Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN BANK MANDIRI KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH MANDIRI

OLEH

Hafifah 090502211

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN BANK MANDIRI KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH MANDIRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan risiko keuangan pada Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini adalah penelitian komparasi dengan metode analisis yang digunakan adalah analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan Z-Score. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan risiko keuangan pada Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri. Dimana secara umum rasio keuangan dan nilai Z-Score Bank Syariah Mandiri lebih baik dari Bank Mandiri Konvesional. Dengan kata lain risiko keuangan Bank Syariah Mandiri lebih rendah daripada Bank Mandiri Konvensional


(3)

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK CONVENTIONAL BANK MANDIRI AND ISLAMIC BANK MANDIRI

This study aimed to know whether is the defferences in financial risk on PT Conventional Bank Mandiri and Bank Syariah Mandiri. This study is comparative study with method of analysis used is the analysis of financial ratio and discriminant analysis of Z-Scroe.

The result showed that there are defrences in financial risk on Conventional Bank Mandiri and Bank Syariah Mandiri. Where the general financial ratios and the Z-Score Bank Syariah Mandiri better than Conventional Bank Mandiri. In other words the financial risk of Bank Syariah Mandiri are lower than Conventional Bank Mandiri.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat yang tidak terkira besarnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. dan Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Skripsi ini berjudul “Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri”. Peneliti telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang teristimewa kepada orang tua saya Ibu Suryati, yang selalu menyayangi, mendidik, memberikan semangat seta doa yang tiada henti kepada penulis. yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku sekretaris S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan ilmu, saran, waktu tenaga dan pikiran untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan ilmu, saran, waktu tenaga dan pikiran untuk membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Yeni Absah, SE., M.Si, selaku Dosen Akademik yang telah membimbing saya selama masa perkuliahan.

7. Dosen-dosen dan Pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. kakak dan adik penulis yang terkasih yaitu Rahmi Fitri dan Auny Azri serta calon suami tersayang Hairusyah Putra yang selalu memberikan dukungan, waktu dan kegembiraan dimasa-masa penulis menghadapi kendala dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman organisasi Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMM) Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan teman kantor Peugeot PT Capella Medan


(6)

10. Sahabat-sahabat yang telah memberikan waktu, saran, dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini (Amni, Apriella, Chatrine, Annisa, Iyank, Melitha, Pradigta, Yefta, Sitta, Meme).

Atas bantuan semua pihak diatas, penulis tidak akan dapat melupakan serta membalas semua bentuk bantuan yang telah diberikan. Penulis hanya dapat menyerahkan dan memanjatkan doa kehadirat Allah SWT dalam membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak.

Medan, September 2013

Penulis,

NIM. 090502211


(7)

DAFTAR ISI

JUDUL Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1... Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Uraian Teoritis ... 11

2.1.1 Perbankan ... 11

2.1.1.1 Pengertian Bank ... 11

2.1.1.2 Fungsi Bank ... 12

2.1.1.3 Jenis Bank ... 13

2.1.2 Bank Konvensional ... 14

2.1.2.1 Pengertian Bank Konvensional ... 14

2.1.2.2 Sumber Dana Bank ... 15

2.1.2.3 Kegiatan Usaha Perbankan ... 15

2.1.3 Bank Syariah ... 16

2.1.3.1 Pengertian Bank Syariah ... 16

2.1.3.2 Kegiatan Usaha Bank Syariah ... 18

2.1.4 Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah 25

2.1.5 Risiko Finansial ... 28

2.1.6 Pengukuran Rasio Keuangan Perbankan ... 30

2.1.7 Analisis Diskriminan Z-Score ... 36

2.2 Penelitian Terdahulu ... 41

2.3 Kerangka Konseptual ... 44


(8)

BAB 3 METODE PENELITIAN... 48

3.1 Jenis Penelitian ... 48

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

3.3 Batasan Operasional ... 48

3.4 Definisi Operasional ... 49

3.5 Objek Penelitian ... 53

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 53

3.7 Teknik Analisis Data ... 53

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 55

4.4.1 PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk ... 55

4.4.2 PT Bank Syariah Mandiri ... 57

4.2 Hasil Penelitian ... 59

4.2.1 Analisis Rasio Keuangan PT Bank Mandiri, Tbk ... 59

4.2.2 Analisis Rasio Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri .. 63

4.2.3 Analisis Diskriminan PT. Bank Mandiri, Tbk ... 66

4.2.4 Analisis Diskriminan PT. Bank Syariah Mandiri ... 67

4.4 Pembahasan ... 69

4.4.1 Rasio Keuangan Permodalan (Capital) ... 69

4.4.2 Rasio Rentabilitas (Earning) ... 69

4.4.3 Rasio Likuiditas ... 69

4.4.4 Tingkat Risiko Keuangan ( Z-Score) ... 70

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(9)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

1.1 Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri ... 6

2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 27

2.2 Perbandingan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga ... 28

2.3 Kriteria Analisis Z-Score ... 37

3.1 Rasio Keuangan ... 51

4.1 Rekapitulasi Rasio-Rasio Keuangan PT Bank Mandiri, Tbk Tahun 2008-2012 ... 59

4.2 Rekapitulasi Rasio-Rasio Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-2012 ... 63

4.3 Hasil Perhitungan Z-Score PT. Bank Mandiri, Tbk Tahun 2008-2012 ... 66

4.4 Hasil Perhitungan Z-Score PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-2012 ... 67


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. ... Rasio Keuangan Bank Mandiri Konvensional

Tahun 2008-2012 ... 76 2. Rasio Z-Score Bank Mandiri Konvensional tahun

208-2012 ... 78 3. Neraca Bank Mandiri Konvensional tahun

2008-2012 ... 80 4. Laporan Rugi/LabaBank Mandiri Konvensional

Tahun 208-2012 ... 84 5. Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri tahun 2008-

2012 ... 87 6. Rasio Z-Score Bank Syariah Mandiri tahun 2008-

2012 ... 89 7. Neraca Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2012 ... 91 8. Laporan Rugi/Laba Bank Syariah Mandiri tahun 2008


(12)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN BANK MANDIRI KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH MANDIRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan risiko keuangan pada Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini adalah penelitian komparasi dengan metode analisis yang digunakan adalah analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan Z-Score. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan risiko keuangan pada Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri. Dimana secara umum rasio keuangan dan nilai Z-Score Bank Syariah Mandiri lebih baik dari Bank Mandiri Konvesional. Dengan kata lain risiko keuangan Bank Syariah Mandiri lebih rendah daripada Bank Mandiri Konvensional


(13)

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK CONVENTIONAL BANK MANDIRI AND ISLAMIC BANK MANDIRI

This study aimed to know whether is the defferences in financial risk on PT Conventional Bank Mandiri and Bank Syariah Mandiri. This study is comparative study with method of analysis used is the analysis of financial ratio and discriminant analysis of Z-Scroe.

The result showed that there are defrences in financial risk on Conventional Bank Mandiri and Bank Syariah Mandiri. Where the general financial ratios and the Z-Score Bank Syariah Mandiri better than Conventional Bank Mandiri. In other words the financial risk of Bank Syariah Mandiri are lower than Conventional Bank Mandiri.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Sistem keuangan merupakan salah satu kreasi yang paling krusial dalam masyarakat modern dewasa ini. Tidak dapat dibayangkan, ketiadaan sistem keuangan akan membawa perekonomian ke era terbelakang. Sistem pembayaran dan intermediasi tidak mungkin akan terlaksana tanpa adanya sistem keuangan. Tugas utama sistem keuangan dalam perekonomian modern adalah memindahkan dana dari penabung kepada peminjam yang membutuhkan dana untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa serta melakukan investasi dalam bentuk peralatan-peralatan baru sehingga perekonomian dapat tumbuh dan pada akhirnya akan meningkatkan standart kehidupan. Sistem keuangan dapat diartikan sebagai kumpulan institusi, pasar, ketentuan perundangan, peraturan-peraturan, dan teknik-teknik dimana surat-surat berharga diperdagangkan, tingkat bunga ditetapkan, dan jasa-jasa keuangan (financial services) dihasilkan serta ditawarkan keseluruh bagian dunia. (Rose, 2000).

