Dampak Upaya Pemberdayaan Melalui Credit Union Terhadap Perkembangan Kelompok

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. (2003). Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ali, Madekhan. (2007). Orang Desa Anak Tiri Perubahan. Averroes Press, Prakarsa. Anoraga, Widiyanti, Ninik. (2007). Dinamika Koperasi. Bina Adiaksana.

Barombo, Ayub., Asrori, H., Donatianus. (2012). Pemberdayaan Masyarakat melalui Koperasi Credit Union (CU). Studi pada CU Khatulistiwa Bakti Pontianak. Jurnal Thesis. Cholisin. (2011). Pemberdayaan Masyarakat: disampaikan pada Gladi Manajemen Pemerintahan Desa.

Departemen Sosial, (2006). Panduan Operasional Program Keluarga Harapan. Jakarta. Dominggo, George., dkk. (2004). Lembaga Swadaya Masyarakat, Menyauarakan Nurani Menggapai Kesejahteraan. Kompas.

Firdaus, Muhammad., Susanto. (2004). Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek. Ghalia Indonesia.

Fahrudin, Adi. (2012). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung. Refika Aditama Fahrudin, Adi. (2010). Advokasi Pekerjaan Sosial. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.

Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Karatasasmita, Ginandjar. (1997). Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. Surabaya.

Mas’oed; mohtar. (1999). Kritik sosial dalam wacana pembangunan. Pusat Penerbitan UII press. yogyakarta.

Moeleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Rosda Karya.

Mery,. (2007). Peranan Efektivitas Kelompok Kecil Terhadap Komitmen Beragama Anggota Kelompok Kecil (Penelitian Pada Remaja Akhir yang Beragama Kristen). Universitas Indonesia.

Neuman, W. Lawrance (2007). Basic of Social Research Qualitative and Quantitative Approaches Second Edition. Pearson Education, Inc. Boston.

Siagian, Matias. (2013). Kemiskinan dan Solusi. PT. Grasindo Monoratama Medan.

Siagian, Matias. (2011). Metode Penelitian Sosial – Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan. Grasindo Monoratama.


(2)

Siagian, Matias. (2012). CSR Perspektif Pekerjaan Sosial. PT Grasindo Monoratama. Medan Siagian, Sarulian., Manjerang, Lesmawati., Bangun, Indira., Ginting, Ebenezer. (2007).

Menjejak Oase Selarik Kerja Pemberdayaan Masyarakat di Bumi Turang. Jakarta. Schneider, Robert L. & Lester, Lori. 2001. Social Work Advocacy: A New Framework for

Action. United States: Brooks/Cole Publishing Company

Soetomo. (2008). Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Pustaka Pelajar. Soetomo. (2010). Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Sutoro, Eko. (2002). Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika Aditama Bandung.

Suharto, Edi dkk., (2004). Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Indonesia, Bandung: STKSPress.


(3)

Sumber lain:

Antaranews, 2 januari 2012. Diakses pada 19 Februari 2014 pukul 03.10 WIB

Pos Kota News.com, 10 ebruari 2014: bencana pemilu dan kemiskinan. Diakses pada 19 Februari 2014 pukul 03.15 WIB

Jambiekdspresnews.com 19/2/2014:Generasi penerus harus terbebas dari kemiskinan. Diakses pada 20 Februari 2014 pukul 02.45 WIB

diakses pada 3 Januari 2014 pukul 11.01 WIB Kompas , 3/1/2013. Diakses pada 07 januari 2014, pukul 11.15 WIB

Kompas Berita, 01/09/2012. Diakses pada 07 januari 2014 pukul 12.10 WIB

02.10 WIB

http.sikap kritis.com diakses pada 25 Maret 2014 pukul 10.30 WIB


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. (2003). Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ali, Madekhan. (2007). Orang Desa Anak Tiri Perubahan. Averroes Press, Prakarsa. Anoraga, Widiyanti, Ninik. (2007). Dinamika Koperasi. Bina Adiaksana.

Barombo, Ayub., Asrori, H., Donatianus. (2012). Pemberdayaan Masyarakat melalui Koperasi Credit Union (CU). Studi pada CU Khatulistiwa Bakti Pontianak. Jurnal Thesis. Cholisin. (2011). Pemberdayaan Masyarakat: disampaikan pada Gladi Manajemen Pemerintahan Desa.

Departemen Sosial, (2006). Panduan Operasional Program Keluarga Harapan. Jakarta. Dominggo, George., dkk. (2004). Lembaga Swadaya Masyarakat, Menyauarakan Nurani Menggapai Kesejahteraan. Kompas.

Firdaus, Muhammad., Susanto. (2004). Perkoperasian: Sejarah, Teori, dan Praktek. Ghalia Indonesia.

Fahrudin, Adi. (2012). Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung. Refika Aditama Fahrudin, Adi. (2010). Advokasi Pekerjaan Sosial. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.

Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Karatasasmita, Ginandjar. (1997). Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. Surabaya.

Mas’oed; mohtar. (1999). Kritik sosial dalam wacana pembangunan. Pusat Penerbitan UII press. yogyakarta.

Moeleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Rosda Karya.

Mery,. (2007). Peranan Efektivitas Kelompok Kecil Terhadap Komitmen Beragama Anggota Kelompok Kecil (Penelitian Pada Remaja Akhir yang Beragama Kristen). Universitas Indonesia.

Neuman, W. Lawrance (2007). Basic of Social Research Qualitative and Quantitative Approaches Second Edition. Pearson Education, Inc. Boston.

Siagian, Matias. (2013). Kemiskinan dan Solusi. PT. Grasindo Monoratama Medan.

Siagian, Matias. (2011). Metode Penelitian Sosial – Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan. Grasindo Monoratama.


(5)

Siagian, Matias. (2012). CSR Perspektif Pekerjaan Sosial. PT Grasindo Monoratama. Medan Siagian, Sarulian., Manjerang, Lesmawati., Bangun, Indira., Ginting, Ebenezer. (2007).

Menjejak Oase Selarik Kerja Pemberdayaan Masyarakat di Bumi Turang. Jakarta. Schneider, Robert L. & Lester, Lori. 2001. Social Work Advocacy: A New Framework for

Action. United States: Brooks/Cole Publishing Company

Soetomo. (2008). Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Pustaka Pelajar. Soetomo. (2010). Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Sutoro, Eko. (2002). Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika Aditama Bandung.

Suharto, Edi dkk., (2004). Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial: Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Indonesia, Bandung: STKSPress.


(6)

Sumber lain:

Antaranews, 2 januari 2012. Diakses pada 19 Februari 2014 pukul 03.10 WIB

Pos Kota News.com, 10 ebruari 2014: bencana pemilu dan kemiskinan. Diakses pada 19 Februari 2014 pukul 03.15 WIB

Jambiekdspresnews.com 19/2/2014:Generasi penerus harus terbebas dari kemiskinan. Diakses pada 20 Februari 2014 pukul 02.45 WIB

diakses pada 3 Januari 2014 pukul 11.01 WIB Kompas , 3/1/2013. Diakses pada 07 januari 2014, pukul 11.15 WIB

Kompas Berita, 01/09/2012. Diakses pada 07 januari 2014 pukul 12.10 WIB

02.10 WIB

http.sikap kritis.com diakses pada 25 Maret 2014 pukul 10.30 WIB


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian eksplanatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menguji atau membuktikan hipotesis (Siagian, 2011). Dalam penelitian eksplanatif dapat dilihat hubungan antara variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnuya.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X), yaitu: Upaya Pemberdayaan dan variabel terikat (Y), yaitu: Perkembangan kelompok. Melalui penelitian eksplanatif ini, penulis ingin menguji Dampak Upaya Pemberdayaan melalui Credit Union terhadap perkembangan kelompok dampingan YAK dengan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Ate Keleng/Parpem (Partisipasi Pembangunan) sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial yang melakukan upaya pemberdayaan pada kelompok dampingan. Lokasinya berada di Jl. Jamin Ginting Km 4,5 Desa Sukamakmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deliserdang.

Penelitian ini difokuskan pada satu kelompok CU dampingan YAK, yaitu kelompok CU Syaloom di desa Tanjung Purba Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini, karena desa tersebut telah dilaksanakan program Advokasi berupa pendidikan organisasi, pendidikan hak-hak dasar, pendidikan kesetaraan gender, pendidikan hukum dan politik, pendidikan HIV/AIDS dan Narkoba, Pendidikan Penyadaran Keluarga Harmonis dan Pendidikan UU Pertanahan. Program Pengembangan Ekonomi Masyarakat berupa peternakan ayam, peternakan lembu peternakan babi, sekolah lapangan


(8)

jeruk dan sekolah lapangan sayuran. Program Infrastruktur berupa pengadaan sarana air minum. Selain itu desa tersebut mengalami perkembangan baik dari jumlah pertambahan anggota maupun asset.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda, peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian (Siagian, 2011). Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen yang akan diteliti. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri-ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (Silalahi, 2009).

Adapun jumlah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota CU Syaloom sebanyak 323 anggota.

3.3.2 Sampel Penelitian

Roscoe dalam Siagian (2011) mendefinisikan sampel sebagai sebagian dari objek, kejadian, atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti. Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa sampel adalah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung. Apabila sampel lebih dari 100, maka yang diambil adalah 10% - 20% dari jumlah populasi (Silalahi, 2009). Sehingga diperoleh sampel penelitian sebagai berikut: 10% x 323= 32,3 yaitu 32 anggota.

Penarikan sampel adalah proses dimana sejumlah atau sebagian populasi dipilih sebagai sumber data sehingga memungkinkan kita membuat suatu generalisasi yang berkaitan atau berlaku bagi populasi (Siagian, 2011). Adapun teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika


(9)

memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya. Sehingga ditetapkan sampel pada penelitian ini adalah anggota CU yang telah mengikuti program Advokasi, Pengembangan Ekonomi Masyarakat dan Infrastruktur.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan data sebagai berikut: 1. Data Primer, dengan teknik pengumpulan data berupa:

a. Observasi, yaitu mengumpulkan data mengenai gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian.

Hal yang akan diobservasi dalam penelitian ini adalah partisipasi anggota CU dan kemampuan menyampaikan pendapat.

b. Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian (Siagian, 2011).

Responden yang akan diminta untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah anggota kelompok CU syaloom yang telah ditentukan sebagai sampel.

2. Data Sekunder yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang berarti pengumpulan data atau informasi melalui penelaahan buku, jurnal dan karya tulis menyangkut masalah yang akan diteliti.


(10)

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik inferensial yaitu melakukan kajian terhadap dua variabel dengan tujuan mengetahui pengaruh atau hubungan yang ada di antara variabel-variabel penelitian (Siagian, 2011: 229)

Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel penelitian, teknik pengujian hipotesis korelasi yang digunakan adalah uji t. Uji t dilakukan dengan mengambil data 2 kali dan hanya pada anggota Credit Union Syaloom. Data yang dikumpulkan, yaitu

1. Perkembangan anggota kelompok sebelum adanya upaya pemberdayaan 2. Perkembangan anggota kelompok setelah adanya upaya pemberdayaan.

