PERBANDINGAN SISTEM HUKUM NEGARA SELANDI

PERBANDINGAN SISTEM HUKUM NEGARA SELANDIA BARU dan INDONESIA

DOSEN PENGASUH :
Dr. H. Salmon, SH., MH

OLEH

Nama : Onifaris Meldrik Matjora
Nim : 136 9315 093

Kementrian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi
Pasca Sarjana Universitas Pattimura
Prodi Ilmu Hukum
Ambon
2016

A. Sistem Hukum Nasional Indonesia
Pada dasarnya Sistem hukum Indonesia dipengaruhi oleh 3 (tiga) pilar sistem hukum
di dunia yaitu Sistem hukum Barat (Eropa Kontinental), sistem hukum anglo saxon dan
sistem hukum adat.
Sistem hukum barat merupakan warisan penjajah kolonial Belanda yang mempunyai

sifat individualistik, perjalanan hukum indonesia tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia
sendiri yang mengalami penjajahan dari bangsa belanda hingga 350 tahun.selain itu juga
pernah dijajah oleh bangsa-bangsa eropa lainnya seperti Inggris, Portugis meskipun dengan
waktu relatif pendek dan juga dijajah oleh Jepang.
Dengan adanya penjajahan tersebut sangat berpengaruh terhadap sistem hukum
indonesia, karena para penjajah menggunakan sistem hukumnya sendiri-sendiri untuk
diterapkan di negara jajahannya. Dari bebarapa negara penjajah, bangsa Belanda yang paling
mempengaruhi sistem hukum yang ada di Indonesia. Sehingga wajar apabila begitu banyak
yang diadopsi kedalam peraturan bangsa Indonesia.
Dalam bidang hukum perdata, yaitu Burgerlijk Wetbook (BW) peninggalan penjajah
belanda, sekarang dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).
Sebelunmnya BW berlaku indonesia karena prinsip Concordantie, yaitu suatu prinsip
penyesuaian didaerah hukum Indonesia. Asas atau Prinsip Concordantie terncantum dalam
pasal 131 IS yang menyatakan bahwa bagi setiap orang Eropa yang ada di Hindia
Belanda/Indonesia, diberlakukan hukum perdata yang berlaku di negeri Belanda, sedangkan
pada saat itu Hukum yang berlaku di negeri belanda adalah BW. Dalam pasal 131 IS
disebutkan bagi golongan eropa, hal ini terjadi karena pada saat itu di Indonesia terjadi
penggolongan penduduk oleh penjajah Belanda menjadi 3 golongan, yaitu Golongan Eropa.
Timur Asing dan Bumi Putra.
Pada masa pendudukan Jepang, BW tetap dipakai atau dengan kata lain BW masih

diakui oleh pemerintah pendudukan jepang. Hal ini mengingat jepang hanya berkuasa di
Indonesia selama tiga setengah tahun,mak untuk mengisi kekosongan hukum maka
dikeluarkanlah Undnag-undang No 1 tahun 1942 dimana dalam pasal 3 nya dijelaskan
mengenai ketentuan masih dipakainya peraturan yang ada asalkan tidak berte ntangan dengan
aturan pemerintah bala tentara Jepang.
Dalam bidang hukum pidana, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang kita kenal
dengan KUHP awalnya merupakan peninggalan dari Belanda juga Di Belanda . kitan tersebut
dikenal dengan istilah Wetboek van Strafrecht voor Eropeanen (WVS) (stb 1866/55). Pada
awalnya WVS diberlakukan pada golongan eropa sejak tanggal 1 januari 1867. WVS juga

berlaku untuk orang-orang bukan eropa (Timur Asing dan Pribumi) dengan diberlakuknya
Wetboek

van

Strafrecht

voor

Inlander


(stb

1872/85)

yang

mulai

pad tanggal 01 Januari 1973.
Wetboek van Strafrecht voor Inlander prinsipnya berlaku asas konkordansi dengan
Wetboek van Strafrecht voor Eropeanen dimana perbedaanya hanya dalam hal ancaman
pidananya. Untuk golongan eropa ancaman pidananya lebih ringan dibandingkan untuk
golongan non eropa (pribumi dan Timur Asing) Baru pada tahun 1918WVS diberlakuakn
kepada seluruh orang Hindia Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, penggolongan penduduk tersebut tidak berlaku, yang ada
hanya warga negara Indonesia dan warga negara asing. Saat awal kemerdekaan agar tidak
terjadi kekosongan hukum yang berlaku di Indonesia maka diharapkan aturan yang pada saat
itu masih berlaku diharapkan berlaku juga untuk bangsa Indonesia. dalamAturan Peralihan
Undang_undang adasar 1945 disebutkan bawha seluruy peraturan yang ada hingga saat

