Analisis Pergeseran Fungsi “Parhobas“ Dalam Acara Pesta Pada Sistem Kekerabatan Batak Toba. (Studi Deskriptif di Desa Sitinjak, Kec. Onan Runggu, Kab. Samosir)

(1)

Daftar Pustaka

Averroes Community.htm (Prof Dr. Riyadi Soeprapto, MS (Alm) Teori SosiologiModern,Bernard Raho

Arikunto, Suharsimi, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Rineka Cipta, Jakarta,2002.

Basrowi, M.S. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

Douglas J Goodman. 2004. Teori sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media, Kencana.

Gultom, Dj.1992. Dalihan Na Tolu : nilai budaya Suku Batak. Medan TV armada.

.H.P. Panggabean,Pembinaan Nilai Adat Budaya Batak Dalihan Natolu. Jakarta: Dian Utama, 2007

Koentjaraningrat. 1983. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Nainggolan, Togar. 2006. Batak Toba di Jakarta. Medan: Bina Media Perintis. Poloma, Margaret, M ,2004, Sosiologi Temporer, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada

Ritzer, Geoerge. Sosiologi Ilmu Pengetahuan berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Ritrzer, George, 2003. Sosiologi Ilmu Pengetauan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafido Persada.

Slamet santoso. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI-Press


(2)

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Simanjuntak, B. 2001. Pergesran Adat B atak Toba Bagian I (online)./www.silaban.net, diakses 24 maret 2014).

Zuriah, Nurul, Metodologi penelitian soaial dan pendidikan teori-aplikasi, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2007.

Sumber Lain.

(http://www.anneahira.com/gotong-royong-dalam-masyarakat.htm.) (http://averroess.or.id/2014/15/03/teori-interaksionisme-simbolik) diakses 15-3-2014 pkul 09.15.

http://habatakon01.blogspot.com/2013/08/filsafah-orang-batak-toba-dalam-dalihan.html

diakses 6-5-2014 pukul 21.00

http://sejarah.kompasiana.com/2011/08/13/parhobas-388522.htm diakses 6-5-2014 pukul 21.00

(http://bonapasogittapanuliutara.blogspot.com/2013/08/gotong-royong-masyarakat-desa banua.htm. diakses 6-5-2014 pukul 21.00


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Zuriah (2006:47), penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian deskriptif berusaha untuk memberikan gambaran terhadap fakta-fakta penelitian yang terjadi dilapangan.

Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut di dalamnya.

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian peneliti yaitu Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah mayoritas penduduk yang menetap ditempat ini adalah etnis Batak Toba, dan lokasi penelitian adalah merupakan tempat peneliti berdomisili sehingga memudahkan dalam mengakses data yang diperlukan.


(4)

3.3. Unit Analisis dan Informan

a. Unit Analisis Data

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2001:51-52). Dalam penelitian yang menjadi unit analisis adalah masyarakat Batak Toba yang tinggal di Desa Sitinjak Kecamatan Onanrunggu, Samosir.

b. Informan

Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan peneliti sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin, 2007:76). Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci dan informan biasa.

1. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah:

a. “Raja Parhata” yakni orangtua yang dipercayakan sebagai ketua adat dan

berperan penting ketika ada acara adat.

b. ”Natua-tua ni huta”yakni orangtua yang sudah lama tinggal di Desa Sitinjak dan mengetahui sejarah desa tersebut.

c. Kepala Desa Sitinjak Kecamatan Onanrunggu, Samosir. 2. Yang menjadi informan Biasa dalam penelitian ini adalah :


(5)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulanbdata yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.

1) Metode wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian.

2) Metode Observasi yaitu pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan untuk mendukung kelengkapan dari data primer. Teknik pengumpulan data sekunder terdiri dari studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

1) Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian dan penelaahaan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan maslah yang diteliti.

2) Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan mengumpulkan berbagai literatur seperti buku, majalah, dan berbagai bahan yang berhubungan dengan penelitian.


(6)

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan benda. Orang sebagai informan dalam arti sebagai subjek yang mengemukakan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti, sedangkan benda merupakan sumber data dalam bentuk dokumen seperti artikel dan berita yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pemilihan data primer berdasarkan pada kapasitas subjek penelitian yang dinilai dapat memberikan informasi yang dibutuhkan secara menyeluruh. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh berupa dokumen seperti artikel-artikel yang dibutuhkan peneliti untuk membantu dalam memperjelas dalam menganalisis data.

3.6. Interpretasi Data

Data-data yang diperoleh dilapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan kedalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan lain sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik. Selain itu data yang diperoleh akan dibuat kedalam bentuk matriks agar dapat dlihat berbagai data sebagai indikator untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.


(7)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Selama dalam proses penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa kendala. Kurangnya pengalaman dan pemahaman peneliti dalam bidang penelitian. Akibatnya peneliti merasa kesulitan melakukan deskripsi tentang data-data yang diperoleh, baik melalui wawancara maupun observasi.

Namun kendala ini sedikit banyak dapat teratasi melalui proses bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi. Selain itu peneliti juga mencari informasi melalui berbagai referensi yang dapat mendukung proses penelitian ini.


(8)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi lokasi penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Desa

Desa Sitinjak adalah salah satu Desa di Kecamatan Onan Runggu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatas dengan Desa Rinabolak/Desa Hutahotang/Toguan Galung Sebelah Selatan berbatas dengan Danau Toba Sebelah Timur berbatas Desa Pakpahan/Desa Pardomuan/Tambun Sukkean sebelah Barat berbatas dengan Desa Harian.

Tabel .1

Luas Wilayah Desa Sitinjak per Dusun

No. Dusun Jumlah Huta

Luas Wil. (Km²)

% Luas

1 I 9 1.36 40

2 II 10 1,22 29

3 III 7 1,16 44,26

Jumlah 26 4,74 100


(9)

Luas wilayah Desa Sitinjak adalah sekitar 113,26 atau 4,74 Km² dimana 30% berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit, dan 70% daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk persawahan irigasi, persawahan tadah hujan dan areal perkebunan rakyat.

TABEL 2.

SARANA DAN PRASARANA DESA

NO SARANA/PRASARANA JUMLAH/VOLUME KETERANGAN

1 Kantor Desa 1 SEWA

2 Poskes Des 1 Dusun III

3 Gereja 3 Dusun I,II

4 SD Negeri 1 Dusun I, II

5 3 Dusun I,II, III

6 Jalan Tanah 3 Dusun II, III

7 Jalan aspal Penetrasi 3 Dusun I, II, III

8 Jembatan 3 Dusun I, II, III

9 Sumur Bor 20 Dusun I,II,III


(10)

Dari table diatas dapat dilihat sarana dan prasarana di desa sitinjak bisa disimpulkan bahwa sarana dan prasarana di desa sitinjak masih tergolong kurang memadai karena hanya memiliki satu pos kesehatan desa yang harus digunakan masyarakat desa sitinjak.

4.1.2 Sejarah Desa

Desa Sitinjak Dulunya terbentuk dua Desa yaitu Desa Sitahuru dan Desa Huta Barat. Kedua desa di gabung menjadi satu Desa dan diberi nama Desa Sitinjak semenjak tahun 1992 sesuai dengan peraturan Pemerintah. Sejak keluarnya peraturan Pemerintah maka terbentuklah Pemerintahan Desa Sitinjak.

TABEL 3.

MASA PERIODE KEPALA DESA

PERIODE KEPALA DESA

Tahun 1992-2000 Burhan Sitinjak

Tahun 2001-2006 Loven Sitinjak

Tahun 2007-2013 Viktor Sitinjak

Sumber: Kepala Desa Sitinjak

Desa sitinjak sudah pernah dipimpin oleh tiga kepala desa dimana kepala desa yang pertama memimpin selama 8 tahun yang dpimpin oleh bpk. Burhan Sitinjak, dan yang kedua adalah bpk. Loven Sitinjak dan yang ketiga adalah bapak Viktor Sitinjak sekaligus yang masih menjabat hingga saat ini di desa Sitinjak.


(11)

4.1.3 Demografi

Tabel 4

Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Dusun

No Dus un Luas Wil. (Km²) Jml.Pend uduk (Jiwa) Laki-Laki Perempu an Rumah Tangga RT M Kepa datan (Jiwa/ Km²)

1 I 1.54 439 211 228 101 100

2 II 1.4 378 176 202 71

74,47

3 III 2.16

501

240 261 102 100

Total Dusun

4,74 1.318 627 691 274

274,47

Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa desa sitinjak memiliki jumlah penduduk yang banyak dengan jumlah 1318 jiwa. Dusun yang memiliki jumlah penduduk yang paling banyak adalah dusun 3 dimana dusun ini ditinggali penduduk sebanyak 501 jiwa.


(12)

Tabel 5

Sex Ratio Penduduk Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

No Dusun Laki-laki Perempuan Penduduk Sex Ratio

1 I 211 228 439 103

2 II 176 202 378 99,5

3 III 240 261 501 100,5

Total Dusun

627

691 1.318 101,5

Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD

Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah penduduk didominasi oleh penduduk berjenis kelamin perempuan dimana jumlah total perempuan adalah 691 sedangkan laki-laki hanya 627 orang.

Berdasarkan kelompok umur, penduduk Desa Sitinjak dapat dilihat seperti pada Tabel berikut ini.


(13)

Tabel 6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa Sitinjak Kec. Onan Runggu

Sumber: Pendataan Oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD

Dari tabel diatas dapat dilihat penduduk yang menghuni desa sitinjak lebuh banyak yang berusia 10-14 tahun dengan jumlah 171 orang. Jumlah yang paling sedikit ialah penduduk yang berusia 60-64 tahun dengan jumlah hanya 44 orang saja.

