PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE

IPA Terpadu Tipe Connected, Hasil Belajar Siswa, Respon Siswa.

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE CONNECTED MATERI SIFAT LARUTAN
SERTA KETERKAITANNYA DENGAN SUMBER ARUS LISTRIK KELAS VII SMPN 1 TRAWAS
MOJOKERTO
Ridha Fitri Andansari1) Bambang Sugiarto2)
1)

Mahasiswa S1 Pendidikan IPA, FMIPA, UNESA rie_v3@yahoo.co.id
2)
Dosen S1 Pendidikan Kimia, FMIPA, UNESA

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi hasil pra penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di SMPN
1 Trawas masih diajarkan secara terpisah. Ketuntasan belajar belum sesuai dengan harapan yakni hanya
65% yang tuntas secara klasikal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan
pembelajaran IPA Terpadu tipe connected, hasil belajar kognitif siswa, dan respon siswa. Metode
penelitian yang digunakan adalah menggunakan model desain eksperimen semu ( pre experimental)
dengan menggunakan rancangan penelitian “One Group Pretest-Postest Design”. Subjek penelitian
adalah siswa kelas VII-A SMPN 1 Trawas sebanyak 35 siswa. Instrumen penelitian menggunakan lembar
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, tes ketuntasan belajar siswa, dan angket respon siswa. Hasil

pengamatan penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran terlaksana dengan baik. Pada pertemuan
pertama, diperoleh keterlaksanaan pembelajaran sebesar 95% dan pertemuan kedua sebesar 93,75%.
Terdapat penurunan rata-rata dipertemuan kedua dikarenakan pada fase 3 pertemuan kedua pada saat
percobaan sangat antusias sehingga siswa terkesan ramai dalam melakukan percobaan. Berdasarkan uji
normalitas, H0 diterima dan data berdistribusi normal karena nilai sig.0,216  0,05. Setelah diuji-t untuk
mengetahui perbedaan antara hasil pre-test dan post-test. ttabel 0,05 = 17,331  2,0322 maka H0 ditolak.
Apabila H0 ditolak berarti ada perbedaan signifikan antara nilai pre-test dan post-test. Dengan analisis
skor gain ternormalisasi nilai pre-test dan post-test didapatkan 11 siswa dengan kategori tinggi (31,34%),
22 siswa dengan kategori sedang (62,86%), dan 2 siswa berkategori rendah (5,71%). Nilai pre-test
menunjukkan hanya 22,86% siswa yang tuntas secara klasikal, ini dikarenakan 27 siswa tidak tuntas
dengan rata-rata nilai pre-tes t 67,17. Hasil post-test menunjukkan bahwa 32 siswa tuntas secara klasikal
dan 3 siswa yang tidak tuntas, dengan rata-rata nilai 87,11 diperoleh ketuntasan belajar klasikal 91,43%.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran IPA Terpadu tipe connected meningkatkan hasil
belajar siswa. Dalam proses belajar mengajar, siswa sangat merespon pembelajaran dengan materi sifat
larutan serta keterkaitannya dengan sumber arus listrik.
Kata kunci: IPA Terpadu tipe connected, hasil belajar siswa, respon siswa.
Abstract
The study was backed by the results of the research indicate pre-study results that show that learning
science in state junior high school 1 of Trawas still taught separately. Completeness learning is not in
accordance with the expectation that only 65% were completed in the classical style. This study aimed to

describe completeness of integrated science connected model, students cognitive learning results, and
student responses. The method used is to use the model of a quasi experimental design ( pre-experimental)
by using the design study "One Group Pretest-Posttest Design" . The subjects were students of class 7th-A
state junior high school 1 of Trawas many as 35 students. The research instrument uses observation
sheets completeness learning, test of students achievement, and the student questionnaire responses. The
observations showed that the learning gets done properly. At the first meeting, retrieved completeness
study of 95% and the second meeting of 93,75%. There is a decrease in the average of second meeting
phase 3 due to the second meeting at the time of the experiment are excited that the students look
crowded. Based normality test, H0 is accepted and normal distribution of data because the value sig. 0,216
 0,05. After the test-t to know the difference between the pre-test and post-test. ttabel  0,05 = 17,331 
2,0322 then H0 is rejected. If H0 is rejected means that there is a significant difference between the pretest and post-test. With a balanced analysis of the normalized gain value pre-test and post-test found 11
students with high category (31,34%), 22 students with moderate category (62,86%), and the second
category of students is low (5,71%). The value of pre-test showing only 22,86% of students who
completed classical, this is because the 27 students not finished with an average value of pre-test 67,17.
Results of the post-test showed that 32 students completely in classical and 3 students who do not
complete, with an average value of classical learning 87,11 obtained completeness 91,43%. This indicates
that the application of the integrated science connected model increase the students learning results. In the

1


Jurnal Pendidikan

process of teaching and learning, students are learning to respond to the material properties of the solution
as well as with dependencies of electrical current sources.
Keywords: integrated science connected model, students cognitive learning results, student responses.