Sistem perbankan merupakan salah satu yang termasuk didalam sistem keuangan, yang pada dasarnya merupakan tatanan perekonomian dari suatu negara yang memiliki peran utama dalam menyediakan fasilitas jasa keuangan. Peranan perbankan selain sebagai lembaga penghimpun dana dari masyarakat, Bank juga merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan. Bank mempunyai peran yang sangat penting dalam perekonomian yaitu sebagai perantara dibidang keuangan yang memenuhi kebutuhan masyarakat maupun pemerintah dan diharapkan dapat


(15)

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Perkembangan bank di suatu negara dapat dijadikan sebagai tolok ukur kemajuan dari negara tersebut.

Bank mempunyai fungsi sebagai penyalur dana, dengan menghimpun dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada pihak yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Fungsi sebagai penyedia dana ini menyebabkan pengaruh dominan perbankan terhadap perekonomian dalam hubungannya dengan pendanaan organisasi bisnis atau perusahaan.

Dalam praktiknya bank dibagi dalam beberapa jenis. Jika ditinjau dari segi fungsinya bank dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu: Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank sentral merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berhubungan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan disuatu negara. Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan ketentuan perundangan, dalam kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima tabungan dan deposito berjangka, namun tidak dibenarkan menerima simpanan giro dan tidak diperkenankan memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum, berdasarkan peraturan, dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito berjangka, lalu menyalurkannya kepada masyarakat terutama dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Bank umum dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Baik bank umum maupun BPR dapat menjalankan kegiatan perbankan konvensional dan berdasarkan prinsip syariah. Bank-bank umum terdiri dari bank-bank umum


(16)

pemerintah, bank-bank umum swasta, bank-bank umum asing dan bank umum koperasi. Bank-bank umum pemerintah adalah Bank Negara Indonesia 1946, Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Ekspor Impor Indonesia.

Bank Mandiri sebagai bank konvensional yang mempunyai aset bank terbesar, dimana bank ini lahir dari penggabungan empat bank BUMN yaitu Bank Exim, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Penggabungan ini dilakukan Bank Indonesia karena ketidakmampuan bank dalam menghadapi krisis moneter di tahun 1997. Dengan merestrukturisasi bank tersebut, bertujuan agar kinerja Bank Mandiri lebih baik dan dapat membantu menstabilkan perekonomian. Volume usaha bank Mandiri dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Bank Mandiri berfokus pada segmen korporasi, komersial, mikro dan ritel, serta pembiayaan konsumen dengan strategi yang berbeda di setiap bisnisnya dan bersinergi dengan seluruh segmen pasar yang ada. Berdasarkan data yang dikemukakan di Bursa Efek Indonesia total aset Bank Mandiri mengalami peningkatakan setiap tahunnya, Hingga Desember 2012, total aset Bank Mandiri telah mencapai Rp.635,6 triliun, dimana jumlah ini naik dari total aset di tahun 2008 (sebesar Rp.358,4 triliun), atau tumbuh 14,85%. Ini mengukuhkan posisi Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia. Kredit Bank Mandiri juga tumbuh menjadi Rp.388,8 triliun di tahun 2012, meningkat 23,02% dari kredit tahun 2008 yang sebesar Rp.174,4 triliun. Selain menjadi bank pemberi pinjaman terbesar di Indonesia (secara konsolidasi), Bank Mandiri juga merupakan bank penyimpanan


(17)

terbesar di Indonesia dengan dana pihak ke tiga sebesar Rp.482,9 triliun di tahun 2012. Meningkat sebanyak14,33% dari tahun 2008 yaitu sebesar Rp.289,1 triliun (www.bankmandiri.co.id). Salah satu momen penting adalah suksesnya Bank Mandiri melakukan rights issue pada Februari 2011 untuk memperkuat permodalan bank. Dengan ini, modal Bank Mandiri telah mencapai Rp.62,7 triliun, meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi bank pertama di Indonesia yang meraih gelar Bank Internasional, sesuai dengan Banking Architecture atau Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

Selain Bank Mandiri Konvensional di Indonesia terdapat juga Bank Syariah Mandiri, yaitu Bank Mandiri yang menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Bagi perbankan konvensional, keuntungan diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan, dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Sedangkan bagi yang berdasarkan prinsip syariah, keuntungan bukan diperoleh dari bunga melainkan dari sistem bagi hasil.

Bank Syariah Mandiri merupakan bank syariah kedua yang berdiri di Indonesia setelah Bank Muamalat Indonesia. Secara khusus perkembangan Bank Syariah Mandiri sangat pesat, berdasarkan laporan keuangan Bank Syariah Mandiri dapat dilihat jumlah aset yang dimilikinya pada periode tahun 2008-2012 yaitu sebesar Rp.17,06 triliun di tahun 2008 naik menjadi Rp.54,23 triliun di tahun 2012 atau naik rata-rata 34,04% per tahun, pembiayaan yang disalurkan tahun 2008 dari Rp.13,278 triliun meningkat menjadi Rp.43,45 triliun ditahun 2012 atau naik rata-rata 34,05% per tahun, dan dana pihak ketiga dari Rp.14,89 triliun ditahun 2008 meningkat


(18)

menjadi Rp.47,41 triliun di tahun 2012 atau naik rata-rata 34,41% (www.syariahmandiri.co.id).

Bank Mandiri merupakan bank terbesar di Indonesia dalam jumlah pinjaman aset dan deposit. Nasabah Bank Mandiri yang terdiri dari berbagai segmen merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia. Berdasarkan sektor usaha, nasabah Bank Mandiri bergerak dibidang usaha yang sangat beragam. Sedangkan Bank Syariah Mandiri merupakan bank syariah kedua yang di buka setelah Bank Muamalat yang merupakan bank BUMN pertama yang menggunakan istilah dual banking dimana bank-bank islam dapat berdampingan dengan bank-bank konvensional. Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri memiliki perbedaan yang terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank konvensional justru kebalikannya. Sistem bagi hasil yang diterapkan dalam produk-produk perbankan syariah menyebabkan bank tersebut relatif mempertahankan kinerjanya dan tidak terlalu terpengaruh oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga beban operasional lebih rendah dari bank konvensional (Rindawati: 2007). Berikut disajikan data rasio keuangan dari Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri pada tahun 2008 hingga tahun 2012.


(19)

Tabel 1.1

Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri

Rasio (%)

Bank Syariah Mandiri Bank Mandiri

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012

CAR 12.66 12.39 10.6 14.57 13.85 15.7 15.6 14.7 15.34 15.48

LDR 89.12 83.07 82.54 84.06 93.86 56.89 59.15 65.4 71.65 77.66

BOPO 78.71 73.76 74.97 76.44 73.00 73.65 70.71 65.63 67.22 63.93

ROE 46.21 44.2 63.58 64.84 68.09 22.74 30.07 34.86 25.57 27.23 ROA 1.83 2.23 2.21 1.95 2.25 2.69 3.13 3.63 3.37 3.55

Sumber: www.syariahmandiri.co.id dan www.bankmandiri.co.id

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat perbandingan dari rasio keuangan Bank Syariah Mandiri dengan Bank Mandiri. Dari segi permodalan, Bank Mandiri lebih unggul daripada Bank Syariah Mandiri. Sedangkan dari segi likuiditas, Bank Syariah Mandiri lebih unggul daripada Bank Mandiri dan lebih memenuhi standar peraturan BI yaitu antara 85%-110%. Dari segi BOPO tidak terdapat perbedaan yang cukup besar antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri. Namun dari segi ROE Bank Syariah Mandiri lebih unggul dibandingkan dengan Bank Mandiri yang artinya kinerja Bank Syariah Mandiri dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba lebih baik dibanding Bank Mandiri, sedangkan dengan rasio ROA Bank Syariah Mandiri dengan Bank Mandiri tidak terdapat perbedaan yang cukup besar.

Dalam beberapa hal baik bank konvensional maupun bank syariah memiliki persamaan yaitu dalam bidang teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,


(20)

syarat-syarat untuk memperoleh pembiayaan dan lain sebagainya. Dengan prinsip sistem bagi hasil membuat bank syariah menjadi solusi terhadap negative spread yang dialami oleh bank konvensional, karena konsekuensi dari sistem bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional menjadikan bank harus menanggung rugi akibat kegiatan usaha penghimpunan dananya pada saat suku bunga kredit lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang disimpan di bank).

Walaupun seperti yang dilihat keadaan Bank Mandiri Konvensional maupun Bank Syariah Mandiri mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, namun sebenarnya ada berbagai risiko yang harus dihadapi dalam kegiatan operasionalnya. Seperti yang telah diketahui, semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula resiko yang dihadapinya.