Jika dilihat dari laju pertumbuhan penduduk Desa Sitinjak Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Kelompok Umur Laki-laki

Perempua n

Laki-laki + Perempuan

Rasio Jenis Kelamin

(1) (2) (3) (4) (5)

0 - 4 37 42 79 90

5 - 9 52 64 121 87,3

10 - 14 72 78 150 92,2

15 - 19 84 87 171 96.5

20 - 24 72 72 146 97.2

25 - 29 39 43 82 90.4

30 - 34 31 35 66 85.7

35 - 39 27 31 58 87.0

40 - 44 37 40 77 92.5

45 - 49 50 50 100 100

50 - 54 23 27 50 85.1

55 - 59 40 45 85 88.8

60 - 64 19 25 44 76

65 + 42 47 89 89.3


(14)

Tabel 7

Jumlah Penduduk Menurut Dusun Desa Sitinjak Kec. Onan Runggu

Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dusun yang memiliki jumlah penduduk yang paling banyak adalah dusun III dengan jumlah penduduk 501 orang dan dusun yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah dusun II dengan jumlah penduduk 378 orang.

Dusun/ Sub Village Jumlah / Total (Jiwa) Persentase (%)

I 439 33,28

II 378 28,74

III 501 37,90


(15)

Tabel 8

Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Sumber : Sitinjak Dalam Angka 2014 dan Pendataan oleh Tim Perumus RPJM Desa/KPMD

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tingkat pendidikan penduduk desa sitinjak masih tergolong rendah, hal ini terbukti dengan masih banyaknya penduduk yang hanya tamatan SMP dengan jumlah 177 orang dan yang tidak pernah sekolah sebanyak 20 orang dan yang hanya tamatan Sdsebanya 76 orang.

PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN

PERSENTASE

Laki-laki Perempuan Total

1 .

TIDAK/ BELUM PERNAH SEKOLAH 7 13 20

2 .

TIDAK/ BELUM TAMAT SD 35 41 76

3 .

PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN

- SD 23 27 50

- SMTP 87 90 177

- SMTA 279 335 614

- Diploma I/II/III/Akademi/Universitas 11 14 25


(16)

4.1.4 Keadaan Sosial

Keadaan sosial masyarakat Desa Sitinjak cukup baik, keadaan ini juga didukung oleh masyarakatnya yang tidak terlalu heterogen, hampir semua masyarakat Desa ini satu suku yakni suku Batak Toba dan menganut agama Kristen Protestan, Katolik,dan aliran kepercayaan Sehingga hampir tidak pernah terjadi gesekan sosial skala besar kecuali konflik individu skala kecil. Disamping itu secara kultural Penduduk Desa Sitinjak masih berasal dari satu Klan Keturunan Raja Sonang (Gultom, Samosir, Pakpahan, Sitinjak) ditambah dengan Marga-Marga lain yang juga masih sanak saudaranya.

1. Agama

Tabel 9

Data Penduduk Desa Sitinjak berdasarkan Agama

No Agama Pria Wanita Jumlah

1 Protestan 241 302 543

2 Katolik 369 403 772

3 Aliran Kepercayaan

1 2 3

Penduduk Desa Sitinjak sebagian besar menganut agama nasrani yang terbagi kedalam Agama Protestan dengan dua aliran yakni HKBP dan Pentakosta, dan Agama Katolik,dan aliran kepercayaan. Di Desa Sitinjak terdapat 3 Tempat Ibadah yakni Gereja HKBP Sigordang ,Gereja Pentakosta siholi-holi, dan Katolik siholi-holi. Tetapi tidak seluruhnya umat gereja ini berasal dari desa Sitinjak dan


(17)

Sebaliknya sebagian Masyarakat Desa Sitinjak menjadi Jemaat Gereja yang terletak di Desa Pakpahan. Sepanjang sejarah tidak pernah terjadi gesekan antar agama di Desa ini.

2. Sosial Politik

Dari sisi sosial politik, Desa Sitinjak juga sangat kondusif terbukti dari beberapa kali pelaksanaan Pemilihan umum baik Pemilihan Legislatif maupun eksekutif dan terutama Pemilihan Kepala Daerah, partisipasi masyarakat sangat tinggi. Salah satu bukti yang paling akhir adalah pemilihan Kepala Desa Sitinjak yang dilaksanakaan pada bulan Nopember 2013 berjalan dengan lancar, kondusif dan penuh dengan semangat kekeluargaan. Tidak ditemukan adanya perpecahan di kalangan masyarakat, dan seluruh aspirasi masyarakat tetap terakomodir dengan baik.

3. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Desa Sitinjak tetap terjaga dengan baik, hampir tidak ada peristiwa kriminal di desa ini selama beberapa tahun terkahir. Tetapi persoalan yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah baik Pemerintah Desa maupun jajaran pemrintah diatasnya adalah masalah sengketa lahan pertanian yang kerap terjadi dan tetap berpotensi menjadi masalah yang relatif besar di masa yang akan datang.


(18)

4. Sosial Ekonomi

Tabel 10

Data Penduduk Desa Sitinjak berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Pria Wanita RTM Jumlah

1 Petani 396 422 197 818

2 Pedagang 13 14 27

3 PNS 7 14 21

4 Lainnya 29 - 23 29

Dari sisi ekonomi, Desa Sitinjak memiliki potensi yang sangat besar dikembangkan. Salah satu potensi yang nampak adalah masih luasnya lahan tidur yang cukup subur di Dusun I, II,III lahan ini sangat potensial dikembangkan menjadi areal pertanian khususnya tanaman pangan dan palawija, palawija sayur dan buah, serta tanaman kopi yang sudah terbukti dapat tumbuh dan produktif. Selain untuk pertanian lahan ini juga bisa dikembangkan untuk peternakan, khususnya peternakan besar seperti Sapi, Kerbau, dan Kambing.

Selain areal yang disebutkan diatas, sesungguhnya Desa Sitinjak memang dihuni penduduk bermatapencaharian petani lebih dari 95 persen, namun pertanian yang dikembangakan selama ini masih pertanian tradisional seperti padi, kopi, Pisang, cabai, cengkeh, cacao dan lain-lain. Dibutuhkan sebuah pembaharuan dibidang pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian yang telah ada khususnya untuk menyikapi lahan pertanian yang relatif kurang subur khususnya di Dusun I dan II, keterbatasan lahan dan teknologi pertanian yang


(19)

ramah lingkungan mutlak diperlukan.

Selain bertani sebagai matapencaharian pokok, beberapa penduduk juga aktif berdagang sebagai usaha sampingan, serta ada segelintir yang berpropesi sebagai pegawai negeri sipil.

5. Sosial Budaya

Dari sisi sosial budaya, Desa Sitinjak sudah sejak lama dikenal sebagai sebuah wilayah adat yang aktif dan terpelihara hingga saat ini, Desa Sitinjak

identik dengan ”bius” Sitinjak yang dikenal dengan ”Bius Toga Sitinjak”,. Dalam kehidupan sehari-hari adat (batak) sangat dominan dan sudah tertata dengan baik oleh para tetua-tetua di desa Sitinjak. Beberapa hal yang belum tercipta adalah kelompok-kelompok seni budaya, hal ini tentunya menjadi tugas pemerintah desa kedepan untuk mencipkatakan kelompok seni untuk mengangkat citra Desa Sitinjak sekaligus menjadi sarana pembinaan kaum muda dan kepariwisataan.

6. Kesehatan

Desa Sitinjak memiliki 2 sarana kesehatan desa yakni Polin Des dan Poskes Des di dusun III dan masing-masing dilayani oleh satu orang bidan desa. Dari sisi jumlah penduduk, sesungguhnya keberadaan 2 sarana kesehatan ini belum memadai, dan dari sisi sebaran wilayah sebagian wilayah di desa ini masih sulit mengakses sarana kesehatan ini, karena topografi desa Sitinjak yang membentang sejauh 4 kilometer dan jarak antar perkampungan cukup jauh.


(20)

Tabel 11

Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Dusun Tahun 2011 DUS UN RSU PUS KESMA S PUSTU PO LI N DE S PO S YA ND U POS KES DES A P O TI K TO K O OB AT DOK TER PRA KTE K

I - - - -

II - - - -

III - - 1 - 1 - - -

Dari table diatas dapat disimpulakan bahwa sarana kesehatan di desa sitinjak masih sangat kurang. Dengan jumlah penduduk 1318 jiwa penduduk dan terbagi dari 3 dusun hanya memiliki polindes 1 dan poskesdes 1.


(21)

Tabel 12

Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Dusun di Desa Sitinjak tahun 2011

DUSUN

DOKTER UMUM

BIDAN PERAWAT

I - - -

II - - -

III - 2 -

Total - 2 -

Sumber : Sitinjak Dalam Angka 2014 dan Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tenaga medis di desa sitinjak masih sangat kurang karena hanya memiliki tenaga medis bidan hanya 2 orang. Salah satu masalah kesehatan yang sangat mendesak dibenahi masih sulitnya mewujudkan masayarak ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), hal ini disebabkan belum adanya sarana air bersih sehingga sebagian besar penduduk belum memiliki jamban umum maupun jamban keluarga.

7. Pendidikan

Dari sisi pendidikan Desa Sitinjak memiliki 1 Unit Sekolah Dasar Negeri yakni di Dusun I. Secara umum penduduk desa Sitinjak menjunjung tinggi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar anak usia Sekolah Dasar bersekolah bahkan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, tetapi kemudian


(22)

beberapa orang tidak melanjut ke janjang yang lebih tinggi karena kerterbatasan ekonomi dan karena faktor lainnya.

Tabel 13

Sarana Prasarana Sekolah di desa Sitinjak Kec. Onan Runggu Kabupaten Samosir Tahun 2013/2014

NO SEKO LAH JUMLAH GEDUNG/SEK OLAH JUMLAH GURU JUMLAH SISWA

2 SD 1 7 129

Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa

Table diatas menyimpulkan bahwa sarana prasarana pendidikan di desa sitinjak juga masih kurang dimana dengan jumlah tenaga pengajar yang sangat sedikit, hanya 7 orang jumlah guru dan jumlah murid 129 orang.

Tabel 14

Nama Sekolah Dasar (SD) yang ada di Desa Sitinjak

NO SEKOLAH DASAR JUMLA H RUANG JUMLAH GURU JUMLAH SISWA LETAK 1

SD Negeri 15 Sitinjak

7 7 129 Dusun I

Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa

Tidak seluruhnya warga Desa Sitinjak bersekolah di Sekolah Dasar yang ada di wilayah Desa Sitinjak, sebagian anak-anak dari Dusun III bersekolah ke


(23)

sekolah yang ada di Desa Pakpahan, hal ini lebih disebabkan oleh kedekatan dan topografi wilayah.

