LOMBA KARYA TULIS ILMIAH SEMARAK BIDIK M

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH
SEMARAK BIDIK MISI PRESTATIF 2016

PENDIDIKAN ALTERNATIF BERBASIS ECO-GRADUAL SEBAGAI
UPAYA MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN PENDIDIKAN
KOMUNITAS ORANG RIMBA DI DESA PEMAYUNGAN
KECAMATAN SUMAY KABUPATEN TEBO
TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH

Diusulkan oleh:
Ketua

: Soni Afriansyah

RSA1C115003/2015

Anggota

: Desi Aulia Ulpa

A1A114014/2014


Ahmad Rifki

A1A115004/2015

UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya, maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Pendidikan

Alternatif

Berbasis

Eco-Gradual


sebagai

Upaya

Memperjuangkan Kemerdekaan Pendidikan Komunitas Orang Rimba di
Desa Pemayungan Kec. Sumay, Kab. Tebo Taman Nasional Bukit Tigapuluh”.
Sholawat dan salam senantiasa terlimpah untuk Nabi Muhammad SAW, Nabi
junjungan yang telah membawa perubahan, pencerahan dan rahmat bagi seluruh
alam.
Dalam penulisan karya tulis ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
kepada :
1. Prof. Dr. M. Rusdi, selaku Dekan Fakultas FKIP Universitas Jambi.
2. Drs. Abu Bakar, M.Pd selaku Wakil Dekan III FKIP Universitas Jambi.
3. Aulia Sanova,S.T., M.Pd selaku dosen pembimbing penulisan karya tulis.
4. Orangtua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberi dukungan pada
kepada kami.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan karya
tulis ini, yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan sangat
jauh dari sempurna. Akhirnya kami mohon kritik, saran, dan masukan yang
membangun sebagai pedoman kami dalam melangkah ke arah yang lebih baik lagi.
Semoga karya tulis ini dapat berguna bagi kita semua.

Jambi, 26 Oktober 2016

Penulis

iii

Pendidikan Alternatif Berbasis Eco-Gradual sebagai Upaya
Memperjuangkan Kemerdekaan Pendidikan Komunitas Orang Rimba
di Desa Pemayungan Kec. Sumay, Kab. Tebo
Taman Nasional Bukit Tigapuluh
1Soni

Afriansyah, 2Desi Aulia Ulpa, 3Ahmad Rifki
Dosen Pengampu: Aulia Sanova, S.T., M.Pd


Jurusan Pend. Kimia dan Pend. Ekonomi, FKIP, Universitas Jambi, Jambi

ABSTRAK
Indonesia memiliki berbagai keragaman terminologi suku-suku yang
dilatarbelakangi pandangan terhadap kerharmonisan budaya yang dominan.
Setelah 71 tahun Indonesia merdeka, masih banyak suku asli yang hidup
berdasarkan keaslian budayanya yang mana suku tersebut memiliki jati diri dan
norma yang hidup berbeda dari masyarakat umum. Suku minoritas tersebut salah
satunya yaitu Suku Anak Dalam atau Orang Rimba atau dikenal dengan Suku
Kubu. Namun, ditengah kondisi pada era globalisasi saat ini terjadi dengan
ditambah kondisi Indonesia yang mengalami berbagai krisis multidimensi. Hal ini
membuat pendidikan tidak merata untuk dikembangkan di daerah terpencil. Seperti
halnya yang terdapat di Desa Pemayungan Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo
kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Pola pendidikan yang pemerintah
terapkan yang disamakan dengan pendekatan mainstrim layaknya sekolah umum
tidak dapat diterapkan pada anak-anak Rimba. Dengan hidup yang memencar
dalam suatu kelompok-kelompok kecil, akan sangat sulit bagi anak Rimba untuk
bisa bergabung dengan sistem pendidikan yang telah pemerintah terapkan
tersebut. Oleh sebab itu, penulis melakukan program pendidikan alternatif demi
mengoptimalisasikan kebudayaan dan pendidikan di daerah tersebut yaitu dengan

cara pendekatan secara gradual. Penerapan pengembangan pendekatan gradual
adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan area hutan sebagai media
yang paling dekat dan tepat bagi kehidupan orang Rimba. Artinya kita harus hidup
dengannya, sebagai perintis dengan cara BTH (Baca Tulis Hitung). Tujuannya
untuk memberikan kesempatan pada anak-anak Rimba untuk mendapatkan
pendidikan agar nantinya bisa mendapatkan pendidikan jika suatu saat nanti ada
yang mau melanjutkan ke sekolah-sekolah umum. Diharapkan dengan pola
pendidikan alternatif untuk Komunitas Orang Rimba tersebut, dengan baik dan
merata di kalangan kelompok masyarakat adat, mampu menjadikan generasi
kedepannya dapat berdaya saing dan mampu hidup layak sesuai adat, budaya dan
keinginan mereka sehingga dapat tercapainya Indonesia yang sejahtera.

Kata Kunci: Pendidikan alternatif, Pendekatan Gradual, Komunitas Orang
Rimba, Indonesia Sejahtera

iv

DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................


i

Halaman Pengesahan .......................................................................................

ii

Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Abstrak ............................................................................................................. iv
Daftar Isi ..........................................................................................................

v

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................

2


1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ..............................................................

2

1.4 Batasan Masalah ....................................................................................

2

Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Pendidikan Alternatif
2.1.1 Definisi Pendidikan .........................................................................