Risiko dan Bank adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan satu sama lainnya, baik bank konvensional maupun bank yang ber opersi dalam prinsip syariah tidak luput dari berbagai macam risiko, tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko maka tidak akan pernah ada bank, dalam artian bahwa bank muncul karena keberanian untuk berisiko dan bahkan bank mampu bertahan karena berani mengambil risiko. Namun jika risiko tersebut tidak dikelola dengan baik, bank dapat mengalami kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Menurut Idroes (2008:21), pada dasarnya risiko yang dihadapi dapat dibagi dua kelompok besar, yaitu risiko finansial dan risiko nonfinansial. Risiko finansial terkait dengan berupa hilangnya sejumlah uang akibat risiko yang terjadi. Pada sisi lain, risiko


(21)

nonfinansial terkait pada kerugian yang tidak dapat dikalkulasikan secara jelas jumlah uang yang hilang. Kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko dapat berdampak kepada stakeholder yaitu: pemegang saham, karyawan dan nasabah serta berdampak juga kepada perekonomian di suatu negara secara umum.

Meningkatnya risiko yang dihadapi oleh perbankan disebabkan oleh semakin pesatnya perkembangan kondisi perbankan dan semakin kompleksnya kegiatan usaha perbankan. Industri perbankan adalah suatu industri yang erat dengan risiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat yang diputar dalam bentuk berbagai investasi seperti kredit, pembelian surat-surat berharga dalam bentuk-bentuk penanaman dana dan lainnya.

Perbankan sebagai salah satu bidang usaha yang mendukung perkembangan perekonomian suatu negara dan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sukses tidaknya suatu perbankan dipengaruhi oleh banyak aspek, diantaranya aspek manajemen, pemasaran, sumber daya manusia dan juga kondisi keuangan yang dimilikinya.

Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008: 7). Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan yang dituangkan dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam bentuk mata uang asing. Laporan keuangan merupakan alat yang paling penting untuk memperoleh informasi sehat atau tidaknya suatu perbankan. Informasi dari laporan


(22)

keuangan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, baik oleh pihak manajemen ataupun dari pihak eksternal.

Melalui analisis laporan keuangan pada perbankan dapat menunjukkan tingkat risiko keuangan atau prediksi kebangkrutan perbankan. Kebangkrutan tersebut dapat dihitung dengan menghitung rasio-rasio keuangan sehingga dapat diukur sehat atau tidaknya suatu perbankan. Analisis Z-Score dikembangkan oleh Professor Edward Altman (1968) dengan tujuan untuk mendeteksi apakah suatu perusahaan dalam kondisi diambang kebangkrutan. Oleh karena itu, analisa ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat risiko keuangan suatu perusahaan. Keberadaan Bank Mandiri dalam perekonomian nasional dan daerah sangat penting dalam upaya meningkatkan taraf hidup rakyat melalui penghimpunan dan penyaluran dana terutama usaha kecil dan mikro. Oleh karena itu, berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Komperatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaaan risiko keuangan Bank Mandiri Konvensional dengan Bank Syariah Mandiri?


(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan risiko keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dan lembaga terkait dalam menentukan kebijakan menganalisa mengenai kelangsungan kehidupan perusahaan khususnya perbankan yang di gunakan untuk deteksi dini akan adanya kebangkrutan.

2. Bagi peneliti

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pengetahuan, menambah wawasan dan kemampuan dalam analisis risiko keuangan perusahaan, khususnya perbankan.

3. Bagi pihak lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Perbankan 2.1.1.1 Pengertian Bank

Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpun dana ini, bank sering juga disebut dengan lembaga kepercayaan. Berbeda halnya dengan perusahaan lain, transaksi usaha bank senantiasa berkaitan dengan uang, karena memang usaha komoditi bank adalah uang. Sejalan dengan karakteristik usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah.

Pengertian Bank menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian dikembangkan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah:


(25)

1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2.1.1.2Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank (dalam Triandaru, et al. 2006 : 9) adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services.

1. Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal menghimpun dana maupun menyalurkan dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsure kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalah gunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapay ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsure kepercayaan, debitor akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitor akan mempunyai kemampuan untuk membayar pinjaman pada saat jatuh tempo, dan debitor mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

2. Agent of development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank yang berupa penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor rill. Kegiatan bank tersebut


(26)

memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. 3. Agent of services

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

Ketiga fungsi bank ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga bank tidah hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan.

2.1.1.3Jenis Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi bank serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi bank perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya. Perbedaan lainnya adalah dilihat dari segi siapa nasabah yang mereka layani apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu. Jenis perbankan dibagi ke dalam caranya menentukan harga jual dan harga beli.


(27)

Dilihat dari segi fungsinya bank dibedakan atas (1) Bank Sentral (2) Bank Umum (3) Bank Perkreditan Rakyat. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya dibedakan atas (1) Bank milik pemerintah (2) Bank milik swasta nasional (3) bank milik asing. Apabila dilihat dari segi cara menentukan harga bank dibedakan atas (1) Bank Konvensional (2) Bank Syariah.

2.1.2 Bank Konvensional

2.1.2.1 Pengertian Bank Konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank Indonesia dibawa oleh koloni belanda.

Menurut pedoman Bank Indonesia (Sastradipoera, 2004: 138), sebuah bank disebut bank konvensional apabila didalam aktivitasnya baik dalam usaha memobilisasi maupun dalam investasi dananya, memberikan dan mengenakan bunga (yaitu, pengganti kerugian yang disebabkan oleh hilangnya likuiditas, atau balas jasa yang diterima atas uang yang dipinjamkan, biasanya dinyatakan dalam persentase).

Bank konvensional yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana ataupun dalam meyalurkan dananya memberikan dan mengenakan imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga di bank dikenal dengan istilah


(28)

spread based. Apabila suatu bank mengalami kerugian dari selisih bunga, dimana suku bunga simpanan lebih besar daripada suku bunga kredit, maka istilah ini dikenal dengan negative spread.

2.1.2.2 Sumber Dana Bank

Sumber dana bank (Kasmir, 2004:19) adalah usaha bank dalam memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasinya. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang (pemberi pinjaman) bank terlebih dahulu harus membeli uang (menghimpun dana) sehingga dengan selisih bunga tersebut bank mendapat keuntungan. Jenis-jenis sumber dana bank antara lain sebagai berikut:

1. Dana bersumber dari bank itu sendiri (modal sendiri) yaitu setoran modal dari para pemilik atau bank menjual saham baru kepada pemilik baru atau cadangan laba yang belum digunakan.

2. Dana berasal dari masyarakat luas seperti simpanan tabungan, rekening giro dan deposito.

3. Dana berasal dari lembaga lain yaitu likuiditas dari Bank Indonesia, pinjaman antar bank, pinjaman dari bank luar negri, dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).


(29)

2.1.2.3 Kegiatan Usaha Perbankan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan lepas dari bidang keuangan. Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Mengimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk: a. Simpanan Giro (Demand Deposit)

b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit) c. Simpanan Deposito (Time Deposit)

2. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk: a. Kredit investasi

b. Kredit modal kerja c. Kredit perdagangan

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti: a. Transfer (Kiriman Uang)

b. Inkaso (Collection) c. Kliring (Clearing) d. Safe deposito box e. Bank Card

f. Bank Notes (Valas) g. Bank Garansi h. Referensi Bank i. Bank Draft

j. Letter of Credit (L/C)

k. Cek Wisata (Travelers Cheque) l. Jual beli surat-surat berharga

m. Menerima setoran-setoran seperti pembayaran pajak, telepon, air, dan uang kuliah

n. Melayani pembayaran-pembayaran seperti:

gaji/pensiun/honorarium, dividen, kupon dan bonus/hadiah. o. Dan jasa-jasa lainnya.

2.1.3 Bank Syariah

2.1.3.1Pengertian Bank Syariah

Menururt Siamat (2005:407), Perbankan syariah pada dasarnya adalah sistem perbankan yang dalam usahanya didasarkan pada prinsip-prinsip hukum


(30)

syariah Islam dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Maksud dari sistem yang sesuai dengan syariah islam adalah beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat misalnya dengan menjauhi praktik-praktik yang mengandung unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan sedangkan kegiatan usaha dengan mengacu pada Al-Qur’an dan Al-Hadist yang dimaksudkan beroperasi mengikuti larangan dan perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul Muhammad SAW.