PENDAHULUAN
IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berawal
dari fenomena alam. IPA juga didefinisikan sebagai
kumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam
yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan
ilmuwan
yang
dilakukan
dengan
keterampilan
bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. IPA
merupakan kombinasi dua unsur utama, yaitu proses dan
produk yang tidak terpisahkan.
Sebelum memasuki bangku sekolah, siswa terbiasa

memandang dan mempelajari segala peristiwa yang
dialami dan terjadi di sekitarnya sebagai suatu kesatuan
yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu secara
terpisah-pisah (parsial). Sayangnya, ketika memasuki
situasi belajar secara formal di bangku sekolah, mereka
diberikan berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah
satu sama lain sehingga mereka terkadang mengalami
kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di
lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya.
Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan
pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya akan
mengakibatkan permasalahan yang cukup serius bagi
siswa. Pembelajaran yang memisahkan penyajian mata
pelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi
siswa karena hanya akan memberikan pengalaman belajar
yang dibuat-buat.
Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat
karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan
pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar yang

menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam
maupun antar mata pelajaran akan memberikan peluang
bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih
bermakna (meaningfull learning).
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat
15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan
standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) (Mulyasa, 2010:19).
KTSP berorientasi pada hasil dan dampak yang
diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman yang bermakna. Upaya

memandirikan siswa untuk belajar, bekerjasama, dan
menilai diri sendiri sangat diutamakan agar siswa mampu
membangun pemahaman dan pengetahuannya. Kegiatan

belajar mengajar perlu memberikan pengalaman nyata
dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia kerja yang terkait
dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip disiplin ilmu
yang dipelajari.
Menurut Depdikbud (dalam BSNP 2007), model
pembelajaran terpadu merupakan salah satu model
implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk
diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari
tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip secara holistik dan otentik.
Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba
memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615).
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan
pendekatan yang melibatkan beberapa mata pelajaran
untuk memberikan pengalaman langsung bagi siswa,

sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,
menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah
dipelajarinya. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai
pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran terpadu
secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan
yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun
konsep-konsep yang saling berkaitan secara menyeluruh
(holistik), bermakna, otentik, dan aktif.
Pada kenyataannya penerapan pembelajaran IPA Terpadu
saat ini di sekolah-sekolah masih banyak yang belum
diterapkan secara maksimal. Hal ini diperkuat dari hasil
wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri 1 Trawas,
diperoleh keterangan bahwa model pembelajaran terpadu
khususnya untuk tipe connected belum pernah diterapkan
di SMP Negeri 1 Trawas. Sebenarnya untuk kelas VII
sudah dimulai dengan pembelajaran terpadu, namun
kurikulum yang digunakan di sekolah belum dilaksanakan
dengan baik, masih perlu banyak penyempurnaan. Hal ini
dikarenakan guru kesulitan dalam mencari materi yang akan

dipadukan, kurangnya contoh perangkat pembelajaran IPA
SMP/MTs secara terpadu, serta tidak mempunyai referensi
tentang pembelajaran terpadu. Selain itu, sarana dan
prasarana untuk penunjang dalam pembelajaran terpadu

2

IPA Terpadu Tipe Connected, Hasil Belajar Siswa, Respon Siswa.

ide interbidang studi, maka siswa mempunyai gambaran
yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus
pada suatu aspek tertentu, 2) Siswa dapat mengembangkan
konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga
terjadilah proses internalisasi, 3) Mengintegrasikan ide-ide
dalam interbidang studi memungkinkan siswa mengkaji,
mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi
ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan
terjadinya proses transfer dalam memecahkan masalah.
Materi yang diambil dalam penelitian adalah materi
asam, basa, dan garam. Sifat larutan sendiri merupakan

