Gedung Pesta Batak Toba (Neo Vernakular) Chapter III VI

71

BAB III
VESKRIPSI PROYEK

3.1

Terminologi Judul
Proyek yang akan dirancang dalam tesis ini adalah suatu bangunan tempat

pelaksanaan kegiatan adat bagi masyrakat Batak Toba di kota Medan. Perancangan
bangunan ini akan melalui sebuah proses pendekatan desain, yaitu pendekatan desain
bangunan yang sejenis dari segi fungsi bangunan yang akan membantu dan menjadi
landasan untuk menghasilkan rancangan yang baik dan sesuia dengan fungsi yang
diinginkan.
3.1.1 Intepretasi Judul Proyek
Kasus yang didesain dalam tesis ini adalah “Gedung Pesta Batak Toba di
Medan”. Maka dilihat dari judul tersebut mengandung makna :
- Gedung
Bangunan tembok dan sebagainya yang berukuran besar sebagai tempat
kegiatan, seperti perkantoran, pertemuan, perniagaan, pertunjukan,

olahraga, dan sebagainya (http://kbbi.web.id/gedung).
- Pesta
Perjamuan

makan minum (bersuka ria dan sebagainya); perayaan

(http://kbbi.web.id/pesta).
- Batak Toba

Universitas Sumatera Utara

72

Suku Batak Toba merupakan sub atau bagian dari suku bangsa Batak
(https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak_Toba).
- Medan
Adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota terbesar di luar
Pulau Jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah
Jakarta dan Surabaya(https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan).
Gedung


ini merupakan bangunan komersial dengan fungsi utama sebuah

ruang serba guna yang sifat pemakaiannya insidental, artinya kegiatan yang dapat
diwadahi tidak secara rutin diselenggarakan. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat
penyelenggaraan acara-acara adat yang dikhususkan pada kegiatan pernikahan,
kematian, dan acara perkumpulan marga. Namun Selain itu, bangunan ini dapat
dipergunakan untuk berbagai jenis kegiatan, seperti konvensi, pameran, pertemuanpertemuan, konser musik (teater) dan berbagai jenis kegiatan lainnya dengan fasilitas
pendukung lainnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kasus desain ini adalah
mendesain suatu bangunan sebagai tempat kegiatan pertemuan dan acara-acara suku
Batak Toba yang ada di kota Medan. Dengan fungsi sebagai gedung pertemuan maka
bangunan ini setara dengan bangunan convention dan exhibition hall.

3.1.2 Tinjauan Convention and Exhibition Hall
a. Pengertian Convention and Exhibition Hall

Universitas Sumatera Utara

73


Convention didefinisikan sebagai pertemuan orang – orang untuk sebuah
tujuan atau untuk bertukar pikiran, berupa pendapat dan informasi dari sesuatu
perhatian atau permasalahan bersama dari sebuah kelompok. Convention pada
umumnya tentang pemberian informasi yang dikemas dalam sebuah topik dan
biasanya terdapat pameran atau eksibisi di dalamnya (Lawson, 1981).
Selain itu juga dapat diartikan sebagai kegiatan berupa pertemuan antar
kelompok (negarawan, usahawan, cendikiawan, dan sebagainya) untuk
membahas masalah – masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama
atau bertukar informasi tentang hal-hal baru untuk dibahas. Konvensi
mempunyai beberapa tipe acara yaitu (Lawson, 1981):
1. Seminar: yaitu acara untuk bertukar informasi yang dipandu oleh
profesional dan terdapat interaksi tanya jawab di dalamnya. Biasanya
dihadiri lebih dari 30 orang.
2. Workshop: pertemuan yang bertujuan untuk melatih para pemula untuk
dapat saling bertukar ilmu. Acara ini biasanya dihadiri antara 30-35 orang.
3. Simposium: adalah diskusi panel para ahli yang terdapat pula pendengar
yang berjumlah besar.
4. Panel: terdapat 2 atau lebih pembicara yang saling berdiskusi yang
dipimpin oleh moderator.

5. Forum: Suatu diskusi panel yang mempertemukan antara 2 kubu yang
berbeda pendapat, dan dipimpin oleh seorang moderator.

Universitas Sumatera Utara

74

6. Ceramah: yaitu dengan 1 pembicara seorang ahli yang menjelaskan tentang
materinya.
7. Institusi: yaitu terdiri dari kursus dan kegiatan tatap muka antar kelompok
untuk membahas masalah atau materi.
Exhibition adalah pertunjukan atau pameran yang dilakukan secara umum,
atau kegiatan memamerkan. Dapat diartikan bahwa Exhibition merupakan
sebuah

kegiatan

pameran yang dilakukan di tempat umum

disaksikan oleh banyak orang.

kegiatan

menyebarluaskan

dan

bisa

Selain itu juga dapat merupakan suatu

informasi atau promosi. Exhibition punya 4

kategori (Lawson, 1981), yaitu:
1. Hotel Exhibition, biasanya terdapat di suatu tempat berupa hall pada area
hotel melalui acara konvensi
2. Consumer Exhibition dan Pameran berskala besar, acara ini dilakukan di
area khusus eksibisi atau Exhibition centre.
3. Peluncuran Produk, yaitu pameran tentang produk baru yang biasanya
dilakukan dalam skala kecil.
4. Stand Display yang acaranya bergabung dengan acara lain seperti seminar

dan sebagainya.
Kesimpulan dari uraian diatas, bahwa Convention and Exhibition Centre
adalah suatu tempat atau wadah yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan
khusus atau sebagai pusat kegiatan pertemuan (rapat, seminar, workshop,

Universitas Sumatera Utara

75

dan lain sebagainya) dan juga tempat pameran guna mengakomodir para
pelaku kegiatan.
b. Apek Perencanaan Convention and Exhibition Hall
Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sebuah
Convention and Exhibition Hall (Lawson (1981), yaitu:
1. Lokasi
Lokasi dan pencapaian harus memenuhi beberapa syarat yaitu:
a)

Lokasi berdekatan dengan jalan utama dan lalu lintas yang lancar.


b)

Berdekatan dengan hotel berbintang dan perkantoran

c)

Memiliki sistem lalu lintas dengan lebar jalan yang cukup lebar

d)

Pintu masuk harus terlihat jelas dan mudah dikenali.

e) Pintu masuk harus mempunyai fasilitas bag drop yang dapat dilalui
mobil dan taksi.
2. Ruang dan Fasilitas
Jenis ruang dan fasilitas yang tersedia adalah sebagai berikut:
a) Ruang Convensi Utama atau auditorium, berjumlah satu atau dua
dengan kapasitas antara 1000-3000 tempat duduk.
b) Ruang konvensi sedang atau ballroom berjumlah dua atau tiga buah
dengan kapasitas 200-500 tempat duduk.

c) Ruang pertemuan berjumlah empat sampai sepuluh buah dengan
kapasitas antara 20-50 tempat duduk.

Universitas Sumatera Utara

76

d) Exhibition hall.
e)

Servis food untuk peserta konvensi.

f)

Monitor televisi dan broadcasting.

g)

Pelayanan pers, cenference organizer untuk delegasi.


h)

Pelayanan penggandaan, printing, dan penerjemah bahasa.

i)

Pelayanan recording, filming, dan publisitas.

j)

Pelayanan parkir untuk delegasi (VIP) dan parkir umum.

