LATAR BELAKANG PERLUNYA BIMBINGAN KONSEL

Latar belakang bk disekolah
Kedudukan bk di sekolah dalam sistem operasional pendidikan di sekolah
Wilayah layanan bk dalam jalur pendidikan formal
Hubungan bimbingan dan kurikulum
http://lailansakinah.blogspot.co.id/2015/03/latar-belakang-perlunya-bimbingan.html

LATAR BELAKANG PERLUNYA BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH
Seiring perkembangan zaman, problematika peserta didik di sekolah semakin beragam.
Jalan pikiran mereka menjadi terbagi dengan masalah diluar sekolah dan di dalam sekolah. Suatu
tindak layanan sekolah pada peserta didik dengan bimbingan konseling yang mengarahkan para
para peserta didik untuk mengetahui bakat dan potensi dalam diri mereka.
Bimbingan konseling biasanya berbicara mengenai aspek psikologis, ini akan sangat
penting jika ada banyak gangguan psikis pada peserta didik yang biasanya tertekan masalah dan
tidak mampu menangkap pelajaran dengan baik. Bimbingan konseling juga sangat penting
posisinya untuk membimbing siswa untuk memotivasi diri bahwa mereka adalah suatu pribadi
yang unik dan mampu bersaing.
Perlunya bimbingan konseling dapat berfungsi sebagai pemantau masalah-masalah siswa
yang berkaitan tentang masalah kelainan tingkah laku dan adaptasi. Sulitnya salah satu siswa
untuk bergaul dan cenderung mengasingkan diri dari teman-temannya memiliki akar
permasalahan yang biasanya beruntun.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem

pendidikan khususnya di sekolah; guru merupakan salah satu pendukung unsur pelaksana
pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan
pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep
dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Peserta didik tidak hanya memerlukan materi – materi pelajaran sekolah, materi
bimbingan konseling pun perlu, karena pada dasarnya setiap kehidupan pasti ada masalah.
Memang sebagian orang bisa mengatasi masalahnya sendiri, tetapi tidak sedikit juga orang yang
memerlukan bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah – masalah tersebut. Jadi apabila
peserta didik tetap dibiarkan memiliki masalah tanpa dibantu, bagaimana mungkin peserta didik
bisa berkonsentrasi untuk memahami atau berfikir mengenai pelajarannya. Kalau ia masih punya
beban fikiran yang lain. Maka dari itu bimbingan dan konseling disekolah sangatlah diperlukan.

Faktor-faktor yang melatarbelakangi muncul dan diperlukannya bimbingan dan
konseling:
1. Latar Belakang Psikologis
Latar belakang psikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku
individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan
dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau
dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.1[1]
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan,

memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Di samping itu,
peserta didik senantiasa mengalami berbagai perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses
perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau
norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau
diskontinuitas perkembangan.2[2]
Latar belakang dari segi psikologis menyangkut masalah perkembangan individu,
perbedaan individu, kebutuhan individu penyesuaian diri serta masalah belajar.
2. Latar Belakang Sosial Budaya
Individu merupakan biopsikososiospiritual, yang artinya bahwa individu makhluk
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Setiap anak sejak lahir tidak hanya mampu memenuhi
tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya di mana individu itu tinggal, tuntutan budaya
itu dilakukan agar segala dampak modrenisasi dapat di filter oleh individu tersebut secara
otomatis, serta individu diharapkan dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan budaya
yang sudah ada, agar dapat di terima dengan baik oleh lingkungan tersebut. Untuk
mengembangkan semua kemampuan penyesuaian tersebut, sangat diperlukan sebuah bimbingan.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya mengatakan
tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan
pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia.
Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan latar belakang berlandaskan semangat bhinneka
tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya


1
2

lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan
kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.3[3]
3. Latar Belakang Agama
Setiap individu merupakan makhluk Tuhan yang pada dasarnya sama memiliki fitrah
sebagai khalifah dan hamba-Nya. Dalam kategori ini pun, sangat diperlukan sekali bimbingan
terhadap setiap tantangan dimensi spiritualitas individu, seperti: dekadensi moral, budaya
hedonistik, dan penyakit hati. Bimbingan dalam hal ini diperuntukan agar setiap individu mampu
memandang setiap tantangan kearah positif bukan malah terjerumus kearah negative, sehingga
kehidupan dapat dijalani sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
Dalam landasan agama, bimbingan dan konseling diperlukan penekanan pada 3 hal
pokok:
a. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk Tuhan
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai
c.

dengan kaidah-kaidah agama

Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan
perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk
membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu
Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien
sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya bimbingan
dan konseling. Pembahasan landasan religius ini, terkait dengan upaya mengintegrasikan nilainilai agama dalam proses bimbingan dan konseling.