materi kimia kelas VII penjabaran KD 2.1
mengelompokkan sifat larutan asam, basa, dan garam
melalui alat dan indikator yang tepat, yang merupakan
materi inter disiplin ilmu yang dapat dihubungkan dengan
materi IPA lainnya sehingga akan menarik untuk dipelajari.
Sifat larutan asam, basa, dan garam memuat konsep-konsep
yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dapat
dikaitkan dengan materi fisika yaitu sumber arus listrik
kelas IX semester 1 penjabaran KD 3.3 mendeskripsikan
prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sifat
larutan yang terdiri dari asam, basa, dan garam yang
dikaitkan pada sumber arus listrik akan menghasilkan
konsep pengaruh derajat keasaman dan kebasaan (pH)
terhadap kuat arus listrik yang dihasilkan pada percobaan.
Selain itu alasan kenapa materi ini dipilih adalah ratarata hasil nilai skor ulangan pada materi sifat larutan asam,
basa, garam masih banyak yang berada di bawah KKM.
Untuk Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi sifat
larutan asam, basa, dan garam adalah 75 dan didapat 70%
siswa dinyatakan tuntas sedangkan 30% siswa belum tuntas,

sementara ketuntasan klasikal juga mencapai 65% sehingga
masih ada 35% siswa yang belum tuntas secara klasikal. Hal
ini berarti penguasaan siswa terhadap materi belum dikuasai
dengan baik.

masih belum terpenuhi, dan guru belum mengajar di setiap
jenjang kelas sehingga pembelajaran kembali ke
pembelajaran semula yaitu secara terpisah. Dengan
menggunakan pembelajaran terpisah akan memakan waktu
yang lama bahkan kadang ada materi yang tidak
tersampaikan karena banyaknya materi tidak sebanding
dengan waktu yang ada.
Didukung dengan angket yang diberikan kepada siswa,
siswa berpendapat IPA merupakan pelajaran yang sulit
karena pembelajaran IPA masih dipecah-pecah menjadi
fisika, kimia, dan biologi sehingga siswa menjadi bosan
karena harus banyak menghafal rumus. Selain itu guru
masih sering menggunakan metode ceramah, kurang
variatif, mengejar materi agar materi habis disampaikan,
kurang memperhatikan kemampuan siswa, kurang

memperhatikan apakah yang disampaikan bisa diterima apa
tidak oleh siswa sehingga pembelajaran cenderung
didominasi oleh guru (teacher centered) yang menjadikan
siswa hanya duduk manis mendengarkan penjelasan dari
guru. Hal ini menyebabkan proses belajar mengajar
cenderung pasif karena suasana belajar yang kurang
menyenangkan dan kurangnya interaksi antar siswa.
Kelemahan-kelemahan tersebut merupakan salah satu
indikasi penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas VII
di SMP Negeri 1 Trawas.
Guru seharusmya tidak menggunakan model pembelajaran
yang pasif atau berpusat pada guru. Guru sangat perlu
menerapkan suatu model pembelajaran yang variatif yang
dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar dan siswa
dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (student
centered). Sudjana (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua yaitu faktor
yang berasal dari dalam dan luar diri siswa (faktor
lingkungan). Selain dua faktor tadi juga terdapat satu faktor
lagi yang mempengaruhi hasil belajar siswa yakni kualitas
pengajaran di sekolah. Kualitas pengajaran adalah tinggi
rendahnya atau berkualitas tidaknya proses pembelajaran yang
dilakukan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu
pembelajaran IPA Terpadu yang sejalan dengan tujuan di atas
adalah pembelajaran IPA Terpadu tipe keterhubungan
(connected).
Pembelajaran terpadu tipe connected ini digunakan untuk
menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik
dengan topik lainnya, satu keterampilan dengan keterampilan
lain, mengaitkan tugas pada hari hari ini dengan hari
berikutnya, ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan
ide-ide yang dipelajari pada semester berikutnya tetapi masih
dalam satu bidang studi. Dengan demikian, memberikan
kesempatan pada siswa untuk memahami masalah yang
kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan
pandangan yang utuh. Fogarty (1991:15) menyatakan
beberapa kelebihan pembelajaran terpadu tipe connected
antara lain sebagai berikut: 1) Dengan pengintegrasian ide-

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pra
eksperimen (pre experimental) dengan desain One Group
Pretest-Posttest Design. Populasi penelitian adalah seluruh
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Trawas pada semester genap
2014-2015 yang terdiri dari lima kelas yaitu VII-A sampai
dengan VII-E. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah teknik purposive sampling, yaitu penentuan
sampel dari anggota populasi dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2008). Sampel yang digunakan dalam
penelitian adalah siswa kelas VII-A di SMP Negeri 1
Trawas sebanyak 35 siswa. Penentuan kelas yang
digunakan berdasarkan pertimbangan dari guru IPA karena
kelas tersebut merupakan kelas unggulan.
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
tahap, antara lain: 1) Tahap persiapan penelitian