Pada tabel 14 dibawah ini diuraikan data indikator pendidikan di Desa Sitinjak, masih terdapat penduduk yang sudah berusia diatas 10 tahun tetapi tidak bersekolah, bahkan masih ditemukan penduduk yang buta huruf tetapi hampir seluruhnya sudah lansia.


(24)

Tabel 15

Indikator Pendidikan Desa Sitinjak Tahun 2014

Indikator Pendidikan Persentase (%) Laki-laki Perempua n Total

1. Partisipasi Pendidikan

a. Penduduk 10 tahun ke atas Menurut Status Pendidikan 1). Tidak/ belum pernah Sekolah

7 12 58.33

2). Masih Sekolah

a. SD 57 81 10.31

b. SMTP

52 73 71.23

c. SMTA

48 59 18.51

d. Diploma/Sarjana

11 14 78.57

3). Tidak Sekolah lagi

323 370 87.29

b. Penduduk 10 tahun ke atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

1). Tidak/ Belum Pernah Sekolah

19 23 82.60

2). Tidak/ Belum Tamat SD

53 80 68.25

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan : a. SD

59 76 77.63

b. SMTP

89 105 84.76

c. SMTA

267 282 94.68 d. Diploma/Sarjana

5 7 71.42

2. Angka Buta Huruf 2011 19 23 82.60

3. Angka Melek Huruf 2011


(25)

Salah satu kebutuhan yang cukup mendesak di bidang pendidikan di Desa Sitinjak adalah pendirian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), hal ini juga sesuai dengan program yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Samosir

yakni ”Satu Desa, Satu PAUD” tetapi disisi lain pendirian PAUD ini juga akan

terkendala oleh topografi wilayah dan jarak antar kampung yang menyebar dan berbukit-bukit.

Untuk anak usia sekolah SMP dan SMU/sederajat sebagian besar bersekolah di desa Pakpahan, dengan menempuh perjalanan antara 2 hingga lebih dari 3 kilometer, dan sebagian besar ditempuh dengan berjalan kaki atau naik sepeda Motor, sedangkan sebagian yang lain memilih tinggal di tempat kos atau tinggal ditempat sanak saudara. Kedepan diharapkan ada program khusus yang bisa diambil oleh pemerintah Desa ataupun Pemerintah Daerah untuk mengadakan sarana transportasi anak sekolah antar desa.

4.1.5 Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi masyarakat Sitinjak sesungguhnya masih jauh dari sejahtera, sekalipun tidak ditemukan Rawan Pangan di Desa ini atau penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

Pertanian merupakan sector ekonomi utama yang menopang kehidupan hampir seluruh masyarakat Desa Sitinjak kecuali beberapa orang yang berprofesi sebagai PNS Guru di 1Sekolah Dasar yang ada di Sitinjak. Pertanian yang digeluti hampir seluruhnya masih bersifat tradisional, sehingga sekalipun luas lahan terbatas, tidak seluruhnya bisa diusahai oleh masyarakat. Masih terdapat lahan tidur yang cukup luas di Desa ini, persoalan utama tanah-tanah yang tidak


(26)

diusahai ini adalah keterbatasan tehnologi dan pemilikan lahan belum jelas, karena sebagian besar dimiliki bersama satu rumpun keluarga atau bahkan satu keturunan, yang kerap menimbulkan persoalan untuk dikelola.

1. Pertanian

Tabel 16

Luas Lahan Pertanian dan Peruntukannya

NO JENIS

LAHAN LUAS LAHAN PERUNTUKA N JENIS KOMODITI PRODU KTIVIT AS

1 Lahan Basah 39,Ha Tanaman Padi Padi Ir 4,5Ton/H a 2 Lahan Kering

69,Ha Tanaman Kopi Arabika

... Ton /Ha Robusta ... Ton

/Ha Ateng 2,5 Ton

/Ha Tanaman

Cengkeh

1,5 Ton /Ha

Jagung 2,8 Ton

/Ha Holtikultura

Sayuran

3,7 Ton /Ha

Buah-buahan 3,6 Ton

/Ha

Cabai 1,4 Ton

/Ha

Dll 4,6 Ton

/Ha


(27)

Pertanian di Desa Sitinjak secara umum dibagi menjadi dua bagian, yakni pertanian lahan basah dan lahan kering. Pertanian lahan basah terdapat di Dusun I, Dusun II,dan dusun III Pertanian lahan basah merupakan pertanian tadah hujan dan menggunakan bibit padi jenis IR, pasca panan pun dua kali setahun sebab umur padi dari mulai bibit sampai dengan panen rata-rata 5 bulan. Persawahan di desa Sitinjak berbentuk terasering dan pengolahannya sebagian besar menggunakan Handtraktor. Persawahan ini mampu memproduksi padi dengan kualitas dan produktifitas yang baik. Persoalan umum yang dihadapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan ketergantungan terhadap pupuk kimia semakin besar.

Pertanian lahan kering terdapat di ketiga dusun, dan masih terdapat potensi yang sangat besar untuk mengembangkan pertanian lahan kering ini khusunya tanaman palawija dan holtikultura khususnya holtikultura buah dan sayur. Selain itu tanaman keras seperti kopi jenis robusta dan arabika juga tumbuh subur, sejak satu dekade terakhir desa ini juga sudah menjadi salah satu Sentra tanaman kopi

ateng atau yang akrab disebut “kopi sigarar utang”. Tanaman perkebunan lainnya adalah Cengkeh.


(28)

2. Peternakan

Tabel 17

Jenis dan jumlah ternak di Desa Sitinjak

NO JENIS TERNAK JUMLAH

1 Kerbau 265 ekor

2 Sapi - ekor

3 Anjing 386 ekor

4 Kambing 7 ekor

5 Babi 756 ekor

6 Ayam 2800 ekor

7 Bebek - ekor

8 Dll 500 ekor

Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa tahun 2014.

Selain pertanian, hampir seluruh warga desa ini juga peternak secara tradisional. Hewan ternak yang diusahai penduduk secara umum terdiri dari ternak besar, kecil dan unggas. Ternak besar seperti Kerbau. Ternak kecil diantaranya adalah Kambing dan Babi, sedangkan unggas diantaranya adalah ayam . Kegiatan beternak biasanya masih bersifat tradisional dan merupakan usaha sampingan. Karena produksi ternak yang terbatas, biasanya sebagian besar hasil ternak warga hanya untuk konsumsi rumah tangga sendiri dan hanya sedikit yang dijual.


(29)

Dari sisi luas wilayah, topografi, iklim dan suhu udara, Desa Sitinjak menyimpan potensi untuk peternakan besar yakni di Dusun III, kedepan diharapkan daerah ini dapat dikembangkan menjadi sentra ternak di Kabupaten Samosir.

3. Perikanan

Desa Sitinjak juga menyimpan potensi perikanan, khususnya perikanan danau. Perikanan ini dalam bentuk kolam danau, yang tersebar di seluruh wilayah Desa Sitinjak.


(30)

4.1.6 KONDISI PEMERINTAH DESA

4.1.6.1 Pembagian Wilayah Desa

Tabel 18

Penamaan Kampung di Desa Sitinjak

NO DUSUN NAMA KAMPUNG

1 Dusun I Onan Baru Onan Baru

Sosor Dagal Tapian Nauli

Sitahuru Lumban Gur-gur Simpangan Bolon

Siapporik Siantar Matio Dolok Nagodang 2 Dusun II Siholi-holi Siholi-holi

Sosor Bolak Huta Gur-Gur

Naga Timbul Parmonangan Sampe Tua Sosor Mangadar

Pananggangan Huta Bolon Lumban Sosor

3 Dusun III Tanding Tanding

Simaninggir Huta Barat Saba-Saba Parribuan Sijalu-jalu Siparunggu

Pembagian wilayah Desa Sitinjak dibagi menjadi 3 (tiga) dusun yang dipimpin oleh Kepala Dusun yang merupakan bagian dari struktur Pemerintahan


(31)

Desa. Masing- masing dusun tidak ada pembagian wilayah secara administrasi pemerintahan, namun secara kultur bisa dibedakan atas beberapa kampung yang

dikenal dengan ”huta”, ”Sosor”, masing-masing kampung ini memiliki nama sendiri yang menjadi identitas setiap warga yang bermukim di dalamnya. Selama puluhan atau ratusan tahun kondisi ini masih tetap dipertahankan dan belum ada masalah, kecuali persoalan keadministrasian karena belum dikenal penamaan jalan dan penomoran rumah warga. Kedepan diperlukan sebuah kajian khusus untuk formalisasi nama kampung yang barangkali harus disertai kajian akademis sehingga tidak merusak kultur masyarakat lokal.

