Perubahan Fungsi Boru Dalam Struktur Kekerabatan Batak Toba Pada Acara Pesta Adat Chapter III V
BAB III
HAL-HAL YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN BUDAYA LOKAL
DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT
3.1. Proses Perubahan Budaya Lokal Pada Masyarakat Batak Toba
Di Desa Simanungkalit
Menurut Paul H.Landis, desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.
Dengan cirri-ciri:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam dan kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. Pengertian desa itu sendiri
mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsurunsurnya. Sebenarnya desa masih dianggap sebagai standard pemeliharaan sistem
kehidupan
bermasyarakat
dan
kebudayaan
asli
seperti
tolong
menolong,
persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, kesenian
kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai cirri yang jelas.
Gambaran kondisi kehidupan masyarakat desa terlihat dalam kebudaya Batak
Toba seperti kebiasaan marhobas yaitu bentuk persaudaraan dan sikap tolong
menolong. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan, dan selalu berada pada
tataran sistem dari perubahan. Sehubungan dengan itu, fungsi dari suatu masyarakat
dalam kelompok juga tidak luput dari perubahan. Namun yang mengalami perubahan
bukan nilai pada sistem kekerabatan dalam arti perubahan pada tradisi sebenarnya.
34
Universitas Sumatera Utara
Perubahan yang terjadi ialah fungsi atau peran dari gelleng dan dongan saulaon
sebagai parhobas pada saat acara pesta adat batak diadakan. Hal ini tergambar dari
pernyataan informan yaitu ibu boru Hutasoit yang mengatakan :
“Semenjak dulu parhobas itu selalunya datang untuk mengerjakan
persiapan pada pesta, namun sekarang setelah zaman modern ini
orang-orang sudah pada beralih menggunakan jasa catering.
Padahalkan parhobas itu tugasnya gelleng dan dongan saulaon,
kegiatan marhobas itu sudah menjadi tanggung jawab gelleng dan
dongan saulaon. Saat ini kulihat dengan hadirnya jasa catering
semua tanggung jawab tersebut sudah diambil alih oleh pihak
catering, tapi walaupun begitu status boru dan dongan sahuta
tetapnya ada bukan berarti jadi tidak ada cuma kalau ada pesta peran
atau tugas mereka sebagai parhobas itu jadi tidak ada lagi. Ada pun
misalnya boru yang berpatisipasi itu cuma sekedar melihat-lihat
ajanya atau memeriksa tamu supaya semua orang yang hadir
mendapat jatah makanan. (wawancara 12 Mei 2017)
Hal yang senada juga diungkapkan informan L. Aritonang
“Dulu parhobas itu selalunya ada disetiap pesta, langsung taunya
mereka apa saja yang harus dikerjakan dalam kegiatan marhobas
pada pesta itu. Namun sekarang kegiatan marhobas ini sudah jarang
dilakukan kalau ada pesta sejak ada usaha penyedia jasa makanan
pesta. Kalau soal status boru dan dongan sahuta dalam paradaton
tetapnya ada tapi pekerjaannya dalam marhobas yang dikerjakan
oleh boru dan dongan saulaon itu jadi dikerjakan oleh petugas
catering. Kondisi ini sebenarnya membuat pesta jadi kelihatan tidak
lengkap kalau tidak nampak parhobasnya”. (wawancara Mei 2017)
Alfred
(Sztompka,
2004),
menyebutkan
masyarakat
tidak
boleh
dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan objek semu
yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus –menerus tiada henti. Diakui
bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat
dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu di dalamnya, seperti adanya
tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja. Dalam setiap
perubahan yang terjadi dalam masyarakat, ada proses yang dilalui secara bertahap
35
Universitas Sumatera Utara
hingga pada akhirnya perubahan tersebut dapat terlihat dan disadari secara jelas
oleh pihak yang terlibat didalamnya maupun masyarakat secara umum.
Jika dilihat dengan apa yang menjadi makna parhobas yang sebenarnya
adalah untuk memupuk kebersamaan, saling tolong menolong, menjaga
solidaritas, di desa Simanungkalit telah terjadi perubahan makna parhobas dimana
sekarang tanggung jawab parhobas sudah diambil alih oleh catering seiring dengan
semakin pesatnya arus globalisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat informan I.
Simanungkalit
“Soal makna marhobas yang saya tahu dari para orang tua zaman
dahulu itu bertujuan untuk merekatkan rasa saling tolong-menolong,
memupuk sikap saling bantu-membantu antar sesama manusia
apalagi jika berada pada lingkungan adat atau tempat tinggal yang
sama, serta masih memiliki satu turunan yang sama. Marhobas ini
juga diwariskan secara turun temurun. (Wawancara Mei 2017)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan bapak Simanjuntak:
“Makna dari marhobas itu adalah saling membantu dan berbagi
beban dengan sesama memupuk rasa tolong menolong dalam pesta
ada, seperti yang dilakukan oleh para leluhur kita dulu yang pada
akhirnya diwariskan kepada kita sebagai generasi penerus”.
(Wawancara Mei 2017)
Dari jaman dahulu, masyarakat sangat setia dalam marhobas, masyarakat
masih memahami dan mengerti apa fungsi dari parhobas, sehingga marhobas
yang dilakukan masyarakat sesuai dengan nilai yang terkandung dalam nilai
budaya Batak Toba yaitu Dalihan Na Tolu . Kegiatan marhobas yang dilakukan
pada setiap acara pesta adat selalu sama tidak ada yang berubah. Seiring
berjalannya waktu, pengaruh dari dalam dan luar menghampiri keasrian budaya
marhobas. Pekembangan jaman dan pesatnya laju globalisasi telah membawa
36
Universitas Sumatera Utara
kemajuan teknologi seperti barang elektronik telah memepengaruhi pikiran
masyarakat untuk menciptakan suatu perubahan secara perlahan-lahan.
Awalnya perubahan tersebut hanya dilakukan oleh orang atau pihak-pihak
tertentu saja. Tetapi dengan interaksi rutin yang dilakukan dengan masyarakat
sekitarnya, telah mempekenalkan sesuatu hal baru di dalam masyarakat. Oleh
karena manusia yang memiliki sifat penasaran yang tinggi, maka timbul niat
untuk mencoba sampai pada akhirnya mereka menikmati apa yang mereka
lakukan. Dengan demikian, perubahan telah terjadi secara perlahan-lahan. Hal ini
seperti yang dikatakan informan T. Simanungkalit:
“Dulu sedikitnya masyarakat yang memakai jasa catering ini,
palingan Cuma mereka yang memiliki ekonomi yang lumayan atau
mampu. Namun sekarang ini kondisinya sudah jauh berbeda karena
bisa dikatakan rata-rata masyarakat sudah menggunakan bantuan
dari pihak catering pada pelaksanaan pestanya.Hal ini terjadi karena
kondisi ekonomi masyarakat saat ini sudah jauh lebih baik dibanding
dulu, keadaan tersebut didukung oleh pekerjaan masyarakat yang
sudah beragam, tidak hanya sebagai petani lagi. Serta rata-rata
masyarakat disini sudah memiliki pekerjaan masing-masing”.
(Wawancara Mei 2017)
3.2. Hal –Hal Yang Menyebabkan Perubahan Budaya Lokal
3.2.1. Pengaruh Budaya Global
Globalisasi sekarang ini telah mempengaruhi perkembangan kebudayaan
bangsa. Adanya proses saling mempengaruhi merupakan fenomena alami yang
terjadi dalam interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan dipengaruhi
juga mempengaruhi sangat berperan dalam menghadapi perkembangan dunia
yang selalu saja mengalami perubahan. Dengan masuknya budaya global di
37
Universitas Sumatera Utara
tengah masyarakat Batak Toba maka akan terjadi pertemuan antara nilai-nilai baru
dengan nilai-nilai lama yang terdapat dalam adat istiadat masyarakat Batak Toba.
Keadaan tersebut tentunya akan mempengaruhi tradisi lokal marhobas
termasuk dalam menentukan fungsi boru dan dongan sahuta pada kegiatan acara
pesta adat Batak. Hal inilah yang mendorong terjadinya akulturasi budaya lokal
dengan budaya luar. Gultom Dj (Dalam Sibarani, 2005 : 6) mengemukakan bahwa
perkembangan jaman mempengaruhi terjadinya perubahan dalam setiap bagian
baik itu dalam adat dan budaya. Perubahan-perubahan yang dimaksud yaitu
menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu dalam adat dan budaya
tersebut, baik upacaranya, unsur upacara maupun hakekat yang terkandung
didalam setiap upacara yang mengalami perubahan dan pembaharuan. Intinya,
perubahan pada masyarakat Batak terjadi karena gelombang modernisasi dan
globalisasi yang telah memperkenalkan nilai baru dalam lingkungan tradisi Batak.
3.2.1.1. Kemajuan Teknologi Informasi
Globalisasi sekarang ini telah mempengaruhi perkembangan kebudayaan
bangsa. Adanya proses saling mempengaruhi merupakan fenomena alami yang
terjadi dalam interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan dipengaruhi
juga mempengaruhi sangat berperan dalam menghadapi perkembangan dunia
yang selalu saja mengalami perubahan. Dengan masuknya budaya global di
tengah masyarakat Batak Toba maka akan terjadi pertemuan antara nilai-nilai baru
dengan nilai-nilai lama yang terdapat dalam adat istiadat masyarakat Batak Toba.
Keadaan tersebut tentunya akan mempengaruhi tradisi lokal marhobas
termasuk dalam menentukan fungsi boru dan dongan sahuta pada kegiatan acara
38
Universitas Sumatera Utara
pesta adat Batak. Hal inilah yang mendorong terjadinya akulturasi budaya lokal
dengan budaya luar. Gultom Dj (Dalam Sibarani, 2005 : 6) mengemukakan bahwa
perkembangan jaman mempengaruhi terjadinya perubahan dalam setiap bagian
baik itu dalam adat dan budaya. Perubahan-perubahan yang dimaksud yaitu
menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu dalam adat dan budaya
tersebut, baik upacaranya, unsur upacara maupun hakekat yang terkandung
didalam setiap upacara yang mengalami perubahan dan pembaharuan.
Intinya, perubahan pada masyarakat Batak terjadi karena gelombang
modernisasi dan globalisasi yang telah memperkenalkan nilai baru dalam
lingkungan tradisi Batak. Teknologi merupakan hasil karya manusia yang dibuat
untuk membantu atau mempermudah proses hidup dan kehidupan manusia. Tetapi
disisi lain teknologi juga membawa dampak negatif yang dapat mengancam
kehidupan manusia itu sendiri seperti hilangnya nilai-nilai atau ikatan sosial
masyarakat. Dampak teknologi dalam hal ini juga telah membawa akibat terhadap
hilangnya tradisi, peribadatan etnis Batak Toba. Perkembangan teknologi dalam
dunia informasi yang dimaksud dalam hal ini adalah televisi.
Hadirnya
televisi
ditengah-tengah
masyarakat
untuk
memberikan
informasi. Penyampaian informasi melalui televisi juga dilengkapai dengan
adanya penayangan gambar sehingga akan memudahkan masyarakat dalam
menyerap informasi yang ditayangkan. Dalam hal ini tidak jarang siaran-siaran
yang ditayangkan di televisi akan mempengaruhi pola pikir masyarakat yang pada
akhirnya turut mempengaruhi tatanan kehidupan sosial mereka17.
17
http:id.wikipedia.org/wiki/televisi (akses 20 mei 2017)
39
Universitas Sumatera Utara
Tayangan-tayangan yang disiarkan ditelevisi turut serta mempengaruhi
masyarakat Batak Toba yang bermukim di desa Simanungkalit, baik dari
pandangan dan pola pikir maupun budaya masyarakat itu sendiri. Informasi yang
mereka peroleh dari televisi membawa dampak bagi pola pikir masyarakat melalui
siaran televisi yang mengandung nilai-nilai sosial budaya. Kemudian hal ini akan
ditiru dan diterapkan oleh masyarakat setempat. Selain karena televisi ternyata
internet juga turut mempengaruhi terjadinya perubahan budaya lokal masyarakat
Batak Toba. Sekarang ini umumnya orang-orang yang tinggal di desa
simanungkalit sudah dapat dengan mudah mengakses dari internet melalui
handphone/gadget yang mereka miliki. Tentunya hal ini akan semakin
mempermudah mereka dalam mendapatkan informasi dari dunia luar sehingga
masyarakat akan meniru dan menerapkannya dalam kehidupan. Situasi tersebut
seolah-olah akan menciptakan sebuah kesan yang modern bagi masyarakat desa
Simanungkalit.
Begitu juga halnya dengan tradisi marhobas yang dimiliki oleh orang
Batak Toba, dimana pada hakekatnya tradisi ini harus selalu ada dalam kegiatan
acara adat pesta Batak Toba. Namun sekitar beberapa tahun belakangan ini tradisi
tersebut sudah mulai terkikis salah satunya akibat dari adanya pengaruh program
televisi yang menayangkan hal-hal baru yang lebih bersifat kekinian. Kemudian
masyarakat pun meniru dan menerapkannya supaya terkesan lebih modern atau
tidak ketinggalan zaman. Berikut ini merupakan pernyataan dari informan Ibu P.
boru Simanjuntak .
“zaman sekarang ini umumnya orang-orang pasti sudah punya
televisi, karena televisi itu bisa membuang rasa bosan, orang-orang
40
Universitas Sumatera Utara
pun bisa melihat berita-berita di televisi dan juga menonton film-film
kesukaan. Kalau saya pribadi suka memperhatikan hal-hal yang baru
yang ditayangkan di televisi sehingga terkadang saya pun meniru dan
mengikutinya jika memang memberikan hal yang positif dan cocok
bagi saya. Begitu juga halnya dengan yang terjadi pada tradisi
marhobas, saya rasa orang-orang disini lebih memilih untuk tidak
menggunakan jasa parhobas lagi di pesta karena mereka melihat di
televisi ternyata ada jasa yang bisa mempersiapkan dan melayani
segala keperluan yang berkaitan dengan urusan konsumsi di pestapesta. Selain itu kurasa internet juga berpengaruh karena kulihat
udah banyak orang-orang disini yang berhandphone layar sentuh
yang bisa berinternet jadi mungkin mereka melihat dari situ juga.