Adapun teknik pengujian hipotesis korelasi uji t dinyatakan dengan rumus: ∑D

t =

�N∑D2 (D2)

N−1

Keterangan:

t = Nilai mean kelompok sampel d = Perbedaan skor antara Subyek

D2 = Kuadrat perbedaan skor N = Jumlah sampel

Dimana :

∑D :Jumlah keseluruhan nilai x1 (perlakuan pertama) dan x2 (perlakuan kedua) ∑�2 :Jumlah keseluruhan selisih dari kuadrat perlakuan pertama dan perlakuan

kedua N :Sampel


(11)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Desa Tanjung Purba

Desa Tanjung Purba merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun. Dengan luas wilayah 650 Ha, desa Tanjung Purba adalah desa hasil pemekaran dari desa Cingkes pada tanggal 25 Maret 2011 berdasarkan Peraturan Nagori Cingkes No 1 Tahun 2011 Tentang Pemekaran/Pemecahan Nagori Cingkes Kecamatan Dolok Sialau Kabupaten Simalungun, sehingga disebut Nagori (Desa). Adapun batas- batas Desa Tanjung Purba adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Bawang Kecamatan Dolok Silau Kab. Simalungun.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori Bawang dan nagori Paribuan Kec. Dolok Sialu Kab. Simalungun

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagori Cingkes Kec. Dolok Sialu Kab. Simalungun

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Talimbaru Kec. Barusjahe Kab. Karo

Penduduk Desa Tanjung Purba berjumlah 1.024 jiwa, yang terdiri dari 206 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk laki-laki 505 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 519 jiwa. Penduduk Desa Tanjung Purba mayoritas adalah Suku Karo walaupun desa ini berada di Kabupaten Simalungun, penduduknya mayoritas bekerja di sektor pertanian baik di perladangan desa maupun persawahan.

Luas wilayah Tanjung Purba 650 Ha, dibagi menjadi 3 Dusun yang terdiri dari:

1. Dusun Rumah Simbelang, luas wilayah 200 Hektar dengan jumlah penduduk 349 jiwa.


(12)

2. Dusun Rumah Jahean, luas wilayah 300 Hektar dengan jumlah penduduk 344 jiwa. 3. Dusun Rumah Juluan, luas wilayah 150 Hektar dengan jumlah penduduk 331 jiwa. 4.1.1. Luas Wilayah

Nagori (Desa) Tanjung Purba adalah Nagori Persiapan (Hasil pemekaran) yang berada di Kecamatan Dolok Silau Kabupeten Simalungun dengan ketetapan sebagai berikut:

Luas Nagori :650 Ha Jumlah Kelapa Keluarga :206 KK Jumlah Penduduk :1.024 Jiwa Jumlah Huta :3 Huta/Dusun 4.1.2. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui jumlah penduduk Desa Tanjung Purba adalah 1.024 jiwa yang terbagi dalam 3 dusun. Jumlah penduduk terdiri dari penduduk laki-laki dengan jumlah 505 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 519 jiwa. Data tersebut tertera pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Data Penduduk Bersadarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki – laki 505 Jiwa 49 %

2 Perempuan 519 Jiwa 51 %

Total 1.024 Jiwa 100


(13)

4.2. Keadaan Demografis Desa Tanjung Purba 4.2.1. Gambaran Penduduk Berdasarkan Usia

Jumlah penduduk yang diperoleh peneliti berdasarkan usia dengan kategori usia 1 tahun hingga 61 tahun keatas dapat dilihat pada Tabel, dengan variasi sebagai berikut:

Tabel 4.2

Data Penduduk Berdasarkan Usia

No Kategori Usia Frekuensi Persentase

1 1 – 10 Tahun 110 11%

2 11 – 20 Tahun 62 6%

3 21 – 30 Tahun 170 17%

4 31 – 40 Tahun 193 19%

5 41 – 50 Tahun 240 23%

6 51 – 60 Tahun 95 9%

7 61 Tahun keatas 115 15%

Total 1.024 Jiwa 100 %

Sumber: Kepala Desa, April 2014

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat jumlah penduduk dengan persentase terbanyak 23% ada pada usia 41 – 50 tahun dan persentase dengan jumlah penduduk yang sedikit usia 11 – 21 tahun sebanyak 6%.

4.2.2. Gambaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan sumber atau dasar dalam hal memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jumlah yang diperoleh juga turut mempengaruhi tingkat kebutuhan. Dari informasi yang diperoleh penelti, mayoritas penduduk Desa Tanjung Purba bekerja sebagai Petani. Tersedianya lahan untuk bercocok tanam baik di perladangan maupun dipersawahan desa, membuat kegiatan pertanian sudah menjadi aktifitas turun temurun. Segala bentuk


(14)

aktifitas pertanian merupakan sumber penghasilan penduduk. Persentase tentang gambaran penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Persentase

1 Petani 96 %

2 Pedagang/ Wiraswasta 4 %

Sumber: Kepala Desa, April 2014

Berdasarkan Tabel 4.3 Pekerjaan utama dan sumber penghasilan penduduk berasal dari aktivitas pertanian. Terdapat sebanyak 96% penduduk bekerja sebagai petani, sedangkan 4% bekerja sebagai wiraswasta. Sebagai desa yang sumber penghasilan utama dari pertanian, pastilah membutuhkan sistem dan strategi pertanian yang dapat meningkatkan hasil panen setiap bulannya. Apalagi pendapatan petani tidak dapat diprediksi setiap bulannya atau dengan kata lain tidak stabil. Oleh karena itu, disamping kegiatan pertanian jangka panjang, ada upaya yang dilakukan dengan sistem pertanian jangka pendek sehingga dapat menambah penghasilan petani setiap bulannya.

4.2.3. Gambaran Penduduk Berdasarkan Kondisi Perumahan

Gambaran umum perumahan penduduk Desa Tanjung Purba dibagi menjadi 3 (tiga) tipe perumahan, yaitu Permanen (lantai keramik, atap seng, dinding beton), Semi Permanen (lantai semen, atap seng, dinding setengah beton) dan Darurat (lantai tanah, dinding papan, atap bambu atau rumbia). Dari data yang diperoleh peneliti, gambaran umum kondisi perumahan penduduk Desa Tanjung Purba disajikan pada tabel berikut:


(15)

Tabel 4.4

Penduduk Berdasarkan Kondisi Perumahan

No Kondisi Perumahan Frekuensi

1 Permanen 100

2 Semi Permanen 3

3 Darurat 20

Total 720

Sumber: Kepala Desa, April 2014

Berdasarkan tabel 55 kondisi rumah penduduk dengan kategori permanen ada sebanyak 100 unit dengan persentase 14%. Kondisi rumah yang demikian juga menggambarkan tingkat penghasilan penduduk. Rumah dengan kategori permanen merupakan penduduk dengan penghasilan yang dapat dikatakan lebih dari mencukupi, sehingga mampu memenuhi biaya perumahan. Sementara itu persentase penduduk dengan kategori rumah semi permanen, ada sebanyak 83%. Kondisi rumah yang demikian sudah layak huni dan dalam kondisi yang baik. Sedangkan penduduk dengan kondisi rumah darurat terdapat sebanyak 3%, yaitu 20 unit. Kondisi rumah yang demikian karena jumlah pendapatan yang sedikit dan tidak mampu memenuhi kebutuhan akan biaya perumahan. Mengingat di daerah pedesaan kondisi ini dapat dikatakan baik.

4.3. Sarana dan Prasarana Desa Tanjung Purba 4.3.1. Sarana Ibadah

Sarana ibadah di Desa Tanjung Purba terdiri dari satu unit Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) dan satu unit Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI). Kondisi Gereja ini layak pakai sebagai sarana ibadah bagi penduduk setempat, walaupun berbeda nama jemaat gereja ini beragama Kristen Protestan (Kepala Desa, April 2014).


(16)

4.3.2. Sarana Pendidikan

Desa Tanjung Purba tidak memiliki sarana pendidikan, hanya ada bangunan sekolah untuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Hal ini dikarenakan sarana pendidikan ada di Desa Induk Pemekaran yaitu Desa Cingkes. Terdapat sekolah SD di Cingkes yang jaraknya tidak jauh dari Desa Tanjung Purba (Kepala Desa, April 2014).

4.4. Sistem Pemerintahan Desa

Berdasarkan informasi yang diketahui peneliti dari Sekretaris Desa Tanjung Purba, susunan perangkat Desa setelah Pemekaran adalah sebagai berikut:

I. Perangkat Nagori Tanjung Purba

1. Pangulu : Johan

2. Sekretaris Nagori :Samuel Tarigan

3. Kepala Urusan pemerintahan dan Kemasyarakatan : Jaya Ginting 4. Kepala Urusan Perekonomian dan Pembangunan :Junedi Tarigan

5. Kepala Urusan Administrasi dan Keuangan Nagori : Parlindungan Tarigan II. Gamot Huta:

1. Huta Rumah Simbelang :Jondri Tarigan 2. Huta Rumah Jahean :Nelson Tarigan 3. Huta Rumah Juluan :Sentosa Tarigan III. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagori

1. Ketua :Marolop Tarigan

2. Wakil Ketua :Erson Tarigan

3. Sekretaris :Jonriko Togatorop

4. Wakil Sekretaris :Eliarosa Br Perangin-angin


(17)

6. Bidang-bidang

1) Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME :Samuel Zamasi

2) Pembangunan :Dolatta Sinulingga

3) Peningkatan SDM dan Ekonomi Keluarga :Pergunanta Sembiring

4) Sosial Budaya :Kadir Ginting

5) Pemuda/ Olahraga/ Seni :Irwanta Barus 6) Pemberdayaan Perempuan (PKK) :Relida Br Barus

IV. Maujana Nagori

1. Ketua :Tiru Sembiring

2. Wakil Ketua : Keriahen Sembiring

3. Sekretaris : Kadar Barus

4. Anggota : Pantun Tarigan


(18)

4.5. Credit Union Syaloom

4.5.1. Latar Belakang Berdirinya CU Syaloom

CU Syaloom merupakan koperasi simpan pinjam yang dibentuk dan didampingi oleh Yayasan Ate Keleng. CU Syaloom sudah berdiri sejak tahun 1999, namun baru disahkan dan dibentuk kepengurusan pada tahun 2000.

Terbentuknya CU Syaloom didasari oleh kondisi ekonomi masyarakat yang rendah pada masa itu. Hasil pertanian yang minim membuat masyarakat harus mampu mengelola keuangan rumah tangga. Pada masa itu masyarakat meminjam uang atau modal untuk membangun usaha dari para rentenir yang datang meminjamkan uang, dengan bunga yang tergolong tinggi banyak masyarakat yang akhirnya terjerat hutang.

Masuknya CU di Desa Tanjung Purba juga tidak begitu mudah, karena penduduk telah lebih dulu trauma meminjam uang seperti pada rentenir-rentenir yang datang ke desa. CU diperkenalkan melalui gereja, dari pelayanan jemaat ke jemaat. Konsep CU yang digunakan adalah sikap tolong menolong. Dimana suatu kelompok masyarakat mengumpulkan uang untuk kemudian dipinjamkan untuk menolong sesama jemaat yang membutuhkan (CU Syaloom, April 2014).

4.5.2. Kepengurusan CU Syaloom

Struktur kepengurusan CU Syaloom terdiri dari:

I. Dewan Penasehat : BP Runggun GBKP Tanjung Purba II. Pengurus CU Syaloom

1. Ketua :Marolop Tarigan 2. Wakil Ketua :Kasir Sembiring 3. Sektertasi :Perlindungan Tarigan 4. Bendehara :Pt. Samuel Tarigan


(19)

5. Anggota :Dk. Togong Sembiring Pt. Irwanta Barus Juwita Br Ginting III. Pengurus Sosial

1. Dk. Eliarosa Br Perangin-angin 2. Veronika Br Tarigan

IV. Badan Pengawas 1. Pt. Johan Sembiring 2. Pt. Juneidi Tarigan 3. Dk. Agustinus Tarigan

V. Juru Buku :Asmida Br Sinulingga (CU Syaloom, April 2014) 4.5.3. Kegiatan CU Syaloom

Berdasarkan informasi yang diketahui peneliti dari anggota CU, semua kegiatan yang berkaitan dengan Advokasi, Pengembangan Ekonomi Masyarakat, dan Infrastuktur dilaksanakan secara Buttom Up. Semua kegiatan berasal dari masyarakat dan memang menjadi kebutuhan masyarakat. Sebagai kelompok yang dibentuk dan di dampingi oleh YAK, setiap kegiatan yang ada tentunya dilakukan atas kerjasama kelompok dengan lembaga tersebut.

Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, upaya pemberdayaan dilakukan melalui kelompok CU untuk melihat disamping kegiatan menabung ada kegiatan lain yang bermanfaat dan berdampak bagi masyrakat khususnya anggota CU. Adapun kegiatan yang telah dilakukan di CU Syaloom sebagai upaya pemberdayaan adalah sebagai berikut:

A. Kegiatan Advokasi

1. Pendidikan Organisasi 2. Pendidikan hak-hak dasar 3. Pendidikan Kesetaraan Gender


(20)

4. Pendidikan Hukum dan Politik 5. Pendidikan Narkoba dan HIV/AIDS

6. Pendidikan Penyadaran Keluarga Harmonis 7. Pendidikan UU Pertanahan

B. Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat 1. Peternakan Ayam

2. Peternakan Lembu 3. Peternakan Babi

4. Sekolah Lapangan Jeruk 5. Sekolah Lapangan Sayuran C. Kegiatan Infrastruktur

1. Pembangunan Sarana Air Minum (CU Syaloom, April 2014)

4.6. Yayasan Ate Keleng/ Partisipasi Pembangunan (Parpem)

Yayasan Ate Keleng (YAK) adalah salah satu unit kerja bidang pelayanan Gereja Batak Karo Protestan yang didirikan tahun 1975. Didirikan atas dasar adanya kesadaran Gereja melihat persoalan kehidupan masyarakat dalam bidang politik, ekonomi dan social budaya, dengan daerah pelayanan yang tersebar di Kab. Deliserdang, Karo, Dairi, Langkat, Simalungun, Serdang Bedagai, Kodya Medan & Binjai, Kepulauan Riau.

4.6.1. Visi dan Misi Lembaga

1. Visi: Masyarakat mandiri dan mampu menggunakan hak-hak dan kewajibannya secara kritis untuk meningkatkan kesejahteraan.

2. Misi: Meningkatkan ekonomi dan kesadaran hak-hak masyarakat secara partisipatif dengan menggali potensi lokal.


(21)

4.6.2. Strategi Lembaga

Pendekatan yang partisipatif untuk membangun basis organisasi rakyat melalui Credit Union (CU) dan pembangunan prasarana desa yang dikelola oleh masyarakat.

4.6.3 Struktur Organisasi Periode 2010 – 2015 Bagan 4.1

Struktur Organisasi Yayasan Ate Keleng

4.6.4. Latar Belakang Berdirinya Lembaga

Yayasan Ate Keleng/ Parpem (Partisipasi Pembangunan) merupakan salah satu unit kerja bidang pelayanan Gereja Batak Karo Protestan yang didirikan tahun 1975. Dengan Visi membentuk masyarakat yang transformatif dalam artian krisis, berdaulat dan sejahtera. Untuk mewujudkan visinya lembaga melakukan pendekatan partisipatif dengan melibatkan


(22)

masyarakat sepenuhnya serta perspektif keadilan gender guna menumbuhkan kesadaran masyarakat akan hak-haknya.

Pada masa dekade awal perkembangan, nama Parpem ialah Departemen Pelayanan Pembangunan (Depelpem), kemudian pada dekade kedua berubah menjadi Departemen partisipasi pembangunan (Deparpem). Hingga pada dekade ketiga berubah lagi menjadi Yayasan Ate Keleng (YAK) yang lebih dikenal dengan nama Parpem (Partisipasi Pembangunan).

Berdrinya Parpem lebih pada proses melembagakan pelayanan gereja terhadap masyarakat. Dibentuk karena terjadi perubahan tata gereja pada tahun 1975, yang disadari bahwa sudah saatnya peran sosial gereja dilembagakan mengingat beberapa pendeta telah aktif melakukan pemecahan masalah-masalah sosial dipedesaan. Adanya pelayanan gereja tidak hanya dalam perspektif theologis namun juga strategis dan implementasinya bagi masyarakat dalam melihat persoalan dibidang ekonomi, politik dan sosial budaya.

Interaksi dengan masyarakat desa, baik di dalam maupun di luar gereja serta kepedulian terhadap realitas sosial masyarakat membuat Parpem menjadi bagian dari struktur GBKP yang mempunyai ciri khas dalam melakukan pemberdayaan sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakat. Parpem memang bukan satu-satunya Departemen yang mempunyai perhatian terhadap masalah sosial dan bermasyarakat dalam struktur GBKP. Ada Departemen Diakoni, yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial. Namun Diakoni dikhususkan hanya pada jemaat gereja, lain halnya dengan Parpem, melayani masyarakat tanpa membedakan agama.

Keyakinan bahwa komunitas desa mempunyai potensi untuk menyelesaikan masalahanya sendiri melalui sumber daya yang tersedia di komunitasnya, menjadi kata kunci model pemberdayaan desa yang diterapkan Parpem. Bentuk programnya ialah menggali dan memanfaatkan potensi desa untuk kepentingan kemandirian desa itu sendiri. Melestarikan


(23)

nilai-nilai lokal yang hampir punah, seperti Gotong Royong. Pemanfaatan aliran sungai sebagai pembangkit listrik dan mengoptimalkan fungsi aliran sungai sebagai sumber air minum (SAM) yang mudah diakses, serta mengumpulkan dana dalam bentuk Credit Union.

Proses panjang yang dialami Parpem mulai berdiri hingga sekarang terus mengalami penyesuaian. Dinamika implementasi program, perubahan kelembagaan dan pergantian kepeminpinan menyiratkan pergumulan yang tak putus-putus yang dihadapi Parpem. Dinamika ini digolongkan dalam tiga era, yakni: Era pertama, disebut sebagai era meletakkan dasar pijakan (berlangsung dalam kurun waktu dekade pertama dan dekade kedua). Era kedua disebut era mengawali kemandirian desa (Parpem sudah mencapai titik kesesuaian dan sudah berjalan dengan sistem yang tergolong padu antara program dan semangat pemandirian, khususnya pemandirian dibidang ekonomi). Era ketiga, disebut era menuju organisasi petani. Mulai dibentuk organisasi petani untuk mengambil peran yang lebih strategis dalam memperjuangkan kepentingan petani-petani.

Butuh waktu sekitar 15 tahun sejak berdirinya Parpem agar menjadi lembaga yang tepat ditengah-tengah masyarakat. Tidak hanya bermodal keprihatinan, namun juga perlu tindakan kongkrit. Oleh karena itu strategi dan upaya terus diformulasikan. Pada era ini, kegiatan utama Parpem berpusat pada upaya melepaskan masyarakat dari kesulitan pangan dan akses terhadap kebutuhan dasar dan terhadap dunia luar. Upaya yang dilakukan adalah program pelatihan dan kredit program pertanian-peternakan dan pembangunan infrastruktur, air, listrik dan jalan.

Strategi Parpem untuk menembus masyarakat dilakukan dengan memakai tradisi Karo, yaitu ikatan marga yang dinamakan pertuturen. Dampaknya adalah muncul rasa kekeluargaan. Dengan demikian, Parpem dapat memasuki desa tanpa kesusahan. Media yang digunakan untuk pertemuan ke desa-desa ialah jambur maupun gereja. Ketika berada di desa, Parpem bersama dengan masyarakat berdiskusi mengenai masalah yang terjadi di desa.


(24)

Bagaimanan penyelesaiannya, kontribusi apa yang bisa dilakukan, hingga dukungan apa yang bisa diberikan oleh Parpem.

Dari pertemuan inilah kemudian diketahui persoalan masyarakat desa dan menjadi program unggulan Parpem, yakni peningkatan produksi pertanian dan pembangunan infrastruktur. Kedua hal ini dianggap masalah paling krusial dan memerlukan pemecahan. Pada masa itu, CU dianggap program pinggiran karena pengumpulan dana yang terlalu lama dan sulit membantu mengeluarkan desa dari kemiskinannya.

Terkait persoalan produksi pertanian, upaya yang dilakukan Parpem untuk mengatasinya ialah melalui kredit pertanian. Dana dipinjamkan kepada masyarakat, digunanakan untuk memulai usaha. Sedangkan untuk pembangunan infrastruktur sumber daya dan potensi desa digali, sumber daya yang ada diantaraya aliran sungai dikelola sebagai sumber energi listrik, sumber irigasi untuk pertanian dan sumber air minum untuk kebutuhan rumah tangga. Pengerjaan proyek ini tentunya melibatkan partisipasi masyarakat sepenuhnya, dana pengerjaan proyek difasilitasi oleh Parpem yang diperoleh dari lembaga penyedia donor.

Parpem mendapat dukungan dana dari gereja-gereja di dalam dan luar negeri melalui kolekte. Kemudian ada dukungan dari BOGM (Board of Global Mision), yang mendukung program pertanian. Dukungan dari Pelayanan Pembangunan Dewan Gereja Indonesia (Pelpem DGI) untuk proyek infrastruktur. Kemudian ada EZE atau EED yang dikenal dengan dukungan program terintegrasi (Integrated Program). Sejak tahun 1985 kerjasama Parpem dengan EZE meliputi seluruh program dan dukungan terhadap pengembangan kelembagaan.

Karena program Kredit Pertanian tidak memberikan dampak memandirikan masyarakat, Konsep Credit Union kembali diperkenalkan. Credit Union lebih berorientasi pada proses pengumpulan dana menjadi salah satu fokus program yang dianggap penting dalam upaya membangun kemandirian desa. Terlebih lagi CU dapat menjadi bank bagi kaum miskin dan tidak mempunyai agunan pinjaman selain kepercayaan. Kelompok- kelompok


(25)

yang telah ada di masyarakat menjadi jalan mudah masuknya CU. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, telah terbentuk 38 kelompok CU di desa dampingan Parpem.

Karena usaha yang dilakukan terus-menerus dengan mensosialisasikan CU, CU berkembang begitu cepat, sehingga membawa pengaruh cara pandang terhadap program- program lain. CU dipandang sebagai basis utama dari semua program yang telah terbentuk sebelumnya, CU bahkan dapat mengendalikan program-program lain.

Ide CU sebagai basis organisasi karena dianggap guru bagi program-program yang sudah terbentuk. Keberadaan CU memberikan dampak yang besar bagi masyarakat, lepasnya desa dari jeratan rentenir dan bangkitnya rasa percaya diri bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi. Hingga saat ini CU menjadi bagian penting dalam parpem dan CU menjadi jalan masuk bagi semua kegiatan yang ada di Parpem.

4.7. Program YAK 1. Credit Union (CU)

CU berasal dari bahasa Latin “credere” yang artinya percaya dan “union” atau “unus” berarti kumpulan. Sehingga “Credit Union” memiliki makna kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu ikatan pemersatu dan sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan produktif dan kesejahteraan.

Program Parpem dalam hal ini adalah membentuk dan mengembangkan CU untuk menciptakan lembaga keuangan dan pendidikan yang dikelola masyarakat secara demokratis dengan prinsip “dari, oleh dan untuk masyararakt”. Adapun bentuk kegiatan CU antara lain:

a. Pendampingan proses simpan pinjam b. Pelatihan pembukuan kepada pengurus c. Pelatihan kepemimpinan kepada pengurus


(26)

d. Pelatihan pemanfaatan modal atau pinjaman kepada anggota 2. Advokasi

Advokasi merupakan tindakan yang secara langsung mewakili, mempertahankan, mencampuri, mendukung, atau merekomendasikan tindakan tertentu untuk kepentingan satu atau lebih individu, kelompok, atau masyarakat dengan tujuan untuk menjamin atau menopang keadilan sosial.

