Pengaruh Berkumur Seduhan Teh Hijau terhadap Laju Aliran Saliva pada Wanita Menopause dengan Xerostomia di Puskesmas Darussalam Medan

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saliva
2.1.1 Defenisi Saliva
Saliva adalah suatu cairan organik kompleks, tidak berwarna, konsistensi
seperti lendir dengan pH 6-7, disekresikan oleh kelenjar saliva di dalam mulut yang
memiliki efek dan peran penting dalam menjaga dan mempertahankan lingkungan
yang sehat di dalam rongga mulut.1,17 Kandungan saliva terdiri dari ion (kalium,
bikarbonat, natrium dan ion klorida) dan campuran protein serous dan mukous.17

2.1.2 Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva terdiri dari sepasang kelenjar mayor (kelenjar parotid, kelenjar
submandibular dan kelenjar sublingual) yang masing-masing terletak satu di kiri dan
satu di kanan serta kelenjar minor (kelenjar lingual, bukal, glossopalatine, palatine
dan labial).10,18,19
1. Kelenjar parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang terbesar. Terletak di regio
preaurikular dan berada dalam jaringan subkutis. Kelenjar ini memproduksi sekret

yang sebagian besar berasal dari sel-sel asini. Produk dari kelenjar saliva disalurkan
melalui duktus Stensen yang mensekresikan serous saliva ke vestibulum rongga
mulut.18,19
2. Kelenjar submandibula
Kelenjar submandibula merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah
kelenjar parotis. Terletak di segitiga submandibula yang pada bagian anterior dan
posterior dibentuk oleh muskulus digastrikus dan inferior oleh mandibula. Sekret
campuran yaitu mukous dan serous dialirkan melalui duktus Wharton.18,19

Universitas Sumatera Utara

6

3. Kelenjar sublingual
Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva mayor yang paling kecil.
Kelenjar ini berada di dalam mukosa di dasar mulut, dan terdiri dari sel-sel asini yang
dominan mensekresi mukous. Beberapa saluran dari bagian superior kelenjar
sublingual mensekresikan saliva langsung ke dasar mulut, atau bermuara ke duktus
Bartholin yang kemudian lanjut ke duktus Wharton.18,19
4. Kelenjar saliva minor

Kelenjar saliva minor sangat banyak jumlahnya, berkisar antara 600 sampai
1000 kelenjar. Kelenjar ini banyak tersebar di bibir, lidah, mukosa bukal dan palatum.
Diantaranya ada yang memproduksi cairan serosa, mukoid, ataupun keduanya.18,19

Gambar 1. Kelenjar saliva mayor20

2.1.3 Komposisi dan Fungsi Saliva
Saliva terdiri dari 99% air dan 1% komponen organik dan anorganik. Ion-ion
anorganik yang terkandung adalah natrium, kalium, klorida dan bikarbonat. Kapasitas
buffer utama saliva dibawa oleh ion bikarbonat, fluoride dan magnesium. Sekresi
saliva normal dalam sehari berkisar antara 800 dan 1500 ml dengan rata-rata volume
1000 ml. Pada orang sehat dalam 24 jam antara 1 dan 1,5 L, kelenjar submandibular
mensekresikan 65% dari total volume saliva istirahat, 20% kelenjar parotis, 7-8%
oleh kelenjar sublingual dan kelenjar minor kurang dari 10%.21,22

Universitas Sumatera Utara

7

Gambar 2. Konstribusi kelenjar saliva tidak distimulasi22

Fungsi saliva :21,23
1. Saliva melindungi mukosa mulut dari berbagai faktor berbahaya dan
berfungsi sebagai larutan pembersih
2. Amilase saliva, dikeluarkan dari sel serosa, bekerja pada pati dan
mengubahnya menjadi maltosa dan triose
3. Saliva yang bersifat mukous membantu melumasi, menelan makanan serta
membantu dalam berbicara
4. Saliva memiliki sifat antibakteri dengan lisozim, suatu enzim yang
melisiskan bakteri tertentu dengan merusak dinding sel
5. Saliva kaya akan dapar bikarbonat, yang menetralkan asam dalam
makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut
6. Saliva membantu pengecapan rasa
7. IgA menghambat ikatan organisme ke jaringan mulut
8. Saliva berpartisipasi dalam pematangan enamel dan pemeliharaan
integritas gigi
9. Faktor

pertumbuhan

epidermal


yang

disekresi

oleh

kelenjar

submandibular mempercepat penyembuhan luka.