3

Jurnal Pendidikan

satu keterampilan dengan keterampilan lain, mengaitkan tugas
pada hari hari ini dengan hari berikutnya, ide-ide yang
dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang dipelajari
pada semester berikutnya tetapi masih dalam satu bidang
studi.
Tabel 1. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran

merupakan langkah awal dari penelitian. Pada tahap ini
antara lain: Penelitian awal (pra penelitian) yang dilakukan
sebagai observasi awal), penyusunan proposal, pembuatan
perangkat pembelajaran di dalamnya meliputi Silabus,
RPP, LKS, dan Handout, menyusun instrumen
pembelajaran, melakukan telaah dan validasi perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian, melakukan analisis
butir soal yang sebelumnya diteskan pada siswa kelas IX-A
SMP Negeri 1 Trawas untuk untuk mengetahui soal yang
reliabel dan valid untuk digunakan sebagai soal pre-test
dan post-test sehingga didapatkan soal yang bermutu
sebelum digunakan, melakukan test awal (pre-test) yang
dilakukan untuk menilai kemampuan awal siswa. 2) Tahap
pelaksanaan penelitian adalah tahap dimana penelitian
dilaksanakan dengan melibatkan pengamat yang
mengamati aktivitas siswa dengan berada pada tempat yang
tidak terlalu jauh dari siswa. Pengamat juga mengamati
dengan objektif aktivitas guru saat mengajar yang mengacu
pada RPP. 3) Tahap akhir pelaksanaan penelitian dilakukan
tes akhir (post-test). Tes akhir ini dilakukan setelah adanya
penerapan pembelajaran IPA Terpadu tipe connected
materi sifat larutan asam, basa, dan garam serta
keterkaitannya dengan sumber arus listrik untuk
mengetahui peningkatan yang signifikan dari nilai siswa.
Teknik analisis data diperoleh dengan cara sebagai
berikut: 1) Analisis butir soal: uji validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran, daya pembeda. 2) Analisis
keterlaksanaan pembelajaran. 3) Analisis tes ketuntasan
belajar: analisis hasil pre-test dan post-test (uji normalitas,
uji-t berpasangan, analisis gain ternormalisasi), analisis
hasil belajar kognitif. 4) analisis respon siswa.

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Aspek
yang
diamati
Persiapan
Fase 1
Fase 2
Fase 3
Fase 4
Fase 5
Fase 6
Pengelolaan
waktu
Suasana
kelas
Rata-rata

Pertemuan 1
Skor
Kategori
rata-rata
4,00
Sangat baik
4,00
Sangat baik
4,00
Sangat baik
3,75
Sangat baik
4,00
Sangat baik
3,80
Sangat baik
4,00
Sangat baik

Pertemuan 2
Skor
Kategori
rata-rata
4,00
Sangat baik
3,80
Sangat baik
4,00
Sangat baik
3,50
Sangat baik
4,00
Sangat baik
3,80
Sangat baik
4,00
Sangat baik

3,00

Baik

3,00

Baik

3,67

Sangat baik

3,67

Sangat baik

3,80

Sangat baik

3,75

Sangat baik

Berdasarkan analisis data dapat dilihat bahwa
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
memperoleh skor rata-rata pertemuan pertama 3,80 dan
pertemuan kedua 3,75 yang termasuk dalam kategori
sangat baik. Hal ini disebabkan peneliti sebagai guru
memperhatikan setiap sintaks model pembelajaran tipe
STAD, yaitu:
Fase 1 dalam model pembelajaran tipe STAD adalah
menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Dalam fase
ini guru membuka pelajaran dengan memotivasi siswa
untuk memunculkan masalah sehingga timbul pertanyaanpertanyaan yang memotivasi siswa untuk belajar. Setelah
guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada proses
belajar yang akan berlangsung. Skor yang diperoleh dalam
tahap ini adalah 4,00 pada pertemuan pertama dan 3,80
pada pertemuan kedua berkategori sangat baik.
Fase 2 adalah menyajikan informasi. Pada fase ini pada
pertemuan pertama dan kedua mendapatkan skor 4,00
dengan kategori sangat baik. Siswa dibagikan handout dan
menemukan gagasan yang ada dengan menggaris bawahi
ide pokok. Setelah itu guru dan siswa membahas bersamasama pokok-pokok materi yang sudah dirangkum.
Fase 3 mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok. Fase ini meliputi beberapa kegiatan yang
dilakukan guru diantaranya, mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok kecil, membagikan LKS, siswa
berkelompok menyiapkan alat dan bahan, dan mengerjakan
LKS dengan sungguh-sungguh. Rata-rata skor yang
diperoleh guru dalam pertemuan pertama dan kedua
masing-masing adalah 3,75 dan 3,50. Dalam fase ini pada
pertemuan kedua mengalami penurunan dikarenakan siswa
terlalu antusias dalam melakukan percobaan, sehingga
siswa menjadi terkesan ramai.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterlaksanaan pembelajaran
Penelitian dilakukan di kelas VII-A SMPN 1 Trawas
dengan dua kali pertemuan pada tanggal 15 dan 16 April
2015 menggunakan pembelajaran tipe connected materi
sifat larutan serta keterkaitannya dengan sumber arus listrik
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Berdasarkan tabel 1. menunjukkan bahwa secara
umum pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu tipe
connected sangat baik. Dalam materi ini terdapat dua
Kompetensi Dasar (KD) lintas kelas yang dijadikan satu
dalam dua kali pertemuan. KD yang dimaksud adalah KD
2.1. mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan
larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat pada
kelas VII dan KD 3.3 mendeskripsikan prinsip kerja
elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada kelas IX.
Hal ini sesuai dengan Fogarty (1991:13) mendefinisikan
model pembelajaran tipe keterhubungan (connected) adalah
metode yang digunakan dengan menghubungkan satu
konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lainnya,
4