Karena hal ini maka banyaklah bermunculan jasa-jasa yang
menawarkan bantuan dalam membantu pihak penyelenggara pesta
terkait hal konsumsi. Saya memperhatikan rasa kepedulian orangorang terhadap marhobas sudah berubah. Padahal dulunya orang
sangat senang marhobas untuk persiapan maupun saat acara pesta
tapi, sekarang kebanyakan mereka lebih memilih untuk menonton
televisi dirumah dari pada pergi membantu sesama dalam kegiatan
marhobas. Inilah salah satu penyebab mengapa tradisi marhobas
sudah mulai ditinggalkan. (wawancara April 2017)
Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa ternyata kemajuan dari teknologi
informasi ikut mempengaruhi dan memberikan dampak pada kebisaan atau tradisi
yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Kemajuan Teknologi informasi baik berupa
media televisi atau internet membuat masyarakat Batak Toba mengenal adanya
jasa catering sebagai suatu penemuan yang baru sehingga mereka tertarik untuk
menggunakannya. Kondisi ini membuat orang-orang yang dulunya hanya
membuka usaha rumah makan
mulai mengembangkan usahanya dengan
menawarkan jasa untuk menerima pesanan permintaan makanan dan siap
melayani masyarakat pada sebuah acara atau pesta-pesta. Hadirnya penyedia jasa
makanan atau biasa disebut dengan Catering menjadi salah satu bukti dari
pengaruh perkembangan zaman yang memasuki desa. Catering merupakan suatu
usaha yang bergerak dibidang jasa dalam menyediakan pesanan atau melayani
41
Universitas Sumatera Utara
permintaan makanan untuk khalayak umum pada suatu acara pesta atau pada
acara tertentu.
Di desa Simanungkalit sendiri, masyarakatnya sudah banyak yang
mempergunakan pelayanan jasa catering pada setiap acara pesta adat yang mereka
selenggarakan. Alasan mereka
menggunakan jasa catering dilihat dari segi
kepraktisan, menurut msyarakat setempat jika menggunakan jasa catering semua
bahan atau barang yang dibutuhkan untuk masalah persiapan konsumsi pada
acara pesta sudah disediakan oleh pihak catering. Hal Tersebut diungkapkan oleh
informan yang bernama L. boru Simanungkalit :
“saya masih ingat dulu ketika saya masih remaja, setiap ada pesta
adat persiapannya pastinya selalu dilakukan dan dikerjakan oleh
pihak yang menjabat sebagai parhobas yaitu boru dan dongan
saulaon. Segala keperluan sudah dipersiapkan sehari sebelum
pesta dilaksanakan, mulai dari mengumpulkan barang-barang
yang diperlukan untuk memasak sampai menyiapkan bahan-bahan
berupa bumbu untuk memasak daging dan juga persiapan lainnya.
Tetapi setelah adanya jasa catering maka mulailah masyarakat
disini untuk mencoba menggunakan jasa catering. Selain itu
mereka juga melihat masyarakat lain yang sudah menggunakan
jasa catering pada daerah-daerah yang pernah mereka kunjungi
ketika menghadiri pesta adat di daerah tersebut. Dalam kondisi itu
mereka bisa melihat bagaimana catering dapat membantu dan
mempermudah pihak penyelenggara pesta dalam mempersiapkan
segala kebutuhan yang diperlukan untuk menjamu para tamu
undangan yang hadir dalam pesta tersebut. Mereka melihat kinerja
dari catering yang lebih praktis dan simpel. Oleh karena itu maka
masyarakat di desa ini pun mulai meniru dan menerapkan hal itu
dalam kehidupan adat-istiadat yang dijalani. (wawancara April
2017)
Masyarakat mengakui bahwa jika menggunakan jasa catering
memang biayanya lebih banyak dibanding dengan tetap menggunakan jasa
parhobas. Tetapi mereka beralasan bahwa kinerja dari pada jasa catering itu
42
Universitas Sumatera Utara
baik, cepat dan praktis serta lauk pauk yang disajikan juga lebih lengkap dan
kenikmatannya sudah terjamin.
3.2.1.2. Kontak Budaya
Adanya interaksi antara kelompok masyarakat Batak Toba dengan
kelompok masyarakat lain menyebabkan terjadinya kontak budaya antara budaya
Batak Toba dengan budaya lain diluar Batak Toba . Hal ini terlihat dari terjadinya
perkawinan campur antara orang Batak dengan orang diluar suku Batak ataupun
orang yang bukan berasal dari daerah yang sama. Jika ada suatu perkawinan,
kebetulan yang perempuan bukan orang Toba atau sebaliknya maka akan terjadi
percampuran budaya antara budaya mempelai laki-laki dan mempelai perempuan.
Ketika mereka telah berumah tangga tentunya budaya berbeda yang dimiliki oleh
kedua belah pihak saling bercampur dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan
yang mereka jalani.
Kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya akulturasi budaya yang
menjadikan adanya penerimaan budaya baru. Dikemudian hari suatu waktu
mereka mengadakan pesta adat keluarga tersebut akan memilih tradisi seperti apa
yang akan dipakai atau budaya yang dipilih lebih cenderung pada suku yang
mana, apakah mengikut pada suku si suami atau si istri. Semuanya tergantung
pada budaya mana yang dominan dalam keluarga tersebut.
Selain itu perkawinan yang melibatkan suku yang berbeda atau daerah
yang berbeda menyebabkan pihak pengantin laki-laki (paranak) akan lebih
memilih untuk menggunakan jasa penyedia makanan dibandingkan dengan
bantuan parhobas. Sikap ini diambil supaya mereka dapat menjamu keluarga
43
Universitas Sumatera Utara
pengantin perempuan dengan penyajian makanan yang lebih baik, lebih lengkap,
nikmat dan higenis, sehingga pihak keluarga pengantin perempuan pun dapat
lebih menikmati jamuan makan dalam pesta tersebut. Pernyataan ini diperoleh
dari informan yang bernama Bapak S. Simanungkalit (53 tahun):
“Menurutku hal itu terjadi karena sudah banyak orang-orang di
desa ini yang menikah dengan orang yang bukan berasal dari
daerah ini atau bukan orang Batak. Kondisi
ini terjadi
dikarenakan para pemuda-pemudi banyak yang merantau keluar
kota sehingga mereka pun menikah dengan orang-orang yang ada
ditempat perantauan tersebut. Oleh karena itu pada saat acara
adat pernikahan mereka di desa ini maka pihak keluarga yang ada
disini akan lebih memilih untuk memesan makanan catering supaya
hidangannya lebih higenis dan cukup bisa menyesuaikan dengan
selera makan pihak pengantin perempuan. Serta tidak sedikit dari
mereka yang menikah berbeda suku tersebut tinggal di desa ini
sehingga pada waktu mereka mengadakan pesta mereka lebih
memilih untuk memakai catering saja karena didaerah
pasangannya tersebut tidak ada tradisi kegiatan marhobas itu.”
(wawancara mei 2017)
3.2.1.3. Keadaan Ekonomi
Saat ini sebagian besar pendapatan ekonomi masyarakat Batak Toba yang
tinggal di desa Simanungkalit sudah semakin meningkat dibandingkan dengan
zaman dulu. Keadaan tersebut didukung karena pekerjaan maupun profesi yang
digeluti oleh masyarakatnya sudah beragam jenis, tidak seperti dulu yang rata-rata
hanya sebagai petani. Perkembangan jaman yang kian pesat turut mempengaruhi
berbagai sudut kehidupan masyarakat, dimana salah satunya melalui semakin
beragamnya profesi dan pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat yang berdampak
pada semakin meningkatnya perekonomian masyarakat.
Adapun berbagai jenis
pekerjaan/ profesi tersebut yaitu PNS,
Wiraswasta, Pengusaha, serta ada Polisi dan Tentara. Adanya ekonomi yang
44
Universitas Sumatera Utara
semakin meningkat menjadi salah satu penyebab dari masyarakat disana mulai
meninggalkan tradisi budaya lokal yang dimiliki dan lebih memilih kearah yang
lebih modern (universal). Masyarakat di desa tersebut beranggapan bahwa saat
ini uang sudah dapat mengatur dan mengubah segalanya, apapun bisa dilakukan,
dicapai dan terpenuhi asalkan ada uang.
3.2.2. Efisiensi Waktu
Sebagian masyarakat yang tinggal di desa Simanungkalit beranggapan
bahwa budaya lokal marhobas sudah kurang efisien lagi jika diterapkan saat ini
karena pengerjaannya memakan waktu yang lebih lama dan lebih membutuhkan
persiapan yang lebih banyak. Masyarakat Batak berpendapat bahwa kebiasaan
marhobas tidak cocok lagi diterapkan dengan kondisi masyarakat sekarang yang
mengutamakan kecepatan didalam segala urusan pekerjaan. Masyarakat juga
sibuk dengan urusan pekerjaan masing-masing.
Banyak diantara masyarakat beralasan bahwa mereka sibuk dengan urusan
pekerjaan, maupun karena tuntutan dari bidang profesi yang mereka geluti
sehingga tidak memiliki waktu
untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
marhobas dalam suatu acara pesta. Padahal sebenarnya dibalik alasan tersebut ada
juga faktor rasa malas yang menghinggapi mereka, hal itu terjadi bisa saja karena
mereka sudah capek bekerja atau melakukan aktivitas dalam keseharian. Itulah
sebabnya masyarakat lebih menyukai hal yang simpel/sederhana dan mengerjakan
segala sesuatunya dengan serba instan.
Selain karena alasan pengerjaan marhobas yang membutuhkan waktu
yang lebih banyak, masyarakat juga tidak mau jika rumahnya berantakan dan
45
Universitas Sumatera Utara
pekarangan rumah sangat kotor. Seperti yang diketahui pada saat melakukan
kegiatan marhobas di salah satu rumah warga tentunya membutuhkan halaman
pekarangan rumah yang lebih luas. Hal itu dikarenakan saat melakukan proses
masak-memasak seperti memasak nasi, memasak teh, maupun memotong hewan
semuanya dilakukan diluar rumah. Maka dengan kondisi itu pastinya si pemilik
rumah harus memiliki lahan pekarangan rumah yang memadai sehingga tidak
proses kegiatan marhobas. Akan tetapi pada kenyataan yang di dapati saat ini
sudah banyak rumah-rumah warga yang memiliki lahan pekarangan yang sempit
atau pas-pasan. Keadaan itu dipicu karena jumlah penduduk desa sudah semakin
bertambah sehingga otomatis jumlah rumah pun menjadi bertambah dan lahan
pun semakin sempit.
Jadi sebagian besar
masyarakat dengan kondisi demikian berinisiatif
untuk lebih memilih menggunakan jasa catering saja dalam acara pesta adat yang
diselenggarakan. Meskipun lahan pekarangan rumah tetangga mereka ada yang
memadai tetapi mereka merasa segan dan enggan untuk memakai lahan tetangga
karena takut mengganggu, merusak dan mengotori lingkungan rumah tetangga
tersebut. Tanpa disadari oleh masyarakat kondisi yang seperti ini akan
menciptakan rasa kepedulian tolong-menolong terhadap sesama menjadi terkikis
dan kepedulian orang terhadap tradisi marhobas itu sendiri menjadi berubah.
3.2.3. Pergaulan Dalam Masyarakat
Menurut masyarakat desa Simanungkalit faktor pergaulan dalam
masyarakat juga turut mempengaruhi perubahan dalam kebiasaan marhobas pada
acara pesta adat Batak Toba. Masyarakat mengatakan belakangan ini banyak
46
Universitas Sumatera Utara
orang yang sudah tidak menggunakan jasa parhobas dalam pesta adat karena
mereka sadar akan sedikit orang yang datang untuk membantu persiapan pesta.
Hal itu terjadi karena ada masyarakat atau keluarga tertentu yang jarang bergaul
dengan masyarakat sekitarnya.
Mereka juga malas atau jarang mendatangi setiap ada pelaksanaan pesta
dilingkungan sekitarnya. Padahal pesta merupakan salah satu jalan atau
kesempatan bagi setiap orang untuk membaur dan bergaul dengan masyarakat
setempat. Karena hal ini ketika keluarga tersebut melaksanakan pesta maka
mereka tidak akan menggunakan tradisi marhobas dalam pestanya dan lebih
memilih jalan yang lebih alternatif yaitu penggunaan pihak penyedia jasa
makanan.
Selain itu ada juga masyarakat yang tidak memasuki Serikat Tolong
Menolong (STM) di desa tersebut atau tidak memasuki lingkungan adat yang
telah dibentuk oleh masyarakat setempat. Sehingga para masyarakat sekitar atau
dongan sahuta akan malas untuk membantu dan menghadiri pesta tersebut. Jadi
dari kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa ternyata perilaku masyarakat dalam
hal bergaul dan membaur dalam aktivitas maupun kegiatan adat istidat ikut
berpengaruh pada perubahan tradisi marhobas di masyarakat Batak Toba.
3.3. Dampak Perubahan Budaya Lokal Bagi Masyarakat Batak Toba
3.3.1. Dampak Positif
3.3.1.1. Memberikan Ketenangan Bagi Boru
Dalam pelaksanaan pesta adat Batak yang tidak menggunakan kebiasaan
marhobas maka sudah tentu para pihak boru dan dongan sahuta tidak lagi
47
Universitas Sumatera Utara
menjalankan fungsi mereka sebagai parhobas dalam pesta. Semua urusan
mengenai masak-memasak atau persiapan dalam hal konsumsi sudah diserahkan
pada jasa catering, para petugas catering telah bertindak sebagai pelayan
menggantikan boru dan dongan saulaon. Dengan kondisi yang demikian maka
biasanya dongan sahuta (teman sekampung) tidak lagi berperan membantu dalam
persiapan - persiapan pesta. Lain halnya dengan pihak boru meski mereka tidak
lagi berperan sebagai parhobas, tetapi mereka masih memiliki tugas atau peran
lainnya. Sedangkan beberapa boru yang lain bersama dongan sahuta mereka
bergabung dengan para tamu undangan yang hadir untuk mengikuti acara pesta
yang sedang berlangsung.
