Sistem Partai dan Pemilu di Amerika Seri

Written by:
Umiyati Haris, S.IP.
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap negara memiliki cara tersendiri dalam memilih pemimpin negara berdasarkan
konstitusi. Negara dengan bentuk kerajaan memilih pemimpinnya secara turun-temurun atau
dinasti menjadi seorang raja, begitu pula halnya dengan negara dengan sistem kekaisaran.
Negara demokrasi memilih pemimpinnya melalui cara demokratis pula, yaitu dengan
pemilihan umum dimana rakyat yang menentukan pilihan mereka. Calon kandidat yang akan
duduk di kursi pemerintahan juga berasal dari rakyat sehingga ada sistem pemilihan di negara
demokrasi yang menganut sistem representatif.
Amerika Serikat adalah salah satu negara demokrasi di dunia. Pilar demokrasi
Amerika Serikat berasal dari nilai-nilai budaya yang sudah ada sejak lama, yaitu nilai
individualisme; liberalisme; egalitarianisme; hingga membentuk pemerintahan yang
demokratis. Nilai-nilai demokratis di Amerika Serikat menunjukkan bahwa individu
memegang peranan penting dalam suatu kegiatan politik. Artinya, setiap orang berhak untuk
menjadi pemimpin atau bergabung dalam sebuah partai.
Selain itu, nilai demokratis lainnya menunjukkan kesetaraan bagi seluruh bangsa
Amerika Serikat,baik dalam memilih pemimpin; ikut terlibat dalam partai politik; dan ikut
serta dalam pemilu. Sehingga, nilai-nilai demokratis


tersebut memunculkan bentuk

permintaan masyarakat terhadap sistem pemerintahan yang demokratis yang berlandaskan
pada kedaulatan rakyat. Untuk menguraikan lebih lanjut mengenai nilai-nilai demokrasi
Amerika Serikat yang tercermin dalam sistem politiknya, maka pembahasan selanjutnya akan
dibahas mengenai sistem partai dan pemilu Amerika Serikat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori

Sejarah filosofi dan teori politik menyebutkan bahwa dari perspektif pemikiran politik
Barat selama dua ribu lima ratus tahun, hampir tidak ada satu pun, hingga saat sekarang ini,
yang menganggap demokrsi sebagai cara terbaik untuk membangun kehidupan politik.
Sebagian besar pemikir politik selama dua setengah milenia mengadakan perlawanan
terhadap konstitusi demokrasi, kekacauan politik demokrasi dan kekosongan moral dalam
karakter demokrasi.
Teori, pranata dan praktik demokrasi dalam kehidupan barat selalu merupakan hasil
interaksi antara tradisi non-demokratis dan antidemokratis dengan tradisi demokratis yang
ada, serta persepsi baru dalam bidang social kemanusiaan, keagamaan, kebutuhan politik dan

hak politik. Kenyataan bahwa gagasan kedaulatan rakyat tidak sesuai dengan konsep
teosentris menegnai kekausaan raja dan struktur imperial Gereja Romawi yang semakin kaku
tidak mencegah para penganut Kristen untuk menciptakan sistem demokrasi di Eropa Barat
dan Amerika Utara.1
Munculnya Amerika Serikat sebagai adidaya tunggal pascaperang dingin berkorelasi
terhadap perkembangan demokrasi di dunia. Hal ini dimungkinkan karena selama perang
dingin, AS telah tampil sebagai negara champion of democracydan the guardian of
democracy, menjadi negara yang senantiasa mensponsori penyebarluasan demokrasi di
berbagai belahan bumi. Usainya perang dingin yang ditandai dengan tumbuhnya komunisme
yang menjadi momentum bagi AS untuk lebih meningkatkan peranannya dalam
menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi.2
Keberpihakan AS pada demokrasi tidak dapat dilepaskan dari munculnya keyakinan
yang besar dalam diri bangsa AS bahwa demokrasi merupakan prinsip dasar pembangunan
watak bangsa.3 Demokrasi telah menjadi American Ethos dan menjadi nilai-nilai pengatur
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat
AS

selama

ratusan


tahun.Demokrasi

telah

menjadi

tradisi

yang

kokoh

sejak

diproklamasikannya Deklarasi Kemerdekaan AS 4 Juli 1776. Dalam bahasa Thomas
Jefferson, demokrasi telah terefleksi dalam life, freedom, and pursuit of happiness sebagai
nilai-nilai yang senantiasa mengilhami para imigran yang datang ke Amerika Serikat.4
1
2


4

Esposito, John L dan John O. Voll, Demokrasi di Negara-negara Muslim: Problem dan Prospek.
Terj. Mizan, Bandung, 1996.
Huntington, P., Samuel, Gelombang Demokratisasi Ketiga, Penerjemah: Asril Marjohan, Graffiti,
Jakarta, 1995.
3 Cipto, Bambang, Politik dan Pemerintahan Amerika, Lingkaran,
Yogyakarta, 2003.
Jatmika, Sidik, AS Penghambat Demokrasi : Membongkar Politik Standar Ganda Amerika
Serikat, Bigraf Publishing, Yogyakarta, 2000.