Bank Syariah adalah bank umum sebagaimana dalam UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan yang saat ini telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Sedangkan yang dimaksud dalam Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah menurut pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang saat ini telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara pihak bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau penyimpanan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah, antara lain:

a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah);

b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah); c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah);


(31)

d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilhan (ijarah); atau

e. Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)

2.1.3.2 Kegiatan Usaha Bank Syariah

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 62/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, kegiatan usaha bank syariah dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Penghimpun dana (funding)

2. Penyalur dana dan pembiayaan (financing)

3. Penyediaan jasa-jasa pelayanan perbankan (bank service)

1. Penghimpun Dana

Penghimpun dana atau disebut juga funding adalah kegiatan penarikan dana atau penghimpunan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi berdasarkan prinsip syariah. Berkaitan dengan penghimpun dana, dalam prinsip syariah dibedakan antara simpanan yang tidak memberikan imbalan dan simpanan yang memberikan imbalan.

Bentuk-bentuk simpanan berdasarkan prinsip syariah dapat disebutkan sebagai berikut: (Simorangkir, 2000: 42)


(32)

b. Tabungan berdasarkan prinsip Al-Wadi’ah dan atau Al Mudharabah; atau

c. Deposito Berjangka berdasarkan prinsip Al-Mudharabah;

a. Prinsip Al-Wadi’ah

Produk pendanaan pada Bank Syariah pada prinsipnya tidak berbeda dengan produk pendanaan bank konvensional. Namun yang membedakan adalah penggunaan prinsip syariah yang menyertai masing-masing produk pendanaan, misalnya bahwa giro dan tabungan pada dasarnya dilakukan dengan prinsip Al-Wadi’ah. Giro Al-Wadi’ah adalah simpanan atau titipan yang kedua-duanya dapat ditarik sewaktu-waktu. Prinsip titipan atau simpanan dalam fiqhi dikenal dengan prinsip Al-Wadi’ah berarti titipan murni dari nasabah kepada pihak bank atau pihak lain yang harus dijaga dan dikembalikan kepada penitip (penabung) kapan saja dia inginkan.

b. Prinsip Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertantu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak dengan nisbah yang disepakati sebelumnya. Sementara Antonio (2001) dalam Triandaru (2006) mendefinisikan Al-Mudharabah adalah Tabungan dan Deposito Berjangka. Selanjutnya, berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana (penabung), prinsip Al-Mudharabah dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis berikut:


(33)

1) Mudharabah Muthlaqah; dan 2) Mudharabah Muqayyadah.

1) Mudharabah Muthlaqah

Mudharabah Muthlaqah adalah kerjasama antara pemilik dana (shahibul maa) dan mudharib (bank) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan wilayah bisnis. Artinya, pemilik dana memberikan kepada pihak bank kekuasaan yang sangat besar dalam penggunanaan dana simpanannya kepada mudharib. Dalam kegiatan penghimpunan dana, prinsip Mudharabah Muthlaqah dapat diterapkan untuk pembukaan rekening Tabungan dan Deposito Berjangka. Ini menyebabkan kemungkinan 2 (dua) jenis penghimpunan dana berdasarkan prinsip syariah yaitu: Tabungan Al-Mudharabah dan Deposito Berjangka Al-Mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi pihak bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.

2) Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah merupakan simpanan dana khusus (restricted investment) dimana pemilik dana menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank. Mudharabah Muqayyadah merupakan kebalikan dari Mudharabah Muthlaqah dimana mudharib (bank) dibatasi jenis usaha, waktu dan tempat usaha.


(34)

2. Penyaluran Dana

Kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan Bank Syariah tetap berpedoman kepada prinsip kehati-hatian yang diatur oleh Bank Indonesia. Oleh karena itu, bank diwajibkan untuk meneliti secara seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan azas pembiayaan yang sehat. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan penyaluran dana perbankan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Bentuk penyaluran dana atau pembiayaan yang dilakukan Bank Syariah dalam melaksanakan operasinya secara garis besar dapat dibedakan kedalam 4 (empat) kelompok sebagai berikut:

a. Prinsip jual beli (Bai’) b. Prinsip bagi hasil c. Prinsip sewa menyewa

d. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh a. Prinsip jual beli (Bai’)

Dalam penerapan prinsip syariah terdapat 3 (tiga) jenis prinsip jual beli (bai’) yang banyak dikembangkan oleh perbankan syariah dalam kegiatan pembiayaan modal kerja dan produksi, yaitu sebagai berikut: (Karim, 2004: 97)

1) Bai’ al murabahah 2) Bai’ as-salam 3) Bai’ al-Istis


(35)

Bai’ al murabahah pada dasarnya adalah transaksi jual beli barang dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Untuk memenuhi kebutuhan barang oleh nasabahnya, bank membeli barang dari supplier sesuai dengan spesifikasi barang yang dipesan atau dibutuhkan nasabah, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan memperoleh marjin keuntungan yang telah disepakati. Nasabah dalam hal ini dapat membeli jenis transaksi tunai, cicilan atau tangguhan. Umumnya nasabah memilih metode pembayaran secara cicilan.

2. Bai’ as-salam

Bai’ as-salam adalah pembelian suatu barang yang penyerahannya (delivery) dilakukan kemudian hari sedangkan pembayarannya dilakukan dimuka secara tunai. Bai’ as-salam dalam perbankan biasanya diaplikasikan pada pembiayaan berjangka pendek untuk produksi agribisnis atau hasil pertanian atau hasil industri lainnya. Barang yang dibeli harus diketahui secara jelas jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang disepakati harus dicantumkan dalam akad dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Apabila barang atau hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, maka penjual dan produsen harus bertanggung jawab dengan cara mengembalikan dana yang telah diterimanya atau mengganti dengan barang yang sesuai dengan pesanan.

c. Bai’ Al-Istishna’

Bai’ Al-Istishna’ pada dasarnya merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang dengan pembayaran dimuka, baik secara tunai, cicilan, atau ditangguhkan. Untuk melakukan Bai’ Al-Istishna’ kontrak dilakukan ditempat


(36)

pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang dapat saja membuat barang yang dipesan atau dibeli sesuai dengan spesifikasi pesanan yang dilakukan dalam kontrak kemudian menjualnya kepada pembeli. Prinsip bai’ Al-Istishna’ ini merupakan bai’ as-salam namun dalam istishna’ pembayaran dapat dilakukan dimuka, dicicil atau ditangguhkan. Sementara dalam bai’ as-salam dilakukan secara tunai.

b. Prinsip Bagi Hasil

Prinsip kedua dalam penyaluran dana adalah prinsip bagi hasil. Bagi hasil atau profit sharing dalam perbankan berdasarkan prinsip syariah terdiri dari empat jenis akad, yaitu: al-Mudarabah, al-Musyarakah, al-Muzara’ah, dan al-Musaqah. Namun yang paling banyak diimplementasikan dalam perbankan syariah adalah dua prinsip bagi hasil pertama, yaitu al-Mudarabah dan al-Musyarakah sementara yang dua terakhir umumnya digunakan dalam rangka plantation financing.

1. Al-Musyarakah

Bank Indonesia mendefenisikan Al-Musyarakah sebagai suatu perjanjian diantara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Musyarakah dalam perbankan biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Modal yang disetor bisa berupa uang, barang


(37)

perdagangan (trading asset), property, equipment, atau intangible asset (seperti hak paten dan goodwill), dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Semua modal digabung untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

2. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah pada dasarnya adalah perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih dimana salah satu pihak lainnya menyediakan tenaga atau keahlian. Beberapa ahli fiqih berpendapat bahwa Al-Mudharabah tidak dikelompokkan kedalam prinsip Al-Musyarakah.

c. Prinsip Sewa Menyewa

Prinsip ketiga dalam penyaluran dana Bank Syariah adalah sewa menyewa. Sewa menyewa pada dasarnya merupakan transaksi sewa guna usaha atau leasing. Oleh karena itu, sebagaimana dalam praktek, sewa guna usaha bisa dalam bentuk sewa guna usaha dengan hak opsi atau financial lease dan sewa guna usaha tanpa hak opsi atau operating lease. Dalam syariah Islam prinsip sewa menyewa ini dibedakan berdasarkan akad, yaitu: al-ijarah, al-muntahiya bit tamlik.