Universitas Sumatera Utara

8

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi laju aliran saliva
1. Derajat hidrasi
Derajat

hidrasi


atau

cairan

tubuh

merupakan

faktor

yang

paling

mempengaruhi sekresi aliran saliva. Ketika tubuh kekurangan air 8%, laju aliran
saliva berkurang hingga mencapai nol. Sebaliknya, hiperhidrasi akan meningkatkan
laju aliran saliva.
2. Posisi tubuh dan cahaya
Posisi berdiri merupakan posisi dengan laju aliran saliva tertinggi bila

dibandingkan dengan posisi duduk ataupun berbaring. Pada posisi berdiri, laju aliran
saliva mencapai 100%, pada posisi duduk mencapai 69% dan pada posisi berbaring
25%. Aliran saliva juga dipengaruhi oleh cahaya. Pada ruangan gelap, laju aliran
saliva akan berkurang 30-40%.
3. Obat-obatan
Penggunaan obat tertentu yang mempunyai aksi antikolinergik (antidepresan,
antihistamin, antihipertensi) dapat mengurangi laju aliran saliva.
4. Efek psikis
Berfikir mengenai makanan atau melihat makanan yang asam atau makanan
yang disukai pada saat lapar akan meningkatkan aliran saliva.
5. Usia
Laju aliran saliva pada usia yang lebih tua akan mengalami penurunan karena
proses aging yang terjadi pada kelenjar saliva. Sel adiposa akan menggantikan sel
parenkim kelenjar saliva.
6. Jenis Kelamin
Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita karena ukuran
kelenjar saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva wanita.22

2.2 Xerostomia
2.2.1 Defenisi

Xerostomia merupakan tanda atau gejala dari mulut kering yang dirasakan
oleh seseorang tetapi tidak selalu berkaitan dengan hipofungsi kelenjar saliva.2,4.

Universitas Sumatera Utara

9

Berdasarkan pada durasi kondisi, dapat dibagi menjadi sementara, berkepanjangan
atau permanen. Xerostomia sementara dapat disebabkan oleh kondisi psikologis
seperti kecemasan dan ketakutan, sedangkan xerostomia berkepanjangan disebabkan
terhalangnya aliran saliva oleh saluran kalkuli. Jika kondisi ini tidak dirawat maka sel
sekretori akan rusak dan digantikan dengan jaringan fibrosa dan mengakibatkan
xerostomia permanen. Xerostomia dinyatakan jika aliran saliva berkurang sebesar 50%
dan fungsi oral menjadi terganggu.21

2.2.2 Etiologi Xerostomia
1. Penggunaan obat-obatan
Dalam studi epidemiologi penggunaan obat xerogenik merupakan salah satu
penyebab xerostomia yang paling sering dilaporkan.24 Daftar obat yang menyebabkan
mulut kering sangat banyak. Obat ini biasanya memiliki sifat antikolinergik dan aksi