Praktik demokrasi yang telah lama mengakar di tengah masyarakat Amerika Serikat telah
dijelaskan bahwa tidak hanya dalam sistem kenegaraan dan pemerintahan saja terdapat
praktek demokrasi, namun telah mengkristal dala filosofi bangsa, agama, pluralism cultural,
sampai pada kehidupan keluarga sebagai unit terkecil kehidupan kelompok.5 Walau demikian,
perkembangan kehidupan demokrasi di AS tidak selamanya menunjukkan grafik yang terus
stabil, tetapi juga mengalami pasang surut, hambatan, dan dianggap tidak taat asas dalam
melaksanakan demokrasi.
Dipertahankannya sistem perbudakan yang berlangsung lama dan baru dihapuskan tahun

1865. Adanya Civil Rights Movement pada tahun 1960-an yang menggambarkan perjuangan
hak-hak orang-orang kulit hitam AS, pengakuan hak pilih wanita baru di tahun 1920, dan
baru disahkannya undang-undang untuk melindungi hak-hak warga negara minoritas di tahun
1954, serta kurang diberikannya persamaan hak dan keadilan kepada penduduk asli AS (yang
dikenal sebagai bangsa Indian), menunjukkan berfluktuasinya perkembangan demokrasi di
Amerika Serikat.6 Semangat untuk menerapkan demokrasi di luar negeri merupakan salah
satu hal yang selalu ada dalam politik luar negeri Amerika Serikat.
Isu demokrasi telah menjadi isu yang mutlak dikedepankan dalam tata pergaulan
internasional AS. Telah menjadi ketentuan dari pemerintahan yang terbentuk di AS – apakah
dari partai Republik atau Demokrasi untuk senantiasa merumuskan misi baru dalam
melakukan konsilidasi dan mempropagandakan demokrasi. Sejalan dengan hal itu, agar
demokrasi tetap keberadaannya, AS tidak segan-segan menjatuhkan sanksi ekonomi, politik
maupun militer kepada negara-negara yang dianggap tidak menghormati nilai-nilai
demokrasi. Hanya saja ukuran demokrasi yang dijadikan indikator oleh AS terhadap satu
negara dengan negara lainnya dapat berbeda. Kadangkala terjadi pembiasan karena unsur
kepentingan nasional kerap kali lebih mengemuka dibandingkan mengutamakan mendeteksi
pelanggaranpelanggaran terhadap nilai-nilai demokrasi yang terjadi. Hal ini terjadi pada
proses yang diambil AS dalam aksi politik luar negerinya. Bisa demokratis dan juga bisa
tidak demokratis.Kasus invasi AS ke Irak April 2003 yang lalu menjadi contoh kongkrit.
Alasan invasi AS tersebut karena Irak di bawah pemerintahan Saddam Hussein menjadi

negara yang tidak demokratis dengan tingkat pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang
tinggi, represif, mendukung terorisme internasional, dan mengembangkan persenjataan
pemusnah massal.
5
6

Tocqueville, Alexis de, Masalah Demokrasi, Penerjemah: Sumantri Mertodipuro, Bharatara,
Djakarta, 1961.
Bradley, William L., dan Mochtar Lubis, Dokumen-dokumen Pilihan tentang Politik Luar Negeri
Amerika Serikat dan Asia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1991.

Nilai-nilai demokrasi universal yang dianut oleh Amerika Serikat, yaitu kedaulatan
rakyat dan pemerintah yang demokratis; serta kebebasan dan egaliterianisme.
1. Kedaulatan Rakyat dan Pemerintahan yang Demokratis
Merujuk asal kata, maka demokrasi memiliki spesifikasi batasan sebagai
pemerintahan oleh rakyat yang kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan
langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan
bebas. Dalam ucapan Presiden Abraham Lincoln di Gettysburg November 1863, demokrasi
adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.7
Menurut Miriam Budiardjo, semakin tinggi tingkat partisipasi politik rakyat, maka

tingkat demokrasi juga bertambah baik. Sebaliknya partisipasi yang rendah dianggap sebagai
tanda yang kurang baik, karena hal tersebut berarti warga negara tidak hormat terhadap
masalah-masalah kenegaraan. Hal ini akan menyebabkan jarring-jaring birokrasi yang
berkuasa takkan tanggap terhadap kebutuhan aspirasi, keperluan, dan permintaan rakyatnya.
Hal di atas menekankan juga bahwa kebebasan dalam demokrasi seolah memang
kemutlakan, sebab tanpa kebebasan yang baik, penilaian terhadap jalannya proses politik dan
pemerintahan tidak akan terwujud. Terpasungnya kebebasan hanya akan mematikan
kebebasan rakyat untuk bicara. Kebebasan yang terberangus akan menyuburkan pertumbuhan
ketakutan dan kebobrokan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Adanya kebebasan akan
menggairahkan dinamika suatu bangsa serta menggeliatkan rakyat untuk terus berpikir maju,
agar haknya sebagai social control akan berjalan dengan baik.
2. Kebebasan dan Egaliterianisme
Samuel P. Huntington menekankan bahwa demokrasi berkaitan erat dengan kebebasan
individu. Secara keseluruhan korelasi antara eksistensi demokrasi dengan eksistensi
kebebasan individu adalah sangat tinggi.Adanya sejumlah kebebasan individu merupakan
komponen esensial dari demokrasi. Pengaruh jangka panjang dari berjalannya proses politik
yang demokratis akan memperluas dan memperdalam kebebasan individu. Kebebasan
merupakan keutamaan yang khas dari demokrasi.
Kebebasan dan demokrasi sering dipakai secara timbal balik, tetapi keduanya tidak
sama. Demokrasi sesungguhnya adalah seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan,

tetapi juga mencakup seperangkat praktek dan prosedur. Demokrasi adalah kelembagaan dari
kebebasan.Ini menyangkut adanya sistem yang warganya memiliki kebabasan untuk
7