Dalam hal ini kegiatan Advokasi adalah untuk mewujudkan solidaritas masyarakat yang peduli dan mampu membela haknya untuk menyelesaikan persoalan secara kritis dan jujur melalui kegiatan: Pendidikan hak-hak dasar, Penyadaran hukum dan politik, Pendidikan kesetaraan gender, Penyadaran Bahaya HIV/AIDS dan Narkoba dan lain sebagainya menyangkut isu masalah sosial yang terjadi.

3. Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Pengembangan Ekonomi Masyarakat merupakan kegiatan pendidikan dan pelatihan pertanian serta peternakan. Ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, melalui usaha pertanian selaras alam dan peternakan, seperti: Sosialisasi pembuatan dan pemakaian pupuk organik (kompos, bokhasi, pupuk dan pestisida cair), Pembuatan demplot mix farming, Pelatihan pertanian dan peternakan, Memproduksi pakan ternak yang berkualitas.

4. Infrastruktur

Infrastruktur merupakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana desa yang diutuhkan masyarakat. Bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pemanfaatan sumber daya alam, tekhnologi yang sederhana dan tepat guna seperti: pembangunan sarana air minum, pembangkit listrik tenaga air, bio gas. Disamping membangun kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan alam.


(27)

5. Traning Center Pertanian Selaras

Tingginya harga pupuk kimia dan turunnya kualitas produksi pertanian menjadi tantangan bagi petani sekaligus menjadi peluang untuk mengajak petani secara perlahan meninggalkan pertanian konvensional kembali kepada pertanian selaras alam. Akan tetapi peralihan sistem pertanian ke selaras alam masih dilakukan secara perlahan dan bahkan kebanyakan masyarakat masih enggan untuk memulainya. Oleh sebab itu pemanfaatan training center sebagai tempat pembelajaran untuk pertanian selaras alam diupakayan mampu memberikan motivasi kepada petani. Disamping itu tempat ini juga menyediakan fasilitas pertemuan (meeting) dengan kapasitas 50 orang (Yayasan Ate Keleng, Maret 2014).

4.8. Kelompok Dampingan

Hingga kini ada 160 kelompok dampingan YAK yang tersebar diberbagai wilayah, yaitu Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten Langkat, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Asahan, Riau, Kepulauan Riau, Jakarta, Binjai dan Kota Madya Medan. Adapun kelompok dampingan YAK dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.5

Data Kelompok Dampingan Yayasan Ate Keleng No Nama Credit

Union

Tahun Terbentuk Jumlah Anggota

Alamat Kabupaten

1 Pancemala 17 Juni 2010 232 Aji Mbelang Karo

2 Buah Prtoton 17 Juni 1999 528 Bandar Baru Deliserdang 3 Persadanta Ras 24 Februari 2009 95 Bangun Mulia Karo

4 Sada Nioga 14 Juni 2008 83 Bangun Purba Simalungun 5 Anggur Kuta 10 Oktober 2006 437 Barus Jahe Karo

6 Kanaan 14 Mei 2010 65 Barung Kersap Karo

7 Sue Arihta 8 April 2001 533 Basukum Karo

8 Arih Ersada 8 Juni 1996 177 Batam Kepulauan

Riau

9 Pancur Siwah 10 Mei 1996 223 Batu Karang Karo

10 Rudang Mayang 4 Juni 2000 308 Beganding Karo


(28)

12 Berastagi Simalem

13 Agustus 2004 103 Berastagi Kuta Karo

13 Galimadu November 2005 262 Berdikari Deliserdang

14 Mandiri 8 Januari 2011 78 Belawan Medan

15 Benih Kegeluhen

3 Juni 1994 128 Bukum Deliserdang

16 Elieser 21 Januari 1995 268 Buluh Awar Deliserdang 17 Guna Kiniulinta 15 Mei 2003 127 Bunga Baru Karo 18 Gotong Royong Februari 2005 285 Bukit Lawang Langkat

19 Raflesia Juli 2010 87 Bahorok Langkat

20 Geluh Simbaru 20 Februari 2000 451 Cingkes Simalungun 21 Sangap Simere 15 Mei 1997 227 Desa Hulu Deliserdang

22 Dalin Ersada April 2005 236 Derek Deliserdang

23 Pehuliken 22 September 2002 143 Ergaji Karo

24 Arih Ersada 9 Maret 2008 343 Gajah Karo

25 Glugur Simalem 16 Juli 2000 81 Glugur Medan

26 Merih Mulia 23 Agustus 1993 137 Gunung Ambat Karo

27 Sada Nioga 2 Juni 2007 105 Gunung Meriah Karo

28 Padang Sambo 17 Juni 1999 429 Guru Benua Karo

29 Jumpa Rejeki 7 Juli 2006 465 Guru Kinayan Karo 30 Ora et La bora 20 Mei 2008 93 Gunung Tinggi Karo

31 Maranatha 6 Mei 2005 73 Kabanjahe Kota Karo

32 Kanaan 26 Mei 2006 125 Kabanjahe Tugu Karo

33 Tepat Guna 16 Mei 2010 125 Kabanjahe Karo

34 Buah Kiniteken 26 September 1995 131 Kebayaken Karo 35 Sada

Kekelengen

10 Oktober 1998 143 Kedeberek Karo

36 Pardis 15 April 1994 587 Kemenangan Tani Simalungun

37 Peken Pardis 5 Juli 2009 209 Ketaren Karo

38 Arihta Ras 24 September 1999 128 Ketangkuhen Karo 39 Karya Kasih 11 September 2005 179 Kisaran Asahan 40 Persadanta 14 Mei 2006 94 Kuala Unggas Deliserdang 41 Persadaan

Tuhan

5 Februari 1996 167 Kuta Mbelin Karo 42 Mepalar 12 Februari 1993 111 Kuta Tengah Karo 43

Sisampat-sampaten

6 Juni 2009 126 Kuta Tonggal Karo

44 Kata Ersada 13 Juni 2009 135 Kuta Mbaru Karo

45 Perkeleng Januari 2010 36 Km 8 Medan Medan

46 Kekelengen 5 Januari 2008 98 Kuala Medan

47 Makedonia Januari 2008 72 KSD Simpang

Tuntungen

Deliserdang 48 Semangat Baru Agustus 2010 114 Kayu Embun Deliserdang

49 Latual 19 Juli 2004 52 Lau Baleng Karo

50 Evindonta 14 Oktober 2004 78 Laja Deliserdang

51 Semangat Baru 8 Agustus 2002 57 Lae Salak Deliserdang

52 Agave 17 Agustus 2005 346 Lau Diski Deliserdang


(29)

54 Sada Perarih 5 Maret 1994 71 Lau Kesumpat Deliserdang 55 Talenta 16 November 2009 108 Lau Galunggung Deliserdang

56 Sibayak 29 Juli 2007 215 Lingga Karo

57 Ulihta Ras 6 April 2009 366 Lingga Julu Karo

58 Mesikel 6 Oktober 2005 143 Manuk Mulia Karo

59 Terang 18 Februari 1994 278 Martelu Karo

60 Benih Kekelengen

12 Juni 2002 82 Medan (Pasar II) Medan

61 Piladelpia 7 Maret 2010 72 Medan Polonia Medan

62 Kekelengen 18 Mei 2010 117 Medan Putri Medan

63 Asamta 15 Juni 2009 150 Medan Simpang

Marindal

Medan

64 Persada Januari 2011 35 Medan Sai Padang Medan

65 Mejuah-juah Simalem

22 Oktober 2007 324 Mejuah-Juah Karo 66 Sangap Encari April 2005 47 Mbalbal Petar Karo 67 Buah man

teman

13 Januari 2008 72 Munthe Karo

68 Sikeleng-kelengen

28 Agustus 1988 329 Naman Karo

69 Marturia 20 Juni 2008 181 Namopinang Deliserdang

70 Gunanta Ras 11 Juli 1994 244 Namorambe Deliserdang

71 Sehati 9 Agustus 2011 75 Nari Gunung Deliserdang

72 Ndeskati Si Male

8 Maret 1995 188 Ndeskati Karo

73 Dalinta Jumpa 1 Maret 2011 198 Pancur Batu Deliserdang 74 Arih Ersada 22 Juni 2008 150 Pancur Batu Kota Deliserdang 75 Kuala Putri 3 Mei 2005 52 Pantai Cermin Serdang

Bedagai

76 GBKP 7 Oktober 2011 62 Pantai Cermin Serdang

Bedagai

77 Serasi 7 April 2008 62 Paya Itik Deliserdang

78 Payung Simalem

10 Maret 2010 233 Payung Karo

79 Mbuah Page 13 April 2008 53 Penara Karo

80 Sekula Serasi 31 Mei 2001 55 Perbaungan Serdang Bedagai

81 Ulih Ersada 6 Maret 1997 63 Perbulan Karo

82 Sikelengen 1 Maret 2008 115 Penantin Karo

83 Ola Kisat 30 Agustus 1995 132 Pondok Gede Karo

84 Mediate November 2010 80 Pulu Berayan Medan

85 Reformasi 30 Mei 1998 269 Rampah Sergei

86 Arih Ersada 11 Juli 2005 157 Rimbun Baru Karo

87 Suka Piring 15 Juni 2007 156 Rumah Kinangkung Deliserdang 88 Cikenta

Nggeluh

6 Maret 2000 113 Rumah Mbacang Deliserdang 89 Karonta 17 Januari 1999 315 Rumah Pil Pil Deliserdang 90 Sangap Encari 18 mei 2005 425 Rumah Kabanjahe Karo


(30)

Simalem

92 Kasih Sayang 12 September 2009 57 Sai Sekala Karo

93 Kata Ersada Mei 2004 76 Sarimunte Karo

94 Sempakata 4 April 2007 53 Sembeken Karo

95 Buah Kekelengen

20 Juni 2010 99 Semangat Baru Karo

96 Ate Keleng 1 Juli 1994 276 Sibolangit Deliserdang

97 Manna 28 Februari 1999 88 Sikeben Karo

98 Ate Jadi 12 September 2008 196 Simalingkar B Medan

99 Simajus Agustus 2010 60 Simalingkar A Medan

100 Bersama Kasih 17 Desember 2006 363 Sp. Awas Medan 101 Persadanta Sri

Ulina

15 Mei 1995 129 Sp. Kuta Buluh Karo

102 Sempurna 7 Januari 2001 106 Sp. Tuntungan Deliserdang

103 Betesda 10 Maret 1997 289 Sp. Selayang Medan

104 Rulih Adi Mejingkat

8 Maret 1994 59 Sp. Telu Karo

105 Ate Malem 18 Agustus 1994 135 Sugihen Karo

106 Peken Pardis 1 September 2000 584 Suka Karo

107 Sada Nioga 3 Oktober 2008 123 Suka Julu Karo

108 Lau Kegeluhen 14 Agustus 1994 423 Sukamaju Deliserdang 109 Partisipasi 10 Februari 1999 516 Sukamakmur Deliserdang

110 Perkeleng - - Sukamakmur Deliserdang

111 Turah Ate Malem

4 Februari 1994 149 Sukasama Deliserdang

112 Mazmur 15 Januari 2001 187 Susuk Karo

113 Lau Betayan 17 Januari 2001 199 Suka Tendel Karo

114 Salid Simalem 31 Oktober 2004 136 Salid Karo

115 Kana November 2010 107 Sai Mencirim Langkat

116 Imanuel 4 Januari 2010 73 Siabang Abang Karo

117 Limau Manis 11 November 2007 45 Tamora Kanaan Karo 118 Arih Ersada 28 Februari 1990 395 Tangkahan Langkat 119 Doulos 21 November 1998 245 Tiga Binanga Karo 120 Simpar