4.1.7 Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD)

Struktur Organisasi Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu menganut Sistem Kelembagaan Pemerintahan Desa dengan Pola Minimal, selengkapnya disajikan dalam gambar sebagai berikut :


(32)

TABEL 19

DESA SITINJAK KECAMATAN ONAN RUNGGU

KABUPATEN SAMOSIR

Keterangan Singkatan:

1. Kades adalah Kepala Desa 2. Sekdes adalah Sekretaris Desa

3. Kasi Kessos adalah Kepala seksi kesejahteraan Sosial 4. Kasi P.Tani adalah Kepala seksi Pamong Tani

5. Kasi Kamtib adalah Kepala Seksi Ketertiban Masyarakat 6. Kadus adalah Kepala Dusun

7. BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa

PERANGKAT DESA

………

KADES VIKTOR SITINJAK FOT O SEKDES LISTER SITINJAK FOT O KAUR PEMASYARAKATA KATAN JUMAHAM SITINJAK FOT O KAUR PEMBANGUNA MARUDUT SITINJAK FOT O KAUR PEMERINTAHAN GAMSER SITINJAK FOT O KADUS II ALSON SITINJAK FOT KADUS III DAGUL SITINJAK FOT KADUS I BONAR SITINJAK FOT O Ketua BPD PREDDY SITINJAK Sekretaris BPD MARUDUT.PY SILITONGA WAKIL KETUA MANDAHAR SITINJAK Anggota SUDIMAN SITINJAK Anggota JAMENAK SITINJAK

BPD


(33)

4.2. Profil Informan

Dalam penelitian terdapat beberapa orang yng menjadi informan kunci dan informan biasa. Keberadn informan tersebut tetntunya menjadi elemen ang sangat penting dalam pengumpulan data, yang pastinya menjadi kunci utama dalam penulisan laporan penelitian ini. Berbagai ketetapan atau regulasi mengenai pengamnbilan informan telah ditetapkan pada halaman sebelumnya. Penetapan tersebut adalah langkah yang harus dilakukan guna mendapatkan informasi yang akurat dan terjamian secara validitas. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

4.2.1. Informan kunci

Dalam penelitian terdapat beberapa orang yang menjadi informan kunci, yaitu tokoh adat Batak Toba, profil informan kunci tersebut adalah sebagai berikut :

M.Sitinjak

Pria yang berusia 65 tahun ini memiliki pekerjaan sebagai raja parhata

(pengetua adat) ini adalah merupakan seorang ayah yang telah dikaruniai 6 orang anak, yang terdiri dari 2 anak perempuan dan 4 orang laki-laki. Dalam keehariannya inforan ini dikenal sebagai orang yang mengerti dan paham tentang apa dan bagaimana kehidupan etnis Batak Toba. Masyarakat sekitar tempat tinggalnya sering mengundang beliau pada acara-acara yang berhubungan dengan adat Batak Toba. Seperti acara duka, upacara pernikahan, pasahat sulang-sulang,


(34)

dan sebagainya. Biasanyasyarakat langsung mempercayakan kepada beliau untuk mengurus segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan tersebut.

Jika lihat dari tingkat pendidikannya informan ini memiliki latar belakang yang rendah, dimana ia hanya menempuh pendidikan sekolah dasar (SD). Namun walaupun ia hanya lulus sekolah dasar, dia tidak ingin anak-anaknya mengalami nasib yang sama. Dan kiniterbukti bahwa anak-anak beliau semuanya dapat menempuh pendidikan SLTA bahkan 4 orang anaknya bekerja di Jakarta. Informan ini tinggal bersama istrinya S. boru Sitindaon dirumahnya yang terletak di Siminggir Desa Sitinjak, kecamatan Onan Runggu. Rumah yang kondisinya cukup sederhana sudah ditinggalinya selama kurang lebih 36 Tahun.

M. Boru Sitinjak (48 tahun)

Informan ini mempunyai nama lengkap Masri boru Sitinjak namun ia biasa disapa dengan nama akrab nai Dormasi. Informan yang kini berusia 48 tahun ini sudah janda. Mendiang suaminya marga Sihombing. Dari pernikahannya tersebut ibu masri telah mempunyai empat(4) orang anak laki-laki dan tiga (3) orang anak perempuan. Informan adalah salah satu boru yang tinggal Di desa Sitinjak, Dimana Disetiap acara adat sesuai dengan posisinya sebagai boru maka informan biasa bekerja untuk melayani untuk kepentingan pesta tersebut. Informan sering terlihat aktip disetiap acara pesta yang diselenggarakan masyarakat yang tinggal disekitar rumahnya. Informan memang sudah menikah sama marga sihombing tetapi dia tetap tinggal di Desa Sitinak.

Dilihat dari latar belakang pendidikannya, informan hanya menempuh penddikan sekolah menengah pertama (SMP). Karena di jaman informan untuk


(35)

bisa sekolah sampai ke SMA harus menempuh jarak yang sangat jauh, itulah sebabnya informan memutuskan sekolah hanya sebatas SMP. Sebagai ibu Rumah tangga yang sudah janda, informan cukup cermat dalam membelanjakan uang penghasilan dari penjualan hasil panennya unuk kebutuhan hidup sehari-hari dan membiayai anaknya yang dua orang lagi yang masih duduk dibangku SMP dan SMA.

J.Sitinjak

Informasi yang bernama lengkap Jonter Sitinjak berusia 42 tahun. Orang-orang disekitar lingkungannya sering memanggil beliau dengan panggilan amani Boi karena anak pertama beliau bernama Boi pandapotan sitinjak. Informn ini bertempat tinggal di huta Prribuan Toruan Desa Sitinjak, Kecamatan Onan ruggu. Ia tinggal bersama istri yang bernama N. Manurung dan 4 orang anaknya yang masih sekolah. Bapak J.sitinjak dikaruniai 6 orang anak yang semuanya adalah laki-laki.

Sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup biasanya informan ini memperoleh penghasilan dari hasil panen dan hasil nelalan juga penghasilan sebagai raja parhata yang sudah ditekuninya selama 10 tahun. Ia memperoleh penghasilan dari hasil panen dan nelayan 3.000.000;/ bulan, sedangkan penghasilan sebagai raja parhata tergantung dari berapa banyak ulaon (pesta) setiap bulannya.

Karena pandang memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang etnis Batak Toba maka informan ini dianggap sebagai tokoh adat Batak Toba disekitar lingkungan tempat tinggalnya. Ia serig diundang oleh masyarakat untuk meminpin


(36)

upacara adat perkawinan, ataupun upacara adat kematian, memasuki rumah baru, tardidi (babtisan). Walau demikian beliau merasa tidak pantas disebut sebagai tokoh adat Batak Toba, karena selan umur yang masih tergolong kurang tua menurutnya ia hanya mengerti sedikit tentang Batak Toba.

Biasanya dalam penyelenggaraan upacara-upacara adat, masyarakat yang memanfaatkan jasanya langsung mempercayakan dan menyerahkan kepada beliau untuk mengurus segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk acara tersebut. Biasanya untuk acara adat yang diadakan di sekitar desa Sitinjak beliau bekerja sama dengan bapak M.Sitinjak yang juga dipercayakan masyarakat sebagai raja parhata juga. Beliau secara pribadi menjalankan amanat tersebut dengan ikhlas tanpa meminta bayaran untuk kegiatan tersebut. Beliau merasa itu sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai penerus adat dari nenek moyang terdahulu. Namunika ada yang member ucapan terimakasih, beliau tidak sungkan untuk menerimanya. Informan ini memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap budaya dan kehidupan etnis Batak Toba.

D.Sitinjak.

Informan yang telah berusia 60 tahun ini biasa dipanggil dengan op. relando karena memiliki cucu yang paling besar dari anak laki-laki tertuanya bernama relando. Inrforman ini tinggal di huta parribuan desa Sitinjak selama 40 tahun dan dikaruniai 10 orang anak. 4(empat) orang anak laki-laki dan 6 (enam) orang anak perempuan. Hingga sekarang informan telah memiliki 6 (enam) orang cucu dari kelima anaknya yang sudah menikah, sedangkan anaknya yang lima lagi belum menikah, 4 (empat) menempuh pendidikan SD, SMP, SMA,PT. Dalam


(37)

kesehariannya informan ini dikenal sebagai natiua-tua ni huta, karena mengerti dan paham tentang apa dan bagaimana kehidupan etnis Batak Toba, selain itu informan sudah tinggal di hut tersebut sangat lama, bahkan semenjak informan lahir. Informan ini mempunyai seorang istri yang bernama N. boru Gultom dan mereka tinggal di huta Parribuan Dolok.

Disaat kesehatannya masih sangat baik, informan bekerja sebagai petani, tetapii seiring berjalannnya waktu, dan semakin bertambahnya usia dia tidak mampu lagi bekerja penuh sebagai petani karena kesehatannya yang kurang memungkinkan. Beliau pernah mengalami penyakit gangguan dibagian perut hingga operasi. Hai ini membuat kondisi kesehatan beliau semakin buruk.

M. Sitinjak (50 tahun)

M. Sitinjak adalah salah seorang yang dianggap sebagai natua-tua ni huta di desa Sitinjak dengan ide dan pemikirannya yang selalau dipertimbangkan dalam hal adat. Informan tinggal di huta Barat dan asli kelahiran di desa Sitinjak. Informan adalah bapak dari empat orang anak dimana tiga anaknya adalah perempuan dan satu orang laki-laki. Informan berusia 50 tahun, bersuku Batak Toba dan mengecap pendidikan terakhir di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

V. Sitinjak (38 tahun)

Informan yang bernama lengkap Viktor ini merupakan Kepala Desa yang sedang menjabat untuk period ke-2 di desa Sitinjak. Tepatnya 6 tahun sudah menjabat sebagai Kepala Desa. Informan yang kini berusia 38 tahun ini mempunyai seorang istri yang bernama R. boru Sinaga. Dari


(38)

pernikahannyatersebut informan telah mempunyai 3 orang anak yang terdiri dari dua orang laki-laki dan satu orang anak perempuan. Anak pertama duduk di sekolah dasar kelas 4. Anak kedua di kelas 1 sekolah dasar dan anak ke tiga masih berusia 4 tahun. Informan ini memiliki latar belakang pendidikan sampai tamatan SLTA. Meskipun informan ini hanya tamatan SLTA, tapi informan ini mampu meminpin desa tersebut dengan baik, sehingga masyarakat sangat menghargai pemimpin desa Sitinjak ini. Informan terkenal sebagai orang yang bijaksana dan baik hati kepada warga di Desa Sitinjak, mungkin inilah penyebabnya informan terpilih sebagai Kepala Desa sampai 2 periode.

Dalam kesehariannya, informan ini memiliki penghasilan sebagai petani. Dari profesi yang dijalaninya sebagai Kepala Desa dan petani tersebut, iforman ini dan istrinya mampu memperoleh penghasilan rata-rata sebesar Rp. 3. 000.000/bulan. Bagi informan ini penghasilan yang dperoleh tersebut hanya pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan 2 orang anaknya, dan juga kebutuhan sehari-hari.

4.2.2. Informan Biasa

Dalam penelitian ini, sumber data juga diperoleh dari informan tambahan yang terdiri dari masyarakat etnis Batak Toba, karena mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang apa yang akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun profil dari informan tambahan tersebut adalah sebagai berikut :


(39)

Informan ini adalah seorang pensiunan pegawai negeri sipil. Setelah pensiun Bapak ini mengisi kesehariannya sebagai petani. Infoman biasanya dipanggil dengan opung duma, opung duma memiliki seorang istri yaitu N. boru Sinaga. Keluarga opung duma dikaruniai 4 orag anak, tiga orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Semua anaknya sudah menikah dan tinggal jauh dari mereka. Opung duma hanya tinggal berdua dengan istrinya dirumah. Opung duma memiliki Sembilan orang cucu.