Indonesia merdeka masih tetap berlaku selama belum diadakan menurut Undang-Undang
dasar ini. Pada saat itu BW dan WVS sebagai aturan yang masih ada dengan aturan peralihan
UUD 1945 maka berlaku juga di Indonesia.
Sebagai penunjangnya dikeluarkan peraturan pemerintah nomor 2 tahun 1945 pada
tanggal 10 Oktober 1945 yang menyatakan bahwa segala badan Negara dan peraturan yang
ada sampai berdirinya Negara Republik Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945, sebelum
diadakan yang baru menurut undang-undang dasar masih tetap berlaku asal saja tidak
bertentangan dengan UUD tersebut. Ironis sekali setelah Indonesia merdeka selama 61 tahun
aturan tersebut belum diganti baik itu KUH Pidana maupun KUH Perdata masih berlaku.
Mau tidak mau suka tidak suka aturan yang dibawa oleh pemerintah Belanda saAt penjajahan
sangat mempengaruhi sisTem hukum Indonesia.
Prinsip utama dari sistem hukum eropa adalah hukum memperoleh kekuatan
mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan–peraturan yang berbentuk undang–undang
dan tersusun secara sistematis di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu. Konsep sistem ini
dipakai oleh Indonesia, yaitu yang mengatur tata cara dan bagaimana kehidupan berbangsa
dan bernegara denahn dirumuskan dalam Undang-Undang secara tertulis. Lembaga
pembentuk Undang-undangpun ada yaitu DPR bersama dengan pemerintah. Sebagai contoh
penhaturan mengenai perdagangan, disusunlah dalam bentuk aturan mengenai UU Monopoli
dan Persaingan Usaha, selain itu dibentuk pula Undang-undang tentang perlindungan
konsumen. Jadi setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dituangkan dalam suatu

susunan perundang-undangan.

Keberadaan Hukum adat di Indonesia juga tidak lepas dari campur tangan Penjajah
Belanda, meskipun dibeberapa daerah hukumadat tealh diberlakukan sebelum datangnya
penjajah Belanda, seperti di daerah Aceh yang sudah mengenal hukuman mati bagi seorang
istri Pezinah, hukman potong tangan bagi seorang pencuri. Antara hukum Adat dan hukum
Islam mempunyai kaitan sangat erat. Menurut Snouck Hourgounje yang terkenal dengan teori
reseptie bahwa hukum islam akan ditegakkan apabila hukum islam tersebut telah diterima
oleh hukum adat.
Bagaimana pengaruh hukum islam dan hukum adat berpengaruh terhadap sistem
hukum Indonesia. Kita lihat pada Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) menganut aturan
yang ada dalam hukum adat. Sebagai contoh masih diakuinya adanya Hak Ulayat dan hakhak atas tanah yang lain yang bersumber pada hukum adapt. Bahkan telah keluar mengenai
undang-undang bagi hasil tanah pertanian, yaitu yang menentukan bahwa untuk penggarap
berhak 2/3 atas hasil panen sedangkan 1/3 untuk pemilik lahan. Aturan tersebut dirasa kurang
adil, masyarakat menilai adil apabila pembagian hasil tanah garapan dibagi secara seimbang
yaitu ½ untuk penggarap tanah pertanian dan ½ untuk pemilik lahan pertanian. Dan samapi
sekarang dalam masyarakat yang diapaki adalah konsep dari hukum adat.
Undang-Undang di Indonesia juga sangat kental dipengaruhi oleh hukum islam. Bukti
yang sangat nyata adalah mengenai pengaturan mengenai Undang-Undang Perkawinan.
dalam Undang-Undang tersebut diakui perkawinan secara sah apabila dilakukan sesuai