3. Akustika
Penyelesaian kebisingan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a) Penyelesaian kebisingan secara outdoor yaitu dengan memperpanjang
medium yang dilalui gelombang bunyi agar intensitasnya menurun.
Caranya adalah menjauhkan posisi ruangan dari jalan yang dilalui
kendaraan atau benda bising lainnya.
b) Penyelesaian kebisingan pada selubung bangunan yaitu dengan
mengatur lubang-lubang udara pada dinding yang gunanya menyerap

suara dari dalam maupun luar.
c) Penyelesaian kebisingan ruangan dengan interior yaitu dengan
menambahkan lapisan pada dinding dan langit-langit bangunan yang
dapat menyerap pada beberapa sisi dan dapat memantulkan di sisi yang
lainnya.
4. Peraturan Bangunan Setempat

Universitas Sumatera Utara

77

Convention and Exhibition Centre harus mematuhi peraturan yang
ada di daerah tersebut, antara lain:
a) Garis Sepadan Bangunan (GSB)
Dalam pasal 13 UU No. 28 tahun 2002, Garis Sepadan Bangunan
merupakan garis yang membataskan jarak bebas minimum dari sisi
terluar sebuah masa bangunan terhadap batas lahan yang dibangun.
b) Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Adalah luas total maksimal lantai dasar bangunan dibandingkan
dengan luas lahan.

c) Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Adalah angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan
terhadap luas perpetakan atau luas tapak.
d) Ketinggian Bangunan (KB)
Adalah jumlah lapis bangunan yang dihitung dari lantai dasar
bangunan ataupun dari permukaan tanah.
5. Pelaku dan Pengguna
Mengingat bahwa Convention and Exhibition Centre adalah wadah untuk
kegiatan pertemuan dan pameran. Pelaku kegiatan dibagi menjadi beberapa
jenis, antara lain:
a) Peserta

Universitas Sumatera Utara

78

1. Pejabat Pemerintah meliputi delegasi pemerintah baik dalam
maupun luar negeri yang mengunjungi suatu konvensi dan pameran.
Biasanya tujuan mereka datang adalah untuk membahas masalah
negara. Untuk tujuan di eksibisi biasanya untuk melihat-lihat karya
seperti produk pameran sayembara arsitektur dan lain-lain.
2. Usahawan di bidang konvensi biasanya datang dalam bentuk
seminar produk. Dan dalam bidang eksibisi datang dalam pameran
promosi produk. Tujuannya tak lain untuk memperluas koneksi
antar pengusaha dengan konsumen dan masyarakat umum serta
pengusaha lainnya.
3. Cendekiawan dan profesional meliputi ilmuan dan sebagainya,
dalam acara konvensi mereka datang guna membahas suatu
permasalah sains dan atau membagi ilmu mereka dalam seminar
dan sejenisnya. Apabila dalam kegiatan pameran, tak terlalu sering
mereka melakukan pameran, namun biasanya pameran dilakukan
berupa memamerkan karya nya seperti pameran desain arsitektur
4. Peserta umum peserta ini biasanya datang dalam acara berupa
konser pertunjukan musik maupun kebudayaan. Dalam bidang
eksibisi, mereka datang untuk sekedar melihat pameran.
b) Masyarakat umum

Universitas Sumatera Utara

79

1. Penyelenggara disebut Organizing Comitee yang merupakan induk
atau sponsor dari penyelenggara acara beserta kepanitiaannya.
2. Pengelola pada umumnya bangunan seperti ini dikelola oleh pihak
swasta. Mereka mengelola dalam bidang perawatan bangunan,
kelancaran operasional, dan administrasi.
6. Persyaratan Ruang
Pada convention dan eksibition hall haruslah memenuhi persyaatan ruang
berupa sebagai berikut:
a.

Auditorium
Auditorium adalah tempat yang biasanya dimanfaatkan untuk
pertunjukan, seminar dan acara lain di dalamnya yang biasanya
menampung

peserta

yang

banyak.

Beberapa

faktor

yang

mempengaruhi dalam mendesain auditorium adalah:
1. Jumlah maksimal pengguna yang dapat ditampung.
2. Jenis kegiatan yang fleksibel sesuai dengan teknis ruangan. Misal
dapat digunakan untuk acara pertunjukan atau konser, namun di lain
waktu dapat digunakan untuk acara seminar, dan lain sebagainya.
3. Pelayanan yang digunakan dalam pre function hall seperti;
perjamuan, cofee bar, dan service.
4. Konfigurasi dan hubungan ruang sekitarnya.
5. Aksen dan persyaratan sirkulasi.

Universitas Sumatera Utara

80

6. Bentuk auditorium yang direncanakan.
Adapun bentuk auditorium dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan hubungannya dengan panggung (Ham,1972), yakni :
1. 360º Encirclement
Jenis ini memiliki letak panggung yang dikelilingi oleh audiensi di
semua sudutnya. Pintu masuknya berada di bawah atau sejajar
panggung. Bentuk ini di Indonesia diaplikasikan pada panggungpanggung tradisional seperti pendopo yang berada di tengah
(Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Bentuk auditorium 360 encirclement
(Ham, 1972)
2. 210-220 Encirclement
Posisi tempat duduk mengelilingi 2/3 dari panggung (Gambar 3.2).

Gambar 3.2 Bentuk auditorium 210-220 encirclement
(Ham, 1972)

Universitas Sumatera Utara

81

3. 210-220 Encirclement
Bentuk ini digunakan pada jaman romawi kuno, posisi audience
berada tepat di depan panggung. Bentuk ini dikenal dengan sebutan
“thrust stages”
4. 90 Encirclement
Bentuk ini mirip dengan kipas, pandangan seluruh audience
terfokus pada panggung. Bentuk ini fleksibel dengan back ground
screen.
5. Zero Encirclement
Bentuk ini biasa disebut “End Stages” yang memiliki stages
dikelilingi posisi audience. Bentuk ini muncul karena pilihan
struktur shell (Gambar 3.3).

Gambar 3.3 Bentuk auditorium zero encirclement
(Ham, 1972)

Sedangkan dari segi estetika pengaturan tempat duduk, perawatan,
pembersihan, jarak pandang, dan orientasi pada audio visual, kapasitas,

Universitas Sumatera Utara

82

dan lamanya evakuasi ketika terjadi bencana terdapat 2 sistem
penataan (Lawson, 1981), yaitu:
1. Sistem Tradisional
Tempat duduk disusun terbagi menjadi beberapa baris. Terdapat
jalur sirkulasi diantara pemisahan tempat duduknya (Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Sistem penataan auditorium tradisional
(Lawson, 1981)
2. Sistem Kontinental
Sistem tempat duduk yang dapat mengefisiensi ruang sehingga
dapat di masuki pengunjung lebih banyak dari sistem tradisional
(Gambar 3.5).

Gambar 3.5 Sistem penataran auditorium kontinental
(Lawson, 1981)

Universitas Sumatera Utara

83

b.

Banquet Hall dan Ballroom
Banquet hall adalah ruangan yang digunakan untuk kepentingan lain
dalam suatu acara. Misal untuk rapat, untuk ruang VIP atau untuk
menjamu tamu-tamu penting dalam event. Dalam mendesain Banquet
hall dan Ballroom perlu memperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1. Lokasi
Perletakan banquett hall harus dekat dengan dapur untuk pelayanan
banquet serta dapat dilalui untuk pelayanan lobbi. Hal ini
dimaksudkan agar mengurangi keramaian dalam ruangan hall serta
dapat mendukung pelayanan untuk kebutuhan makanan dan
minuman. Bentuk dari koridor servis harus memanjang sehingga
mudah dalam mengakses makanan atau minuman.
2. Desain Banquet Hall
Desain bangquet hall dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan. Desain
banquet hall harus menciptakan suasana menyenangkan. Untuk itu
disarankan untuk meninggikan langit-langit 4-6 meter agar hawa di
dalam ruangan sejuk, dan untuk dinding dan lantai diberi hiasanhiasan sesuai dengan tema atau kebudayaan setempat.

c.