4. Latar Belakang Pendidikan
Bimbingan dan konseling diperlukan untuk mengembangkan pendidikan yang bersifat
meninggi, meluas dan mendalam. Meninggi artinya membantu membimbing individu memilih
jenjang pendidikan yang lebih tepat, karena semakin bertambahnya kesempatan dan
kemungkinan untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Serta sangat diperlukan
untuk membuat individu lebih mandiri

dan berkembang secara optimal dalam berbagai

bimbingan, seperti: bimbingan pribadi, sosial, belajar dan bimbingan karir melalui berbagai jenis
kegiatan bimbingan, sehingga pendidikan dapat berjalan dengan lancar dengan adanya
bimbingan dan konseling.
3


Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan
sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan yang
khusus dan memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak dalam
berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan
dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang
studi dengan tekun. Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan dan
sikap serta minat murid terhadap bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa
setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula
terasa sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.4[4]
Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan
hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran),
akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat
layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan yang
diinginkan seperti tersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai dengan
pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta proses belajar mengajar yang memadai, dan
layanan pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.
Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam
pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan
demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang

berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
Ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dan segi
pendidikan.
 Pertama adalah dilihat dan hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan
kepribadian. Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan menuntut adanya
pendekatan yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran. Pendekatan yang dimaksud adalah
pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling.
 Kedua, pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan
perubahan dan penyesuaian dalam komponen-komponennya. Menghadapi perkembangan ini
para siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan
bimbingan.
4

 Ketiga pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang tidak hanya sebagai pengajar,tetapi lebih
luas dari itu, yaitu sebagai pendidik. Sebagai pendidik, maka guru harus dapat menggunakan
pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya. Pendekatan pribadi ini diwujudkan melalui
layanan bimbingan.
5. Latar Belakang Perkembangan IPTEK
Di era ini ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi berkembang sangat pesat, oleh
karena itu diperlukannya Bimbingan dan Konseling, agar individu dapat mengetahui dampak

positif dan negatifnya dari perkembangan tersebut. Lewat Bimbingan dan Konseling, individu
diarahkan kepada dampak positif dari IPTEK yang lebih ditujukan pada penerapan teknologi
yang harus dimilliki dan dikuasai karena semakin kompleksnya jenis-jenis dan syarat pekerjaan
serta persaingan antar individu.
Dengan teknologi jaringan tidak hanya mata kuliah atau bidang studi saja yang bisa
memanfaatkan teknologi tinggi, melainkan hampir sebagian besar proses belajar mengajar
termasuk BK (Bimbingan Konseling) atau Bimbingan Karier sudah bisa memanfaatkan
teknologi.
Terkait sasaran layanan makin kompleks, diperlukan pelayanan BK yang profesional.
Salah satu syarat pekerjaan profesional itu adanya komitmen menerapkan keahlian. Lembaga
ataupun sekolah harus selalu menyiapkan guru BK yang adaptif dengan perubahan iptek
sehingga teori yang dipelajari relevan dengan tugas BK.
Dengan teknologi khususnya jaringan komputer baik Intranet maupun Internet proses
belajar mengajar, proses interaksi antara konselor dan klien bisa dilakukan kapan saja dan
dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan demikian peran teknologi tinggi dalam
dunia pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dan maksimal.
Bimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memiliki kontribusi
terhadap keberhasilan proses pendidikan disekolah (Juntika,2005). Berdasarkan pernyataan di
atas dapat dipahami bahawa proses pendidikan disekolah termasuk madrasah tidak akan berhasil

secara baik apabila tidak didukung oleh penyelenggaraan bimbingan secara baik pula.5[5]

