KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (1)
KTSP
A. Prinsip dan Acuan Pengembangan KTSP
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
Berpusat pada potensi , perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik, dan lingkungannya, KTSP memiliki prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.Memiliki posisi sentral berarti kegiatan
pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered).
Beragam dan terpadu, Pengembangan kurikulum memerhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta
menghargai serta tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, dan gender.
Tangggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat
dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mengikuti dan dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
Relevan dengan kebutuhan kehidupan, Pengembangan kurikulum dilakukan
dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin
relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengenbangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.
Menyeluruh
dan
berkesinambungan,
Subtansi
kurikulum
mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kanan keilmuan dan mata pelajaran
yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua
jenjang pendidikan.
Belajar
sepanjang
hayat,
Kurikulum
diarahkan
kepada
proses
pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan anatara
unsur-unsur
pendidikan
formal,
nonformal,
dan
informal
dengan
memerhatikan kondisi dan tuntutan keinginan yang selalu berkembang serta
arah pengembangan manusia yang seutuhnya.
Seimbang anatara kepentingan nasional dan kepentingan daerah, Kurikulum
dikembangakan
kepentingan
dengan
daerah
memerhatikan
untuk
membangun
kepentingan
kehidupan
nasional
dan
bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka
Tunggal Ika dalam kerangaka negara kesatuan republik Indonesia (NKRI)
KTSP disusun dengan meperhatikan acuan operasional sebagai
berikut :
Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
Peningktan
potensi,
kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
pekembangan dan kemampuan peserta didik
Keragaman potensi dan karekteristik daerah dan lingkungan
Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Tuntutan dunia kerja
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Agama
Dinamika perkembangan global
Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kesetaraan gender
Karakteristik satuan pendidikan
B. KELEBIHAN KTSP
Setiap kurikulum yang
masing-masing bergantung
kurikulum
tersebut
diberlakukan di Indonesia
memiliki kelebihan
kepada situasi dan kondisi
diberlakukan.
Menurut
direncanakan dapat diberlakukan secara
hemat
menyeluruh
penulis
saat di mana
KTSP
di semua
yang
sekolah-
sekolah di Indonesia pada tahun 2009 itu juga memiliki beberapa kelebihan
dibanding
dengan kurikulum sebelumnya, terutama
kurikulum 2004 atau
KBK. Kelebihan-kelebihan KTSP Antara lain:
a) Mendorong
terwujudnya
otonomi
sekolah
dalam
penyelenggaraan
pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa satu bentuk kegagalan pelaksanaan
kurikulum di masa lalu
adalah adanya penyeragaman kurikulum di
seluruh Indonesia, tidak melihat
kurang
menghargai
kepada situasi riil
potensi
keunggulan
di lapangan, dan
lokal.Dengan
adanya
penyeragaman ini, sekolah di kota sama dengan sekolah di daerah
pinggiran maupun di daerah pedesaan.Penyeragaman kurikulum ini juga
berimplikasi pada beberapa kenyataan bahwa
sekolah
di daerah
pertanian sama dengan sekolah yang daerah pesisir pantai, sekolah
di daerah industri sama dengan di wilayah pariwisata. Oleh karenanya,
kurikulum
tersebut
memberikan
menjadi
kompetensi
kurang
yang
operasional,
cukup bagi
sehingga
tidak
peserta didik
untuk
mengembangkan diri dan keunggulan khas yang ada di daerahnya.
Sebagai
implikasi dari
penyeragaman ini akibatnya
para lulusan
tidak memiliki daya kompetitif di dunia kerja dan berimplikasi pula
terhadap
meningkatnya
kehadiran
KTSP
konkrit
terhadap
Dengan
semangat
dengan
pengangguran.
diharapkan dapat memberikan
mutu
dunia
Untuk
itulah
jawaban
pendidikan
otonomi itu, sekolah
sekolah dapat secara
sesuai
angka
di
yang
Indonesia.
bersama dengan
komite
bersama-sama merumuskan kurikulum yang
kebutuhan,
situasi,
dan
kondisi
sekolah.Sebagai sesuatu yang baru, sekolah mungkin
lingkungan
mengalami
kesulitan dalam penyusunan KTSP. Oleh karena itu,
sekolah dapat
berkonsultasi baik secara vertikal maupun secara horizontal.