simpatomimetik yang mempengaruhi kontrol saraf kelenjar saliva, efek sitotoksik
pada kelenjar saliva.24,25 Sreebny dan Scwartd mengidentifikasi 400 obat dari 42
kategori mampu menyebabkan terjadinya xerostomia atau hiposalivasi kelenjar
saliva.24 Kelompok utama obat xerogenik yaitu antihipertensi, antidepresan, dan obat
lain termasuk analgesik, statin, dan antihistamin.26
2. Penyakit Sistemik
Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan gagal ginjal kronis dapat
mengakibatkan dehidrasi sehingga mulut menjadi kering.24 Level diabetes berkaitan
dengan xerostomia dilaporkan sebanyak 40% sampai 80% dari pasien.4 Laju aliran
dari kelenjar parotid sangat rendah pada pasien diabetes tidak terkontrol
dibandingkan dengan diabetes terkontrol.4,27
Penyakit sistemik yang mempengaruhi kelenjar saliva dapat menyebabkan
disfungsi saliva, mengakibatkan mulut kering. Ini termasuk sarkoidosis, infeksi virus
hepatitis C, dan Sjögren sindroma (SS).24,25,27,28 SS adalah penyakit autoimun yang
umumnya terkait dengan hiposalivasi. Sindroma sjögren merupakan penyakit
inflamasi kronis yang ditandai dengan infiltrasi limfositik dari saliva dan kelenjar
lakrimal, yang mengakibatkan xerostomia dan xeroftalmia.17,20,29 Selain mulut kering

Universitas Sumatera Utara


10

dan mata kering sindrom sjögren kadang-kadang disertai pembengkakan kelenjar
parotis, arthritis, dan gangguan jaringan ikat lainnya.10,27
3. Radiasi kepala dan leher
Kerusakan kelenjar saliva merupakan efek paling umum terkait radiasi terapi
kepala dan leher.4,27,29 Aliran saliva menurun dengan cepat selama seminggu setelah
pengobatan, diikuti oleh fibrosis dari kelenjar saliva dan atrofi sel sekretori saliva
secara permanen mengakibatkan xerostomia dan hipofungsi kelenjar saliva sehingga
kualitas hidup menurun.29 Keparahan xerostomia tergantung pada tingkat paparan
radiasi dari jaringan saliva.4,27,29 Dari semua kelenjar saliva mayor, kelenjar parotis
yang paling radiosensitive diikuti oleh submandibular, sublingual dan kelenjar saliva
minor.4,27
4. Keadaan Fisiologi dan Psikologi
Dehidrasi, bernafas melalui mulut, gangguan neurologis atau fisiologis
(seperti depresi dan kecemasan) dapat menambah persepsi mulut kering.17,24,29
Gangguan afektif (mood) dapat mempengaruhi sistem saraf autonom sehingga
memungkinkan pasien mengalami xerostomia. Tingkat hidrasi juga mempengaruhi
laju alir saliva. Dalam satu studi, peneliti menemukan bahwa keadaan dehidrasi dapat
mengurangi laju aliran saliva tidak terstimulasi dari kelenjar parotis sebesar 90%.29

5. Perubahan Hormonal
Pada wanita menopause, xerostomia dapat terjadi akibat gangguan
hormonal.10 Status hormon seks berubah pada wanita menopause. Defisiensi
hormonal, seperti menopause dapat menyebabkan timbulnya xerostomia akibat
defisiensi hormon estrogen.5 Hal ini mengakibatkan sekresi saliva menurun sehingga
serangan karies pada elemen gigi-gigi dan radang pada mukosa serta sudut mulut
meningkat.10

2.2.3 Tanda dan Gejala Klinis
Ada beberapa tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada penderita
xerostomia. Tanda yang dapat ditemui yaitu kaca mulut menempel pada mukosa
bukal atau lidah pada waktu pemeriksaan, saliva berbusa, hilangnya genangan di

Universitas Sumatera Utara

11

dasar mulut, hilangnya papila dari dorsum lidah, mukosa mulut terlihat mengkilap,
lidah berlobul atau berfisur, bibir kering dan pecah-pecah dengan terjadinya fisur di
sudut mulut, serta peningkatan kejadian infeksi seperti kandidiasis.2,24,27,30 Penurunan

aktivitas pembilasan saliva akibat dari xerostomia menunjukkan akumulasi plak dan
kalkulus yang cukup banyak.25,27
Gejala yang biasanya dirasakan adalah disfagia (sulit mengunyah dan
menelan), dysgeusia (gangguan pengecapan), dan disartria (sulit berbicara). Pasien
juga memiliki perasaan tidak nyaman, mulut kering, sensitif terhadap makanan pedas,
bau mulut, sensasi terbakar, peningkatan kebutuhan cairan. Pada pemakai gigitiruan
xerostomia juga memiliki efek buruk dengan mempengaruhi retensi dan kenyamanan
prosthesis dan masalah pengunyahan.24,27