5

Sekolah dan madrasah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar
berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan kepada
siswa untuk mengtasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Dalam kondisi
seperti ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah dan madrasah sangat penting untuk
dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.
Secara umum masalah-masalah yang dihadapi oleh individu khususnya oleh siswa di
sekolah dan madrasah sehingga memerlukan bimbingan dan konseling adalah: (1) masalahmasalah pribadi, (2) masalah belajar (masalah-masalah yang menyangkut pembelajaran), (3)
masalah pendidikan, (4) masalah karir atau pekerjaan, (5) penggunaan waktu senggang, (6)
masalah-masalah sosial dan lain sebagainya.6[6]
Pelayanan bimbingan dan konseling telah menjadi salah satu pelayanan yang penting dan
dibutuhkan disetiap sekolah termasuk madrasah. Menurut Suradi (1996) dan Salwa (2004) ada
sepuluh alasan mengapa pelayanan bimbingan konseling perlu diadakan khususnya disekolah
yaitu :
1. Membantu siswa agar berkembang dalam semua bidang
2. Membantu siswa untuk membuat pilihan yang sesuai pada semua tingkatan sekolah
3. Membantu siswa membuat perencanaan dan pemilihan karier di masa depan (setelah tamat)

4. Membantu siswa membuat penyesuaian yang baik disekolah dan juga diluar sekolah
5. Membantu dan melengkapi upaya yang dilakukan orang tua di rumah
6. Membantu mengurangi atau mengawasi dan kelambanan dalam sistem pendidikan
7. Membantu siswa yang memerlukan bantuan khusus
8. Menambah daya tarik sekolah terhadap masyarakat (user)
9. Membantu sekolah dalam mencapai sukses pendidikan (akademik) baik pada tingkat sekolah
dasar hingga perguruan tinggi; dan
10. Membantu mengatasi masalah disiplin pada siswa.
Paparan di atas menjelaskan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling perlu diadakan
disekolah-sekolah karena pelayanan ini dapat membantu para siswa mencapai tujuan yang
diinginkan, membantu siswa untuk meningkatkan pencapaian akademik dan mengembangkan
siswa untuk meningkatakan pencapaian akademik dan mengembangakan potensi yang ada pada
diri mereka agar mereka dapat menghasilkan perubahan positif dalam dirinya sendiri. Selain itu,
6

melalui pelayan bimbingan dan konseling, para siswa disekolah dan madrasah juga berpeluang
untuk menyatakan perasaan dan berbagai masalah yang mereka hadapi kepada guru bimbingan
konseling.7[7]
Latar Belakang perlunya Bimbingan dan Konseling


7

http://abiazwaza.blogspot.co.id/2015/03/kedudukan-bimbingan-dan-konselingdalam.html

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Latar Belakang Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan
sistem pendidikan khususnya di sekolah. Guru sebagai salah satu pendukung unsur
pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung
pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, di tuntut untuk memiliki
wawasan yang memadai terhadap konsep –konsep dasar bimbingan dan konseling
di sekolah.

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan
manusia. Manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi persoalan-persoalan

yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul,
demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat
maupun kemampuannya. Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaikbaiknya. Karena dengan mengenal dirinya sendiri, mereka akan dapat bertindak
dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada pada dirinya
Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan.
Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk
kemudian memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang
berinterksi dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah.

Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat
bertindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Sekolah
sebagai institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi
juga mengembangkan kesluruhan kepribadian anak. Sebagai profesional guru
memegang peran penting dalam membantu murid mengembangkan seluruh aspek
kepribadian dan lingkungannya.

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan
manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu
menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat
diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian seterusnya. Manusia tidak sama satu
dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang
sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit
manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain.
Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal
dirinya sendiri, mereka akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan
kemampuan yang ada pada pada dirinya. Walaupun demikian, tidak semua manusia
mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka memerlukan bantuan orang
lain agar dapat mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang

dimilikinya dan bantuan tersebut dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling.
Pada

kenyataannya,

bimbingan

dan

konseling

juga

diperlukan,

baik

oleh

masyarakat yang belum maju maupun masyarakat yang modern. Persoalanpersoalan yang timbul dalam masyarakat modern sangat kompleks. Makin maju
suatu masyarakat maka akan semakin kompleks persoalan-persoalan yang dihadapi
oleh anggota masyarakatnya.

