Dampak Upaya Pemberdayaan Melalui Credit Union Terhadap Perkembangan Kelompok

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hidup yang layak merupakan dambaan kehidupan setiap orang. Terpenuhinya
kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan,
namun

ketidakberdayaan

dan

ketidakmampuan

mengakibatkan

seseorang

ataupun

sekelompok orang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan tidak dapat hidup layak.
Ketidakberdayaan dan ketidakmampuan menjadi penghambat dalam memenuhi kebutuhan

dasar sehingga seseorang ataupun sekelompok orang mengalami kemiskinan.
Kemiskinan digambarkan dengan kondisi kesejahteraan yang rendah, fakta dimana
seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak
sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan
aspek kemiskinan sebagai suatu kondisi (Siagian, 2012).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per Maret 2013
mencapai 28,07 juta jiwa atau 11,37 persen dari total penduduk Indonesia. Jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 sebanyak 12,15% atau 29,13 juta jiwa.
Angka tersebut memang mengalami penurunan, namun kondisi sejahtera masyarakat tidak
dapat diukur dengan menurunnya angka kemiskinan (http://www.Republika.co.id. Diakses
pada 3 Januari 2014, pukul 11.01 WIB).
Kemiskinan

yang

dialami

sebagian

masyarakat


Indonesia

identik

dengan

ketidakberdayaan dan ketidakmampuan. Kemiskinan sebagai salah satu faktor penyebab
timbulnya berbagai masalah tentang kesejahteraan sosial, muncul dalam berbagai bentuk
ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan dasar, kondisi keterpencilan dan keterasingan,
ketergantungan, dan keterbatasan akses pelayanan sosial dasar. (http://www.Kemiskinan-danKesejahteraan-Rakyat. diakses pada 10 Januari 2014, pukul 02.10 WIB).

Universitas Sumatera Utara

Dari angka kemiskinan yang ada, jumlah penduduk miskin diperparah dengan
meningkatnya indeks keparahan kemiskinan, terutama diwilayah pedesaan yang meningkat
hampir 2 kali lipat dari tahun 2012. Catatan BPS indeks keparahan pada maret 2012 sebesar
0,36, sementara pada tahun 2013 menjadi 0,61. Kenaikan indeks keparahan kemiskinan
menunjukkan 2 hal, yaitu semakin melebarnya kesenjangan antara penduduk miskin dan
semakin rendahnya daya beli dari masyarakat kelompok miskin karena ketidakmampuan

mereka memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup (Kompas, 2013. Diakses pada 07 Januari
2014 pukul 12.10).
Fakta bahwa semakin melebarnya kesenjangan antar penduduk miskin dan semakin
rendahnya daya beli masyarakat miskin membuat mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasar seperti sandang, pangan dan papan. Ketidakseimbangan antara kenaikan upah yang
diterima dan kenaikan harga kebutuhan dasar juga menjadi salah satu penyebab terjadinya
kemiskinan (www.Pos Kota News.com, 2014. Diakses pada 19 Februari 2014, pukul 03.15
WIB ).
Dipahami, kondisi yang lebih menarik perhatian adalah kemiskinan dipedesaan.
Sebagaimana diketahui desa merupakan sentra pangan dan pusat produksi pertanian, dengan
hasil pertanian yang ada mampu memenuhi kebutuhan hidup tidak hanya dirinya tetapi juga
masyarakat luas. Berada di daerah pusat produksi tidak membuat masyarakat terhindar dari
kemiskinan, karena pada dasarnya kemiskinan tidak dapat dipandang hanya dari keberadaan
seseorang.
Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks, sehingga menimbulkan perbedaan
pandangan untuk memahami kemiskinan tersebut. Muncul pemahaman bahwa kemiskinan itu
terjadi karena kemalasan dan tidak adanya peluang untuk memperoleh asset produksi dengan
kekuatan sendiri. Dengan kata lain kurangnya pendapatan, ketidakmampuan untuk
memuaskan kebutuhan dasar sehingga tidak mampu untuk menuntun dirinya menjadi


Universitas Sumatera Utara

manusia seutuhnya. Kemiskinan tidak hanya terjadi karena ketidakberfungsian dalam artian
krtidakmampuan

memenuhi

kebutuhan

hidup,

kondisi

sosial

lingkungan,

serta

ketidakmampuan bersaing di era globalisasi yang berkembang pesat juga mempengaruhi.