Exhibition Hall

Universitas Sumatera Utara

84

Adapun yang menjadi persyaratan perencanaan exhibition hall antara
lain:
1. Persyaratan Ruang
Dalam perhitungan luas satu stand pameran membutuhkan 15m².
Jika peserta pameran sebanyak 100 peserta, maka kebutuhan ruang
yang dibutuhkan adalah 1500 m². Pada perencanaan Exhibition
Centre disini membutuhkan

ruang yang sangat besar. Dalam

gedung eksibisi besar biasanya memiliki ruang yang besar. Seperti
pada contohnya yaitu gedung eksibisi di dallas. Area ruangan
eksibisi di Dallas Convention Centre seluas 20.000m2 atau dapat
menampung sekitar 700-1000 peserta dalam satu gedung.
2. Lantai
Muatan spesifik untuk lantai permanen berkisar antara 14 sampai 17
KN/m2 (300-350 LBS/FT2). Kemudian seperti kebanyakan gedung
eksibisi, lantai harus menggunakan karpet karena karpet berguna
dalam menutup rangkaian kabel dan sebagai isolator, sehingga
mengurangi bahaya tersetrum.
3. Dinding
Beberapa tipe bahan dinding yang dapat dipakai di ruangan eksibisi
antara lain:
a. Beton dengan tekstur.

Universitas Sumatera Utara

85

b. Beton datar dengan dinding plester yang di finising cat atau
vynil.
c. Dilapisi dengan lembaran -lembaran logam yang dipadu dengan
struktur beton, balok-balok atau dengan pengisian tembok.
d. Tembok dengan hiasan lampu dan peredam suara.
4. Langit-langit
Langit-langit pada hall eksibisi harus mempunyai ketinggian
minimal 5 meter. Hal ini dikarenakan pengunjung yang banyak
akan menimbulkan kepengapan dalam ruangan, sehingga butuh
sirkulasi udara yang baik.
7. Parkir Kendaraan.
Banyak contoh konfigurasi kendaraan dalam ruang parkir, namun tujuan
desain ini adalah efisiensi penggunaan lahan, pola sirkulasi yang lancar
dan aman , ketertiban dan keteraturan. Pola konfigurasi kendaraan yang
dicatat efisien, adalah sebagai berikut:
a. Ukuran dasar ruang kendaraan dalam areal parkir adalah 2.30 x5,5 m/
per kendaraan.
b. Pola konfigurasi dengan berbaris, berbanjar, miring 45º berhadapan dan
miring 45º bertolak belakang, akan menghasilkan beberapa dimensi
ruang (Gambar 3.6).

Universitas Sumatera Utara

86

Gambar 3.6 Pola parkir
(Neufert,1996)
8. Struktural
Struktur bangunan Pusat Konvensi dan Eksibisi pada umumnya
dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti:
a. Strenghten/Kekuatan
Struktur bangunan harus kuat karena untuk keamanan juga untuk
menjadikan bangunan ini tahan lama sehingga mengurangi biaya
renovasi kerusakan.

Universitas Sumatera Utara

87

b. Bentang
Bangunan harus menggunakan bentang lebar karena fungsi dari
gedung konvensi eksibisi adalah hall yang digunakan ntuk kegiatan
berkumpulnya
kehadiran

suatu

kolom

kelompok

dalam sebuah

di tengah-tengah

acara. Sehingga

ruangan

akan

menjadi

pengganggu.
c. Keamanan
Keamanan pada struktur tidak hanya berhubungan dengan kekuatan
bangunan

saja,

namun

juga

desain

struktur

yang tidak

membahayakan keselamatan pengunjung seperti perletakan balok
dan kolom.
d. Tahan lama
Bangunan

konvensi

eksibisi

ini

diharuskan ekonomis,

karena

penggunaannya yang tidak setiap hari. sehingga apabila bangunan itu
kuat dan berumur panjang, akan mengurangi biaya renovasi yang
tidak terasa akan merugikan pemilik dan pengelola.
Beberapa kemungkinan struktur atap modern yang memenuhi kriteria
di atas dan dapat diterapkan pada Convention Center adalah :
a. Struktur rangka ruang
Struktur

rangka

dimensional

atau

dalam

space
satu

frame

ruang

menyalurkan

gaya-gaya

secara bersama-sama

3

dengan

Universitas Sumatera Utara

88

menggunakan batang-batang baja yang dihubungkan satu dengan
lain sehingga membentuk rangka 3 dimensi (Schodek, 1991). Ruang
akan terbentuk dari susunan bidang yang saling terhubung satu sama
lain (Gambar 3.7).

Gambar 3.7 Struktur rangka ruang
(Wikipedia, 2007).

b. Struktur kabel
Struktur atap yang menggunakan kabel baja sebagai penyalur gaya
yang tahan terhadap gaya tarik. Bentuk struktur bangunan yang ada
hanya mampu menahan gaya tarik atau sering disebut dengan form
active structure (Schodek, 1991). Daya tarik yang tinggi dari baja
dengan efesiensi tarik murni memungkinkan kabel baja sebagai
elemen struktur yang dapat menutup ruang secara efisien (Gambar
3.8).

Universitas Sumatera Utara

89

Gambar 3.8 Struktur kabel
(Adi, 2011)

c. Struktur membran/tenda
Struktur membran murni merupakan struktur atap yang menggunakan
membran tipis sebagai penutup atap yang digantung pada satu atau
beberapa buah tiang dan tepi membran ditarik dengan kuat dan
dipancangkan ke tanah sehingga membran dapat mengembang dan
menutup

ruangan (Schodek, 1991). Namun

dipergunakan

struktur

membran

sekarang
tidak

murni

ini

banyak
dengan

menggabungkannya dengan rangka baja atupun dengan struktur kabel.

Universitas Sumatera Utara

90

d. Struktur folded plate
Merupakan struktur atap yang terbentuk dari lipatan-lipatan bidang
datar dan kekakuannya terletak pada kesatuan bentuknya (Schodek,
1991). Bentuk yang dihasilkan juga cukup estetis dengan lipatanlipatan yang dibuat (Gambar 3.9).

Gambar 3.9 Contoh struktur folded plate
(Wardhani, 2011).

e. Struktur Rangka Kaku
Struktur rangka kaku merupakan struktur yang terdiri dari atas
elemen-elemen linear, umumnya balok dan kolom yang saling
dihubungkan pada ujung-ujungnya oleh titik hubung yang dapat
mencegah

rotasi

relatif

diantara

elemen

struktur

yang

dihubungkannya (Schodek, 1991).

Universitas Sumatera Utara

91

f. Struktur rangka batang
Struktur rangka ruang menyalurkan gaya-gaya 2 dimensional dalam
satu

bidang

dengan

menggunakan

batang-batang

baja

yang

dihubungkan satu dengan lain (Schodek, 1991).

Gambar 3.10 Berbagai bentuk struktur rangka batang
(Affandy, 2012).

g. Struktur busur
Struktur ini menyalurkan gaya-gaya melalui busur lengkung. Busur
lengkung

tersebut

dapat

terbentuk

dari

rangka-rangka

baja.

