HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE ACTIV (2)

PENDAHULUAN

Perkembangan industri pada era globalisasi sangat pesat sehingga
mengakibatkan meningkatnya persaingan bisnis. Lingkungan bisnis saat ini telah
banyak mengalami perubahan seperti teknologi yang maju, daur hidup produk
semakin pendek, kerumitan produksi semakin meningkat dan standar kualitas
yang dibutuhkan konsumen semakin meningkat sehingga menyebabkan adanya
modifikasi yang signifikan dalam praktik manajemen suatu perusahaan.
Activity Based Costing System (ABC system) merupakan sistem informasi
biaya yang mengubah cara yang digunakan oleh manajemen dalam mengelola
perusahaan bisnis. Activity Based Costing System (ABC system) pengelolaan
bisnisnya berdasarkan aktivitas. Informasi tentang aktivitas diukur, dicatat, dan
disediakan dalam shared database. Penerapan sistem ini bersifat kontemporer
yang didesain untuk dapat diterapkan dalam berbagai jenis perusahaan baik itu
manufaktur, jasa, maupun dagang yang memiliki keanekaragaman jenis produk.
Perusahaan saat ini telah banyak memutuskan untuk memilih melakukan
perubahan disebabkan adanya suatu tekanan persaingan yang ketat dari
kompetitornya. Perubahan tersebut berupa perubahan lingkungan proses produksi,
yaitu otomasi pabrikasi. Penerapan teknologi ini akan menyebabkan biaya
overhead dalam elemen harga pokok produksi akan menempati porsi lebih besar
sehingga diperlukan kalkulasi dan pembebanannya pada harga pokok produksi

sesuai dengan proporsi aktivitas yang dikonsumsi. Perubahan secara revolusioner
baik itu dalam peningkatkan kompetisi global, kecanggihan teknologi informasi,
dan reorganisasi manajeman kadang ditempuh oleh perusahaan demi terwujudnya
stabilitas posisi perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Biaya
Menurut Horngren (2006) biaya adalah sumber daya yang harus
dikeluarkan dengan tujuan untuk mencapai keinginan tertentu. Hansen dan
Mowen (2004) mendefinisikan biaya sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang
harus dikorbankan dengan tujuan untuk mendapatkan barang atau jasa sebagai
hasil dan dapat memberikan manfaat saat ini atau untuk masa yang akan datang
bagi organisasi ataupun individu. Jadi biaya merupakan sumber daya yang
dikorbankan untuk menghasilkan produk atau jasa dengan tujuan tertentu dan
sesuai dengan yang diinginkan. Terdapat 4 unsur pokok dalam definisi biaya
tersebut, yaitu sebagai berikut (Eprilianta, 2011) :
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
b. Pengorbanan yang dilakukan adalah untuk memperoleh pendapatan atau
barang dan jasa.

c. Diukur dalam satuan uang.
d. Manfaatnya adalah untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, serta
untuk tujuan tertentu.
Penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokok dari kegiatan perusahaan
salah satunya yaitu biaya produksi. Biaya produksi yaitu biaya yang berhubungan
dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk
dijual. Terdapat 3 kategori biaya produksi, diantaranya yaitu (Akbar,2011):
1. Bahan Baku Langsung
Bahan baku langsung adalah bahan yang dapat di telusuri secara langsung
ke barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan langsung ini
dapat dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat digunakan
untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk yang
dihasilkan. Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang
digunakan dalam penyediaan jasa pada umumnya diklasifikasikan sebagai
bahan langsung. Contohnya tepung terigu sebagai bahan baku dasar
pembuatan roti.
2. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung, adalah biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri
pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti halnya bahan

langsung, pengamatan fisik dapat juga digunakan dalam mengukur
kuantitas karyawan yang digunakan dalam memproduksi suatu produk dan
jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau
menyediakan jasa kepada pelanggan dalam melakukan produksi sehingga
dapat diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung.
3. Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya overhead pabrik dapat dibagi atas :
a. Bahan Tidak Langsung
Bahan tidak langsung

adalah

bahan

yang

dibutuhkan


guna

menyelesaikan suatu produk, tetapi sulit diukur per unit produknya.
Contohnya yaitu dalam perusahaan percetakan buku sangat sulit
mengukur konsumsi atau kebutuhan lem per unit buku yang dihasilkan.
b. Tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja yang dikerahkan secara tidak langsung mempengaruhi
pembuatan

barang

jadi.