T, Sitinjak (49 tahun)

Infoman yang bernama lengkap tahan sitinjak, dan biasanya disapa dengan amani lemora sitinjak, jika dihitung dari tahun kelahirannya maka beliau berusia 49 tahun. Beliau menikah dengan seorang perempuan yang berasal dari etnis batak Toba juga. Dalam perjalanan rumah tangganya beliau sudah dikaruniai 6 orang anak. 2 anak perempuan dan 4 orang anak laki-laki. Dua org anak informan tinggal di Siantar karena sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Siantar, Sedangkan ke 4 anaknya yang lain masih tinggal bersama dengan bapak ini. Sehar-hari ia bekerja sebagai guru PNS disalah satu Sekolah Dasar di desa Sitinjak. Beliau memperoleh penghasilan dari gajinya sebagi PNS ditambah dari hasil ladang juga karena beliau juga bekerja sebagai petani sehabis mengajar.


(40)

4.3. Keterkaitan Dalihan Na Tolu Dengan Etnis Batak Toba

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Masyarakat Desa Sitinjak adalah mayoritas etnis Batak Toba. Batak Toba sebagai satu suku yang memiliki budaya tersendiri dalam menata kehidupan masyarakatnya. Proses interaksi yang dilakukan antar masyarakat yaitu melalui

dalihan na tolu atau disebut tungku nan tiga yang Kalau diartikan langsung

“Dalihan Natolu” adalah “Dalihan” artinya sebuah tungku yang dibuat dari batu, sedangkan “Dalihan Natolu” ialah tungku tempat memasak yang diletakkan diatas

dari tiga batu. Ketiga dalihan yang dibuat berfungsi sebagai tempat tungku tempat memasak diatasnya. Dalihan yang dibuat haruslah sama besar dan diletakkan atau ditanam ditanah serta jaraknya seimbang satu sama lain serta tingginya sama agar dalihan yang diletakkan tidak miring dan menyebabkan isinya dapat tumpah atau terbuang. Dulunya, kebiasaan ini oleh masyarakat Batak khususnya Batak Toba memasak di atas tiga tumpukan batu, dengan bahan bakar kayu. Tiga tungku jika diterjemahkan langsung dalam bahasa Batak Toba disebut juga dalihan natolu. Namun sebutan dalihan natolu paopat sihalsihal adalah falsafah yang dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat Batak.

Sehari-hari alat tungku merupakan bagian peralatan rumah yang paling vital untuk memasak. Makanan yang dimasak baik makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga. Biasanya memasak di atas dalihan natolu terkadang tidak rata karena batu penyangga yang tidak sejajar. Agar sejajar


(41)

maka digunakanlah benda lain untuk mengganjal. Dalam bahasa sehari-harinya kebanyakan orang Batak Toba tambahan benda untuk mengganjal disebut Sihal-sihal. Contoh umpasa Batak Toba yang menggunakan kata Dalihan Natolu :

“Ompunta naparjolo martungkot sialagundi. Adat napinungka ni naparjolo

sipaihut-ihut on ni na parpudi. Umpasa itu sangat relevan dengan falsafah dalihan natolu paopat sihal-sihal sebagai sumber hukum adat Batak.”Apakah yang disebut dengan dalihan natolu paopat sihal-sihal itu? dari umpasa di atas, dapat disebutkan bahwa dalihan natolu itu diuraikan sebagai berikut :

Somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru. Angka na so somba marhula-hula

siraraonma gadongna, molo so Manat mardongan tubu, natajom ma adopanna, jala molo so elek marboru, andurabionma tarusanna.

Berikut penjabaran singkat tentang makna filsafah Dalihan Natolu dalam kehidupan Batak Toba serta contoh penerapan bersosial dalam adat Batak Toba.

1.Sombamarhula-hula

Hula-hula dalam adat Batak adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Dalam adat Batak yang paternalistik, yang melakukan peminangan adalah pihak lelaki, sehingga apabila perempuan sering datang ke rumah laki-laki yang bukan saudaranya, disebut bagot tumandangi sige. (artinya, dalam budaya Batak tuak merupakan minuman khas. Tuak diambil dari pohon Bagot (enau). Sumber tuak di pohon Bagot berada pada mayang muda yang di agat. Untuk sampai di mayang


(42)

diperlukan tangga bambu yang disebut Sige. Sige dibawa oleh orang yang mau mengambil tuak (maragat). Itulah sebabnya, Bagot tidak bisa bergerak, yang datang adalah sige. Sehingga, perempuan yang mendatangi rumah laki-laki dianggap menyalahi adat.

Pihak perempuan pantas dihormati, karena mau memberikan putrinya sebagai istri yang memberi keturunan kepada satu-satu marga. Penghormatan itu tidak hanya diberikan pada tingkat ibu, tetapi sampai kepada tingkat ompung dan seterusnya.

Hula-hula dalam adat Batak akan lebih kelihatan dalam upacara Saurmatua (meninggal setelah semua anak berkeluarga dan mempunyai cucu). Biasanya akan dipanggil satu-persatu, antara lain : Bonaniari, Bonatulang, Tulangrorobot, Tulang, Tunggane, dengan sebutan hula-hula. Disebutkan, Naso somba marhula-hula, siraraon ma gadong na. Gadong dalam masyarakat Batak dianggap salah satu makanan pokok pengganti nasi, khususnya sebagai sarapan pagi atau bekal/makan selingan waktu kerja (tugo). Siraraon adalah kondisi ubi jalar (gadong) yang rasanya hambar. Seakan-akan busuk dan isi nya berair. Pernyataan itu mengandung makna, pihak yang tidak menghormati hula-hula akan menemui kesulitan mencari nafkah. Dalam adat Batak, pihak borulah yang menghormati hula-hula. Di dalam satu wilayah yang dikuasai hula-hula, tanah adat selalu dikuasai oleh hula-hula. Sehingga boru yang tinggal di kampung hula-hulanya

akan kesulitan mencari nafkah apabila tidak menghormati hula-hulanya. Misalnya, tanah adat tidak akan diberikan untuk diolah boru yang tidak menghormati hula-hula (baca elek marboru).


(43)

2.Manat Marongan Tubu

Dongan tubu dalam adat Batak adalah kelompok masyarakat dalam satu rumpun marga. Rumpun marga suku Batak mencapai ratusan marga induk. Silsilah marga-marga Batak hanya diisi oleh satu marga. Namun dalam perkembangannya, marga bisa memecah diri menurut peringkat yang dianggap perlu, walaupun dalam kegiatan adat menyatukan diri. Misalnya: Si Raja Guru Mangaloksa menjadi Hutabarat, Hutagalung, Panggabean, dan Hutatoruan (Tobing dan Hutapea). Atau Toga Sihombing yakni Lumbantoruan, Silaban, Nababan dan Hutasoit.Dongan Tubu dalam adat batak selalu dimulai dari tingkat pelaksanaan adat bagi tuan rumah atau yang disebut Suhut. Kalau marga A mempunyai upacara adat, yang menjadi pelaksana dalam adat adalah seluruh marga A yang kalau ditarik silsilah ke bawah, belum saling kimpoi.Gambaran dongan tubu adalah sosok abang dan adik. Secara psikologis dalam kehidupan sehari-hari hubungan antara abang dan adik sangat erat. Namun satu saat hubungan itu akan renggang, bahkan dapat menimbulkan perkelahian. seperti

umpama “Angka naso manat mardongan tubu, na tajom ma adopanna’. Ungkapan itu mengingatkan, na mardongan tubu (yang semarga) potensil pada suatu pertikaian. Pertikaian yang sering berakhir dengan adu fisik.Dalam adat Batak, ada istilah panombol atau parhata yang menetapkan perwakilan suhut (tuan rumah) dalam adat yang dilaksanakan. Itulah sebabnya, untuk merencanakan suatu adat (pesta atau kematian) namardongan tubu selalu membicarakannya terlebih dahulu. Hal itu berguna untuk menghindarkan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan adat. Umumnya, Panombol atau parhata diambil setingkat di bawah dan/atau setingkat di atas marga yang bersangkutan.


(44)

3. Elek Marboru

Boru ialah kelompok orang dari saudara perempuan kita, dan pihak marga suaminya atau keluarga perempuan dari marga kita. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah elek marboru yang artinya agar saling mengasihi supaya mendapat berkat(pasu-pasu). Istilah boru dalam adat batak tidak memandang status, jabatan, kekayaan oleh sebab itu mungkin saja seorang pejabat harus sibuk dalam suatu pesta adat batak karena posisinya saat itu sebagai boru.Pada hakikatnya setiap laki-laki dalam adat batak mempunyai 3 status yang berbeda pada tempat atau adat yg diselenggarakan misalnya: waktu anak dari saudara perempuannya menikah maka posisinya sebagai Hula-hula, dan sebaliknya jika marga dari istrinya mengadakan pesta adat, maka posisinya sebagai boru dan sebagai dongan tubu saat teman semarganya melakukan pesta. http://habatakon01.blogspot.com/2013/08/filsafah-orang-batak-toba-dalam-dalihan.html

Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, manusia harus hidup berdampingan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan kebutuhan rohani. Sehubungan dengan hal ini manusia membentuk perkumpulan organisasi sosial dalam masyarakat. Dalam hal ini penduduk kumpulan antar

oppung. Pada marga Sitinjak masih ada pembagian opung, yang urutannya ditarik dari generasi berapa opung mereka bersaudara dan mereka generasi keberapa. Perkumpulan se opung ini bertujuan sebagai wadah masyarakat apabila diadakan kegiatan-kegiatan perkawinan, kematian, kegiatan adat lainnya. Kegiatan ini akan


(45)

mempermudah masyarakat untuk berinteraksi karena menjadi tempat bertemunya mereka yang satu garis keturunan atau satu oppung.