Jurnal Demokrasi, Apakah Itu Demokrasi? Office of Internasional Information Programs U.S.
Department of State, 1991.

mengambil keputusan melalui kekuasaan mayoritas dengan mengindahkan hak-hak
minoritas, apakah itu etnik, agama atau politik.Hal ini menjadi keharusan karena dalam
lembaga-lembaga demokratis hak-hak minoritas tidak bergantung pada itikad baik mayoritas
dan tidak dapat dihapus oleh suara mayoritas. Hak-hak minoritas mendapat tempat dan harus
dilindungi dalam sebuah negara demokratis.
Demokrasi memastikan bahwa sebelum suatu hukum dijalankan dibutuhkan
kesempatan untuk mengemukakan aneka pandangan. Dipastikan pula bahwa akan diperoleh
kesempatan
untuk berdiskusi, memberi pertimbangan, berorganisasi, dan berkompromi yang dalam
keadaan terbaik dapat menunjukkan hukum yang akan memuaskan semua orang, serta dalam
situasi yang kemungkinan besar kebulatan suara tidak dapat diraih, usulan hukum yang
memiliki jumlah penduduk terbesarlah yang akan diberlakukan. Kriteria-kriteria tersebut di
atas adalah bagian proses demokrasi yang ideal dan proses tersebut mengembangkan seluasluasnya penentuan nasib sendiri sampai batas-batas yang memungkinkan.

Batasan-batasan demokrasi tersebut di atas menjajaki keberadaan demokrasi pada
tatanan ideal politik yang seharusnya dilaksanakan, karena dengan menerapkannya pada real
politik, maka demokrasi akan menghasilkan akibat-akibat yang diinginkan sebagai suatu cara
yang lebih baik untuk memerintah negara dibandingkan alternatif lama yang bukan
demokratis. Hal ini memungkinkan karena itu, pertama, demokrasi menolong mencegah
tumbuhnya pemerintahan oleh kaum otokrat kejam dan licik. Disini ada kecenderungan
bahwa negara-negara demokrasi lebih adil dan lebih menghormati kepentingan-kepentingan
manusia yang mendasar. Demokrasi mencegah para pemimpin untuk mengeksploitasi
kemampuan negara yang luar biasa melalui pemaksaan dan kekerasan untuk mencapai
tujuan-tujuan pribadi akibat dorongan rasa gila kebesaran, kepentingan pribadi, ideologi,
nasionalisme, keyakinan agama, perasaan keunggulan batin, atau hanya emosi dan kata hati.
Kedua, demokrasi menjamin kebebasan pribadi yang lebih luas bagi warga negaranya
daripada alternatif lain yang memungkinkan. Kebabasan, dan kesempatan amat diperlukan
supaya pemerintahan berjalan demokratis. Keyakinan dalam menerima demokrasi tidak akan
terpisah dengan keyakinan lainnya. Dalam semesta nilai-nilai dan kebaikan-kebaikan,
demokrasi memiliki tempat yang amat penting. Seperti hak lainnya yang penting bagi sebuah
proses demokrasi, kebebasan berpendapat juga mempunyai nilai tersendiri karena ia
membantu otonomi moral, pertimbangan moral, dan kehidupan yang baik. Disini nampak
bahwa kebudayaan demokrasi menegaskan nilai kebebasan individu sebagai fokus utama
sehingga memberikan dukungan terhadap hak-hak dan kebebasan lainnya. Ketiga, hanya


pemerintahan yang demokratis yang dapat membantu perkembangan kadar persamaan politik
yang relatif tinggi. Pemerintahan yang demokratis dapat mencapai persamaan politik di
antara warga negara pada tingkat yang lebih baik daripada alternatif lain yang
memungkinkan.8
B. Sistem Partai Amerika Serikat
Politik di Amerika Serikat adalah berbicara mengenai partisipasi politik baik yang
kolektif dan individual, terkait dengan kelompok dan dengan setiap orang. Dalam catatan
sejarah Amerika Serikat, selama masa kolonial telah ada perbedaan-perbedaan pendapat
mengenai masalah-masalah politik yang sama hingga saat ini. Akan tetapi delegasi perserta
konferensi Undang-Undang Dasar (konstitusi) tidak mengantisipasi munculnya sistem baru
partai berdasarkan UUD. James Madison, terpilih sebagai ketua partai DemokraticRepublican mengatakan bahwa sistem sistem federal yang baru akan mengakibatkan
hilangnya kelompok-kelompok politik yang bersaing yang disebut fraksi-fraksi akan tetapi
tidak ada larangan untuk partai-partai, biarpun hal itu tidak disebutkan dalam UUD dan
banyak pihak yang berwenang tidak disenangi.
Sebelum berakhirnya periode kedua pemerintahan Presiden Washington, pendukung
Hamilton dan Jefferson beraliansi menjadi dua, kelompok pesaing yang dikenal masingmasing sebagai Federalis dan Republik memulai tradisi sistem dua partai di Negara Amerika
Serikat. Federalis cenderung mengikuti kepemimpinan Hamilton dan anti federal menerima
republikasi Jeffersonian. Meskipun pada saat itu belum sebagaimana pengertian partai politik
secara modern. Hamilton menginginkan bagi negaranya suatu kekuatan yang terpusat. Dan