Sebagian para boru dan dongan sahuta menganggap bahwa dengan
adanya jasa catering yang menggantikan tugas mereka sebagai pelayan dalam
pesta maka hal ini memberikan suatu kenyamanan atau ketenangan bagi mereka.
Maksudnya ialah bahwa mereka bisa lebih fokus untuk mengikuti acara pesta
karena tidak lagi direpotkan dan tidak lagi terganggu dengan urusan melayani
tamu atau pun pekerjaan mencuci piring, memasak teh dan lainnya. Hal ini
menciptakan suasana yang lebih kondusif dan nyaman para boru sehingga mereka
dapat lebih menikmati jalannya acara di pesta. Hal ini diungkapkan oeh informan
Ibu M. Simanungkalit:
“Ada juganya enaknya bagiku sebagai boru ketika di pesta
apabila tidak lagi bertugas sebagai parhobas karena saya tidak
lagi capek-capek untuk meladeni para tamu di pesta. Saya bisa
lebih tenang dan bisa lebih fokus untuk menyaksikan jalannya
acara adat tanpa harus terganggu dengan tugas dan peran itu.”
48
Universitas Sumatera Utara
Hal serupa juga diungkapkan oleh bapak N. Aritonang :
“Kalau bagi saya dengan adanya tukang masak di pesta-pesta
lebih enaknya kurasa karena tidak lagi capek dan direpotkan
dengan urusan memasak daging dan nasi sehingga saya bisa
santai ketika pesta berlangsung.”
3.3.1.2. Tidak Menyita Waktu Dalam Persiapan Pesta
Pengerjaan dalam mempersiapkan kebutuhan konsumsi dengan cara tradisi
marhobas memang membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Segala kebutuhan
yang diperlukan untuk kegiatan harus benar-benar dipersiapkan dengan baik
seperti bahan-bahan makanan dan juga barang-barang yang akan dipergunakan
harus dipersiapkan sebaik mungkin. Hal ini yang paling sering membebani pikiran
dan merepotkan bagi penyelenggara pesta padahal masih banyak hal lain yang
mesti diurus demi kelancaran pesta. Namun dengan adanya perubahan pada
kebiasaan marhobas yang membuat fungsi boru juga berubah diambil oleh pihak
catering ternyata membuat pelaksana pesta merasa terbantu.
Terbantu yang dimaksud dalam hal ini adalah mengenai pemakaian waktu,
jika
biasanya
penyelenggara
pesta
waktunya
terpakai
banyak
untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh para parhobas tapi dengan
tidak digunakannya tradisi marhobas maka waktu tidak banyak terbuang. Segala
keperluan lain dalam pelaksanaan pesta dapat diurus dengan lebih cepat, tidak lagi
terganggu atau memikirkan urusan kegiatan marhobas. Hal ini sesuai dengan
ungkapan dari informan ibu H. Hutagalung:
“Ketika anak ku menikah kemarin saya tidak lagi menggunakan
tradisi marhobas itu, karena saya pikir banyak kali waktuku untuk
mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan oleh para
parhobas untuk memasak. Padahal masih banyak persiapan-
49
Universitas Sumatera Utara
persiapan lain yang harus ku kerjakan untuk pesta, makanya saya
pesan catering agar beban pikiran tidak terlalu banyak dan
kerjaanku lebih ringan, biar ajalah gak usah ada peran parhobas
karena memang kebanyakan orang saat ini udah pake cateringnya.
3.3.2. Dampak Negatif
3.3.2.1. Menipisnya Rasa Solidaritas Masyarakat
Segala bentuk perubahan senantiasa akan membawa suatu akibat atau
dampak terhadap suatu kelompok masyarakat tertentu. Begitu juga dengan adanya
perubahan peran dari boru/gelleng dan dongan saulaon dalam pesta adat Batak
Toba pasti akan membawa pengaruh tertentu bagi masyarakat tersebut. Dengan
adanya beberapa makna adat yang sudah berubah dalam kehidupan sehari-hari
maka sudah pasti akan membawa akibat yang positif maupun negatif.
Dahulu pada awalnya beberapa tradisi adat yang menjadi budaya bagi
etnis Batak Toba, memang telah menjadi sarana pengintegrasi masyarakat Batak
Toba. Ketika tradisi-tradisi tersebut masih dipegang erat, ikatan sosial Batak Toba
terlihat sangat erat, atau dengan kata lain masyarakat Batak Toba terlihat memiliki
solidaritas yang tinggi. Sesuai dengan adat dan budaya Batak Toba ketika suatu
pesta perkawinan dilaksanakan maka sehari sebelum dan saat pesta berlangsung
maka para gelleng dan dongan sahuta baik laki-laki maupun perempuan akan
berkumpul untuk membantu berbagai macam persiapan dan menyediakan segala
macam perlengkapan
yang diperlukan dalam acara pesta adat yang akan
dilaksanakan.
Jauh- jauh hari sebelum pelaksanaan pesta, para anggota keluarga sengaja
diundang dan biasanya mereka akan ikut memberikan bantuan berupa konstribusi,
50
Universitas Sumatera Utara
seperti memberikan bantuan berupa tenaga maupun bantuan berupa materi. Sehari
sebelum pelaksanaan pesta para anggota keluarga, gelleng dan dongan saulaon
akan disibukkan oleh berbagai macam persiapan pesta. Hal inilah yang
menjadikan masyarakat Batak Toba menjalin sebuah interaksi yang erat sehingga
dengan sendirinya terjalinlah hubungan kekeluargaan dan persaudaraan yang erat
diantara mereka. Jadi kondisi yang seperti ini sudah menjadi suatu kebiasaan yang
dilakukan secara berulang-ulang, ketika para anggota keluarga yang lain maupun
masyarakat lainnya akan menggelar acara pesta adat Batak Toba.
Dari kondisi hubungan persaudaraan yang terjalin diantara masyarakat
Batak Toba, maka orang-orang yang ikut berpartisipasi tersebut merasa menjadi
bagian dari kelompok mereka. Bisa dikatakan bahwa mereka yang turut serta
memberikan bantuan pada acara pesta merasa bahwa pesta yang dilaksanakan itu
juga merupakan pesta mereka. Dari kondisi hubungan persaudaraan Batak Toba
tersebut, maka masyarakat merasa menjadi bagian dari kelompok mereka.
Kebersamaan yang mereka bangun ternyata juga menjadi perekat dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba. Saling bersilaturahmi, saling
bertegur sapa, saling tolong menolong, menjadi kenyataan dalam keseharian
masyarakat Batak. Inilah gambaran mengenai hubungan persaudaraan dan
kekeluargaan yang cukup erat, yang terjalin dari adanya nilai-nilai yang
terkandung dalam adat Batak Toba yaitu Dalihan Na Tolu. Namun sekarang
karena kebiasaan marhobas yang menjadi bagian dari berjalannya suatu pesta adat
tersebut sudah jarang atau tidak lagi dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba,
pastilah hubungan solidaritas sudah terkikis dan mengalami perubahan.
51
Universitas Sumatera Utara
Perubahan yang terjadi pada masyarakat Batak Toba memang pada
dasarnya ada dampak yang terlihat khususnya ketika akan berlangsungnya suatu
acara adat seperti pada intensitas interaksi yang semakin menurun diantara warga
desa Simanungkalit sebagai satu kelompok keluarga yang selama ini terjalin
dengan erat. Sekarang ini apabila ada anggota keluarga Batak Toba yang akan
melangsungkan pesta adat, maka para anggota keluarga, gelleng dan dongan
saulaon tetap diundang. Tetapi kehadiran mereka tidak sama seperti dahulu lagi
yaitu sehari sebelum dan sesudah pesta berlangsung. Sekarang hanya pada saat
pesta berlangsung saja mereka hadir.
Intensitas interkasi yang telah mengalami perubahan tersebut disebabkan
oleh kesibukan atau profesi yang harus dijalankan oleh masing-masing anggota
masyarakat. Karena banyaknya kesibukan warga masyarakat saat ini baik
pekerjaan diladang dan urusan yang lainnya, maka tidak adanya waktu yang
banyak menjadi alasan tersendiri bagi mereka.
3.3.2.2. Berkembangnya Sifat Individual
Adanya perubahan yang terjadi dalam tradisi atau kebiasaan marhobas
pada masyarakat Batak Toba ternyata memberikan efek yang merugikan terhadap
masyarakat itu sendiri. Dampak tersebut berupa berkembangnya sifat individual
atau sifat yang mementingkan diri sendiri dan rasa kepedulian terhadap orangorang disekitar menjadi menipis. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang
dulu, sifat kegotong-royongan, kerjasama, dan tolong-menolong merupakan suatu
sikap yang selalu tercermin ditengah-tengah masyarakat Batak Toba yang dapat
dilihat pada suatu acara pesta adat. Tetapi sekarang ini seiring dengan
52
Universitas Sumatera Utara
berkembangnya zaman yang sejalan dengan masuknya budaya global yang
mempengaruhi budaya lokal orang Batak maka cerminan dari sikap tersebut telah
memudar atau sudah berubah.
Kini semenjak hadirnya usaha jasa makanan atau semenjak peran dari
gelleng dan dongan saulaon tergantinkan oleh jasa catering dalam pelaksanaan
pesta adat maka menimbulkan sifat yang individualis diantara masyarakat Batak.
Secara perlahan rasa saling membutuhkan dan sikap saling peduli antara sesama
anggota masyarakat mulai hilang sehingga menyebabkan timbulnya sikap
kesombongan ditengah masyarakat Batak Toba.
3.3.2.3. Berkurangnya Konstribusi Boru Dalam Pesta Adat Batak Toba
Berdasarkan falsafah hidup orang Batak yaitu Dalihan Na Tolu bahwa
segala aktivitas yang dilakukan oleh orang Batak yang berhubungan dengan
segala upacara adat harus berdasarkan adat Dalihan Na Tolu. Bungaran Antonius
(2006:100) menjelaskan bahwa: Dalihan Na Tolu dapat diartikan sebagai
tumpuan tiga serangkai atau dalam definisi yang lebih jelas, Dalihan Na Tolu
merupakan suatu sistem sosial di tanah Batak yang menempatkan posisi masingmasing orang Batak pada kedudukan tertentu dimana setiap kedudukan ini
mempunyai fungsi dan tanggung jawab tersendiri.
Ketiga unsur Dalihan Na Tolu merupakan satu kesatuan yang integral
bagi masyarakat Batak, yang selalu bersama-sama dalam setiap aktivitas adat.
Namun saat ini kondisi tersebut mengalami perubahan terkhususnya dalam
upacara pesta adat pernikahan Batak Toba. Hal itu terlihat dari peran boru yang
53
Universitas Sumatera Utara
kini telah mengalami pergeseran atau perubahan akibat dari masuknya pengaruh
budaya global ke dalam sistem adat-istiadat masyarakat Batak Toba.
Hadirnya jasa catering di tengah-tengah masyarakat Batak Toba yang
bermukim di pedesaan merupakan salah satu pengaruh budaya global yang sudah
menjadi suatu hal yang bersifat umum/universal bagi masyarakat. Hal yang umum
tersebut telah memberikan suatu kemudahan dan kepraktisan kepada masyarakat
sehingga sangat membantu mereka dalam melakukan aktivitas maupun kegiatan
dalam hidupnya. Kini dalam pelaksanaan pesta adat sebagian besar masyarakat
Batak Toba sudah lebih menggunakan jasa usaha makanan dari pada
mempertahankan tradisi budaya lokal marhobas dalam mempersiapkan segala
kebutuhan yang berkaitan dengan bagian konsumsi dan pelayanan dalam pesta.
Dengan tergantikannya tugas dan tanggung jawab boru yang kini telah diberikan
kepada pihak jasa catering maka hal ini pun memberikan dampak pada pesta adat
tersebut. Dampak yang dimaksud adalah mengenai konstribusi boru didalam pesta
adat Batak Toba menjadi berkurang atau tidak lagi menonjol seperti dulu ketika
mereka masih bertanggung jawab penuh dalam pengerjaan konsumsi makanan.
Peran boru terkait dengan konsumsi pada saat acara pesta tersebut
memang masih ada tetapi hanya sebagian kecil saja. Peran yang dimaksud yaitu
boru hanya sekedar ikut membantu membagikan makanan pada para tamu
undangan tapi itupun jika dibutuhkan. Para boru yang ikut andil dalam membantu
pun hanya beberapa orang saja sedangkan pihak boru lainnya ikut membaur dan
duduk bersama para tamu undangan.
54
Universitas Sumatera Utara
Biasanya boru yang ikut berkonstribusi tersebut hanya ikut mengechek
atau sekedar memastikan saja apakah semua tamu undangan sudah mendapat
makanan atau belum. Jika memang masih ada yang belum mendapat jatah maka
boru tersebut akan mengasihtahu dan memberikan arahan pada pekerja catering
dan bisa juga ikut membantu membagikan makanan tersebut. Keadaan ini
menjadikan posisi seseorang sebagai boru dalam pesta tersebut menjadi kurang
dikenal, bahkan para hadirin yang hadir pun terkadang tidak mengetahui bahwa
orang tersebut merupakan boru di pesta itu. Hal inilah yang membuat konstribusi
atau peran boru menjadi kurang menonjol dalam pesta adat Batak Toba.
3.4. Kelebihan dan Kelemahan Pada Penggunaan Catering dan Marhobas
3.5.1. Kelebihan dan Kelemahan Catering
a. Kelebihan Catering
1. Pekerjaan Lebih Praktis
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari para masyarakat Batak
Toba mengenai kelebihan penggunaan jasa catering di dalam acara pesta adat
adalah semua pekerjaan dalam mempersiapkan pesta akan lebih praktis.
Maksudnya dalam hal ini bahwa ternyata dengan menggunakan catering, pihak
penyelenggara pesta sangat terbantu dan mempermudah mereka dalam
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjamu para tamu undangan
pesta.