Sejak dahulu kala etnis Batak Toba sangat setia melaksanakan upacara adat dalam berbagai kegiatan. Adat sebagai bagian dari kebudayaan elemen untuk mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan merupakan identitas budaya dalam khasanah kebhinekaan Indonesia. Pada dasarnya adat di dalam implementasinya berfungsi menciptakan dan memelihara keteraturan, ketentuan-ketentuan adat dalam jaringan hubungan social diadakan untuk menciptakan keteraturan, sehingga tercapai harmonisasi hubungan secara horizontal sesamawarga dan hubungan vertical kepada Tuhan. Dengan demikian adat adalah aturan hukum yang mengatur kehidupan manusia sehingga menciptakan keteraturan, ketentraman dan keharmonisan. (Prof. DR. B. Sitinjak, 2001).

Dalam kehidupan etnis Batak Toba terdapat adat dan budaya yang senantiasa mempengaruhi hidup mereka. Adat istiadat pada etnis Batak Toba memiliki tingkatan tertentu.

4.4. Bentuk Pergeseran fungsi Parhobas dalam acara pesta pada

Sistem kekerabatan Batak Toba

Menurut Bintaro, desa merupakanperwujudan atau kesatuan geografi, social, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbale balik dengan daerah lain. Sedangkan menurut Paul H.Landis desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan cirri-ciri:


(46)

a) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa

b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan

c) Cara brusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti: iklim,keadaan alam. Kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.

Dalam kamus sosiologi kata tradisional berasal dari bahasa Inggris, Tradition artinya adat istiadat dan kepercayaan yang turun temurun dipelihara, dan ada beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, pengertian desai itu sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsure-unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standard an pemeliharaan system kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai cirri yang jelas. Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NegaraKesatuan Repubik Indonesia. Gambaran kondisi kehidupan masyarakat desa terlihat dalam kebudaya Batak Toba seperti kebiasaan marhobas yaitu bentuk persaudaraan dan sikap tolong menolong.


(47)

Masyarakat senantiasa mengalami pergeseran, dan selalu berada pada tataran sistem dari pergeseran. Sehubungan dengan itu, Fungsi dari suatu masyarakat dalam kelompok juga tidak luput dari pergeseran. Namun yang mengalami pergeseran bukan pada nilai pada sistem kekerabatan dalam arti pergeseran pada tradisi sebenarnya. Pergeseran yang terjadi ialah fungsi dari

gelleng dan dongan saulaon sebagai parhobas pada saat acara pesta adat batak diadakan. Hal ini tergambar dari pernyataan informan yang bernama T. Sitinjak (lk, 49 tahun) yang mengatakan :

“semenjak dulu selalunya parhobas datang untuk mengerjakan persiapan pesta. Parhobas itu tugasnya gelleng dan dongan saulaon, marhobas itu sudah menjadi tanggung jawab gelleng dan dongan saulaon. Tetapi sekarang setelah catering ini jadi tak ada lagi parhobas kalo ada pesta. Semua sudah ditanggung jawabi par catering.tapi status boru dan dongan saulaon tetapnya ada tetapi kao ada pesta tugasnya sebagai parhobas itu gak ada lagi karena kan sudah ada catering”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Gultom (lk,60 tahun)

“Dulu memang parhobas itu selalu nya ada setiap ada pesta, kalo ada pesta meskipun tidak ikut rapat pemilihan ketua parhobas udah langsung taunya apa yang harus dikerjakan.kan hamper


(48)

samanya persiapan yang dilakukan di setiap acara pesta adat. Tapi sekarang parhobas itu udah gak pernah lagi dilakukan kalau ada pesta sejak ada catering ini. Kalo status gelleng dari paradaton adanya dan dongan saulaon tapi pekerjaan marhobas yang biasanya dikerjakan gelleng dan dongan saulaon itu sudah diambil alih sama catering. Sebenarnya jadi kurang lengkapnya sebenarnya kelihatannya pesta itu kalo tidak ada parhobasnya”.

(wawancara, agustus 2014)

Alfred ( Sztompka, 2004), menyebutkan masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan objek semu yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus –menerus tiada henti. Diakui bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu di dalamnya, seperti adanya tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja. Dalam setiap perubahan ataupun pergeseran yang terjadi dalam masyarakat, ada proses yang dilalui secara bertahap hingga pada akhirnya perubahan maupun pergeseran tersebut dapat terlihat dan disadari secara jelas oleh pihak yang terlibat didalamnya maupun masyarakat secara umum.

Jika dilihat dengan apa yang menjadi makna parhobas yang sebenarnya adalah untuk memupuk kebersamaan, saling tolong menolong, menjaga


(49)

solidaritas, di desa Sitinjak telah terjadi pergeseran makna parhobas dimana sekarang tanggung jawab parhobas sudah diambil alih oleh catering seiring dengan semakin modernya jaman.hal ini sesuai dengan pendapat informan D. Sitink(lk, 60 tahun) menyatakan:

“kalo makna parhobas yang saya tahu dari orang tua jaman dahulu adalah bertujuan untuk memupuk sikap saling membantu, saling menolong sesame manusia apalagi ditempat tinggal yang sama, berasal dari satu opung. Dan marhobas ini diwariskan secara turun temurun”.

(wawancara, agustus 2014)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh V. Sitinjak (lk, 38 tahun) informan ini mengatakan:

“Maknanya marhobas itu adalah saling membantuberbagi beban dengan sesama kalo ada acara adat. Ini adalah warisan dari nenek moyang dan harusnya tetap dipertahankan”.

(wawancara, agustus 2014)

Tidak jauh berbeda dengan kedua informan diatas M. Boru Sitinjak (pr,48 tahun)

“maknanya adalah untuk memupuk sikap tolong menolong, saling membantu, antar sesame manusia sama


(50)

seperti yang dilakukan para opung-opung jaman dulu yang pada akhirnya diwariskan kepada generasi penerus”.

(wawancara, agustus 2014).

Pergeseran fungsi parhobas yang dialami masyarakat tidak terjadi secara mutlak dan dalam waktu yang singkat. Melainkan proses pergeseran tersebut terjadi secara bertahap dan dalam waktu yang lama. Gambaran diatas diperoleh dari nforman M. Sitinjak (lk,65 Tahun).

“ Sebenarnya pergeseran fungsi parhobas ini terjadi secara perlahan-lahan nya. Itu bukan dalam waktu yang singkat terjadi. Sedikit demi sedikitnya prosesnta terjadi”.

(wawancara, agustus 2014).

Dari jaman dahulu, masyarakat sangat setia dalam marhobas, masyarakat masih memahami dan mengerti apa fungsi dari parhobas, sehingga marhobas yang dilakukan masyarakat sesuai dengan nilai yang terkandung dalam nilai budaya Batak Toba. Kegiatan marhobas yang dilakukan pada setiap acara pesta adat selalu sama tidak ada yang berubah. Seiring berjalannya waktu, pengaruh dari dalam dan luar menghampiri keasrian budaya parhobas. Pekembangan jaman dan teknologi seperti barang elektronik telah memepengaruhi pikiran masyarakat untuk menciptakan suatu perubahan secara perlahan-lahan.

Awalnya perubahan tersebut hanya dilakukan oleh orang atau pihak-pihak tertentu saja. Tetapi dengan interaksi rutin yang dilakukan dengan masyarakat sekitarnya, telah mempekenalkan sesuatu hal baru di dalam masyarakat. Oleh


(51)

karena manusia yang memiliki sifat penasaran yang tinggi, maka timbul niat untuk mencoba sampai pada akhirnya mereka menikmati apa yang mereka lakukan. Dengan demikian, pergeseran telah terjadi secara perlahan-lahan. Hal ini seperti dikatakan informan yang bernama J. Sitinjak (lk, 42 tahun).

“dulunya sikitnya orang memakai jasa catering ini. Paling -paling lah yang ekonominya lumayan karena kan awalnya orang mengira lebih banyak pengeluaran kalo catering.”

(wawancara, agustus 2014)

Pernyataan diatas diperkuat lagi oleh M. Sitinjak (lk, 50 tahun)

“dulu pertama-tama Cuma satu-satunya warga yang mau memakai jasa catering ini.tapi makin lama makin diperhatikan lebih simpel memakai jasa catering ini, jadi tidak terlalu repot. Akhirnya lama-lama makin berminat juga lah warga disini memakai catering.

(wawancara, agustus 2014)

4.5. Faktor Penyebab Pergeseran Fungsi Parhobas

Pergeseran senantiasa mewarnai kehidupan manusia. Pergeseran itu sendiri tidak dapat ditahan kehadirannya, karena cepat atau lambat pergeseran itu akan datang dengan sendirinnya. Terjadinya pergeseran budaya secara umum disebabkan oleh adanya dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.


(52)

Yang dimaksud secara eksternal adalah perubahan yang didorong oleh terjadinya akulturasi budaya lokal dengan budaya luar. Semakin luasnya mobilitas maka masyarakat secara tidak langsung akan memproses terjadinya interaksi antar individu dengan latar budaya yang berbeda. Selanjutnya akan menghasilkan individu yang berpikiran moderat dalam melakukan suatu aturan-aturan adat, budaya, termasuk dalam menentukan fungsi parhobas dalam acara pesta adat batak. Secara internal perubahan ini lebih didorong oleh semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat yang membawa kesadaran baru dalam menyikapi hukum adat dan budaya yang berlaku serta dapat dipatuhi oleh masyarakat.

Gultom Dj (Dalam Sibarani, 2005 : 6) mengemukakan bahwa perkembangan jaman mempengaruhi terjadinya perubahan dalam setiap bagian baik itu dalam adat dan budaya, dimana perubahan-perubahan yang dimaksud yaitu menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu dalam adat dan budaya tersebut, baik upacaranya, unsur upacara maupun hakekat yang terkandung didalam setiap upacara yang mengalami perubahan dan pembaharuan. Dari semua sikap atau tindakan, itu merupakan penyesuaian yang terdapat dalam nilai maupun makna tersendiri yang suatu keharusan bagi setiap kehidupan bersama akan terikat pada keteraturan sikap yang tidaklah bersifat statis. Penyesuaian disini adalah kesediaan individu untuk meyesuaikan dirinya ataupun berubah secara alami sesuai dengan perubhan menurut waktu serta jaman.