secara tidak langsung Partai Federalis yang didirikan Hamilton diatas mendapat kecaman
rakyat tinggal di pedesaan kecil dan pertanian, juga para frontier. Dan mendirikan partai
republk bagi para petani. Madison yang awalnya bekerja sama dengan Hamilton dalam
kongres. Sementara Jefferson yang berada beberapa tahun di Perancis adalah seorang
Englightened Philosophe, radikal dan reformis yang menolak Aristokrasi.
Perbedaan kedua gagasan partai diatas semakin ketat saat Jefferson mengudurkan diri
dari kabinet sebagai Sekretaris Negara, kemudian filosofi politiknya menjadi pondasi Partai
Republik (Demokrat Republik) menentang partai Federalis. Ketika Presiden Washington
menolak untuk dicalonkan yang ketiga kalinya sebagai Presiden, terjadi suatu hak yang tak
lazim yaitu dalam pemilihan presiden. John Adams calon partai Federalis terpilih sebagai
Presiden dan Thomas Jefferson calon Partai Republik menjadi Wakil Presiden. Presiden dan
8 Dahl, Robert A., On Democracy, Yale University Press, 1991.

Wakil Presiden berasal dari partai yang berbeda. Pada pemilihan tahun 1800 Thomas
Jefferson dan Aaron Burr calon partai Republik mencapai kemenangan gemilang, tetapi suara
Elektoral hampir sama. Kemudian DPR memutuskan Jefferson sebagai Presiden dan Aaron
Burr menjadi wakilnya.
Saat ini, partai Republik dan Demokrat, keduanya merupakan pewaris partai-partai
sebelumnya dari abad ke-18 dan ke-19 yang mendominasi proses politik. Dengan sedikit
pengecualian, kedua partai besar itu menguasai kepresidenan, kongres, jabatan gubernur, atau
parlemen Negara bagian. Misalnya, setiap presiden sejak tahun 1852 kalau bukan seorang
Republik pastilah Demokrat, dan di era Pasca-Perang Dunia II, perolehan suara rakyat yang
didapat oleh kedua partai besar itu untuk jabatan presiden rata-rata mendekati 95%. Jarang
terjadi ada dari 50 negara bagian memilih Gubernur yang bukan seorang Demokrat atau
Republik. Jumlah anggota kongres dan anggota legislatif Negara bagian independen atau
berasal dari anggotaa legislatif Negara bagian.
Pada dekade-dekade terakhir, jumlah pemilih individu yang menggolongkan diri sebagai
“independen” meningkat dan mereka boleh mendaftar untuk memilih seperti demikian di
banyak Negara bagian. Namun, menurut jejak pendapat, bahkan yang mengatakan diri
mereka sebagai independen biasanya punya kecenderungan berpihak kepada satu partai atau
lainnya.
Sebuah pengecualian pada aturan umum ini dapat ditemukan di tingkat daerah,
khususnya di kota-kota kecil, dimana para calon mungkin tidak diisyaratkan untuk
mengatakan afiliasinya kepada suatu partai, hal yang sama juga berlaku untuk mereka yang
mencari jabatan dibawah bendera prakarsa daerah tertentu, seperti pengembangan kembali
kota dan pembangunan sekolah.
Meskipun kedua partai besar itu mengorganisir dan mendominasi pemerintahan di
tingkat nasional, Negara bagian, dan daerah, mereka cenderung kurang dapat bersatu secara
ideologis dan sistematis daripada partai-partai di banyak Negara demokrasi. Kemampuan
partai-partai besar untuk beradaptasi dalam perkembangan politik bangsa berujung pada
dominasi pragmatis proses politik.
C. Sistem Pemilu Amerika Serikat
Pemilihan digelar setiap tahun genap di wilayah sebagian besar Negara bagian serta lokal
untuk jabatan-jabatan pemerintahan di AS. Beberapa Negara bagian dan wilayah lokal
mengadakan pemilihan setiap tahun ganjil. Setiap empat tahun warga Negara AS memilih ke-

