Tangis Beru Si Jahe Di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat: Kontinuitas Dan Perubahan, Kajian Tekstual Dan Musikal

BAB II
ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT PAKPAK DI DESA SUKARAMAI,
KECAMATAN KERAJAAN,
KABUPATEN PAKPAK BHARAT

2.1

Wilayah Budaya Etnik Pakpak
Etnis Pakpak adalah salah satu suku pribumi di Provinsi Sumatera Utara

dan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, yang terbagi menjadi beberapa bagian,
yaitu :
1. Kabupaten Dairi ibukota Sidikalang yang terdiri dari 15 Kecamatan dan 184
Desa. Kelurahannya meliputi Suak Keppas dan Pegagan.
2. Kabupaten Aceh Singkil ibukotana Singkil yang terdiri dari 15 Kecamatan
dan 148 Desa. Kelurahannya meliputi seluruh daerah Suak Singkil Boang.
3. Kabupaten Pakpak Bharat ibukotanya Salak yang terdiri dari 8 kecamatan
dan 59 Desa. Kelurahannya meliputi Suak Simsim dan sebagian daerah
Keppas.
4. Kotamadya subbul sallam ibukotanya Salak yang terdiri dari 5 kecamatan
dan (64) Desa/Kelurahan yang merupakan pemekaran dari Aceh Singkil dan

masih termasuk Suak Singkil Boang.
5. Kabupaten tapanuli tengah ibukotanya Pandan yang terdiri dari 6 kecamatan
dari daerah (wilayah) Kabupaten Tapanuli Tengah adalah hak ulayat Tanah
Pakpak Suak Kelasen) yang terdiri dari Kecamatan Barus, Barus Utara,
Sosar Godang, Andam Dewi, Manduamas dan Sirandorung dan 56
Desa/Kelurahan.

Universitas Sumatera Utara

6. Kabupaten Humbang Hasundutan ibukotany Dolok Sanggul yang terdiri
dari 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Pakkat, Parlilitan, dan Kecamatan Tara
Bintang dan masih termasuk kedalam Suak Kelasen. Luas wilayah yang
menjadi wilayah persebaran masyarakat Pakpak keseluruhan adalah
8.331,12 km2 yang terdiri dari 52 Kecamatan dan 471 Desa/Kelurahan.

2.2

Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang penulis ambil berlokasi di Desa Sukaramai,


Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat dimana daerah ini merupakan
salah satu daerah atau wilayah bermukimnya suku Pakpak yang disebut dengan
Suak Simsim dan sebagian daerah keppas. Luas Wilayah Kabupaten Pakpak
Bharat adalah 121.830 Ha. (1.218,30 Km2), terletak di wilayah pantai barat
Sumatera Utara yaitu pada 2.000 – 3.000 Lintang Utara dan 96.000 – 98.000
Bujur Timur dengan ketinggian berkisar antara 250 – 1.400 meter di atas
permukaan laut. Kabupaten pakpak Bharat terbentuk dari dari hasil pemekaran
dari Kabupaten Dairi. Secara administratif Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari
52 Desa dalam 8 (delapan) Kecamatan Kabupaten Pakpak Bharat adalah :
1) Kecamatan Salak, 2) Sitellu Tarli Urang Jehe, 3) Pangindar, 4) Sitellu
Tali Urang Julu, 5) Pargeteng-geteng Sengkut, 6) Kerajaan, 7) Tinada, dan
8) Siempat Rube.
Adapun batas wilayah Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut:


Sebelah timur berbatasan dengan : Kecamatan Parbuluan Kabupaten
Dairi dan Harian Kabupaten Samosir.

Universitas Sumatera Utara




Sebelah barat berbatasan dengan : Kabupaten Aceh Singkil Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.



Sebelah utara berbatasan dengan : Kecamatan Silima Pungga-Pungga,
Kecamatan Lae Parira, Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.



Sebalah selatan berbatasan dengan : Kecamatan Tara Bintang
Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kecamatan Manduamas
Kabupaten Tapanuli Tengah.