1. Al-Ijarah

Al-Ijarah adalah perjanjian pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu barang atau jasa dengan membayar sewa untuk jangka waktu tanpa diikuti


(38)

pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut. Bank Indonesia mendefinisikan ijarah sebagai perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

2. Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-Tamlik

Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-Tamlik adalah akad atau perjanjian yang merupakan kombinasi antara jual beli dan sewa menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah dimana nasabah (penyewa) diberi hak untuk memiliki atau membeli objek sewa pada akhir akad. Dalam transaksi sewa guna usaha (leasing), perjanjian ini disebut sale andleaseback. Harga sewa dan harga beli ditetpkan bersama diawal perjanjian. Objek sewa harus bermanfaat, dibenarkan oleh syariah dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur. Pada umumnya bank-bank syariah lebih memilih perjanjian sewa-beli seperti ini (Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-Tamlik) karena lebih mudah pembukuannya dan tidak memerlukan perawatan terhadap aset yang sewa-beli.

d. Prinsip Pinjam Meminjam Berdasarkan Akad Al-Qardh

Prinsip keempat dalam penyaluran dana Bank Syariah yaitu prinsip pinjam meminjam berdasarkan qardh. Bank Indonesia mendefinisikan Al-Qardh sebagai penyedia dana atau tagihan antar Bank Syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan Antonio memberikan pengertian Al-Qardh


(39)

sebagai pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Dengan kata lain Qardh meminjam tanpa mengharapkan imbalan.

2.1.4 Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah

Menurut Triandaru, et.al (2006:156), perbedaan yang mendasar antara bank konvensional dan bank syariah, antara lain:

1. Perbedaan Falsafah

Perbedaan pokok pada bank konvensional dan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank Syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam keseluruhan aktivitasnya. Sedangkan bank konvensional justru kebalikan dari bank syariah. Pada dasarnya semua transaksi perniagaan melalui bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau compound interest yang dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak.

2. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah

Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan bank syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang


(40)

disalurkan kedalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah.

3. Kewajiban Mengelola Zakat

Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun mengadministrasikannya, dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infaq dan sedekah).

4. Struktur Organisasi

Didalam strukutur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS ini dibawahi oleh Dewan Pengawas Syariah Nasional (DPSN).

Secara singkat perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.


(41)

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Berinvestasi pada usaha yang

halal Bebas nilai

2 Atas dasar bagi hasil, margin

keuntungan dan fee Sistem bunga 3 Besaran bagi hasil berubah-ubah

tergantung kinerja usaha Besaraanya tetap 4

Profit falah oriented Profit oriented 5

Pola hubungan kemitraan Hubungan debitur kreditur 6

Ada dewan pengawas syariah Tidak ada lembaga sejenis Sumber: Triandaru, et.al (2006:157)

Sistem bagi hasil dalam perbankan syariah sering kali menjadi bahan pertanyaan dan selalu dibandingkan dengan sistem bunga dalam perbankan konvensional. Untuk menjelaskan keduanya, pada Tabel 2.2 berikut ini membandingkan sistem bagi hasil dan sistem bunga.


(42)

Tabel 2.2

Perbandingan Sistem Bagi Hasil dan Sistem Bunga

No Sistem bunga Sistem bagi hasil

1 Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank

Penentuan besarnya risiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung atau rugi 2 Besarnya persentase berdasarkan

pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan

Besarnya risiko (nisbah) bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh 3 Tidak tergantung pada kinerja

usaha jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik

Tergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai peningkatan bagi hasil.

4

Eksistensi bunga diragukan kehalalanya oleh semua agama termasuk agama islam

Tidak ada agama yang meragukan keabsahan bagi hasil

5 Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa

pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang

dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak Sumber: Triandaru, et.al (2006:157)

2.1.5 Risiko finansial

Risiko adalah peluang (kemungkinan) terjadinya bencana. Oleh karena itu, risiko dari sudut pandang bank didefinisikan sebagai peluang dari kemungkinan terjadinya situasi yang memburuk (Masyhud, 2006:3)

Menurut Idroes (2008:4), “Risiko merupakan bahaya: risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang


(43)

berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.” “Risiko juga merupakan peluang: risiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk mencapai tujuan.”

Banyak teori yang tersedia untuk mendefinisikan jenis-jenis risiko dalam menjalankan bisnis perbankan. Pada dasarnya jenis-jenis yang dihadapi dapat dibagi dua kelompok besar yaitu risiko finansial dan risiko nonfinansial. Risiko finansial terkait dengan kerugian langsung berupa hilangnya sejumlah uang akibat risiko yang terjadi. Pada sisi lain dampak risiko nonfinansial tidak langsung dapat dirasakan. Kasus seperti ketika kehilangan nasabah dan kehilangan bisnis akibat risiko yang terjadi tidak langsung membuat bank menjadi rugi. Namun pada gilirannya, risiko nonfinansial berpotensi untuk menimbulkan kerugian finansial. (Idroes, 2008: 22)

Jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh perbankan adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko konsentrasi kredit, risiko suku bunga, risiko bisnis, risiko strategik, serta risiko reputasional. Sedangkan yang termasuk dalam risiko finansial adalah: risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, konsentrasi kredit serta risiko suku bunga. (Idroes, 2008: 22)

Dengan penjelsana risiko keuangan bank, maka untuk mengukur tinggi rendahnya risiko suatu bank tersebut, maka diperlukan metode analisis. Adapun metode analisis yang digunakan untuk mengukur risiko keuangan bank tersebut adalah analisis rasio dan mengukur tingkat kebangkrutan bank tersebut digunakan analisis Z-score.


(44)

2.1.6 Pengukuran Rasio Keuangan Perbankan

Untuk melihat kondisi keuangan suatu bank maka dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP Tanggal 14 Desember 2011 tentang Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan Perbankan, suatu bank dapat dinilai dari rasio-rasio CAMEL yaitu Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity. Rasio tersebut terdiri dari:

1. Permodalan (capital)

Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam rangka mengembangkan usaha dan menopang risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengandung risiko serta untuk membiayai penanaman dalam aktiva lainnya.

Rasio-rasio dari aspek permodalan yaitu:

a. Capital Adequacy Ratio (CAR), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.


(45)

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

CAR =

b. Rasio Aktiva Tetap terhadap Modal (ATTM). Rasio ini mengukur kemampuan manajemen bank dalam menentukan besarnya aktiva tetap dan inventaris yang dimiliki bank yang bersangkutan terhadap modal. Semakin tinggi rasio ini artinya modal yang dimiliki bank kurang mencukupi dalam menunjang aktiva tetap dan inventaris sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar.

ATTM =

2. Kualitas Aktiva Produktif (Asset)

Kualitas aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah atau valas yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, yaitu: pemberian kredit, kepemilikan surat-surat berharga, dan penempatan dana kepada bank lain baik dari dalam maupun luar negeri terkecuali penanaman dana dalam bentuk giro atau penyertaan.

Keadaan kualitas aktiva produktif akan terus dipantau oleh pihak bank karena kualitas aktiva produktif dalam neraca bank akan mempengaruhi keadaan serta perkembangan dari bank itu sendiri. Penanaman modal


(46)

yang dilakukan dalam aktiva produktif akan dinilai kualitasnya dengan menentukan kolektibilitas dari aktiva yang bersangkutan.

3. Kualitas Manajemen (Management)

Penilaian faktor manajemen dalam penilaian tigkat kesehatan bank dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhadap bank yang bersangkutan. Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan status kuesioner yang dikelompokan dalam dua kelompok besar, yaitu kuesioner kelompok manajemen umum dan kuesioner manajemen risiko. Kuesioner kelompok manajemen umum selanjutnya dibagi dalam subkelompok pertanyaan yang berkaitan dengan (1) strategi, (2) struktur, (3) sistem, (4) sumber daya manusia, (5) kepemimpianan, (6) budaya kerja, sementara itu, untuk kuesioner manajemen resiko dibagi dalam subkelompok yang berkaitan dengan (1) risiko likuiditas, (2) risiko pasar, (3) risiko kredit, (4) risiko operasional, (5) risiko hokum, dan (6) risiko pemilik dan pengurus.

4. Rentabilitas (Earning)

Penilaian rentabilitas penting karena menyangkut kemampuan bank dalam memperoleh laba. Dengan laba yang kuat bank akan dapat berkembang dengan baik. Rentabilitas digunakan untuk menilai keberhasilan bank dalam menghasilkan laba sebelum pajak melalui penanaman yang dilakukan untuk seluruh aktiva yang dimiliki atau


(47)

berdasarkan kemampuan bank manghasilkan laba setelah pajak berdasarkan modal yang dimiliki. Selain itu, rentabilitas juga dapat dilihat dari pendapatan bunga bersih yang mampu dihasilkan pihak bank bila dibandingkan dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh pihak bank. Rentabilitas juga dinilai berdasarkan total beban operasional yang ditanggung oleh pihak bank dibandingkan dengan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan operasional.

a. Return on Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva.