Berikut ini akan dipaparkan faktor yang menjawab penyebab pergeseran fungsi parhobas dalam acara pesta adat Batak Toba. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :


(53)

1. Penemuan baru dan kemajuan teknologi informasi

Teknologi merupakan hasil kreasi manusia yang ditujukan untuk membantu atau mempermudah proses hidup dan kehidupan manusia. Namun disisi lain teknologi juga membawa dampak negatif yang dapat mengancam kehidupan manusia itu sendiri seperti hilangnya nilai-nilai atau ikatan sosial masyarakat. Dampak teknologi dalam hal ini juga telah membawa akibat terhadap hilangnya tradisi, peribadatan etnis Batak Toba. (Simanjuntak, B. 2001. Pergeseran adat batak toba bagian I (online). (www.silaban.net. Diakses 12 agustus 2014, pukul 09.15).

Dengan ditemukannya catering sebagai cara baru dalam menyediakan makanan dan snack dalam acara pesta yang pada awalnya semua persiapan acara pesta dilakukan dan dikerjakan parhobas beralih menjadi menggunakan jasa

catering. Adapun yang menjadi alasan mereka adalah lebih praktisnya jika menggunakan jasa catering karena semua bahan dan barang yang diperlukan untuk menjamu tamu undangan sudah disediakan pihak catering.

Hal diatas diungkapkan oleh informan kunci yang bernama M. Sitinjak (lk,65 tahun). Berikut pernyataan informan :

“dari dulu sejak saya kecil, setiap acara adat batak toba selalunya persiapan dilakukan dan dikerjakan oleh parhobas. Biasanya yang bertugas sebagai parhobas itu adalah gelleng dan dongan saulaon atau dongan sahuta. Persiapan sudah dilakukan sehari sebelum hari pesta diadakan mulai dari mengumpulkan barang-barang yang


(54)

diperlukan, menyiapkan bumbu untuk daging dan persiapan lainnya. Semenjak masyarakat disini sudah mengenal catering, mulailah masyarakat disini melihat-lihat daerah-daerah lain yang menggunakan jasa catering juga. Mereka melihat bagaimana catering bisa membantu dan mempermudah yang punya pesta dalam menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjamu para tamu undangan pesta. Tidak perlu repot lagi menjemput dang-dang dan alat masak lainnya sehari sebelum pesta karena pihak catering sudah membawa masakan yang sudah matang di hari pesta diadakan. Pihak yang sedang mengadakan pesta sangat terbantu dengan adanya jasa catering tersebut.”

(wawancara agustus 2014)

Hal senada juga diungkapkan oleh V. Sitinjak (lk,38 tahun):

“Kalo dulu setiap acara pesta adat khususnya pesta besar atau yang mengndang banyak orang selalunya mengandalkan jasa parhobas. Parhobas ini adalah gelleng dan dongan sahuta. Tetapi sekarang ini dengan adanya catering, masyarakat disini pun jadi menggunakan jasa catering alasannya katanya lebih simpel, lebih hemat, gak terlalu repot. Makanan yang disediakan juga gak kalah nikmatnya dari yang dikerjakan langsung oleh parhobas.


(55)

Itulah sebabnya masyarakat pun jadinya lebih memilih jasa catering terjadilah pergeseran fungsi parhobas itu sekarang karena sudah ada catering ini”.

(wawancara,agustus 2014).

Perkembangan teknologi dalam dunia informasi juga telah membawa dampak negatif, selain dampak positifnya. Teknologi informasi yang dimaksud disini adalah televisi. Munculnya televisi dalam kehidupan manusia tidak jarang juga menghadirkan suatu efek sosial yatu perubahan nilai-nilai social dan budaya suatu kelompok masyarakat. Televisi memberikan informasi sekaligus dengan adanya penayangan gambar sehingga memudahkan penyerapan informasi tersebut. Tidak jarang siaran-siaran dari televisi tersebut mempengaruhi pola piker masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi tatanan kehidupan sosial mereka.

http:id.wikipedia.org/wiki/televise/ diakses pada tanggal 21 agustus,2014).

Adanya tayangan-tayangan yang disiarkan melalui televisi banyak mempengaruhi pandangan dan pola pikir masyarakat desa Sitinjak, dan budayanya sendiri. Informasi yang diperoleh melalui televisi membawa akibat pada perilaku masyarakat desa Sitinjak, khususnya pada generasi mudanya. Dampak perilaku tersebut yaitu dalam proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang ditayangkan oleh televisi yang kemudian diterapkan dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dari cara berpakaian, cara bergaul, cara bertindak, dan sebagainya yang dapat diistilahkan dengan gaya hidup modern, dimana hal ini pada akhirnya akan menciptakan image (kesan) bagi masyarakat desa Sitinjak, khususnya generasi mudanya bahwa kebudayaan masyarakat desa


(56)

Sitinjak termasuk kebiasaan marhobas tanpa dibarengi dengan hal-hal yang baru setiap tahunnya merupakan hal yang ketinggalan jaman, atau dengan kata lain kuno. Berikut merupakan pernyataan dari ibu M. boru Sitinjak (pr, 48 tahun):

“sekarang ini televisi bukan lagi merupakan barang mewah, karena hampir semua masyarakat di desa ini memperoleh informasi dari televisi sebagai media utamanya. Dan kalau pengalaman saya pribadi kadang saya tertarik mengikuta hal baru yang saya lihat dari televisi itu. Terlebih jika saya lihat banyak nilai positifnya untuk saya. Dan sepertinya bukan saya saja yang seperti itu, karena saya lihat orang-orang disini juga banyak yang berubah semenjak televisi masuk disini. Dan saya lihat, kepedulian orang juga udah berubah sama marhobas. Dulunya orang sangat senang marhobas di persiapan dan acara pesta, tapi sekarang kebanyakan orang lebih memilih nonton dirumah dan semakin tidak suka marhobas, makanya ini adalah salah satu alasan masyarakat disini lebih mengandalkan jasa catering daripada tenaga parhobas, karena pernah juga kejadian hanya sedikit orang yang datang marhobas sehari sebelum hari pestanya diadakan, karena hanya sedikit orang yang datang marhobas maka persiapannya butuh waktu yang lebih lama bahkan sampai malam. Padahal kalo misalnya semua dongan saulaon dating pasti gak sampai malam siap semua


(57)

dikerjakan. Karena udah semakin malas masyarakat disini marhobas makanya sekarang orang-orang disini jadi lebih memilih catering. Gaya hidup orang-orang dsini juga berubah karena pengaruh dari televise itu”.

(wawancara agustus 2014).

T.Gultom (lk, 50 tahun)

“Semenjak televise udah masuk dikampung ini, makin sombong kulihat orang disini. Tingkah orang-orang disini pun makin berubah, udah banyak yang macam di tipi-tipi itu. Gak ada lagi yang peduli untuk marhobas, semua sibuk dengan urusan pribadi, bahkan adanya yang memang betul-betul gak peduli padahal gak nya ada kesibukannya. Dirumah aja gitu nonton tipi, kalo udah begini kekmana lagi masyarakat disini saling membantu kalo udah gak peduli lagi satu sama lain. Padahal seharusnya dari pardongan sahutaon harusnya ikut serta marhobas kalo ada pesta dikampung ini, apalagi yang statusnya gelleng dan dongan saulaon harus ikut lah marhobas, kalo pun para orang tua gak bisa hadir marhobas misalnya kan bisanya diwakilkan anaknya yang sudah besar. Tapi yang kulihat udah gak seperti yang dulu lagi saling peduli. Udah lebih pentingnya sekarang menonton tipi daripada marhobas. Apalagi misalnya kalo pas pesta si A, si B gak datang marhobas yah otomatis di pests si B si A gak daang lagi itu


(58)

marhobas, jadi udah makin sombonglah masyarakat disini seperti yang di tipi-tipi itu”.

(wawancara agustus 2014).

2. Faktor ekonomi dan efisiensi waktu

Sebagian masyarakat desa Sitinjak sekarang ini menganggap bahwa parhobas

tidak lagi efisien karena memakan waktu yang lama dan juga memerlukan persiapan biaya yang banyak. Masyarakat desa Sitinjak menganggap kebiasaan

marhobas tidak efisien lagi dengan kondisi masyarakat yang sekarang, yang menuntut segala pekerjaan harus dilakukan dengan cepat. Mereka lebih memilih mengadakan kebiasaan marhobas dengan cara yang lebih sederhana dan mengerjakan segala sesuatunya dengan serba instan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh salah satu informan yang bernama D. Sitinjak (lk,60 tahun) infoman ini mengatakan:

“karena sulitnya mencari uang sekarang ini, orang-orang udah kurang semangat memakai jasa parhobas. Karena parhobas itu juga harus ditanggung jatah makannya selesai bekerja disore hari sebelu hari H pesta. Belum lagi kalo parhobas bawa anak masing-masing otomatis persediaan makanan harus lebih banyak. Sebelum pesta aja udah banyak pengeluaran ditambah lagi hari H pesta tambah lagi banyak pengeluaran kan jadinya dua kali lipat pengeluarannya. Belum lagi banyak


(59)

parhobas ini yang kesempatan dalam kesempitan yang sukak membawa persediaan pesta kerumahnya, misalnya gula yang disediakan untuk acara pesta besok diambil parhobas dan dibawa pulang kerumahnya kan terpaksa harus beli lagi, gitu juga daging tak jarang hilang dari dapur parhobas. Sekarang banyak orang yang menganggap marhobas itu hanya buang-buang waktu. Jadi sekarang ini sudah banyak orang yang yang menggunakan jasa catering untuk menghemat waktu dan biaya. Kalo udah di cateringkan kan jadi gak merepotkan waktu orang lain lagi, semua pekerjaan ditanggung jawabi oleh pihak catering jadi gak repot lagi. Dan mereka juga mengerjakannya gak di tempat pesta jadi sudah simpel kali jadinya”.

(wawancara agustus 2014)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh M. Sitinjak (lk,50 tahun)

“Kalo untuk sekarang ini udah banyak yang tidak perduli dengan marhobas. Semua keknya mementingkan kepentingan pribadi. Ada juga yang bilang pekerjaan ini membuang-buang waktu saja, sehingga mereka memilih tidak datang


(60)

marhobas.kalopun dibutuhkan hanya di hari H nya lah datang itupun hanya beberapa orang saja gak semua dongan sahuta dan boru lagi”.