Memahami kemiskinan tidak cukup dari satu aspek saja mengingat kemiskinan itu
multimensi jika dilihat kebutuhan manusia yang beragam. Permasalahan kemiskinan yang
kompleks dan bersifat multidimensional membuat upaya pengentasan kemiskinan harus
dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan
dilaksanakan secara terpadu.
Kompleksnya masalah kemiskinan menuntut dilakukannya berbagai upaya perubahan
dan perbaikan. Diharapkan adanya perubahan dapat memperbaiki kondisi kemiskinan
menjadi lebih sejahtera. Perubahan merupakan proses berkelajutan, secara terus menerus dan
berkesinambungan. Perubahan dari kondisi tidak sejahtera menjadi kondisi yang sejahtera
disebut juga sebagai pembangunan masyarakat, terutama di negara berkembang.
Pembangunan dalam rangka mengatasi masalah kemiskinan dilakukan dengan
berbagai pendekatan dan strategi. Baik melalui kebijakan maupun program-program
pengentasan kemiskinan. Strategi atau upaya yang ada melibatkan banyak pihak seperti
lembaga-lembaga sosial dan organisasi-organisasi masyarakat. Pembangunan masyarakat
pada dasarnya adalah proses perubahan menuju kondisi yang lebih baik, dan kondisi yang
lebih baik tersebut dinyatakan dalam bentuk peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan
(Soetomo, 2010).
Pembangunan dalam rangka mencapai kesejahteraan sebagaimana diatur dalam UU
Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, dimaksudkan untuk mewujudkan
kehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk memenuhi hak atas kebutuhan dasar

warga negara demi tercapainya kesejahteraan sosial, negara menyelenggarakan pelayanan
dan pengembangan kesejahteraan sosial secara terencana, terarah, dan berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara

Mengatasi kemiskinan oleh pemerintah merupakan proses pembangunan, dalam artian
proses mencapai keadaan yang lebih baik,

melalui kebijakan dan Program. Pemerintah

merancang berbagai program dan kebijakan yang sedemikian rupa agar persoalan kemiskinan
terselesaikan, paling tidak angka kemiskinan dapat ditekan dan penduduk miskin mengalami
pengurangan. Diperlukan program penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran bukan
program populis bermotif politis pencitraan (Jambiekdspresnews.com, 2014. Diakses pada 20
Februari 2014, pukul 02.45 WIB).
Mengingat kemiskinan bukan hanya masalah pribadi, melainkan keluarga,
masyarakat, negara bahkan dunia. PBB sendiri memberikan perhatian khusus dalam rangka
menanggulangi

masalah


kemiskinan

diberbagai

kemiskinan oleh PBB dirangkum dalam

negara.

Rumusan

penanggulangan

Millennium Development Goals,

yaitu

menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan yang parah (Siagian, 2012).
Ada beberapa program yang dibuat program untuk mengatasi masalah kemiskinan,
diantaranya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri),

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Pemberdayaan Masyarakat melalui program
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Program Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos),
Program Keluarga Harapan (PKH), Program Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin) dan Kredit
Usaha Rakyat.
Program yang ada sering kali tidak menjawab persoalan kemiskinan, bahkan tidak
jarang program tidak tepat sasaran sehingga angka kemiskinan tidak mengalami penurunan
yang signifikan. Selain itu tidak meratanya implementasi kebijakan pemerintah dalam
mengatasi kemiskinan menyebabkan permasalahan kemiskinan tidak terselesaikan. Terutama
di daerah pedesaan, dimana masyarakat berada jauh dari pantauan pemerintah dan rentan
menjadi penduduk miskin karena kurang berdaya (Antaranews, 2012. Diakses pada 19
Januari 2014 pukul 03.10 WIB).