Kekuatannya didapat dari sifat kelengkungannya (baik lengkung
yang vertikal maupun horizontal) itu serta pada kekuatan titik topang
atau simpulnya, sehingga penyaluran gaya ke titik simpul merata

Universitas Sumatera Utara

92

sepanjang busur. Bentang yang dapat dinaungi pun tak terbatas.
Bahan yang dapat digunakan sebagai penutup atap bermacam-macam,
dapat dengan stainless steel (Gambar 3.11).

Gambar 3.11 Berbagai bentuk struktur busur
(Zenosphere, 2010)

9. Mekanikal
Dalam pendesainan mekanikal terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan sebagai berikut :
a. Sistem Penyediaan dan Distribusi Air Bersih

Universitas Sumatera Utara

93

Penyediaan air bersih dapat diperoleh dari PAM atau sumur artetis
dengan kedalaman 100 meter lebih. Pada bangunan yang cukup
tinggi ada dua macam sistem pendistribusian air bersih, yakni :
1) Down Feed System
Air

bersih

bangunan

dari
dan

saluran
ditampung

PAM masuk
dalam

ke

ground

dalam distribusi
reservoir, dengan

menggunakan pompa air bersih dinaikkan ke reservoir pada atap
bangunan untuk selanjutnya secara gravitasi air dialirkan ke tiaptiap ruang yang membutuhkan.
2) Up Feed System
Air bersih dari saluran PAM masuk ke dalam distribusi bangunan
dan ditampung dalam ground reservoir, dengan menggunakan
pompa air bersih didistribusikan ke tiap-tiap lavatory.
b. Sistem Pengolahan Air Buangan
Sistem pembuangan air kotor dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Sistem pembuangan air bekas
Air bekas yang dimaksud adalah air bekas cucian pakaian,
cucian peralatan makan, atau peralatan memasak dan beberapa
macam cucian lainnya. Pipa pembuangan digunakan pipa-pipa
PVC

atau pipa beton dengan

diameter

yang

diperhitungkan

ukurannya. Mengingat panjang PVC 4 m, maka tiap 4 m dibuat

Universitas Sumatera Utara

94

sambungan atau dihubungkan dengan pipa-pipa lain. Untuk pipa
vertikal, hubungannya menggunakan sambungan dengan sudut
lebih kecil dari 90 derajat sehingga tidak terjadi air memgalir
balik. Pembuangan air bekas

ini

dapat

dialirkan

ke saluran

lingkungan atau saluran kota.
2) Sistem pembuangan air limbah
Air limbah adalah air bekas buangan yang bercampur kotoran
atau air yang berasal dari lavatory. Saluran air limbah di tanah
atau di dasar bangunan dialirkan pada jarak sependek mungkin
dan tidak diperbolehkan membuat belokan-belokan tegak lurus,
dialirkan dengan kemiringan 0,5-1% ke dalam septictank.
Terdapat 2 macam air buangan, yaitu air kotor dan air hujan,
dengan 3 sistem buangan, antara lain:
a) Sistem Terpisah
Air kotor dan air hujan ditampung dan dialirkan oleh sistem
masing-masing secara terpisah. Pemilihan sistem ini didasarkan
atas beberapa pertimbangan antara lain:
1. Periode musim hujan dan kemarau yang lama.
2. Kuantitas yang jauh berbeda antara buangan air kotor dan air
hujan.

Universitas Sumatera Utara

95

3. Air

buangan

memerlukan

pengolahan

terlebih

dahulu

sedangkan air hujan tidak perlu dan harus secepatnya dibuang
ke sungai.
b) Sistem tercampur (combined system)
Air kotor dan air hujan dialirkan melalui satu saluran yang sama.
Saluran ini harus tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan pada
beberapa pertimbangan, antara lain:
1. Debit masing-masing buangan relatif kecil sehingga dapat
dijadikan satu
2. Kuantitas air kotor dan air hujan tidak jauh berbeda.
3. Tingkat perbedaan curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.
c) Sistem kombinasi (pseudo separate system)
Merupakan perpaduan antara saluran air kotor dan saluran air
hujan di mana pada waktu musim hujan air kotor dan air
hujan tercampur dalam s aluran air kotor, sedangkan air hujan
berfungsi sebagai pengecer dan penggelontor. Kedua saluran
ini tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem pipa
interceptor.
c. Sistem Pengelolaan Sampah
Pembuangan sampah pada Convention Center pada umumnya
adalah dengan menggunakan tempat sampah, yaitu sampah dari

Universitas Sumatera Utara

96

masing-masing ruangan maupun bangunan, dikumpulkan pada
kantong-kantong

sampah,

kemudian

dibuang

melalui

shaft

sampah yang langsung sampai ke lantai dasar, di mana terdapat
penampungan

sampah. Untuk bangunan

Convention Center,

biasanya karyawan kebersihan mengambil sampah dari tiap unit
ruangan konvensi dan titik-titik peletakan kantung sampah untuk
dimasukkan ke tempat penampungan sampah sementara, setelah
itu sampah-sampah tersebut akan dialihkan ke luar tapak oleh
Dinas Kebersihan Kota yang selanjutnya dibuang ke TPA.
d. Sistem Pemadaman Kebakaran
Instalasi pemadam api pada bangunan tinggi menggunakan
peralatan pemadam api instalasi tetap. Sistem deteksi awal
bahaya (Early Warning Fire Detection),
memberikan alarm

bahaya

atau

yang

langsung

secara otomatis

mengaktifkan

alat

pemadam. Terbagi atas dua bagian, yaitu system otomatis dan
sistem semi otomatis.
Pada sistem otomatis, manusia hanya diperlukan untuk menjaga
kemungkinan lain yang terjadi. Sistem deteksi awal terdiri dari :
a. Alat deteksi asap (smoke detector)
Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan
alarm bila ada asap di ruang tempat alat tersebut dipasang.

Universitas Sumatera Utara

97

b. Alat deteksi nyala api (flame detector)
Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali
dengan cara menangkap sinar ultraviolet yang dipancarkan
nyala api tersebut.
c. Hidran kebakaran
Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan
kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat baku
air. Jumlah pemakaian hidran adalah satu buah per luasan
800m2. Hidran ini dibagi menjadi:
1. Hidran kebakaran dalam gedung.
Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5”-2” harus
terbuat dari bahan yang tahan panas, dengan panjang 2030 meter.
2. Hidran kebakaran di ruang luar
Hidran di ruang luar menggunakan katup pembuka dengan
diameter 4” untuk 2 kopling, diameter 6” untuk 3 kopling
dan mampu mengalirkan air

250 galon/menit atau

950

liter/menit untuk setiap kopling.
d. Sprinkler
Alat ini bekerja bila suhu udara di ruangan mencapai 60 ºC-70
ºC. Penutup

kaca

pada

sprinkler

akan

pecah dan

Universitas Sumatera Utara

98

menyemburkan air. Setiap sprinkler head dapat melayani luas
area 10- 20m² dengan ketinggian ruangan 3 meter. Jarak antara
dua sprinkler head biasanya 4 meter di dalam ruangan dan 6
meter di koridor. Sprinkler

biasanya

diletakkan

di dalam

ruangan dan koridor.
e. Fire Extenghuiser
Berupa tabung yang berisi zat kimia, penempatan setiap 20-25
meter dengan jarak jangkauan seluas 200-250 cm.
f. Sistem Penangkal Petir
Penangkal petir harus dipasang pada bangunan-bangunan yang
tinggi, minimum bangunan 2 lantai (terutama yang paling tinggi
di antara sekitarnya). Ada beberapa system instalasi penangkal
petir, antara lain :
1. Sistem Konvensional atau Franklin
Batang yang runcing dari bahan copper spit dipasang paling
atas dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju ke
elektroda yang ditanahkan.
biayanya

murah, tetapi

demikian

system

radioaktif

ini

sehingga

Sistem ini cukup praktis dan

jangkauannya
merupakan

tidak

terbatas.

penangkal

membahayakan

Namun
petir non

lingkungan

sekitar.