3

2.1.2 Definisi Alternatif ............................................................................

3

2.1.3 Konsep Pendidikan Alternatif .........................................................


3

2.1.4 Tujuan Pendidikan Alternatif .........................................................

4

2.2 Eco-Gradual ..........................................................................................

5

2.3 Orang Rimba .........................................................................................

5

2.4 Letak Geografis Desa Pemayungan, Sumay, Tebo TNBT ....................

6

Bab III Metode Penulisan

3.1 Metode Penulisan ..................................................................................

8

3.1.1 Analisis Data Kualitatif ...................................................................

8

3.1.2 Teknik Studi Pustaka .......................................................................

8

3.1.3 Metode Analisis Data ......................................................................

8

3.2 Kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung penilaian alternatif
berbasis Eco-Gradual ............................................................................

9


3.3 Skema Konsep Pembelajaran berbasis Eco-Gradual ............................

9

Bab IV Hasil dan Pembahasan ......................................................................... 10
Bab V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15
5.2 Saran ...................................................................................................... 15
Daftar Pustaka .................................................................................................. 16
v

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara majemuk yang memiliki berbagai suku
bangsa yang tersebar di berbagai daerah. Walaupun telah 71 tahun merdeka, masih

terdapat Suku Asli yang hidup berdasarkan keaslian budayanya yaitu sebagai suku
yang memiliki jati diri dan norma hidup yang berbeda dari masyarakat umum
lainnya. Di Indonesia, hak suku-suku asli telah diakui terdapat pada pasal 18 UUD
1945 tentang Pemerintah Daerah “hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang
bersifat istimewa”. Selain itu, Pada tanggal 13 September 2007 Pemerintah
Indonesia juga ikut menandatangani deklarasi United Nation Declaration on The
Rights of Indigenous Peoples (UNDRIP) yang mengamanatkan bahwa Masyarakat

Adat memiliki hak yang sama terkait penghidupan, pendidikan, mempertahankan
identitas, dan bebas dari segala bentuk diskriminasi.
Masyarakat Adat merupakan bagian dari Komunitas Adat Terpencil yang
pada hakikatnya, kehidupannya berada di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan
Terpencil). Tak jarang hak memperoleh pendidikan kurang terjamah di daerah
tersebut, salah satunya ada pada Komunitas Orang Rimba atau Suku Anak Dalam.
Suku Anak Dalam atau Orang Rimba atau biasa dikenal dengan Suku Kubu
merupakan suku asli minoritas melayu yang hidupnya di Pulau Sumatra, tepatnya
pedalaman Provinsi Jambi. Komunitas Orang Rimba tersebut salah satunya berada
di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh di Desa Pemayungan Kecamatan
Sumay Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Hal ini dilansir berdasarkan data yang
dihimpun dari KKI Warsi bahwa di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh
(TNBT), Orang Rimba yang mendiami wilayah tersebut kehilangan hak dasarnya
untuk memperoleh pendidikan, karena sistem pendidikan yang diterapkan oleh
pemerintah belum mengakomodir pada Komunitas Orang Rimba tersebut.
Melihat keadaan Indonesia pada dewasa ini dengan berbagai krisis
multidimensi yang terjadi, timbul pengaruh dalam kemerdekaan pendidikan itu
sendiri. Meskipun sudah merdeka, makna kemerdekaan bagi Orang Rimba masih
sangat jauh dari apa arti kata merdeka itu sendiri. Merdeka yang berarti kebebasan

2

atau kesempatan yang mana memiliki kesetaraan hidup yang sama dalam artian
pendidikan, kehidupan, kesehatan dan keseimbangan dalam taraf ekonomi. Dalam
hal ini, diperlukan beberapa upaya agar dapat memperjuangkan kemerdekaan
pendidikan bagi Komunitas Orang Rimba dan pengoptimalisasian sumber daya
alam di kawasan Taman Nasional tersebut. Dalam hal ini sebagai suatu kegiatan
pengajaran yang memerlukan pola pengembangan pendekatan yang nantinya dapat
diterima di Komunitas Orang Rimba tersebut.
Oleh sebab itu, pendekatan tersebut penulis terapkan dalam pendidikan
alternatif berbasis pendekatan gradual guna memperjuangkan kemerdekaan
pendidikan bagi Komunitas Orang Rimba, dimana sebagai media pembelajaran
pada pendekatan tersebut adalah area hutan sebagai tempat hidupnya Orang Rimba.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana proses
pendidikan alternatif berbasis pendekatan gradual guna memperjuangkan
kemerdekaan pendidikan bagi Komunitas Orang Rimba di Desa Pemayungan
Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dapat mengembangkan kreatifitas dan inovasi dalam segi pemikiran dan
tindakan khususnya dalam bidang pendidikan.
2. Bagi Pendidik dan Masyarakat Rimba
Dapat mempermudah proses pembelajaran bagi guru dan siswa di
Komunitas Orang Rimba dengan konsep pembelajaran berbasis lingkungan.
3. Bagi Pemerintah
Membantu pemerintah untuk memecahkan permasalahan keterbelakangan
pendidikan pada Komunitas Adat Terpencil dan dapat mewujudkan
Indonesia yang sejahtera.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, pembahasan hanya berfokus pada metode
pendekatan gradual yang mana area hutan sebagai media pembelajaran guna
memperjuangkan kemerdekaan Komunitas Orang Rimba yaitu dengan berbasis
pada cara Baca Tulis Hitung (BTH).