dengan agama dari kedua mempelai. Selain itu juga mengenai sistem pewarisan. Hukum
Indonesia juga mengenal adanya 3 sistem pewarisan yaitu adanya sistem hukum waris barat,
islam dan adat. Ketiga-tiganya adalah sah menurut hukum, terserah kepada masyarakat mau
menggunakan yang mana.
Pada akhir ini konsep hukum islam secara nyata mempengaruhi hukum Indonesia
yaitu dalam konsep ekonomi syariah. Dari konsep syariah maka muncul bank syariah,
asuransi syariah, danareksa syariah, lembaga pembiayaan syariah dan lain-lain. Dan tentunya
dengan munculnya lembaga baru tersebut perlu suatu pengaturan yang tidak mungkin bahwa
pengaturan tersebut bersumber dari konsep syariah, yakni hukum islam.
Menurut saya selain tiga sistem hukum tersebut diatas ada sistem hukum Commow
law/angloxason berpengaruh terhadap sistem hukum Indonesia. Dalam sistem hukum
common law hakim di pengadilan menggunakan prinsip "pembuat hukum sendiri" dengan
melihat kepada kasus-kasus dan fakta-fakta sebelumnya [case law atau judge made law].
Pada hakekatnya hakim berfungsi sebagai legislatif sehingga hukum lebih banyak bersumber

pada putusan-putusan pengadilan yang melakukan kreasi hukum. Dan hakim wajib mengikuti
putusan hakim yang sebelumnya inilah cikal bakal lahirnya yurisprudensi.
Yurisprudensi dalam prektek peradilan dikonsepsikan sebagai suatu keputusan hakim
yang berisikan suatu peraturan sendiri berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pasal 22
AB yang menjadi dasar keputusan hakim dilain kemudian hari untuk mengadili perkara yang

serupa dan keputusan hakim tersebut lalu menjadi sumber hukum bagi pengadilan. Kasasi
tidak membedakan antara putusan Hakim Agung, Hakim tingkat Banding atau Hakim tingkat
Pertama, yang penting putusan Hakim tersebut adalah putusan yang mempunyai nilai
pertimbangan hukum tersendiri yang belum diatur secara jelas dalam Undang-Undang atau
penerapan hukum yang menyimpangi ketentuan hukum positif yang ada dengan
pertimbangan sosiologis, filosofis dan psikologis yang membuat decak kagum hakim lain
yang kemudian tertarik untuk mengikutinya dalam memutus perkara yang sama secara
berulang-ulang dalam waktu yang lama.
Berbeda dengan Soebekti, yang menyatakan bahwa yuriprudensi adalah " putusanputusan hakim atau pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan dibenarkan oleh
Mahkamah Agung sebagai pengadilan Kasasi, atau Putusan Mahkamah Agung sendiri sudah
tetap (constant). Disamping itu putusan hakim baru dapat dikatakan sebagai yurisprudensi
apabila kasus yang diputus oleh hakim tersebut belim diatur undang-undang. Kalau
Yurisprudensi dikonsepsikan seperti maka unsur-unsur terbentuknya hukum yurisprudensi
harus memenuhi unsur:
1. Putusan Hakim adalah putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap;
2. Putusan Hakim yang sudah memilki kekuatan hukum tetap tersebut, harus dibenarkan
oleh Mahkamah Agung;
3. Kasus hukum yang diputus oleh Hakim tersebut belum diatur dalam undang-undang;
Sistem Hukum Indonesia menurut saya tidak menganut sistem eropa kontinental
secara ketat, dan juga tidak menganut sistem cammon law secara ketat. kedua sistem itu

diberi tempat dan kesempatan yang sama dalam mengelola hukum di Indonesia. Hal ini dapat
dilihat dari kecenderungannya masyarakat akademisidan praktisi hukum di Indonesia dalam
menganalisa proses penemuan hukum yurisprudensi, cendrung ke arah penggabungan
(kumulasi) kedua sistem tersebut dengan skala prioritas mendahulukan hukum dalam
pengertian peraturan perundang-undangan, baru kemudian hukum yang hidup dalam
masyarakat sebagai penyalarasnya sehingga terjadi link atau jalinan kerja sama yang saling
mengisi dan memperkuat.