Secara
Pendidikan
vertikal,
sekolah
dapat
berkonsultasi
dengan
Daerah Kabupaten a/ Kota, Dinas Pendidikan
Dinas
Provinsi,
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi, dan Departemen
Pendidikan Nasional.
Sedangkan secara horizontal, sekolah dapat
bermitra dengan stakeholder pendidikan dalam merumuskan
Misalnya, dunia
industri, kerajinan, pariwisata, petani,
organisasi profesi, dan lainnya agar
sekolah
KTSP.
nelayan,
kurikulum yang dibuat oleh
benar-benar mampu menjawab kebutuhan di daerah di
mana sekolah tersebut berada.
b) Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah
untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan
program-program pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dasar /menengah yang dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan
untuk
merancang,
kurikulum
mengembangkan,
dan
mengimplementasikan
sekolah sesuai dengan situasi, kondisi,
keunggulan lokal
dan
potensi
yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Sekolah bisa
mengembangkan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar
kompetensi lulusan. Berdasarkan prinsip-prinsip ini, KTSP sangat
relevan dengan konsep desentralisasi pendidikan sejalan pelaksanaan
otonomi daerah dan konsep manajemen berbasis sekolah/MBS yang
mencakup otonomi sekolah di dalamnya. Pemerintah daerah dapat lebih
leluasa berimprovisasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di
samping itu, sekolah bersama komite sekolah diberi otonomi menyusun
kurikulum sendiri sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
c) KTSP
sangat
menitikberatkan
memungkinkan
bagi
setiap
sekolah
/mengembangkan
mata
pelajaran
tertentu
untuk
yang
akseptabel bagi kebutuhan siswa.
Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang
tertuang dalam
Peraturan Mendiknas No 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi dan Peraturan Mendiknas No. 23 tahun
Standar
Kompetensi
Lulusan
SKL,
sekolah
kurikulumnya sendiri. Kurikulum Tingkat Satuan
itu
memungkinkan
wajib
2006 tentang
menyusun
Pendidikan (KTSP)
sekolah menitikberatkan pada mata pelajaran
tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh
misalnya, sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat lebih
fokus pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang
kepariwisataan lainnya.
Sekolah-sekolah tersebut tidak hanya menjadikan materi bahasa
Inggris dan kepariwisataan sebagai mata pelajaran saja, tetapi lebih dari
itu
menjadikan
mata
pelajaran
tersebut
sebagai
sebuah
ketrampilan.
d) KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih20%.
Dengan diberlakukannya KTSP
akan dapat
mengurangi beban
belajar sebanyak 20% karena KTSP tersebut lebih sederhana.Di samping
jam pelajaran akan dikurangi antara 100-200 jam
per tahun,bahan ajar
yang dianggap memberatkan siswa pun akan dikurangi.Meskipun dapat
pengurangan jam pelajaran dan
memberikan
tekanan
pada
bahan
ajar,
pengembangan
KTSP
tetap
kompetensi
siswa.
Pengurangan jam belajar siswa tersebut merupakan rekomendasi dari
BNSP. Rekomendasi
bertahun-tahun
dan
biasanya
ini
beban
yang
dikatakan
cukup unik,
belajar siswa
berubah
karena
selama
tidak mengalami perubahan,
adalah metode pengajaran dan buku
pelajaran semata. Jam pelajaran yang biasa diterapkan kepada siswa
sebelumnya berkisar antara 1.000-1.200 jam pelajaran dalam setahun.
Jika biasanya satu jam pelajaran untuk siswa SD, SMP dan SMA
adalah 45
menit,
maka
rekomendasi
BNS P ini
mengusulkan
pengurangan untuk SD menjadi 35 menit setiap jam pelajaran, untuk
SMP menjadi 40 menit,
dan untuk SMA tidak berubah, yakni tetap 45
menit setiap jam pelajaran.Total 1.000 jam pelajaran dalam
tahun ini
dengan
asumsi setahun
terdapat 36-40
satu
minggu efektif
kegiatan belajar mengajar.dan dalam seminggu tersebut meliputi 36-38
jam pelajaran.
e) KTSP
memberikan
peluang
yang
lebih
luas
kepada
sekolah-
sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan.