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Alternatif
2.1.1 Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendidikan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan
organisasi pendidikan. Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat (Ihsan Fuad, 2005). Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan
merupakan permintaan dalam kehidupan anak-anak. Intinya adalah bahwa
pendidikan mengarah semua kekuatan yang ada di alam agar peserta didik sebagai
manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan yang tinggi dan
kebahagiaan hidup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagai
proses pengembangan seorang individu dengan tujuan dapat membentuk sikap dan
perilaku yang berguna untuk masyarakat. Proses tersebut bisa dipengaruhi oleh
lingkungan yang nantinya dapat mencapai keterampilan sosial dan dapat
mengembangkan kepribadiannya.
2.1.2 Definisi Alternatif

Alternatif adalah satu dari dua atau lebih cara untuk mencapai tujuan atau
akhir yang sama. Alternatif tidak harus menjadi pengganti dekat untuk pilihan
pertama (atau alternatif lain), atau harus memecahkan masalah dengan cara tertentu.
Arti kata alternatif sendiri berarti suatu pilihan sebagai solusi dari permasalahan
atas kebijakan yang diterapkan kurang memenuhi untuk tercapainya tujuan.
2.1.3 Konsep Pendidikan Alternatif

Istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik yang meliputi
sejumlah besar program atau cara pemberdayaan peserta didik yang dilakukan
berbeda dengan cara tradisional. Secara umum berbagai bentuk pendidikan
alternatif itu mempunyai tiga kesamaan yaitu: 1) pendekatannya yang lebih bersifat

4

individual; 2) memberikan perhatian lebih besar kepada peserta didik,
orangtua/keluarga, dan pendidik; 3) dikembangkan berdasarkan minat dan
pengalaman. Menurut Dewantara (1964),

terdapat 3 tri pusat pendidikan

Dewantara mengartikan pendidikan secara luas yang meliputi tri pusat pendidikan,
yaitu pendidikan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Ke tiga lingkungan itu harus berkembang secara selaras, serasi dan
berimbang, sehingga memungkinkan anak dapat berkembang secara utuh. Oleh
sebab itu, pendidikan lingkungan merupakan solusi alternatif untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan sesuai dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan.
Dengan demikian, pendidikan alternatif merupakan unsur imperatif dalam
masyarakat madani, dan karena itu perlu terus dikembangkan dan dibina dalam
usaha reformasi demi pembangunan pendidikan.
2.1.4 Tujuan Pendidikan Alternatif

Pasang surutnya perkembangan pendidikan alternatif tidak terlepas dari
kebijakan pembangunan pendidikan. Untuk terpenuhinya pendidikan dalam
pembangunan, serta terciptanya masyarakat madani. Tujuan pendidikan alternatif
berguna untuk mengembangkan kepribadian sehingga kebutuhan masyarakat dapat
terwujud. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara (1889-1959)
mengembangkan pendidikan Taman Siswa sebagai suatu perjuangan menentang
penjajahan dalam segala bentuknya. Beberapa azas perjuangan itu adalah: 1)
adanya hak seseorang untuk mengatur dirinya sendiri; 2) pengajaran harus
mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batin, pikiran dan tenaga; 3)
pengajaran jangan terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran karena hal itu
dapat memisahkan orang terpelajar dengan rakyat; dan 4) berkehendak untuk
mengusahakan kekuatan diri sendiri. Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922
pada awalnya dapat dikategorisasikan sebagai suatu pendidikan alternatif, yaitu
sekolah swasta yang programnya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan pada
waktu itu, yaitu perjuangan melawan penjajahan/penindasan. Dari hal tersebut,
dapat dianalisis bahwa tujuan pendidikan alternatif adalah terbentuknya watak dan
moral yang tinggi serta untuk berkembangnya potensi optimal masing-masaing
peserta didik/warga belajar. Sehingga, terciptalah masyarakat madani ditandai oleh
adanya keseimbangan antar pribadi dan masyarakat dengan pemerintah.

5

2.2 Eco – Gradual
Ecogradual merupakan gabungan dari dua kata Eco dan Gradual. Eco

berarti lingkungan. Sedangkan menurut KBBI arti dari Gradual adalah tahapan.
Dengan demikian ecogradual berarti tahapan yang terjadi pada lingkungan.
Tahapan yang terjadi pada lingkungan itu dapat berupa tahapan sosial, ekonomi,
kebudayaan, sains dan lain-lain. Dengan demikian ecogradual dapat menyesuaikan
dengan seluruh ilmu pengetahuan yang berada di masyarakat. Menurut Ralph W.
Tyler, aspek yang dilakukan dalam eco-gradual adalah menentukan pola yang
sederhana

dengan

komponen-komponen

pada

setiap

pembelajarannya

menggunakan strategi ekspositori disertai dengan menggunakan pendekatan
klasikal.
Adapun yang dilakukan dalam penerapan eco-gradual adalah melalui
Program BTH, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan Orang Rimba. Orang Rimba
diajarkan baca tulis hitung dengan tujuan dapat menyelesaikan persoalan dalam
kehidupan mereka. Program BTH ini tentunya diharapkan mampu membantu
Orang Rimba dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial
budaya Orang Rimba. Hal itu disebabkan program ini dapat menjadi jembatan bagi
Orang Rimba dengan masyarakat luar. Orang Rimba harus memiliki bekal
kemampuan dan pengetahuan yang cukup tentang 'dunia luar' dan tentang
bagaimana mereka bisa hidup saat hutan tak bisa lagi dijadikan sandaran hidup.
Dengan menularkan pendidikan baca tulis dan berhitung ke segenap kelompok
Orang Rimba, maka mereka dapat memperjuangkan kepentingan minoritas mereka
dari ketidakadilan masyarakat luar.
2.3 Orang Rimba
Salah satu contoh adalah penamaan terhadap Orang Rimba yaitu satu suku
asli di pedalaman Propinsi Jambi. Suku Melayu menyebutnya Orang Kubu,
Pemeritah menyebutnya Suku Anak Dalam dan Komunitas Adat Terpencil
sedangkan mereka sendiri menyebut dirinya Orang Rimba. Dengan demikian
semua terminologi terhadap Suku Asli merupakan konsep politik yang tidak bisa
lepas dari ideologi dan kepentingan dari kelompok yang memberikan konsep bahwa
Orang Rimba atau Suku Anak Dalam merupakan bagian dari Komunitas Adat