Kekelengen

5 Oktober 2000 18 Tiga Nderket Karo

121 Nasaret 17 April 2008 152 Tiga Nderket Karo

122 Deleng si 7 Merga

14 September 2009 64 Tiga Siempat Karo 123

Sikeleng-kelengen

19 Juli 2008 255 Tiga Pancur Karo

124 Syaloom 9 September 2000 332 Tanjung Purba Simalungun 125 Mersik 17 Mei 2003 95 Tj. Balai Karimun Asahan

126 Ate Jadi 3 Agustus 2006 185 Tj. Raja Karo

127 Melur 25 April 2003 512 Telagah Karo

128 Emsuranta 9 Maret 2005 234 Tambak Bawang Simalungun

129 Erdiate 9 Januari 2009 103 Tongkoh Karo

130 Tj. Merawa Simalem

17 Juni 2011 63 Tj Merawa Karo


(31)

132 Kekelengen 16 Februari 2001 84 Sp. Ujung Aji Karo

133 Kekelengen 14 Juni 2012 60 Besitang Langkat

134 Solidaritas 6 Februari 2012 65 Desa Lama P. Batu Deliserdang

135 Pilipi 17 Mei 2012 87 Mardinding Karo

136 Kekelengen 5 Agustus 2012 65 Medan Darusalam Medan 137 Marturia 14 Juni 2014 138 Tamora Kiri Deliserdang 138 Kesatria Februari 2012 68 Tanjung Rejo Deliserdang 139 Usaha Bersama 7 Juni 2011 145 Batukarang Karo

140 Korinti 14 Juli 2012 34 Ujung Serdang Langkat

141 Bayak Namura 15 November 2011 125 Pamulang Jakarta Jakarta 142 Mbelin Gunana 21 Juli 2012 61 Bagan Batu Riau

143 Lancang Kuning 21 Juli 2012 45 Perawang Riau

144 Minas 21 Juli 2012 44 Minas Riau

145 Kokar Simalem 30 November 2012 48 Kokar Riau

146 Gotong Royong 30 November 2012 58 Kandis Riau 147 Intan Makmur 30 November 2012 23 Sungai Intan Riau

148 Kakasam 13 Januari 2013 138 Mulawari Karo

149 Maranatha 3 Februari 2013 656 Seribu Jandi Simalungun 150 Gunanta Ras Januari 2013 112 Gunung Sayang Dairi

151 Gunanta Ras Mei 2013 98 Melas Karo

152 Arih Ersada Maret 2013 38 Kuta Mbaru Dairi

153 Makedonia September 2013 76 Pokok Mangga Medan 154 Arih Ersada 9 Mei 2013 56 Pangkalan Berandan Langkat 155 Agave Laut Sari Maret 2013 124 Sarinembah Karo 156 Arih Ersada 11 September 2013 68 Jandi Meriah Karo 157 Persadanta 25 Agustus 2013 81 Lau Bekeri Deliserdang 158 Radu

Sikelengen

18 Oktober 2013 38 Deram Deliserdang

159 Getsemane 12 Desember 2013 145 Buluh Naman Karo

160 Merandal 5 Mei 2013 40 Perumnas

Simalingkar

Medan Sumber: Yayasan Ate Keleng, Maret 2013

4.9. Organ-organ dalam Manajemen Keorganisasian A. Direktur

1. Visi Kerja

Manajemen organisasi YAK yang profesional dan tetap menjunjung tinggi pada spirit pelayanan kemanusiaan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.


(32)

a. Menjalankan tugas koordinasi manajemen keorganisasian dalam setiap tingkat pengambilan keputusan.

b. Mengangkat dan memberhentikan staf sesuai dengan keputusan rapat.

c. Melakukan upaya penggalangan dana program dengan para mitra yang memiliki kesamaan visi dan menjalin kerja sama yang tidak mengikat.

d. Bertanggung jawab atas pengelolaan organisasi sesuai dengan prinsip manajemen organisasi kepada dewan pembina dan dewan pengawas YAK.

e. Bertanggung jawab atas perencanaan dan implementasi program yang telah ditetapkan.

f. Bertanggung jawab atas berjalannya program dan program organisasi yang dituangkan dalam bentuk laporan periodik.

g. Bertanggung jawab atas kesejahteraan staf sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada.

B. Sekretariat 1. Visi Kerja

Sekretariat sebagi pusat informasi dan data YAK dalam mewujudnyatakan karya pelayanan masyarakat yang berbasis pada prinsip-prinsip: transparansi, partisipasi dan demokrasi.

2. Peran dan Tanggung Jawab

a. Bertanggung jawab dalam pembuatan budget dan biaya operasional Sekretariat b. Bertanggung jawab menyusun laporan keorganisasian secara periodic koordinasi

dengan direktur, kepala unit dan keuangan.

c. Bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan administrasi keorganisasian seperti : Surat Kontrak, Surat Tugas, Surat Keputusan, pengadaan/perawatan inventaris, ATK, dokumentasi dan lain-lain.


(33)

d. Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan peningkatan kapasitas staf dengan berkordinasi dengan kepala unit sesuai dengan yang telah diprogramkan.

e. Pengelolaan surat-surat masuk dan keluar

f. Berkordinasi dengan bagian Keuangan untuk memberitahu donor jika transfer dana sudah diterima.

C. Keuangan 1. Visi Kerja

Terciptanya mekanisme keuangan yang mudah dipahami, sehingga memudahkan Lembaga Donor, Yayasan, Lembaga dan Staf memperoleh data yang akurat dengan cepat sesuai kebutuhan dan tanggung jawabnya.

2. Peran dan Tanggung Jawab

Tugas bagian Keuangan secara umum adalah merencanakan, mengelola serta melaporkan penggunaan uang dalam menjalankan program-program Yayasan. Ada 3 (tiga) bagian dalam keuangan, yaitu : a). Bendahara b). Staf Keuangan, dan c). Kasir. Dimana dalam pelaksanaan tugas masing-masing bagian keuangan tersebut adalah:

a. Bendahara

1) Mengontrol pencatatan pemasukan dan pengeluaran transaksi yang dilakukan oleh staf Keuangan.

2) Bertanggung jawab atas pengeluaran dan pemasukkan kas di Bank dan kas di Tangan (Petty Cash) dan melakukan cash opname setiap akhir bulan

3) Melakukan konfirmasi dengan Bank dan meminta Credit Advice atau transfer masuk dari donor.

4) Membantu dan memberikan Copy Credit Advice pada sekretariat untuk segera memberitahu donor jika transfer dana sudah diterima.


(34)

5) Bersama dengan Staf Keuangan membuat laporan keuangan secara periodik untuk kepentingan manajemen dalam pengambilan keputusan manajerial dan sebagai laporan pertanggunggjawaban kepada donor.

6) Menjalankan fungsi pengawasan penggunaan uang di lapangan dengan melakukan peninjauan program secara berkala.

b. Kasir

1) Membantu bendahara dalam melakukan konfirmasi saldo dengan pihak Bank. 2) Bertanggung jawab atas pengeluaran kas di tangan (petty cash).

3) Melakukan pencatatan semua transaksi pengeluaran dan pemasukan kas di tangan dan kas di Bank.

4) Membuat rekap transaksi yang terjadi setiap hari sebagai kontrol saldo kas yang telah di rekap sesuai dengan saldo kas di tangan dan kas Bank.

5) Melakukan Cash Opname setiap akhir bulan bersama Staf Keuangan dan Bendahara.

6) Menyerahkan rekap beserta dokumen-dokumen dan formulir-formulir pendukung kepada Staf Keuangan agar Staf Keuangan dapat segera memprosesnya dalam pembuatan laporan keuangan.

7) Bersama dengan Bendahara dan Staf Keuangan membuat laporan keuangan secara periodik untuk kepentingan manajemen dalam pengambilan keputusan manajerial dan sebagai laporan pertanggungjawaban kepada donor.

c. Keuangan

1) Mengecek rekap transaksi harian beserta dokumen-dokumen dan formulir-formulir pendukung sesuai dengan mekanisme dan standar keuangan.


(35)

3) Membantu Bendahara dalam perencanaan pengembangan dan pengendalian anggaran.

4) Bersama dengan Bendahara dan Kasir membuat laporan keuangan secara periodik untuk kepentingan manajemen dalam pengambilan keputusan dan sebagai laporan pertanggung jawaban kepada donor.

5) Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan keuangan. D. Unit Keuangan Lokal

1. Visi Kerja

Organisasi mampu menjadi organisasi yang mandiri dalam pengelolaan sumber daya secara optimal untuk mendukung seluruh kegiatan menuju pencapaian tujuan bersama.

2. Peran Dan Tanggung Jawab

a. Mengkoordinasikan dan mengembangkan aktivitas penggalangan dana untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Bertanggung jawab terhadap penggalangan dana mulai Perencanaan, Implementasi, Monitoring dan Evaluasi melalui kegiatan-kegiatan usaha tanpa meninggalkan orientasi, nilai-nilai dan prinsip organisasi.

c. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Manajemen Informasi System (MIS) dalam rangka evaluasi efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program di lapangan. d. Melakukan inovasi penggalangan dana

e. Mempertanggung jawabkan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab kepada Direktur.

E. Kepala Unit 1. Visi Kerja


(36)

Perwakilan organisasi yang mampu mewujudkan masyarakat dampingan YAK untuk dapat mengorganisir diri dan memiliki daya tawar serta memiliki kesadaran kritis terhadap jaminan atas hak dan tanggung jawab mereka.

2. Peran dan Tanggung Jawab

a. Mengkoordinasikan dan melaksanakan aktifitas sesuai program unit.

b. Bertanggung jawab dalam Perencanaan, Implementasi, Monitoring, dan Evaluasi melalui kegiatan-kegiatan dengan tanpa meninggalkan orientasi, nilai-nilai dan prinsip organisasi.

c. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Manajemen Informasi System (MIS) dalam rangka evaluasi efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program di lapangan. d. Bertanggung jawab dalam membina hubungan kemitraan dan membangun sinergi

dengan para stake holder di wilayah.

e. Melakukan inovasi sesuai peran dan tanggung jawab wilayah.

f. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan tanggug jawab kepada Direktur secara tertulis atau laporan periodic (Yayasan Ate Keleng, Maret 2014).


(37)

BAB V ANALISIS DATA

Pada bab ini penulis akan menganalisis data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada anggota CU Syaloom yang telah ditetapkan sebagai responden, yaitu sebanyak 32 responden. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah interpestasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. Adapun data-data yang dianalisis pada bab ini adalah sebagai berikut:

5.1. Identitas Responden

Tabel 5.1

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 11 orang 34 %

2 Perempuan 21 orang 66 %

Total 32 orang 100 %

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini tidak mempunyai kriteria tertentu, baik laki-laki maupun perempuan yang menjadi anggota CU Syaloom dapat menjadi sampel. Teknik penarikan sampel yang telah ditetapkan peneliti adalah Purposive Sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti karena memiliki pertimbangan dalam pengambilan sampel. Sehingga yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah anggota CU Syaloom yang telah mengikuti kegiatan Advokasi, Pengembangan Ekonomi Masyarakat dan Infrastruktur. Berdasarkan Tabel 5.1 persentase


(38)

responden berdasarkan jenis kelamin yaitu sebanyak 34% laki-laki dan 66% perempuan. Hal ini merupakan sesuatu yang kebetulan. Pada saat melakukan penelitian, lebih banyak responden dengan jenis kelamin perempuan yang ditemui dan hadir pada saat penabungan CU.