434 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan kira-kira 1/3 dari 100 anggota senat AS.
Masa bakti setiap senator adalah selama 6 tahun.
Amerika Serikat bertumpu pada sistem pemerintahan federal yang kompleks, dimana
pemerintah nasional bersifat sentral, tetapi pemerintah Negara bagian dan daerah juga
mempunyai kewenangan terhadap hal-hal yang tidak ditangani oleh pemerintah federal.
Pemerintah Negara bagian dan daerah mempunyai tingkat independensi yang bervariasi
tentang bagaimana mereka menyelenggarakan pemilihan dalam kewenangan hukum mereka,
meskipun demikian pemilihan yang mereka adakan diatur dengan baik.
Ada dua ragam dasar pemilihan: pemilihan pendahuluan dan pemilihan umum.
Pemilihan pendahuluan dilakukan sebelum pemilihan umum untuk menentukan calon-calon
dari partai yang akan maju pemilihan umum. Para calon yang menang dalam pemilihan
pendahuluan selanjutnya mewakili partainya dalam pemilihan umum (walaupun mungkin ada
sejumlah kecil langkah tambahan sebelum partai mereka mengusung nama mereka).
Sejak awal abad ke-20, pemilihan pendahuluan telah menjadi peranti pilih utama untuk
menentukan calon partai. Dengan sedikit sekali pengecualian, kemenangan pada pemilihan
pendahuluan menjadikan seorang calon diusung partainya untuk pemilihan umum. Di
sejumlah kecil Negara bagian, calon dari partai dipilih dalam konvensi Negara bagian atau
daerah, bukan dalam pemilihan pendahuluan, karena tradisi ataupun pilihan partai politik itu.
Ketika pemilihan pendahuluan atau konvensi berakhir, pemilihan umum diselenggarakan
untuk menentukan siapa yang akan terpilih memegang suatu jabatan. Dalam pemilihan
umum, para pemilih menjadi penentu terakhir siapa yang bakal menang dari calon-calon
partai yang terdaftar pada kartu suara. Kartu suara pemilihan umum bisa juga pemilihan
pendahuluan tranyertakan calon independen (calon yang tidak berafiliasi dengan sebuah
partai) yang namanya bisa masuk ke kartu suara setelah yang bersangkutan berhasil
mengumpulkan sejumlah tanda tangan dalam petisi khusus, bukan dengan metode pemilihan
pendahuluan tradisional. Lebih lanjut, di sebagian, kartu suara bisa pula menyediakan sebuah
ruang untuk “diisi” nama para calon yang tidak diunggulkan oleh partai maupun melalui
petisi. Para calon seperti itu bisa disebut “mengusung diri sendiri” dan kadang-kadang
mereka memenangkan pemilihan untuk jabatan publik.
Di Amerika Serikat pemilihan bisa lebih dari sekedar memilih orang untuk jabatan
publik. Di sebagian Negara bagian dan daerah, persoalan kebijakan publik bisa juga
dicantumkan dalam kartu suara untuk disetujui atau tidak untuk oleh pemilih. Peraturanperaturan yang dimintakan ketetapannya kepada para pemilih oleh parlemen Negara bagian
atau dewan daerah dan yang dituliskan di kartu suara karena petisi warga biasanya

menyangkut isu-isu globalisasi (persetujuan peminjaman uang untuk proyek publik) dan
mandat atau kritik lain kepada pemerintah. Pada dasawarsa terakhir, kartu suara yang memuat
disetujui tidaknya suatu usulan peraturan mempunyai dampak besar, khususnya terhadap
anggarankebijakan Negara abgian, paling menonjol adalah yang terkait dengan sistem
pendidikan Negara bagian California.
Selain pemilihan di tingkat federal, Negara bagian, dan daerah yang diselenggarakan
setiap tahun genap, sebagian Negara bagian dan daerah yang diselenggarakan setiap tahun
genap, sebagian Negara bagian dan daerah menyelenggarakan pemilihan “luar tahun” yaitu
pada tahun ganjil. Banyak daerah juga menggelar pemilihan khusus yang dapat dijadwalkan
setiap waktu utnuk memenuhi tujuan khusus, seperti kekosongan mendadak sebuah jabatan
publik.
Ketika para pendiri Republik Amerika menulis draf dan meratifikasi Konsitusi AS pada
1787, mereka tidak membayangkan peran partai-partai politik. Justru mereka mencari cara
melalui berbagai pengaturan konstitusional, seperti pemisahan kekuasaan diantara cabang
eksekutif, legislative dan yudikatif, pemberlakuan federalism, dan pemilihan presiden secara
tidak langsung oleh Dewan Pemilihan (electoral council), untuk memisahkan republik baru
ini dari partai-partai dan fraksi-fraksi.
Meskipun bertujuan para pendiri demikian adanya, AS pada 1800 menjadi Negara
pertama yang mengembangkan partai-partai politik yang muncul yang terorganisir pada
tataran nasional untuk menyelesaikan perpindahan kekuasaan eksekutif dari satu faksi dan
faksi lainnya melalui sebuah pemilihan. Perkembangan dan ekspansi dari partai-partai politik
yang terjadi kala itu berkaitan erat dengan perluasan hak pilih. Pada awal berdirinya republik,
hanya para pemilik properti yang berjenis kelamin laki-laki yang bisa memilih, tetapi
perbatasan itu mulai dikikis pada awal abad ke-19 karena faktor imigrasi, kota-kota dan
tekanan-tekanan demokrasi lainnya, seperti perluasan ke kawasan barat Negara itu.
Berpuluh-puluh tahun kemudian, hak pilih sangat diperluas sehingga tiap penduduk
dewasa bisa memilih setelah perbatasan-perbatasan yang terkait dengan kepemilikan properti,
ras dan jenis kelamin dihapus. Ketika pemilihan diperluas, partai-partai politik berkembang
untuk memobilisasi bertambahnya massa pemilih sebagai cara kontrol politik. Partai-partai di
AS timbul sebagai bagian dari perluasan demokrasi, dan mulai 1830-an partai-partai ini
menjadi kukuh dan sangat kuat.
Parlemen dan senat mempunyai kekuasaan yang hampir sama tetapi cara-cara pemilihan
mereka cukup berbeda. Para pendiri Republik Amerika meniatkan anggota DPR dekat dengan
publik, sehingga bisa mencerminkan keinginan dan ambisi publik. Karenanya, para pendiri