Adapun batas-batas wilayah dari desa sukaramai adalah :









2.3

Sebelah timur berbatasan dengan : Desa Kuta Saga.
Sebelah barat berbatasan dengan : Desa Surung Mersada.
Sebelah selatan berbatasan dengan : Desa Pardomuan.
Sebelah utara berbatasan dengan : Desa Kuta Meriah.

Sistem Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Pakpak khusunya yang berada di wilayah

Kabupaten Pakpak Bharat sangat beragam, disesuaikan dengan keahlian pribadi
yang dimiliki oleh seseorang, dan tidak terbatas pada satu bidang saja. Banyak
warga Pakpak yang bekerja sebagai pedagang, petani, PNS (pegawai negeri sipil),
guru, pegawai swasta, dan lain-lain. Dari hasil wawancara dengan beberapa
narasumber, bahwa pekerjaan yang paling banyak digeluti masyarakat Pakpak

yang berdomisili di wilayah kabupaten Pakpak Bharat adalah bercocok tanam.
Kopi, padi, tanaman palawija, durian dan jeruk. Menurut penuturan beliau,
banyak diantara pegawai negeri sipil maupun pegawai swasta menekuni pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

bercocok tanam selain dari pekerjaan utamanya. Begitu juga dengan para
pedagang maupun pengusaha kecil memiliki ladang bercocok tanam serta
menekuni kegiatan tersebut sebagai penopang hidup.

2.4

Sistem Kepercayaan dan Religi
Sebelum agama Islam dan Kristen masuk ke wilayah Pakpak, masyarakat

setempat menganut kepercayaan yang disebut persilihi atau perbegu. Persilihi
atau perbegu ini ialah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa alam ini berada
dibawah kuasa pengaruh roh-roh gaib atau dengan adanya Dewa-Dewa maupun
roh-roh nenek moyang yang dikultuskan (lihat, Naiborhu, 1988 : 22-26).


2.4.1

Kepercayaan Terhadap Dewa-Dewa
Sebelum agama masuk ke lingkungan masyarakat Pakpak,masyarakat

mempercayai kekuatan alam gaib dan percaya bahwa alam adalah sumber
kehidupan. Masyarakat pakpak percaya terhadap Debata Guru/Batara Guru yang
dikatakan dalam bahasa Pakpak Sitempa/Sinembe nasa si lot yang artinya maha
pencipta segala sesuatu yang ada di bumi ini yang diklasifikasikan
atau diistilahkan sebagai berikut:
Debata Guru/ Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan
melindungi, yaitu :
1) Beraspati Tanoh.
Diberi simbol dengan menggambar cecak yang berfungsi melindungi segala
tumbuh-tumbuhan. Jadi, jika seorang orang tua menebang pohon bambu, kayu
atau tumbuhan lainnya, maka ia harus meminta izin kepada Beraspati Tanoh.

Universitas Sumatera Utara

2) Tunggung Ni Kuta

Tunggung Ni Kuta diyakini memiliki peranan untuk menjaga dan melindungi
kampung atau desa serta manusia sebagai penghuninya. Oleh karena hal tersebut,
maka tunggung ni kuta memberikan kepada manusia beberapa benda yaitu
sebagai berikut :
a. Lapihen, terbuat dari kulit kayu yang didalamnya terdapat tulisan-tulisan
yang berbentuk mantra atapun ramuan obat-obatan serta ramalan-ramalan.
b. naring, wadah yang berisi ramuan sebagai pelindung kampung. Apabila
satu kampung akan mendapat ancaman, maka naring akan memberikan
pertanda berupa suara gemuruh ataupun siulan.
c. Pengulu balang, sejenis patung yang terbuat dari batu yang memiliki fungsi
untuk memberikan sinyal atau tanda berupa gemuruh sebagai pertanda
gangguan, bala, musuh, atau penyakit bagi masyarakat suatu desa.
d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang ditanam di
dalam tanah yang bertugas mengusir penjahat yang datang.
e. Sembahen Ni Ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya yang
diyakini dapat menggangu kehidupan dan sekaligus dapat melindungi
kehidupan manusia apabila diberi sesajen.
f. Tali Solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya, mempunyai kepala ular
yang digunakan untuk menjerat musuh.
g. Tongket Balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran lebih

kurang satu meter yang diukir dengan ukiran Pakpak dan dipergunakan
untuk menerangi jalan.