Sangat mungkin terjadi dalam suatu kasus tertentu, akan dijumpai pertentangan yang
tajam antara hukum dalam pengertian perundang-undangan dengan hukum yurisprudensi
yang sudah tetap. Jika didekati menggunakan kedua sistem tersebut, jawabannya jelas akan
mempertahankan kebenarannya masing-masing. Sistem eropa kontinetal pasti akan
mengatakan hukum perundang-undangan yang harus dimenangkan, sebaliknya cammon law
sistem akan dengan lantang menyatakan hukum yang hidup dalam masyarakat yang harus
dimenangkan.
Meminjam pendapat Moh.Mahfud MD, yang menyatakan bahwa "Undang-Undang
merupakan produk politik yang memandang hukum sebagai formalasi atau kristalisasi dari
kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan saling bersaingan", sehingga dapat
dimungkinkan ada beberapa nilai hukum yang hidup dalam rasa keadilan masyarakat yang
terabaikan, sehingga tidak masuk dalam formulasi rumusan Undang-undang. Atas dasar ini,

jika terjadi sangketa antar undang-undang yang berhadapan dengan nilai hukum yang hidup
dan rasa keadilan masyarakat (hukum yurisprudensi) maka hukum yurisprudensi harus
didahulukan penerapannya daripada undang-undang.dengan kata lain, hukum yurisprudensi
harus dijadikan sebagai panglimanya.
B. Sistem Hukum Di Dunia
1. Sistem Hukum Eropa Kontinental(Civil Law)
Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa kontinental adalah, bahwa
memperoleh kekuatan mengikat karena diwujudkan. Sistem hukum Eropa Kontinental
Rechtsstaat dipelopori oleh Immanuel Kant dan Frederich Julius. Menurut Stahl konsep
hukum ini ditandai oleh empat unsur pokok ; 1) Pengakuan dan perlindungan terhadap hak –
hak asas manusia, 2) Negara didasarkan pada teori trias politika ; 3) Pemerintahan
diselenggarakan berdasarkan undang–undang (wetmatig bertuur) dan; 4) Ada peradilan
administrasi negara yang bertugas menangani kasus perbuatan melanggar hukum oleh
pemerintah (onrechtmatige overheidsdaad).
Prinsip utama dari sistem hukum ini adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat,
karena diwujudkan dalam peraturan–peraturan yang berbentuk undang–undang dan tersusun
secara sistematis di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu. Hal ini semata-mata untuk
menciptakan kepastian hukum. Dan kepastian hukum hanya dapat diwujudkan dengan
peraturan-peraturan hukum yang tertulis. Hakim menurut sistem Eropa kontinental ini tidak
leluasa untuk menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan yang mengikat masyarakat.


Putusan hakim dalam suatu perkara hanyalah mengikat yang berperkara saja (doktrins Res
Ajudicata).
Sejalan dengan pertumbuhan negara-negara nasional di Eropa, yang berorientasi pada
unsur kedaulatan (sovereignty), termasuk untuk menetapkan hukum, maka yang menjadi
sumber hukum di dalam sistem Eropa Kontinental meliputi : (1) undang-undang yang
dibentuk oleh pemegang kekuasaan legislatif ; (2) peraturan-peratusan yang dibuat pegangan
kekuasaan eksekutif berdasarkan wewenang yang telah ditetapkan oleh undang-undang; dan
(3) kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan diterima sebagai hukum oleh masyarakat selama
tidak bertentangan dengan undang-undang.
Berdasarkan sumber-sumber hukum yang digunakan, maka sistem hukunm Eropa
Kontinental dibagi dalam dua golongan yaitu penggolongan ke dalam bidang hukum publik
dan penggolongan ke dalam biang hukum privat. Hukum publik mencakup peraturanperaturan hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa negara serta hubunganhubungan antara masyarakat ni negara. Sedangkan hukum privat mencakup peraturanperaturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu-individu dalam memenuhi
kebutuhan hidup demi hidupnya. Termasuk dalam hukum publik aalah hukum tatanegara,
hukum administrasi negara, hukum pidana dan lain-lain. Dan termasuk hukum privat meliputi
hukum sipil dan hukum dagang.Namun demikian sejalan dengan perkembangan peradaban
manusia sekarang, batas-batas yang jelas antara hukum publik dan hukum privat semakin
sulit ditemukan karena:
1. Terjadinya proses sosialiasi di dalam hukum sebagai akibat dari makin banyaknya
bidang-bidang kehidupan masyarakat, walaupun pada dasarnya memperlihatkan