Pola kurikulum baru (KTSP) akan memberi angin segar pada
sekolah-sekolah
yang
menyebut dirinya nasional plus.
Sekolah-
sekolah swasta yang kini marak bermunculan itu sejak beberapa tahun
terakhir telah mengembangkan variasi atas kurikulum yang ditetapkan
pemerintah.Sehingga ketika pemerintah kemudian justru
mewajibkan
adanya
pengayaan
dari masing-masing sekolah, sekolah-sekolah
plus itu jelas akan menyambut gembira.
Kehadiran KTSP ini bisa jadi merupakan kabar baik bagi sekolahsekolah plus. Sebagian
sekolah plus tersebut
ditegur
karena memakai
bilingual
yang
bermacam-macam
seperti
semua
ada yang khawatir
atau memakai istilah kurikulum
yang
ada sekarang. Sekarang
bentuk improvisasi dibebaskan asal tidak keluar dari panduan
yang telah ditetapkan dalam KTSP. Sebagai contoh
: Sekolah High
Scope Indonesia, sebelumnya sejak awal berdiri pada 1990
menggunakan kombinasi kurikulum Indonesia
(AS).Kendati mendapat
lisensi dari
telah
dengan Amerika Serikat
AS, namun
pihaknya
tetap
mematuhi kurikulum pemerintah yang dikembangkan sekolah (muatan
lokal, mata pelaran tambahan).
C.
KELEMAHAN KTSP
1. Kurangnya
SDM yang
diharapkan
mampu menjabarkan
KTSP
pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih
minimnya kualitas guru dan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa
diharapkan memberikan
kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk
menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas maupun
di depan kelas. Selain disebabkan oleh rendahnya
kualifikasi,juga
disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas
guru.
2. Kurangnya
sebagai
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
pendukung
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP
Ketersediaan
sarana
dan
prasarana
yang
representatif merupakan salah satu syarat
yang
pelaksanaan
di
KTSP. Sementara
kondisi
lengkap
paling
dan
urgen bagi
lapangan menunjukkan
masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium
serta fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP.
3. Masih
banyak
guru
yang
belum
memahami
KTSP
secara
komprehensif baik konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di
lapangan
Masih
rendahnya
memahami dan
pelaksanaan
kuantitas
guru
menguasai KTSP
sosialisasi masih
yang
diharapkan mampu
dapat
disebabkan
karena
belum terlaksana secara menyeluruh.
Jika tahapan sosialisasi tidak dapat tercapai secara menyeluruh,
maka pemberlakuan KTSP secara nasional yang targetnya hendak
dicapai paling lambat tahun 2009 tidak
memungkinkan untuk dapat
dicapai.
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan
pengurangan jam pelajaran
akan berdampak berkurang pendapatan para guru.
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
menambah persoalan di dunia pendidikan.
ketidaksiapan
sekolah berganti kurikulum,
pendapatan para guru. Sebagaimana
Selain
KTSP akan
menghadapi
KTSP juga mengancam
diketahui
rekomendasi BSNP
terkait pemberlakuan KTSP tersebut berimplikasi pada
pengurangan
jumlah jam mengajar. Hal ini berdampak pada berkurangnya jumlah jam
mengajar para guru.
Akibatnya, guru terancam tidak memperoleh
tunjangan profesi dan fungsional.
D.
PROSES PENYUSUNAN KTSP
1. Analisis konteks
Mengindentifikasi standar isi dan standar kemampuan lulusan sebagai
sumber dan acuan penyusunan KTSP
Menganalisis kondisi yang ada dari satuan pendidikan yang meliputi
peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
biaya dan program-program.
Menganalisis peluang dan tantangan yang ada dimasyarakat dan
lingkungan sekitar, komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan,
asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam dan
sosial budaya.
2. Mekanisme Penyusunan
Tim penyusun
Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK, terdiri atas
guru, konselor, dan kepala sekolag sebagai ketua merangkap anggota.
Didalam kegiatan ini penyusun melibatkan komite sekolah dan narasumber
dan pihak lain yang terkait.