6

Terpencil di Taman Nasional Bukit Duabelas. Menurut M.Nurdin Zuhdi (2013: 5),
orang rimba sudah ada sejak berabad-abad, jauh sebelum penjajahan Belanda
datang ke Nusantara. Orang rimba merupakan keturunan dari kerajaan-kerajaan
yang dulu pernah ada di Indonesia, seperti kerajaan Sriwijaya yang selama ini
diyakini berada di sekitar Palembang dan Jambi, Sumatra. Menurutnya, orang
rimba dahulu merupakan rakyat dari sebuah kerajaan yang memberontak.
Kemudian mereka diperangi sehingga mereka melarikan diri dan bersembunyi di
dalam hutan. Karena sudah lamanya mereka sembunyi dan hidup di hutan rimba,
mereka lama kelamaan betah dan terbiasa hidup di hutan rimba dan jadilah orang
rimba. Sejak saat itulah orang rimba ada sampai sekarang. Hal ini menunjukan jati
diri mereka sebagai etnis yang mengembangkan kebudayaan yang tidak bisa lepas
dari hutan. Dewasa ini, kebiasaan Suku Anak Dalam atau Orang Rimba telah
berubah dari nomaden ke lebih menetap dalam hidupnya. Walaupun, kebiasaanya
dalam berburu, meramu, dan menangkap ikan di sungai masih menjadi tradisi
dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut kalangan ahli sejarah, Suku Anak Dalam
adalah salah satu suku tertua yang ada di daerah Jambi, karena mereka telah
menetap sejak nenek moyangnya ratusan tahun yang lalu. Secara umum suku anak
dalam hidup dalam budaya berburu dan meramu, mereka sangat terampil berburu
dengan menggunakan alal tradisional seperti tombak, kujur, dan anak panah.
2.4 Letak Geografis Desa Pemayungan Kec. Sumay, Kab. Tebo Taman
Nasional Bukit Tigapuluh
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) merupakan kawasan hutan yang
berbukit di tengah-tengah hamparan dataran rendah bagian Timur Sumatera, dan
mempunyai potensi keanekaragaman jenis tumbuhan/satwa endemik yang bernilai
cukup tinggi. Secara geografis, TNBT terletak di antara 0°40’ - 1°30 LS dan
102°13’ - 102°45’ BT. Sedangkan secara administratif, TNBT terletak di antara 4
kabupaten dan dua provinsi. Sedangkan keadaan topografi taman nasional ini
kawasan hutan berbukit. Luas keseluruhan Taman Nasional Bukit Tigapuluh ini
awalnya adalah 127.698 hektar berdasarkan SK Menteri Kehutanan, SK No.
539/Kpts-II/1995.

Kemudian luasnya ditambah menjadi 144.223 hektar

berdasarkan Sk Menteri Kehutanan, SK No. 6407/Kpts-II/2002 Temperatur udara
di sekitar lokasi TNBT adalah berkisar 28° – 37°C dengan ketinggian tempat 60 -

7

734 meter dpl. Lokasi TNBT adalah lokasi tempat tinggal "Orang Rimba/Anak
Rimba/Suku Anak Dalam/Suku Kubu" dan orang "Suku Talang Mamak" serta
"Suku Melayu Tua". Satu kelompok Suku Talang Mamak berada di Kecamatan
Sumai, Kabupaten Tebo, Jambi. Mereka percaya akan perlunya keseimbangan alam
untuk kehidupan, sehingga mereka menjaga alam TNBT dengan sebaik-baiknya.
Untuk mencapai lokasi TNBT dapat dilakukan dari Pekanbaru menuju Siberida Rengat di Kabupaten Indragiri Hulu sejauh kurang lebih 285 km sekitar 4-5 jam
perjalanan kendaraan roda 4. Dari Siberida dapat masuk ke lokasi TNBT melalui
jalan bekas HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Desa Pemayungan merupakan salah
satu desa dari kecamatan Sumay Kabupaten Tebo. Sebelah Utara berbatasan dengan
Propinsi Riau, Selatan berbatasan dengan desa Semambu, sebelah Barat berbatasan
dengan desa Balai Rajo kecamatan Tujuh Kota Kota Ilir, Tebo dan sebelah Timur
berbatasan dengan Taman Nasional Bukit 30. Jarak dengan ibu kota kecamatan di
Teluk Singkawang sekitar 55 km yang dapat di tempuh dengan kendaraan roda dua
selama + 2 jam dan jarak dengan ibu kota kabupaten Muara Tebo sekitar 75 km
yang dapat di tempuh dengan kendaraan roda sekitar 5 jam dengan kondisi jalan
tanah berbatu. Topografi perbukitan dengan ketinggian antara 100 – 500 mdpl.
Menurut data yang tersedia tahun 2011, jumlah penduduk Pemayungan
1182 jiwa dengan 223 KK, jumlah laki-laki 687 jiwa dan perempuan 495 jiwa.
Jumlah penduduk asli yang tercatat 125 KK dan pendatang (Jawa, Medan, Riau)
sebanyak 85 KK yang tersebar di dua dusun Muara Bulan dan Bukit Bulan dan
empat satuan rukun tetangga (RT). Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa Melayu Jambi.