merancang Dewan berukuran relatif besar untuk mengakomodasi banyak anggota dari
kawasan legislatif kecil, dan untuk sering mengadakan pemilihan (setiap dua tahun).
Awalnya, masa jabatan dua tahun di Washington dapat menjauhkan seorang anggota kongres
dari para pemilihnya sepanjang itu. Sekarang, yang menjadi persoalan adalah pemilihan
setiap dua tahun memaksa anggota kongres terbang kembali ke distrik setiap akhir minggu
atau yang setara dengan itu untuk menggalang dukungan politik.
Setiap kursi di dewan mewakili sebuah daerah pemilihan yang secara geografis unik, dan
seperti disebut sebelumnya, setiap anggota dipilih sebagai perwakilan tunggal dari kawasan
itu dengan aturan suara terbanyak. Masing-masing dari 50 negara bagian dijamin mendapat
setidak-tidaknya satu kursi di Dewan, dengan sisanya dialokasikan ke Negara-negara bagian
berdasarkan jumlah penduduknya. Alaska, misalnya, mempunyai sedikit penduduk dan
karenanya hanya memperoleh satu kursi di dewan. California adalah Negara bagian dengan
penduduk paling banuyak dan mendapatkan 53 kursi. Menurut sensus 10 tahunan, jumlah
kursi yang diberikan kepada sebuah Negara bagian dikalkulasikan kembali dengan
menimbang perubahan jumlah penduduk di Negara-negara bagian selama 10 tahun terakhir,
dan para anggota legislatif Negara bagian merancang ulang batas-batas distrik kongresional
didalam Negara-negara bagian utnuk mencermin perubahan-[erubahan dalam jumlah kursi
yang dibagikan kepada Negara bagian atau perubahan jumlah penduduk di dalam Negara
bagian itu.
Senat dirancang bagi anggotanya utnuk mewakili pemilih-pemilih yang lebih luasseluruh Negara bagian-dan memberikan perwakilan yang sama kepada setiap Negara bagian
tanpa mengindahkan jumlah penduduknya. Maka Negara-negara bagian kecil memiliki
pengaruh yang sama di Senat (2 senator) seperti halnya Negara-negara bagian besar.
Para senator pada mulanya dipilih oleh anggota legislatif nengara bagian, barus setelah
penetapan amandemen ke-17 konstitusi pada 1913 para senator secara langsung dipilih oleh
pemilih di Negara bagian mereka. Setiap Negara bagian mempunyai 2 senator yang dipilih
untuk masa jabatan 6 tahun, dengan 1/3 kursi senat diperebutkan bagi pemilihan kembali
setiap 2 tahun. Seorang senator dipilih melalui suara terbanyak dewan pemilihan Negara
bagian.
1. Pemilihan Presiden
Setiap 4 tahun, pemilihan umum untuk presiden AS digelar pada selasa pertama
setelah senin pertama bulan November. Sebelum pemilihan umum ini, Negara-negara bagian
mengadakan pemilihan pendahuluan atau kaukus untuk memilih delegasi ke konvensi

pencalonan nasional dimana calon-calon partai diseleksi. Pemilihan umum di Negara bagian
masing-masing dan kaukus lazimnya berlangsung dari januari sampai Juni yang disusul
dengan konvensi-konvensi nasional pada bulan Juli, Agustus dan September.
Sejak 1970-an, bakal calon presiden yang pada akhirnya menjadi unggulan partaipartai besar sudah diketahui namanya sebelum konvensi, karena mereka mengumpulkan
mayoritas delegasi sebelum, musim pemilihan pendahuluan dan kaukus berakhir. Akibatnya,
konvensi pada umumnya menjadi acara perayaan. Bagian-bagian yang paling menarik dari
konvensi adalah pidato pembukaan dari pemimpin atau para pemimpin partai, pengumuman
calon wakil presiden yang diusung, penyebutan hasil perolehan suara delegasi oleh para
delegasi Negara bagian, dan ratifikasi platform partai (dokumen yang menyatakan posisi
partai dalam sejumlah isu). Sebagai acara politik yang diliput televis dan awal dimulainya
kampanye pemilihan umum, konvensi merupakan kesempatan untuk mempromosikan
unggulan partai dan menjelaskan perbedaan-perbedaan dengan oposisi.
Presentase pemilh yang memenuhi syarat yang memberikan suara bervariasi dari
pemilihan ke pemilihan, tetapi secara umum mereka yang memilih, bahkan dalam pemilihan
presiden lebih rendah jumlahnya ketimbang bagian besar Negara demokrasi lain. Sejak 1960,
keikutsertaan pemilih secara umum menurun dari 64 persen (1960) menjadi hanya 50% lebih
(1996), meskipun naik lagi sepanjang dua pemilihan terakhir menjadi 60% lebih.
Ada beberapa alasan relatif rendahnya jumlah pemilih aktif di AS. Berbeda dengan
beberapa Negara demokrasi lain, pemilih di AS harus mendaftarkan diri untuk memenuhi
syarat, prosesnya agak bervariasi dari satu Negara ke Negara bagian lain. Penjelasan lain
adalah bahwa pemilihan dilakukan secara sukarela, tidak diwajibkan, seperti di sebagian
Negara. Mengingat banyaknya pemilihan yang digelar untuk mengisi jabatan publik, sekitar
satu juta untuk seluruh AS, boleh jadi kelelahan pemilih juga berperan bagi rendahnya
pemilih aktif.
Statistik mengindikasikan bahwa jumlah pemilih aktif dapat menurun ketika publik
puas dengan situasi politik, atau ketika jejak pendapat menunjukkan bahwa kemenangan
seorang calon hampir pasti. Sebaliknya jumlah pemilih aktif dapat meningkat ketika
persaingan antara calon-calon diperkirakan bakal sangat ketat atau ada masalah-masalah
kontroversial di kartu suara.
Setiap jabatan federal terpilih mempunyai syarat-syarat yang berbeda seperti
tercantum dalam Pasal I dan II Konstitusi Amerika Serikat. Seorang calon presiden, misalnya,
haruslah seorang warga Negara yang lahir di AS, paling tidak berumur 35 tahun, dan tinggal
di AS setidaknya selama 14 tahun. Seorang wakil presiden harus memeunuhi persyaratan