Kegiatan
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan
sekolah/madrasah
Pemberlakuan
Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku
oleh kepala sekolah sekolah mendapat pertimbangan dari komite sekolah
dan diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab
dalam bidang pendidikan untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk
SMA.
E.
DASAR PENYUSUNAN KTSP
Pengembangan KTSP didasarkan pada dua landasan pokok, yakni
landasan empiris dan landasan formal. Landasan empiris diantaranya adalah
pertama, adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan kita baik dilihat
dari sudut proses maupun hasil belajar. Kedua, budaya dengan potensi dan
kebutuhan yang berbeda. Ketiga, selama ini peran sekolah dan masyarakat
dalam pengembangan kurikulum bersifat pasif.
F. LANDASAN PENGEMBANGAN KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang
dan peraturan pemerintah sebagai berikut.
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dalam sisdiknas mengemukakan bahwa Standar Nasional Pendidikan
(SNP) terdiri
atas standar
isi,
proses,
kompetensi
lulusan,
tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. SNP
digunakan
sebagai
acuan
untuk
pengembangan
kurikulum,
tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Selain
itu, sisdiknas juga mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,
Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan
Olah Raga, Keterampilan/Kejuruan dan Muatan Lokal.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Berisi peraturan mengenai SNP yang merupakan kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Dalam peraturan
tersebut dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang
dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL), dan standar
isi. SKL merupakan kulaifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi
tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi
Mengatur tentang standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan
Menegah yang selanjutnya disebut Standar Isi, mencakup lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
Mengatur Satuan Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta didik.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006
Mengatur tentang pelaksanaan SKL dan Standar Isi. Dikemukakan
bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan
menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Berdasarkan peraturan menteri sebagaimana diuraikan di atas,
pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
kurikulum operasional Tingkat Satuan Pendidikan, merupakan tanggung
jawab satuan pendidikan masing-masing. Oleh karena itu, sebutan untuk
kurikulum ini adalah KTSP yang merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, bukan “Kurikulum Tanpa Sentuhan Pakar”.
A. Prinsip dan Acuan Pengembangan KTSP
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
Berpusat pada potensi , perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik, dan lingkungannya, KTSP memiliki prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.Memiliki posisi sentral berarti kegiatan
pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered).
Beragam dan terpadu, Pengembangan kurikulum memerhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta
menghargai serta tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, dan gender.
Tangggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat
dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mengikuti dan dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
Relevan dengan kebutuhan kehidupan, Pengembangan kurikulum dilakukan
dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin
relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengenbangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.
Menyeluruh
dan
berkesinambungan,
Subtansi
kurikulum
mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kanan keilmuan dan mata pelajaran
yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua
jenjang pendidikan.
Belajar
sepanjang
hayat,
Kurikulum
diarahkan
kepada
proses
pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan anatara
unsur-unsur
pendidikan
formal,
nonformal,
dan
informal
dengan
memerhatikan kondisi dan tuntutan keinginan yang selalu berkembang serta
arah pengembangan manusia yang seutuhnya.
Seimbang anatara kepentingan nasional dan kepentingan daerah, Kurikulum
dikembangakan
kepentingan
dengan
daerah
memerhatikan
untuk
membangun
kepentingan
kehidupan
nasional
dan
bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka
Tunggal Ika dalam kerangaka negara kesatuan republik Indonesia (NKRI)
KTSP disusun dengan meperhatikan acuan operasional sebagai
berikut :
Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
Peningktan
potensi,
kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
pekembangan dan kemampuan peserta didik
Keragaman potensi dan karekteristik daerah dan lingkungan
Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Tuntutan dunia kerja
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Agama
Dinamika perkembangan global
Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kesetaraan gender
Karakteristik satuan pendidikan
B. KELEBIHAN KTSP
Setiap kurikulum yang
masing-masing bergantung
kurikulum
tersebut
diberlakukan di Indonesia
memiliki kelebihan
kepada situasi dan kondisi
diberlakukan.
