Tinjauan Yuridis Terhadap Akad Ijarah (Studi Pengurusan Haji Dan Umrah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan)

32

BAB II
TINJAUAN UMUM AKAD IJARAH
BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

A. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.
Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas
telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal
pendiriannya.
Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah

sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.

Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul
dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi
kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri
perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis
luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan

merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.39
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh
Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota
Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan

39

Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiri, www. Syariah Mandiri.co.id. Diakses

April 2012

32

Universitas Sumatera Utara

33

melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor
asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat

bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi
satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.
Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan
tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok
perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun
1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual
banking system).
Tim pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU
tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila
Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim
Pengembangan

Perbankan

Syariah

segera


mempersiapkan

sistem

dan

infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999.

Universitas Sumatera Utara

34

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh
Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25
Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank

Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank
Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H
atau tanggal 1 November 1999.40
PT Bank Syariah Mandiri cabang Medan hadir, tampil dan tumbuh sebagai
bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai
rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia
menuju Indonesia yang lebih baik.41
Visi dan misi Bank Syariah Mandiri Cabang Medan yaitu : 42
1.
2.
3.
4.
5.

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.
Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.
Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada
segmen UMKM.

Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja
yang sehat.
Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
40

Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiri, www. Syariah Mandiri.co.id. Diakses

April 2012
41

Wawancara dengan T.abdullah sani, Account Officer di Bank Syariah Mandiri cabang
medan, April 2012.
42
Wawancara dengan T.abdullah sani, Account Officer di Bank Syariah Mandiri cabang
medan, April 2012.

Universitas Sumatera Utara

35


6.

Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.
Kepuasan pelanggan yang merupakan bidang jasa yaitu elemen penting dan

menentukan dalam menumbuhkembangkan perusahaan agar tetap eksis menghadapi
persaingan. Peningkatan pelayanan kepada para nasabah adalah hal yang sangat
penting dalam usaha meningkatkan kepuasan para nasabah, karena para nasabah
sangat besar peranannya dalam kontribusi pendapatan secara langsung maupun secara
tidak langsung dalam mendukung eksistensi perusahaan. Konsep kepuasan nasabah
sebenarnya masih bersifat abstrak, pencapaian kepuasan dapat merupakan proses
sederhana, maupun kompleks dan rumit. Dalam hal ini, peranan individu dalam
service counter sangatlah penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk.
Puas atau tidaknya nasabah adalah respon nasabah terhadap evaluasi ketidaksesuaian
atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya atau norma kinerja
lainnya.43
Kepuasan nasabah adalah hal pokok yang tidak boleh diabaikan bagi
perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbankan, dimana kepuasaan nasabah
merupakan aspek stategis dalam memenangkan persaingan mempertahankan citra
perusahaan di masyarakat yang luas, sehingga pelayanan yang bermutu bagi nasabah

merupakan hal penting. Dengan adanya perbankan syariah yang telah memasuki
persaingan berskala global, merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi dan

43

Supranowo, “Analisis dimensi kualitas jasa terhadap kepuasan konsumen di PT. Bank
Syariah Mandiri (Persero), Tbk Blitar” , Jurnal Manajemen Gajayana, 2009, Volume : 6 , No 2, hlm
173.

Universitas Sumatera Utara

36

ditangani oleh Bank syariah untuk dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan
bangsa melalui pemberdayaan ekonomi umat. 44
Pengertian bank syariah secara filosofi adalah bank yang aktivitasnya
meninggalkan masalah riba dengan demikian penghindaran bunga dan bank syariah
mandiri juga merupakan lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syariah Islam, artinya bank dalam beroperasinya mengikuti ketentuanketentuan syariah Islam khususnya menyangkut tata-cara bermuamalat secara Islam.
Atribut-atribut produk islam dari bank syariah mandiri cabang Medan yang
menjadi ukuran sebagai berikut :45

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menghindari unsur riba.
Hasil investasi dibagi menurut bagi hasil(al-mudharabah)
Menghindari unsur ketidakpastian (gharar)
Menghindari unsur gambling/judi (maisir)
Melakukan investasi yang halal.
Melakukan aktivitas sesuai dengan syariah.
Agar dapat melayani kebutuhan ataupun komplain nasabah secara efektif,

dibutuhkan customer service yang dapat menjembatani nasabah dengan layanan bank.
Customer service (pelayanan pelanggan) adalah kualitas perlakuan yang diterima oleh
pelanggan selama berlangsungnya kontrak bisnis dengan perusahaan. Pelayanan yang
baik adalah pelayanan yang mengenai sasaran dalam arti sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan para pelanggan atau nasabah tersebut. Maka dari itu terhadap tuntutan

para nasabah tersebut, diantaranya melalui aktivitas customer service yang bertugas

44
45

Ibid
Ibid

Universitas Sumatera Utara

37

melayani, memberi informasi tentang produk-produk bank dan fasilitas-fasilitas apa
saja yang dimiliki oleh PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan serta menciptakan
hubungan yang harmonis dengan para nasabah atau calon nasabah. Dengan adanya
hubungan baik tersebut akan dapat menarik minat dan perhatian masyarakat untuk
menabung dan meminjam uang di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. 46
Jenis-jenis pelayanan perbankan yang berkenaan langsung dengan nasabah
pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan adalah kegiatan yang terjadi di
banking hall, seperti pelayanan teller, customer service, maupun infrastruktur

pelayanan.47
Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) juga harus
dilaksanakan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan merupakan unsur penting
di industri perbankan syariah mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh
industri perbankan yang semakin meningkat.
Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat posisi daya saing
perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumberdaya dan risiko
secara lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh kepercayaan
pemegang saham dan stakeholders, sehingga BSM dapat beroperasi dan tumbuh
secara berkelanjutan dalam jangka panjang. BSM berkomitmen penuh melaksanakan
GCG di seluruh tingkatan dan jenjang organisasi dengan berpedoman pada berbagai

46
47

Ibid hlm 4
Ibid hlm 5

Universitas Sumatera Utara


38

ketentuan dan persyaratan terkait dengan pelaksanaan GCG. Hal itu diwujudkan
dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi yaitu :48

1. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian internal bank.
2. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal.
3. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian internal.
4. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana berskala besar.
5. Rencana strategis bank.
6. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank.
Untuk mengoptimalkan penerapan Good Corporate Governance, Bank
Syariah Mandiri cabang Medan melakukan penguatan infrastruktur, restrukturisasi
internal yang mengarah kepada praktik terbaik, penyesuaian dan pembaharuan sistem
dan prosedur yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan GCG yang efektif.
Penerapan Good Corpporate Governance di BSM membaik pada tahun 2009
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengukuran tingkat kepatuhan BSM
dalam menerapkan GCG menggunakan checklist (self assessment) dimana hasil
penilaiannya dalam bentuk index. Untuk keperluan internal, penilaian dilakukan
secara semesteran dan untuk keperluan laporan kepada Bank Indonesia, penilaian
dilakukan secara tahunan. Seiring dengan keluarnya Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah dan Unit

48

Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiri, www. Syariah Mandiri.co.id. Diakses

April 2012

Universitas Sumatera Utara

39

Usaha Syariah, BSM sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam PBI tersebut.49
B. Pengertian Akad Menurut Fiqh yang Terdapat Dalam Bank Syariah.
Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat, menyambung atau
menghubungkan. Dikatan ikatan (al-rabth) maksudnya adalah menghimpun atau
mengumpulkan dua ujung tali dan menguatkan salah satunya pada yang lainnya
hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.50
Dalam Al-quran kata al-aqdu terdapat pada surat Al-Maidah ayat (1) bahwa
manusia diminta untuk memenuhi akadnya. Menurut Gemala Dewi beliau mengutip
pendapat Fathurrahman Djamil, istilah al-aqdu dapat disamakan dengan istilah
verbintenis dalam KUHPerdata.51
Definisi perjanjian sendiri telah disebutkan dalam pasal 1313 KUHPerdata,
yaitu suatu perbuatan dimana seseorang atau beberapa orang mengikatkan diri untuk
sesuatu hak terhadap seseorang dan beberapa orang lainnya. Dengan adanya
perjanjian ini maka menimbulkan hubungan hukum antara orang-orang yang
melakukan perikatan. Dengan demikian, hubungan antara perikatan dengan perjanjian
adalah perjanjian yang menerbitkan perikatan, seperti yang tercantum dalam Pasal
1233 KUHPerdata bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik

49

Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiri, www. Syariah Mandiri.co.id. Diakses

April 2012
50

Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Konstektual, cet I, Jakarta, RajaGrafindo Persada,
2002, hal 75.
51
Gemala Dewi, Wirdyaningsih, Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,
Persada Media, Jakarta, 2005, hlm 43.

Universitas Sumatera Utara

40

karena undang-undang, yang tercantum pasal 1234 KUHPerdata karena tiap-tiap
perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau tidak untuk
berbuat sesuatu, bahwa perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan.52
Abdoerraoef yang dikutip Geumala Dewi mengemukakan terjadinya suatu
perikatan (al-aqdu) melalui tiga tahap yaitu :53
1. Al-ahdu (perjanjian dari seseorang untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dan tidak ada sangkut pautnya dengan kemauan orang lain.
Janji ini mengikat orang yang menyatakan untuk melaksanakan janjinya
tersebut, seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam firman QS. Ali
Imran ayat 76.
2. Persetujuan yaitu pernyataan setuju dari pihak kedua untuk melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu sebagai reaksi terhadap janji yang dinyatakan
oleh pihak pertama. Persetujuan tersebut harus sesuai dengan janji pihak
pertama.
3. Apabila dua buah janji dilaksanakan maksudnya oleh para pihak, maka
terjadilah apa yang dinamakan akdu oleh Al-quran yang terdapat dalam QS.
Al-Maidah ayat 1. Maka yang mengikat masing-masing pihak sesudah
pelaksanaan perjanjian itu bukan lagi perjanjian atau ahdu itu, tetapi akdu.
Perbedaan yang terjadi dalam proses perikatan antara hukum Islam dan
KUHPerdata adalah pada tahap perjanjiannya, yaitu:
Pada hukum perikatan Islam, janji pihak pertama adalah terpisah dengan janji
pihak kedua, dimana terjadi dua tahap dalam prosesnya, baru kemudian lahir
perikatan, sedangkan KUHPerdata, perjanjian antara pihak pertama dan pihak kedua
adalah salah satu tahap yang tidak terpisah, yang kemudian melahirkan perikatan
antara keduanya.54
52
Oti Pertiwi, Tesis Penerapan akad al-qardh dalam produk pembiayaan perbankan syariah
suatu penelitian pada Bank BPD Aceh Syariah di Banda Aceh, Program Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2010, hlm 97 diakses tanggal 17 mei 2012 .
53
Ibid, hlm 49.
54
Gemala Dewi., Op.Cit., hlm 47

Universitas Sumatera Utara

41

Akad adalah salah satu bentuk perbuatan hukum (tasharruf) yang
menimbulkan akibat hukum terdapat objek hukum yang diperjanjikan oleh para pihak
dan juga memberikan konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat para pihak. Dan
juga memberikan konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat para pihak.
Musthafa Ahmad az-Zarqa menyatakan bahwa tasharruf adalah segala sesuatu
(perbuatan) yang bersumber dari kehendak seseorang dan syara’ menetapkan atasnya
sejumlah akibat hukum (hak dan kewajiban).55
Definisi syara’ adalah sesuatu yang tergantung padanya keberadaan syar’i dan
dia berada di luar hukum itu sendiri, yang ketiadaannya menyebabkan hukum itu
tidak ada.56
Menurut musthafa ahmad az-zarqa, tasharruf memiliki dua bentuk yaitu:57
a. Tasharruf fi’li (perbuatan) yaitu usaha yang dilakukan manusia dari tenaga
dan badannya.
b. Tasharruf qauli (perkataan), yaitu usaha yang keluar dari lidah manusia.
Tindakan ini dapat bersifat akad dan yang bersifat akad dan yang bersifat non
akad. Tasharruf qauli terdiri dari:
1. Tasharruf qauli aqdi, yaitu sesuatu yang dibentuk dari kedua ucapan kedua
belah pihak yang saling bertalian, yaitu ijab dan qabul. Tindakan ini adalah
merupakan suatu akad yang nantinya akan melahirkan perikatan antara
keduanya.
2. Tasharruf qauli ghairu aqdi, perkataan yang bukan merupakan akad atau
tidak ada ijab qabul, perkataan ini berupa:
a. Perkataan yang berupa pernyataan, yaitu pengadaan suatu hak atau
mencabut suatu hak.
b. Perkataan yang berupa perwujudan, yaitu dengan melakukan penuntutan
hak atau dengan perkataan yang menyebabkan adanya akibat hukum.
55
56
57

Ghufron A. Mas.Adi. Op.cit., hlm 77
Ibid hlm 1691
Ibid, hlm 78, lihat juga Gemala Dewi, Op.cit hlm 48-49 dan Hasballah Thaib Op.cit., hlm.2.

