,7

105,5

93,6

90,2

Cinere

94,6

86,0

91,1

92,0

Cimanggis

97,0

97,6

99,9

99,7

Tapos

91,0

83,7

85,2

82,2

Sawangan

101,0

92,8

95,7

99,5

Bojongsari

96,9

95,3

94,1

90,0


(77)

Dalam hal ini Pemerintah menargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi kelurahan. Suatu kota telah mencapai target UCI apabila >80% desa/kelurahan telah mencapai target imunisasi yang masuk dalam kategori penetapan UCI. Target UCI tahun 2011 untuk Kota Depok adalah 100% atau 63 Kelurahan, dan semua sudah memenuhi target UCI. Sedang untuk tahun 2012 terdapat 4 kelurahan yang belum UCI hal ini disebabkan karena sasaran yang terlalu tinggi untuk mencapai UCI . Beberapa Jenis antigen yang masuk dalam perhitungan UCI suatu wilayah antara lain DPT-HB1, DPT-HB3, Polio 4, BCG, Campak, HB0. Target jangkauan imunisasi bayi ditunjukan dengan cakupan imunisasi DPT1 karena imunisasi ini merupakan salah satu antigen kontak pertama dari semua imunisasi yang diberikan kepada bayi. Saat ini vaksin imunisasi DPT telah digabungkan dengan vaksin imunisasi HB yang lebih dikenal dengan imunisasi DPT-HB (combo). Sehingga cakupan imunisasi kedua vaksin ini ditampilkan bersamaan. Gambaran cakupan imunisasi bayi DPT1 dan HB1 pada tahun 2007-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar V.A.9Cakupan Imunisasi Bayi DPT1 dan HB1 Di Kota Depok tahun 2007-2012


(78)

Petugas memberikan imunisasi

Pada gambar di atas terlihat bahwa presentase cakupan imunisasi DPT-1+HB1 tahun 2007-2012 tertinggi pada tahun 2010 yang mencapai 195,9% dan terendah terjadi pada tahun 2008 yang hanya mencapai 84,25%. Cakupan yang melewati 100%, disebabkan karena sasaran yang digunakan adalah sasaran bayi proyeksi pada awal tahun, sehingga penambahan jumlah bayi pada tahun berjalan tidak masuk dalamproyeksi sasaran.

Maternal dan Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan salah

satu kegiatan imunisasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus Tetanus Neonatal di setiap Kabupaten/Kota hingga <1 kasus per 100 kelahiran hidup per tahun. Pada masa lalu sasaran kegiatan MNTE adalah calon pengantin dan ibu hamil namun pencapaian target agak lambat, sehingga dilakukan kegiatan akselerasi berupa pemberian TT 5 dosis pada seluruh Wanita Usia Subur termasuk ibu hamil (usia 15-39 tahun).

Cakupan imunisasi TT ibu hamil pada tahun 2007-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar V.A.10 Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil Di Kota Depok Tahun 2007-2012


(79)

Sumber :Seksi P2P Dinkes Kota Depok

Dari gambar di atas terlihat bahwa cakupan imunisasi TT-1 pada tahun 2007-2012, masih cenderung naik turun, dimana cakupan terendah terjadi pada tahun 2008 yang hanya mencapai 73,8%, sedangkan cakupan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 96,5% kemudian menurun pada Tahun 2011 menjadi 78,3% dan tahun 2012 menjadi 76,2%. Cakupan imunisasi TT-2 juga tidak jauh berbeda dengan cakupan imunisasi TT-1, dimana dari gambar di atas terlihat bahwa cakupan tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 91,7% kemudian pada tahun 2011 menurun menjadi 69,45% dan tahun 2012 sebesar 68%.

H.PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan,peningkatan sosial ekonomi sebagian masyarakat serta adanya subsidi anggaran pemerintah untuk jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat untuk memilih pelayanan kesehatan.

DiKota Depok Terdapat 1 Rumah Sakit Umum Daerah dan 15 Rumah Sakit swasta.