Dengan adanya catering masyarakat tidak perlu lagi repot dalam
mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan bagian konsumsi pada pesta,
55
Universitas Sumatera Utara
karena semuanya sudah ditanggungjawabi sepenuhnya oleh pihak catering. Cara
kerja catering yang simpel dan tidak merepotkan menjadi salah satu penyebab
masyarakat desa Simanungkalit menjadi lebih tertarik menggunakan jasa catering.
Hal senada diungkapkan oleh P. boru Simanjuntak
“Kalau dulu saya masih ingat setiap acara pesta adat khususnya
perkawinan, selalunya mengandalkan jasa parhobas. Parhobas itu
adalah gelleng dan dongan sahuta. Namun sekarang ini setelah
adanya catering, orang-orang disini pun menjadi beralih ke
catering. Katanya mereka penggunaannya lebih simpel dan lebih
praktis sehingga yang punya pesta tidak terlalu repot lagi untuk
mengurus persiapan pestanya” (wawancara 6 mei 2017)
2. Kualitas dan Mutu Makanan Terjamin
Usaha catering menyajikan dan menawarkan makanan berupa lauk pauk
yang lebih higenis dan nikmat jika dibandingkan dengan makanan yang dimasak
oleh para boru dan dongan sahuta dalam kerjasama marhobas. Makanan yang
disajikan oleh pihak catering dalam sebuah pesta kenikmatannya sudah terjamin.
Lauk-pauk yang disajikan dalam sepiring nasi sudah dilengkapi dengan daging,
sayur, buah pencuci mulut serta satu aqua gelas. Selain itu kebersihan makanan
yang disajikan juga sudah terjamin. Inilah yang merupakan salah satu kelebihan
dari catering.
Hal yang demikian sesuai dengan pendapat informan E.
Simanungkalit :
“Makanan yang disediakan yang dimasak oleh jasa catering
memang pastilah lebih enak dan lebih nikmat. Karena kan orang
yang memasaknya juga sudah memiliki keterampilan dan
pengalaman dibidang memasak masakan kita orang Batak.
Penyajian makanannya pun pastinya sudah terjamin kebersihannya
karena itu juga mempengaruhi pelanggan yang mau memesan. Jika
makanannya tidak bersih mau tidak mau pelanggan pun akan lari
gak jadi memesan. Itulah sebabnya mengapa masyarakat di desa
56
Universitas Sumatera Utara
ini menjadi lebih memilih catering meski harganya lebih mahal
dari pada dikerjakan secara marhobas” (wawancara mei 2017)
3. Pelayanan Yang Teratur
Kinerja dari pihak jasa catering yang bertugas di dalam acara pesta adat
Batak Toba terlihat lebih bagus dan memadai. Kondisi tersebut tercermin dari
pelayanan mereka yang tertata dengan baik dan teratur. Pada saat para pekerja
catering melayani para tamu undangan atau orang-orang yang hadir di pesta maka
sikap yang mereka tunjukkan akan tertib dalam membagikan makanan. Mereka
akan langsung mengatur posisi untuk membagikan makanan dan para pekerja
catering memberikan arahan yang tegas kepada para tamu undangan.
Arahan yang diberikan bermaksud supaya ketika pembagian makanan
orang-orang yang hadir di pesta tidak ricuh dan suasana pun dapat kondusif dan
tentram.
Foto 3.1
Pembagian makanan pada pesta Batak
Sumber: Dokumentasi Pribadi
57
Universitas Sumatera Utara
Foto 3.2
Pelayanan pihak Catering pada saat pesta
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dalam hal pembagian jatah makanan di pesta, pihak catering selalu
berusaha supaya para tamu undangan yang hadir mendapatkan makanan dengan
merata dan pembagiannya pun teratur. Artinya makanan yang mereka bagikan
tersebut dapat tersalur dengan merata ke semua para tamu sehingga semua orang
mendapatkan makanan sesuai dengan pesanan dari pihak yang membuat pesta.
4. Barang Perlengkapan Konsumsi Merupakan Tanggung Jawab Catering.
Dalam suatu acara pesta adat yang menggunakan jasa catering sebagai
pihak yang menyediakan segala keperluan konsumsi maka sudah menjadi
tanggung jawab mereka untuk menyediakan perlengkapan menyangkut konsumsi.
Perlengkapan yang dimaksud seperti piring tempat nasi, talam sebagai wadah
tempat ikan arsik, ember sebagai tempat daging dan lainnya semua disediakan
oleh pihak catering. Jika ada barang-barang perlengkapan milik mereka yang
yang tercecer atau hilang pada waktu pelaksanaan pesta maka hal itu ditanggung
58
Universitas Sumatera Utara
sendiri oleh pihak catering. Hal itu tidak ada sangkut pautnya dengan pihak
penyelenggara pesta. Pihak yang mengadakan acara pesta tidak perlu ganti rugi
dengan hilangnya barang tersebut dan mereka tidak perlu ikut kesusahan untuk
mencari barang tersebut karena itu merupakan konsekuensi dari usaha dalam
bidang catering.
5. Pilihan Menu Makanan Beragam
Keuntungan lain ketika menggunakan jasa dari catering adalah terkait
pilihan menu yang lebih bervariasi atau bermacam-macam yang dapat dipilih
sesuai kebutuhan. Orang yang ingin memesan lebih leluasa dalam memilih menu
makanan serta snack berupa kue khas batak yang diinginkan. Adapun beberapa
pilihan menu yang tersedia dalam salah satu usaha jasa makanan yang bernama
Rizky Catering adalah Saksang Arsik, Na Niura, Babi Panggang, Ayam Gota, Na
Tinombur, Daun Ubi Tumbuk, Babi Kecap, Tanggo-Tanggo, Ayam Gulai, Urap,
Kue Lapet, Kue Pohul pohul, Kue Benti.
b. Kelemahan Jasa Catering
1. Jatah Makanan Terbatas
Menurut pendapat dan penilaian masyarakat Batak Toba jika suatu acara
pesta adat menggunakan jasa catering maka makanan yang disajikan pada para
tamu undangan yang hadir porsinya sedikit. Dalam acara pesta tersebut para tamu
juga biasanya tidak mendapat nasi tambah, sehingga jika ada orang-orang yang
masih merasa lapar maka hasrat makannya tidak terpuaskan. Apalagi umumnya
para laki-laki pasti memiliki nafsu makan yang kuat oleh sebab itu mereka merasa
tidak puas dalam jamuan makan dalam pesta tersebut.
59
Universitas Sumatera Utara
Selain itu masyarakat juga mengeluhkan soal jatah makan, dimana dalam
pelaksanaan pesta para hadirin yang hadir cukup hanya mendapat satu porsi jatah
makanan saja. Hal ini membuat para tamu khususnya para ibu-ibu tidak bisa lagi
membawa makanan lebih atau makanan sisa dari pesta untuk dibawa pulang ke
rumah. Memang tak dipungkiri jika menggunakan jasa catering jumlah atau
kuantitas makanan yang di pesan pas-pasan atau secukupnya saja sesuai dengan
perkiraan jumlah target undangan. Tetapi terkadang ada juga kondisi dimana para
tamu bisa dapat jatah makan lebih, namun kondisi itu biasanya terjadi karena
jumlah orang yang hadir di pesta lebih sedikit dari yang diperkirakan.
Sehingga jatah makanan untuk orang yang tidak hadir bisa dibagikan lagi pada
para tamu yang hadir di pesta tersebut.
2. Kuantitas Penyediaan Makanan Lebih Beresiko
Masyarakat desa Simanungkalit mengatakan bahwa salah satu yang perlu
diwaspadai ketika memutuskan untuk menggunakan jasa catering dalam acara
adat adalah resiko mengenai kurangnya makanan atau konsumsi tidak mencukupi.
Dalam hal ini pihak yang akan melaksanakan pesta diharapkan memesan jumlah
makanan harus sesuai dengan target, artinya jangan sampai melenceng atau salah
tafsir. Pemesanan makanan harus disesuaikan dengan banyaknya tamu yang
diundang hadir kepesta, dan ada baiknya jika jumlah atau kuantitas konsumsi
yang di pesan agak dilebihkan dari jumlah tamu undanganya. Hal itu dilakukan
sebagai langkah untuk mengantisipasi kekurangan makanan dalam pesta.
Jika pihak pembuat pesta sempat salah dalam memesan jumlah makanan
maka dipastikan pesta yang akan berlangsung mengalami situasi yang tidak
60
Universitas Sumatera Utara
kondusif. Dalam acara pesta tersebut sebagian orang tidak akan mendapat jatah
makanan dan kondisi yang demikian merupakan suatu hal yang memalukan dalam
suatu acara pesta masyarakat Batak Toba. Pihak keluarga yang mengadakan pesta
mau tidak mau harus siap menanggung rasa malu tersebut. Karena tidak mungkin
lagi jika jumlah jatah makan ditambahi berhubung pihak catering hanya memasak
dan menyediakan makanan sesuai dengan yang telah di pesan sebelumya. Inilah
resiko yang harus siap tanggung dan dihadapi jika menggunakan jasa catering
sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam masalah konsumsi di dalam acara
pesta adat Batak Toba.
3. Membutuhkan Biaya Lebih Banyak
Tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan jasa pelayanan makanan dalam
suatu pesta pasti akan membutuhkan biaya yang sedikit lebih banyak dari pada
tidak menggunakan sebuah jasa. Kondisi ini juga dialami oleh masyarakat Batak
Toba yang berada di desa Simanungkalit Kabupaten Tapanuli Utara. Menurut
pendapat masyarakat disana jika didalam pelaksanaan sebuah pesta adat Batak
menggunakan jasa makanan berupa catering maka biaya yang dikeluarkan pasti
lebih banyak dari pada menggunakan jasa dari boru dan dongan sahuta. Namum
memang hal itu sesuai dengan pelayanan yang mereka lakukan baik dari segi
kinerjanya maupun dari segi makanan yang disajikan dalam pesta. Hal itu
diungkapkan oleh informan P. boru Panggabean
“Penggunaan jasa catering pada acara-acara pesta-pesta memang
membutuhkan biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan tetap
menggunakan jasa dari para pihak parhobas. Karena kalau pakai
catering pelayanan dan penyediaan makanannya sudah lebih
bagus. Dalam sepiring nasi itu sudah lengkap dengan daging,
sayur urapnya, aqua gelas dan biasanya dilengkapi juga dengan
61
Universitas Sumatera Utara
sebiji buah pisang. Selesai makan dikasih juga snacknya berupa
kue bisa kue lapet, kue pohul-pohul ataupun kue benti, pokoknya
kue khas batak. Makanan dan kue yang dimasak juga sudah
terjamin enak. Saya rasa itu yang membuat makanan catering ini
menjadi lebih mahal walaupun perbndingannya tidak terlalu
jauh.”
3.5.2. Kelebihan dan Kelemahan Tradisi Marhobas Dalam Pesta
a. Kelebihan Tradisi Marhobas
1. Terjaganya Rasa Kebersamaan Di Tengah Masyarakat Batak Toba.
Tradisi marhobas sebagai kebiasaan yang dimiliki dan diterapkan oleh
masyarakat batak dalam pelaksanaan acara pesta adat sampai sekarang masih
dapat dijumpai. Kuantitas dari pelaksanaan tradisi tersebut akhir-akhir ini sudah
jauh berkurang jika dibanding dengan zama dulu. Di desa Simanungkalit sendiri
pelaksanaan tradisi ini sudah mulai jarang dilakukan dalam kegiatan acara pesta
adat. Menurut masyarakat desa setempat, jika tradisi kerjasama marhobas masih
dilaksanakan di pesta maka tentu akan membawa dampak yang positif terhadap
masyarakat Batak itu sendiri.
Misalnya saja dalam hal melestarikan rasa kepedulian dan sikap tolongmenolong yang sudah
terjalin di masyarakat selama ini. Rasa saling peduli,
kerjasama tim, saling bantu membantu merupakan suatu situasi yang selalu
tercermin dari tradisi marhobas. Tradisi ini mengajarkan supaya masyarakat
Batak Toba memiliki rasa kepedulian terhadap sesama sehingga tidak
menciptakan manusia yang individualis. Dari tradisi ini maka suasana
kebersamaan yang terjalin antara pihak penyelenggara pesta, boru maupun
62
Universitas Sumatera Utara
dongan sahuta akan semakakin erat. Dari kondisi ini akan tercipta suatu kebiasaan
tolong-menolong yang bersifat sikap timbal-balik diantara masyarakat Batak Toba
Foto 3.3
Kegiatan memotong daging dalam tradisi marhobas
Sumber: Informan T.Simanungkalit
Foto 3.4
Kegiatan memasak nasi dan teh dalam tradisi marhobas
Sumber: Informan T.Simanungkalit
63
Universitas Sumatera Utara
2. Menghargai Dongan Saulaon
Salah satu manfaat kelebihan jika menggunakan jasa parhobas di dalam
pelaksanaan acara pesta adat Batak adalah dongan saulaon/ dongan sahuta akan
merasa lebih dihargai oleh pihak yang melaksanakan pesta. Seperti yang diketahui
bahwa kegiatan marhobas itu dikerjakan dan dilaksanakan oleh orang-orang
yang memiliki posisi dan jabatan sebagai boru dan dongan saulaon dalam sebuah
pesta adat. Jika keluarga pihak pembuat pesta masih mengandalkan jasa parhobas
sebagai pelayan dalam acara pestanya maka para gelleng terutama dongan sahuta
akan merasa lebih dihargai oleh pihak yang berpesta.
Dalam hal ini dikatakan dongan sahuta akan merasa lebih dihargai karena
ketika tradisi marhobas masih dipakai dalam suatu pesta tentunya pihak yang
mengadakan pesta akan datang
mengundang para dongan sahuta. Dengan
diundangnya dongan sahuta secara langsung ke rumah mereka masing-masing
maka mereka akan merasa dihargai sebagai teman satu lingkungan adat. Selain itu
mereka merasa bahwa konstribusi mereka ternyata masih berharga dan
diperlukan oleh sesama warga di tempat tersebut. Sehingga situasi tersebut akan
membuat dongan sahuta merasa ikut sebagai bagian dari pihak yang mengadakan
pesta serta merasa bahwa pesta yang berlangsung juga merupakan pesta mereka.