Universitas Sumatera Utara

h. Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan
musuh.
i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai dan
danau.
j. Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau dan air.

2.4.2

Kepercayaan Terhadap Roh-Roh
Kepercayaan terhadap roh-roh, yang meliputi :

a. Sumangan, yaitu tendi (roh) orang yang sudah meniggal mempunyai
kekuatan yang menentukan wujud dan hidup seseorang yang dikenang.
b. Hiang, yaitu kekuatan gaib yang dibagikan kepada saudara secara turun
temurun.

c. Begu Mate Mi Lae atau disebut juga dengan begu Sinambela, yaitu roh
orang yang sudah meninggal diakibatkan karena hanyut di sungai.
d. Begu Laus, yaitu sejenis roh yang menyakiti orang yang datang dari
tempat lain serta dapat membuat orang menjadi sakit secara tiba-tiba.
Kepercayaan-

kepercayaan

diatas

sudah

jarang

dilaksanakan

oleh

masyarakat Pakpak khususnya yang berada di wilayah Kecamatan kerajaan
sejak masuknya agama di daerah tersebut.

Masyarakat Pakpak di daerah ini sebagian besar sudah memeluk agama yang
tetap, yaitu agama yang sudah diakuai oleh pemerintah. Sebagian besar
masyarakat yang ada di daerah ini beragama Islam, Kristen dan sebagian kecil
beragama Katolik.

Universitas Sumatera Utara

2.5

Sistem Kekerabatan
Masyarakat Pakpak sejak dahulu kala sudah ada ikatan yang mengatur tata

krama dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari dan ditaati oleh masyarakat
itu sendiri. Sistem tersebut selalu ada dan diterapkan dalam upacara-upacara adat
termasuk juga dalam upacara kematian (kerja njahat). Sistem tersebut yaitu:

2.5.1

Sulang Silima
Sulang silima adalah lima kelompok kekerabatan yang terdiri dari


kulakula, dengan sebeltek siampun-ampun/anak yang paling kecil, serta anak
berru. Sulang silima ini berkaitan dengan pembagian sulang/jambar dari dagingdaging tertentu dari seekor hewan seperti kerbau, lembu atau babi yang
disembelih dalam konteks upacara adat masyarakat Pakpak. Pembagian
daging/jambar ini disesuaikan dengan hubungan kekerabatannya dengan pihak
kesukuten atau yang melaksanakan upacara. Dalam adat masyarakat Pakpak,
kelima kelompok tersebut masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam acara adat.
a.

kula-kula
kula-kula merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sistem

kekerabatan pada masyarakat Pakpak. kula-kula adalah kelompok/pihak
pemberi istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan
kelompok yang sangat dihormati dan dianggap sebagai pemberi berkat oleh
masyarakat. Dengan demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah Debata Ni
Idah (Tuhan yang dilihat). Oleh karena itu, pihak kula-kula ini haruslah dihormati.
Sikap menentang kula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan Pakpak.

Universitas Sumatera Utara

Dalam acara-acara adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir, termasuk
juga dalam adat kematian dan mendapat peran yang penting.
b.

Dengan sebeltek/Senina
Dengan sebeltek/senina adalah mereka yang mempunyai hubungan tali

persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah orang-orang
yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Selain itu, dalam sebuah upacara
adat ada kelompok yang dianggap dekat dengan sebeltek, yaitu senina. Dalam
sebuah acara adat, senina dan seluruh keluarganya akan ikut serta dan mendukung
acara tersebut. Secara umum, hubungan senina ini dapat disebabkan karena
adanya hubungan pertalian darah, se subklen/semarga, memiliki ibu yang
bersaudara, memiliki istri yang bersaudara dan memiliki suami yang bersaudara.
c.