Menurut
direncanakan dapat diberlakukan secara
hemat
menyeluruh
penulis
saat di mana
KTSP
di semua
yang
sekolah-
sekolah di Indonesia pada tahun 2009 itu juga memiliki beberapa kelebihan
dibanding
dengan kurikulum sebelumnya, terutama
kurikulum 2004 atau
KBK. Kelebihan-kelebihan KTSP Antara lain:
a) Mendorong
terwujudnya
otonomi
sekolah
dalam
penyelenggaraan
pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa satu bentuk kegagalan pelaksanaan
kurikulum di masa lalu
adalah adanya penyeragaman kurikulum di
seluruh Indonesia, tidak melihat
kurang
menghargai
kepada situasi riil
potensi
keunggulan
di lapangan, dan
lokal.Dengan
adanya
penyeragaman ini, sekolah di kota sama dengan sekolah di daerah
pinggiran maupun di daerah pedesaan.Penyeragaman kurikulum ini juga
berimplikasi pada beberapa kenyataan bahwa
sekolah
di daerah
pertanian sama dengan sekolah yang daerah pesisir pantai, sekolah
di daerah industri sama dengan di wilayah pariwisata. Oleh karenanya,
kurikulum
tersebut
memberikan
menjadi
kompetensi
kurang
yang
operasional,
cukup bagi
sehingga
tidak
peserta didik
untuk
mengembangkan diri dan keunggulan khas yang ada di daerahnya.
Sebagai
implikasi dari
penyeragaman ini akibatnya
para lulusan
tidak memiliki daya kompetitif di dunia kerja dan berimplikasi pula
terhadap
meningkatnya
kehadiran
KTSP
konkrit
terhadap
Dengan
semangat
dengan
pengangguran.
diharapkan dapat memberikan
mutu
dunia
Untuk
itulah
jawaban
pendidikan
otonomi itu, sekolah
sekolah dapat secara
sesuai
angka
di
yang
Indonesia.
bersama dengan
komite
bersama-sama merumuskan kurikulum yang
kebutuhan,
situasi,
dan
kondisi
sekolah.Sebagai sesuatu yang baru, sekolah mungkin
lingkungan
mengalami
kesulitan dalam penyusunan KTSP. Oleh karena itu,
sekolah dapat
berkonsultasi baik secara vertikal maupun secara horizontal.
Secara
Pendidikan
vertikal,
sekolah
dapat
berkonsultasi
dengan
Daerah Kabupaten a/ Kota, Dinas Pendidikan
Dinas
Provinsi,
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi, dan Departemen
Pendidikan Nasional.
Sedangkan secara horizontal, sekolah dapat
bermitra dengan stakeholder pendidikan dalam merumuskan
Misalnya, dunia
industri, kerajinan, pariwisata, petani,
organisasi profesi, dan lainnya agar
sekolah
KTSP.
nelayan,
kurikulum yang dibuat oleh
benar-benar mampu menjawab kebutuhan di daerah di
mana sekolah tersebut berada.
b) Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah
untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan
program-program pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dasar /menengah yang dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan
untuk
merancang,
kurikulum
mengembangkan,
dan
mengimplementasikan
sekolah sesuai dengan situasi, kondisi,
keunggulan lokal
dan
potensi
yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Sekolah bisa
mengembangkan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar
kompetensi lulusan. Berdasarkan prinsip-prinsip ini, KTSP sangat
relevan dengan konsep desentralisasi pendidikan sejalan pelaksanaan
otonomi daerah dan konsep manajemen berbasis sekolah/MBS yang
mencakup otonomi sekolah di dalamnya. Pemerintah daerah dapat lebih
leluasa berimprovisasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di
samping itu, sekolah bersama komite sekolah diberi otonomi menyusun
kurikulum sendiri sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
c) KTSP
sangat
menitikberatkan
memungkinkan
bagi
setiap
sekolah
/mengembangkan
mata
pelajaran
tertentu
untuk
yang
akseptabel bagi kebutuhan siswa.
Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang
tertuang dalam
Peraturan Mendiknas No 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi dan Peraturan Mendiknas No. 23 tahun
Standar
Kompetensi
Lulusan
SKL,
sekolah
kurikulumnya sendiri. Kurikulum Tingkat Satuan
itu
memungkinkan
wajib
2006 tentang
menyusun
Pendidikan (KTSP)
sekolah menitikberatkan pada mata pelajaran
tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh
misalnya, sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat lebih
fokus pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang
kepariwisataan lainnya.