8

BAB III
METODE PENULISAN

Penulis melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber, yaitu literatur
serta data-data akurat yang diperoleh dari media cetak dan elektronik. Penulis
mendapatkan informasi yang diperlukan melalui berbagai metode diantaranya:
3.1 Metode
3.3.1 Analisis Data Kualitatif

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini dengan
menggunakan metode analisis data kualitatif. Matthew dan Michael (1992:1)
menjelaskan bahwa data kualitatif merupakan sumber data deskripsi yang luas
dan berlandaskan kokoh, data-data yang diperoleh penulis dari berbagai sumber
dalam karya tulis ini, kemudian dideskripsikan dalam penjelasan ide berupa
“Pendidikan Alternatif Berbasis Sistem Pendekatan Eco-Gradual sebagai Upaya
Untuk Memperjuangkan Kemerdekaan Pendidikan Komunitas Orang Rimba di
Desa Pemayungan, Kec. Sumay, Kab. Tebo, Jambi”.
3.3.2 Teknik Studi Pustaka

Penulisan karya tulis ilmiah ini didasarkan pada analisis data dan fakta yang
penulis ambil dari beberapa sumber yang relevan terhadap pokok pembahasan.
Pada metode ini, penulis banyak membaca literatur-literatur yang berhubungan
dengan Pendidikan Alternatif Berbasis Sistem Pendekatan Gradual.
3.3.3 Metode Analisis Data

Untuk mendapatkan hasil pembahasan dalam penulisan karya tulis ini, maka
penulis melakukan analisis data dengan cara, mencari dan memilih data yang bisa
dijadikan pijakan dalam penulisan, dengan sebelumnya menelaah permasalahan
yang dialami oleh Komunitas Orang Rimba di Desa Pemayungan, Kec. Sumay,
Kab. Tebo, Jambi. Penelaahan permasalahan ini dilakukan dengan merujuk pada
fakta yang diperoleh dari berbagai media dan literatur. Objek penulisan pada karya
tulis ini ialah Komunitas Orang Rimba di Desa Pemayungan, Kec. Sumay, Kab.
Tebo, Jambi . Dengan metode ini akan didapat suatu kesimpulan yang dapat
menjawab rumusan masalah.

9

3.2 Kebutuhan yang Diperlukan Untuk Mendukung Pendidikan Alternatif
Berbasis Eco-Gradual
Beberapa kebutuhan yang harus dilengkapi dalam Pendidikan Alternatif
Berbasis Eco-Gradual ini, yaitu :
No
1

2

Kebutuhan
Buku Panduan
Pendidikan
Alternatif
Kamera

3

Alat tulis

4

Guru dan Siswa

Deskripsi / Fungsi
Media cetak seperti gambar dan tulisan lainnnya
yang berfungsi sebagai panduan untuk proses
belajar mengajar guru dan siswa
Alat yang digunakan untuk merekam/mengambil
gambar untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan di lapangan.
Alat tulis yang digunakan untuk mencatat hasil
pengamatan dan menjelaskan materi pada papan
tulis.
Guru dan siswa pada media pembelajaran ini
berperan sebagai subjek dalam proses belajar
mengajar menggunakan Pendidikan Alternatif
Berbasis “Sistem Pendekatan Eco-Gradual”
dalam penyampaian dan penerimaan materi
pelajaran oleh siswa yang diberikan oleh gurunya.

3.3 Skema Konsep Pembelajaran Berbasis Eco-Gradual

Buku Panduan Pembelajaran
Pendidikan Alternatif

Pembelajaran Gradual di Lapangan

Guru menerapkan konsep kepada
siswa

Output
Siswa

10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan sangat penting peranannya untuk berkontribusi dalam
pengembangan kualitas sumber daya manusia, pengusaan teknologi informasi, dan
pertumbuhan ekonomi menuju kesejahteraan di suatu Negara. Pendidikan
merupakan kunci untuk mengubah kehidupan dan bahkan dapat merubah dunia
(Nelson Mandela). Dengan berpendidikan, kesejahteraan masyarakat dapat
terwujud serta dapat mengatasi berbagai persoalan-persoalan yang dianggap kritis.
Oleh karena itu, pembangunan di bidang pendidikan sangat di prioritaskan demi
membangun suatu Negara yang sejahtera, mandiri, maju, adil, makmur dan dapat
berdaya saing tinggi.
Oleh karena itu, salah satu cita-cita yang ingin diwujudkan setelah Indonesia
merdeka yaitu seperti halnya yang tertuang dalam rumusan pembukaan UndangUndang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga, berbagai
upaya pun dilakukan oleh pemerintah demi mewujudkan cita-cita tersebut. Dengan
sistem pendidikan sebagai keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
untuk mencapai suatu tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 tahun 2003). Oleh
karena itu, salah satu jenisnya melalui jalur pendidikan pada pendidikan non-formal
sebagai upaya untuk memperjuangkan kemerdekaan di bidang pendidikan.
Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Melalui pola lingkungan gradual dapat diterapkan pendidikan alternatif pada suatu
komunitas adat terpencil di salah satu suku asli minoritas melayu yaitu Komunitas
Orang Rimba atau Suku Anak Dalam sebagai suatu upaya guna memperjuangkan
kemerdekaan di bidang pendidikan. Karena selama ini, pendidikan bagi Suku Anak
Dalam masih jauh dari campur tangan pemerintah. Sehingga, tak heran jika masih
ada diskriminasi untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan dari pemerintah,
ancaman keamanan dari pihak luar (baik masyarakat desa maupun mafia-mafia
kayu yang menjarah hutan mereka) serta akses pendidikan sampai dengan
pelayanan publik lainnya.