Tabel 5.2

Identitas Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Persentase

1 30-35 9 28 %

2 36-41 8 25 %

3 42-47 5 16 %

4 48-53 2 6 %

5 54-59 5 16 %

6 60-65 3 9 %

Total 32 100 %

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat dilihat variasi usia responden dari usia muda 30 tahun hingga usia tertua 65 tahun. Persentase yang ada menunjukkan usia responden dalam kategori usia produktif. Faktor usia tertentu tidak mempengaruhi keikutsertaan responden untuk bergabung dan mengikuti kegiatan CU. Usia berapapun dapat menjadi anggota CU, namun dalam hal ini peneliti mengambil sampel bertujuan pada anggota CU yang mengikuti upaya pemberdayaan sehingga diperoleh usia yang demikian.


(39)

Tabel 5.3

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Bertani 28 87 %

2 Wiraswasta 4 13 %

Total 32 orang 100 %

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Daerah pedesaan merupakan daerah pertanian. Lahan yang ada di pedesaan dijadikan tempat bercocok tanam oleh para penduduk. Oleh karena itu mayoritas penduduk desa bekerja sebagai Petani, baik di ladang maupun sawah. Data pada Tabel 5.3 menunjukkan pekerjaan responden, 87% bekerja sebagai petani dan 13% wiraswasta. Wiraswasta dalam hal ini adalah berdagang, disamping itu mereka juga punya lahan pertanian. Sudah menjadi pekerjaan utama di desa ini mengolah lahan untuk pertanian, sehingga sumber utama penghasilan dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat berasal dari pertanian.

5.1.1. Identitas Responden Berdasarkan Agama

Berdasarkan hasil kuesioner, semua responden beragama Kristen Protestan. Hal ini karena CU Syaloom sendiri ada dibawah naungan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), namun tidak menutup kemungkinan jika ada penduduk beragama lain yang ingin bergabung di CU Syaloom (Kuesioner, Maret 2014).

5.1.2. Identitas Responden Berdasarkan Suku

Berdasarkan hasil kuesioner, semua responden adalah suku Karo. Penduduk di Desa Tanjung Purba pun masyoritas suku Karo. Desa Tanjung Purba memang berada di Kabupaten Simalungun, namun sudah sejak lama penduduk Karo tinggal dan menetap di Desa ini (Kuesioner, Maret 2014).


(40)

Tabel 5.4

Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak Sekolah 9 28 %

2 Tamat SD 12 37 %

3 Tamat SMP 4 12 %

4 Tamat SMA 5 16 %

5 Tamat Perguruan Tinggi 2 7 %

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Berdasarkan Tabel 5.4, dapat dilihat persentase pendidikan formal terakhir responden. Sebanyak 28% responden tidak menempuh pendidikan sama sekali. Dari pernyataan responden diketahui, tidak sekolah karena dahulu tidak ada biaya dan jarak ke sekolah yang jauh ke kota membuat mereka tidak mempunyai keinginan untuk bersekolah. Sementara 37% responden hanya tamat SD. Responden dengan tingkat pendidikan SMP ada sebanyak 12%. beberapa diantara mereka yang bersekoleh ke Desa lain Pendidikan merupakan sumber pengetahuan kebutuhan dasar individu untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, bagaimana tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang juga turut menentukan. Data pada Tabel 5.4 menunjukkan 37 % anggota CU yang menjadi responden hanya tamat SD, bahkan 29 % tidak sekolah. Hanya 7 % dari anggota CU yang tamat perguruan tinggi, hal ini pun mengingat status yang disandang yaitu Pendeta.


(41)

5.2. Tentang Credit Union

Tabel 5.5

Data Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota CU

No Lamanya (tahun) Jumlah Persentase

1 5 tahun 6 16 %

2 7 tahun 8 25 %

3 10 tahun 3 12 %

4 14 tahun 15 47 %

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Sejak berdirinya tahun 2000 hingga kini, CU Syaloom telah ada selama 14 tahun. Jumlah anggota CU terakhir sebanyak 332 orang. Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat 15 orang anggota CU yang ada sejak CU berdiri merupakan pendiri dan pengurus-pengurus CU yang turut mempengaruhi perkembangan CU hingga sekarang. Pertambahan anggota juga meningkat setiap tahunnya. Lamanya seseorang menjadi anggota CU tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan kelompok. Pertambahan jumlah anggota hanya mempengaruhi jumlah aset (simpanan) anggota.


(42)

Tabel 5.6

Data Berdasarkan Pengetahuan Tentang CU

No Kategori Jumlah Persentase

1 Simpan Pinjam 22 69 %

2 Modal Usaha 4 12 %

3 Tolong Menolong 5 16 %

4 Tidak Tahu 1 3 %

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Credit Union (CU) merupakan salah satu bagian Koperasi Simpan Pinjam, yang modal utamanya berasal dari simpanan anggota dan dipinjamkan oleh anggota yang membutuhkan. Berdasarkan hasil kuesioner pada Tabel 5.6 menunjukkan sebanyak 69% responden mengerti bahwa CU merupakan Koperasi Simpan Pinjam, dimana seseorang dapat menabung dan meminjam uang ketika membutuhkan. CU dianggap sebagai koperasi terpercaya dengan bunga pinjaman yang rendah. Sebanyak 12% responden menyatakan CU adalah wadah modal usaha, dimana ketika membutuhkan modal usaha, responden dapat meminjam di CU. Sementara 16% responden menyatakan CU merupakan wadah tolong menolong, dimana anggota dapat membantu sesamanya. Hanya ada 3% responden yang tidak tahu apa CU, namun tetap melakukan kegiatan CU yaitu Simpan Pinjam.


(43)

Tabel 5.7

Data Berdasarkan Alasan Responden Menjadi Anggota CU

No Kategori Jumlah Persentase

1 Bunga Rendah dan saling percaya 8 25%

2 Menolong kebutuhan tak terduga 18 56%

3 Meningkatkan kesejahteraan 6 19%

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Pemahaman seseorang akan CU sedikit banyak mempengaruhi keikutsertaannya menjadi anggota CU. Berdasarkan hasil kuesioner yang ada pada Tabel 5.7, 56% responden menyatakan alasan bergabung dalam CU karena dapat menolong kebutuhan yang tidak terduga melalui pinjaman. Responden memahami CU adalah tempat meminjam uang, oleh karenanya CU dapat menolong kebutuhan yang tidak terduga dengan adanya pinjaman. Sementara ada 25% responden yang menyatakan bergabung dalam CU karena CU memberikan pinjaman dengan bunga rendah dan sesama anggota memiliki rasa saling percaya. Selain itu pinjaman CU dengan bunga rendah tidak memberatkan anggota. Responden sebanyak 19% menyatakan ikut bergabung dalam CU untuk meningkatkan kesejahteraan, baik melalui pinjaman untuk modal usaha dan adanya pendidikan serta pengetahuan yang didapat.


(44)

Tabel 5.8

Data Pengetahuan Responden Mengenai Tujuan Pinjaman CU

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya 22 69%

2 Tidak 11 31%

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Tujuan pinjaman dalam CU haruslah untuk tujuan produktif dan bermanfaat. Penggunaan pinjaman oleh anggota diharapkan mampu membantu anggota untuk meningkatkan pendapatan lewat pinjaman untuk modal usaha. Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan 31% anggota tidak mengerti tujuan pinjaman dalam CU. Anggota memahami ketika membutuhkan biaya dapat dipinjam di CU. Hal inilah yang mendasari dibuatnya kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat (PEM), agar pinjaman digunakan untuk tujuan produktif.

5.2.1. Data Responden Berdasarkan Pernah Meminjam di CU

Berdasarkan hasil kuesioner, dari pernyataan responden semua anggota CU yang menjadi responden pernah meminjam di CU untuk keperluan biaya pertanian dan modal usaha (Kuesioner, Maret 2014).


(45)

Tabel 5.9

Data Responden Berdasarkan Keperluan Pinjaman

No Kategori Jumlah Persentase

1 Modal usaha 6 19%

2 Biaya Pertanian 15 47%

3 Biaya Lainya 11 34%

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Seperti yang telah jelaskan sebelumnya pinjaman dalam CU haruslah untuk tujuan produktif dan bermanfaat. Berdasarkan Tabel 5.9 dapat dilihat sebanyak 47% responden meminjam di CU untuk biaya pertanian seperti, membeli pupuk, membeli obat-obatan dan lain sebagainya yang dibutuhkan untuk meningkatkan pertanian. Hal ini mengingat aktifitas dan pekerjaan utama responden adalah bertani. Sebanyak 19% responden menggunakan pinjamannya untuk modal usaha berjualan. Ada 34% responden yang menggunakan pinjaman untuk kebutuhan lain seperti biaya pendidikan, biaya untuk pesta, biaya untuk renovasi rumah dan lain sebagainya.


(46)

Tabel 5.10

Data Jumlah Anak Responden yang Bersekolah

No Jumlah Anak Jumlah Persentase

1 1 11 34%

2 2 10 31%

3 3 9 28%

4 4 2 7%

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Berdasarkan hasil kesioner, semua responden memiliki anak yang bersekolah. Sebelumnya peneliti tidak menetapkan kriteria dengan mengharuskan responden memiliki anak yang bersekolah, namun pada saat pembagian kuesioner peneliti mengutamakan responden dengan adanya anak yang bersekolah karena nantinya peneliti membutuhkan informasi mengenai pendapatan responden untuk biaya pendidikan anak. Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa kebanyakan responden memiliki 1 anak yang bersekolah. Hal ini karena ada yang anak responden telah menyelesaikan sekolah dan belum bersekolah.


(47)

Tabel 5.11

Data Tingkat Pendidikan Anak Responden

No Kategori Jumlah Persentase

1 SD 10 31%

2 SMP 7 22%

3 SMA 9 28%

4 Perguruan Tinggi 6 19%

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Adanya anak yang bersekolah dan tingkat pendidikan anak, mempengaruhi biaya pendidikan yang akan dikeluarkan orang tua. Berdasarkan data pada Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa kebanyakan responden memiliki anak dengan tingkat pendidikan SD. Apabila dikaitkan dengan biaya pendidikan tidak terlalu banyak pengeluaran karena di desa tersedia sekolah SD dibandingkan dengan tingkat pendidikan SMP, SMA dan perguruan tinggi yang membutuhkan biaya tidak sedikit karena harus bersekolah ke kota.


(48)

5.3. Tentang Yayasan Ate Keleng (YAK)

Tabel 5.12

Data Berdasarkan Pengetahuan Tentang YAK

No Kategori Jumlah Persentase

1 Organisasi yang mendampingi kelompok CU dalam hal pengetahuan

5 16%

2 Organisasi Simpan Pinjam 9 28%

3 Motivator CU 7 22%

4 Tidak Tahu 11 34%

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Walaupun YAK menjadi bagian lahirnya CU serta adanya upaya pemberdayaan yang diberikan, kebanyakan anggota CU tidak mengetahui apa itu YAK. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 5.12 dengan jawaban responden Tidak tahu sebesar 34 %. Hal ini bisa saja terjadi mengingat kurang pedulinya anggota dengan kegiatan lain selain menabung dan meminjam uang. Dari informasi yang diketahui peneliti, anggota yang mengetahui tentang YAK adalah pegurus dan anggota yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan.