adanya unsure "kepentingan umum" yang perlu dilindungi dan dijamin, misalnya,
bidang hukum perburuhan dan hukum agraria.
2. Makin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang kehidupan yang sebelumnya
hanya menyangkut hubungan perorangan. Misalnya, bidang perdaganga, bidang
perjanjian dan sebagainya.
Kodifikasi hukum menurut Sistem Hukum Eropa Kontinental merupakan sesuatu
yang sangat penting untuk mewujudkan kepastian hukum. Karena negara-negara yang
menganut sistem hukum ini akan selalu berusaha menciptakn kodifikasi-kodifiksi hukum
sebagai kebutuhan masyarakat.
Kodifikasi Hukum Eropa Kontinental bersumber pada kodifikasi Hukum yang
berlaku di kekaisaran Romawi yaitu "Corpus Juries Civilize" pada pertengahan abad VI
masehi dari Kaisar Justhinianus yang setelah revolusi Perancis [1789-1795] dijadikan sebagai

"Code Civil" yang mulai berlaku pada 21 Maret 1804. Oleh Belanda Code Civil Perancis
dijadikan sebagai KUHPer. [1838], begitupun dengan Code de Commerce Perancis [1807]
dijadikan sebagai KUHD Belanda [1811-1838]. Berdasarkan asas konkordansi keduanya
dijadikan sebagai BW dan WvK bagi negara-negara jajahan Belanda, termasuk di Indonesia
[1848]. Berdasarkan aturan peralihan UUD 1945 BW (KUHPer) dan WvK (KUHD) masih
berlaku di Indonesia hingga sekarang.
2. Sistem Hukum Anglo Saxon
Sistem ini dikenal pula dengan istilah "Anglo Amerika", mulai berkembang di Inggris
pada abad XI yang disebut sebagai sistem "Common Law" dan "Un Written Law". Sistem
"Anglo Amerika" melandasi hukum positif di negara-negara Amerika Utara, seperti Kanada
dan negara-negara persemakmuran Inggris dan Australia serta USA.
Konsep negara hukum Anglo-Saxon Rule of Law dipelopori oleh A.V Dicey (Inggris).
Menurut A.V Dicey, konsep Rule of Law ini menekankan pada tiga tolok ukur ; 1) supremasi
hukum (supremacy of law), 2) persamaan dihadapan hukum (equality before the law) ; 3)
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan (the constitution based on individual
rights).Sumber hukumnya Sistem Hukum Anglo Saxon antara lain :
1.

Putusan-putusan pengadilan atau hakim (judicial decision), yaitu hakim tidak hanya
berfungsi sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturanperaturan hukum, tetapi juga membentuk seluruh tata kehidupan dan menciptakan
prinsip-prinsip hukum baru (yurisprudensi).

2.

Kebiasaan-kebiasaan dan peraturan-peraturan tertulis Undang-undang dan peraturan
administrasi negara.
Dengan demikian sistem hukum Anglo Saxon lebih mengutamakan pada common Law,

yaitu kebiasaan dan hukum adat dari masyarakat, sedangkan undang-undang hanya mengatur
pokok-pokoknya saja dari kehidupan masyarakat, dengan adanya common law, kedudukan
kebiasaan dalam masyarakat lebih berperan dan selalu menyesuaikan dengan perkembangan
masyarakat yang semakin maju.
Sumber-sumber dalam sistem Anglo Saxon [putusan hakim kebiasaan dan peraturan
admininstrasi] tidak tersusun secara sistematik dalam hierarki tertentu seperti di dalam sistem
Eropa Kontinental. Selain itu peranan hakim dalam sistem Anglo Saxon berbeda dengan
peranan hakim pada sistem Eropa kontinental. Pada sistem Anglo Saxon, hakim berfungsi
tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan
hukum saja, melainkan peranannya sangat besar yaitu membentuk seluruh tata kehidupan