Sekolah-sekolah tersebut tidak hanya menjadikan materi bahasa
Inggris dan kepariwisataan sebagai mata pelajaran saja, tetapi lebih dari
itu
menjadikan
mata
pelajaran
tersebut
sebagai
sebuah
ketrampilan.
d) KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih20%.
Dengan diberlakukannya KTSP
akan dapat
mengurangi beban
belajar sebanyak 20% karena KTSP tersebut lebih sederhana.Di samping
jam pelajaran akan dikurangi antara 100-200 jam
per tahun,bahan ajar
yang dianggap memberatkan siswa pun akan dikurangi.Meskipun dapat
pengurangan jam pelajaran dan
memberikan
tekanan
pada
bahan
ajar,
pengembangan
KTSP
tetap
kompetensi
siswa.
Pengurangan jam belajar siswa tersebut merupakan rekomendasi dari
BNSP. Rekomendasi
bertahun-tahun
dan
biasanya
ini
beban
yang
dikatakan
cukup unik,
belajar siswa
berubah
karena
selama
tidak mengalami perubahan,
adalah metode pengajaran dan buku
pelajaran semata. Jam pelajaran yang biasa diterapkan kepada siswa
sebelumnya berkisar antara 1.000-1.200 jam pelajaran dalam setahun.
Jika biasanya satu jam pelajaran untuk siswa SD, SMP dan SMA
adalah 45
menit,
maka
rekomendasi
BNS P ini
mengusulkan
pengurangan untuk SD menjadi 35 menit setiap jam pelajaran, untuk
SMP menjadi 40 menit,
dan untuk SMA tidak berubah, yakni tetap 45
menit setiap jam pelajaran.Total 1.000 jam pelajaran dalam
tahun ini
dengan
asumsi setahun
terdapat 36-40
satu
minggu efektif
kegiatan belajar mengajar.dan dalam seminggu tersebut meliputi 36-38
jam pelajaran.
e) KTSP
memberikan
peluang
yang
lebih
luas
kepada
sekolah-
sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan.
Pola kurikulum baru (KTSP) akan memberi angin segar pada
sekolah-sekolah
yang
menyebut dirinya nasional plus.
Sekolah-
sekolah swasta yang kini marak bermunculan itu sejak beberapa tahun
terakhir telah mengembangkan variasi atas kurikulum yang ditetapkan
pemerintah.Sehingga ketika pemerintah kemudian justru
mewajibkan
adanya
pengayaan
dari masing-masing sekolah, sekolah-sekolah
plus itu jelas akan menyambut gembira.
Kehadiran KTSP ini bisa jadi merupakan kabar baik bagi sekolahsekolah plus. Sebagian
sekolah plus tersebut
ditegur
karena memakai
bilingual
yang
bermacam-macam
seperti
semua
ada yang khawatir
atau memakai istilah kurikulum
yang
ada sekarang. Sekarang
bentuk improvisasi dibebaskan asal tidak keluar dari panduan
yang telah ditetapkan dalam KTSP. Sebagai contoh
: Sekolah High
Scope Indonesia, sebelumnya sejak awal berdiri pada 1990
menggunakan kombinasi kurikulum Indonesia
(AS).Kendati mendapat
lisensi dari
telah
dengan Amerika Serikat
AS, namun
pihaknya
tetap
mematuhi kurikulum pemerintah yang dikembangkan sekolah (muatan
lokal, mata pelaran tambahan).
C.
KELEMAHAN KTSP
1. Kurangnya
SDM yang
diharapkan
mampu menjabarkan
KTSP
pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih
minimnya kualitas guru dan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa
diharapkan memberikan
kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk
menjabarkan panduan kurikulum itu (KTSP), baik di atas kertas maupun
di depan kelas. Selain disebabkan oleh rendahnya
kualifikasi,juga
disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas
guru.
2. Kurangnya
sebagai
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
pendukung
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP
Ketersediaan
sarana
dan
prasarana
yang
representatif merupakan salah satu syarat
yang
pelaksanaan
di
KTSP. Sementara
kondisi
lengkap
paling
dan
urgen bagi
lapangan menunjukkan
masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium
serta fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP.