Tabel 5. 13

Data Pengetahuan Responden Mengenai Kegiatan YAK Terhadap Kelompok CU

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya 21 66%

2 Tidak 11 34%

Total 32 100


(49)

Seperti pernyataan sebelumnya, bahwa setiap kegiatan yang dilakukan di CU merupakan bentuk upaya pemberdayaan YAK. Berdasarkan data pada Tabel 5.13 sebanyak 34% responden tidak mengetahui adanya kegiatan berupa Advokasi, Pengembangan Ekonomi Masyarakat dan Infrastruktur adalah bagian dari YAK. Walaupun kegiatan yang dilakukan diadopsi dari kebutuhan masyarakat dan masalah yang dihadapi, YAK memfasilitasi kegiatan tersebut. Sementara 66% responden mengetahui adanya kegiatan di CU merupakan bagian dari YAK dan terjalin kerjasama antara kelompok CU dan YAK.

Tabel 5.14

Data Pendapat Responden Mengenai Kegiatan Yang Dilakukan YAK

No Kategori Jumlah Persentase

1 Baik 7 22%

2 Biasa Saja 11 34%

3 Sangat Menolong 14 44%

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Berdasarkan Tabel 5.14 menunjukkan sebanyak 44% responden yang mengetahui dan mengikuti kegiatan dalam CU yang dilakukan YAK melalui upaya pemberdayaan merasa sangat tertolong. Adanya Upaya pemberdayaan seperti kegiatan Advokasi, menambah pengetahuan anggota mengenai isu-isu masalah sosial. Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat menambah pengetahuan anggota bagaimana bertani dan berternak dengan biaya yang sedikit melalui pertanian organik. Kegiatan Infrastruktur membantu masyarakat memenuhi kebutuhan akan air minum. Sebanyak 34% responden yang tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan YAK merasakan hal yang biasa saja.


(50)

5.4. Kegiatan Advokasi

Tabel 5.15

Data Berdasarkan Pengetahuan Responden Mengenai Kegiatan Advokasi

No Kategori Jumlah Persentase

1 Ya 26 81%

2 Tidak 6 19%

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Kagiatan Advokasi merupakan kegiatan penyadaran dan pendidikan mengenai isu-isu maslah sosial. Kegiatan tersebut pada umumnya diberikan pada semua anggota CU tanpa terkecuali, karena dianggap penting dan sesuai kebutuhan kelompok CU. Oleh karena itu 81% responden mengetahui tentang kegiatan Advokasi, sedangkan sebanyak 19% responden tidak terlalu memperhatikan adanya kegiatan advokasi sehingga tidak mengetahuinya.

Tabel 5.16

Data Pendapat Responden Tentang Kegiatan Advokasi

No Kategori Jumlah Persentase

1 Baik 13 41%

2 Biasa Saja 6 28%

3 Sangat Menolong 13 31%

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Berdasarkan Tabel 5.16 menunjukkan bahwa 31% responden menyatakan merasakan manfaat adanya kegiatan Advokasi. Manfaat tersebut dirasakan dengan bertambahnya


(51)

pengetahuan responden mengenai masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan keluarga maupun lingkungan sosialnya, sehingga dapat dilakukan penanggulangan apabila terjadi.

Tabel 5.17

Data Responden Berdasarkan Kegiatan Advokasi Yang Diikuti

No Nama Kegiatan Jumlah

1 Pendidikan Organisasi 17 orang

2 Pendidikan hak-hak dasar 19 orang

3 Pendidikan Kesetaraan Gender 23 orang 4 Pendidikan Hukum dan Politik 22 orang 5 Pendidikan Narkoba dan HIV/AIDS 25 orang 6 Pendidikan Penyadaran Keluarga Harmonis 28 orang

7 Pendidikan UU Pertanahan 30 orang

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di CU Syaloom diberlakukan bagi semua anggota, namun dilihat dari Tabel 5.17 tidak semua anggota mengikuti adanya kegiatan. Data yang tersedia hanya responden yang mengikuti kegiatan. Dari yang diketahui peneliti, kebanyakan responden yang mengikuti kegiatan adalah pengurus CU. Hal ini dikarenakan, banyak anggota CU yang tidak dapat meluangkan waktunya untuk mengikuti kegiatan tersebut. Pendidikan narkoba dan Pendidikan UU pertanahan yang paling banyak diikuti anggota, karena hal tersebut merupakan salah satu masalah yang terjadi di desa ini.


(52)

5.5. Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat (PEM)

5.5.1. Data Pengetahuan Responden Mengenai Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Berdasarkan hasil kuesioner, semua anggota CU mengetahui adanya kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat yang dilakukan di CU Syaloom. Hal ini juga dipengaruhi karena kegiatan berupa peternakan dan sekolah lapangan berkaitan langsung dengan kegiatan maupun pekerjaan utama mereka (Kuesioner, Maret 2014)

Tabel 5.18

Data Pendapat Responden Mengenai Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat

No Kategori Jumlah Persentase

1 Baik 12 37%

2 Biasa Saja 5 16%

3 Sangat Menolong 15 47%

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat (PEM) dinilai baik dan sangat menolong oleh anggota, hal ini dilihat dari hasil kuesioner pada Tabel 5.18. Adanya kegiatan PEM membantu kelompok dalam menambah pendapatan melalui kegiatan pertanian organik, yaitu pertanian dengan menggunakan pupuk buatan atau organik sehingga mengurangi pemakaian bahan kimia, secara tidak langsung mengurangi biaya pengeluaran untuk pertanian. Selaian itu ada pertanian jangka pendek, yang mana dalam waktu singkat dapat memperoleh hasil pertanian untuk menambah pendapatan.


(53)

Tabel 5.19

Data Responden Berdasarkan Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Yang Diikuti

No Nama Kegiatan Jumlah yang mengikuti

1 Peternakan Ayam 15 orang

2 Peternakan Lembu 12 orang

3 Peternakan Babi 23 orang

4 Sekolah Lapangan Jeruk 29 orang

5 Sekolah Lapangan Sayuran 25 orang

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Dari Tabel 5.19 dapat dilihat, anggota CU yang mengikuti kegiatan PEM paling banyak adalah sekolah lapangan jeruk. Hal ini didasari karena mayoritas penduduk desa menanam jeruk. Selain itu ada peternakan babi, lembu, ayam dan sayuran yang diterapkan dengan sistem demplot mix farming, yaitu kegiatan pertanian dan peternakan dengan konsep yang saling mendukung antara ternak dan tanaman, kotoran ternak jadi pupuk tanaman dan tanaman jadi makanan ternak.

5.6. Kegiatan Infrastruktur

5.6.1. Data Pengetahuan Responden Mengenai Kegiatan Infrastruktur

Semua Anggota CU Syaloom mengetahui tentang Kegiatan Infrastruktur berupa pengadaan Sarana Air Minum (SAM). Hal ini juga karena semua anggota CU ikut berpartisipasi dalam pembangunan SAM (Kuesioner, Maret 2014)


(54)

Tabel 5.20

Data Berdasarkan Pendapat Responden Mengenai Kegiatan Infrastruktur

No Kategori Jumlah Persentase

1 Baik 14 44 %

2 Biasa Saja - -

3 Sangat Menolong 18 56 %

Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Kebutuhan anggota CU akan adanya air yang dapat disalurkan ke rumah-rumah membuat anggota merasa sangat tertolong dengan adanya Sarana Air Minum (SAM). Berdasarkan hasil kuesioner yang tertera pada Tabel 5.20, responden yang ikut dalam kegiatan Infrastruktur untuk membangun Sarana Air Minum menyatakan kegiatan ini baik adanya dan sangat menolong.

5.7. Sikap Kritis

Tabel 5.21

Data Responden Memberikan Pendapat Sebelum dan Sesudah adanya Kegiatan CU Sebelum adanya Kegiatan CU Setelah adanya Kegiatan CU No Kategori F Persentase Kategori F Persentase

1 Pernah 4 12% Pernah 11 34%

2 Tidak Pernah 28 88% Tidak Pernah 21 66%

Total 32 100 Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Adanya kegiatan Advokasi, pengetahuan dan kesadaran masyarakat maupun anggota CU bertambah. Kesadaran dan bertambahnya pengetahuan secara langsung berdampak pada


(55)

sikap kritis anggota CU, salah satunya kemampuan mengemukakan pendapat. Pendidikan akan isu masalah sosial mampu mengubah pola pikir dan sikap anggota CU yang awalnya enggan memberikan pendapat karena kurannya pengetahuan, dengan demikian mampu menyampaikan pendapatnya dalam setiap kegiatan-kegiatan di CU. Keikutsertaan anggota CU dalam kegiatan Advokasi membangun pola pikir sehingga lebih partisipatif. Tabel 5.21 menunjukkan perbandingan sebelum dan sesudah adanya kegiatan CU, persentase anggota yang pernah memberikan pendapat sebelum adanya kegiatan CU adalah 12%. Setelah adanya kegiatan CU menjadi 34%. Sedangkan untuk anggota yang tidak pernah memberikan pendapat persentase sebelum adanya kegiatan CU 88% dan setelah adanya kegiatan CU berkurang menjadi 66%.

Tabel 5.22

Data Pengetahuan Responden Mengenai Masalah di Desa Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU

Sebelum adanya Kegiatan CU Setelah adanya Kegiatan CU No Kategori F Persentase Kategori F Persentase

1 Ada 3 9% Ada 9 28%

2 Tidak Ada 29 91% Tidak Ada 23 72%

Total 32 100 Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Kesadaran masyarakat akan masalah juga dibangun melalui upaya pemberdayaan melalui CU. Pengetahuan anggota mengenai masalah yang ada di desa maupun kelompoknya merupakan sikap kritis masyarakat. Berdasarkan hasil kuesioner yang tertera pada Tabel 5.22, sebelum adanya kegiatan CU, hanya 9% responden yang menyadari adanya suatu masalah di desa Tanjung Purba yaitu pentingnya dibuat surat kepemilikan tanah. Setelah adanya kegiatan


(56)

CU, kesadaran masyarakat akan suatu masalah bertambah menjadi 28%. Sementara responden yang tidak memahami masalah dari 91% menjadi 72%. Permasalahan yang diketahui responden menyangkut pelestarian hutan dalam hal menjaga mata air. Terjadi perdebatan diantara masyarakat, mengenai siapa yang bertanggung jawab akan pelestarian hutan tersebut. Selain itu permasalahan yang ada terkait isu masalah sosial, maraknya peredaran dan penggunaan Narkoba. Adanya pendidikan kesetaraan gender, ternyata telah menjadi kesalahpahaman di antara laki-laki dan perempuan. Dari jawaban responden, adanya pendidikan gender membuat kaum perempuan sering memandang rendah kaum laki-laki.

Tabel 5.23

Sikap Responden Terhadap Masalah Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU Sebelum Adanya Kegiatan CU Setelah Adanya Kegiatan CU No Kategori F Persentase Kategori F Persentase

1 Menanggapi - - Menanggapi 10 28%

2 Biasa Saja 30 94% Biasa Saja 23 72%

3 Tidak Menanggapi

2 6% Tidak

Menanggapi

- -

Total 32 100 Total 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Pemahaman anggota CU akan adanya suatu masalah di desa maupun kelompoknya, turut mempengaruhi sikap dan responnya terhadap masalah tersebut. Dilihat dari tabel 5.23 sebelum adanya kegiatan CU, 94% anggota mengetahui masalah mengenai hak kepemilikan tanah namun bersikap biasa saja, ada yang tidak menanggapi sama sekali. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat mengenai tata cara pengurusan status kepemilikan tanah mereka. Setelah adanya kegiatan CU, dengan diberikannya pendidikan UU Pertanahan


(57)

menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa penting adanya surat kepemilikan tanah untuk menghindari pihak-pihak yang mungkin saja mempermasalahkan status kepemilikan tanah.

5.8. Tingkat Pendapatan

Tabel 5.24

Data Pendapatan Responden Perbulan Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU Sebelum adanya Kegiatan CU Setelah adanya Kegiatan CU

No Pendapatan F Persentase F Persentase

1 Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000 14 44% 7 22% 2 Rp. 1.600.000 – Rp.