yang sama. Menurut Amandemen ke-12 Konstitusi AS, wakil presiden tidak boleh berasal
dari Negara bagian yang sama dengan presiden.
2. Pemilihan Kongress
Pasal I konstitusi memberikan kekuasan legislatif pemerintah federal kepada suatu
kongres yang dibagia menjadi dua dewan yaitu senat dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Anggota senat terdiri dari dua perwakilan dari tiap Negara bagian sesuain dengan UUD.
Jumlah anggotanya saat ini 100 orang. Anggota di DPR berdasar pada jumlah penduduk dari
tiap Negara bagian, maka dari itu tidak disebutkan secara terperinci dalam konstitusi. Jumlah
anggotanya saat ini ada 345 orang.
Pemilihan untuk kongres AS dapat menjadi sama kompetitif dan pentingnya seperti
pemilihan presiden. Ini karena peranan penting yang kongres mainkan dalam membuat UU.
Tidak seperti sistem parlementer dimana kepala eksekutif berasal dari parlemen, sistem
Amerika seperti tersebut, memisahkan legislatif dan kepresidenan. Presiden dan anggota
parlemen dipilih secara terpisah meskipun seorang presiden yang sedang berkuasa bisa
mengajukan rancangan undang-undang ke kongres oleh sekutunya di dalam lembaga itu, dan
harus diloloskan oleh kongres sebelum dikirim ke presiden untuk ditanda-tangani. DPR dan
Senat secara hukum dan politik bersifat independen dari keinginan presiden.
Di dalam kongres, disiplin partai dalam sistem Amerika dijalankan tidak seketat
sistem parlementer. Ini cukup mudah bagi anggota kongres untuk member suara kepada
kebijakan-kebijakan yang mereka pikir paling bagus, termasuk yang paling bagus untuk
memenangkan pemilihan ulang mereka. Akibatnya, para pemimpin kongres harus meraih satu
demi satu suara untuk mendapatkan koalisi pemenang, bukan mengandalkan dukungan
otomatis dari partai-partai yang berdisiplin tinggi. Ini membuat setiap kemenangan legislatif
kongres penting bagi bangsa amerika seperti halnya kongres kuat dan sulit untuk diramalkan,
demikian pula adanya setiap kongres.
a. Pemilihan DPR (The House of Representative)
Sebagaimana diketahui masa jabatan seluruh anggota DPR adalah dua tahun.
Masa jabatan tersebut berakhir seluruhnya secara bersamaan. Sehingga setiap dua
tahun diadakan pemilihan seluruh anggota DPR yang baru. Dalam pemlilihan
pertengahan (term election) DPR diplih bersama-sama dengan sepertigiga anggota
senat yang berakhir masa jabatan enam tahunnya. Sedangkan dalam pemilihan umum
(general election) DPR dipilih selain bersama-sama dengan sepertiga anggota senat,

juga bersamaan dengan pemilihan presiden dan wakil presiden yang berakhir masa
jabatan empat tahunnya.
DPR dipilih disetiap distrik yang ada di Negara bagian. Sehingga mereka yang
terpilih merupakan delegasi perwakilan rakyat dari Negara bagiannya yang duduk di
kongres. Setiap distrik memperebutkan satu kursi Dewan perwakilan (single-member
district), jumlah distrik dalam satu Negara bagian sejumlah kursi DPR yang
dijatahkan pada Negara bagian terebut yang diperhitungkan dengan jumlah
penduduknya. Kandidat yang memenangkan suara terbanyak yang memenangkan
kursi, apakah itu yang suara mayoritas atau pluralitas. Pada kandidat menempuh
nominasi melalui pemilihan primer pantai. Kandidat yang memenangkan pemilihan
primer dalam partainya yang maju menghadapi kandidat partai lainnya untuk
memenangkan kursi.
Pada umumnya anggota DPR yang sedang menjabat (incumbent) yang
memenangkan pemilihan primer partai. Karena kursi yang diperebutkan hanya satu
kursi disetiap distrik, maka setiap pemilihan diikuti oleh hanya kurang lebih seribu
dari kandidat independen, dengan rasio 2 partai x 535 kursi yang diperbutkan
ditambah dari kandidat independen dikurangi adanya distrik yang tidak hanya diikuti
oleh kandidat tunggal dari salah satu partai besar. Umumnya sebagian besar anggota
dewan yang masih memegang jabatan (incumbent) masih mengikuti pemilihan dan
sulit dikalahkan oleh kandidat yang baru karena: mereka telah membangun koneksi
dan kontak (termasuk kontak personal) dengan rakyat pemilih.
Oleh karena itu, dalam pemilihan primer (internal partai) para kandidat yang
potensial lebih memilih kerjasama dengan kandidat yang menjabat (incumbent)
daripada

menantangnya.