Traxler mengidentifikasi adanya 5 faktor yang melahirkan bimbingan di sekolah
yaitu sebagai berikut:

1). Philanthropy dan Humanisme
Kedua aliran ini mempunyai keyakinan bahwa masyarakat yang miskin dapat
dikembangkan melalui bimbingan pekerjaan, agar pengangguran dapat dihapuskan.
Mereka berpandangan bahwa sekolah adalah tempat yang baik untuk memberikan
bimbingan pekerjaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Dari
bimbingan pekerjaan berkembanglah bimbingan pendidikan dan bimbingan sosial
pribadi

di

sekolah.Sampai

sekarang

bimbingan

pekerjaan

mengarah

pada

menjadikan sekolah sebagai pusat pengembangan tenaga kerja.

2). Gerakan Agama
Kaum beragama beranggapan bahwa didunia ini terdapat pertentangan yang tetap
antara kekuatan golongan yang baik dan kekuatan golongan yang jahat. Karena itu
sekolah harus mempersiapakan kaum muda untuk menghadapi kekuatan yang

jahat ini melalui pembinaan kehidupan moral mereka.Alasan inilah yang mendorong
adanya bimbingan disekolah, khususnya bimbingan yang berkaitan dengan
kehidupan moral.

3). Mental Hygiene
Tahun 1909 di Amerika serikat lahir Komite Nasional Kesehatan Mental. Gerakan ini
memusatkan perhatiannya pada penelitian , terapi, dan rehabilitasi terhadap para
anggota masyarakat yang menderita gangguan mental yang serius. Mengingat
banyak gangguan jiwa dapat diterapi dengan baik bila diketahui sejak dini.Para ahli
kesehatan mental menganjurkan para pendidik disekolah untuk lebih banyak
berperan dalam memperhatikan kesehatan jiwa para siswa, khususnya yang
berkaitan dengan rasa aman dan penemuan identitas diri dikalangan kaum muda.
Dengan demikian, bimbingan akan mempunyai andil besar dalam perkembangan
kesehatan mental para siswa disekolah.

4). Gerakan Untuk Mengenal Murid Secara Individual
Traxler mengatakan bahwa gerakan ini sangat berkaitan dengan sejarah gerakan
dan evaluasi pendidikan disekolah. Melalui gerakan ini ditemukan suatu nilai
mengenai siswa sebagai pribadi yang individual dan unik.Oleh karena itu bimbingan
disekolah mempunyai tugas untuk mengenal setiap muridnya secara individual
melalui program analisis individual.

5). Perubahan-perubahan Sosial
Dizon (1983) mengungkapkan 5 perubahan sosial yang sangat mempengaruhi
kehidupan para remaja.
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pilihan karir merupakan masalah bagi banyak siswa. Mereka sering merasa bingung
untuk menentukan pilihan karir yang tepat, karena yang dapat dipilih cukup banyak
dan umumnya mereka belum mengenal dirinya sendiri. Dipihak lain, orangtua dan
sekolah tidak dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan anak, karena mereka
tidak

memahami

bimbingan

karier.

Akibatnya

banyak

ditemukan

beberapa

mahasiswa dengan indeks prestasi rendah, walaupun kemampuannya cukup
tinggi.Hal ini disebabkan ketidaksesuaian minat mereka dengan jurusan yang
mereka pilih.Para remaja bingung terhadap pilihan karirnya dan tidak mendapat
bantuan yang baik dari pihak sekolah ataupun orang tua.Untunglah, beberapa
sekolah telah mengadakan bimbingan karir yang dapat meringankan beban mereka.

b. Penggunaan waktu senggang dan Rekreasi
Mereka umumnya menghadapi konflik batin, karena di satu pihak mereka harus
belajar keras untuk memenuhi tuntutan sekolah yang makin berat, sedangkan di
pihak lain mereka tergiur akan hiburan yang menarik di masyarakatnya. Hiburan ini
seringkali dapat memerosotkan perkembangan mereka yang dalam waktu singkat
harus terjun dalam dunia kerja dan sosial.Dalam hal ini sekolah harus berani mulai
mengadakan bimbingan rekreasi bagi para siswanya, khususnya pada waktu liburan

sekolah.Pertandingan antarsekolah, festival seni, kemah kerja dapat digalakan di
antara para pelajar dan mahasiswa.

c.