2.500.000

7 22% 6 19%

3 Rp. 2.600.000 – Rp. 3.500.000

5 16% 8 25%

4 Rp. 3.600.000 – Rp. 4.500.000

3 9% 5 16%

5 ›› Rp. 4.600.000 3 9% 6 19%

Total 32 100 32 100

Sumber: Kuesioner, Maret 2014

Bekerja sebagai petani, pendapatan masyarakat tidak menentu. Pendapatan petani juga dipengaruhi oleh jenis tanama yang ditaman. Apakah jangka pendek atau jangka panjang, karena sudah menjadi pekerjaan mayoritas masyarakat disamping menanam tanaman jangka panjang seperti Jeruk, penduduk juga menanam jangka pendek sehingga ada penghasilan yang diperoleh setiap bulannya. Selain dari pada itu pendapatan penduduk juga berasal dari upah harian yang diterima apabila bekerja di ladang orang lain. Data pada Tabel 5.24 menunjukkan pendapatan 44% responden sebelum adanya kegiatan CU berkisar antara


(1)

4.3.1. Sarana Ibadah ...64

4.3.2. Sarana Pendidikan ...65

4.4. Sistem Pemerintahan Desa ...65

4.5. Credit Union Syaloom ...67

4.5.1. Latar Belakang Berdirinya CU Syaloom ...67

4.5.2. Kepengurusan CU Syaloom ... 67

4.5.3. Kegiatan CU Syaloom ...68

4.6. Yayasan Ate Keleng/ Partisipasi Pembangunan (Parpem) ...69

4.6.1. Visi dan Misi Lembaga ...69

4.6.2. Strategi Lembaga ... 70

4.6.3 Struktur Organisasi Periode 2010 – 2015 ...70

4.6.4. Latar Belakang Berdirinya Lembaga ... 70

4.7. Program YAK ...74

4.8. Kelompok Dampingan ...76

4.9. Organ-organ dalam Manajemen Keorganisasian ...80

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Identitas Responden ... 86

5.1.1. Identitas Responden Berdasarkan Agama ...88

5.1.2. Identitas Responden Berdasarkan Suku ...88

5.2. Tentang Credit Union ... 90

5.2.1. Data Responden Berdasarkan Pernah Meminjam di CU ...93

5.3. Tentang Yayasan Ate Keleng (YAK) ... 97

5.4. Kegiatan Advokasi ... 99

5.5. Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat (PEM) ... 101

5.5.1. Data Pengetahuan Responden Mengenai Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat ...101

5.6. Kegiatan Infrastruktur ... 102

5.6.1. Data Pengetahuan Responden Mengenai Kegiatan Infrastruktur ...102

5.7. Sikap Kritis ... 103

5.8. Tingkat Pendapatan ... 106

5.9. Sarana Air Minum (SAM) ... 111


(2)

5.10. Analisis Dampak Upaya Pemberdayaan Melalui Credit Union Terhadap Perkembangan

Kelompok... 114

5.10.1. Dampak Positif...114

5.10.2. Dampak Langsung ... 114

5.10.3. Dampak Tidak Langsung ... 115

5.11. Analisis Data Kuantitatif Perbandingan Perkembangan Kelompok CU Sebelum dan Sesudah adanya Upaya Pemberdayaan. ... 116

5.11.1. Uji t untuk Kemampuan Menyampaikan Pendapat ... 117

5.11.2 Uji t untuk Kemampuan Mengetahui Masalah ... 119

5.11.3 Uji t untuk Respon Terhadap Masalah ... 121

5.11.4. Uji t untuk Pendapatan ... 123

5.11.5. Uji t Pendapatan untuk Biaya Konsumsi ... 125

5.11.6. Uji t Pendapatan untuk Biaya Perumahan ... 127

5.11.7. Uji t Pendapatan untuk Biaya Pendidikan Anak ... 129

5.11.8. Uji t Pendapatan untuk Perawatan Kesehatan ... 131

5.11.9. Uji t untuk Sumber Air Minum ... 133

5.11.10. Uji t untuk Kebutuhan Air Minum ... 135

5.11.11. Uji t untuk Pengetahuan ... 136

5.11.12. Uji t untuk Hubungan Antar Anggota ... 138

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 140


(3)

DAFTAR BAGAN & TABEL

Bagan 2.1 Alur Pikiran ... 51

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Yayasan Ate Keleng ...70

Tabel 4.1 Data Penduduk Bersadarkan Jenis Kelamin ... 61

Tabel 4.2 Data Penduduk Berdasarkan Usia ...62

Tabel 4.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...63

Tabel 4.4 Penduduk Berdasarkan Kondisi Perumahan ... 64

Tabel 4.5 Kelompok Dampingan YAK ... 76

Tabel 5.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...86

Tabel 5.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia...87

Tabel 5.3 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...88

Tabel 5.4 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir ...89

Tabel 5.5 Data Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Anggota CU...90

Tabel 5.6 Data Berdasarkan Pengetahuan Tentang CU ...91

Tabel 5.7 Data Berdasarkan Alasan Responden Menjadi Anggota CU ...92

Tabel 5.8 Data Pengetahuan Responden Mengenai Tujuan Pinjaman CU ...93

Tabel 5.9 Data Responden Berdasarkan Keperluan Pinjaman ...94

Tabel 5.10 Data Jumlah Anak Responden yang Bersekolah ...95

Tabel 5.11 Data Tingkat Pendidikan Anak Responden ...96

Tabel 5.12 Data Berdasarkan Pengetahuan Tentang YAK ...97

Tabel 5. 13 Data Pengetahuan Responden Mengenai Kegiatan YAK Terhadap Kelompok CU ...97

Tabel 5.14 Data Pendapat Responden Mengenai Kegiatan Yang Dilakukan YAK ..98

Tabel 5.15 Data Berdasarkan Pengetahuan Responden Mengenai Kegiatan Advokasi ...99

Tabel 5.16 Data Pendapat Responden Tentang Kegiatan Advokasi ...99

Tabel 5.17 Data Responden Berdasarkan Kegiatan Advokasi Yang Diikuti ...100

Tabel 5.18 Data Pendapat Responden Mengenai Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat ...101

Tabel 5.19 Data Responden Berdasarkan Kegiatan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Yang Diikuti...102 Tabel 5.20 Data Berdasarkan Pendapat Responden Mengenai Kegiatan


(4)

Tabel 5.21 Data Responden Memberikan Pendapat Sebelum dan Sesudah adanya Kegiatan CU ...103 Tabel 5.22 Data Pengetahuan Responden Mengenai Masalah di Desa Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU ...104 Tabel 5.23 Sikap Responden Terhadap Masalah Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU...105 Tabel 5.24 Data Pendapatan Responden Perbulan Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU ...106 Tabel 5.25 Data Jumlah Pendapatan Responden Untuk Kebutuhan Konsumsi Sebelum dan Sesudah adanya Kegiatan CU ...107 Tabel 5.26 Data Jumlah Pendapatan Responden Untuk Perumahan Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU ...108 Tabel 5.27 Data Jumlah Pendapatan Untuk Pendidikan Anak Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU...109 Tabel 5.28 Data Jumlah Pendapatan Responden Untuk Perawatan Kesehatan Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU ...110 Tabel 5.29 Data Responden Berdasarkan Ketersediaan Air Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU...111 Tabel 5.30 Data Responden Berdasarkan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU...112 Tabel 5.31 Data Responden Berdasarkan Hubungan Interaksi Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan CU...113


(5)

ABSTRAK

Dampak Upaya Pemberdayaan Melalui Credit Union Terhadap Perkembangan Anggota Kelompok (Studi Kasus: Credit Union Syaloom Dampingan Yayasan Ate

Keleng di Desa Tanjung Purba Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun) Nama :Desi Oktavia Br Ginting

NIM :100902092

Pemberdayaan Masyarakat merupakan startegi meningkatkan kemampuan masyarakat dari keadaan yang tidak berdaya hingga mempunyai daya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga memperoleh hidup yang layak. Sebagai Lembaga Sosial yang bergerak di bidang pengembangan masyarakat, Yayasan Ate Keleng melakukan upaya pemberdayaan melalui kelompok-kelompok Credit Union yang dibentuk. Pemberdayaan dilakukan dalam upaya memanfaatkan pinjaman anggota lewat kegiatan kegiatan menabung dalam Credit Union.

Penelitian ini tergolong penelitian eksplanatif yang bertujuan untuk membuktikan hipoteisis Dampak Upaya Pemberdayaan Melalui Credit Union Terhadap Perkembangan Kelompok Dampingan Yayasan Ate Keleng. Jumlah Populasi dalam penelitian ini sebanyak 323 orang anggota Credit Union Syaloom. Untuk mewakili populasi yang ada, peneliti mengambil sampel 10 % dari populasi yang ada yaitu sebanyak 32 orang anggota Credit Union. Dalam hal ini peneliti memilih sampel yaitu anggota Credit Union yang telah mengikuti kegiatan Advokasi, Pengembangan Ekonomi Masyarakat, dan Infrastruktur yang telah dilakukan di desa Tanjung Purba Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada Dampak Upaya Pemberdayaan Melalui Credit Union Terhadap Perkembangan Kelompok Credit Union Syaloom Dampingan Yayasan Ate Keleng di Desa Tanjung Purba Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun. Perkembangan ini dapat dilihat dari semakin kritisnya masyarakat dengan adanya kegiatan Advokasi, meningkatnya pendapatan melalui kegiatan pertanian dan peternakan Pengembangan Ekonomi Masyarakat dan terpebuhinya kebutuhan anggota kelompok akan Air Minum dengan adanya Pembangunan Sarana Air Minum melalui kegiatan Infrastruktur. Upaya pemberdayaan memang memberikan dampak terhadap perkembangan kelompok, namun perkembangan tersebut tidak berlaku pada semua anggota sehingga Yayasan Ate Keleng sebagai pelaku pemberdayaan masih perlu upaya-upaya untuk mengajak seluruh anggota Credit Union untuk memanfaatkan pinjaman melalui kegiatan-kegiatan yang ada.


(6)

ABSTRACK

Empowerment Impact Through Credit Union to Group Development Ate Keleng Foundation Supported (Study Case: Credit Union Group in Tanjung Purba Village sub

District Dolok Silau Simalungun Regency Nama :Desi Oktavia Br Ginting

NIM :100902092

Society Empowerment is a strategy to increase the people’s ability from the powerless situation up to having a power developing potency they have so that they live properly. As a Social Organization moved in society development sector, Ate Keleng Foundation does this endeavor through Credit Union’s groups they formed. It did in effort to wielding their member’s loan through saving in the Credit Union.

This research is classified as explanative research that aimed to prove a hypothesis Empowerment Impact through Credit Union to Group Development Ate Keleng Foundation Supported. Numbers of population in this research were 323 people from Syaloom Credit Union’s members. To represent the population, the researcher took 10% from the whole population that was 32 people from the Credit Union’s members. In this case, researcher chose sample who were members that already took Advocate activity, Society Economy Development, and Infrastructure that have been done in TanjungPurba village sub district Dolok Silau Simalungun regency.

This research’s result that there were impacts of the hypothesis Empowerment Impact through Credit Union to Group Development Ate Keleng Foundation Supported in Tanjung Purba village sub district Dolok Silau Simalungun regency. This development could be seen from the way people more critical with the Advocate activity, people’s income increase by means of agriculture and animal farming activity Society Economy Development and the needs of water was filled by the Water Infrastructure through the Infrastructure activity. This empowerment did gave impacts to the group development, however the blooming didn’t work out to every member so Ate Keleng Foundation as the doer still needs more efforts to invite the whole members of Credit Union to wield the loan through the activities they arranged.