Universitas Sumatera Utara

42

Hasballah Thaib mengatakan bahwa suatu perjanjian menurut jumhur ulama
dikatakan dengan akad, secara terminologi akad didefinisikan dengan pertalian ijab
(pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerima) sesuai dengan
kehendak syariat yang mempengaruhi pada obyek perikatan.58
Muamalah dalam arti sempit adalah ekonomi Islam. Ekonomi Islam mengatur
manusia dalam menjalankan aktivitasnya supaya sesuai dengan prinsip – prinsip
syariah. Prinsip-prinsip syariah antara lain prinsip perbankan non riba, prinsip
perniagaan halal dan tidak haram, prinsip keridhaan para pihak dalam berkontrak,
prinsip dana yang amanah, jujur dan bertanggung jawab.59 Prinsip-prinsip tersebut
itulah yang kemudian dikenal dengan istilah prinsip ekonomi syariah.
Fiqh muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad. Wa’ad adalah
janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya, sementara akad adalah
kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu pihak, yakni pihak yang
memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak
yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dilain
pihak akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing
pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah
disepakati terlebih dahulu.60 Dalam akad, terms and condition-nya sudah di tetapkan
secara terperinci dan spesifik . Bila salah satu atau kedua belah pihak yang terikat

58

M. Hasballah., Op.Cit., hlm 1.
Jafril Khalil, Prinsip Syariah dalam Perbankan, “Jurnal Hukum Bisnis, Vol 20, AgustusSeptember, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, hlm 47.
60
Adiwarman A. Karim., Op.cit hlm 65.
59

Universitas Sumatera Utara

43

dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka menerima
sanksi seperti yang sudah disepakati dalam akad.
Dari segi atau tidak adanya kompensasi fiqh Muamalah membagi lagi akad
menjadi dua bagian yaitu :61
1. Akad tabarru’ (gratuitous contract) adalah segala macam perjanjian yang
menyangkut not-for profit transaction (transaksi nirlaba).

Contoh akad

tabarru’ adalah qard, rahn, hiwalah, wakalah, kafalah, hibah, waqf,
shadaqah, hadiah, dan lain-lain.
2. Akad tijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for propit
transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan,
karena itu bersifat komersil, karena akad tabarru’ ini dapat digunakan untuk
menjembatani atau memperlancar akad-akad tijarah . contoh akad tijarah ada
2 (dua) yaitu ada natural certainty dan natural uncertainty.
Akad tijarah berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya,
akad tijarah pun dapat kita bagi menjadi dua kelompok besar yakni : 62
a.

Natural uncertainty
Natural uncertainty adalah pihak-pihak yang bertransaksi saling
mencampurkan asetnya(baik real asset maupun financial asset) menjadi
satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama-sama untuk
mendapatkan keuntungan karena merupakan kontrak investasi. natural

61
62

Ibid, hlm 66.
Ibid, hlm 70.

Universitas Sumatera Utara

44

uncertainty

akadnya

adalah

wujud,

(musyarakah,

muwafadhah, muzara’ah, musaqah, mukhabarah).

inan,

abdan,

Natural certainty

contracts;
b.

Natural certainty contracts
Natural

certainty

contracts

adalah

kedua

belah

pihak

saling

mempertukarkan asset yang dimilikinya, karena itu objek pertukarannya
(baik barang maupun jasa) pun harus ditetapkan diawal akad dengan
pasti. Baik jumlahnya (quantity), mutunya (quality), harganya (price), dan
waktu penyerahannya (time of delivery). Jadi kontrak-kontrak ini secara
sunatullah (by their nature) menawarkan return yang tetap dan pasti.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah kontrak jual beli, upah –
mengupah, sewa-menyewa, dan lain-lain, yakni akad jual-beli (al,bai’
salam, dan istishna murabahah) dan akad sewa menyewa (ijarah dan
ijarah muntahia bittamlimik).
Ijarah adalah akad memanfaatkan jasa, baik jasa atas barang atau pun jasa
atas tenaga kerja. Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat barang, maka disebut
sewa-menyewa. Sedangkan jika digunakan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja,
disebut upah-mengupah.63
Namun demikian pada zaman modern ini muncul inovasi baru dalam ijarah,
di mana si peminjam dimungkinkan untuk memiliki objek ijarahnya di akhir periode

63

Ibid hlm 74

Universitas Sumatera Utara

45

peminjaman. Ijarah yang membuka kemukinan perpindahan kepemilikan atas objek
ijarah ini disebut ijarah muntahia bittamlimik.
Pihak

yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiah bi al-Tamlik

harus

melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik
dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai.
Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa'd yang
hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah selesai.
C. Pengertian Ijarah Dalam Fiqh dan Bank Syariah Mandiri Cabang Medan
Secara etimologis al-ijarah b e r a s a l d a r i k a t a al-ajru y a n g a r t i
menurut bahasanya ialah al-iwadh yang arti dalam bahasa indonesianya adalah ganti
dan upah.Sedangkan menurut Rahmat Syafi’I dalam fiqh Muamalah ijarah adalah
(menjual manfaat).64
Menurut pengertian syara’ al-ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil
manfaat dengan jalan penggantian. Karena itu menyewakan pohon untuk
dimanfaatkan buahnya, tidaklah sah, karena pohon bukan sebagai manfaat. Demikian
pula halnya menyewakan dua jenis mata uang (emas dan perak), makanan untuk
dimakan, barang.
Ijarah menurut fiqh syafi’i
Hasanuddin

64
65

sebagai

penerjemah

adalah upah dan mengupah65 dan Nor
fiqh

Sunnah

karya

Sayyid

Sabiq

Rahmat Syafi’I, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia. 2004. hlm. 121
Ahmad idris , Fiqh al-Syafi’iyah , Jakarta: Karya Indah. 1986. hlm. 139

Universitas Sumatera Utara

46

menjelaskan makna ijarah dengan sewa menyewa. Dan perbedaan terjemahan kata
ijarah dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.66
Pengertian al-ijarah menurut istilah syariat Islam terdapat beberapa pendapat
Imam Mazhab Fiqh Islam sebagai berikut: :67
1.

Para ulama Mazhab Hanafiyah berpendapat, bahwa al-ijarah adalah suatu
transaksi yang memberi faedah pemilikan suatu manfaat yang dapat diketahui
kadarnya untuk suatu maksud tertentu dari barang yang disewakan dengan
adanya imbalan.