Pola kehidupan keluarga dalam masyarakat modern telah mengalami banyak
perubahan
Tidaklah mengherankan bahwa karena kesibukan orang tua mengakibatkan
kurangnya komunikasi personal. Karena mereka kurang menikmati waktu bersama
dalam

keluarga.Anak-anak

merasa

kurang

nyaman

dan

aman

dirumah

sendiri.Karena itu, pelayana bimbingan konseling berupa konsultasi bagi orang tua
dan konseling bagi anak-anak yang tersisih dalam keluarga.Untuk itu bimbingan ini
diharapkan dapat terlaksana disekolah.

d. Perubahan nilai-nilai sosial dan moral/agama
Para remaja tidak memiliki pegangan hidup yang pasti. Nilai lama sudah kabur,
sedangkan nilai baru belum pasti. Free-sex dipandang hal yang lumrah bagi
golongan remaja tertentu, sedangkan di pihak lain keluarga dan agama masih keras
melarangnya. Dikalangan mahasiswa terjangkit penyakit “cepat wisuda”, agar
mereka mendapatkan kedudukan dan gaji yang tinggi, tetapi yang diimpikan tidak
mudah terlaksana. Semuanya ini tentu akan menambah masalah dipundak para
remaja. Untuk itu mereka membutuhkan bimbingan spiritual agar mereka bisa

berfikir dengan baik dan berbuat sesuai dengan norma-norma agama yang berlaku
di lingkungan masyarakat.

e. Tuntutan masyarakat yang makin kompleks
Pada waktu sekarang gelar “Drs.” Tidak menjadi “bangsawannya” masyarakat lagi,
tetapi gelar “doktor” barulah dipandang sebagai bangsawan atau priyayinya
masyarakat modern ini. Hal ini menunjukan bahwa tuntutan masyarakat makin
berat dan meningkat.Disinalah letak panggilan kita, melalui program bimbingan kita
tingkatkan perkembangan anak seoptimal mungkin sesuai dengan tuntutan
masyarakat modern.

B.

Kedudukan

Bimbingan

dan

Konseling

dalam

Sistem

Operasional

Pendidikan di Sekolah

Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat.
Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan
mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan
fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang menyangkut hal itu semua, namun lebih
dari itu semuanya. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai
tujuan dan cita-cita pribadi individu (siswa).

Siswa merupakan unsur utama dalam pendidikan. Siswa sebagai individu sedang
berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke
arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kemandirian tersebut, siswa
memerlukan bimbingan, karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau
wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan
arah kehidupannya.
Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan
mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang
pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan
atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual.
Aspek psikososiospiritual diantaranya sebagai berikut:
1. Manusia sebagai mahluk psikologis:
a. Memiliki struktur kepribadian yang terdiri dari Id ( aspek bio ), Ego ( aspek
psikologi ) dan Super ego ( aspek social ).
b. Dipengaruhi perasaan dan kata hati
c. Memiliki daya pikir dan kecerdasan
d. Memiliki kebutuhan psikologis agar pribadi dapat berkembang. Kebutuhan psikologis
terdiri dari pengurangan ketegangan, kemesraan dan cinta, kepuasan alturistik,
kehormatan dan kepuasan ego.
e. Memiliki kepribadian yang unik
2. Manusia sebagai mahluk social
Manusia membutuhkan manusia lain didalam menjalani kehidupannya. Ciri-ciri
mahluk sosial adalah :

a. Sebagai mahluk yang tidak dapat lepas dari orang lain. manusia memiliki cipta
(kemampuan untuk melakukan sesuatu), rasa (perasaan), dan karsa (tujuan).
b. Manusia hidup dalam kelompoknya (keluarga, masyarakat), manusia suci bagi
manusia lain (Homosacra Res Homonim
c. Manusia selalu bersosialisasi, berhubungam, menyesuaikan diri, saling mencintai,
menghormati, dan saling menghargai manusia lain dari masa kanak-kanak sampai
dengan meningal dunia.

3. Manusia sebagai mahluk spiritual
Manusia diciptakan oleh Allah SWT, dalam bentuk yang sebaik-baiknya, memiliki
jiwa yang sempurna, untuk menjadi khalifah dibumi. Bukti manusia mahluk
spiritual :
a. Memiliki keyakinan dan kepercayaan
b. Menyembah tuhan

Bidang-bidang utama pendidikan:
1. Bidang Administrasi dan Kepemimpinan
Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien. Pada bidang
ini terletak tanggung jawab kepemimpinanan (kepala sekolah dan staf administrasi
lainnya) yang terkait dengan kegiatan perencanaan organisasi, deskripsi jabatan
atau pembagian tugas, pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana
(material), supervisi, dan evaluasi program.