Universitas Sumatera Utara

Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan program yang dirancang guna mengatasi
masalah kemiskinan, dengan memberikan sejumlah uang kepada rumah tangga yang
dianggap miskin. BLT sendiri dilatarbelakangi upaya mempertahankan tingkat konsumsi
rumah tangga sasaran sebagai akibat adanya kebijakan kenaikan harga BBM. Hal ini jelas
tidak akan menjawab persoalan kaum miskin. Bantuan uang secara langsung tidak akan
memecahkan persoalan kemiskinan. Kalau mungkin hanya sementara. Mereka akan miskin

kembali, bahkan mereka akan semakin bergantung terhadap bantuan itu. Terpenting dalam
mengatasi kemiskinan ialah bagaimana membuat kaum miskin mandiri sehingga mampu
memecahkan masalah ekonominya tanpa bergantung pada orang lain (Kompas Berita, 2012.
Diakses pada 7 Januari 2014, pukul 12.10 WIB).
Mengatasi kemiskinan dengan memberdayakan masayarakat, memberdayakan dalam
artian mendidik kelompok miskin agar dapat mengatasi masalah kemiskinannya. Kemiskinan
karena ketidakmampuan individu atau kelompok masayarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidup, memberdayakan dapat diartikan mengembangkan kaum miskin dari keadaan tidak
berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Konsep
pemberdayaan yang bagaimana menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku pemberdayaan, agar
upaya pemberdayaan yang dilakukan menjawab persoalan kemiskinan.
Disamping upaya pemerintah mengatasi kemiskinan melalui berbagai program,
lembaga kesejahteraan sosial non pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
hadir

dengan

strategi

memberdayakan


masyarakat.

Lembaga

merancang

konsep

pemberdayaan yang dianggap mampu menjawab persoalan masyarakat dengan strategi
pemberdayaan yang tepat sasaran. LSM memulai upaya pemberdayaan berdasar masyarakat,
bahkan LSM dianggap lebih mempunyai peluang untuk menggunakan berbagai pendekatan
yang dianggap tepat dalam melakukan upaya pemberdayaan, karena tidak terikat oleh aturan
birokrasi yang kaku (Soetomo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Yayasan Ate Keleng (YAK) merupakan lembaga non pemerintah dan salah satu unit
kerja bidang pelayanan Gereja Batak Karo Protestan yang didirikan tahun 1975, karena
adanya kesadaran gereja melihat persoalan kehidupan masyarakat dalam bidang politik,

ekonomi dan sosial budaya. YAK memberikan pelayanan sosial bagi individu, kelompok
maupun masyarakat luas terkait masalah sosial yang dialami untuk mencapai hidup lebih
baik. YAK memusatkan perhatian pada masalah-masalah sosial yang dialami masyarakat
pedesaan karena menyadari implementasi kebijakan pemerintah mengatasi masalah
kemiskinan tidak merata di daerah pedesaan.
YAK bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat, berupaya mengatasi masalah
kemiskinan dengan konsep Credit Union (CU). Membentuk suatu kelompok menabung,
dengan tujuan tabungan dijadikan modal usaha kemudian didampingi dan diberdayakan
melaui pendidikan dan pelatihan agar mempunyai ketrampilan membangun usaha guna
meningkatkan pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
Upaya Pemberdayaan melalui kelompok dengan lembaga keuangan CU, mendidik
masyarakat untuk menabung, mengingat kondisi ekonomi yang tidak pernah stabil. Kegiatan
menabung di CU juga dalam upaya menyadarkan masyarakat pentingnya berinvestasi.
Terbentuknya masyarakat dalam suatu kelompok menjadikan masyarakat mempunyai
kekuatan bersama untuk lebih berdaya. YAK sebagai pelaku pemberdayaan melakukan
stimulasi maupun motivasi kepada setiap anggota agar mempergunakan kekuatan bersama
tersebut untuk meningkatan kualitas hidupnya.
CU merupakan sebuah lembaga keuangan dan wahana pengentasan kemiskinan,
bergerak di bidang simpan pinjam, yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya dan bertujuan
untuk mensejahterakan anggotanya sendiri. CU didirikan untuk memberikan kesempatan
kepada anggota-anggotanya memperoleh pimjaman dengan mudah dan dengan bunga yang
ringan. Untuk dapat memberikan pinjaman, CU memerlukan modal. Modal CU yang utama