3. Jatah Makanan Memuaskan
Pada umumnya dalam pelaksanaan acara pesta adat Batak Toba yangmana
jika makanannya
HAL-HAL YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN BUDAYA LOKAL
DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT
3.1. Proses Perubahan Budaya Lokal Pada Masyarakat Batak Toba
Di Desa Simanungkalit
Menurut Paul H.Landis, desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.
Dengan cirri-ciri:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam dan kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. Pengertian desa itu sendiri
mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsurunsurnya. Sebenarnya desa masih dianggap sebagai standard pemeliharaan sistem
kehidupan
bermasyarakat
dan
kebudayaan
asli
seperti
tolong
menolong,
persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, kesenian
kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai cirri yang jelas.
Gambaran kondisi kehidupan masyarakat desa terlihat dalam kebudaya Batak
Toba seperti kebiasaan marhobas yaitu bentuk persaudaraan dan sikap tolong
menolong. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan, dan selalu berada pada
tataran sistem dari perubahan. Sehubungan dengan itu, fungsi dari suatu masyarakat
dalam kelompok juga tidak luput dari perubahan. Namun yang mengalami perubahan
bukan nilai pada sistem kekerabatan dalam arti perubahan pada tradisi sebenarnya.
34
Universitas Sumatera Utara
Perubahan yang terjadi ialah fungsi atau peran dari gelleng dan dongan saulaon
sebagai parhobas pada saat acara pesta adat batak diadakan. Hal ini tergambar dari
pernyataan informan yaitu ibu boru Hutasoit yang mengatakan :
“Semenjak dulu parhobas itu selalunya datang untuk mengerjakan
persiapan pada pesta, namun sekarang setelah zaman modern ini
orang-orang sudah pada beralih menggunakan jasa catering.
Padahalkan parhobas itu tugasnya gelleng dan dongan saulaon,
kegiatan marhobas itu sudah menjadi tanggung jawab gelleng dan
dongan saulaon. Saat ini kulihat dengan hadirnya jasa catering
semua tanggung jawab tersebut sudah diambil alih oleh pihak
catering, tapi walaupun begitu status boru dan dongan sahuta
tetapnya ada bukan berarti jadi tidak ada cuma kalau ada pesta peran
atau tugas mereka sebagai parhobas itu jadi tidak ada lagi. Ada pun
misalnya boru yang berpatisipasi itu cuma sekedar melihat-lihat
ajanya atau memeriksa tamu supaya semua orang yang hadir
mendapat jatah makanan. (wawancara 12 Mei 2017)
Hal yang senada juga diungkapkan informan L. Aritonang
“Dulu parhobas itu selalunya ada disetiap pesta, langsung taunya
mereka apa saja yang harus dikerjakan dalam kegiatan marhobas
pada pesta itu. Namun sekarang kegiatan marhobas ini sudah jarang
dilakukan kalau ada pesta sejak ada usaha penyedia jasa makanan
pesta. Kalau soal status boru dan dongan sahuta dalam paradaton
tetapnya ada tapi pekerjaannya dalam marhobas yang dikerjakan
oleh boru dan dongan saulaon itu jadi dikerjakan oleh petugas
catering. Kondisi ini sebenarnya membuat pesta jadi kelihatan tidak
lengkap kalau tidak nampak parhobasnya”. (wawancara Mei 2017)
Alfred
(Sztompka,
2004),
menyebutkan
masyarakat
tidak
boleh
dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan objek semu
yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus –menerus tiada henti. Diakui
bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat
dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu di dalamnya, seperti adanya
tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja. Dalam setiap
perubahan yang terjadi dalam masyarakat, ada proses yang dilalui secara bertahap
35
Universitas Sumatera Utara
hingga pada akhirnya perubahan tersebut dapat terlihat dan disadari secara jelas
oleh pihak yang terlibat didalamnya maupun masyarakat secara umum.
Jika dilihat dengan apa yang menjadi makna parhobas yang sebenarnya
adalah untuk memupuk kebersamaan, saling tolong menolong, menjaga
solidaritas, di desa Simanungkalit telah terjadi perubahan makna parhobas dimana
sekarang tanggung jawab parhobas sudah diambil alih oleh catering seiring dengan
semakin pesatnya arus globalisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat informan I.
Simanungkalit
“Soal makna marhobas yang saya tahu dari para orang tua zaman
dahulu itu bertujuan untuk merekatkan rasa saling tolong-menolong,
memupuk sikap saling bantu-membantu antar sesama manusia
apalagi jika berada pada lingkungan adat atau tempat tinggal yang
sama, serta masih memiliki satu turunan yang sama. Marhobas ini
juga diwariskan secara turun temurun. (Wawancara Mei 2017)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan bapak Simanjuntak:
“Makna dari marhobas itu adalah saling membantu dan berbagi
beban dengan sesama memupuk rasa tolong menolong dalam pesta
ada, seperti yang dilakukan oleh para leluhur kita dulu yang pada
akhirnya diwariskan kepada kita sebagai generasi penerus”.
(Wawancara Mei 2017)
Dari jaman dahulu, masyarakat sangat setia dalam marhobas, masyarakat
masih memahami dan mengerti apa fungsi dari parhobas, sehingga marhobas
yang dilakukan masyarakat sesuai dengan nilai yang terkandung dalam nilai
budaya Batak Toba yaitu Dalihan Na Tolu . Kegiatan marhobas yang dilakukan
pada setiap acara pesta adat selalu sama tidak ada yang berubah. Seiring
berjalannya waktu, pengaruh dari dalam dan luar menghampiri keasrian budaya
marhobas. Pekembangan jaman dan pesatnya laju globalisasi telah membawa
36
Universitas Sumatera Utara
kemajuan teknologi seperti barang elektronik telah memepengaruhi pikiran
masyarakat untuk menciptakan suatu perubahan secara perlahan-lahan.
Awalnya perubahan tersebut hanya dilakukan oleh orang atau pihak-pihak
tertentu saja. Tetapi dengan interaksi rutin yang dilakukan dengan masyarakat
sekitarnya, telah mempekenalkan sesuatu hal baru di dalam masyarakat. Oleh
karena manusia yang memiliki sifat penasaran yang tinggi, maka timbul niat
untuk mencoba sampai pada akhirnya mereka menikmati apa yang mereka
lakukan. Dengan demikian, perubahan telah terjadi secara perlahan-lahan. Hal ini
seperti yang dikatakan informan T. Simanungkalit:
“Dulu sedikitnya masyarakat yang memakai jasa catering ini,
palingan Cuma mereka yang memiliki ekonomi yang lumayan atau
mampu. Namun sekarang ini kondisinya sudah jauh berbeda karena
bisa dikatakan rata-rata masyarakat sudah menggunakan bantuan
dari pihak catering pada pelaksanaan pestanya.Hal ini terjadi karena
kondisi ekonomi masyarakat saat ini sudah jauh lebih baik dibanding
dulu, keadaan tersebut didukung oleh pekerjaan masyarakat yang
sudah beragam, tidak hanya sebagai petani lagi. Serta rata-rata
masyarakat disini sudah memiliki pekerjaan masing-masing”.
(Wawancara Mei 2017)
3.2. Hal –Hal Yang Menyebabkan Perubahan Budaya Lokal
3.2.1. Pengaruh Budaya Global
Globalisasi sekarang ini telah mempengaruhi perkembangan kebudayaan
bangsa. Adanya proses saling mempengaruhi merupakan fenomena alami yang
terjadi dalam interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan dipengaruhi
juga mempengaruhi sangat berperan dalam menghadapi perkembangan dunia
yang selalu saja mengalami perubahan. Dengan masuknya budaya global di
37
Universitas Sumatera Utara
tengah masyarakat Batak Toba maka akan terjadi pertemuan antara nilai-nilai baru
dengan nilai-nilai lama yang terdapat dalam adat istiadat masyarakat Batak Toba.
Keadaan tersebut tentunya akan mempengaruhi tradisi lokal marhobas
termasuk dalam menentukan fungsi boru dan dongan sahuta pada kegiatan acara
pesta adat Batak. Hal inilah yang mendorong terjadinya akulturasi budaya lokal
dengan budaya luar. Gultom Dj (Dalam Sibarani, 2005 : 6) mengemukakan bahwa
perkembangan jaman mempengaruhi terjadinya perubahan dalam setiap bagian
baik itu dalam adat dan budaya. Perubahan-perubahan yang dimaksud yaitu
menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu dalam adat dan budaya
tersebut, baik upacaranya, unsur upacara maupun hakekat yang terkandung
didalam setiap upacara yang mengalami perubahan dan pembaharuan. Intinya,
perubahan pada masyarakat Batak terjadi karena gelombang modernisasi dan
globalisasi yang telah memperkenalkan nilai baru dalam lingkungan tradisi Batak.
3.2.1.1. Kemajuan Teknologi Informasi
Globalisasi sekarang ini telah mempengaruhi perkembangan kebudayaan
bangsa. Adanya proses saling mempengaruhi merupakan fenomena alami yang
terjadi dalam interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan dipengaruhi
juga mempengaruhi sangat berperan dalam menghadapi perkembangan dunia
yang selalu saja mengalami perubahan. Dengan masuknya budaya global di
tengah masyarakat Batak Toba maka akan terjadi pertemuan antara nilai-nilai baru
dengan nilai-nilai lama yang terdapat dalam adat istiadat masyarakat Batak Toba.
Keadaan tersebut tentunya akan mempengaruhi tradisi lokal marhobas
termasuk dalam menentukan fungsi boru dan dongan sahuta pada kegiatan acara
38
Universitas Sumatera Utara
pesta adat Batak. Hal inilah yang mendorong terjadinya akulturasi budaya lokal
dengan budaya luar. Gultom Dj (Dalam Sibarani, 2005 : 6) mengemukakan bahwa
perkembangan jaman mempengaruhi terjadinya perubahan dalam setiap bagian
baik itu dalam adat dan budaya. Perubahan-perubahan yang dimaksud yaitu
menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu dalam adat dan budaya
tersebut, baik upacaranya, unsur upacara maupun hakekat yang terkandung
didalam setiap upacara yang mengalami perubahan dan pembaharuan.
Intinya, perubahan pada masyarakat Batak terjadi karena gelombang
modernisasi dan globalisasi yang telah memperkenalkan nilai baru dalam
lingkungan tradisi Batak. Teknologi merupakan hasil karya manusia yang dibuat
untuk membantu atau mempermudah proses hidup dan kehidupan manusia. Tetapi
disisi lain teknologi juga membawa dampak negatif yang dapat mengancam
kehidupan manusia itu sendiri seperti hilangnya nilai-nilai atau ikatan sosial
masyarakat. Dampak teknologi dalam hal ini juga telah membawa akibat terhadap
hilangnya tradisi, peribadatan etnis Batak Toba. Perkembangan teknologi dalam
dunia informasi yang dimaksud dalam hal ini adalah televisi.
Hadirnya
televisi
ditengah-tengah
masyarakat
untuk
memberikan
informasi. Penyampaian informasi melalui televisi juga dilengkapai dengan
adanya penayangan gambar sehingga akan memudahkan masyarakat dalam
menyerap informasi yang ditayangkan. Dalam hal ini tidak jarang siaran-siaran
yang ditayangkan di televisi akan mempengaruhi pola pikir masyarakat yang pada
akhirnya turut mempengaruhi tatanan kehidupan sosial mereka17.
17
http:id.wikipedia.org/wiki/televisi (akses 20 mei 2017)
39
Universitas Sumatera Utara
Tayangan-tayangan yang disiarkan ditelevisi turut serta mempengaruhi
masyarakat Batak Toba yang bermukim di desa Simanungkalit, baik dari
pandangan dan pola pikir maupun budaya masyarakat itu sendiri. Informasi yang
mereka peroleh dari televisi membawa dampak bagi pola pikir masyarakat melalui
siaran televisi yang mengandung nilai-nilai sosial budaya. Kemudian hal ini akan
ditiru dan diterapkan oleh masyarakat setempat. Selain karena televisi ternyata
internet juga turut mempengaruhi terjadinya perubahan budaya lokal masyarakat
Batak Toba. Sekarang ini umumnya orang-orang yang tinggal di desa
simanungkalit sudah dapat dengan mudah mengakses dari internet melalui
handphone/gadget yang mereka miliki. Tentunya hal ini akan semakin
mempermudah mereka dalam mendapatkan informasi dari dunia luar sehingga
masyarakat akan meniru dan menerapkannya dalam kehidupan. Situasi tersebut
seolah-olah akan menciptakan sebuah kesan yang modern bagi masyarakat desa
Simanungkalit.
Begitu juga halnya dengan tradisi marhobas yang dimiliki oleh orang
Batak Toba, dimana pada hakekatnya tradisi ini harus selalu ada dalam kegiatan
acara adat pesta Batak Toba. Namun sekitar beberapa tahun belakangan ini tradisi
tersebut sudah mulai terkikis salah satunya akibat dari adanya pengaruh program
televisi yang menayangkan hal-hal baru yang lebih bersifat kekinian. Kemudian
masyarakat pun meniru dan menerapkannya supaya terkesan lebih modern atau
tidak ketinggalan zaman. Berikut ini merupakan pernyataan dari informan Ibu P.
boru Simanjuntak .
“zaman sekarang ini umumnya orang-orang pasti sudah punya
televisi, karena televisi itu bisa membuang rasa bosan, orang-orang
40
Universitas Sumatera Utara
pun bisa melihat berita-berita di televisi dan juga menonton film-film
kesukaan. Kalau saya pribadi suka memperhatikan hal-hal yang baru
yang ditayangkan di televisi sehingga terkadang saya pun meniru dan
mengikutinya jika memang memberikan hal yang positif dan cocok
bagi saya. Begitu juga halnya dengan yang terjadi pada tradisi
marhobas, saya rasa orang-orang disini lebih memilih untuk tidak
menggunakan jasa parhobas lagi di pesta karena mereka melihat di
televisi ternyata ada jasa yang bisa mempersiapkan dan melayani
segala keperluan yang berkaitan dengan urusan konsumsi di pestapesta. Selain itu kurasa internet juga berpengaruh karena kulihat
udah banyak orang-orang disini yang berhandphone layar sentuh
yang bisa berinternet jadi mungkin mereka melihat dari situ juga.