Gambar 3. Lidah kering dan berfisur28

2.2.4 Dampak Xerostomia
Xerostomia terkait dengan gejala mulut dapat menimbulkan efek negatif
terhadap kualitas hidup.2 Mulut kering dilaporkan mempengaruhi aspek penting dari
kehidupan seperti berbicara, kenikmatan dan menelan makanan serta pemakaian
protesa gigi.31
Xerostomia memiliki dampak terhadap keterbatasan fungsi (adanya masalah
dalam mengucapkan kata dan terjadi gangguan pengecapan), rasa sakit fisik pada
mulut dan rasa tidak nyaman saat makan, ketidaknyaman fisiologis (rasa percaya diri
berkurang, perasaan malu, mudah marah), ketidakmampuan fisik (sensitif terhadap
makanan pedas dan gangguan mengunyah makanan kering).31

Universitas Sumatera Utara

12

Pasien dengan xerostomia memiliki dampak terhadap kerusakan gigi. Lesi
karies dilaporkan signifikan dibanding pasien yang tidak mengalami xerostomia, 70%
dari mereka yang melaporkan xerostomia setidaknya memiliki 1 lesi karies dibanding
dengan 56% pasien yang tidak mengalami xerostomia. Peningkatan resiko karies ini
menyebabkan indikasi ekstraksi sehingga pada penderita xerostomia cenderung
memiliki gigi lebih sedikit dibanding pasien yang tidak xerostomia.2,27
Laju aliran saliva yang rendah juga mempengaruhi jumlah Candida albicans
di dalam saliva, sehingga resiko kandidiasis lebih berkembang pada pasien yang
mengalami xerostomia.2 Hal ini disebabkan karena perubahan kualitas dan kuantitas
kelenjar saliva, dimana protein saliva seperti Imunoglobulin A dan histatin yang
berfungsi untuk menghambat metabolisme mikroorganisme di dalam rongga mulut
termasuk Candida albicans berkurang.3,14 Namun masih terdapat kontroversi
mengenai efek xerostomia terhadap penyakit periodontal.2

2.2.5 Diagnosis
Anamnesis, pemeriksaan rongga mulut dan mengukur laju aliran saliva
memainkan peran penting dalam mendiagnosis xerostomia. Terdapat berbagai metode
lain untuk mengidentifikasi keadaan patologi terkait kelenjar saliva, meliputi
sialography, biopsi kelenjar saliva mayor dan minor.25,27
2.2.5.1 Anamnesis
Diagnosis xerostomia dan hipofungsi kelenjar saliva membutuhkan riwayat
kesehatan yang dapat dilakukan dengan anamnesis. Perhatian tertentu harus diberikan
terhadap gejala yang dilaporkan, penggunaan obat, dan riwayat medis masa lalu.
Pasien biasanya akan mengeluhkan mulut kering, kesulitan menelan atau berbicara,
tidak mentolerir makanan pedas, asam, dan renyah dan sering kali melaporkan
perubahan rasa atau kesulitan memakai gigi palsu.30
2.2.5.2 Pemeriksaan Klinis
Secara klinis dapat dengan uji kaca mulut. Pada tes kaca mulut, bagian
belakang kaca mulut ditarik sepanjang mukosa bukal dan lakukan tarikan. Bibir dan