11

Dalam hal ini, perlu upaya advokasi di bidang pendidikan sebagai alternatif
agar tidak ada dirugikan satu sama lain. Melalui kegiatan pendidikan yang berbasis
pada

pendekatan

eco-gradual

yang

mana

area

hutan

sebagai

media

pembelajarannya. Karena hutanlah, media yang paling dekat dan tepat bagi
kehidupan Orang Rimba. Selama ini, hutanlah tempat tinggal mereka yang
sebelumnya pemerintah telah menetapkan bahwa area hutan merupakan kawasan
hutan lindung yang menjadi tempat pusat kegiatan kehidupan Orang Rimba.
Berdasarkan program pilot proyek yang dimulai sejak 1998 oleh Komunitas
Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, dalam kegiatan pemberdayaannya terhadap
Komunitas Orang Rimba yaitu mengenai program pendidikan dasar baca, tulis
hitung sebagai perintis perkembangan dunia pendidikan pertama kalinya bagi anakanak Rimba yang berada di Taman Nasional Bukit Dua Belas seperti layaknya
Butet Manurung pendiri Sokola Rimba, Yusak Andrian Hutapea (alm) perintis
pendekatan pendidikan di Komunitas Orang Rimba.
Menurut pengalaman Yusak Andrian Hutapea (alm) bahwa pada awalnya
sebagian besar Orang Rimba menolak pendidikan dengan alasan takut akan
mengubah adat budaya mereka. Penolakan Orang Rimba lebih disebabkan karena
budaya Orang Rimba yang menganut paham berkebalikan dengan masyarakat
Melayu (Sukmareni, 14:2013). Namun, seiring berkembangnya zaman akhirnya
mereka menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk saat ini. Karena selama ini,
mereka sering dirugikan seperti sering disuruh cap jempol dengan disodorkan
kertas yang tidak tahu artinya, kemudian diberi imbalan berupa handphone, sepeda
motor. Pada akhirnya, hak atas hidup di hutan tersebut semakin terisolir. Terkait
dengan hal tersebut, penulis melakukan wawancara pada salah satu anak Rimba di
sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh Desa Pemayungan bahwa anak tersebut
ingin sekali merasakan sekolah. Namun, takut akan ancaman dari pihak luar yang
selalu menakuti-nakuti mereka apabila kelak mendapatkan pendidikan.
Belakangan ini pun terdapat metode yang banyak dikembangkan dengan
nama contekstual teaching and learning. Dengan metode ini, jauh lebih mudah
mengenalkan pelajaran yang notabene dianggap sebagai budaya luar yang
bertentangan dengan budaya asli Orang Rimba. Pendidikan yang menyesuaikan

12

dengan kondisi lingkungan Orang Rimba, tidak berbatas waktu dan ruang tertentu.
Dengan metode ini, ratusan Orang Rimba yang terbebas dari buta aksara. Bagi yang
ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan formal, difasilitasi ke sekolah lanjutan,
kini tercatat ada anak rimba yang sudah duduk di bangku kuliah dan sekolah
menengah.
Oleh karena itu, dengan membidik pendidikan alternatif baca, tulis, hitung
(BTH) dengan tujuan agar anak-anak Rimba memiliki kemampuan dasar baca tulis
hitung, dengan tidak lain agar mereka nantinya dapat membela diri dan dapat
memperjuangkan haknya serta kepentingan minoritasnya dari pihak-pihak
eksternal. Karena program tersebut sebagai syarat penting bagi Orang Rimba untuk
dapat memiliki kemampuan alternatif sehingga dapat mengakses sistem
pendidikan. Hal ini perlu diasumsikan sebagai pilar utama agar dalam kegiatan
program Baca Tulis Hitung (BTH) dapat diterapkan pula untuk Komunitas Orang
Rimba di Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Dimana masih hidup dalam
kemarginalannya. Sehingga, kehidupan mereka semakin sulit akibat dari lahan
yang makin terbatas dan tidak terintregrasi dalam kehidupan yang global. Posisi ini
membuat orang rimba lemah dalam berbagai sisi, ekonomi, sosial, budaya dan
politik.
Metode yang dipilih dalam pendidikan alternatif yang mana pendidikan
tersebut diterapkan sejalan dengan sistem pendidikan khas Orang Rimba. Melalui
proses pembelajaran pada media gambar maupun tulisan-tulisan yang disebar di
berbagai batang-batang pohon, hal ini menjadi daya tarik pada anak-anak Rimba
itu sendiri. Selain itu, metode alternatif lainnya seperti halnya yang diterapkan pada
pendidikan anak usia dini yaitu belajar dan bermain sesuai dengan adat-budaya
mereka serta mengaitkannya dengan alam sekitar. Apabila dalam belajar, anak-anak
rimba tersebut mulai merasakan jenuh direhat sebentar dengan cara mencari ikan di
sungai. Dan jika sudah bersemangat kembali, maka proses belajarnya dilanjutkan
kembali. Jadi, belajar yang diusahakan tidak hanya sebagai kegiatan menambah
pengetahuan namun juga memberikan suasana yang menyenangkan dan gembira.
Oleh sebab itu, program baca tulis hitung (BTH) ini disesuaikan dengan
kebutuhan dari Komunitas Orang Rimba. Sehingga, dari adanya alternatif tersebut