Universitas Sumatera Utara

99

2. Sistem Sangkar Faraday
Sistem ini merupakan system penangkal petir yang biasa
digunakan di Indonesia. Bentuknya

berupa

tiang setinggi

30cm, kemudian dihubungkan dengan kawat menuju ke
ground. Memiliki jangkauan yang luas.
3. Sistem Preventor
System ini merupakan pengembangan dari sistem franklin,
dengan menambahkan alat yang
penangkal

franklin

yang

dipasang

disebut

pada

preventor.

ujung

Preventor

mengandung radio aktif yang sanggup menghasilkan ion-ion
listrik dalam jumlah besar. Ion tersebut dapat menghantarkan
listrik ke tanah. Preventor harus dipasang dengan benar,
karena berbahaya apabila pemasangannya salah.
10. Elektrikal
Dalam pendesainan mekanikal terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan sebagai berikut :
a. Sistem Penyediaan dan Distribusi Listrik
Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama.
Setelah

melalui

transformator

didistribusikan ke tiap-tiap

unit

(trafo),
kantor

dan

aliran

tersebut

fasilitas,

melalui

meteran yang letaknya jadi satu ruang dengan ruang panel (hal ini

Universitas Sumatera Utara

100

dimaksudkan untuk memudahkan

monitoring).

Untuk

keadaan

darurat disediakan generator set yang dilengkapi dengan automatic
switch system yang secara otomatis (dalam waktu kurang dari 5
detik) akan langsung menggantikan daya listrik dari sumber utama
PLN yang terputus. Generator set mempunyai kekuatan 70% dari
keadaan normal.

Perlu diperhatikan

bahwa

generator set

ini

membutuhkan persyaratan ruang tersendiri, untuk meredam suara
dan getaran yang ditimbulkan. Biasanya untuk mereduksi getaran
dan suara ini digunakan double slab, pada ruang ini juga bisa
dilapisi dengan rockwall.
b. Sistem Komunikasi
Berdasarkan

penggunaannya,

system

telekomunikasi

dapat

dibedakan dalam dua jenis yaitu:
1) Komunikasi Internal
Komunikasi

yang

komunikasi ini

terjadi

antara

lain

dalam

satu

intercom,

bangunan.

Alat

handy talky

(untuk

penggunaan individual dua arah). Biasanya digunakan

untuk

komunikasi antar pengelola atau bagian keamanan. Untuk sistem
ini menggunakan PABX (Private Automatic Branch Exchange).
2) Komunikasi Eksternal

Universitas Sumatera Utara

101

Komunikasi dari dan keluar bangunan alat komunikasi ini dapat
berupa telepon

maupun

faximile.

Biasanya digunakan untuk

komunikasi keluar oleh pengelola.
c. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan udara dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1) Penghawaan alami
Sistem penghawaan alami dengan menggunakan system silang
(cross

ventilation).

Berbagai

cara

dapat

digunakan

untuk

memungkinkan ventilasi silang antara lain dengan memberikan
bukaan pada dinding bangunan yang berlawanan atau berhadapan
untuk sirkulasi udara bersih dan kotor. Digunakan pada ruang-ruang
selain unit kantor maupun ruang service seperti lavatory, gudang,
dan dapur. Untuk bangunan berbentang lebar, system penghawaan
alami digunakan untuk keadaan tertentu.
2) Penghawaan Buatan
Penghawaan

buatan

dapat

dengan

menggunakan AC (Air

Conditioner) dan exhaust fan serta blower pada ruang tertentu.
Penggunaannya adalah sebagai berikut:
a.

AC Split atau AC Stempat
Disebut setempat karena udara yang dikondisikan hanya pada
salah satu ruangan, seperti pada retail dan kantor. Untuk

Universitas Sumatera Utara

102

bangunan sejenis Konvensi Eksibisi yang tergabung pada satu
gedung kurang efektif digunakan.
b.

AC Sentral
Sistem ini memerlukan menara pendingin (water cooling
tower) yang ditempatkan di luar bangunan. Pada bangunan ini,
AC Central diletakkan di ruang-ruang public seperti arena
pertandingan, koridor, hall, lobby, dan sebagainya. Untuk
mengalirkan udara, menggunakan sistem ducting.

c.

Exhaust Fan
Digunakan pada lavatory, pantry, dan dapur serta ruang – ruang
servis untuk mekanikal elektrikal.

d.

Blower
Blower digunakan pada ruang generator.

Sistem AC pada gedung konvensi dan eksibisi tergantung dari
beberapa faktor antara lain (Lawson (1981):
a. Skala dan Luasan
Untuk pusat kongres atau

pameran yang sangat besar yang

memungkinkan adanya bukaan dalam ruangan tersebut. Luasan
ruangan akan menjadi pertimbangan dalam memilih AC dan
kekuatan AC itu. Bisa menggunakan AC split maupun Non-split.
b. Ketentuan yang Digunakan

Universitas Sumatera Utara

103

Ketentuan yang ada biasanya digunakan untuk menentukan
jumlah minimal udara bersih yang harus dikeluarkan. Pada
ruangan mechanikal, dapur dan ruangan

lain diperlukan

ventilasi yang sesuai agar menjaga ruangan tersebut tetap
fresh.
c. Biaya Operasional
Biaya dalam ha l ini adalah biasa pengoprasian AC. Sebisa
mungkin menggunakan AC dengan efektif. Disarankan untuk
menggunakan AC dengan sistem ducting karena penggunaannya
lebih efisien dan hemat energi serta biaya dari pada AC split
biasa.
d. Sistem Pencahayaan (Lighting)
Terdapat dua macam system pencahayaan yang dapat digunakan
pada Convention Center yaitu:
1) Pencahayaan alami
Dengan intensitas cahaya matahari yang besar, terang langit
dapat dimanfaatkan untuk pencahayaan pada siang hari terutama
pada ruangan Eksibisi. Sedangkan ruangan lain yang dapat
memaksimalkan penggunaan pencahayaan alami yaitu ruang
servis, ruang pengelola, dan ruang penunjang. Selain itu, lobby

Universitas Sumatera Utara

104

juga dapat terkena cahaya alami, sehingga menghemat penggunaan
listrik apabila tidak digunakan.
2) Pencahayaan Buatan
Diutamakan penggunaan penerangan buatan pada ruang utama
yaitu

ruangan

konvensi agar dapat menciptakan suasana yang

dibutuhkan pada acara. Pada umumnya, system pencahayaan ini
digunakan pada seluruh ruangan. Pada ruangan Eksibisi, untuk
menghemat energi maka digunakan sistem – sistem yang dapat
menangkap cahaya matahari di siang hari. terlebih lagi acara
eksibisi seringnya dilaksanakan di siang hari.
Sistem pencahayaan buatan

dapat dibagi dua (Lawson (1981)

yaitu:
a. Pencahayaan Langsung
Pemasangan pencahayaan pada langit-langit auditorium yang
berukuran besar. Umumnya menggunakan pencahayaan vertikal
dengan sudut maksimal 10 derajat.
b. Pencahayaan Tak Langsung
Bentuk pencahayaan ini biasanya melingkar juga digunakan
untuk memecah pencahayaan di daerah khusus. Pencahayaan
yang melingkar dapat mengurangi tingkat kekontrasan.