Karena hal ini maka banyaklah bermunculan jasa-jasa yang
menawarkan bantuan dalam membantu pihak penyelenggara pesta
terkait hal konsumsi. Saya memperhatikan rasa kepedulian orangorang terhadap marhobas sudah berubah. Padahal dulunya orang
sangat senang marhobas untuk persiapan maupun saat acara pesta
tapi, sekarang kebanyakan mereka lebih memilih untuk menonton
televisi dirumah dari pada pergi membantu sesama dalam kegiatan
marhobas. Inilah salah satu penyebab mengapa tradisi marhobas
sudah mulai ditinggalkan. (wawancara April 2017)
Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa ternyata kemajuan dari teknologi
informasi ikut mempengaruhi dan memberikan dampak pada kebisaan atau tradisi
yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Kemajuan Teknologi informasi baik berupa
media televisi atau internet membuat masyarakat Batak Toba mengenal adanya
jasa catering sebagai suatu penemuan yang baru sehingga mereka tertarik untuk
menggunakannya. Kondisi ini membuat orang-orang yang dulunya hanya
membuka usaha rumah makan
mulai mengembangkan usahanya dengan
menawarkan jasa untuk menerima pesanan permintaan makanan dan siap
melayani masyarakat pada sebuah acara atau pesta-pesta. Hadirnya penyedia jasa
makanan atau biasa disebut dengan Catering menjadi salah satu bukti dari
pengaruh perkembangan zaman yang memasuki desa. Catering merupakan suatu
usaha yang bergerak dibidang jasa dalam menyediakan pesanan atau melayani
41
Universitas Sumatera Utara
permintaan makanan untuk khalayak umum pada suatu acara pesta atau pada
acara tertentu.
Di desa Simanungkalit sendiri, masyarakatnya sudah banyak yang
mempergunakan pelayanan jasa catering pada setiap acara pesta adat yang mereka
selenggarakan. Alasan mereka
menggunakan jasa catering dilihat dari segi
kepraktisan, menurut msyarakat setempat jika menggunakan jasa catering semua
bahan atau barang yang dibutuhkan untuk masalah persiapan konsumsi pada
acara pesta sudah disediakan oleh pihak catering. Hal Tersebut diungkapkan oleh
informan yang bernama L. boru Simanungkalit :
“saya masih ingat dulu ketika saya masih remaja, setiap ada pesta
adat persiapannya pastinya selalu dilakukan dan dikerjakan oleh
pihak yang menjabat sebagai parhobas yaitu boru dan dongan
saulaon. Segala keperluan sudah dipersiapkan sehari sebelum
pesta dilaksanakan, mulai dari mengumpulkan barang-barang
yang diperlukan untuk memasak sampai menyiapkan bahan-bahan
berupa bumbu untuk memasak daging dan juga persiapan lainnya.
Tetapi setelah adanya jasa catering maka mulailah masyarakat
disini untuk mencoba menggunakan jasa catering. Selain itu
mereka juga melihat masyarakat lain yang sudah menggunakan
jasa catering pada daerah-daerah yang pernah mereka kunjungi
ketika menghadiri pesta adat di daerah tersebut. Dalam kondisi itu
mereka bisa melihat bagaimana catering dapat membantu dan
mempermudah pihak penyelenggara pesta dalam mempersiapkan
segala kebutuhan yang diperlukan untuk menjamu para tamu
undangan yang hadir dalam pesta tersebut. Mereka melihat kinerja
dari catering yang lebih praktis dan simpel. Oleh karena itu maka
masyarakat di desa ini pun mulai meniru dan menerapkan hal itu
dalam kehidupan adat-istiadat yang dijalani. (wawancara April
2017)
Masyarakat mengakui bahwa jika menggunakan jasa catering
memang biayanya lebih banyak dibanding dengan tetap menggunakan jasa
parhobas. Tetapi mereka beralasan bahwa kinerja dari pada jasa catering itu
42
Universitas Sumatera Utara
baik, cepat dan praktis serta lauk pauk yang disajikan juga lebih lengkap dan
kenikmatannya sudah terjamin.
3.2.1.2. Kontak Budaya
Adanya interaksi antara kelompok masyarakat Batak Toba dengan
kelompok masyarakat lain menyebabkan terjadinya kontak budaya antara budaya
Batak Toba dengan budaya lain diluar Batak Toba . Hal ini terlihat dari terjadinya
perkawinan campur antara orang Batak dengan orang diluar suku Batak ataupun
orang yang bukan berasal dari daerah yang sama. Jika ada suatu perkawinan,
kebetulan yang perempuan bukan orang Toba atau sebaliknya maka akan terjadi
percampuran budaya antara budaya mempelai laki-laki dan mempelai perempuan.
Ketika mereka telah berumah tangga tentunya budaya berbeda yang dimiliki oleh
kedua belah pihak saling bercampur dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan
yang mereka jalani.
Kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya akulturasi budaya yang
menjadikan adanya penerimaan budaya baru. Dikemudian hari suatu waktu
mereka mengadakan pesta adat keluarga tersebut akan memilih tradisi seperti apa
yang akan dipakai atau budaya yang dipilih lebih cenderung pada suku yang
mana, apakah mengikut pada suku si suami atau si istri. Semuanya tergantung
pada budaya mana yang dominan dalam keluarga tersebut.
Selain itu perkawinan yang melibatkan suku yang berbeda atau daerah
yang berbeda menyebabkan pihak pengantin laki-laki (paranak) akan lebih
memilih untuk menggunakan jasa penyedia makanan dibandingkan dengan
bantuan parhobas. Sikap ini diambil supaya mereka dapat menjamu keluarga
43
Universitas Sumatera Utara
pengantin perempuan dengan penyajian makanan yang lebih baik, lebih lengkap,
nikmat dan higenis, sehingga pihak keluarga pengantin perempuan pun dapat
lebih menikmati jamuan makan dalam pesta tersebut. Pernyataan ini diperoleh
dari informan yang bernama Bapak S. Simanungkalit (53 tahun):
“Menurutku hal itu terjadi karena sudah banyak orang-orang di
desa ini yang menikah dengan orang yang bukan berasal dari
daerah ini atau bukan orang Batak. Kondisi
ini terjadi
dikarenakan para pemuda-pemudi banyak yang merantau keluar
kota sehingga mereka pun menikah dengan orang-orang yang ada
ditempat perantauan tersebut. Oleh karena itu pada saat acara
adat pernikahan mereka di desa ini maka pihak keluarga yang ada
disini akan lebih memilih untuk memesan makanan catering supaya
hidangannya lebih higenis dan cukup bisa menyesuaikan dengan
selera makan pihak pengantin perempuan. Serta tidak sedikit dari
mereka yang menikah berbeda suku tersebut tinggal di desa ini
sehingga pada waktu mereka mengadakan pesta mereka lebih
memilih untuk memakai catering saja karena didaerah
pasangannya tersebut tidak ada tradisi kegiatan marhobas itu.”
(wawancara mei 2017)
3.2.1.3. Keadaan Ekonomi
Saat ini sebagian besar pendapatan ekonomi masyarakat Batak Toba yang
tinggal di desa Simanungkalit sudah semakin meningkat dibandingkan dengan
zaman dulu. Keadaan tersebut didukung karena pekerjaan maupun profesi yang
digeluti oleh masyarakatnya sudah beragam jenis, tidak seperti dulu yang rata-rata
hanya sebagai petani. Perkembangan jaman yang kian pesat turut mempengaruhi
berbagai sudut kehidupan masyarakat, dimana salah satunya melalui semakin
beragamnya profesi dan pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat yang berdampak
pada semakin meningkatnya perekonomian masyarakat.
Adapun berbagai jenis
pekerjaan/ profesi tersebut yaitu PNS,
Wiraswasta, Pengusaha, serta ada Polisi dan Tentara. Adanya ekonomi yang
44
Universitas Sumatera Utara
semakin meningkat menjadi salah satu penyebab dari masyarakat disana mulai
meninggalkan tradisi budaya lokal yang dimiliki dan lebih memilih kearah yang
lebih modern (universal). Masyarakat di desa tersebut beranggapan bahwa saat
ini uang sudah dapat mengatur dan mengubah segalanya, apapun bisa dilakukan,
dicapai dan terpenuhi asalkan ada uang.
3.2.2. Efisiensi Waktu
Sebagian masyarakat yang tinggal di desa Simanungkalit beranggapan
bahwa budaya lokal marhobas sudah kurang efisien lagi jika diterapkan saat ini
karena pengerjaannya memakan waktu yang lebih lama dan lebih membutuhkan
persiapan yang lebih banyak. Masyarakat Batak berpendapat bahwa kebiasaan
marhobas tidak cocok lagi diterapkan dengan kondisi masyarakat sekarang yang
mengutamakan kecepatan didalam segala urusan pekerjaan. Masyarakat juga
sibuk dengan urusan pekerjaan masing-masing.
Banyak diantara masyarakat beralasan bahwa mereka sibuk dengan urusan
pekerjaan, maupun karena tuntutan dari bidang profesi yang mereka geluti
sehingga tidak memiliki waktu
untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
marhobas dalam suatu acara pesta. Padahal sebenarnya dibalik alasan tersebut ada
juga faktor rasa malas yang menghinggapi mereka, hal itu terjadi bisa saja karena
mereka sudah capek bekerja atau melakukan aktivitas dalam keseharian. Itulah
sebabnya masyarakat lebih menyukai hal yang simpel/sederhana dan mengerjakan
segala sesuatunya dengan serba instan.
Selain karena alasan pengerjaan marhobas yang membutuhkan waktu
yang lebih banyak, masyarakat juga tidak mau jika rumahnya berantakan dan
45
Universitas Sumatera Utara
pekarangan rumah sangat kotor. Seperti yang diketahui pada saat melakukan
kegiatan marhobas di salah satu rumah warga tentunya membutuhkan halaman
pekarangan rumah yang lebih luas. Hal itu dikarenakan saat melakukan proses
masak-memasak seperti memasak nasi, memasak teh, maupun memotong hewan
semuanya dilakukan diluar rumah. Maka dengan kondisi itu pastinya si pemilik
rumah harus memiliki lahan pekarangan rumah yang memadai sehingga tidak
proses kegiatan marhobas. Akan tetapi pada kenyataan yang di dapati saat ini
sudah banyak rumah-rumah warga yang memiliki lahan pekarangan yang sempit
atau pas-pasan. Keadaan itu dipicu karena jumlah penduduk desa sudah semakin
bertambah sehingga otomatis jumlah rumah pun menjadi bertambah dan lahan
pun semakin sempit.
Jadi sebagian besar
masyarakat dengan kondisi demikian berinisiatif
untuk lebih memilih menggunakan jasa catering saja dalam acara pesta adat yang
diselenggarakan. Meskipun lahan pekarangan rumah tetangga mereka ada yang
memadai tetapi mereka merasa segan dan enggan untuk memakai lahan tetangga
karena takut mengganggu, merusak dan mengotori lingkungan rumah tetangga
tersebut. Tanpa disadari oleh masyarakat kondisi yang seperti ini akan
menciptakan rasa kepedulian tolong-menolong terhadap sesama menjadi terkikis
dan kepedulian orang terhadap tradisi marhobas itu sendiri menjadi berubah.
3.2.3. Pergaulan Dalam Masyarakat
Menurut masyarakat desa Simanungkalit faktor pergaulan dalam
masyarakat juga turut mempengaruhi perubahan dalam kebiasaan marhobas pada
acara pesta adat Batak Toba. Masyarakat mengatakan belakangan ini banyak
46
Universitas Sumatera Utara
orang yang sudah tidak menggunakan jasa parhobas dalam pesta adat karena
mereka sadar akan sedikit orang yang datang untuk membantu persiapan pesta.
Hal itu terjadi karena ada masyarakat atau keluarga tertentu yang jarang bergaul
dengan masyarakat sekitarnya.
Mereka juga malas atau jarang mendatangi setiap ada pelaksanaan pesta
dilingkungan sekitarnya. Padahal pesta merupakan salah satu jalan atau
kesempatan bagi setiap orang untuk membaur dan bergaul dengan masyarakat
setempat. Karena hal ini ketika keluarga tersebut melaksanakan pesta maka
mereka tidak akan menggunakan tradisi marhobas dalam pestanya dan lebih
memilih jalan yang lebih alternatif yaitu penggunaan pihak penyedia jasa
makanan.
Selain itu ada juga masyarakat yang tidak memasuki Serikat Tolong
Menolong (STM) di desa tersebut atau tidak memasuki lingkungan adat yang
telah dibentuk oleh masyarakat setempat. Sehingga para masyarakat sekitar atau
dongan sahuta akan malas untuk membantu dan menghadiri pesta tersebut. Jadi
dari kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa ternyata perilaku masyarakat dalam
hal bergaul dan membaur dalam aktivitas maupun kegiatan adat istidat ikut
berpengaruh pada perubahan tradisi marhobas di masyarakat Batak Toba.
3.3. Dampak Perubahan Budaya Lokal Bagi Masyarakat Batak Toba
3.3.1. Dampak Positif
3.3.1.1. Memberikan Ketenangan Bagi Boru
Dalam pelaksanaan pesta adat Batak yang tidak menggunakan kebiasaan
marhobas maka sudah tentu para pihak boru dan dongan sahuta tidak lagi
47
Universitas Sumatera Utara
menjalankan fungsi mereka sebagai parhobas dalam pesta. Semua urusan
mengenai masak-memasak atau persiapan dalam hal konsumsi sudah diserahkan
pada jasa catering, para petugas catering telah bertindak sebagai pelayan
menggantikan boru dan dongan saulaon. Dengan kondisi yang demikian maka
biasanya dongan sahuta (teman sekampung) tidak lagi berperan membantu dalam
persiapan - persiapan pesta. Lain halnya dengan pihak boru meski mereka tidak
lagi berperan sebagai parhobas, tetapi mereka masih memiliki tugas atau peran
lainnya. Sedangkan beberapa boru yang lain bersama dongan sahuta mereka
bergabung dengan para tamu undangan yang hadir untuk mengikuti acara pesta
yang sedang berlangsung.