Contohnya

supervisor

produksi

yang


mengawasi mutu proses pembuatan roti.
c. Biaya tidak langsung lainnya
Secara sederhana dapat didefinisikan sebagai BOP selain BOP bahan
tidak langsung dan BOP tenaga kerja tidak langsung. Contohnya Pajak
pemakaian air tanah, kebersihan, pajak penghasilan dan lain
sebagainya.

2. Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui berapa
besarnya biaya yang dikorbankan dalam pengolahan bahan baku menjadi barang
jadi yang siap untuk dipakai dan dijual. Penentuan harga pokok produksi sangat

penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen yang dapat
digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan untuk
mengambil keputusan dan menentukan besarnya laba.
Komponen-komponen harga pokok produk terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap
maupun variabel. Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan
kebutuhan manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak

diperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk.
Metode perhitungan harga pokok yaitu Full costing dan Activity Based Costing.
Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan
terhadap biaya produksi yang bersifat tetap.
Penentuan harga pokok produksi merupakan unsur biaya produksi
terhadap suatu produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Cara
perhitungan harga pokok produksi sebagai berikut:
HPP = BBBU + BTKL + BOP

…(1)

Keterangan :
HPP

: Harga Pokok Produksi

BBBU : Biaya Bahan Baku Utama
BTKL : Biaya Tenaga Kerja Langsung
BOP


: Biaya Overhead Pabrik

3. Metode Activity Based Costing (ABC)
Metode Activity Based Costing menurut

Mulyadi (2007) adalah metode

penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga
pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen. Pengertian Activity Based Costing

(ABC) yang lain juga dikemukakan oleh Hansen and Mowen (1999) sebagai suatu

sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian
ke produk. Activity based costing

merupakan perhitungan biaya yang

menekankan pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan jenis pemicu biaya lebih
banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk
secara lebih akurat dan dapat membantu pihak manajemen dalam meningkatkan

mutu pengambilan keputusan perusahaan.
Sistem Activity Based Costing tidak hanya difokuskan dalam perhitungan
biaya produk secara akurat, namun dimanfaatkan untuk mengendalikan biaya
melalui penyediaan informasi tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya
biaya. Sistem ABC ini menelusuri biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.
3.1

Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing
Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus

pada aktifitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity
Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya
yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah
setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni,
bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi.
Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya
ditelusuri ke aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan
bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk.


Gambar 1

Konsep dasar Activity Based Costing (ABC)

Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan
secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan
oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional
disebut sebagai biaya variabel. Metode ABC memperbaiki keakuratan
perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya
overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan
volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut
meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri kemasing-masing produk.
Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan
kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan
keputusan (Hansen dan Mowen, 1999).
Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan
penerapan metode ABC, yaitu (Supriyono, 1999) :
1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan
dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi

hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika
digunakan akuntansi biaya tradisional pun informasi biaya yang dihasilkan
masih akurat sehingga penggunaan sisitem ABC kehilangan relevansinya.
Artinya Activity Based Costing akan lebih baik diterapkan pada
perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume
produksi saja.
2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit
harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua
biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya.
Pada kondisi ini penggunaan system ABC justru tidak tepat karena sistem
ABC hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya
baik unit maupun non unit (memakai banyak cost driver). Apabila
berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya
tradisional atau sistem ABC membebankan biaya overhead dalam jumlah
yang sama. Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi

paling rendah) mungkin masih dapat mengunakan sistem tradisional tanpa
ada masalah.
3.2


Komponen Dasar Activity Based Costing System (ABC System)
Komponen dasar yang digunakan dalam Activity Based Costing System