3. Masih
banyak
guru
yang
belum
memahami
KTSP
secara
komprehensif baik konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di
lapangan
Masih
rendahnya
memahami dan
pelaksanaan
kuantitas
guru
menguasai KTSP
sosialisasi masih
yang
diharapkan mampu
dapat
disebabkan
karena
belum terlaksana secara menyeluruh.
Jika tahapan sosialisasi tidak dapat tercapai secara menyeluruh,
maka pemberlakuan KTSP secara nasional yang targetnya hendak
dicapai paling lambat tahun 2009 tidak
memungkinkan untuk dapat
dicapai.
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan
pengurangan jam pelajaran
akan berdampak berkurang pendapatan para guru.
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
menambah persoalan di dunia pendidikan.
ketidaksiapan
sekolah berganti kurikulum,
pendapatan para guru. Sebagaimana
Selain
KTSP akan
menghadapi
KTSP juga mengancam
diketahui
rekomendasi BSNP
terkait pemberlakuan KTSP tersebut berimplikasi pada
pengurangan
jumlah jam mengajar. Hal ini berdampak pada berkurangnya jumlah jam
mengajar para guru.
Akibatnya, guru terancam tidak memperoleh
tunjangan profesi dan fungsional.
D.
PROSES PENYUSUNAN KTSP
1. Analisis konteks
Mengindentifikasi standar isi dan standar kemampuan lulusan sebagai
sumber dan acuan penyusunan KTSP
Menganalisis kondisi yang ada dari satuan pendidikan yang meliputi
peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
biaya dan program-program.
Menganalisis peluang dan tantangan yang ada dimasyarakat dan
lingkungan sekitar, komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan,
asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, sumber daya alam dan
sosial budaya.
2. Mekanisme Penyusunan
Tim penyusun
Tim penyusun KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK, terdiri atas
guru, konselor, dan kepala sekolag sebagai ketua merangkap anggota.
Didalam kegiatan ini penyusun melibatkan komite sekolah dan narasumber
dan pihak lain yang terkait.
Kegiatan
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kegiatan perencanaan
sekolah/madrasah
Pemberlakuan
Dokumen KTSP pada SD, SMP, SMA, dan SMK dinyatakan berlaku
oleh kepala sekolah sekolah mendapat pertimbangan dari komite sekolah
dan diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab
dalam bidang pendidikan untuk SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk
SMA.
E.
DASAR PENYUSUNAN KTSP
Pengembangan KTSP didasarkan pada dua landasan pokok, yakni
landasan empiris dan landasan formal. Landasan empiris diantaranya adalah
pertama, adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan kita baik dilihat
dari sudut proses maupun hasil belajar. Kedua, budaya dengan potensi dan
kebutuhan yang berbeda. Ketiga, selama ini peran sekolah dan masyarakat
dalam pengembangan kurikulum bersifat pasif.
F. LANDASAN PENGEMBANGAN KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang
dan peraturan pemerintah sebagai berikut.
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dalam sisdiknas mengemukakan bahwa Standar Nasional Pendidikan
(SNP) terdiri
atas standar
isi,
proses,
kompetensi
lulusan,
tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. SNP
digunakan
sebagai
acuan
untuk
pengembangan
kurikulum,
tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Selain
itu, sisdiknas juga mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,
Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan
Olah Raga, Keterampilan/Kejuruan dan Muatan Lokal.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Berisi peraturan mengenai SNP yang merupakan kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Dalam peraturan
tersebut dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang
dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL), dan standar
isi. SKL merupakan kulaifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi
tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi
Mengatur tentang standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan
Menegah yang selanjutnya disebut Standar Isi, mencakup lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
Mengatur Satuan Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta didik.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006
Mengatur tentang pelaksanaan SKL dan Standar Isi. Dikemukakan
bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan
menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Berdasarkan peraturan menteri sebagaimana diuraikan di atas,
pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
kurikulum operasional Tingkat Satuan Pendidikan, merupakan tanggung
jawab satuan pendidikan masing-masing. Oleh karena itu, sebutan untuk
kurikulum ini adalah KTSP yang merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, bukan “Kurikulum Tanpa Sentuhan Pakar”.