Tabel V.2 Jumlah Akreditasi Rumah Sakit

DIKOTA DEPOK TAHUN 2012


(1)

Sumber : Seksi POM 2012

Grafik sarana apotik, toko obat dan IRTP tahun 2012

Sumber : Seksi POM, 2012 Yang Terdata

2011 2012

1 Apotik 186 224

2 Toko Obat 86 73


(2)

4. SARANA LAINNYA

Pada tahun 2012 hasil sampling IRTP dari 10 sarana semua MS (Memenuhi Syarat), untuk sarana catering tidak dilakukan sampling. Pada restoran yang ada dikota Depok dari 66 sarana ditemukan 96% bakteri makanan.

Pasar tradisional di kota Depok tidak ditemukan kandungan TMS, Benzoat 20%, Boraks 9%, Pewarna tekstil 12,5%, Siklamat 25%, Bakteri Air 31,25%, untuk pasar modern dan supermarket ditemukan benzoat 5%, Boraks 6,7%, Bakteri makanan 15 %,Bakteri Air 5%.

Produk yang didaftarkan izinnya Sumber : Seksi POM


(3)

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Total anggaran APBD Kota Depok tahun 2012 sebesar Rp. 1.854.609.216.016,55.dan alokasi anggaran Dinas Kesehatan tahun 2012 Sebesar Rp.112.074.895.535,00, yang didalamnya sudah termasuk Dana Jamkesmas, Jampersal, Dana Bantuan Gubernur, Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT), anggaran yang diperoleh dari APBD Murni Berjumlah Rp. 89.778.248.277 (65%) yang termasuk belanja langsung Rp.53.406.312.765 (59,5%) dan Belanja Tidak langsung Rp.36.371.935.512(41%) Berikut Rincian Anggaran dari berbagai sumber dana;

a. Besarnya APBD Kota Depok tahun 2012 sebesar Rp.112.074.895.535,00 (anggaran yang masuk Ke Kas Daerah) b. Dana APBD Provinsi untuk Dinas Kesehatan Kota Depok

dialokasikan dalam bentuk dana Bantuan Gubernur pada tahun 2012 sebanyak Rp.6.464.477.520 atau 4,6%.

3. Dana APBN yang dialokasikan untuk Dinas Kesehatan Kota Depok selama tahun 2012, berasal dari beberapa sumber antara lain :

 DAK(Dana Alokasi Khusus) berjumlah Rp.10.641.760.459

 Dana Tugas Pembantuan

Salah Satu Sumber pembiayaan Kesehatan di Kota Depok yang bersumber dari Dana APBN melalui Dana Tugas Pembantuan dialokasikan melalui Dana Kegiatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang membiayai operasional pelayanan kesehatan, dengan besaran alokasi dana pada tahun 2012 sebesar Rp. 2.787.600.000 atau 2,01% dan Tugas Pembantuan untuk Pembangunan Puskesmas PONED sebesarR p. 1000.000.000 (0,72%)

o Dana Bantuan Sosial

Selain melalui Tugas Pembantuan, Dana APBN juga dialokasikan melalui Dana Bantuan Sosial untuk sektor Kesehatan yang diberikan bagi masyarakat Kota Depok


(4)

Melalui Dana Jamkesmas dan Jampersal. Alokasi Dana Jampersal dan Jamkesmas dirinci sebagai berikut :

 Dana Jampersal masih berupa dana dekonsentrasiJumlah dana yang dialokasikan sebesar Rp. 2.377.336.000 (1,72%).

 Dana JamkesmasJumlah dana yang dialokasikan sebesar Rp. 598.215.000 (0,43%)

4. Jumlah anggaran Dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau(DBH-CHT) sebesar Rp. 2.214.858.279. Untuk melihat prosentase sumber anggaran kesehatan pada tahun 2012, dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar VI.5 Persentase jumlah anggaran Dinas Kesehatan dari Berbagai SumberDi Kota Depok Tahun 2012


(5)

Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu penyajian data dan informasi yang berkualitas sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan , lintas sektor maupun masyarakat. Dibidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Namun sangat disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal.

Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam Profil Kesehatan Kota yang diterbitkan saat ini belum sesuai dengan harapan. Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kota dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Walaupun Profil Kesehatan sering kali belum mendapatkan apresiasi yang memadai, karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan harapan, namun ini merupakan salah satu publikasi data dan informasi yang meliputi data capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas Profil, perlu dicari terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat untuk mengisi kekosongan data sehingga kualitas data menjadi lebih baik.


(6)