2.

Ulama Mazhab Malikiyah mengatakan, selain al-ijarah dalam masalah ini ada
yang diistilahkan dengan kata al-kira`, yang mempunyai arti bersamaan, akan
tetapi untuk istilah al-ijarah mereka berpendapat adalah suatu `aqad atau
perjanjian terhadap manfaat dari al-Adamy (manusia) dan benda-benda bergerak
lainnya, selain kapal laut dan binatang, sedangkan untuk al-kira` menurut istilah
mereka, digunakan untuk `aqad sewa-menyewa pada benda-benda tetap, namun
demikian dalam hal tertentu, penggunaan istilah tersebut kadang-kadang juga
digunakan.

3.

Ulama Syafi`iyah berpendapat, al-ijarah adalah suatu aqad atas suatu manfaat
yang dibolehkan oleh Syara` dan merupakan tujuan dari transaksi tersebut, dapat

66

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah terjemah Nor Hasanuddin , Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2004

hlm. 203
67

Artikelnonpersonal,http//.xa.yimg.com/kq/groups/24017033/1685526130/.../paper+ijarah.d
oc, diakses tanggal 12 mei 2012

Universitas Sumatera Utara

47

diberikan dan dibolehkan menurut Syara` disertai sejumlah imbalan yang
diketahui.
4.

Hanabilah berpendapat, al-ijarah adalah `aqad atas suatu manfaat yang
dibolehkan menurut Syara` dan diketahui besarnya manfaat tersebut yang
diambilkan sedikit demi sedikit dalam waktu tertentu dengan adanya `iwadah.
Pengertian ijarah menurut Bank Syariah Mandiri cabang Medan adalah akad

penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat atas suatu
barang atau jasa berdasarkan transaksi dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan perpindahan kepemilikan barang itu sendiri.68
Berdasarkan mazhab fiqh Islam dan bank syariah mandiri cabang Medan
mengenai pengertian ijarah telah sesuai dengan ketentuan hukum Islam, dimana
ijarah yang dimaksud adalah suatu manfaat yang dibolehkan yang diberikan oleh
bank kepada nasabah atas suatu barang dan jasa dimana bank mendapat pembayaran
sewa/upah karena pemberian jasa pembiayaan yang diberikan bank syariah mandiri
cabang Medan tersebut.
Dalam hal `aqad ijarah dimaksud terdapat tiga unsur pokok, yaitu pertama,
unsur pihak-pihak yang membuat transaksi, yaitu majikan dan pekerja. Kedua, unsur
perjanjian yaitu ijab dan qabul, dan yang ketiga, unsur materi yang diperjanjikan,
berupa kerja dan ujrah atau upah.

68

Wawancara dengan T.abdullah sani, Account Officer di Bank Syariah Mandiri cabang
medan, April 2012

Universitas Sumatera Utara

48

Al Ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat suatu barang atau
jasa dengan jalan penggantian. Beberapa contoh kontrak ijarah pemilikan manfaat
seperti:69
a. Manfaat yang berasal dari aset seperti rumah untuk ditempati, atau mobil
untuk dikendarai.
b. Manfaat yang berasal karya seperti hasil karya seorang insinyur bangunan,
tukang tenun, tukang pewarna, penjahit.
c. Manfaat yang berasal dari skill/keahlian individu seperti pekerja kantor,
pembantu rumah tangga. Sementara itu, menyewakan pohon untuk
dimanfaatkan buahnya, menyewakan makanan untuk dimakan, dll bukan
termasuk kategori ijarah karena barang-barang tersebut tidak dapat
dimanfaatkan kecuali barang-barang tersebut akan habis dikonsumsi.
Hampir semua ulama fiqih sepakat bahwa ijarah di syariatkan dalam Islam.
Adapun golongan yang tidak menyepakatinya, berpendapat/beralasan bahwa ijarah
adalah jual beli kemanfaatan, yang tidak dapat dipegang (tidak ada) sesuatu yang
tidak ada tidak dapat dikategorikan jual beli. Dalam menjawab pandangan ulama
yang tidak menyepakati ijarah tersebut. Ibn Rusyd berpendapat bahwa kemanfaatan
walaupun tidak berbentuk dapat dijadikan alat pembayaran menurut kebiasaan (adat).

69

Ibid hlm 2

Universitas Sumatera Utara

49

Jumhur ulama berpendapat bahwa ijarah disyariatkan berdasarkan Al- Qur’an, Assunah, dan ijma’.70
Antara sewa dan upah juga ada perbedaan makna operasional, sewa biasanya
digunakan untuk benda, seperti “seorang mahasiswa menyewa kamar untuk tempat
tinggal selama kuliah”, sedangkan upah digunakan untuk tenaga, 71 seperti “Bank
memberikan uang dalam hal ini pembiayaan buat nasabah untuk melakukan suatu
manfaat untuk melakukan pembayaran buat ibadah haji dan umrah. yang di berikan
bank kepada nasabah dengan jalan nasabah memberikan ujrah atau upah kepada
bank, dan pembayarannya nasabah harus melakukannya sesuai dengan tepat waktu
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Harga sewa/upah (ujrah) syarat-syarat yaitu : 72
a.

Harga sewa (ujrah) dapat didefinisikan sebagai imbalan yang diperjanjikan dan
dibayar oleh si penyewa sebagai harta atas manfaat yang dinikmatinya.

b.

Harga sewa (ujrah) harus dinyatakan secara jelas dan sesuatu yang bernilai harta
serta pembayarannya dilakukan sesuai dengan kesepakatan. Sesuai dengan
Hadits Rasullullah S.a.w: Dari Abi Said, Rasulullah berkata: “Bila kamu
menyewa seorang pekerja harus memberi tahu upahnya”. (Hadist AnNasai, no
3797, kitab Imam dan Nazar)

70

Mahfud, Fiqh Muamalah,Mahfud, http://mahfudbawean.blogspot.com/2009/12/blogpost.html diakses tanggal 18 mei 2012
71
Tu’nas
Fuaidah,
F i q i h 2 http://www.scribd.com/doc/73806666/pengertianijarah, diakses tanggal 12 mei 2012
72
Didik hijrianto, Tesis Pelaksanaan pembiayaan akad ijarah muntahia bittamlik pada bank
muamalat cabang mataram, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Semarang, 2010, hlm 97 diakses tanggal 17 mei 2012

Universitas Sumatera Utara

50

c.