Universitas Sumatera Utara

13

mukosa bukal akan terlihat kering dan tidak ada produksi saliva pada saat dilakukan
palpasi kelenjar saliva.27
2.2.5.3 Pengukuran laju aliran saliva
Umumnya pengukuruan laju aliran saliva relatif mudah untuk dilakukan.
Untuk menguji laju aliran saliva, pasien disarankan agar tidak makan dan minum,
tidak menyikat gigi atau flossing selama satu jam sebelum pengujian.26,30 laju aliran
saliva total normal terstimulasi sekitar 1,5-2,0 ml/menit sedangkan laju aliran saliva
total normal tidak distimulasi sekitar 0,3-0,4 ml/menit.30 Diagnosis hiposalivasi
adalah ketika laju aliran saliva total terstimulasi kurang dari 0,7 ml/menit dan laju
aliran saliva total tidak distimulasi kurang dari 0,2 ml/menit.2 Terdapat 4 metode
pengumpulan saliva yaitu draining, spitting, swab dan suction.28
1. Draining
Pada metode draining pasien dianjurkan agar saliva dibiarkan mengalir dari
bibir bawah ke dalam tabung ukur melalui corong. Pasien diminta untuk
mengumpulkan seluruh sisa saliva dan mengeluarkannya diakhir pengukuran.
2. Spitting
Metode spitting sering digunakan untuk pengumpulan saliva karena lebih
reliable. Pasien diminta untuk mengumpulkan saliva di dalam mulut dan kemudian
diludahkan ke dalam tabung ukur setiap 60 detik selama 5 menit.
3. Swab
Metode swab dilakukan dengan meletakkan kapas pada dasar mulut pasien
pada jangka waktu yang tertentu untuk pengumpulan saliva. Metode ini mudah
dilakukan tetapi dapat menyebabkan perubahan komposisi saliva.
4. Suction
Metode suction dilakukan dengan cara mengaspirasi saliva secara terus
menerus dari dasar mulut dengan menggunakan suction tube dan metode ini tidak
memerlukan pasien yang kooperatif.

Universitas Sumatera Utara

14

2.2.6 Perawatan
Manajemen

xerostomia

memerlukan

pendekatan

multidisiplin

banyaknya masalah kesehatan dan komplikasi farmakologi.

24

akibat

Derajat hiposalivasi

menentukan terapi yang akan diterapkan. Secara umum, penderita xerostomia dapat
ditempatkan dalam dua kategori menurut perawatannya yaitu penderita dengan
kerusakan sedikit pada kelenjar saliva dan penderita dengan kerusakan besar yang
ireversibel. Pada kelompok penderita pertama sekresi saliva biasanya masih dapat
dirangsang dengan bantuan stimulasi saliva dan sialogog, sedangkan pada kelompok
kedua dengan saliva buatan.10 Beberapa perawatan yang dapat dilakukan yaitu :
2.2.6.1 Terapi Preventif
Pasien diinstruksikan untuk melakukan kunjuangan rutin ke dokter gigi
(setiap 3-4 bulan) untuk menjaga kesehatan gigi yang optimal. Penting untuk
mengingatkan pasien agar menjaga diet, menghindari makanan dan minuman
kariogenik,

meminimalkan

penggunaan

alkohol

dan

kafein

karena

dapat

meningkatkan mulut kering. Pasien juga diberikan fluoride topikal untuk mengontrol
karies gigi.20
2.2.6.2 Perawatan simtomatik
Terdapat berbagai macam perawatan simtomatik yang dapat dilakukan yaitu
mengonsumsi air yang cukup, penggunaan obat kumur dan saliva buatan.20 Pada
pasien xerostomia berkepanjangan, saliva buatan bertujuan untuk mengganti fungsi
dan komponen saliva yang hilang dan melembabkan rongga mulut.27
2.2.6.3 Stimulasi saliva (Stimulasi lokal)
Pada pasien xerostomia, jaringan kelenjar saliva fungsional dapat dirangsang
baik secara mekanis atau kimia. Mekanisme sekresi saliva merupakan kegiatan
refleks yang stimulasinya berasal dari rongga mulut. Stimulasi tersebut terdiri dari
stimulus mekanik dan kimiawi. Salah satu cara stimulus mekanik yaitu dengan
berkumur, sedangkan stimulus kimiawi dalam bentuk kesan pengecapan. Secara
mekanis sekresi saliva dapat dinaikkan oleh berkumur dan daya pengunyahan
misalnya dengan mengunyah permen karet bebas gula. Sekresi saliva dapat