Anak beru
Anak beru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok pengambil

anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang bertanggung jawab atas
acara adat tersebut. Tugas anak berru adalah sebagai pekerja, penanggung jawab
dan pembawa acara pada sebuah acara adat.
Sedangkan situaan adalah anak yang paling tua, siditengah adalah anak tengah
dan siampun-ampun adalah anak yang paling kecil. Mereka adalah pihak yang
mempunyai ikatan persaudaraan yang terdapat dalam sebuah ikatan keluarga.
Kelima kelompok diatas mempunyai pembagian sulang (jambar) yang
berbeda, yaitu sebagai berikut :
1) Kula-kula (pihak pemberi istri dari keluarga yang berpesta) akan
mendapat sulang per-punca naidep. Situaan (orang tertua yang

Universitas Sumatera Utara

menjadi tuan rumah sebuah pesta akan mendapat sulang perisang-isang).
2) Siditengah (keluarga besar dari keturunan anak tengah) akan
mendapat sulang per-tulantengah.
3) Siampun-ampun (keturunan paling bungsu dalam satu keluarga)
akan mendapat sulang per-ekur-ekur.
4) Anak beru (pihak yang mengambil anak gadis dari keluarga yang
berpesta) akan mendapat sulang perbetekken atau takal peggu.
Biasanya penerimaan perjambaren anak beru disertai dengan takal
peggu. Yang artinya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
besar terhadap berjalannya pesta. Anak beru lah yang bertugas
menyiapkan

makanan

serta

menghidangkan

selama

pesta

berlangsung.

2.6

Bahasa
Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di Kecamatan

Kerajaan adalah bahasa Pakpak karena mayoritas penduduk disana adalah suku
Pakpak. Hal ini menyebabkan kehidupan sehari- hari penduduk disana
menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat.
Terdapat juga sebagian kecil suku lain seperti suku Toba, Karo, Nias dan
Jawa yang datang kedaerah Kecamatan Kerajaan, tetapi setelah tinggal beberapa
lama disana, masayarakat dari suku-suku tersebut diatas sudah mengerti dan fasih
menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan

Universitas Sumatera Utara

dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempattempat umum, seperti sekolah, puskesmas dan kantor Kelurahan.
Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan
masyarakat Pakpak, yaitu :
1. Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk
menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara.
2. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau
bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyi
(narrative songs atau lamenta dalam istilah etnomusikologi) yang disebut
tangis mangaliangi (bahasa tutur tangis)
3. Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan dihutan,
4. Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di tengahtengah kampung karena dianggap tidak sopan
5. Rebun (rana tabas atau mangmang) yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa
mantera oleh guru (Naiborhu, 2002:51).

2.7

Kesenian

2.7.1

Seni Musik
Masyarakat Pakpak membagi alat musiknya berdasarkan bentuk

penyajiannya dan cara memainkannya. Berdasarkan cara memainkannya,
instrumen musik tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu gotchi dan oningoningen.
Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, instrument musik tersebut
terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : sipaluun (alat musik yang dimainkan

Universitas Sumatera Utara

dengan cara dipukul), sisempulen (alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup)
dan sipiltiken (alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik). Istilah gotchi dan
oning-oningen sudah mendapat pergeseran arti dikalangan masyarakat Pakpak.
Menurut wawancara dengan beberapa pemusik tradisi Pakpak sekarang
menyebutkan bahwa gotchi adalah istilah untuk beberapa ensambel seperti :
ensambel

genderang

sisibah,

genderang

sipitu-pitu,

genderang

silima,

gendangmsidua-dua, gerantung, mbotul dan gung. Sedangkan istilah oningoningen digunakan untuk ensambel yang terdiri dari gendang sitelu-telu, gung
sada