ROA =

b. Return on Equity (ROE) Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelolah modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga


(48)

kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku.

ROE =

c. Net Interest Margin (NIM), Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

NIM =

d. Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank


(49)

yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.

BOPO =

5. Likuiditas

Likuiditas diukur dengan kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhannya, misalnya untuk rasio lancar (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva lancar dalam menjamin hutang lancar perusahaan.

LDR (Loan to Deposit Ratio), Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain, sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposit Kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR)


(50)

LDR =

2.1.7 Analisis Diskriminan Z-Score

Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat univariate, yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Pengaruh kombinasi dari beberapa rasio hanya didasarkan pada pertimbangan para analis keuangan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kekurangan analisis rasio digunakan analisis diskiminan. Analisis diskriminan menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat a priori (Sawir, 2005:22)

Analisis Z-Score dikembangkan oleh Prof. Edward Altman dengan tujuan untuk mendeteksi apakah suatu perusahaan diambang kebangkrutan (financial distress). Metode ini disebut juga dengan Multiple Discriminant Analysis (MDA). Oleh karena itu analisis ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuangan suatu perusahaan. (Hamdan, et.al 2006:6)


(51)

Bentuk dari fungsi analisis ini adalah sebagai berikut:

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

Dimana:

X1 = Modal kerja /total aktiva

X2 = Laba ditahan/ total aktiva

X3 = Laba sebelum bunga dan pajak/ total aktiva

X4 = Nilai pasar ekuitas/ nilai buku dari total kewajiban

X5 = Penjualan/ total aktiva

Z = Indeks secara keseluruhan

Untuk menganalisis hasil perhitungan model Z-Score, digunakan angka interpretasi yang dikembangkan oleh Prof. Edward Altman, yang akan mendiskriminasi posisi suatu perusahaan apakah akan bangkrut atau tidak yang dapat dilihat sebagai berikut

Tabel 2.3

Kriteria Analisis Z-Score

Score Prediction

Z > 2.99 Dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan

1.81 Z 2.99 Berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun mungkin terselamatkan dan kemungkinan juga bangkrut sama besarnya, tergantung dari kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan

Z < 1.81 Dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrut akan besar Sumber: Sawir (2005:24)


(52)

Nilai Z yang semakin besar, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak mengalami kegagalan usaha. Hasil penelitian ini, hanya signifikan untuk prediksi selama dua tahun ke depan. Formula Altman Z-Score merupakan kombinasi dari beberapa rasio keuangan yang dianggap dapat memprediksi kesehatan dan terjadinya kebangkrutan pada sebuah perusahaan.

1. Modal Keja/Total Aktiva (X1)

Merupakan rasio yang mendekteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto), dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Jika diakitkan dengan indikator–indikator internal seperti ketidakcukupan kas, hutang dagang membengkak, utilitas modal (harta kekayaan) menurun, penambahan hutang yang tak terkendali dan beberapa indikator lainnya

Perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada umumnya modal kerjanya akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun (Sawir, 2005:25). Selisih antara sumber dana dan penggunaan dana akan menunjukkan modal kerja perusahaan itu bertambah atau berkurang. Jika terjadi sumber dana lebih besar daripada penggunaan dana, maka akan terjadi surplus yang berarti modal kerja bertambah, demikian pula sebaliknya akan terjadi defisit (modal kerja berkurang) apabila sumber dana lebih kecil daripada penggunaan dana. Modal kerja bertambah karena penjualan aktiva tetap, bertambahnya hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Modal kerja


(53)

berkurang karena pembilang aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri.

2. Laba Ditahan/Total Aktiva (X2)

Merupakan rasio – rasio profitabilitas yang mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio Laba Ditahan/Total Aktiva akan mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating aset sebagai ukuran efisiensi usaha. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai awal laba ditahan mulai turun. Bagi banyak perusahan, nilai dari rasio Laba Ditahan/Total Aktiva akan menjadi negatif (Sawir,2005:25).

3. Laba Sebelum Bunga dan Pajak/ Total Aktiva (X3)

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang saham dan obligasi. Beberapa indikator yang dapat digunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah : piutang dagang meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa semester, pendapatan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang, serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan


(54)

Rasio ini dapat digunakan sebagai ukuran seberapa produktifitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar daripada rata – rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang lebih banyak daripada bunga pinjaman (Sawir, 2005:25)

4. Nilai Pasar Modal Sendiri (Modal Sendiri)/Total Hutang (X4)

Merupakan rasio yang mengukur aktivitas perusahaan. Rasio ini juga digunakan dalam bentuk persamaan net worth/total debt. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. Umumnya perusahaan yang gagal adalah perusahaan yang mengkonsumsi lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini menunjukan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi. Rasio ini kebalikan dari debt equity ratio yang dikenal di dalam rasio keuangan (Sawir, 2005:25)

5. Penjualan / Total Aktiva (X5)

Rasio Penjualan/Total aktiva merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (revenue). Semakin besar perputaran total aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan berpengaruh pada rasio-rasio tersebut


(55)

di atas: pangsa pasar menurun, berpindahnya penguasaan pasar pada pesaing, modal kerja menurun, kepercayaan konsumen berkurang dan beberapa indikator lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman Z–Score tidak hanya terfokus pada bagian-bagian keuangan perusahaan saja tetapi juga dapat dikorelasikan dengan beberapa indikator yang mungkin dapat mempengaruh rasio-rasio tersebut. Hal ini berarti bahwa implementasinya motede Altman Z-Score pada perusahaan di samping akan mendekteksi terjadinya kemungkinan kebangkrutan, juga akan mengarahkan perusahaan yang sedang mengalami masalah dengan memperhatikan indikator yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas perusahaan. Metode Altman Z-Score pertama kali dikembangkan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya tujuan perhitungan nilai Z adalah untuk mengingatkan akan masalah keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan petunjuk untuk bertindak. Bila nilai Z perusahaan lebih rendah daripada yang dikehendaki manajemen. Maka harus diamati laporan keuangan untuk mencari penyebab mengapa terjadi begitu. Hal yang menarik mengenai Altman Z-Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun perusahaan sangat makmur, tapi bila nilai Z mulai turun dengan tajam, perusahaan harus segera waspada dan mengambil langkah tepat untuk memperbaiki kinerjanya

Pengamatan dimulai dengan menghitung nilai Z dari periode ke periode sebelumnya dan dibandingkan dengan nilai Z sekarang. Bila kecenderungan menurun, cobalah pahami apa yang telah berubah sehingga menghasilkan rasio-rasio


(56)

yang menyebabkan skor jatuh. Memantau kecenderungan nilai Z akan membantu mengevaluasi perubahan keuangan perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Umar Hamdan dan Adi Wijaya (2006)

Hamdan dan Wijaya (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan BPR Syariah”, Penelitian ini dilakukan pada BPR di Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat risiko BPR Konvensional dan BPR Syariah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan dan analisis rasio keuangan yang terdiri dari:

a. Rasio likuiditas dengan indikator: Asset to Loan Ratio, Cash Ratio, dan Loan to Deposit Ratio.

b. Rasio solvabilitas dengan indikator: Capital Ratio, Capital Risk dan Capital Adequacy Ratio.

c. Rasio rentabilitas dengan indikator: Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Equity dan Return on Asset.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa:

1. Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR syariah “F” relatif lebih baik dibanding BPR konvesional “S”


(57)

2. Rasio-rasio solvabilitas kedua BPR menunjukan kondisi sehat. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) kedua BPR diatas ketentuan minimum BI (8%). CAR pada BPR konvensional “S” tahun 2003 sebesar 23,95% dan BPR Syariah “F” sebesar 37,92% dari angka tersebut ternyata rasio solvabilitas BPR syariah “F” relatif lebih baik dibandingkan dengan rasio solvabilitas BPR konvensional “S”.

3. Semua rasio rentabilitas kedua BPR adalah positif. Laba bersih terhadap pendapatan operasi (NPM) yang cukup baik, dimana pada BPR konvensional “S” sebesar 39,73% dan pada BPR syariah “F” sebesar 35,37% pada tahun 2003. Keadaan ini menunjukkan bahwa kedua BPR mampu memperoleh laba yang wajar, walaupun NPM BPR syariah “F” relatif lebih rendah dibanding dengan BPR konvensional “S”.

4. Perbandingan tingkat risiko keuangan berdasarkan hasil analisis diskriminan (Z-Score) menunjukkan kedua BPR pada posisi “gray”. Namun nilai Z BPR syariah “F” relatif lebih tinggi dibanding BPR konvensional “S”, yang berarti risiko BPR Syariah “F” relatif lebih rendah dibandingkan BPR konvensional “S”.