Universitas Sumatera Utara

105

e. Sistem Audio Visual
Perlengkapan sound system dan audio visual yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1) Public Address sebagai sarana untuk mengumumkan informasi ke
seluruh penjuru bangunan.
2) Microphone dan speaker, yaitu alat pengeras suara yang digunakan
pada ruang utama.
3) Film Projector, yaitu alat yang digunakan untuk menampilkan
visualisasi pada suatu layar, biasanya digunakan pada auditorium.
4) OHP, sebagai alat perlengkapan untuk menampilkan presentasi pada
suatu layar pada ruang konvensi.
5) Simultaneous Interpreting System (SIS) merupakan alat untuk
menerjemahkan bahasa yang dibutuhkan pada ruang konvensi,
terutama pada ruang konvensi skala besar.
6) Audio High fidelity, yaitu alat untuk memberikan suara dan music
pada ruang konvensi.
7) CCTV, digunakan untuk memantau keamanan pada bangunan.

3.2

STUVI BANVING BANGUNAN SEJENIS
Dalam melakukan studi banding bangunan dengan fungsi sejenis, penulis
membaginya menjadi 2 yaitu lokal dan non lokal.

Universitas Sumatera Utara

106

3.2.1

Lokal
Dalam studi banding lokal ini diambil 3 lokasi yang merupakan yang paling
dikenalmasyarakat di kota Medan (Tabel 3.1)

Tabel 3.1 Perbandingan studi banding bangunan sejenis lokal
Hal
Perbandingan

Wisma Taman
Sari

Wisma Rumah
Gorga

Wisma HKBP
Sudirman

Alamat
Tahun Pendirian

Jl. Kapten Muslim
1980

Jl. Sudirman
1978

Fasilitas

1 Ruang Utama
3 Ruang
Tambahan
1 Ruang service

Daya tampung

Ruang Utama
1750 orang
2 ruang tambahan
masing-masing
200 orang
Lt 2 500 orang

Jl. Saudara
1998
Ruang Utama
1 Ruang
Tambahan
1 Ruang untuk
Pengantin
Kantor pengelola
Ruang utama 1000
orang
Lt. 2 500 orang

Akses menuju
Lokasi

Melalui jalan
arteri Primer,
dapat dilalui oleh
angkutan umum.

Melalui jalan
Lingkungan dan
tak dilalui oleh
angkutan umum.

Ruang Utama
1 Ruang
Tambahan

Ruang utama 900
orang
Lt 2 400 orang
Melalui jalan
arteri Primer,
namun tak dilalui
oleh angkutan
umum.

Universitas Sumatera Utara

107

Tabel 3.1 (lanjutan)
Hal
Perbandingan

Wisma Taman
Sari

Parkir

Memenuhi
kebutuhan parkir

Toilet

Kurang dan tidak
nyaman

Wisma Rumah
Gorga
Cukup namun
terkadang
melebihi kapasitas
sehingga sering
menimbulkan
kemacetan akibat
parkir di badan
jalan.
Cukup dan
nyaman

Wisma HKBP
Sudirman

Kurang sehingga
sering memakai
badan jalan.

Kurang namun
nyaman

Kesimpulan studi banding lokal:
1. Permasalahan utama dari ketiga tempat tersebut adalah parkir yang tidak memadai
dan nyaman serta kondisi prasarana seperti toilet dan dapur yang tidak nyaman.
2.

2 dari 3 tempat tersebut tidak menyediakan fasilitas ruangan khusus untuk
penyewa.

3. Permasalahan tentang akustika belum teratasi pada ketiga bangunan ini.

3.2.2

Non Lokal
Pada studi banding non lokal, penulis mengambil 3 buah bangunan sejenis
sebagai berikut.
a.

Marina Convention Center
Marina Convention Center merupakan salah satu fasilitas MICE
(Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) di kota Semarang yang

Universitas Sumatera Utara

108

dibangun tahun 2013. Gedung yang memiliki kapasitas daya tampung
hingga 5000 orang ini yang terletak dikawasan Pantai Marina, Semarang
utara yang berdekatan langsung dengan bandara udara (Gambar 3.12).

Gambar 3.12 Marina Convention Center
(Semarang, 2013)
Marina Convention Center ini merupakan gedung pertemuan yang dapat
dipergunakan untuk penyelenggaraan

pernikahan (wedding), exhibition,

meeting, concert, anniversary, maupun party salah satu nya adalah pergelaran
Festival Film Indonesia yang diadakan pada Desember

2013 yang lalu.

Karena bangunan ini terletak di kawasan pantai maka pengunjung akan dapat
menikmati pemandangan langsung menuju laut, serta tempat akan sangat
romantis dikala malam hari. Menggunakan konsep analogi “kapal pesiar”
karena letaknya yang berada di wilayah pantai yang sangat kental dengan
suasana laut sehingga pengunjung akan dapat menikmati pemandangan
langsung menuju laut, serta lokasi ini akan sangat romantis dikala malam hari.

Universitas Sumatera Utara

109

adapun fasilitas yang dimiliki:
1. Ruang

Konvensi: Ruangan ini berupa hall yang luas yang bisa

dimanfaatkan untuk pameran ataupun kegiatan konvensi dengan luas
kurang lebih 6000 m² dan kapasitas 5000 orang berdiri atau 3000 kursi
(Gambar 3.13).

Gambar 3.13 Interior Marina Convention Center
(Semarang, 2013)
2. Ruang Penunjang: Beberapa ruang penunjang disediakan di gedung ini
seperti front office, toilet, dan mushola.
3. Ruang Service: Terdapat beberapa ruang service sebagai pelengkap
kebutuhan beraktifitas seperti dapur, ruang genset, interpreter, locker,
lighning and sound control room, dan lain-lain nya.
4. Ruang Parkir: Kapasitas daya tampung parkir mobil yang luas mencapai
hingga 800 mobil menjadikan convention ini dapat menyelenggarakan
event-event yang berskala nasional maupun internasional (Gambar 3.14).

Universitas Sumatera Utara

110

Gambar 3.14 : Eksterior Marina Convention Center
Sumber: http://seputarsemarang.com/marina-convention-center/

b. Putrajaya International Convention Center
Putrajaya International Convention Centre ialah salah satu bangunan MICE
(Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang terletak di kawasan
Putrajaya Malaysia. Bangunan megah terinspirasi dari Kerajaan Melayu
selesai dibangun pada tahun 2003.

Gambar 3.15 Putrajaya International Convention Center
(Centre, 2003)

Universitas Sumatera Utara

111

Bangunan ini sendiri dilengkapi dengan sejumlah fasilitas disediakan seperti
ruangan pameran, ruang pertemuan, ruang konferensi, lounge, galeri, ruang
perjamuan, dua restoran, outlet belanja dan basement atau tempat parkiran
bawah gedung yang mampu menampung sampai 1.200 mobil (Gambar 3.17).

Gambar 3.16 Interior Putrajaya International Convention Center
(Centre, 2003)

Bangunan yang sangat ikonik ini mempunyai ciri bangunan yang berbentuk
melingkar serta terdapat taman intern di balik dinding kaca sehingga
memungkinkan pengunjung dapat menyaksikan keindahan taman dari dalam
(Gambar 3.17).