rabaan,

lobat

(aerophone),

kalondang

(xylophone),

dan

kucapi

(chordophone), yang pada penggunaannya di gunakan untuk upacara mbaik
seperti upacara pernikahan (merbayo).
1. Instrumen Musik Berdasarkan Bentuk penyajian
Gotchi adalah isntrumen musik yang disajikan dalam bentuk seperangkat
(ensambel) yang terdiri dari : ensambel genderang sisibah, genderang sipitu-pitu,
genderang silima, gendang sidua-dua, gerantung, mbotul dan oning-oningen.
Genderang si sibah (drum-chime) merupakan salah satu alat musik
tradisional masyarakat suku Pakpak yang juga merupakan bagian dari kelompok
gotci. Dikatakan genderang si sibah karena alat musik ini terdiri atas sembilan
buah gendang satu sisi yang diletakkan dalam satu rak yang dipukul dengan
menggunakan stik (pemukul). Genderang si sibah ialah seperangkat gendang satu
sisi yang berbentuk konis (single headed conical nine drums). Genderang ini
dipakai untuk mengiringi upacara-upacara adat yang ada di Pakpak, melus bulung
bulu, melus bulung sempula, dan melus bulung simbernaik. Didalam ensambel ini
juga terdapat alat musik kalondang (xylophone), lobat (aerofon, recorder), kecapi

Universitas Sumatera Utara

dan gong. Disamping alat musik tersebut juga ada ensambel musik genderang si
pitu, yang terdiri dari 7 buah gendang (drum set) yang diletakkan pada satu rak.
Permainan kalondang biasanya dimainkan dengan melodi yang sama dengan
vokal dengan pukulan gendang yang variatif. Sejauh ini tradisi musik Pakpak
belum banyak mengalami perubahan.
Masing-masing nama dari kesembilan gendang ini dari ukuran terbesar
sampai ukuran terkeci adalah sebagai berikut :
 Gendang 1, Si Raja Gumeruhguh (suara bergemuruh) atau disebut
juga sebagai gendang induk (menginang-inangi/mengindungi)
 Gendang 2, Si Raja Dumerendeng atau Si Raja Manjujuri dengan
pola ritmis menjujuri atau mendonggildonggili (mengagungkan,
mentakbiri, menghantarkan)
 Gendang 3-7, Si Raja Menak-menak dengan pola ritmis benna
kayu

yang

merupakan

pembawa

melodi

(menenangkan,

menenteramkan)
 Gendang 8, Si Raja Kumerincing dengan pola ritmis menehtehi
(menyeimbangkan)
 Gendang 9, Si Raja Mangampuh dengan pola ritmis menganakanaki atau tabil sondat (menghalang-halangi). Namun terdapat
juga nama lain dari instrumen ini dalam bentuk kelompok
permainannya, yaitu untuk gendang 1 dan 2 disebut menginanginangi (induk); untuk gendang 2 sampai 7 disebut benna kayu

Universitas Sumatera Utara

(pembawa lagu); dan gendang 7 sampai 9 disebut manganaki
(anak). 9
Dalam bentuk seperangkat, kesembilan gendang ini dimainkan bersamaan
dengan gung sada rabaan (seperangkat gung yang terdiri dari empat buah, yaitu
panggora (penyeru), poi (yang menyahut), tapudep (pemberi semangat) dan
pong-pong (yang menetapakan). Instrumen lain yang digunakan adalah sarune
(double reed oboe) dan cilat-cilat (simbal concussion). Dalam penyajiannya,
ansambel ini hanya dipakai pada jenis upacara suka cita (kerja mbaik) saja pada
tingkatan upacara terbesar atau tertinggi saja.

Gambar 1 : Genderang Sisibah (Dokumentasi Pribadi Tahun 2011)
Keterangan : Nomor pada penjelasan diambil dari genderang terbesar
sampai terkecil seperti pada gambar.