IPA Terpadu Tipe Connected, Hasil Belajar Siswa, Respon Siswa.

kondusif. Guru sudah bisa memperhatikan alokasi waktu
pada setiap tahapan pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti sebagai guru telah
mengelola proses belajar mengajar dengan baik di dalam
kelas sesuai dengan tahapan yang ada. Menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran tipe connected materi sifat
larutan serta keterkaitannya dengan sumber arus listrik
berlangsung dengan sangat baik.

Fase 4 adalah membimbing kelompok belajar dan
bekerja. Guru membimbing siswa dalam melakukan
percobaan dan membantu siswa apabila mendapat kesulitan
saat melakukan percobaan. Kegiatan yang dilakukan oleh
siswa yaitu menuliskan hasil pengamatannya pada tabel
pengamatan yang telah tersedia dalam LKS. Skor yang
diperoleh yaitu sama-sama 4,00 pada pertemuan pertama
dan pertemuan kedua. Pada LKS pertemuan pertama
mengidentifikasi sifat asam dan basa dengan menggunakan
indikator alami dan indikator buatan. Pada LKS pertemuan
kedua menguji daya hantar listrik pada buah sebagai
sumber arus listrik. Pada tahapan ini tampak pengelolaan
tipe connected karena siswa dapat mengidentifikasi
pengaruh derajat keasaman dan kebasaan (pH) pada
rangkaian elemen Volta berdasarkan kuat arus listrik yang
dihasilkan.
Fase 5 evaluasi dengan memberi kesempatan pada
perwakilan tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dan
membahasnya secara bersama-sama. Memberikan umpan
balik mengenai kegiatan yang telah dilakukan siswa dan
mengulas jawaban yang diberikan siswa. Guru memberikan
kuis secara individual yaitu post-test pada pertemuan
pertama dan pertemuan kedua. Selanjutnya guru
menanggapi hasil diskusi kelompok secara keseluruhan dan
membimbing siswa untuk membuat kesimpulan materi
pembelajaran. Pada fase ini, skor yang diperoleh yakni 3,80
pada pertemuan pertama dan kedua.
Fase 6 memberikan penghargaan pada kelompokkelompok yang melakukan kinerja baik dalam
kelompoknya dan memberikan tugas kepada siswa untuk
membaca materi selanjutnya. Pada fase ini setiap
pertemuan mendapatkan skor 4,00.
Ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000) yang
menyatakan bahwa metode pembelajaran cooperatif
learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila
diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara
lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru,
kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber
lain dan belajar dari siswa lain, mendorong siswa untuk
mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan
dengan ide temannya, dan membantu siswa belajar
menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga
menerima perbedaan ini.
Pada tahap persiapan pada pertemuan pertama dan
kedua mendapatkan skor 4,00. Skor yang diperoleh guru
pada pengelolaan waktu dan suasana kelas berturut-turut
adalah 3,00 dan 3,67 pada pertemuan pertama dan kedua.
Hal ini dikarenakan aktivitas siswa saat praktikum pada
pertemuan pertama membutuhkan waktu yang lebih
banyak karena siswa belum terbiasa melakukan praktikum.
Pada pertemuan kedua, guru sudah terbiasa mengelola
waktu dan mengarahkan siswa sehingga situasi kelas lebih