Universitas Sumatera Utara

15

dirangsang dengan pemberian zat-zat masam, manis dan mentol, tetapi zat masam
mempunyai pH yang rendah yang dapat merusak jaringan enamel dan dentin.10
2.2.6.4 Stimulasi sistemik (Sialogog)
Agonis kolinergik yaitu, pilocarpine dan cevimeline, telah berhasil digunakan
secara oral untuk meningkatkan sekresi saliva. Pilocarpine memiliki potensi manfaat
dalam membatasi xerostomia yang diinduksi obat pada pasien yang menggunakan
obat antihipertensi dan antidepresan trisiklik.27

2.3 Hubungan Menopause dengan Xerostomia
Menopause merupakan tahap perkembangan yang normal terjadi pada dekade
kelima dalam kehidupan seorang wanita dan dinyatakan bila sudah tidak mengalami
siklus menstruasi berturut-turut minimal selama 12 bulan tanpa keterlibatan
patologis.32 Selama menopause wanita mengalami perubahan biologis dan endokrin
terutama dalam produksi hormon seks steroid yang mempengaruhi kesehatan.
Mukosa mulut juga mengandung reseptor estrogen sehingga variasi dalam kadar
hormon secara langsung mempengaruhi rongga mulut. Penurunan produksi parsial
atau total estrogen menyebabkan penurunan yang signifikan dari aliran saliva,
mengakibatkan hiposalivasi dan xerostomia.5
Estrogen berfungsi mengatur maturasi epitel pada organ termasuk diantaranya
maturasi epitel kelenjar saliva. Oleh sebab itu penurunan kadar estrogen pada wanita
yang telah mengalami menopause dapat menyebabkan atrofi epitel kelenjar saliva
yang rawan terhadap inflamasi. Atrofi pada epitel kelenjar saliva akan mengakibatkan
sekresi saliva berkurang.33
Tingkat hormon yang menurun dalam kondisi menopause bertanggung jawab
menimbulkan gejala oral. Meskipun beberapa studi menunjukkan bahwa xerostomia
mungkin tidak terkait dengan menurunnya laju aliran saliva, namun hal ini mungkin
terkait dengan tingkat estrogen rendah.3

Universitas Sumatera Utara

16

2.4 Teh Hijau
Teh (Camellia sinensis) berasal dan paling banyak tumbuh di Cina dan Asia,
sedangkan di Indonesia teh banyak ditanam di Jawa Barat dan di Sumatera Utara
yaitu kebun Sidamanik. Ada tiga macam jenis teh berdasarkan proses pengolahannya
yaitu teh hitam, teh oolong dan teh hijau.15 Teh hijau dalam beberapa tahun terakhir
telah diteliti memiliki banyak manfaat terhadap kesehatan termasuk kesehatan rongga
mulut.16
Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi (oksidasi enzimatis), yaitu dibuat
dengan cara menginaktifkan enzim felonase yang ada dalam pucuk daun teh segar,
dengan cara pemanasan sehingga oksidasi terhadap katekin (zat antioksidan) dapat
dicegah.34

2.4.1 Komposisi dan Kegunaan
Teh hijau mengandung hampir 4000 komponen bioaktif dimana sepertiganya
terdiri atas polifenol.35 Polifenol yang paling banyak ditemukan dalam teh hijau
adalah flavonol yaitu katekin. Katekin merupakan senyawa larut dalam air, tidak
berwarna dan memberi rasa pahit yang terdapat dalam polifenol daun teh hijau dan
terdiri

atas

epigalocathechin-3-gallate

(EGCG)