9

Wawancara dengan Bapak Pandapotan Solin tahun 2011

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya adalah ensambel genderang sipitu-pitu. Ensambel ini terdiri
dari 7 buah gendang konis yang berasal dari genderang sisibah. Ketujuh gendang
ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang mulai
dari urutan I sampai VII. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini
adalah gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat
dalam genderang sisibah. Ensambel ini biasanya digunakan untuk kerja mbaik
dalam tingakatan tertentu saja.
Selanjutnya adalah ensambel genderang Si lima yaittu seperangkat
gendang satu sisi berbentuk konis yang terdiri dari lima buah gendang. Kelima
gendang ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang
pada bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar, yaitu gendang I, III, V, VII
dan IX. Fungsi dari kelima gendang tersebut sama dengan fungsinya masingmasing seperti pada genderang sisibah. Instrumen lainnya yang terdapat dalam
ensambel ini adalah gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang
terdapat dalam genderang sisibah. Ensambel ini digunakan pada upacara dukacita
(kerja njahat) saja, seperti upacara kematian, mengongkal tulan (mengangkat
tulang-tulang) pada tingkatan upacara terbesar dan tertinggi secara adat.
Selanjutnya terdapat ensambel gendang sidua-dua. Ensambel gendang ini
terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk barrel (double head two barrel
drums). Kedua gendang ini terdiri dari gendang inangna (gendang induk, gendang
ibu) yaitu gendang yang terbesar dan gendang anakna (gendang anak, jantan)
yaitu gendang terkecil. Instrumen lain yang terdapat dalam instrument ini adalah
empat buah gong (gung sada rabaan) dan sepasang cilat-cilat (simbal).

Universitas Sumatera Utara

Ensambel ini biasanya digunakan untuk upacara ritual, seperti mengusir
roh penunggu di hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian (mendeger uruk)
dan hiburan saja seperti upacara penobatan raja atau mengiringi tarian pencak.
Kemudian ensambel musik mbotul adalah seperangkat alat musik gong
(idiophones) berpencu yang terdiri dari 5, 7, atau 9 buah gong. Disusun berbaris
diatas rak seperti kenong pada tradisi gamelan Jawa. Dalam penggunaannya,
instrumen ini berperan sebagai pembawa melodi dan secara ensambel dimainkan
bersama-sama dengan gung sada rabaan.
Selanjutnya adalah ensambel oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari
gendang sitelu-telu(membranophone single head), gung sada rabaan, lobat
(aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone). Ensambel ini
digunakan pada upacara suka cita (kerja mbaik) seperti upacara penikahan
(merbayo) dan untuk mengiringi tarian (tatak).
b. Instrumen Musik Berdasarkan Cara memainkannya.
1. Sipaluun: Genderang, kalondang, gung, cilat-cilat, ketuk, mbotul, dengdeng, doal, gerantung, gendang si dua-dua.
2.

Sisempulen: Sarune, lobat, sordam

3. Sipiltiken: Kucapi

2.7.2

Seni Suara
Masyarakat Pakpak memiliki beberapa jenis seni suara ataupun nyanyian.

Nyanyian yang dimaksud adalah musik vokal. Masyarakat Pakpak memberi nama
ende-ende (baca :nde-nde) terhadap semua musik vokalnya. Ada beberapa jenis

Universitas Sumatera Utara

musik vokal yang terdapat pada masyarakat Pakpak yang dibedakan berdasarkan
fungsi dan penggunaannya masing-masing yaitu sebagai berikut:
(i) tangis milangi atau disebut juga tangis-tangis adalah kategori nyanyian
ratapan (lamenta) yang disajikan dengan gaya menangis. Disebut tangis milangi
karena hal-hal mengharukan yang terdapat didalam hati penyajinya akan dituturtuturkan (dalam bahasa Pakpak: ibilangbilangken, milangi) dengan gaya
menangis (Pakpak : Tangis). Ada beberapa jenis tangis milangi yang terdapat
pada masyarakat Pakpak, yaitu sebagai berikut.
a. tangis si jahe adalah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis (female
song) menjelang pernikannya. Teks nyanyian ini berisi tentang ungkapan
kesedihannya karena akan meninggalkan keluarganya dan memasuki
lingkungan keluarganya. Nyanyian ini ditujukan supaya orang yang
mendengar merasa iba dan memberi petuah-petuah tentang hidup berumah
tangga. Nyanyian ini disajikan dalam bentuk melodi yang berubah-ubah
(repetitif) dengan teks yang berubah-ubah.
Tangis beru si jahe hanya dinyanyikan oleh perempuan. Tangis
beru si jahe disajikan dan ditujukan kepada orangtua beru si jahe, kerabat
terdekat dengan cara mendatangi rumah mereka masing-masing. Selain
itu, orang-orang yang didatangi oleh beru sijahe tersebut akan memberi
dia makan (nakan pengindo tangis) dimana tinggi rendahnya status sosial
adat beru si jahe tersebut ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah
kepala ayam yang nantinya akan dibawa menuju tempat mertuanya.
Semakin banyak kepala ayam yang diterima oleh beru si jahe, maka akan
semakin tinggi pula status sosial adatnya dihadapan keluarga suaminya