Sebagian para boru dan dongan sahuta menganggap bahwa dengan
adanya jasa catering yang menggantikan tugas mereka sebagai pelayan dalam
pesta maka hal ini memberikan suatu kenyamanan atau ketenangan bagi mereka.
Maksudnya ialah bahwa mereka bisa lebih fokus untuk mengikuti acara pesta
karena tidak lagi direpotkan dan tidak lagi terganggu dengan urusan melayani
tamu atau pun pekerjaan mencuci piring, memasak teh dan lainnya. Hal ini
menciptakan suasana yang lebih kondusif dan nyaman para boru sehingga mereka
dapat lebih menikmati jalannya acara di pesta. Hal ini diungkapkan oeh informan
Ibu M. Simanungkalit:
“Ada juganya enaknya bagiku sebagai boru ketika di pesta
apabila tidak lagi bertugas sebagai parhobas karena saya tidak
lagi capek-capek untuk meladeni para tamu di pesta. Saya bisa
lebih tenang dan bisa lebih fokus untuk menyaksikan jalannya
acara adat tanpa harus terganggu dengan tugas dan peran itu.”
48
Universitas Sumatera Utara
Hal serupa juga diungkapkan oleh bapak N. Aritonang :
“Kalau bagi saya dengan adanya tukang masak di pesta-pesta
lebih enaknya kurasa karena tidak lagi capek dan direpotkan
dengan urusan memasak daging dan nasi sehingga saya bisa
santai ketika pesta berlangsung.”
3.3.1.2. Tidak Menyita Waktu Dalam Persiapan Pesta
Pengerjaan dalam mempersiapkan kebutuhan konsumsi dengan cara tradisi
marhobas memang membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Segala kebutuhan
yang diperlukan untuk kegiatan harus benar-benar dipersiapkan dengan baik
seperti bahan-bahan makanan dan juga barang-barang yang akan dipergunakan
harus dipersiapkan sebaik mungkin. Hal ini yang paling sering membebani pikiran
dan merepotkan bagi penyelenggara pesta padahal masih banyak hal lain yang
mesti diurus demi kelancaran pesta. Namun dengan adanya perubahan pada
kebiasaan marhobas yang membuat fungsi boru juga berubah diambil oleh pihak
catering ternyata membuat pelaksana pesta merasa terbantu.
Terbantu yang dimaksud dalam hal ini adalah mengenai pemakaian waktu,
jika
biasanya
penyelenggara
pesta
waktunya
terpakai
banyak
untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh para parhobas tapi dengan
tidak digunakannya tradisi marhobas maka waktu tidak banyak terbuang. Segala
keperluan lain dalam pelaksanaan pesta dapat diurus dengan lebih cepat, tidak lagi
terganggu atau memikirkan urusan kegiatan marhobas. Hal ini sesuai dengan
ungkapan dari informan ibu H. Hutagalung:
“Ketika anak ku menikah kemarin saya tidak lagi menggunakan
tradisi marhobas itu, karena saya pikir banyak kali waktuku untuk
mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan oleh para
parhobas untuk memasak. Padahal masih banyak persiapan-
49
Universitas Sumatera Utara
persiapan lain yang harus ku kerjakan untuk pesta, makanya saya
pesan catering agar beban pikiran tidak terlalu banyak dan
kerjaanku lebih ringan, biar ajalah gak usah ada peran parhobas
karena memang kebanyakan orang saat ini udah pake cateringnya.
3.3.2. Dampak Negatif
3.3.2.1. Menipisnya Rasa Solidaritas Masyarakat
Segala bentuk perubahan senantiasa akan membawa suatu akibat atau
dampak terhadap suatu kelompok masyarakat tertentu. Begitu juga dengan adanya
perubahan peran dari boru/gelleng dan dongan saulaon dalam pesta adat Batak
Toba pasti akan membawa pengaruh tertentu bagi masyarakat tersebut. Dengan
adanya beberapa makna adat yang sudah berubah dalam kehidupan sehari-hari
maka sudah pasti akan membawa akibat yang positif maupun negatif.
Dahulu pada awalnya beberapa tradisi adat yang menjadi budaya bagi
etnis Batak Toba, memang telah menjadi sarana pengintegrasi masyarakat Batak
Toba. Ketika tradisi-tradisi tersebut masih dipegang erat, ikatan sosial Batak Toba
terlihat sangat erat, atau dengan kata lain masyarakat Batak Toba terlihat memiliki
solidaritas yang tinggi. Sesuai dengan adat dan budaya Batak Toba ketika suatu
pesta perkawinan dilaksanakan maka sehari sebelum dan saat pesta berlangsung
maka para gelleng dan dongan sahuta baik laki-laki maupun perempuan akan
berkumpul untuk membantu berbagai macam persiapan dan menyediakan segala
macam perlengkapan
yang diperlukan dalam acara pesta adat yang akan
dilaksanakan.
Jauh- jauh hari sebelum pelaksanaan pesta, para anggota keluarga sengaja
diundang dan biasanya mereka akan ikut memberikan bantuan berupa konstribusi,
50
Universitas Sumatera Utara
seperti memberikan bantuan berupa tenaga maupun bantuan berupa materi. Sehari
sebelum pelaksanaan pesta para anggota keluarga, gelleng dan dongan saulaon
akan disibukkan oleh berbagai macam persiapan pesta. Hal inilah yang
menjadikan masyarakat Batak Toba menjalin sebuah interaksi yang erat sehingga
dengan sendirinya terjalinlah hubungan kekeluargaan dan persaudaraan yang erat
diantara mereka. Jadi kondisi yang seperti ini sudah menjadi suatu kebiasaan yang
dilakukan secara berulang-ulang, ketika para anggota keluarga yang lain maupun
masyarakat lainnya akan menggelar acara pesta adat Batak Toba.
Dari kondisi hubungan persaudaraan yang terjalin diantara masyarakat
Batak Toba, maka orang-orang yang ikut berpartisipasi tersebut merasa menjadi
bagian dari kelompok mereka. Bisa dikatakan bahwa mereka yang turut serta
memberikan bantuan pada acara pesta merasa bahwa pesta yang dilaksanakan itu
juga merupakan pesta mereka. Dari kondisi hubungan persaudaraan Batak Toba
tersebut, maka masyarakat merasa menjadi bagian dari kelompok mereka.
Kebersamaan yang mereka bangun ternyata juga menjadi perekat dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba. Saling bersilaturahmi, saling
bertegur sapa, saling tolong menolong, menjadi kenyataan dalam keseharian
masyarakat Batak. Inilah gambaran mengenai hubungan persaudaraan dan
kekeluargaan yang cukup erat, yang terjalin dari adanya nilai-nilai yang
terkandung dalam adat Batak Toba yaitu Dalihan Na Tolu. Namun sekarang
karena kebiasaan marhobas yang menjadi bagian dari berjalannya suatu pesta adat
tersebut sudah jarang atau tidak lagi dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba,
pastilah hubungan solidaritas sudah terkikis dan mengalami perubahan.
51
Universitas Sumatera Utara
Perubahan yang terjadi pada masyarakat Batak Toba memang pada
dasarnya ada dampak yang terlihat khususnya ketika akan berlangsungnya suatu
acara adat seperti pada intensitas interaksi yang semakin menurun diantara warga
desa Simanungkalit sebagai satu kelompok keluarga yang selama ini terjalin
dengan erat. Sekarang ini apabila ada anggota keluarga Batak Toba yang akan
melangsungkan pesta adat, maka para anggota keluarga, gelleng dan dongan
saulaon tetap diundang. Tetapi kehadiran mereka tidak sama seperti dahulu lagi
yaitu sehari sebelum dan sesudah pesta berlangsung. Sekarang hanya pada saat
pesta berlangsung saja mereka hadir.
Intensitas interkasi yang telah mengalami perubahan tersebut disebabkan
oleh kesibukan atau profesi yang harus dijalankan oleh masing-masing anggota
masyarakat. Karena banyaknya kesibukan warga masyarakat saat ini baik
pekerjaan diladang dan urusan yang lainnya, maka tidak adanya waktu yang
banyak menjadi alasan tersendiri bagi mereka.
3.3.2.2. Berkembangnya Sifat Individual
Adanya perubahan yang terjadi dalam tradisi atau kebiasaan marhobas
pada masyarakat Batak Toba ternyata memberikan efek yang merugikan terhadap
masyarakat itu sendiri. Dampak tersebut berupa berkembangnya sifat individual
atau sifat yang mementingkan diri sendiri dan rasa kepedulian terhadap orangorang disekitar menjadi menipis. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang
dulu, sifat kegotong-royongan, kerjasama, dan tolong-menolong merupakan suatu
sikap yang selalu tercermin ditengah-tengah masyarakat Batak Toba yang dapat
dilihat pada suatu acara pesta adat. Tetapi sekarang ini seiring dengan
52
Universitas Sumatera Utara
berkembangnya zaman yang sejalan dengan masuknya budaya global yang
mempengaruhi budaya lokal orang Batak maka cerminan dari sikap tersebut telah
memudar atau sudah berubah.
Kini semenjak hadirnya usaha jasa makanan atau semenjak peran dari
gelleng dan dongan saulaon tergantinkan oleh jasa catering dalam pelaksanaan
pesta adat maka menimbulkan sifat yang individualis diantara masyarakat Batak.
Secara perlahan rasa saling membutuhkan dan sikap saling peduli antara sesama
anggota masyarakat mulai hilang sehingga menyebabkan timbulnya sikap
kesombongan ditengah masyarakat Batak Toba.
3.3.2.3. Berkurangnya Konstribusi Boru Dalam Pesta Adat Batak Toba
Berdasarkan falsafah hidup orang Batak yaitu Dalihan Na Tolu bahwa
segala aktivitas yang dilakukan oleh orang Batak yang berhubungan dengan
segala upacara adat harus berdasarkan adat Dalihan Na Tolu. Bungaran Antonius
(2006:100) menjelaskan bahwa: Dalihan Na Tolu dapat diartikan sebagai
tumpuan tiga serangkai atau dalam definisi yang lebih jelas, Dalihan Na Tolu
merupakan suatu sistem sosial di tanah Batak yang menempatkan posisi masingmasing orang Batak pada kedudukan tertentu dimana setiap kedudukan ini
mempunyai fungsi dan tanggung jawab tersendiri.
Ketiga unsur Dalihan Na Tolu merupakan satu kesatuan yang integral
bagi masyarakat Batak, yang selalu bersama-sama dalam setiap aktivitas adat.
Namun saat ini kondisi tersebut mengalami perubahan terkhususnya dalam
upacara pesta adat pernikahan Batak Toba. Hal itu terlihat dari peran boru yang
53
Universitas Sumatera Utara
kini telah mengalami pergeseran atau perubahan akibat dari masuknya pengaruh
budaya global ke dalam sistem adat-istiadat masyarakat Batak Toba.
Hadirnya jasa catering di tengah-tengah masyarakat Batak Toba yang
bermukim di pedesaan merupakan salah satu pengaruh budaya global yang sudah
menjadi suatu hal yang bersifat umum/universal bagi masyarakat. Hal yang umum
tersebut telah memberikan suatu kemudahan dan kepraktisan kepada masyarakat
sehingga sangat membantu mereka dalam melakukan aktivitas maupun kegiatan
dalam hidupnya. Kini dalam pelaksanaan pesta adat sebagian besar masyarakat
Batak Toba sudah lebih menggunakan jasa usaha makanan dari pada
mempertahankan tradisi budaya lokal marhobas dalam mempersiapkan segala
kebutuhan yang berkaitan dengan bagian konsumsi dan pelayanan dalam pesta.
Dengan tergantikannya tugas dan tanggung jawab boru yang kini telah diberikan
kepada pihak jasa catering maka hal ini pun memberikan dampak pada pesta adat
tersebut. Dampak yang dimaksud adalah mengenai konstribusi boru didalam pesta
adat Batak Toba menjadi berkurang atau tidak lagi menonjol seperti dulu ketika
mereka masih bertanggung jawab penuh dalam pengerjaan konsumsi makanan.
Peran boru terkait dengan konsumsi pada saat acara pesta tersebut
memang masih ada tetapi hanya sebagian kecil saja. Peran yang dimaksud yaitu
boru hanya sekedar ikut membantu membagikan makanan pada para tamu
undangan tapi itupun jika dibutuhkan. Para boru yang ikut andil dalam membantu
pun hanya beberapa orang saja sedangkan pihak boru lainnya ikut membaur dan
duduk bersama para tamu undangan.
54
Universitas Sumatera Utara
Biasanya boru yang ikut berkonstribusi tersebut hanya ikut mengechek
atau sekedar memastikan saja apakah semua tamu undangan sudah mendapat
makanan atau belum. Jika memang masih ada yang belum mendapat jatah maka
boru tersebut akan mengasihtahu dan memberikan arahan pada pekerja catering
dan bisa juga ikut membantu membagikan makanan tersebut. Keadaan ini
menjadikan posisi seseorang sebagai boru dalam pesta tersebut menjadi kurang
dikenal, bahkan para hadirin yang hadir pun terkadang tidak mengetahui bahwa
orang tersebut merupakan boru di pesta itu. Hal inilah yang membuat konstribusi
atau peran boru menjadi kurang menonjol dalam pesta adat Batak Toba.
3.4. Kelebihan dan Kelemahan Pada Penggunaan Catering dan Marhobas
3.5.1. Kelebihan dan Kelemahan Catering
a. Kelebihan Catering
1. Pekerjaan Lebih Praktis
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari para masyarakat Batak
Toba mengenai kelebihan penggunaan jasa catering di dalam acara pesta adat
adalah semua pekerjaan dalam mempersiapkan pesta akan lebih praktis.
Maksudnya dalam hal ini bahwa ternyata dengan menggunakan catering, pihak
penyelenggara pesta sangat terbantu dan mempermudah mereka dalam
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjamu para tamu undangan
pesta.
Dengan adanya catering masyarakat tidak perlu lagi repot dalam
mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan bagian konsumsi pada pesta,
55
Universitas Sumatera Utara
karena semuanya sudah ditanggungjawabi sepenuhnya oleh pihak catering. Cara
kerja catering yang simpel dan tidak merepotkan menjadi salah satu penyebab
masyarakat desa Simanungkalit menjadi lebih tertarik menggunakan jasa catering.