Gambar 3.17 Eksterior Putrajaya International Convention Center
(Centre, 2003)

Universitas Sumatera Utara

112

Kesimpulan studi banding non lokal:
1. Dari kedua studi banding non lokal ini dapat disimpulkan bahwa suatu
gedung conventional dapat digunakan untuk beragam kegiatan.
2. Massa bangunan dibentuk dari sebuah analogi bentukan suatu bentuk
yang membuat bangunan ini menjadi ikonik di lokasinya.
3. Penggunaan material modern melengkapi semua fasilitas yang disediakan
sangat baik untuk berbagai event yang akan dilaksanakan di kedua
bangunan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

113

BAB I
ANALISA DAN KONSEP

4.1

Lokasi Proyek
Dalam suatu proyek perancangan, lokasi menjaadi bagian yang sangat penting.

Hal itu agar bangunan ini dapat termanfaatkan secara maksimal sehingga tujuan nya
dapat tercapai. Pemanfaatan bangunan secara maksimal dapat tercapai apabila
kriteria-kriteria

yang

ada

dapat

terpenuhi

sehingga

masyarakat

dapat

menggunakannya.

4.1.1 Kritria Pemilihan Lokasi
Adapun dalam pemilihan lokasi memiliki beberapa kriteri sebagai berikut.
1. Syarat Pemilihan Lokasi Convention
Selain pemilihan lokasi menurut Lawson (1981) tentang percencanaan lokasi
dan pencapaian, tinjauan terhadap struktur kota dan fungsi khusus bangunan
juga menjadi perhatian dalam pemilihan lokasi pada penulisan ini.
2. Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Berdasarkan RUTRK, wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan
ditetapkan menjadi 5 wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), yaitu :

Universitas Sumatera Utara

114

Tabel 4.1 Wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP) dan Sub Pusat Kota
(SPK) Kota Medan.
N
o

1.

2.

3.

4.

5.

WPP

A

B

Sub Pusat
Kota
(SPK)

Belawan

E

Cakupan
WPP

Kegiatan/ Fungsi

Kel. Belawan I
dan Belawan II

Kec. Medan
Belawan, M.
Marelan dan
M. Labuhan

Pelabuhan, industri,
perumahan,
perdagangan, jasa
komersil, terminal,
pergudangan dan
konservasi

P. Brayan

Tanjung Mulia
Hilir

Kec. Medan
Deli

Perdagangan dan Jasa
(pasar indusk produk
industri), terminal, perumahan, perdagangan
dan perkebunan,industri
(KIM) dan pergudangan

Aksara

Kel. Pahlawan,
Kec. Medan
Perjuangan,
Kel. Bantan
Timur dan Kec.
M. Tembung.

Kec. Medan
Timur,
Perjuangan,
Area, Denai,
Tembung dan
Amplas

Perdagangan dan jasa
komersial, perumahan,
terminal.

C

D

Wilayah SPK

Pusat Kota

Pusat Kota

Pusat Kota

Pusat bisnis (CBD),
pemerintahan,
perumahan, dan
pendidikan.

Sei
Sikambing

Kel. Sei
Sikambing C,
Medan
Helvetia, Kel.
Simpang
Ranjung Medan
Sunggal

Kec. Medan
Sunggal dan
Kec. Medan
Helvetia.

Perdagangan dan jasa
komersial, perumahan,
terminal, konservasi,
lap. Golf dan Hutan
Kota

(Medan, 2005)

Universitas Sumatera Utara

115

3. Syarat Khusus Fungsi
Sebagai

gedung yang berfungsi sebagai tempat pelaksanaan acara adat

untuk pernikahan maka sebaiknya di pilih lokasi yang berdekatan dengan
kawasan pemukiman dan mempunyai area yang cukup luas untuk
memisahkan dengan kawasan sekitar serta berdekatan dengan rumah ibadah
sebab dalam pernikahan adat Batak Toba sangat erat hubungannya dengan
rumah ibadah (gereja). Selain itu fungsi pernikahan juga sebagai tempat
acara adat kematian untuk itu sebaiknya dipilih lokasi yeng mempunyai
akses langsung menuju jalan arteri ke luar kota. Hal ini menjadi perhatian
sebab kebiasaan suku Batak toba biasanya menguburkan sanak saudaranya
ke pemakaman keluarga yang berada di kampung halaman mereka.

4.1.2 Alternatif Lokasi
Sebagai fungsi bangunan convention budaya yang dapat dipergunakan oleh
seluruh masyrakat kota Medan terkhusus masyarakat Batak Toba sehingga
dapat juga menjadi suatu ikon kota ini untuk itu lokasi menjadi bagian penting,
dalam hal ini haruslah sesuai dengan peruntukan wilayah (WPP A) dan syaratsyarat lainnya. Maka berikut ini penulis mengajukan 2 alternatif pilihan lokasi
sebagai berikut:
1. Lokasi Usulan 1
Lokasi usulan pertama ini di alternatifkan sebab berada di jalur primer kota
Medan, dimana lokasi ini berada dekat dengan pusat kota namun mempunyai

Universitas Sumatera Utara

116

akses yang cukup banyak ke seluruh kota Medan. Adapun beberapa data
tentang lokasi usulan 1 ini adalah sebagai berikut:
a. Jl. G.Subroto, Kecamatan Medan Sunggal (Gambar 4.1).
b. Luas lahan ± 2,3 Ha.
c. Lebar jalan 12 meter.

Gambar 4.1 Peta lokasi usulan 1
(Maps,2017)

2. Lokasi Usulan 2
Pada usulan lokasi 2 ini dipilih masih pada jalur primer kota Medan namun
memiliki akses langsung menuju luar kota dengan berada pada jalan lingkar
kota Medan. Adapun beberapa data tentang lokasi usulan 2 ini adalah
sebagai berikut:
a. Jl. Asrama (Ring Road), Kecamatan Medan Helvetia (Gambar 4.2).
b.Kecamatan Medan Helvetia
c. Luas lahan ± 2,3 Ha

Universitas Sumatera Utara

117

Gambar 4.2 Peta lokasi usulan 2
(Maps,2017)

4.1.3 Pemilihan Lokasi
Dari kedua usulan lokasi diatas perlu dipilih satu yang terbaik menjadi lokasi
gedung yang akan di rancang tersebut. Adapapun pemilihan lokasi berdasarkan
beberapa hal seperti dari sisi struktur kota, syarat fungsi bangunan dan kriteriakriteria lainnya. Syarat-syarat penilaian itu kemudian diberi skor/nilai ketiaptiap usulan lokasi berdasarkan kurang baik (1), baik (2) dan sangat baik (3) nya
lokasi tersebut atas kriteria penilaian yang ada (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 : Penilaian lokasi
KRITERIA

LOKASI - 1

LOKASI -2

Struktur Kota

WPP E
(2)

WPP E
(2)

Jalan Arteri
(2)
Sangat Baik, dapat
diakses dari segala
penjuru Medan
(3)

Jalan Arteri
(2)

Tingkatan Jalan
Pencapaian ke Lokasi

Sangat Baik, dapat diakses
dari segala penjuru Medan.
(2)

Universitas Sumatera Utara

118

Tabel 4.2 (lanjutan)
KRITERIA

Potensi kepadatan
Lalu lintas

Jalan dengan tingkat
kepadatan yang sangat
rendah
(3)

Jalur menuju luar
kota (Toba)

Mudah
(2)

LOKASI -2
Perdagangan, hotel, stasiun
bus, perumahan, dan
perkantoran.
(2)
Jalan yang sering di lalui
oleh kendaraan besar (
truk,tranton) dari arah
belawan
(1)
Sangat Mudah.
(3)

TOTAL NILAI

15

12

Fungsi Pendukung
Sekitar

LOKASI - 1
Perkantoran, perumahan,
pasar, pendidikan dan
perdagangan.
(3)

Keterangan : 1. Kurang Baik

2. Baik

3. Sangat Baik

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ususlan lokasi 1 mendapat nilai yang
lebih tinggi itu mengartikan bahwa lokasi usulan 1 dinilai lebih baik berdasarkan
kriteria-kriteria yang ada untuk menjadi lokasi perancangan pada tesis ini.