2 Sudartanto (2012)

Sudartanto melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Komparatif Risiko Keuangan Pada Bank konvensional dan Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank Rakyat Indonesia dan Bank Muamalat Indonesia)”. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan risiko keuangan bank


(58)

konvensional dengan bank syariah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis data laporan keuangan masing-masing bank pada tahun 2008-2010 menggunakan metode uji diskriminan Z-Score (Altman).

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko Bank Rakyat Indonesia masuk kategori tinggi karena mempunyai nilai Z-score sebesar 0,52 (z<1,81), sedangkan Bank Muamalat Indonesia juga termasuk dalam tingkat risiko tinggi karena nilai Z-score sebesar 0,sekian (z<1,81). Perbandingan tingkat risiko keuangan hasil analisis diskriminan Z-score menunjukkan kedua bank pada tingkat risiko yang tinggi. Namun nilai Z-score Bank Muamalat Indonesia lebih tinggi dibanding Bank Rakyat Indonesia, sehingga risiko Bank Muamalat Indonesia lebih rendah dibandingkan Bank Rakyat Indonesia. Rendahnya nilai Z-score mengindikasikan bahwa kedua bank pada bisnis berisiko tinggi, sehingga diharapkan dengan diketahuinya risiko keuangan maka perbankan dapat membuat pengelolaan bisnis untuk meminimalisir risiko keuangan tersebut dan menghindari kepailitan.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah model konseptual tetang bagaimana teori yang digunakan dihubungkan dengan berbagai faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah. Pada dasarnya jenis risiko yang dihadapi terdiri dari risiko finansial dan risiko nonfinansial. Risiko finansial terkait dengan kerugian langsung berupa hilangnya sejumlah uang akibat risiko yang terjadi. Pada sisi lain risiko nonfinansial tidak dapat langsung dirasakan. Namun pada gilirannya risiko


(59)

nonfinansial berpotensi untuk menimbulkan risiko finansial. Yang termasuk dalam risiko finansial adalah: risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko konsentrasi kredit serta risiko suku bunga (Idroes, 2008:22).

Risiko finansial atau risiko keuangan dapat diukur melalui analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan Z-Score. Menurut Dendawijaya (2003: 116-124) rasio-rasio keuangan yang digunakan sebagai tolak ukur kinerja suatu bank adalah rasio permodalan, rasio rentabilitas dan rasio likuiditas. Serta menurut Kasmir (2008: 216) rasio-rasio keuangan perbankan yang dianggap penting adalah rasio permodalan, rasio rentabilitas dan rasio likuiditas.

Oleh karena itu, pada penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah aspek permodalan yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Aktiva Tetap Terhadap Modal (ATTM), aspek Rentabilitas yang terdiri dari: Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) serta aspek likuiditas yang dinilai dengan Loan to Deposit Ratio (LDR).

Perbedaan pokok antara bank syariah dengan bank konvensional terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam aktivitasnya, melainkan sistem bagi hasil. Sedangkan bank konvensional justru kebalikannya. (Triadaru, et.al 2006:158). Hal ini tentunya akan berpengaruh pada pemberian suku bunga pinjaman, pemberian kredit dan selanjutnya akan mempengaruhi laba perusahaan dan juga akan dihadapkan pada tingkat risiko yang berbeda pula.


(60)

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, maka digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:


(61)

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

Bank Mandiri Konvensional Bank Syariah Mandiri

Rasio- rasio keuangan : a. Rasio Likuiditas

LDR

b. Rasio Permodalan 1. CAR

2. Aktiva Tetap Terhadap Modal c. Rasio Rentabilitas

1. ROA 2. ROE 3. NIM 4. BOPO Analisis Z-Score :

1. modal kerja / total aktiva 2. laba ditahan / total aktiva 3. laba operasional / total

aktiva

4. nilai pasar ekuitas / total hutang

5. penjualan / total aktiva

Rasio- rasio keuangan : a. Rasio Likuiditas

LDR

b. Rasio Permodalan 1. CAR

2. Aktiva Tetap Terhadap Modal c. Rasio Rentabilitas

1. ROA 2. ROE 3. NIM 4. BOPO Analisis Z-Score :

1. modal kerja / total aktiva 2. laba ditahan / total aktiva 3. laba operasional / total

aktiva

4. nilai pasar ekuitas / total hutang


(62)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: “ada perbedaan risiko keuangan antara Bank Mandiri Konvensional dengan Bank Syariah Mandiri”.


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Disini variabelnya masih sama dengan penelitian variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam kurun waktu yang berbeda.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melihat data laporan keuangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan situs perusahaan terkait, melalui media internet dengan situs www.syariahmandiri.co.id dan www.bankmandiri.co.id dimana waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2012 sampai dengan Agustus 2013.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional digunakan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Adapun batasan operasional yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:


(64)

Penelitian dilakukan hanya terbatas pada risiko keuangan dan dilakukan pada Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri dalam periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

3.4 Definisi Operasional dan Pengkuran Variabel

Untuk menjelaskan variabel-variabel dalam suatu penelitian, diperlukan definisi operasional dari masing-masing variabel. Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel-variabel tersebut adalah: 3.4.1 Variabel Bebas (X), yaitu:

1. X1 = modal kerja/ total aktiva

Adalah ukuran aset cair bersih perusahaan relatif terhadap total aset. Modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar. Variabel ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang dimiliki perusahaan.

2. X2 = laba ditahan / total aktiva

Laba ditahan adalah rekening yang melaporkan jumlah laba di investasikan kembali dan atau kerugian dari suatu perusahaan selama seluruh hidup. Variabel ini digunakan untuk mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang di tinjau dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.


(1)

piah

Terkait dengan bank 857.431 412.346

Tidak terkait dengan bank 8.894.296 9.836.209

P -/- (395.094) (397.879)

luta asing

Terkait dengan bank - -

Tidak terkait dengan bank 211.192 213.552

PPAP -/- (1.293) (2.073)

10 Persediaan - -

11 Ijarah - -

tiva ijarah 332.728 375.243

b.Akumulasi penyusutan/amortitasi aktiva ijarah -/-

(137.654) (183.778)

P-/- - -

12 Tagihan Lainnya - -

PPAP -/- - -

13 Penyertaan - -

PPAP -/- - -

14 Aktiva istishna dalam Penyelesaian - -

15 Aktiva istishna -/- - -

16 Pendapatan yang akan diterima 218.919 210.025

17 biaya dibayar dimuka 778.611 625.077

18 Uang muka pajak - -

19 Aktiva pajak tangguahan 91.241 122.002

20 Aktiva tetap dan inventaris 844.072 1.207883

Akumulasi penyusutan aktiva tetap dan inventaris -/-

(333.009) (464.285)

21 Agunan yang diambil alih 22.062 13.062

PPANP -/- (22.062) (13.062)

22 Aktiva lain – lain 904.703 714.819

TOTAL AKTIVA 48.229.396 54.229.396

Pos – Pos Passiva

1. Dana Simpanan Wadiah

ro wadiah 6.430.912 6.430.912

abungan wadiah 512.340 901.524

2 Kewajiban segera lainnya 621.068 708.626

3 Kewajiban pada bank Indonesia

4 Kewajiban pada bank lain 369.795 341.795

5 Surat berharga yang diterbitkan 745.338 500.000

6 Pembiayaan / pinjaman yang diterima upiah

.Terkait dengan bank -

.Tidak terkait dengan bank - -

aluta asing

.Terkait dengan bank -

.Tidak terkait dengan bank - -

7 Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi 2.701 2.971

8 Beban yang masih harus dibayar 106.842 39.935


(2)

10 Kewajiban pajak tangguhan - -

11 Kewajiban lainnya 869.845 1.167.391

12 Pinjaman subordinasi upiah

.Terkait dengan bank -

.Tidak terkait dengan bank -

aluta asing

.Terkait dengan bank -

.Tidak terkait dengan bank

13 Rupa – rupa pasiva -

14 Modal pinjaman -

15 Hak minoritas -

16 Dana investasi tidak terkait (mudharabah muthlaqah)

bungan mudharabah 13.513.079 17.528.889

eposito mudharabah

.Rupiah 22.293.536 20.579.200

.Valas 1.231.175 1.247.444

17 Ekuitas

odal disetor 1.158.244 1.458.244

gio (disagio) - -

odal sumbangan - -

ana setoran modal - -

e.enyesuian akibat penjabaran laporan keuangan - -

lisih penilaian kembali aktiva tetap - -

g. laba(rugi) yang belum direalisasi dari surat berharga

5.068 264

ldo laba (rugi) 1.909.952 2.722.183


(3)