Universitas Sumatera Utara

b. Tangis anak melumang, nyanyian ini disajikan oleh pria ataupun wanita.
Nyanyian ini berisi tentang kesedihan seseorang yang ditinggal mati orang
tuanya. Nyanyian ini biasanya disajikan pada saat-saat tertentu, seperti
ketika berada di hutan, di ladang, di sawah atau tempattempat sepi lainnya.
Teksnya berubah-ubah dengan melodi yang sama.
c. Tangis si mate adalah nyanyian ratapan (lament) kaum wanita ketika salah
seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Disajikan di depan si mati
dan teksnya berisi tentang kisah hidup si mati, berisi tentang perilaku yang
paling berkesan dari si mati smasa hidupnya. Nyanyian ini adalah nyanyian
strofik yang lebih mementingkan isi teks daripada melodi.
(ii) ende-ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby atau nyanyian menidurkan
anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) baik kaum pria maupun
wanita untuk menidurkan atau mengajak si anak bermain. Jenisnya terdiri dari ,
oah-oah dan cido-cido. Ketiga nyanyian jenis nyanyian ini menggunakan teks
yang selalu berubah-ubah dengan melodi yang diulang-ulang (repetitif).
a. Orih-orih ialah nyanyian untuk menidurkan anak yang dinyanyikan oleh
sipendedah (pengasuh) orangtua atau kakak baik pria maupun wanita.Si
anak digendong sambil i orih-orihken (sambil menina bobokan si anak
dalam gendongan) dengan nyanyian yang liriknya berisi tentang nasehat,
cita-cita, harapan maupun curahan kasih sayang terhadap si anak.
b. Oah-oah sering disebut juga dengan kodeng-kodeng, yaitu jenis nyanyian
yang teksturnya sama dengan orih-orih. Yang membedakannya adalah cara
menidurkannya, jika orih-orih disajikan dengan cara menggendong, maka
oah-oah disajikan sambil mengayun si anak dalam ayunan.

Universitas Sumatera Utara

c. Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain. Tujuannya
adalah agar si anak merasa terhibur dengan gerakan-gerakan lucu sehingga
si anak merasa terhibur dan tertawa. Teks lagu yang dinyanyikan biasanya
berisi tentang harapan-harapan agar kelak si anak menjadi orang yang
berguna.
(iii)Nangan ialah nayanyian yang disajikan pada waktu bersukut-sukuten
(mendongeng). Setiap ucapan dari tokoh-tokoh yang terdapat pada cerita
tersebut di sajikan dengan cara bernyanyi. Ucapan tokoh yang dinyanyikan
tersebut dalam cerita disebut dengan nangen, sedangkan rangkaian
ceritanya disebut sukut-sukuten.
Secara tekstur, cerita sukut-sukuten umumnya berisi tentang pedoman
pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan perilaku yang yang
diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita.
Persukuten haruslah orang yang cukup ahli menciptakan tokoh-tokoh melalui
warna nangen. Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat pakpak
adalah Sitagandera, Nan tampuk mas, Manuk-manuk Si Raja Bayon, Si buah
mburle, dan lain sebagainya.
(iv) Ende-ende mardembas adalah bentuk nyanyian permainan dikalangan anakanak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di halaman rumah
pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan membentuk lingkaran
dan membuat lompatan kecil sambil bernyanyi secara chorus (koor) maupun
solo chorus (nyayian solo yang disambut dengan koor). Isi teksnya biasanya
berisi tentang keindahan alam serta kesuburan tanah kampungnya dan