(wawancara agustus 2014). 3. Pengaruh kebudayaan lain

Adanya kontak dengan kelompok masyarakat lain akan menyebabkan terjadinya interaksi yang dapat mempengaruhi kebiasaan hidup sehari-hari antara satu dengan yang lainnya. Begitu juga dengan yang terjadi pada masyarakat desa Sitinjak dewasa ini. Hal ini sangat terlihat jelas adalah terjadinya perkawinan campur dengan orang yan bukan berasal dari daerah ataupun budaya yang sama. Jika salah satu pasangan pengantin terutama pihak laki-laki bukan berasal dari etnis Batak Toba maka akan terjadi tradisi bercampur dengan budaya yang dibawa suami. Dari pihak pengantin perempuan biasanya akan mengikuti budaya yang dibawa oleh pengantin laki-laki. Pernyataan ini diperoleh dari informan yang bernama N. Sitinjak (lk, 55 tahun) informan ini menyatakan:

“Aku rasa penyebabnya karna udah banyak orang yang sekolah keluar daerah atau keluar kota, kenapa saya bilang begitu karena dari anak-anak muda yang sekolah keluar, sudah jarang diantara mereka yang menikah dengan orang asli sini, tara-rata diantara mereka menikah dengan orang luar dan mereka juga tinggal disni”.


(61)

(wawancara, agustus 2014)

Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat yang memiliki adat budaya masing-masing, mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik artinya masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya, dan juga menerima pengaruh dari masyarakat tersebut. Hal ini disebut dengan difusi, yaitu suatu penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari orang perorangan kepada orang lain, dan dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya, karena penerimaan budaya dalam proses difusi tersebut.

Faktor internal yang menyebabkan terjadinya pergeseran fungsi parhobas

dalam masyarakat Desa Sitinjak adalah dengan adanya penyedia jasa catering untuk acara besar seperti pesta adat Batak. Dimana setiap acara pesta adat Batak dibutuhkan tenaga parhobas untuk melakukan pekerjaan persiapan pesta yang dimulai dari sehari sebelum pesta diadakan. Dengan adanya jasa catering ini masyarakat masyarakat menjadi merasa sangat terbantu dalam hal waktu dan ekonomi. Dengan adanya jasa catering ini menyebabkan masyarakat menjadi lupa dengan makna marhobas yang sebenarnya. Hal ini besar kemungkinannya menyebabkan bergesernya fungsi parhobas dalam acara pesta pada masyarakat desa Sitinjak.


(62)

4.6 Dampak pergeseran fungsi parhobas terhadap solidaritas sosial masyarakat Batak Toba

Segala bentuk pergeseran senantiasa membawa akibat atau dampak terhadap suatu kelompok masyarakat tertentu. Begitu juga dengan pergeseran fungsi parhobas yang pastinya akan membawa pengaruh tertentu pula bagi masyarakat Batak Toba tersebut, dimana melalui beberapa makna adat yang sudah bergeser dalam kehidupan sehari-harinya, sudah pasti akan membawa akibat positif maupun negatif. Sejauh apakah dampak pergeseran tersebut, dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ikatan sosial masyarakat Batak Toba.

Pada awalnya beberapa tradisi adat yang menjadi budaya bagi etnis Batak Toba, memang telah menjadi sarana pengintegrasi masyarakat Batak Toba. Dahulu ketika tradisi-tradisi tersebut masih dipegang erat, ikatan sosial Batak Toba terlihat sangat erat, atau dengan kata lain masyarakat Batak Toba terlihat memiliki solidaritas yang tinggi.

Ketika adat dan budaya Batak Toba tersebut dilaksanakan pada saat pesta perkawinan, maka sehari sebelum dan sesudah pesta berlangsung, para dongan saulaon dan gelleng baik laki-laki maupun perempuan berkumpul untuk membantu segala macam persiapan yang diperlukan dalam acara pesta adat dengan segala perlengkapan pendukungnya atau marhobas.

Para anggota keluarga yang sengaja diundang jauh-jauh hari sebelum hari pelaksanaan pesta biasanya memberikan bantuan, baik dalam bentuk tenaga maupun materi. Sehari sebelum para anggota keluarga, gelleng dan dongan saulaon akan disibukkan dengan berbagai persiapan pesta. Dari sinilah masyarakat


(1)

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Sosiologi. Para dosen dan staf pegawai departemen ilmu sosiologi yang juga telah mengajari penulis banyak hal dan membantu penulis baik selama masa perkuliahan maupun masa penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Sistmudjito, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

4. Ibu Dra. Ria Manurung, M.Si selaku dosen penguji proposal dan penguji pada saat meja hijau peneliti yang telah memberikan masukan-masukan dan nasehat serta pengarahan dalam penelitian skripsi.

5. Bapak Drs. TK. Brahmana, selaku dosen penasehat akademik penulis yang dengan sabar membimbing penulis selama perkuliahan di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 6. Seluruh dosen dan staf pengajar di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang penuh dengan kerelaan telah membagikan ilmunya kepada penulis sejak npertama kali penulis menjalani perkuliahan di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Kakanda Feny Khairani, Kakanda Nurbaiti, dan seluruh staf Departemen Sosilogi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada bapak kepala desa sitinjak, Viktor Sitinjak yang telah memberikan ijin penelitian di desa Sitinjak dan raja adat/raja parhata opung M. Sitinjak yang telah memberikan informasi yang sangat penting untuk penulisan


(2)

skripsi ini, kepada semua informan dan masyarakat desa sitinjak yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. Biarlah kiranya TUHAN yang membalas semua kebaikan bapak dan ibu sekalian.

9. Teman-temanku terkasih, Macay (Angeline N. Sitompul), Dyan Aprilia Saragi, Bertha Ramona Manurung, Noni Tambunan, Gelleng (Elisabeth Sitohang), Raniwati Saragih, Bernita Sembiring, Siska Hutabarat, Elisabet Ambarita, Lady Ambarita, Corry Turnip, Wisnu Sinaga, Palti Butar-Butar, Willer Lumban Gaol, Arfy Sembiring, Risky Tarigan, Rikardo Manalu, Immanuel Pardosi, dan seluruh teman-teman sosiologi yang tidak dapat disebutkan satu per satu, senang dan bersyukur bisa mengenal kalian semua dan saling menyemangati satu sama lain.

10.Eks kos gang Bersama Kak yessy yosevina Gultom, kak inong (ina julita sitepu), terimakasih buat doa dan semangatnya kakak… terimakasih untuk watu dan kesempatan berbagi bersama kakak berdua, senang bisa mengenal kakak sekalian. Dan untuk adik kos saya juga mersya sitanggang, terimakasih untuk kebersamaannya dan berbagi cerita, sebagai tempat untuk berbagi keluh kesah dan cerita senangnya,,,

11.Terkhusus buat seseorang yang selalu ada di hati, abang Samuel Rudianto Nainggolan, Amd. Yang selalu ada buatku kapanpun dibutuhkan, terimakasih buat bantuan, kesetiaan, doa, semangat, dan kehadiranmu.


(3)

bergabung dengan kalian. Terimakasih buat doa dan semangatnya.. semangat untuk persiapan Natal nya yah teman-teman…

13.Seluruh abang dan kakak senior serta adik-adik stambuk 2010, 2011, 2012, 2013 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas dukungan dan doanya selama ini

Penulis telah berusaha dengan segala kemampuan yang didmiliki dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun penulis menyadari pasti ada kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis minta maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Oktober 2014

Penulis


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………..i

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 8

1.5Defenisi Konsep ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Teori Modernisasi ... 11

2.2Faktor yang mendorong jalannya proses perubahan ... 13

2.3Kebudayaan masyarakat batak toba ... 14

2.3.1 Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan ... 15

2.4Parhobas ... 17

2.5Interaksi sosial dalam etnis Batak Toba ... 21

2.6 Kelompok Sosial ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 29

3.2Lokasi Penelitian ... 29


(5)

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34

4.1.1Gambaran Umum Desa ... 34

4.1.2Sejarah Desa ... 36

4.1.3Demografi ... 37

4.1.4Keadaan Sosial ... 42

4.1.5Keadaan Ekonomi ... 51

4.1.6Kondisi Pemerintah Desa ... 56

4.1.6.1 Pembagian Wilayah Desa ... 56

4.1.7 Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD) ... 57

4.2Profil Informan ... 59

4.2.1 Informan Kunci ... 59

4.2.2 informan Biasa ... 64

4.3Keterkaitan Dalihan Na Tolu Dengan Etnis Batak Toba ... 66

4.4Bentuk Pergeseran Fungsi Parhobas Dalam Acara Pesta Pada Sistem Kekerabatan Batak Toba ... 71

4.5Faktor Penyebab Pergeseran Fuungsi Parhobas ... 76

4.6Dampak Pergeseran Fungsi Parhobas Terhadap Solidaritas Sosial Masyarakat Batak Toba ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 91

5.2Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Luas Wilayah Desa Sitintjak Per Dusun ... 34

2 Sarana dan Prasarana Desa ... 35

3 Masa Periode Kepala Desa ... 36

4 Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Dusun ... 37

5 Sex Ratio Penduduk Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir ... 38

6 Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur Desa Sitinjak Kec.Onan Runggu ... 39

7 Jumlah Penduduk Menurut Dusun Desa Sitinjak Kec. Onan Runggu ... 40

8 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin ... 41

9 Data Penduduk Desa Sitinjak Berdasarkan Agama ... 42

10 Data Penduduk Desa Sitinjak Berdasarkan Pekerjaan ... 44

11 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Dusun Tahun 2011 ... 46

12 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Dusun di Desa Sitinjak Tahun 2011 ... 47

13 Sarana dan Prasarana Sekolah di Desa Sitinjak Kec.Onan Runggu Kabupaten Samosir Tahun 2013/2014 ... 48

14 Nama Sekolah dasar (SD) Yang Ada Di Desa Siitinjak 15 Indikator Pendidikan Desa Sitinjak Tahun 2014 ... 50

16 Luas Lahan Pertanian dan Peruntukannya ... 52

17 Jenis dan Jumlah Ternak di Desa Sitinjak ... 54