masyarakat. Hakim mempunyai wewenang yang sangat luas untuk menafsirkan peraturan
hukum yang berlaku dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi
pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang sejenis.
Dalam sistem common law hakim di pengadilan menggunakann prinsip "pembuat
hukum sendiri" dengan melihat kepada kasus-kasus dan fakta-fakta sebelumnya [case law
atau judge made law]. Pada hakekatnya hakim berfungsi sebagai legislatif sehingga hukum
lebih banyak bersumber pada putusan-putusan pengadilan yang melakukan kreasi hukum.
Lebih jauh dari itu dengan dianutnya ajaran"the doctrine of precedent atau stare
decists" pada common law, maka dalam memutuskan suatu perkaram seorang hakim harus
mendasarkan putusannya kepada prinsip hukum yang sudah ada di dalam putusan hakim lain
dari perkara yang sejenis sebelumnya [preceden]. Tetapi dalam hal belum ada putusan hakim
lain yang serupa, atau putusan pengadilan yang sudah ada tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman, maka hakim dapat menetapkan putusan baru berdasarkan nilai-nilai
keadilan, kebenaran dan akal sehat [common sense] dengan pertimbangan yang rasa penuh
tanggungjawab.
Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Saxon Amerika mengenal juga
pembagian"Hukum Publik dan Hukum Privat". Pengertian yang diberikan kepada hukum
publik hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental.
Sedangkan bagi hukum privat pengertiannya agak berbeda dengan pengertian yang diberikan
oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Sistem hukum Eropa Kontinental lebih menekankan
hukum privat sebagai kaidah-kaidah hukum perdata dan hukum dagang yang dicantumkan
dalam kodifikasi kedua hukum itu. Tetapi pada sistem hukum Anglo Saxon, hukum privat
lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik [law of property], hukum
tentang orang [law of person], hukum perjanjian[law of contract]m dan hukum tentang
perbuatan melawan hukum [law of torts] yang tersebar di dalam peraturan tertulis putusanputusan hakim dan hukum kebiasaan.
3. SistemHukumSocialist
Socialist

adalahnamaresmiuntuksistemhukum

di

negara-negarakomunis.

Kata

sosialisketikadigunakandalamhubungannyadenganhukummengandungbanyakartiberbedadiant
ara para ahlihukum. Padadasarnya, kata “sosialis” menandakanfilosofidanideologi yang
berdasarkan yang padaumumnyamengacukepemikiran“Marxist-Leninist”.
Ideologisosialisselaludihubungkandenganprinsipbahwakeseluruhanhukumadalahinstru
mendarikebijakanekonomidansosial,

dankebiasaan

common

law

dan

civil

law

menggambarkankapitalis,

burjuis,

ekonomidanpemerintahan.

Teori

imperialis,
Marxist

eksploitasimasyarakat,
dibangundiatasdasardoktrin

“dialektikal/historikalmaterialisme”

yang

berpendapatbahwamasyarakatbergerakmenujuberbagaitingkatandanfase

di

dalammenjalaninyaitumerupakanevolusidanpembangunan.
Itukemungkinandimulaitanpasistemhukum,

kemudianmenjadisalahsatukepemilikanburuh,

diikutidengantingkatdariabadpertengahan,

sebelumbergerakmenjadikapitalisme,

kemudiansosialismesebelumakhirnnyahukumbertambahburuk

di

dalammasyarakattanpakelastanpakepentinganterhadapsistemhukumapapunkarenasemuamanu
siaakansalingmembicarakankeadilansatusama lain.
Quigley menggambarkan (lebihbaikmendefinisikan):“socialist law as the law of
countries whose governments officially view the country as being either socialist or moving
from capitalism to socialism, and which hold a communistic society as an ultimate goal”
yang

artinya:“hukumsosialissebagaihukumnegara-negara

yang

pemerintahnyasecararesmimelihatnegarasebagaisalahsatusosialisataubergerakdarikapitalisme
kesosialismedan
Christine

yang

Sypnowich,

memegangteguhmasyarakatkomunistiksebagaisebuahtujuanakhir”.
dalambukunya

“The

Socialist

Concept

of

Law”

mendefinisikan:“socialism as a society where private propety in the form of capital has been
eliminated and replaced by common ownership of the means of production thereby
permitting a large measure of equality and fraternity in social relations”, yang
artinya:“sosialismesebagaisuatumasyarakatdimanakepemilikanpribadidalambentuk

modal

telahdihapusdandigantidengankepemilikanumumdimanaberartiproduksiolehkarenanyadiizink
andalamukuranbesardaripersamaandanpersaudaraan
dalamhubungankemasyarakatan”.Teori

di

Marxist-Leninist

mengagung-

agungkankedudukanistimewaekonomidalamhubungankemasyarakatan,
denganmengambilkekuatanmengikatdaripolitikdanhukum. Dalamistilahinternasional, teori
Marxist-Leninist

berartipengasingandaridunia

Barat,

kadang-

kadangmeninggalkannyadenganinteraksi yang selektifdenganpihakkomunisasing.
Hukum,

ketikadigunakanolehpemimpin

Soviet

olehkarenanyatelahmenjadialatbelakadalammerencanakandanmengelolaekonomidanstrukturs
osialdarinegara.