13

yang mana harus ikut belangun bersama dalam kurun waktu tertentu dapat
mengubah pola pikir mereka agar kelak dapat melanjutkan ke pendidikan formal.
Sistem yang praktis tersebut agar aspek pmbelajarannya dapat disesuikan
dengan kondisi dan tuntutan kebutuhan Orang Rimba. Jadi, dalam prosesnya lebih
banyak dibentuk dan diwarnai oleh Orang Rimba sendiri. Adapun, tujuan yang
televan diadakannya pendidikan alternatif ini yaitu apabila dilihat dari aspek jangka
pendek harapannya agar mengetahui kemampuan dasar (baca tulis dan hitung) pada
semua anak-anak Rimba. Kemudian, dalam jangka panjangnya diharapkan dengan
adanya kemampuan tersebut Orang Rimba dapat membela dan memperjuangkan
hak-hak dan kepentingan minoritasnya terhadap dunia luar dan masyarakat sekitar.
Menurut Jaharul Maknun, seorang fasilitator pendidikan Warsi mengatakan
bahwa melalui pola pendidikan tersebut dapat menjadi minat anak-anak untuk
bersekolah tinggi dan tentunya tidak hanya bisa membaca, menulis dan berhitung.
Namun, ada juga sejumlah anak Rimba yang sudah bisa melanjutkan ke sekolah
umum lainnya seperti Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan bahkan keperguruan tinggi.
Atas dasar tersebut, sebagai langkah awal demi memperjuangkan
kemerdekaan pendidikan di Komunitas Orang Rimba, Yayasan PKHS
berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait seperti Balai Taman Nasional Bukit
Tigapuluh, Camat Batang Gansal, Kepala Desa Rantau Langsat serta tokoh adat
setempat untuk melaksanakan kegiatan pendidikan membaca, menulis dan
berhitung mulai dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 2004. Kemudian diberi nama
“SANGGAR BELAJAR DATAI”, berpusat di Desa Rantau Langsat. Hal ini dapat
terlihat jumlah murid yang sangat sifgnifikan bagi Komunitas Orang Rimba di
TNBT terhadap minat anak-anak Rimba dalam mengikuti pelajaran baca tulis
hitung (BTH).
Jumlah Murid Anak Rimba di TNBT selama periode 5 Januari 2004 –
Desember 2005
Laki-laki

Perempuan

Total

58

25

82

Data Survei Yayasan PKHS

14

Dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak Rimba, pola pikir yang
sudah mau maju agar tidak tertinggal dari yang sebelumnya. Hal ini dapat membuat
semangat dalam memperoleh pendidikan yang sangat diharapkan agar kelak tidak
ada lagi tindakan-tindakan diskriminasi terhadap komunitas mereka. Karena selama
ini, jauh dari rasa tahu akan baca tulis hitung sehingga semerta-merta dapat di tipu
daya oleh pihak luar. Dalam artian akibat keliterasian mereka, membuat Komunitas
Orang Rimba terkepung di hutan yang selama ini menjadi mata pencahariannya.
Oleh sebab itu, melalui pendidikan tersebut yang pada hakikatnya bahwa
pendidikan sangat berperan dalam membantu Suku Anak Dalam untuk memahami
persoalan hidup, mampu berpikir mandiri, kreatif menciptakan peluang usaha dan
peka terhadap tuntutan kemajuan zaman, serta dengan kasatmata saja dapat melihat
bahwa di kantong-kantong pemukiman Suku Anak Dalam masih terlihat lemahnya
kemampuan kritis masyarakat dan kurangnya jumlah kaum terdidik di kalangan
komunitas tersebut.
Diharapkan agar dengan adanya pendidikan yang baik dan merata di
Komunitas Orang Rimba, dapat menjadikan generasi ke depan bahwa Komunitas
Orang Rimba mampu berdaya saing tinggi dan mampu hidup layak sesuai adat,
budaya dan keinginan dari komunitas tersebut. Namun disertai pula, usaha yang
keras dan tidak sebentar agar seluruh Orang Rimba di Taman Nasional Bukit
Tigapuluh tidak buta huruf dan tidak lagi dianggap bodoh dan terbelakang.