2. Bidang intruksional dan kurikuler

Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap. Pihak yang bertanggung
jawab secara langsung terhadap bidang ini adalah para guru.
3. Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling)
Bidang ini terkait dengan program pemberiaan layanan bantuan kepada peserta
didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui
interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing atau konselor.

Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan persekolahan,
layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting
dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan layanan
kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran
secara efektif. Untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan pribadi agar dapat membantu keseluruhan
proses belajarnya. Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan untuk:
1. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun kelompok,
2. Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
3. Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai
dengan karakteristik pribadinya,
4. Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang
dihadapinya,
5. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.

Berkenaan dengan hubungan antara bimbingan dan pendidikan tersebut di atas,
Rochma Natawidjaja (1990: 16) Memberikan penjelasan sebagai berikut:

“...bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan posisi kunci dalam pendidikan di
sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran
dan perkembangan intelektual siswa dalam bidang menangani ihwal sisi sosial
pribadi siswa..”

Lebih lanjut ia menegaskan bahwa bimbingan dan konseling memiliki fungsi
memberikan bantuan kepada siswa dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan, yaitu membantu meratakan jalan menuju Tuhan, berguna bagi manusia,
dan bermanfaat bagi kesejahteraan dan pembangunan bangsa, negara, dan umat
manusia

Ragam Bimbingan dan konseling
Dilihat dari masalah individu ada empat jenis bimbingan yaitu:
a.

Bimbingan Akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para
individu

dalam

menghadapi

masalah-masalah

akademik

seperti

pengenalan

kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar dsb. Bimbingan akademik
dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar- mengajar yang kondusif
agar terhindar dari kesulitan belajar. Dalam bimbingan akademik pembimbing
berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan.
b.

Bimbingan Sosial-Pribadi, merupakan bimbingan untuk membantu para individu
dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi. Contohnya: masalah sosial
pribadi adalah hubungan sesama teman, dengan dosen, serta staf, pemahaman
sifat dan kemampuan diri penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan

masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.
c.

Bimbingan Karir, yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan,
pengembangan, dan pemecahan masalah-masalah karir seperti: pemahaman
terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri

d.

dsb.
Bimbingan Keluarga, merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu
sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga
yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan
dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan/berpartisipasi aktif
dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.

C.

Kedudukan Bimbingan dan Konseling secara formal dan dalam setting
pendidikan formal

1. Kedudukan Bimbingan dan Konseling secara formal
Secara formal kedudukan bimbingan dan konseling ada dalam Sistem Pendidikan di
Indonesia, antara lain :
a.

UU No. 2 tahun 1989 bab I pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik melalui bimbingan dan
atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”

b.

PP No. 28 untuk SD dan PP No. 29 untuk SMP dan SMA tahun 1990 Bab X pasal 25
ayat 1 yang menyatakan :
“Bimbingan adalah bantuan peserta didik untuk memahami diri, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan”
“Bimbingan dilaksanakan oleh guru pembimbing”

c.

UU No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 6
“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, dan
konselor, widyaiswara, pamong belajar, fasilitator dan sebutan lain sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”

2.

Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Setting Pendidikan Formal
Pemetaan layanan BK seperti yang tertera pada gambar di atas, menampilkan
dengan jelas kesejajaran antara posisi layanan BK yang memandirikan dengan
layanan manajemen pendidikan dan layanan pembelajaran yang dibingkai oleh
kurikulum khusus sistem persekolahan sebagai bentuk kelembagaan dalam jalur
pendidikan formal. Wilayah bimbingan dan konseling yang memandirikan menjadi
tanggung jawab konselor.
Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti
terhadap pengajaran. Misalnya, siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal
apabila terbebas dari masalah-masalah yang dapat mengganggu proses belajarnya.
Pembebasan masalah tersebut dapat dilakukan melalui pelayanan bsssssimbingan
dan konseling. Materi layanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh
guru untuk penyesuaian pengajaran dengan individualitas siswa.
Pelayanan

bimbingan

dan

konseling

juga

memberikan

sumbangan

dalam

manajemen dan supervisi. Misalnya, berkaitan dengan penyusunan kurikulum,
pengembangan program-program belajar, pengambilan belajar yang tepat dalam
rangka penciptaan iklim sekolah yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan
kebutuhan dan perkembangan siswa.