Hukumadalahbagiansederhanadariideologi

super

struktur

yang

mengontrolkenyataan material dariproduksi; dimanaditetapkandandidefinisikandalam kata
darifungsipolitik.Kelompoknegara-negara
dapatdibagikedalamduakategoriutama:

yang

telahmenerima

socialist

law

a) Jurisdiksisosialiskuno,

sepertiPolandia,

Bulgaria,

Hungaria,

Czechoslovakia,

Rumania, Albania, Repbulik Rakyat China, Republik Rakyat Vietnam, Republik
Rakyat Demokratik Korea, Mongolia (merupakansistemhukumnasionalnya yang
tertua di dalamkelompokini) danKuba;
SistemHukumSosialis

yang

terbaruatau

yang

kemudianberkembang,

sepertiRepublikDemokraticKamboja, Laos, Mozambique, Angola, Somalia, Libya, Ethiopia,
Guienadan

Guyana.

PartaiKomunisadalahbadan

yang

benar-

benarmemerintahdanmerencanakanpadasistemhukumsosialis.
Sekaliitudiputuskansebagaibagiandarikebijakan,
merekamengkomunikasikanrencanamerekakeseluruhlembaganegaradankebijakaniniakandiiku
tilegislatif, eksekutifdanyudisial.
4.

Sistem Hukum Adat
Sistem hukum adat terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan negara-negara

Asia lainnya seperti Cina, India, Pakistan, Jepang dan sebagainya. Istilah hukum adat berasal
dari Belanda yaitu "adatrecht" yang pertama kali dikemukakan Snock Hurgronje, yang
kemudian dipopulerkan sebagai istilah teknis yuridis oleh van Vollenhoven.
Menurut C. Van Vollenhoven (1928), hukum adat adalah bahwa Hukum Indonesia dan
kesusilaan masyarakat merupakan hukum adat dan adat yang tidak dapat dipisahkan serta
hanya mungkin dibedakan dalam akibat-akibat hukumnya. Sementara menurut pendapat
Soekanto yang mengatakan bahwa hukum adat hakekatnya merupakan komplesitas adat-adat
yang tidak kitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan mempunyai sangsi (dari
hukum) dan mempunyai akibat hukum.
Hukum adat (Adatrecht) adalah "dat samenstel van voor inlanders en vreemde
oosterlingen geldende gedragregels, die eenerzijds sanctie hebben (daarom "adat").
Adatrecht itu ialah keseluruhan aturan tingkah laku yang berlaku bagi himpunan bumiputera
dan orang timur asing yang mempunyai upaya pemaksa, lagi pula tidak dikodifikasikan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem hukum
adat adalah sistem hukum yang tidak tertulis, yang tumbuh dan berkembang serta terpelihara
karena sesuai dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Sebagaimana dengan sifat hukum.
Maka walaupun tidak tertulis, tetap ditaati dan akan mendapatkan sanksi bagi siapa saja yang
melanggarnya.
Karena hukum adat sifatnya tidak tertulis, maka hukum adat senantiasa dapat
menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Adapun

yang berperan dalam melaksanakan sistem hukum adalah pemuka adat (datuk) sebagai
pemimpin yang sangat disegani dan besar pengaruhnya dalam lingkungan masyarakat adat,
untuk memelihara ketertiban dan ketentraman masyarakat.
Sistem hukum adat bersumber pada peraturan-peraturan yang tidak tertulis yang
tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Dan
hukum adat itu mempunyai tipe tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek moyang,
artinya untuk ketertiban hukumnya selalu diberikan penghormatan yang sangat besar bagi
kehendak suci nenek moyang itu.
Berdasarkan sumber hukum dan tipe hukum adat, maka daerah lingkungan hukum
(rechtskring) di Indonesia sistem hukum adat terbagi atas empat kelompok, yaitu :
1. Hukum Adat mengenai Tata Negara [tata susunan rakyat mengatur yang tentang
susunan