Jika manfaat sewa telah dinikmati, sedangkan nilai sewa tidak ditentukan, maka
besarnya sewa dari manfaat yang senilai harus dibayarkan.

d.

Kebanyakan ulama membolehkan membayar ujrah selain dalam bentuk uang,
yaitu dalam bentuk manfaat yang serupa dengan objek kontrak. Mis: harga sewa
rumah selama sehari sebesar 300 ribu, kemudian si pemilik rumah membutuhkan
mobil untuk kebutuhan nikah anaknya selama satu hari dan kebetulan si penyewa
rumah memiliki mobil dan dengan kesepakatan harga sewa kedua belah pihak
akhirnya harga sewa rumah dibayar dengan harga sewa mobil.

e.

Kelenturan (flexibility) dalam menentukan ujrah dapat ditentukan dalam ukuran
waktu, tempat, dan jarak. Misalnya, seseorang berkata kepada lainnya: ”jika
anda menjahitkan baju ini untuk saya pada hari ini, upahnya Rp 30.000,00.
Sedangkan jika Anda menjahitkannya besok, upahnya Rp 20.000,00”. Atau jika
Anda tinggal dirumah ini sebagai pedagang emas, maka sewanya adalah Rp 2
juta, sedangkan jika Anda sebagai pembuat parfum, sewanya Rp 1juta ”, dan
sebagainya.

f.

Pembayaran ujrah di muka dibolehkan dalam syariah. Hal tersebut dapat
merupakan pembayaran di muka dari total ujrah. Dalam ujrah semua
pembayaran

adalah

sewa

yang

dapat

dipercepat

atau

ditunda,

baik

keseluruhannya atau sebagian (jika ia merupakan bagian dari total ujrah).
Pembayaran itu dapat dilakukan secara angsuran atau ditangguhkan setelah yang
bersangkutan mengambil manfaat dari jasa tersebut.

Universitas Sumatera Utara

51

Menurut Sayyid Sabiq, ijarah adalah suatu jenis akad yang mengambil
manfaat dengan jalan penggantian. Dengan demikian pada hakikatnya ijarah adalah
penjualan manfaat yaitu pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dan jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad ijarah tidak ada perubahan
kepemilikan tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada
penyewa.73
D. Dasar Hukum Akad Ijarah dalam fiqh Islam dan Bank Syariah Mandiri
Cabang Medan
Adapun landasan hukum ijarah dari Al-Qur’an dapat ditemukan antara lain
pada Surah Az-Zuhruf ayat 32 ialah74

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

73

Ibid hlm 3
Artikel non personal, Ijarah, http://ebookbrowse.com/paper-ijarah-doc-d141004811, diakses
tanggal 16 juni 2012.
74

Universitas Sumatera Utara

52

Ayat ke 32 surat Az zukhruf ini didahului dengan kisah Nabi Ibrahim a.s,
bahwa ia berlepas diri dari apa yang dilakukan ayahnya dan kaumnya yang
mempraktikan kemusyrikan dengan menyembah berhala meskipun Nabi Ibrahim a.s
telah memberikan kabar peringatan kepada mereka. Namun demikian Allah tidak
tetap memberikan nikmat kehidupan hingga kepada keturunan mereka, hingga datang
rasul terakhir yang membawa Al Qur’an yaitu Rasulullah Muhammad saw. Dan
ketika kebenaran itu datang mereka tetap mengingkarinya dan berkata bahwa apa
yang dibawa oleh Rasulullah saw tidak lain adalah sihir, dan dengan menantang
mereka berkata mengapa pula Al-Quran diturunkan pada Muhammad saw yang
mereka anggap biasa saja, alih-alih pembesar penting yang memiliki banyak materi
dari negeri Mekah atau Thaif. Atas perkataan mereka Allah menyanggah siapakah
hakekat mereka hingga dengan lancangnya

mereka mengatakan amanah dan

tanggung jawab ini dan itu lebih pantas diserahkan kepada si orang ini atau orang
yang lain itu.
Kemudian Allah menerangkan bahwa Allah telah membedakan hambanya
berkenaan dengan harta kekayaan, rezeki, akal, pemahaman, dan sebaginya yang
merupakan kekuatan lahir dan batin,agar satu sama lain saling menggunakan
potensinya dalam beramal, karena yang ini membutuhkan yang itu dan yang itu
membutuhkan yang ini. Kemudian Allah menutup ayat dengan menegaskan bahwa
apa-apa yang dirahmatkan Allah kepada para hamba-nya adalah lebih baik bagi
mereka dari pada apa-apa yang tergenggam dalam tangan mereka berupa pekerjaanpekerjaan dan kesenangan hidup duniawi. Ayat ini pun dijadikan dasar bahwa

Universitas Sumatera Utara

53

pemanfaatan jasa atau skill orang lain adalah suatu keniscayaan kerena Allah
menciptakan makhluknya dengan potensi yang beraneka ragam agar mereka saling
bermuamalah.75
Surah Al-Baqarah ayat 233 terjemahannya ialah76
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua tahun
genap, iaitu bagi orang hendak menyempurnakan penyusuan itu: dan
kewajiban bapak ialah memberi makan dan pakaian kepada ibu itu menurut
cara yang sepatutnya. Tidaklah diberatkan seseorang melainkan menurut
kemampuannya. Janganlah menjadikan seseorang ibu itu menderita kerana
anaknya, dan (jangan juga menjadikan) seseorang bapa itu menderita kerana
anaknya dan waris juga menanggung kewajipan yang tersebut (jika si bapa
tiada). Kemudian jika keduanya (suami isteri) mahu menghentikan penyusuan
itu dengan persetujuan (yang telah dicapai oleh) mereka sesudah berunding,
maka mereka berdua tidaklah salah (melakukannya). Dan jika kamu hendak
beri anak-anak kamu menyusu kepada orang lain, maka tidak ada salahnya
bagi kamu apabila kamu serahkan (upah) yang kamu mahu beri itu dengan
cara yang patut. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, serta ketahuilah,
sesungguhnya Allah sentiasa melihat akan apa jua yang kamu lakukan”
Surah Al-Baqarah ayat 233 ini berisi bimbingan Allah kepada ayah dan ibu
dalam menunaikan tanggungjawabnya sebagai orang tua. Pada awal ayat Allah
memberikan bimbingan kepada para ibu bayi agar menyusui anaknya secara
sempurna yaitu selama

dua tahun setelah itu tidak ada lagi penyusuan, namun

ditujukan bagi mereka yang ingin melakukan proses secara sempurna.
Menyusui bukan merupakan kewajiban bagi ibu bayi, hanya merupakan
anjuran, namun menunaikannya akan lebih memberikan masalah bagi bayi.
Kemudian ayat dilanjutkan dengan mewajibkan bagi para ayah untuk memberikan
75
76