Hasil belajar siswa
Peningkatan ketertarikan siswa dalam proses belajar
mengajar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa dalam penelitian ini hanya dibatasi pada
aspek kognitif. Aspek kognitif pada penelitian diukur
dengan menggunakan tes hasil belajar untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan.
Hasil belajar siswa berupa pre-test dan post-test dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pre-test
dilakukan sebelum proses belajar mengajar berlangsung
pada pertemuan pertama, sedangkan post-test dilakukan
setelah praktikum pembelajaran pertemuan pertama dan
pertemuan kedua agar nilai yang dihasilkan tidak bias.
Analisis dari hasil pre-test dan post-test dihitung untuk
mengetahui kenaikan atau perbedaan hasil dari pre-test dan
post-test. Setelah mendapatkan nilai pre-test, uji statistik
yang digunakan adalah uji normalitas. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan Shapiro-Wilk pada program SPSS
versi 16.0. H0 diterima dan data berdistribusi normal
karena nilai sig.0.216  0.05.
Tabel 2. Nilai thitung dan ttabel
Jumlah
siswa
35

thitung

ttabel

17.331

2.0322

Setelah diuji normalitasnya, maka dilakukan uji-t untuk
mengetahui perbedaan antara hasil pre-test dan post-test.
Uji-t berpasangan dilakukan dengan menggunakan PairedSamples pada program SPSS versi 16.0. t hitung  ttabel 0,05 =
17.331  2.0322 maka H0 ditolak. Apabila H0 ditolak
berarti ada perbedaan signifikan antara nilai pre-test dan
post-test. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran IPA Terpadu
tipe connected materi sifat larutan asam, basa, dan garam
serta keterkaitannya dengan sumber arus listrik.
Tabel 3. Data gain ternormalisasi nilai pre-test dan
post-test
Kategori gain
ternormalisasi
Rendah
Sedang
Tinggi

5

Persentase
(%)
5,71%
62,86%
31,43%

Jumlah siswa
2
22
11

Jurnal Pendidikan

Berdasarkan hasil post-test, indikator pembelajaran
dapat tercapai semua, antara lain:
1) Menjelaskan
perbedaan sfat asam, basa, dan garam, 2) Menjelaskan ciriciri indikator alami dan indikator buatan, 3) Menjelaskan
cara mengidentifikasi larutan asam, basa, dan garam, dan
4) Menjelaskan hubungan derajat keasaman dan kebasaan
(pH) dengan kuat arus listrik yang dihasilkan pada
rangkaian elemen Volta.
Ketuntasan siswa mengalami banyak kenaikan yang
signifikan, berdasarkan hasil wawancara untuk Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi sifat larutan asam,
basa, dan garam adalah 75 dan didapat 75% siswa dinyatakan
tuntas sedangkan 25% siswa belum tuntas, sementara
ketuntasan klasikal juga mencapai 70% sehingga masih ada
30% siswa yang belum tuntas secara klasikal.
Hal ini sesuai dengan tujuan dari diterapkannya IPA
Terpadu menurut Depdiknas (dalam BSNP 2007) yaitu
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran dan
beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus.

Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa
dilakukan analisis terhadap skor gain ternormalisasi .
Setelah dianalisis 5,71% berkategori gain ternormalisasi
rendah, 62,86% berkategori sedang, dan 31,34%
berkategori tinggi. Grafik presentase kategori gain
ternormalisasi dapat dilihat pada gambar 1. menurut Hake
(1998) pembelajaran yang baik bila skor ternormalisasi
lebih besar dari 0,4. Skor gain ternormalisasi yaitu
perbandingan skor gain aktual (skor gain yang diperoleh
siswa) dengan skor gain maksimum (skor gain tertinggi
yang mungkin diperoleh siswa).
Persentase kategori gain
ternormalisasi
31%