Begitu pula sebaliknya, bidang pengajaran, manajemen, dan supervisi memberikan
sumbangan besar bagi pelayanan bimbingan dan konseling. Jika ketiganya berjalan
dengan baik, maka akan mencegah timbulnya masalah pada siswa juga sebagai
wahana pengentasan masalah-masalah siswa.

BAB III
KESIMPULAN

Jadi bimbingan dan konseling merupakan suatu proses yang berkesinambungan,
sistematis, berencana yang mengarah kepada pencapaian tujuan. Bimbingan
merupakan bantuan atau pertolongan dalam membantu individu mengambil
keputusannya sendiri, pembimbing hanya bertindak sebagai fasilitator. Keseluruhan
proses kegiatan atau layanan kepada individu untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal dan didalamnya terdapat Konseling yang merupakan inti
dari kegiatan Bimbingan.
Ada tiga bidang utama pendidikan, yaitu Bidang Administrasi dan Kepemimpinan,
Bidang intruksional dan kurikuler, dan Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan
Konseling). Layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang
cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan
layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses
pembelajaran secara efektif.

B. Definisi Kurikulum dan Pembelajaran
Pengertian kurikulum dapat ditinjau dalam makna luas dan makna
yang sempit. Kurikulum dalam arti sempit hanya dilihat sebagai
sebuah dokumen atau rencana tertulis. Hal ini dikemukakan oleh
Tanner and Tanner 1980 dalam Said Hamid Hasan 2007:1 yaitu
kurikulum diartikan sebagai suatu rencana tertulis. Sementara itu,
dalam pengertian luas kurikulum tidak hanya sekedar dokumen
tertulis atau seperangkat materi pelajaran.
Kurikulum dalam arti luas, didefinisikan oleh Saylor, Lewis dan
Aleksander (1981:1) yaitu “kurikulum adalah pengalaman nyata
yang dialami peserta didik dengan bimbingan sekolah”. Selain itu
Oliva juga mengemukakan kurikulum dalam arti luas yaitu :
“kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban
terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat” (Oliva,1997:60
dalam Said H. Hasan, 2007:2).
Pembelajaran merupakan penerapan / implementasi dari kurikulum
itu sendiri. Hubungan antara keduanya bisa dipandang secara
terpisah atau berhubungan dengan berbagai kemungkinan, yaitu :
siklik, berkaitan dan konsentris.

C. Evolusi Tugas Guru dan Guru BK di Indonesia
Tugas guru dan guru BK dari waktu kewaktu selalu mengalami
pergeseran. Hal ini berjalan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, tuntutan masyarakat dan arah profesionalisme profesi
guru dan guru BK. Berikut ini, penulis sajikan pergeseran tugas
peran dan kedudukan guru dan guru BK dari waktu kewaktu di
Indonesia.
1. Tugas Guru / Guru BP dalam SK Menpan no.026/1989
Dalam SK Menpan ini, dinyatakan “Tugas guru adalah mengajar dan
atau membimbing....”.

Dengan pengertian ini, tidak dibedakan

antara tugas guru dengan guru BP. Seorang guru dapat berperan
sebagai guru mata pelajaran dan sekaligus menjadi guru BP. Dengan
demikian, pelayanan bimbingan dan penyuluhan bisa dilaksanakan
oleh tenaga nonprofesional.
Dalam pandangan penulis, hal ini bisa dimaklumi karena pada saat
itu belum memadainya jumlah guru baik dalam hal kualitas maupun
kuantitas.
2. Tugas Guru / Guru BK dalam SK Menpan no.084/1993
Pada tahun 1993 istilah Bimbingan Penyuluhan (BP) diganti dengan
istilah

Bimbingan

dan

Konseling

(BK).

Dalam

SK

Menpan

no.84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
mulai diadakan pemisahan yang tegas dan formal antara tugas guru
dengan guru BK. Dalam SK ini dinyatakan tugas guru adalah :

1.

Menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran,
evaluasi

belajar,

analisisn

hasil

evaluasi

hasil

belajar,

serta

penyusunan program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta
didik yang menjadi tanggung jawabnya; ATAU:
2.

Menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan,
evaluasi

pelaksanaan

bimbingan

dan

tindak

bimbingan,
lanjut

analisis

pelaksanaan

hasil

pelaksanaan

program

bimbingan

terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Kata “atau” yang merangkaikan dua tugas guru diatas, berarti guru
harus memilih salah satu, yaitu sebagai guru mata pelajaran atau
sebagai guru BK.
3. Bimbingan dan Konseling dalam UU No. 20 / 2003
UU 20/2003 merupakan UU sisdiknas pertama yang menyebut istilah
konselor (sebutan profesional guru BK) sebagai salah satu tenaga
pendidik. Hal ini tertuang dalam pasal 1 ayat 6 yang berbunyi :
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususanya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan. Pencantuman sebutan ini merupakan
sebuah pengakuan atas semakin diakuinya eksistensi konselor (guru BK)
dalam sistem pendidikan nasional.
Menurut UU 20/2003 kurikulum diartikan sebagai seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

belajar mengajar.
Secara tektual, pengertian kurikulum dalam UU 20/2003, hanya
memperuntukkan kurikulum bagi guru. Hal ini terlihat dari kata “isi
dan bahan pelajaran” dan “kegiatan belajar mengajar” yang lazim
digunakan untuk guru mata pelajaran, tidak untuk pendidik lainnya.
Namun

Prayitno,

2008:14-16,

mengemukakan

bahwa

bahwa

menyampaikan ’isi dan bahan pelajaran’ serta menyelenggarakan
‘kegiatan belajar mengajar’ bukan sekedar tugas guru tetapi tugas
konselor

juga,

hanya

proses

penyampaiannya

tidak

seperti

pembelajaran yang dilakukan guru.
4. Bimbingan dan Konseling dalam KTSP
Pelayanan bimbingan dan konseling dalam KTSP merupakan salah
satu layanan yang wajib diberikan kepada siswa sebagai salah satu
upaya pengembangan diri. Pengembangan diri sebagaimana yang
diamanatkan dalam Peraturan Menteri No.22/2006 Tentang Standar
Isi, Bab II, tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum pada
semua jenjang pendidikan, SD, SMP dan SM menyatakan bahwa
kurikulum berisi: mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan
diri. Dinyatakan pula: “Pengembangan diri bukan merupakan mata
pelajaran

yang

harus

diasuh

oleh

guru.

Pengembangan

diri

bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan

dan

mengekspresikan

diri

sesuai

dengan

kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau

dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan

dalam

bentuk

kegiatan

ekstrakurikuler.

Kegiatan

pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling
yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial,
belajar, dan pengembangan karir peserta didik.”
Permendiknas

RI

Pengembangan

No.

diri

22/2006

sebagai

tentang

kegiatan

Standar

pendidikan

Isi

memuat

diluar

mata

pelajaran wajib yang merupakan bagian integral dari kurikulum
sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan
melalui

kegiatan

ekstrakurikuler.

bimbingan

dan

Kegiatan-kegiatan

konseling
yang

serta

kegiatan

tercakup

dalam

pengembangan diri, diantaranya pemecahan masalah pribadi dan
kehidupan sosial, penanganan masalah belajar, pengembangan karir,
dan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam ekstrakurikuler.
Berdasarkan

penjelasan

diatas,

Prayitno

(2008:4)

berpendapat

bahwa KTSP meliputi tiga komponen, yaitu komponen mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri. Komponen pengembangan diri
terdiri dari dua sub-komponen, yaitu pelayanan konseling dan kegiatan
ekstra kurikuler. KTSP yang meliputi tiga komponen itu digambarkan dalam
diagram sebagai berikut:
Berdasarkan pada permendiknas nomor 22, 23 dan 24 tahun 2006,
kita dapat menyimpulkan bahwa makna kurikulum dalam KTSP
diartikan secara luas. Kurikulum tidak ditafsirkan sekedar daftar

mata pelajaran saja, tetapi meliputi seluruh kegiatan sekolah yang
ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Dengan
demikian

kegiatan

administrasi

manajerial

oleh

pendidikan, pembelajaran oleh guru bidang studi

pengelola

dan layanan

bimbingan konseling oleh konselor merupakan subsistem dari
kurikulum.