Universitas Sumatera Utara

dinyanyikan dengan pengulangan melodi (repetitif) serta teks yang berubahubah sesuai pesan yang disampaikannya.
(v)

Ende-ende Memuro Rohi, naynyian ini termasuk kedalam nyanyian work
song, yaitu nyanyian yang di sajikan pada saat bekerja. Biasanya
dinyanyikan ketika berada di ladang atau di sawah untuk mengusir burungburung agar tidak memakan padi yang ada di sawah. Kegiatan muro
(menjaga padi) ini biasanya menggunakan alat yang disebut dengan ketter
dan gumpar yang dilambai-lambaikan ketengah sawah sambil menyanyikan
ende-ende memuro rohi.

2.5.3

Seni Tari
Masyarakat Pakpak menyebutkan istilah tari dengan istilah Tatak. Tatak

pada masyarakat pakpak erat hubungannya dengan kegiatan upacara ataupun kerja
dan juga sebagai hiburan atau pertunjukan. Tatak digunakan dalam kerja mbaik
ataupun kerja njahat. Adapun jenis gerakan yang digunakan dalam upacara tau
pun kerja adalah :


Mangera-era
Gerakan ini digunakan oleh kaum Beru untuk menyambut Kula-kula
ataupun gerakan yang digunakan oleh anak terakhir kepada anak tertua
ataupun yang muda kepada yang lebih tua.



Suyuk

Gerakan ini digunakan untuk menyambah ataupun menghormati.


Memasu-masu

Universitas Sumatera Utara

Gerakan ini digunakan oleh kula-kula kepada beru yang menyimbolkan
pemberian berkat.


Mengembur
Gerakan ini digunakan untuk menyembah atau member hormat oleh beru
kepada kula-kula.



Mengeleap
Gerakan ini digunakan untuk menunjukkan bahwa kegiatan kerja sudah
berhasil dilaksnankan.

Adapun beberapa jenis tatak yang digunakan untuk hiburan atau pertunjukan
adalah sebagai berikut :


Tatak Menabi page
Tatak ini dilakukan oleh para muda-mudi di ladang dan menggambarkan
kegembiraan dari para muda-mudi. Hal ini terjadi karena pada zaman
dahulu, para muda-mudi di daerah Pakpak hanya dapat bertemu dan
berbicara lebih dekat pada saat masa panen. Tatak ini menggambarkan
tentang kegembiraan dalam memanen padi.



Tatak Mendedah
Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana seorang ibu mengasuh
bayinya. Tatak ini hanya dilakukan oleh para perempuan.



Tatak Renggisa
Tatak ini menggambarkan tentang sepasang muda-mudi yang sedang
kasmaran atau sedang jatuh cinta satu sama lain.

Universitas Sumatera Utara



Tatak Garo-garo
Tatak ini mengambarkan tentang kegembiraan muda-mudi dalam masa
panen. Tatak ini memiliki kemiripan dengan tatak menabi pange, namun
dalam tatak garo-garo, hal yang digambarkan tidak hanya dalam memanen
padi, melainkan mulai dari proses menanam sampai memanen padi
tersebut.



Tatak Memuat kopi
Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana proses memetik kopi yang
dilaksanakan oleh para petani di daerah Pakpak.



Tatak Perampuk-ampuk
Tatak ini menggambarkan tentang keharmonisan yang terjalin antara kaum
muda-mudi yang ada dalam kebudayaan masyarakat Pakpak.



Tintoa serser
Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana masyarakat Pakpak dalam
membuka atau memulai suatu ladang pertanian yang dalam hal inj
adalah persawahan.



Tatak Mengindangi
Tatak ini menggambarkan tentang suasana menumbuk padi pada
masyarakat Pakpak. Perlu diketahui bahwa tatak yang sifatnya hiburan
ataupun pertunjukan biasanya hanya di laksanakan oleh para kaum mudamudi. Serta untuk mengiringi tarian ini digunakan ensambel oningoningen. 10

10

Skripsi Sarjana Batoan Sihotang dan wawancara kepada informan yang mengetahui tentang
budaya Pakpak

Universitas Sumatera Utara