15

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam menempatkan fasilitas belajar sebagai kawasan Taman Nasional
yang mana dijadikan lokasi tempat mereka hidup dan sekaligus dapat dijadikan
pembangunan pikiran sebagai penentu kemajuan dalam menghadapi persoalanpersoalan sosial. Karena Komunitas Orang Rimba kerap dan sering mengalami
depresi mental dan kerap terjadi konflik akibat adanya kerusakan hutan dan
pengaruh luar.
Oleh sebab itu, baik sadar maupun tidak sadar Komunitas Orang Rimba
memang harus berubah guna menghadapi persaingan era globalisasi agar dapat
membentuk komunitas yang unggul dan berdaya saing tinggi. Perubahan itu harus
dimulai dengan perubahan gradual. Dalam artian, perubahan tersebut tidak serta
merta radikal, karena selama ini hutanlah tempat mereka hidup. Sehingga, dalam
proses pembelajaran gradual ini media area hutan sebagai solusi yang tepat agar
anak-anak Rimba dapat memahami cara Baca Tulis Hitung (BTH).
Hal ini dapat dijadikan parameter guna membangun dan membuka mata
mereka untuk mengetahui dunia luar yang berperadaban modern. Selain daripada
itu, dengan sistem yang berbasis pada cara Baca Tulis Hitung (BTH) anak-anak
Rimba dapat memiliki daya tarik dalam mengembangkan potensi kemarginalannya.
Oleh sebab itu, demi tercapainya tujuan untuk kemerdekaan pendidikan di
Komunitas Orang Rimba tersebut proses pendekatan eco-gradual yang berbasis
pada cara Baca Tulis Hitung (BTH) sebagai cerminan ke depannya agar anak-anak
Rimba dapat melanjutkan pendidikannya ke sekolah-sekolah formal umum lainnya.
5.2 Saran
Diharapkan karya tulis ini dapat dibahas lebih lanjut mengenai pendidikan
alternatif berbasis pendekatan eco-gradual guna memperjuangkan kemerdekaan di
Komunitas Orang Rimba. Karena mengingat Orang Rimba kurang terjamah
pendidikannya dan hal ini dapat dijadikan acuan agar dapat meningkatkan
pendidikan di daerah terpencil.

16

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Robert, dkk. 2010. Catatan Pendampingan: Orang Rimba Menantang Zaman
Komunitas Konservasi Indonesia WARSI. ISBN: 978-602-96339-0-0, KKI Warsi
Cindo. Morena. 2010. Bilingual Suku Anak Dalam. Jilid/Vol. 2. Jakarta: CV. Ghina
Walafafa
Jauhari, Budhi Vrihaspathi & Arislan Said. 2012. Jejak Peradaban Suku Anak Dalam:
Perjalanan Upaya Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat Pedalaman Jambi.
Dinas Pariwisata & Kebudayaan, Jambi
Kurniawan, Iwan. 2012. Agroekosistem Desa Pemayungan. Frankfurt Zoological Society
– FZS JAMBI
Kurniawan, Diki, dkk. 2014. Buletin Alam Sumatera: Pendidikan Bagi Masyarakat Adat.
Ed. Oktober 2014. ISSN-0216-4698, KKI Warsi
Miarso, Yusufhadi. 2011. Pendidikan Alternatif: Sebuah Agenda Reformasi. Modul Buku
Pendidikan Alternatif, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Nori, Hilda. 2011. Program Baca, Tulis dan Hitung (BTH) Sebagai Salah Satu Bentuk
Akulturasi dalam Kehidupan Sosial Budaya Orang Rimba yang Berubah (Studi
Kasus: Orang RImba Kedundung Muda-TNBD, Jambi). Diploma Thesis, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Universitas Andalas
Saleh, Syamsudhuha. 2014. Agama, Kepercayaan, dan Kelestarian Lingkungan Studi
Terhadap Gaya Hidup Orang Rimba Menjaga Lingkungan di Taman Nasional
Bukit Duabelas (TNBD)-Jambi. Dalam jurnal Kawistara, Vol. 4. No. 3: 225-330
Sukmareni, Hermayulis. 2013. Rekam Jejak Sang Sahabat: Yusak Andrian Hutapea
Pahlawan Pendidikan Orang Rimba. ISBN 978-602-96339-2-4, KKI Warsi
Utami, dkk. 2005. Alam Sumatera . Ed. 2/th. IV. Laporan Utama Balada Orang Pedalaman:
KKI Warsi, Jambi
Wulandari, Lucky Ayu. 2009. Konservasi Hutan Taman Nasional Bukit-12 menjadi Media
Pendekatan Gradual terhadap Upaya Pengubahan Pola Hidup Suku Anak Dalam
(Suku Kubu) Jambi. Skripsi: FKIP Pendidikan Bahasa Inggris
______ Pemberdayaan Bagi Masyarakat Pedalaman di TNBT. Yayasan PKHS
Yulaswati, Vivi, dkk. 2013. Masyarakat Adat di Indonesia: Menuju Perlindungan Sosial
yang Inklusif. Jakarta: Direktorat Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Tahun 2013.

17

DAFTAR RIWAYAT HIDUP (BIODATA)

17

20

20

21

LAMPIRAN

1. Soni Afriansyah

2. Desi Aulia Ulpa

3. Ahmad Rifki

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS ISI KRITIK SOSIAL PADA FILM JAMILA DAN SANG PRESIDEN KARYA RATNA SARUMPAET

5 92 43

DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN KECIL-KECIL PUNYA KARYA (KKPK) SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DI SMP

1 60 18

KAJIAN PSIKOLOGI ANAK DALAM NOVEL SINAR KARYA AGUK IRAWAN MN

4 53 10

KAJIAN RELIGIUS DALAM NOVEL SURAU INI ROBOH KARYA TAUFIQURRAHMAN KAJIAN RELIGIUS DALAM NOVEL JANGAN BIARKAN SURAU INI ROBOH KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY JANGAN BIARKAN SURAU INI ROBOH KARYA TAUFIQURRAHMAN

0 62 12

Modul TK E 2016 150 hlm edit Tina M imas

2 44 165

ANALISIS HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP DITINJAU DARI SKILL ARGUMENTASI ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DI LABORATORIUM NYATA DAN MAYA

4 85 57

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK WIYATA KARYA NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

10 119 78

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA KUBULIKU JAYA KECAMATAN BATU TULIS KABUPATEN LAMPUNG BARAT DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA

13 91 69