59%

dari

total

katekin,

epigalocathecin (EGC) 19%, epicatechin-3-gallate (ECG) 13,6%, epicatechin (EC)
6,4%.14-16
Senyawa lainnya adalah alkaloid (kafein, teofilin dan teobromin), asam
amino, karbohidrat, protein, klorofil, senyawa organik yang mudah menguap
(berperan dalam menghasilkan aroma pada teh), fluoride, aluminium, mineral dan
elemen lain.35
Katekin yang terkandung dalam teh hijau dipercaya mampu mengurangi
pembentukan plak gigi dengan dua mekanisme, yaitu: membunuh bakteri penyebab
seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus dan menghambat aktivitas
enzim glikosiltransferase dari bakteri.34
Teh hijau merupakan sumber penting untuk menyediakan antioksidan
polifenol dan memiliki kemampuan untuk melindungi terhadap berbagai penyakit

Universitas Sumatera Utara

17

mulut seperti karies gigi, gingivitis, periodontitis, halitosis dan keganasan oral
(perlindungan dan regresi), selain itu teh hijau dapat mencegah stres oksidatif,
peradangan yang disebabkan asap rokok dan mengurangi erosi dentin serta abrasi.16

2.4.2 Berkumur dengan Seduhan Teh Hijau
Kelenjar saliva dapat dirangsang dengan berbagai cara seperti rangsangan
mekanis (mengunyah makanan keras atau permen karet dan berkumur), kimiawi
(rangsangan rasa asam, manis, asin, pahit), neuronal (melalui sistem saraf autonom,
baik simpatis maupun parasimpatis) dan psikis. Pada keadaan istirahat kelenjar
submandibularis menghasilkan bagian yang terbesar. Sebaliknya, kelenjar parotis
paling kuat menghasilkan pada keadaan terstimulasi terutama secara mekanis
sedangkan kelenjar submandibularis dan sublingualis lebih kuat terangsang secara
kimiawis misalnya dengan mentol. Semua kelenjar paling kuat terangsang oleh
rangsangan zat masam yaitu asam sitrun.10
Teh Hijau adalah salah satu jenis tanaman teh yang sering digunakan untuk
berkumur. Berkumur dengan zat tertentu dapat merangsang laju aliran saliva secara
mekanis dan kimiawi. Hal ini disebabkan karena kandungan polifenol pada teh hijau
yaitu katekin yang berperan dalam memberikan rasa sepat dan stimulasi mekanis
dapat dihasilkan dari gerakan berkumur, sehingga dapat menstimulasi sekresi
saliva.14,15 Stimulasi secara mekanik terjadi melalui reseptor yang terdapat pada otototot mastikasi, sendi temporomandibula dan mukosa rongga mulut yang mendeteksi
adanya gerakan otot dan meneruskan impuls ke sistem saraf parasimpatis sehingga
terjadi peningkatan sekresi saliva.15 Rangsangan kimiawi pada lidah dapat
mengaktifkan sistem saraf autonom secara tidak langsung melalui sistem saraf
sentral, sehingga kelenjar saliva dirangsang untuk sekresi.36
Berkumur dengan teh hijau dalam suatu penelitian dilaporkan tidak
menimbulkan stain pada gigi maupun iritasi dan deskuamasi pada jaringan serta
kelainan dalam persepsi rasa.37 Pemakaian teh hijau secara sistemik yang berlebihan
dapat menyebabkan efek samping yaitu mual, dehidrasi, lesu, pusing, insomnia,
tremor, gelisah, diuresis dan peningkatan denyut jantung.38

Universitas Sumatera Utara

18

2.5 Kerangka Teori

Gangguan Fungsional Kelenjar Saliva

Perawatan

Xerostomia

Penyakit

Obat-

Sistemik

obatan

Menopause

Radiasi kepala

Keadaan

dan Leher

Fisiologi dan

Terapi

Perawatan

preventif

simtomatik

Psikologi

Kimiawis

Stimulasi

Stimulasi

saliva

sistemik

Mekanis

Psikis

Berkumur
Teh Hijau

Universitas Sumatera Utara

19

2.6 Kerangka Konsep

Peningkatan

Wanita Menopause
dengan Xerostomia

Berkumur Teh Hijau

Laju Aliran
Saliva

Universitas Sumatera Utara