Universitas Sumatera Utara

adalah simpanan anggota sendiri, dari uang simpanan yang dikumpulkan bersama-sama itu
diberikan pinjaman kepada anggota yang membutuhkan.
Fungsi pinjaman dalam CU sesuai dengan tujuan-tujuan koperasi pada umumnya,
yaitu untuk memperbaiki kehidupan para anggotanya. Dalam hal ini CU selalu berusaha
menetapkan bunga pinjaman serendah mungkin agar dirasakan ringan oleh para anggotanya.
Selain itu pengurus CU harus memperhatikan agar pinjaman itu betul-betul digunakan untuk
hal-hal yang bermanfaat (Ibid dalam Anoraga & Widiyanti, 2007).
Dalam pendampingannya YAK menekankan kepada setiap kelompok CU agar
pinjaman digunakan untuk tujuan yang bermanfaat dan produktif. Melalui upaya
pemberdayaan, ada kegiatan yang dilakukan untuk menambah pendapatan anggota CU. Hal
ini bertujuan membantu setiap anggota yang meminjam agar dapat mengembalikan
pinjamannya. CU sendiri menerapkan proses pemberdayaan. Hasil penelitian menyatakan
bahwa CU, dalam kegiatannya secara tidak langsung menerapkan proses pemberdayaan
masyarakat karena koperasi CU mewadahi masyarakat dalam hal pengembangan ekonomi
dan sosial (Barombo, 2012).
Keyakinan bahwa upaya pemberdayaan terhadap kelompok dampingan dilakukan
melalui CU, karena dianggap memberikan dampak tidak hanya dibidang ekonomi tetapi juga
menyangkut budaya dan politik. Catatan YAK menyebutkan lima dampak utama yang
dihadirkan CU, yakni:
1. CU membantu anggota memahami arti saling tolong menolong melalui tabungan
mereka
2. CU membantu anggota untuk mengerti masalah ekonomi dan bagaimana
memecahkannya dengan menabung
3. CU telah menyadarkan anggotanya tentang perlunya penghematan dalam pengeluaran
dan keharusan mempunyai usaha kecil, serta meminjam uang sesuai kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

4. CU membantu anggota untuk menciptakan iklim demokrasi dengan memutuskan
sesuatu secara bertanggung jawab dan merasa memiliki dengan keputusannya sendiri
serta mengajari untuk menghargai keputusan bersama.
5. CU membantu anggota untuk menikmati budaya dalam Rapat Anggota Tahunan
(RAT), dimana budaya dan tradisi dimunculkan dalam RAT yang disebut pesta rakyat
(Siagian, 2007)
Kelompok CU kemudian menjadi dasar dilakukannya kegiatan pemberdayaan. CU
digunakan sebagai wadah berkumpulnya masyarakat. Melalui pendampingan kelompok CU
diberdayakan dengan cara dan strategi yang tepat. Upaya pemberdayaan difokuskan pada
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki kelompok
dampingan, dengan tujuan agar potensi alam yang ada dioptimalkan untuk kesejahteraan
masyarakat. Keyakinan bahwa masyarakat desa mempunyai potensi untuk menyelesaikan
masalahanya sendiri melalui sumber daya yang tersedia didesanya, menjadi kunci model
pemberdayaan desa yang diterapkan YAK. Menggali dan memanfaatkan potensi desa untuk
kepentingan kemandirian desa itu sendiri (Siagian, 2007).
Adapun upaya pemberdayaan melalui CU pada setiap kelompok dampingan
dirangkum dalam kegiatan yang dianggap menjadi kebutuhan kelompok dampingan
diantaranya:
1. Advokasi
Mewujudkan solidaritas masyarakat yang peduli dan mampu membela haknya untuk
menyelesaikan persoalan secara kritis dan jujur melalui kegiatan pendidikan hak-hak dasar,
penyadaran hukum dan politik, pendidikan kesetaraan gender, penyadaran HIV/AIDS dan
Narkoba.
2. Pengembangan Ekonomi Masyarakat (PEM)