Dengan

demikian

mereka

berharap

kelak

dapat

menggantikan posisi para kandidat incumbent ini manakala memilih pension atau
promosi jabatan yang lainnya atau meninggal dunia. Kemungkinan lainnya menunggu
pendistrikan ulang (redistricting) yang dilakukan sekali dalam satu dekade. Hal ini
membuka pertarungan kursi terbuka yang lebih kompetitif karena pertarungan antar
anggota sedang menjabat akan terjadi. Sehingga mereka memutuskan lebih baik
mencari jabatan lain atau memilih pensiun. Dengan demikian membuka peluang bagi
kandidat baru yang potensial untuk memperbutkan kursi. Sifat sedang menjabat dari
seorang kandidat DPR yang kuat ini, seringkali mengikuti pemilihan di distriknya.
Sehingga tentunya akan terpilih kembali. Umumnya para penantang dari partai lawan

bersikap tidak ada gunanya bertarung dengan kandiidat yang sedang menjabat yang
sangat kuat dan berpengaruh di distrik tersebut.
b. Pemilihan Senat
Pemilihan anggota Senat dilakukan setiap dua tahun bersamaan dengan pemilihan
anggota DPR dalam pemilihan anggota DPR dalam pemilihan pertengahan (term
election). Dalam pemilihan umum (general election) anggota senat dipilih selain
bersamaan dengan pemilihan anggota DPR, juga dipilih bersamaan dengan pemilihan
presiden dan wakil presiden. Konstitusi telah menetapkan masa jabatan anggota senat
(senator) selama enam tahun dan sepertiganya dipilih setiap dua tahun. Untuk
memenuhi amanat konstitusi ini maka sehabis pemilihan dilaksanakan terdapat tiga
kelompok senator dalam kongres yaitu (1) sepertiga anggota senat yang baru terpilih
dengan masa jabatan enam tahun; (2) anggota senat yang masih menjabat empat tahun
(telah menjalani masa jabatannya selama dua tahun); (3) anggota senat yang masih
menjabat masa jabatan dua tahun (telah menjalani masa jabatan selama empat tahun).
Kelompok ketiga inilah yang berakhir menjalani masa jabatannya setiap dua tahun
berikutnya.
Sama dengan DPR, senator pada umumnya melalui pemilihan pandahuluan
(premier) diantara sesama kandidat yang sama. Dalam pemilihan pendahuluan ini
kandidat yang sedang menjabat hampir selalu memenangkan pemilihan. Keuntungankeuntungan kandidat senator yang sedang menjabat ini, sama dengan sifat sedang
menjabat yang dimilki para kandidat anggota DPR. Oleh karena itu para kandidat
senator yang masih menjabat, sulit dikalahkan oleh kandidat yang baru. Selain itu
mereka memiliki keuntungan sebagai tuan rumah pemilihan.
Pemilihan pendahuluan (premier) merupakan ajang pertarungan para kandidat
sesama partai. Kandidat yang memenangkan persaingan dalam pemilihan premier ini
yang maju menjadi kandidat partainya. Kandidat yang memenangkan pemilihan
pendahuluan ini yang bertarung dengan kandidat partai lainnya untuk merebut satu
kursi yang diperebutkan di Negara bagian. Sistem single-member distrik digunakan
tetapi wilayah pemilihannya meliputi satu Negara bagian, artinya disetiap Negara
bagian yang menyelenggarakan pemilihan untuk jabatan-jabatab tingkat federal
dikuasai oleh dua partai besar yaitu partai Republik dan Partai Demokrat.

BAB III
PENUTUP
Sistem demokrasi yang diterapkan di Amerika Serikat menunjukkan sistem partai
dengan dua kekuatan dominan, yaitu Partai Demokrat dan Partai Republik. Adapun pemilu di
Amerika Serikat terdiri dari pemilihan presiden dan pemilihan kongres. Kongres dibagi
menjadi Dewan Perwakilan Rakyat (The House of Representative); dan Senat.

DAFTAR PUSTAKA
Bradley, William L., dan Mochtar Lubis. 1991. Dokumen-dokumen Pilihan
tentang Politik Luar Negeri Amerika Serikat dan Asia. Jakarta:
Indonesia.

Yayasan Obor

Dahl, Robert A. 1991. On Democracy. Yale University Press.
Esposito, John L dan John O. Voll. 1996. Demokrasi di Negara-negara Muslim:
Problem dan Prospek. Terj. Mizan, Bandung.
Huntington, P., Samuel. 1995. Gelombang Demokratisasi Ketiga. Terj. Asril
Marjohan. Graffiti: Jakarta. Cipto, Bambang. 2003. Politik dan Pemerintahan
Amerika. Yogyakarta: Lingkaran.
Jatmika, Sidik. 2000. AS Penghambat Demokrasi : Membongkar Politik Standar
Ganda Amerika Serikat. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Jurnal Demokrasi. 1991. Apakah Itu Demokrasi?. Office of Internasional
Information Programs U.S. Department of State.
Tocqueville, Alexis de. 1961. Masalah Demokrasi, Terj. Sumantri Mertodipuro.
Bharatara: Djakarta.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25