LAMPIRAN 7

Laporan Rugi/Laba Bank Syariah Mandiri Selama Tahun

2008 – 2010

NO

Pos – Pos

2008

2009

2010

I Pendapatan dan beban operasional

Pendapatan operasional 2.108.026 2.490.814 3.446.382

A. pendapatan dari penyaluran dana 2.879.839

1.Dari pihak ketiga bukan bank

endapatan margin murabahah 824.275 940.223 1.366.532

endapatan bersih salam paralel - -

c.Pendapatan bersih istishna paralel

Pendapatan istishna 12.226 15.550 12.038

Harga pokok istishna -/- - -

endapatan sewa ijarah 85.890 88.734 120.371

e.Pendapatan bagi hasil mudharabah 443.356 462.263 550.452 f.Pendapatan bagi hasil musyarakah 260.521 336.320 442.861

endapatan dari penyertaan - - -

ainnya 118.054 175.711 246.783

2.Dari bank Indonesia

onus SBIS 53.429 104.779 80.414

ainnya - 17.915 246.783

3.Dari bank – bank lain di Indonesia

onus dari bank syariah lain 59 263 266

b.Pendapatan bagi hasil mudharabah

Tabungan mudharabah - -

Deposito mudharabah 3.220 1.783 9.996

iii.Sertifikat investasi mudharabah antar bank 6.009 301 2.014

v.Lainnya - - -

ainnya - - -

B.Pendapatan operasional lainnya 566.543

1.Jasa investasi terikat (mudharabah muqayyadah) 15.805 13.386 14.727

2.Jasa layanan 169.602 211.656 223.738

3.Pendapatan dari transaksi valuta asing 17.820 14.235 15.294

4.Koreksi PPAD - -

5.Koreksi penyisihan penghapusan transaksi rekening administrative

- -

6.Lainnya 97.760 107.695 312.784

II Bagi hasil untuk investor dana investasi tidak terikat -/- 793.049 927.054 1.188.913 1.Pihak ketiga bukan bank

abungan mudharabah 215.629 256.732 283.454

eposito mudharabah 509.073 629.271 8848.727

ainnya 44.746 28.727 33.862

2.Bank Indonesia

P JPS Syariah - - -

ainnya - - -

3.Bank – bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia

abungan mudharabah 2.289 2.447 3.224


(4)

c.Sertifikat investasi mudharabah antar bank 2.635 890 228

ainnya - - -

III Pendaptan operasional setelah distribusi bagi hasil untuk investor dana investasi tidak terikat ( I – II )

1.314.977 1.563.760 2.257.469 IV Beban (pendapatan) penyisihan penghapusan aktiva 404.246 335.098 418.554 V Beban (pendapatan) estimasi kerugian komitmen dan

kontinjensi

797 63 706

VI Beban operasional lainnya 629.994 818.215 1.273.111

A.Beban bonus titipan wadiah 19.560 20.409 26.983

B.Beban administrasi dan umum 199.608 253.672 174.217

C.Beban personalia 294.252 395.188 622.679

D.Beban penurunan nilai surat berharga - -

E.Beban promosi 38.249 44.176 84.996

F.Beban lainnya 78.325 104.770 364.236

VII Laba (rugi) operasional 279.940 410.384 565.098

Pendapatan dan beban non operasional

VIII Pendapatan non operasional 8.651 8.474 4.276

IX Beban non operasional 4.506 455 641

X Laba (rugi) non operasional 4.145 8.019 3.635

XI Laba (rugi) tahun berjalan 264.085 418.403 568.733

XII Taksiran pajak penghasilan 87.669 127.460 150.213

XIII Jumlah laba (rugi) 196.416 290.943 418.520

XIV Hak minoritas -/- - -

XV Saldo laba (rugi) awal tahun 453.003 649.419 940.362

XVI Deviden - - -

XVII Lainnya - -

XVIII Saldo laba (rugi) akhir periode 649.419 940.362 1.358.882


(5)

Laporan Rugi/Laba Bank Syariah Mandiri Selama Tahun

2008 – 2010

NO

Pos – Pos

2011

2012

I Pendapatan dan beban operasional

Pendapatan operasional 5.056.218 6.055.278

A. pendapatan dari penyaluran dana 3.974.471 4.917.358

1.Dari pihak ketiga bukan bank

endapatan margin murabahah 2.172.848 3.077.632

endapatan bersih salam paralel -

c.Pendapatan bersih istishna paralel

Pendapatan istishna 7.732 4.124

Harga pokok istishna -/- -

endapatan sewa ijarah 217.957 265.675

e.Pendapatan bagi hasil mudharabah 636.928 629.465

f.Pendapatan bagi hasil musyarakah 558.025 602.855

endapatan dari penyertaan - -

ainnya 233.080 216.055

2.Dari bank Indonesia

onus SBIS 55.791 2.757

ainnya 87.916 114.881

3.Dari bank – bank lain di Indonesia

onus dari bank syariah lain 195 160

b.Pendapatan bagi hasil mudharabah

Tabungan mudharabah -

Deposito mudharabah 3.041 854

iii.Sertifikat investasi mudharabah antar bank 958 2900

v.Lainnya - -

ainnya - -

B.Pendapatan operasional lainnya 1.081.747 1.137.920

1.Jasa investasi terikat (mudharabah muqayyadah) 14.255 7.023

2.Jasa layanan 668.430 653.772

3.Pendapatan dari transaksi valuta asing 15.370 18.784

4.Koreksi PPAD -

5.Koreksi penyisihan penghapusan transaksi rekening administrative

-

6.Lainnya 383.692 458.341

II Bagi hasil untuk investor dana investasi tidak terikat -/-

1.808.702 1.967.158 1.Pihak ketiga bukan bank

abungan mudharabah 363.353 509.593

eposito mudharabah 1.367.853 1.364.852

ainnya 42.019 77.195

2.Bank Indonesia

P JPS Syariah - -

ainnya - -

3.Bank – bank lain di Indonesia dan diluar Indonesia


(6)

eposito mudharabah 30.167 10.099

c.Sertifikat investasi mudharabah antar bank 1.597 677

ainnya - -

III Pendaptan operasional setelah distribusi bagi hasil untuk investor dana investasi tidak terikat ( I – II )

3.247.516 4.088.120

IV Beban (pendapatan) penyisihan penghapusan aktiva 549.535 608.212 V Beban (pendapatan) estimasi kerugian komitmen

dan kontinjensi

(640) 193

VI Beban operasional lainnya 1.956.976 2.388.613

A.Beban bonus titipan wadiah 32.905 42.942

B.Beban administrasi dan umum 309.342 468.398

C.Beban personalia 964.882 973.160

D.Beban penurunan nilai surat berharga -

E.Beban promosi 108.094 107.456

F.Beban lainnya 541.753 796.657

VII Laba (rugi) operasional 741.645 1.091.102

Pendapatan dan beban non operasional

VIII Pendapatan non operasional 6.761 7.454

IX Beban non operasional 472 1.423

X Laba (rugi) non operasional 6.289 6.031

XI Laba (rugi) tahun berjalan 747.938 1.097.133

XII Taksiran pajak penghasilan 196.864 291.442

XIII Jumlah laba (rugi) 551.070 805.691

XIV Hak minoritas -/- -

XV Saldo laba (rugi) awal tahun 1.358.882 1.909.952

XVI Deviden - -

XVII Lainnya - 6.540

XVIII Saldo laba (rugi) akhir periode 1.909.952 2.722.183


Dokumen yang terkait

Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia Pada Tahun 2012

1 17 55

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Konvensional Dan Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Bank (Studi Kasus: Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri).

0 0 16

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Konvensional Dan Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Bank (Studi Kasus: Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri).

0 1 17

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BANK MANDIRI KONVENSIONAL TAHUN 2004–2007.

0 1 7

ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI DAN PT. BANK MEGA.

0 0 9

ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN ANTARA PT. BANK RAKYAT INDONESIA DAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI Analisis Komparatif Resiko Keuangan Antara PT. Bank Rakyat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri.

0 0 12

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri)

0 11 22

1. CAR Tahun Modal Aktiva tertimbang menurut resiko CAR - Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Perbankan 2.1.1.1 Pengertian Bank - Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri

0 0 10