Universitas Sumatera Utara

Meningkatkan pendapatan masyarakat, melalui usaha pertanian selaras alam, peternakan,
home industry. Kegiatan yang dilakukan diantaranya: praktek pembuatan dan pemakaian
pupuk organik, pembuatan demplot mix farming, budidaya jamur tiram, memanfaatkan
sumber daya lokal seperti talas, pisang, ubi, labu, menjadi industri rumah tangga.
3. Infrastruktur
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pemanfaatan sumber daya alam,
terkologi yang sederhana dan tepat guna seperti: pembangunan sarana air minum,
pembangikit listrik tenaga air, bio gas.
Kegiatan yang ada diberlakukan bagi semua dampingan. Berdasarkan informasi yang
diketahui penulis, hingga kini telah ada 160 kelompok CU dampingan yang dibina oleh
YAK. Kelompok tersebut tersebar diberbagai wilayah yaitu Kabupaten Deliserdang, Karo,
Dairi, Langkat, Simalungun, Serdang Bedagai, Kodya Medan & Binjai.
Desa Tanjung purba merupakan salah satu kelompok dampingan YAK yang berada di
Simalungun. Syaloom merupakan nama CU di desa ini. CU Syaloom telah berdiri selama 14
tahun. Sejak berdirinya, CU Syaloom telah mengikuti berbagai kegiatan Advokasi, berupa
pendidikan organisasi, pendidikan hak-hak dasar, pendidikan kesetaraan gender, pendidikan
hukum dan politik, pendidikan HIV/AIDS dan Narkoba, pendidikan UU pertanahan dan
Pendidikan keluarga harmonis. Berbagai kegiatan PEM berupa peternakan ayam, peternakan
babi, peternakan lembu, sekolah lapangan jeruk dan sekolah lapangan sayuran. Kegiatan
Infrastruktur berupa pengadaan sarana air minum.
Dari informasi yang diketahui penulis perkembangan CU Syaloom dapat dilihat dari
segi pertambahan jumlah anggota dan pertambahan jumlah asset. Hal ini menunjukkan bahwa
secara keuangan CU Syaloom berkembang dengan baik. Adanya kegiatan Advokasi, PEM
dan Infrastruktur sebagai upaya pemberdayaan, perkembangan kelompok dampingan juga

Universitas Sumatera Utara

menyangkut pola pikir, kemampuan membangun usaha untuk meningkatkan pendapatan dan
terpenuhinya kebutuhan kelompok sehingga tercapainnya kesejahteraan.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik
meneliti upaya pemberdayaan melalui kelompok CU yang berdampak pada perkembangan
kelompok dampingan. Penulis ingin meneliti lebih dalam, apakah upaya pemberdayaan yang
dilakukan melalui kelompok CU mampu menjawab persoalan kelompok dampingan.
Disamping kegiatan menabung, apakah sikap kritis masyarakat juga dibangun dengan adanya
kegiatan advokasi. Bagaimana kegiatan PEM dapat meningkatkan pendapatan anggota
kelompok dampingan, serta terpenuhinya kebutuhan kelompok dampingan dengan adanya
kegiatan infrastruktur, untuk itu Penulis merangkumnya dalam penelitian sebuah karya ilmiah
dengan judul: Dampak Upaya Pemberdayaan melalui Credit Union terhadap Perkembangan
Kelompok (Studi Kasus: Credit Union Syaloom Dampingan Yayasan Ate Keleng di Desa
Tanjung Purba Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun).

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, masalah penelitian
dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada dampak upaya pemberdayaan melalui Credit Union
terhadap perkembangan kelompok dampingan Yayasan Ate Keleng?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak upaya pemberdayaan melalui
Credit Union terhadap perkembangan kelompok dampingan Yayasan Ate Keleng.

Universitas Sumatera Utara

1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:
1. Secara akademis, dapat memperkaya refrensi dalam rangka pengembangan konsepkonsep, teori-teori penulisan dan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu
kesejahteraan sosial khususnya.
2. Secara praktis, menjadi refrensi bagi lembaga terkait untuk mengembangkan upaya
pemberdayaan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam 6 bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,Tujuan
dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menguraikan secara teoritis variabel-variabel yang
diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penilitian, lokasi penelitian, populasi penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana
penuis mengadakan penelitian.

BAB V

ANALISA DATA
Bab ini beriskan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian dan analisanya.

BAB VI

PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
dilakukan.

Universitas Sumatera Utara