Ibid hlm 6-7
Ibid hlm 4

Universitas Sumatera Utara

54

biaya hidup dan sandang yang ma’ruf ibu bayi selaras dengan adat istiadat yang
berlaku di negara masing-masing tanpa berlebihan atau berkekurangan serta selaras
dengan kesanggupan dan kelancaran ayah si bayi. Jadi memberikan nafkah kepada
isteri merupakan kewajiban bagi para suami, namun disesuaikan dengan kemampuan.
Hadirnya anak merupakan rahmat dan amanah dari Allah SWT kepada hamba-Nya,
oleh karena itu ayah tidak boleh dengan sengaja membuat penderitaan kepada ibu
melalui anaknya, misalnya ayah merampas anak dari ibu dengan tujuan membuat ibu
menderita, atau sebaliknya ibu sengaja menyusahkan ayah dengan menolak untuk
merawat anak dengan tujuan untuk menyusahkan ayah dalam mendidik anak. Apabila
karena sebab kesulitan satu dan lain hal, ibu dan ayah bersepakat untuk anaknya
menyusu dari perempuan lain, maka hal tersebut dibolehkan dengan syarat pemberian
pembayaran yang patut atas manfaat yang diberikan perempuan lain atau ibu susu
kepada bayi mereka.
Kasus penyusuan ini menjadi dasar atas dibolehkannya mendapatkan
pembayaran atas pekerjaan, manfaat atau jasa yang dilakukan kepada orang lain.
Kemudian ayat ditutup dengan perintah agar hambanya bertakwa kepada Allah dan
mengingatkan kebesaran Allah bahwa Allah Maha melihat apa-apa yang dilakukan
hambanya. Demikianlah

penafsiran yang diberikan segolongan

tabi’i dan yang

lainnya.77
Surah Al-Qashash ayat 26 dan 27 ialah78

77
78

Ibid hlm 5
Ibid hlm 7

Universitas Sumatera Utara

55

Terjemahanny
nya ialah
”Salah seoran
rang dari kedua wanita itu berkata: Ya bapakku
kku ambillah
ia sebagai orang
or
yang bekerja (pada kita), karena sesu
esungguhnya
orang yang paling
pa
baik yang kamu ambil untuk bekerjaa (pada
(p
kita)
ialah orang yang
ya kuat lagi dapat dipercaya. (28-26)
Berkatalah ddia (Syu’aib) : ”Sesungguhnya aku bermaksud
b
menikahkan ka
kamu dengan salah seorang dari kedua anakk
kku ini, atas
dasar bahwaa kkamu bekerja denganku delapan tahun dan
an jika kamu
cukupkan sep
epuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaik
baikan) dari
kamu, makaa aaku tidak hendak memberati kamu. Dan ka
kamu insya
Allah akan mendapatiku
me
termasuk orang-orang yang baik.”
ik.” (28-27)
Ayat ini berisi
risi mengenai setelah Musa keluar dari Mesir
ir M
Musa menuju negeri
Madyan, di situ Mus
usa bertemu dua wanita kakak beradik yang
ng kesulitan memberi
minum dombanya dari
dar sumur, karena dihalangi orang-orang. Oran
rang-orang itu setelah
memberi minum pad
ada domba mereka kemudian menutup sumuur dengan batu-batu
yang hanya bisa dian
iangkat oleh sepuluh orang laki-laki. Musa kkemudian menolong
mereka dengan menga
ngangkat batu-batu itu agar wanita itu bisa mem
emberi minum domba

Universitas Sumatera Utara

56

mereka. Musa sangat
at kelaparan dan keletihan dalam perjalanannya
nya itu. Wanita kakak
beradik itu kemudian
ian memberitahu mengenai Musa kepada ayah
ah mereka yang telah
tua renta, dan ayah
ah mereka menyuruh keduanya untuk mema
manggil Musa untuk
menemuinya.

Orang
ang

tua

itu

meminta

Musa

untuk

bbekerja

kepadanya

menggembalakan tern
ternak domba selama 8 tahun dan sebagai upahn
hnya adalah menikahi
salah satu dari kedua
ua anaknya. Setelah delapan tahun Musa dibe
iberi kebebasan untuk
tidak bekerja lagi pad
adanya, namun apabila Musa mneggenapkanny
nya menjadi 10 tahun
maka itu merupakann kkenaikan dari Musa.
Menurut mah
ahzab hambali ayat ini menjadi dalil bagii sahnya
s
pembayaran
upah dengan makanan
nan atau pakaian.79
Surah Ath-Thaalaq ay
ayat 6 antara lain80

“Tempatkanla
lah mereka (para isteri) di mana kamu bertemp
mpat tinggal menurut
kemampuanmu
mu dan janganlah kamu menyusahkan
kan mereka untuk
menyempitkan
an (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-iste
isteri yang sudah di
talaq) itu sedang
sed
hamil, maka berikanlah kepada mer
ereka itu nafkahnya
hingga mereka
eka bersalin, kemudian jika mereka menyusuk
sukan (anak-anak)mu
untukmu maka
aka berikanlah kepada mereka upahnya; dann musyawarahkanlah
79
80

Ibid hlm 8
Ibid

Universitas Sumatera Utara

57

di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (QS.
65:6)
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa menjadi kewajiban bagi suami
memberi tempat tinggal yang layak sesuai dengan kemampuan suaminya kepada istri
yang tengah menjalani idah. Jangan sekali-kali berbuat yang menyempitkan dan
menyusahkan hati istri itu dengan menempatkannya pada tempat yang tidak layak
atau membiarkan orang lain tinggal bersama dia, sehingga ia merasa harus
meninggalkan

tempat

itu

dan

menuntut

tempat

lain

yang

disenangi.