4.2 Analisa
Dalam suatu tahapan desain diperlukan adanya analisa, dimana analisa ini
merupakan penjabaran kondisi, kebutuhan serta permaslahan yang ada dalam suatu
desain. Adapaun analisa pada penulisan ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisa
pelaku dan kegiatan serta Analisa lokasi.

Universitas Sumatera Utara

119

4.2.1 Analisa Pelaku dan Kegiatan
Analisa pelaku dan kegiatan ini merupakan proses menganalisis proses
pelaksanaan acara adat serta pelaku yang akan melaksanakannya yang dapat
dijelaskan sebagai berikut ini.
a. Deskripsi Aktifitas Adat
Dalam kegiatan adat Batak Toba baik pernikahan maupun kematian
mempunyai ritual-ritual, dimana ritual-ritual ini mempunyai makna dalam
setiap kegiatannya. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisa terhadap
kegiatan-kegiatan tersebut (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Analisa aktifitas pesta adat Batak Toba
Fungsi

Pernikahan

Ritual/Acara

Kegiatan

Panomunomuan

Berbaris menyambut tamu disertai tarian.
Para tamu berbaris memasuki gedung untuk
menyalami pihak yang berpesta sambil membawa
tandok yang berisi beras atau daging.

Mangalehon
dekke to
pengantin
Pasahat
Tudu-tudu
sipanganon
makan

Manumpakki

Orang tua memberikan dekke (ikan mas) kepada
kedua pengantin
Memberikan makanan dari ke dua keluarga
Pihak catering membagikan makanan ke meja tamu
yang sudah siap di mejanya masing-masing.
Para tamu makan bersama dimejanya masingmasing yang diawali dengan doa makan oleh
protokol acara.
Utusan dari keluarga berjalan menerima uang dari
sanak keluarga yang lain.

Universitas Sumatera Utara

120

Tabel 4.3 (lanjutan)
Fungsi

Ritual/Acara
Mambagi
jambar

Panandion

Pernikahan

mangulosi

Tikir tangga
Olop-olop
Tamu non
acara adat
Acara gereja
mompo
Kematian

Mandok hata
sian keluarga
Mangaleon
sipir ni tondi
makan
Membagi
jambar

Kegiatan
Pihak keluarga pengantin membagi-bagikan
jambar/potongan daging ke keluarga yang telah
ditentukan.
Protokol acara dari ke 2 belah pihak saling
mengantarkan jambar.
Protokol dari ke 2 belah pihak bergerak menuju
tempat duduk orang-orang yang berhak
mendapatkan uang tersebut.
Para undangan dari keluarga kedua pihak
memberikan ulos yang diawali dengan kata
sambbutan dan disertai dengan lagu ataupun tarian.
Cattering membagikan minuman (kopi, teh manis,
dll) dan makanan ( kacang,lapet, dll) ke meja para
undangan.
Para undangan menyaksikan acara sambil
mengobrol dan menikmati makanan dan minuman
yang telah disediakan di mejanya masing-masing.
Kedua belah pihak saling bertukar bawaan
(beras,ikan, daging) di dalam tadok.
Kelompok teman sekampung memberi kata
sambutan sebagai penutupan acara
Para undangan memasuki gedung, mengisi buku
tamu, memberikan hadiah, duduk, makan,
mengobrol, menyalami pengantin, berfoto dan
pulang
Pemimpin agama beserta umat dan keluarga
mengadakan acara ibadah.
Pihak boru dari suhut memasukan mayat kedalam
peti yang disaksikan oleh hula-hula dan dipimpin
oleh pemimpin agama
Anggota keluarga satu persatu memberi kesan dan
pesan nya kepada almarhum.
Hula-hula memberikan beras dan ulos kepada
keturunan almarhum
Pihak catering memberikan makanan kepada para
tamu yang hadir.
Potongan daging di bagi-bagi ke pihak yang telah
ditentukan oleh utusan parboru

Universitas Sumatera Utara

121

Tabel 4.3 (lanjutan)
Fungsi

Kematian

Ritual/Acara

Kegiatan

Manjalo
tumpak

Keluarga,tamu menyalami dan memberi uang yang
mungkin juga diawali dengan kata sambutan dan
juga sambil marnortor/berjoget

Hata sigabegabe

Tulang/hula-hula memberikan nasehat

Manggapu
Undangan
non adat
Penyambutan
tamu
Acara agama

Acara
Kumpulan
Marga

Makan
Kata
sambutan
Hiburan
Penutup

Keluarga memberi ucapan terima kasih kepada
tulan, hula-hula dan kepada semua yang hadir
Hadir menyalami keluarga sambil memberikan
uang sumbangan, atau bisa juga mendapat satu sesi
untuk menyampaikan ucapan turut berdukacita
kepada pihka keluarga.
Para pengurus menyalami para anggota yang hadir
di depan pintu masuk
Acara diawali dengan acara agama berupa ibadah
Makan bersama, catering/anggota yang telah
ditujuk untuk membagibagikan makanan kepada
seluruh yang hadir
Beberpa pihak diberi kesempatan untuk
menyampaikan kata sambutannya.
Para anggota diberi kesempatan untuk
menampilkan suatu hiburan juga mungkin dapat
berupa lucky draw.
Pengurus mengucapkan terima kasih kepada
seluruh yang hadir disertai dengan doa penutup.

b. Deskripsi Pengguna
Suatu bangunan didesain untuk memenuhi kebutuhan penggunanya, untuk
itu diperlukan suatu analisa pengguna. Dengan mengetahui pengguna beserta
dengan jumlah penggunanya kita dapat memperhitungkan besarnya
kebutuhan ruang yang dibutuhkan. Dimana pengguna ini dibagi menjadi 3
jenis yaitu:

Universitas Sumatera Utara

122

1. Penggelola
- Owner/Pemilik/Direktur

: 1orang

- Manager/Koordinator

: 1orang

- Staff inventaris

: 1orang

- Staff Keuangan

: 1 orang

- Staff Marketing

: 1orang

- Receptionist

: 1 orang

- Teknisi

: 2 orang

- Kebersihan

: 6 orang

- Penggelola Kantin

: 2 orang

- Keamanan

: 2 orang

2. Penyewa Adat
a. Pernikahan
- Pengantin

: 1orang

- Keluarga Pengantin Pria

: 5 orang

- Keluarga Pengantin Wanita

: 5 orang

- Undangan

: 2000 orang

- Catering

: 10 orang

- Pemusik

: 10 orang

b. Kematian
- Keluarga duka

: 30 orang

- Undangan

: 2000 orang

Universitas Sumatera Utara

123

- Catering

: 10 orang

- Pemusik

: 10 orang

c. Pungguan Marga
- Panitia

: 10 orang

- Undangan

: 2000 orang

- Catering

: 10 orang

- Pemusik

: 10 oran