(ABC system)adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas (activity)
b. Cost Pool
c. Cost Driver
d. Objek Biaya (Cost Object)
e. Resource driver
Cost driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver
merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Cost
driver atau pemicu biaya digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada
output yang secara stuktural berbeda dengan yang digunakan dalam sistem biaya
konvensional. Sistem konvensional cost driver hanya dilihat pada tingkat unit.
Activity Based Costing System (ABC system) terdapat beberapa cost driver, yaitu :
a. Unit level cost
Menurut Carter dan Usry (2009) Biaya tingkat unit (unit level cost)
adalah biaya yang pasti akan meningkat ketika satu unit diproduksi.
Biaya ini adalah satu-satunya biaya yang selalu dapat dengan akurat
dibebankan secara proporsional terhadap volume. Contoh-contoh dari
biaya tingkat unit mencakup biaya listrik, biaya pemasaran, dan biaya
petugas inspeksi.
b. Batch level cost
Menurut Carter dan Usry (2009) biaya tingkat batch (batch level cost)
adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan
dijual. Contoh dari biaya batch mencakup biaya persiapan dan sebagian
besar dari biaya penanganan bahan baku.
c. Product level cost
Menurut Carter dan Usry (2009) biaya tingkat produk atau (product level
cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk
berbeda yang dihasilkan. Biaya tersebut tidak harus dipengaruhi oleh
produksi dan penjualan dari satu batch atau satu unit lebih banyak.

Beberapa contoh dari biaya tingkat produk adalah biaya desain produk,
biaya pengembangan produk, biaya pembuatan prototipe.
d. Plant level cost
Menurut Carter dan Usry (2009) biaya tingkat pabrik (plant level cost)
adalah biaya untuk memelihara kapasitas dilokasi produksi. Contoh dari
biaya tingkat pabrik mencakup sewa, penyusutan, pajak properti, dan
asuransi untuk bangunan pabrik.
Menurut Cooper dan Kaplan (1991) penentuan banyaknya cost driver
yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan product cost yang
diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost
driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain
semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver
yang dibutuhkan.
Pemilihan cost driver yang tepat terdiri dari tiga faktor yang harus
dipertimbangkan yaitu (Cooper dan Kaplan, 1991):
1. Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan
cost driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya
pengukuran lebih rendah akan dipilih.
2. Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver
terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya (degree of correlation).
Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih.
3. Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effec). Cost
driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih.
3.3

Prosedur Pembebanan Biaya Sistem Activity Based Costing (ABC)
Menurut Hariadi (2002) menjelaskan bahwa sistem biaya tradisional

mendistribusikan biaya overhead produksi ke produk dengan menggunakan dasar
aplikasi yang disebut dengan unit based measures (penggunaan berdasarkan
jumlah/volume unit), yaitu jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung,
jam mesin, biaya bahan baku langsung dibebankan secara rata pada seluruh produk
yang dihasilkan. Sistem biaya ini mengasumsikan bahwa sumber daya yang

dikonsumsi proporsional dengan acuan tersebut. Sistem biaya tradisional ini
menggunakan pembeban biaya dua tahap, tahap pertama adalah biaya overhead
didistribusikan ke pusat-pusat biaya (cost centre). Pada tahap kedua, biaya yang
terakumulasi dalam tiap pusat biaya dialokasikan ke produk dengan menggunakan
pemicu unit based tersebut.

Pada Activity Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad
pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya
tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada
tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap
kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional (Cooper, 1991).
Pada sistem ABC penelusuran biaya Pertama kali dilakukan pada biaya
aktivitas dan kemudian ke produk yang dihasilkan. Dalam sistem biaya ABC ini juga
dikenal adanya prosedur pembebanan biaya aktivitas kepada produk berdasarkan
aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang dihasilkan tersebut.

Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC melalui dua tahap
kegiatan yaitu (Mulyadi, 1993) :
1. Tahap Pertama

Pengumpulan biaya dalam homogeneous cost pool. Homogeneous
Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi
biayanya dapat diartikan dengan satu pemicu biaya saja, atau untuk
dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas
overhead produk.
Tahap pertama terdiri dari empat langkah yaitu:
a. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas
b. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada
langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari empat
kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing,
product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing.

Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)
Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas
berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi.
Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan,
karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsiona
dengan jumlah unit yang diproduksi.
b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)
Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan
berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan
seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman
konsumen adalah aktivitas berlevel batch.
c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities)
Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan
biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit
yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk
atau mengiklankan produk.

d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities)
Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses
operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak
berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara
bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini
termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan
komputer dan sebagainya.
c. Mengidentifikasikan Cost driver
Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver.
Menentukan tarif/unit cost driver
d. Menentukan tarif/unit Cost Driver adalah biaya per unit Cost driver
yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cost driver dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:
...(2)

2. Tahap Kedua
Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk
yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari
setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb:
...(3)

Gambar 2
3.4

Prosedur Pembebanan Biaya

Perbandingan Sistem Biaya ABC dengan Sistem Biaya Tradisional

Suatu temuan yang konsisten dari buku akuntansi biaya tradisional adalah
ketidak tepatan dalam menggunakan informasi biaya untuk menjalankan suatu pabrik
manufakturing. Hal ini berbeda dengan sistem biaya ABC yang memberikan
informasi biaya yang lebih akurat. Sistem biaya ABC menelusuri biaya produksi tidak
langsung ke unit, batch, lintasan produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan aktifitas
tiap level. Metode penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk yang lebih
akurat dan lebih realistis.
Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya
Activity- Based Costing (ABC) adalah sebagai berikut (Tunggal, 1995):
1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu biaya
(driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap
produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead
secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non
reprersentatif.
2.

Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem
biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti
laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan
profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.

3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan
ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu
pandangan fungsional silang mengenai organisasi.
4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis
varian dari pada sistem tradisional , karena kelompok biaya (Cost Pools) dan
pemicu biaya (Cost Driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat
menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya
aktual apabila kebutuhan muncul.

Tabel 1. Perbedaan Penetapan Harga Pokok Produk Tradisional dengan Metode
Activity Based Costing

3.5

Keunggulan dari Sistem Biaya Activity Based Costing (ABC)
Keunggulan dari sistem biaya Activity based Costing (ABC) dalam penentuan

biaya produksi adalah sebagai berikut (Nurhayati, 2004):
1. Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur
teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang
signifikan dari total biaya.
2. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang
modern, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang.
Analisis system biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua
aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.
3. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya
(activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi
aktivitas.
4. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya
dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang
tidak menambah nilai terhadap produk.
5. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang
modem dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple cost drivers),
banyak dari pemicu biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transactionbased) dari pada berbasis volume produk.
6. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari
biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang
relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.
7. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses,
pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.

8. Sistem ABC ini akan menghilangkan aktivitas-aktivitas dan waktu yang tidak
memiliki nilai tambah pada proses pembuatan suatu produk. Waktu yang tidak
bernilai tambah tersebut adalah waktu pindah, waktu inspeksi, dan waktu
tunggu.
Cara untuk menghilangkan atau mengurangi waktu yang tidak memiliki nilai
tambah yaitu :
1. Kegiatan inspeksi dapat dihilangkan dengan menggunakan total quality
control dan zero defect manufacturing, waktu pindah dapat dikurangi dengan
celluer manufacturing, dan waktu tunggu dapat dikurangi dengan
mengembangkan sistem JIT.
2. Memilih alternatif-alternatif kegiatan yang membutuhkan biaya terendah.
3. Mengurangi waktu dan sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu kegiatan.
4. Meningkatkan efisiensi kegiatan yang mendatangkan nilai tambah ke tingkat
skala ekonomi tanpa diikuti oleh kenaikan total biaya kegitan tersebut
sehingga biaya per unit kegiatan yang dibebankan pada produk akan
menurun.

3.6

Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas
Jika syarat-syarat penerapan sistem ABC sudah terpenuhi, maka sebaiknya

perusahaan menerapkan sistem ABC dan segera mendesain ulang sistem
akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai berikut (Supriyono, 1999) :
1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan
Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajer
melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. Informasi
biaya produk yang lebihteliti sangat penting artinya bagi manajemen jika
perusahaan menghadapi persaingan yang tajam.
2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap
kegiatan untuk mengurangi biaya overhead. Sistem ABC mengidentifikasi
biaya overhed dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut.
Pembebanan overhead harus mencerminkan jumlah permintaan overhead
(yang dikonsumsi) oleh setiap produk. Sistem ABC mengakui bahwa tidak

semua overhed bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Dengan
menggunakan biaya berdasarkan unit dan non unit overhead dapat lebih
akurat ditelusuri ke masingmasing produk.
3. Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan.
Karena sistem ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang
dihubungkan.