6%
rendah
63%

sedang
tinggi

Respon siswa
Berdasarkan analisis angket respon yang diberikan pada
siswa, setiap item pertanyaan yang diberikan untuk
Tabel 4. Nilai pre-test dan post-test
mendapatkan
informasi
siswa
terhadap
model
Persentase
Tidak
Persentase
pembelajaran
yang
telah
diterapkan
oleh
guru
rata-rata
No.
Jenis tes
Tuntas
(%)
tuntas
(%)
memiliki persentase lebih dari 90%. Siswa sangat
1.
Pre-test
8
22,86
27
77,14
merespon proses pembelajaran IPA Terpadu tipe connected
2.
Post-test
32
91,43
3
8,57
dengan materi sifat larutan serta keterkaitannya dengan
Nilai ketuntasan pre-test dan post-test dapat dilhat pada
sumber arus listrik. Hal ini ditunjukkan dengan 100%
tabel 4., berdasarkan tabel ketuntasan belajar klasikal untuk
siswa menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran IPA yang
nilai pre-test sebesar 22,86%. Hal ini disebabkan hanya 8
diikuti menarik dan menyenangkan. Siswa juga lebih
siswa yang tuntas, sedangkan 27 siswa lainnya tidak tuntas.
mudah memahami dan menguasai materi sifat larutan dan
Nilai rata-rata pre-test seluruh siswa sebesar 67,17. Untuk
sumber arus listrik.
hasil post-test 91,43% siswa tuntas secara klasikal, 32
Sebanyak 97,1% siswa termotivasi dalam mempelajari
siswa tuntas dan hanya 3 siswa yang tidak tuntas dengan
IPA sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti
nilai rata-rata hasil post-test sebesar 87,11.
proses pembelajaran di kelas. Dalam model pembelajaran
kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
saling membantu belajar satu sama lainnya. KelompokKetuntasan klasikal
kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil
nilai pre-test dan post-test siswa kelas VII-A
belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki dan
perempuan, siswa dengan latar belakang suku berbeda
tuntas (%)
tidak tuntas (%)
yang ada di kelas, dan siswa penyandang cacat bila ada.
Model pembelajaran kooperatif akan menciptakan sebuah
91.43
revolusi pembelajaran di dalam kelas. Secara berkelompok
77.14
siswa bisa saling berdiskusi dan saling membantu dalam
memecahkan masalah selama kegiatan praktikum
22.86
berlangsung, sehingga bisa membangun kerjasama dan
8.57
tanggungjawab antar siswa dalam kelompok. Hal ini sesuai
dengan tujuan dari diterapkannya IPA Terpadu dalam
pre-test
post-test
Depdiknas (2006) yaitu meningkatkan minat dan motivasi.
Gambar 2. Grafik ketuntasan klasikal nilai pre-test dan post-test Hasil penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian
Fitria (2011) bahwa dengan penerapan model pembelajaran
terpadu tipe connected mampu meningkatkan hasil belajar
Gambar 1. Grafik persentase kategori gain ternormalisasi

6

IPA Terpadu Tipe Connected, Hasil Belajar Siswa, Respon Siswa.

alat dan bahan yang dibutuhkan selama praktikum
mencukupi dan tersedia di sekolah. 2) Selama
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD materi sifat larutan serta keterkaitannya, guru
diharapkan lebih mampu mengontrol waktu yang
digunakan agar pembelajaran berlangsung lebih efektif. 3)
Perlu dilakukan kembali penelitian tentang penerapan
pembelajaran IPA Terpadu tipe connected materi sifat
larutan tidak hanya keterkaitannya dengan sumber arus
listrik, tetapi bisa dihubungkan dengan materi lain dalam
mata pelajaran IPA. 4) Penerapan pembelajaran IPA
Terpadu tipe connected materi sifat larutan dapat dijadikan
salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi siswa
dalam proses belajar mengajar.

siswa dan siswa mendapat pengalaman belajar yang
bermakna. Serta sejalan dengan penelitian Rahayu (2011)
yang
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada materi IPA Terpadu mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pembelajaran
IPA Terpadu tipe connected materi sifat larutan serta
keterkaitannya dengan sumber arus listrik di kelas VII
SMPN 1 Trawas, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1)
Keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua memiliki skor
rata-rata 3,80 dan 3,75 yang dapat dikategorikan sangat
baik dengan persentase 95,00% dan 93,75%. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran IPA Terpadu
tipe connected materi sifat larutan serta keterkaitannya
dengan sumber arus listrik berlangsung dengan sangat baik.
Terdapat penurunan rata-rata dipertemuan kedua
dikarenakan pada fase 3 pertemuan kedua pada saat
percobaan, siswa sangat antusias sehingga siswa terkesan
ramai dalam melakukan percobaan. 2) Hasil test kognitif
siswa kelas VII-A menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Berdasarkan uji normalitas, H0 diterima dan
data berdistribusi normal karena nilai sig.0.216  0.05.
Setelah diuji normalitasnya, maka dilakukan uji-t untuk
mengetahui perbedaan antara hasil pre-test dan post-test.
ttabel 0,05 = 17.331  2.0322 maka H0 ditolak. Apabila H0
ditolak berarti ada perbedaan signifikan antara nilai pre-test
dan post-test. Dengan analisis skor gain ternormalisasi nilai
pre-test dan post-test didapatkan 11 siswa dengan kategori
tinggi (31,34%), 22 siswa dengan kategori sedang
(62,86%), dan 2 siswa berkategori rendah (5,71%).
Ketuntasan klasikal nilai pre-test sebesar 22,86%, ini
menunjukkan bahwa ada 27 siswa yang belum tuntas
secara klasikal. Nilai rata-rata ketuntasan klasikal pre-test
siswa adalah 67,17. Pada post-test siswa yang tuntas
sebanyak 32 siswa dengan nilai tertinggi 100 dan terendah
71,11, sehingga didapatkan ketuntasan siswa secara
klasikal adalah 91,43% dengan rata-rata keseluruhan 87,11.
3) Hasil angket respon yang diberikan pada siswa memiliki
persentase lebih dari 90% setiap item pertanyaan, yang
menunjukkan bahwa siswa sangat merespon proses
pembelajaran IPA Terpadu tipe connected materi sifat
larutan serta keterkaitannya dengan sumber arus listrik.

Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih saya dalam penyusunan artikel
ilmiah ini, pertama-tama saya ucapkan rasa syukur dan
terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberi
kemudahan dan kelancaran dalam mengerjakan artikel ini.
Yang kedua saya ucapkan terimakasih kepada Drs.
Bambang Sugiarto, M.Pd. selaku dosen pembimbing saya
dan tidak lupa kedua orang tua saya beserta keluarga,
semua pihak SMPN 1 Trawas yang telah mengijinkan
instansinya untuk pengambilan data penelitian, seseorang
yang setia menemani dan memberi semangat tersendiri
dalam pendidikan dan karir, serta teman-teman dan semua
pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan terlibat selama pembuatan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan (Edisi Revisi) . Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Beane, James A.. 1995. Toward A Coherent Curriculum.
Alexandria, Virginia: ASCD.
BSNP. 2007. Model Pembelajaran Terpadu IPA. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Carin dan Sun. 1993. Model Pembelajaran Terpadu Dalam
Teori Dan Praktek. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Fitria, Nurul. 2011. Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu
Model Connected Pada Materi Asam, Basa, dan Garam
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Di
SMP Nur Hidayah Surabaya . Skripsi. Tidak
dipublikasikan.
Surabaya:
Perpustakaan
Pusat
Universitas Negeri Surabaya.

Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, untuk lebih
meningkatkan hasil belajar siswa maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut: 1) Dalam
melakukan penelitian sebaiknya peneliti mempersiapkan
alat dan bahan dalam penelitian dikarenakan tidak semua

Fogarty, Robin. 1991. How Integrate The Curricula .
Illionis: Skylight Publishing.
Gronlund, Norman Edward. 2003. Assessment Of Student
Achievement Seventh Edition. United States of
America: Pearson Education, Inc.

7

Jurnal Pendidikan

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
Bumi Aksara.

Hake, R.R. 1999.
Analyzing Change/Gain Scores
(http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChang
e-Gain.pdf diakses pada tanggal 5 Januari 2015).
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
Unesa University Press.
Kamajaya dan Tedy Wibowo. 2007. Inspirasi Sains
Pelajaran IPA Untuk SMP Kelas VII . Jakarta: Ganeca
Exact.
Kanginan, Marthen. 2007. IPA Fisika Untuk SMP Kelas
IX. Jakarta: Erlangga.
Mitarlis dan Sri Mulyaningsih. 2009. Pembelajaran IPA
Terpadu. Surabaya: Unesa University Press.
Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sebuah
Panduan
Praktis.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.Riduwan. 2010. Skala
Pengukuran
Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Nur, Mohamad. 2008. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
PSMS Unesa.
Nur, Mohamad. 2008. Pemotivasian
Belajar .Surabaya:PSMS Unesa.

Siswa

Untuk

Prodi Pendidikan Sains. 2011. Petunjuk Ringkas Penulisan
Proposal Skripsi Program Studi Pendidikan Sains.
Surabaya: Prodi S1 Pendidikan Sains.
Rahayu, Dhofin Ayu. 2011. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi IPA
Terpadu Tema Rokok Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII Di SMPN 3 Madiun . Skripsi.
Tidak dipublikasikan. Surabaya: Perpustakaan Pusat
Universitas Negeri Surabaya.
Riduwan. 2010. Dasar-dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.
Sudibyo, Elok… (at.al.). 2008. Mari Belajar IPA 3: Ilmu
Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sugiarto, Bambang, dkk. 2010. Kimia Dasar untuk
Pendidikan Sains. Surabaya: Unesa University Press.
Sugiarto, Teguh dan Eny Ismawati. 2008. Ilmu
Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas VII . Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sugiono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tim. 2014. Panduan Penulisan Skripsi Program Sarjana
Strata Satu (S-1). Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori
dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

8