Jika istri-istri yang ditalak ba'in sedang hamil, maka wajib mereka itu diberi nafkah
secukupnya sampai mereka melahirkan, karena apabila mereka itu melahirkan maka
habislah masa idahnya. Sekalipun mereka itu sudah habis masa idahnya, tetapi
mereka menyusukan anak-anak dari suami yang menalaknya, maka mereka wajib
diberi upah sebesar yang umum berlaku, oleh ayah anak-anak itu. Sebaliknya ayah
dan ibu dari anak-anak itu merundingkan bersama tentang kemaslahatannya (anakanak) itu mengenai kesehatan pendidikan dan sebagainya.
Apabila antara kedua belah pihak tidak terdapat kata sepakat, maka pihak
ayah boleh saja memilih perempuan lain yang dapat menerima dan memahami
kemampuannya itu, untuk menyusukan anak-anaknya. Sekalipun demikian, kalau
anak itu tidak mau menyusu kepada perempuan lain, tetapi maunya kepada ibunya

Universitas Sumatera Utara

58

juga, maka wajiblah
lah anak itu menyusu pada ibunya, dengann nafkah yang sama
besarnya seperti nafka
fkah yang diberikan kepada orang lain.81
Surah Al-Kahfi ayat 77
7 82

Artinya :
”Maka keduan
uanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampa
pai kepada penduduk
suatu negeri,
ri, mereka minta dijamu kepada penduduk
uk negeri itu, tetapi
penduduk negeri
neg
itu tidak mau menjamu mereka, kemudian
ke
keduanya
mendapatkan
n dalam negeri itu dinding rumah yang ha
hampir roboh, maka
Khidhr meneg
egakkan dinding itu. Musa berkata: Jikalau
u kamu
k
mau, niscaya
kamu mengam
ambil upah untuk itu.” (QS. 18:77)
Surat Al kahfi
hfi menceritakan tentang Musa dan sahabatny
tnya Khidir, keduanya
berkelana setelah sebelumnya
se
mencapai kesepakatan untuk
k bersahabat. Khidir
mensyaratkan agar M
Musa jangan memulai menanyakan sesuatu yyang ganjil baginya,
sebelum Khidir men
enerangkan dan menjelaskannya, setelah dua
du kali perjalanan
mereka sampai padaa negeri
n
Elia atau Li’ama atau Bakhla, namunn ppenduduk negeri itu
menolak untuk menja
njamu mereka. Di negeri itu pula mereka me
mendapati ada sebuah
rumah yang hampir
ir roboh. Lalu Khidir menegakkannya kemba
bali. Musa kemudian
mengatakan kepadaa Khidir untuk meminta upah kepada pen
enduduk negeri atas
81
82

Ibid hlm 9
Ibid

Universitas Sumatera Utara

59

perbuataanya telah menegakkan rumah tersebut, apalagi setelah penduduk negeri itu
sama sekali tidak menjamu mereka.
Ayat ini dapat dijadikan rujukkan bahwa manusia dapat meminta upah atas
pekerjaan yang telah dilakukan.83
Sedangkan landasan hukum yang berasal dari Hadits Nabi SAW antara lain
Hadits Al-Bukhari yang meriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah menyewa seseorang
dari Bani Ad-Diil bernama Abdullah bin Al Uraiqith sebagai petunjuk jalan yang
professional.84
Bank syariah mandiri cabang Medan memberikan pembiayaan yang dapat
diaplikasikan ditentukan sesuai manfaat untuk kekurangan dana nasabah dan Bank
memberikan pembiayaan yang diperlukan nasabah sesuai dasar hukum akad ijarah
yang ada di Bank Syariah mandiri cabang medan yaitu:85
1. Anggaran Dasar PT. Bank Syariah Mandiri berikut perubahannya.
2. Fatwa

Dewan

Syariah

Nasional

No.09/DSN-MUI/IV/2000,

tentang

pembiayaan ijarah.
3. Kebijakan Manajemen Risiko PT. Bank Syariah Mandiri.
4. Pedoman pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri.
Bank Syariah mandiri cabang Medan memberikan pembiayaan akad ijarah
berdasarkan landasan syariah yang tercantum dalam al-quran dan al-hadits yaitu: 86

83

Ibid hlm 10
Ibid
85
Wawancara dengan T.abdullah sani, Account Officer di Bank Syariah Mandiri cabang
medan, April 2012
86
Wawancara dengan T.abdullah sani, Account Officer di Bank Syariah Mandiri cabang
medan, April 2012
84

Universitas Sumatera Utara

60

1. Surah Al-baqarah ayat 233 yang terjemahannya ”Dan jika kamu ingin anakmu
disusunkan oleh orang lain maka tidak dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut patut. Bertaqwalah kamu kepada allah dan
ketahuilah bahwa allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
2. Surah Al-qashas ayat 26 artinya adalah ya bapakku ambillah ia sebagai orang
yang berkerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk berkerja pada kita ialah orang yang lagi kuat lagi dapat
dipercaya.
3. Al-hadits diriwayatkan dari ibnu abbas, bahwa Rasulullah bersabda
berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang
bekam itu” (H.R. Bukhari dan Muslim).
4. Al-hadits dari ibnu umar, bahwa Rasulullah bersabda berikanlah upah pekerja
sebelum keringatnya kering (H.R. ibnu majah).
1.

Dasar Hukum akad ijarah dalam Islam.
Dasar hukum Jumhur ulama berpendapat bahwa ijarah disyariatkan
berdasarkan Al Qur’an, As sunnah dan ijma’ yaitu :87
a. Al qur’an.
Artinya : “ Jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu maka
berikanlah upahnya” (QS. Thalaq : 6).

87

Ibid

Universitas Sumatera Utara

61

b. As – sunnah.
Artinya : “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”
(Hr. Ibn Majah dari Ibn Umar).
c. Ijma’.
Umat islam pada masa sahabat telah berijma’ bahwa ijarah dibolehkan sebab
bermanfaat bagi manusia.
2.

Rukun akad ijarah
Rukun ijarah menurut ulama Hanafiyah, rukun al-ijarah itu hanya satu, yaitu
ijab (ungkapan menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap (sewa
menyewa).88 Rukun ijarah menjadi sah dengan ijab kabul dengan lafaz sewa atau
kuli dan berhubungan dengannya, serta lafaz (ungkapan) apa saja yang dapat
menunjukkan hal tersebut. Menurut Jumhur Ulama mengatakan bahwa rukun
akad ijarah itu ada (3) tiga, yaitu :89
a. Aqid (orang yang berakad/al-mu’jir dan al-musta’jir)
Al-mu’jir terkadang juga disebut dengan al-ajir yang keduanya mengacu pada
makna yang sama, yang menyewakannya, yaitu orang yang menyerahkan
barang barang sewaan dengan akad ijarah (pemberi sewa). Istilah al-ajir,
yaitu orang yang menyewakan dirinya atau pekerja (pemberi jasa), sedangkan
yang dimaksud dengan al-musta’jir adalah orang yang menyewa (penyewa).
b. Shighat (ijab dan kabul/ akad).