Hal senada diungkapkan oleh P. boru Simanjuntak
“Kalau dulu saya masih ingat setiap acara pesta adat khususnya
perkawinan, selalunya mengandalkan jasa parhobas. Parhobas itu
adalah gelleng dan dongan sahuta. Namun sekarang ini setelah
adanya catering, orang-orang disini pun menjadi beralih ke
catering. Katanya mereka penggunaannya lebih simpel dan lebih
praktis sehingga yang punya pesta tidak terlalu repot lagi untuk
mengurus persiapan pestanya” (wawancara 6 mei 2017)
2. Kualitas dan Mutu Makanan Terjamin
Usaha catering menyajikan dan menawarkan makanan berupa lauk pauk
yang lebih higenis dan nikmat jika dibandingkan dengan makanan yang dimasak
oleh para boru dan dongan sahuta dalam kerjasama marhobas. Makanan yang
disajikan oleh pihak catering dalam sebuah pesta kenikmatannya sudah terjamin.
Lauk-pauk yang disajikan dalam sepiring nasi sudah dilengkapi dengan daging,
sayur, buah pencuci mulut serta satu aqua gelas. Selain itu kebersihan makanan
yang disajikan juga sudah terjamin. Inilah yang merupakan salah satu kelebihan
dari catering.
Hal yang demikian sesuai dengan pendapat informan E.
Simanungkalit :
“Makanan yang disediakan yang dimasak oleh jasa catering
memang pastilah lebih enak dan lebih nikmat. Karena kan orang
yang memasaknya juga sudah memiliki keterampilan dan
pengalaman dibidang memasak masakan kita orang Batak.
Penyajian makanannya pun pastinya sudah terjamin kebersihannya
karena itu juga mempengaruhi pelanggan yang mau memesan. Jika
makanannya tidak bersih mau tidak mau pelanggan pun akan lari
gak jadi memesan. Itulah sebabnya mengapa masyarakat di desa
56
Universitas Sumatera Utara
ini menjadi lebih memilih catering meski harganya lebih mahal
dari pada dikerjakan secara marhobas” (wawancara mei 2017)
3. Pelayanan Yang Teratur
Kinerja dari pihak jasa catering yang bertugas di dalam acara pesta adat
Batak Toba terlihat lebih bagus dan memadai. Kondisi tersebut tercermin dari
pelayanan mereka yang tertata dengan baik dan teratur. Pada saat para pekerja
catering melayani para tamu undangan atau orang-orang yang hadir di pesta maka
sikap yang mereka tunjukkan akan tertib dalam membagikan makanan. Mereka
akan langsung mengatur posisi untuk membagikan makanan dan para pekerja
catering memberikan arahan yang tegas kepada para tamu undangan.
Arahan yang diberikan bermaksud supaya ketika pembagian makanan
orang-orang yang hadir di pesta tidak ricuh dan suasana pun dapat kondusif dan
tentram.
Foto 3.1
Pembagian makanan pada pesta Batak
Sumber: Dokumentasi Pribadi
57
Universitas Sumatera Utara
Foto 3.2
Pelayanan pihak Catering pada saat pesta
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dalam hal pembagian jatah makanan di pesta, pihak catering selalu
berusaha supaya para tamu undangan yang hadir mendapatkan makanan dengan
merata dan pembagiannya pun teratur. Artinya makanan yang mereka bagikan
tersebut dapat tersalur dengan merata ke semua para tamu sehingga semua orang
mendapatkan makanan sesuai dengan pesanan dari pihak yang membuat pesta.
4. Barang Perlengkapan Konsumsi Merupakan Tanggung Jawab Catering.
Dalam suatu acara pesta adat yang menggunakan jasa catering sebagai
pihak yang menyediakan segala keperluan konsumsi maka sudah menjadi
tanggung jawab mereka untuk menyediakan perlengkapan menyangkut konsumsi.
Perlengkapan yang dimaksud seperti piring tempat nasi, talam sebagai wadah
tempat ikan arsik, ember sebagai tempat daging dan lainnya semua disediakan
oleh pihak catering. Jika ada barang-barang perlengkapan milik mereka yang
yang tercecer atau hilang pada waktu pelaksanaan pesta maka hal itu ditanggung
58
Universitas Sumatera Utara
sendiri oleh pihak catering. Hal itu tidak ada sangkut pautnya dengan pihak
penyelenggara pesta. Pihak yang mengadakan acara pesta tidak perlu ganti rugi
dengan hilangnya barang tersebut dan mereka tidak perlu ikut kesusahan untuk
mencari barang tersebut karena itu merupakan konsekuensi dari usaha dalam
bidang catering.
5. Pilihan Menu Makanan Beragam
Keuntungan lain ketika menggunakan jasa dari catering adalah terkait
pilihan menu yang lebih bervariasi atau bermacam-macam yang dapat dipilih
sesuai kebutuhan. Orang yang ingin memesan lebih leluasa dalam memilih menu
makanan serta snack berupa kue khas batak yang diinginkan. Adapun beberapa
pilihan menu yang tersedia dalam salah satu usaha jasa makanan yang bernama
Rizky Catering adalah Saksang Arsik, Na Niura, Babi Panggang, Ayam Gota, Na
Tinombur, Daun Ubi Tumbuk, Babi Kecap, Tanggo-Tanggo, Ayam Gulai, Urap,
Kue Lapet, Kue Pohul pohul, Kue Benti.
b. Kelemahan Jasa Catering
1. Jatah Makanan Terbatas
Menurut pendapat dan penilaian masyarakat Batak Toba jika suatu acara
pesta adat menggunakan jasa catering maka makanan yang disajikan pada para
tamu undangan yang hadir porsinya sedikit. Dalam acara pesta tersebut para tamu
juga biasanya tidak mendapat nasi tambah, sehingga jika ada orang-orang yang
masih merasa lapar maka hasrat makannya tidak terpuaskan. Apalagi umumnya
para laki-laki pasti memiliki nafsu makan yang kuat oleh sebab itu mereka merasa
tidak puas dalam jamuan makan dalam pesta tersebut.
59
Universitas Sumatera Utara
Selain itu masyarakat juga mengeluhkan soal jatah makan, dimana dalam
pelaksanaan pesta para hadirin yang hadir cukup hanya mendapat satu porsi jatah
makanan saja. Hal ini membuat para tamu khususnya para ibu-ibu tidak bisa lagi
membawa makanan lebih atau makanan sisa dari pesta untuk dibawa pulang ke
rumah. Memang tak dipungkiri jika menggunakan jasa catering jumlah atau
kuantitas makanan yang di pesan pas-pasan atau secukupnya saja sesuai dengan
perkiraan jumlah target undangan. Tetapi terkadang ada juga kondisi dimana para
tamu bisa dapat jatah makan lebih, namun kondisi itu biasanya terjadi karena
jumlah orang yang hadir di pesta lebih sedikit dari yang diperkirakan.
Sehingga jatah makanan untuk orang yang tidak hadir bisa dibagikan lagi pada
para tamu yang hadir di pesta tersebut.
2. Kuantitas Penyediaan Makanan Lebih Beresiko
Masyarakat desa Simanungkalit mengatakan bahwa salah satu yang perlu
diwaspadai ketika memutuskan untuk menggunakan jasa catering dalam acara
adat adalah resiko mengenai kurangnya makanan atau konsumsi tidak mencukupi.
Dalam hal ini pihak yang akan melaksanakan pesta diharapkan memesan jumlah
makanan harus sesuai dengan target, artinya jangan sampai melenceng atau salah
tafsir. Pemesanan makanan harus disesuaikan dengan banyaknya tamu yang
diundang hadir kepesta, dan ada baiknya jika jumlah atau kuantitas konsumsi
yang di pesan agak dilebihkan dari jumlah tamu undanganya. Hal itu dilakukan
sebagai langkah untuk mengantisipasi kekurangan makanan dalam pesta.
Jika pihak pembuat pesta sempat salah dalam memesan jumlah makanan
maka dipastikan pesta yang akan berlangsung mengalami situasi yang tidak
60
Universitas Sumatera Utara
kondusif. Dalam acara pesta tersebut sebagian orang tidak akan mendapat jatah
makanan dan kondisi yang demikian merupakan suatu hal yang memalukan dalam
suatu acara pesta masyarakat Batak Toba. Pihak keluarga yang mengadakan pesta
mau tidak mau harus siap menanggung rasa malu tersebut. Karena tidak mungkin
lagi jika jumlah jatah makan ditambahi berhubung pihak catering hanya memasak
dan menyediakan makanan sesuai dengan yang telah di pesan sebelumya. Inilah
resiko yang harus siap tanggung dan dihadapi jika menggunakan jasa catering
sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam masalah konsumsi di dalam acara
pesta adat Batak Toba.
3. Membutuhkan Biaya Lebih Banyak
Tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan jasa pelayanan makanan dalam
suatu pesta pasti akan membutuhkan biaya yang sedikit lebih banyak dari pada
tidak menggunakan sebuah jasa. Kondisi ini juga dialami oleh masyarakat Batak
Toba yang berada di desa Simanungkalit Kabupaten Tapanuli Utara. Menurut
pendapat masyarakat disana jika didalam pelaksanaan sebuah pesta adat Batak
menggunakan jasa makanan berupa catering maka biaya yang dikeluarkan pasti
lebih banyak dari pada menggunakan jasa dari boru dan dongan sahuta. Namum
memang hal itu sesuai dengan pelayanan yang mereka lakukan baik dari segi
kinerjanya maupun dari segi makanan yang disajikan dalam pesta. Hal itu
diungkapkan oleh informan P. boru Panggabean
“Penggunaan jasa catering pada acara-acara pesta-pesta memang
membutuhkan biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan tetap
menggunakan jasa dari para pihak parhobas. Karena kalau pakai
catering pelayanan dan penyediaan makanannya sudah lebih
bagus. Dalam sepiring nasi itu sudah lengkap dengan daging,
sayur urapnya, aqua gelas dan biasanya dilengkapi juga dengan
61
Universitas Sumatera Utara
sebiji buah pisang. Selesai makan dikasih juga snacknya berupa
kue bisa kue lapet, kue pohul-pohul ataupun kue benti, pokoknya
kue khas batak. Makanan dan kue yang dimasak juga sudah
terjamin enak. Saya rasa itu yang membuat makanan catering ini
menjadi lebih mahal walaupun perbndingannya tidak terlalu
jauh.”
3.5.2. Kelebihan dan Kelemahan Tradisi Marhobas Dalam Pesta
a. Kelebihan Tradisi Marhobas
1. Terjaganya Rasa Kebersamaan Di Tengah Masyarakat Batak Toba.
Tradisi marhobas sebagai kebiasaan yang dimiliki dan diterapkan oleh
masyarakat batak dalam pelaksanaan acara pesta adat sampai sekarang masih
dapat dijumpai. Kuantitas dari pelaksanaan tradisi tersebut akhir-akhir ini sudah
jauh berkurang jika dibanding dengan zama dulu. Di desa Simanungkalit sendiri
pelaksanaan tradisi ini sudah mulai jarang dilakukan dalam kegiatan acara pesta
adat. Menurut masyarakat desa setempat, jika tradisi kerjasama marhobas masih
dilaksanakan di pesta maka tentu akan membawa dampak yang positif terhadap
masyarakat Batak itu sendiri.
Misalnya saja dalam hal melestarikan rasa kepedulian dan sikap tolongmenolong yang sudah
terjalin di masyarakat selama ini. Rasa saling peduli,
kerjasama tim, saling bantu membantu merupakan suatu situasi yang selalu
tercermin dari tradisi marhobas. Tradisi ini mengajarkan supaya masyarakat
Batak Toba memiliki rasa kepedulian terhadap sesama sehingga tidak
menciptakan manusia yang individualis. Dari tradisi ini maka suasana
kebersamaan yang terjalin antara pihak penyelenggara pesta, boru maupun
62
Universitas Sumatera Utara
dongan sahuta akan semakakin erat. Dari kondisi ini akan tercipta suatu kebiasaan
tolong-menolong yang bersifat sikap timbal-balik diantara masyarakat Batak Toba
Foto 3.3
Kegiatan memotong daging dalam tradisi marhobas
Sumber: Informan T.Simanungkalit
Foto 3.4
Kegiatan memasak nasi dan teh dalam tradisi marhobas
Sumber: Informan T.Simanungkalit
63
Universitas Sumatera Utara
2. Menghargai Dongan Saulaon
Salah satu manfaat kelebihan jika menggunakan jasa parhobas di dalam
pelaksanaan acara pesta adat Batak adalah dongan saulaon/ dongan sahuta akan
merasa lebih dihargai oleh pihak yang melaksanakan pesta. Seperti yang diketahui
bahwa kegiatan marhobas itu dikerjakan dan dilaksanakan oleh orang-orang
yang memiliki posisi dan jabatan sebagai boru dan dongan saulaon dalam sebuah
pesta adat. Jika keluarga pihak pembuat pesta masih mengandalkan jasa parhobas
sebagai pelayan dalam acara pestanya maka para gelleng terutama dongan sahuta
akan merasa lebih dihargai oleh pihak yang berpesta.
Dalam hal ini dikatakan dongan sahuta akan merasa lebih dihargai karena
ketika tradisi marhobas masih dipakai dalam suatu pesta tentunya pihak yang
mengadakan pesta akan datang
mengundang para dongan sahuta. Dengan
diundangnya dongan sahuta secara langsung ke rumah mereka masing-masing
maka mereka akan merasa dihargai sebagai teman satu lingkungan adat. Selain itu
mereka merasa bahwa konstribusi mereka ternyata masih berharga dan
diperlukan oleh sesama warga di tempat tersebut. Sehingga situasi tersebut akan
membuat dongan sahuta merasa ikut sebagai bagian dari pihak yang mengadakan
pesta serta merasa bahwa pesta yang berlangsung juga merupakan pesta mereka.
3. Jatah Makanan Memuaskan
Pada umumnya dalam pelaksanaan acara pesta adat Batak Toba yangmana
jika makanannya