dari

dan

ketertiban

dalam

persekutuan-persekutuan

hukum

(rechtsgemenschappen) serta susunan dan lingkungan kerja alat-alat perlengkapan,
jabatan-jabatan dan penjabatnya;
2. Hukum adat tentang delik (hukum pidana), memuat peraturan-peraturan tentang
pelbagai delik dan reaksi masyarakat terhadap pelanggaran hukum pidana itu.
3. Hukum Adat tentang warga/hukum warga [perdata], terdiri dari :
1.

Hukum pertalian sanak [perkawinan, waris]

2.

Hukum tanah [hak ulayat tanah, transaksi-transaksi tanah ; dan

3.

Hukum perhutangan [hak-hak atasan, transaksi-transaksi tentang benda selain
tanah dan jasa]

4. Hukum Adat Acara, memuat peraturan-peraturan tata cara penyelenggaraan
persidangan adat
Hukum adat yang merupakan pencerminan kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi
karena masyarakat itu sendiri selalu berubah dengan tipe yang mudah berubah dan elastis,
maka sejak penjajahan Belanda peraturan hukum adat banyak mengalami perubahan sebagai
akibat politik hukum yang ditanamkan oleh pemerintah Belanda, keadaan berlangsung
sampai Indonesia merdeka. Misalnya, perubahan secara formal terhadap penghapusan
hukumadat mengenai delik [hukum pidana] dan diberlakukan peraturan-peraturan hukum
pidana tertulis yang dikodifikasikan di samping perundangan tertulis lainnya bagi seluruh
masyarakat Indonesia.
5. Sistem Hukum Islam

Sistem hukum Islam semula dianut oleh masyarakat Arab sebagai awal dari timbulnya
dan penyebaran agama Islam. Kemudian mengikuti laju penyebaran agama Islam, sistem
hukum Islam pun berkembang ke negara-negara lain di Asia [termasuk Indonesia], Afrika,
Eropa dan Amerika baik secara individual atau kelompok. Sedangkan untuk beberapa negara
di Afrika [Mesir dan lainnya] dan Asia [negara-negara Arab umumnya, Malaysia dan lainnya]
perkembangannya sesuai dengan pembentukan negara itu yang berasaskan ajaran Islam.
Hukum Islam, menurut Ismail Muhammad syah, dkk., hakekatnya adalah seperangkat
peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Rasul tentang tingkah laku manusia mulallaf diakui
dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.
Dari pengertian tersebut terkandung dua unsur yang terdapat dalam hukum Islam, yaitu :
1. Berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul, yaitu seperangkat peraturan tersebut
digali (bersumber) dari dan berdasarkan kepada wahyu Allah dan Sunnah Rasul atau
yang biasa disebut dengan syari'at (syara' dan fiqh)
2. Tentang tingkah laku mukallaf, yaitu bahwa hukum Islam tersebut mengatur tindakan
lahir dari manusia yang telah dikenai hukum (umat Islam)
Sistem Hukum Islam bersumber kepada :
1. Al Qur'an yaitu kitab Suci kaum muslimin yang turunkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril ;
2. Sunnah Nabi, yaitu cara hidup (tingkah laku) dari Nabi Muhammad SWA atau ceritacerita (hadits) mengenai Rasulullah SAW ;
3. Ijma' yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu hal dalam cara bekerja
(berorganisasi) ;
4. Qiyas, yaitu analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua
kejadian.
Selain sistem hukum di atas menurut Eric L Ricahard ada sistem hukum yang lain, yaitu :
Socialist Law, Sub-Saharan Africa Law dan Far East Law. Socialist Law adalah suatu sistem
hukum yang dipratikan di negara-negara sosialis. Sub-Saharan Africa Law adalah suatu
sistem hukum yang dipratikan di negara Afrika yang berada di sebelah selatan gunung sahara.
Far East Law yaitu sistem hukum timur jauh, adalah sistem hukum yang kompleks berupa
perpaduan antara civil law, common law dan islamic law sebagai fundamental masyarakat.