88
89

Hasballah thaib, Op.Cit, hlm 68
Ibid

Universitas Sumatera Utara

62

Sebagaimana dalam halnya sighat dalam jual beli, persyaratan shighat dalam
ijarah juga sama dengan persyaratan sighat dalam jual beli.
c. Objek akad sewa/manfaat sewa/upah/ujrah(ma’qud’alayh).
Dalam akad ijarah sebagaimana transaksi pertukaran lainnya, juga terdapat
dua buah objek akad, yaitu benda/manfaat/pekerjaan dan uang sewa/upah.
Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa orang yang berakad, sewa/imbalan, dan
manfaat, termasuk syarat-syarat al-ijarah, bukan rukunnya.90 Untuk kedua
belah pihak yang melakukan akad disyaratkan berkemampuan, yaitu keduaduanya berakal dan dapat membedakan. Jika salah seorang yang berakad itu
gila atau anak kecil yang belum dapat membedakan, maka akad menjadi tidak
sah. Mazhab imam Asy Syafi’I dan Hambali menambahkan satu syarat lagi,
yaitu balig. Menurut meraka anak kecil sekalipun sudah dapat membedakan,
dinyatakantidak.91
Hukum ijarah sahih adalah tetapnya kemanfaatan bagi penyewa dan tetapnya
upah bagi pekerja atau orang yang menyewakan ma’qud alaih. Sebab ijarah
termasuk jual beli pertukaran, hanya saja dengan kemanfaatan.
3.

Sifat akad ijarah
Sifat akad ijarah, menurut ulama fikih berbeda pendapat tentang sifat akad

ijarah, apakah bersifat mengikat kedua belah pihak atau tidak. Ulama Mazhab Hanafi
berpendirian bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat, tetapi bisa dibatalkan secara

90
91

Ibid
Ibid

Universitas Sumatera Utara

63

sepihak apabila terdapat uzur dari salah satu pihak yang berakad, seperti salah satu
pihak wafat atau kehilangan kecakapan bertindak hukum. Akan tetapi, jumhur ulama
mengatakan bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau barang
itu itu tidak bisa dimanfaatkan. Akibat perbedaan pendapat ini terlihat dalam kasus
apabila seseorang yang berakad meninggal dunia, Menurut ulama Mazhab Hanafi
apabila salah seseorang yang berakad meninggal dunia, maka akad ijarah batal,
karena manfaat tidak bisa diwariskan. Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa
manfaat itu bisa diwariskan karena termasuk harta (al-mal). Oleh sebab itu, kematian
salah satu pihak yang berakad tidak membatalkan akad ijarah.92
4.

Syarat- syarat sahnya akad ijarah diperlukan syarat sebagai berikut:93
a. Kerelaan dua pihak yang melakukan akad.
Kalau salah seorang dari mereka dipaksa untuk melakukan ijarah, maka tidak
sah berdalil kepada firman allah yaitu:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlangsung suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu. (Q.S.:4 ayat 29)
b. Mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang diakadkan, sehingga
mencegah terjadinya perselisihan yaitu dengan jalan menyaksikan barang itu
sendiri, atau kejelasan sifat-sifatnya jika dapat hal ini dilakukan, menjelaskan

92

Abdul Azis Dahlan , Ensiklopedia Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru van hoeve, Jakarta, 1996,

93

Ibid hlm 12

hlm 662

Universitas Sumatera Utara

64

masa sewa; seperti sebulan atau setahun atau lebih atau kurang, serta
menjelaskan pekerjaan yang diharapkan.
c. Hendaklah barang yang menjadi obyek transaksi (akad) dapat dimanfaatkan
kegunaannya menurut kriteria, realita dan syara’sebagian diantara para ulama
fikih ada yang membebankan persyaratan ini untuk itu ia berpendapat, bahwa
menyewakan barang yang tidak dapat dibagi tanpa dalam keadaan lengkap,
hukumnya tidak boleh, sebab manfaat kegunaannya tidak dapat ditentukan.
Pendapat ini adalah pendapat Mazhab Abu Hanifah dan sekelompok ulama.
d. Dapat diserahkannya sesuatu yang disewakan berikut kegunaan (manfaatnya).
Maka tidak sah penyewaan binatang yang buron dan tidak sah pula binatang
yang lumpuh, karena tidak dapat diserahkan. Begitu juga tanah pertanian yang
tandus dan binatang untuk pengangkutan yang lumpuh, karena tidak
mendatangkan kegunaan yang menjadi obyek dari akad ini.
e. Manfaat adalah hal yang mubah, bukan yang diharamkan. Maka tidak sah
sewa menyewa dalam hal maksiat, karena maksiat wajib ditinggalkan. Orang
yang menyewa seseorang untuk membunuh seseorang secara aniaya, atau
menyewakan rumahnya kepada orang yang menjual khamar atau untuk
digunakan tempat main judi atau dijadikan gereja, maka menjadi ijarah fasia.
Demikian juga memberi upah kepada tukang ramal dan tukang hitung-hitung
dan semua pemberian dalam rangka orang yang peramalan yaitu orang yang
meramalkan berita-berita yang bakal terjadi dimasa datang dan ia mengakui
mengetahui rahasia-rahasia. Dan tukang hitung-hitung adalah orang yang

Universitas Sumatera Utara

65

mengakui bahwa dirinya mengetahui barang-barang yang dicuri dan
mengetahui dimana barang yang hilang berada dan semua pemberian dalam
rangka peramalan dan perhitungan, karena upah yang ia berikan adalah
penggantian dari hal yang diharamkan dan termasuk kedalam kategori
memakan uang manusia dengan batil. Tidak sah pula ijarah puasa dan shalat,
karena ini termasuk fardhu’ain yang wajib dikerjakan oleh orang yang terkena
kewajiban.
5.

Macam-macam ijarah
Macam- macam ijarah dilihat dari segi objeknya, akad ijarah dibagi oleh

ulama fikih menjadi dua macam yaitu yang bersifat manfaat barang dan yang bersifat
pekerjaan. Ijarah yang bersifat manfaat barang, umpamanya adalah sewa-menyewa
rumah, toko, kendaraan, pakaian, dan perhiasan. Apabila manfaat itu merupakan
manfaat yang dibolehkan syarat untuk dipergunakan, maka ulama fikih sepakat
menyatakan boleh dijadikan objek sewa-menyewa. Ijarah yang bersifat pekerjaan
ialah dengan cara mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.
Ijarah seperti ini menurut ulama fiqh hukumnya boleh apabila jenis perkerjaan itu
jelas, seperti buruh bangunan, tukang