Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet Pada Pasien Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia Di RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

PERBEDAAN LAJU ALIRAN SALIVA DISTIMULASI

DENGAN MENGUNYAH DAN MENGHISAP PERMEN

KARET PADA PASIEN MENGONSUMSI

ANTIDEPRESAN DENGAN XEROSTOMIA

DI RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

PUPUT ROZA DEWI NIM: 100600010

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Tahun 2014

Puput Roza Dewi

Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet Pada Pasien Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia Di RSUP Haji Adam Malik Medan

X + 33 halaman

Pasien yang mengonsumsi antidepresan akan merasakan xerostomia atau mulut kering sebagai salah satu efek samping dari obat tersebut. Xerostomia adalah sensasi subjektif dari kekeringan mulut, tetapi tidak selalu berhubungan dengan hipofungsi kelenjar saliva. Mengunyah atau menghisap permen karet xylitol merupakan salah satu cara alternatif menanggulangi xerostomia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan laju aliran saliva yang distimulasi dengan mengunyah atau menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan pretest-postest group design. Pemilihan sampel menggunakan cara nonprobability sampling jenis consecutive sampling. Penelitian ini melibatkan 32 orang pasien mengonsumsi antidepresan dan mengalami xerostomia yang berkunjung ke Poli Psikiatri RSUP Haji Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan menampung saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol selama 3 menit dengan menggunakan metode spitting. Analisis data menggunakan uji T berpasangan untuk mengetahui perbedaan laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah atau menghisap permen karet xylitol, dan uji T tidak berpasangan untuk mengetahui perbedaan laju aliran saliva sesudah mengunyah dan sesudah menghisap permen karet xylitol. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol yaitu sekitar 0,29813 mL/menit (p=0,000), sebelum dan sesudah


(3)

mengunyah dan sesudah menghisap dengan nilai P = 0,166. Berdasarkan hasil penelitian, mengunyah permen karet xylitol lebih baik dalam menstimulasi laju aliran saliva dibandingkan dengan menghisap permen karet xylitol, maka mengunyah permen karet xylitol dapat menjadi salah satu cara alternatif dalam menanggulangi xerostomia pada pasien yang mengonsumsi antidepresan.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 14 Maret 2014

Pembimbing : Tanda tangan

Nurdiana, drg., Sp.PM ... NIP. 19780622 200502 2 002


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 14 Maret 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Nurdiana, drg., Sp.PM

ANGGOTA : 1. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM 2. Dr. Wilda Hafny Lubis, drg, Msi


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayat dan karunia-Nya, serta salawat dan salam kepada Rasullullah SAW sehingga skripsi yang berjudul “Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet pada Pasien Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan” selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga tersayang, Ayahanda Abdul Gafar dan Ibunda Janidar atas cinta dan kasih sayang dalam mendidik dan selalu memberi dukungan kepada penulis.

Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Nurdiana, drg., Sp.PM selaku pembimbing skripsi atas kesabaran dan waktu yang diberikan untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp.Ort, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi USU.

3. Dwi Tjahyaning Putranti, drg. MS selaku Dosen Pembimbing Akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

4. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi USU.


(7)

5. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bimbingan yang telah diberikan selama penulis menjalani kuliah.

6. Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan, Direktur SDM dan Pendidikan RSUP H. Adam Malik, Kepala Instalasi Litbang RSUP H. Adam Malik Medan beserta staf, dan Kepala SMF Psikiatri RSUP H. Adam Malik Medan beserta staf yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

7. Abangnda Akbar yang telah memberikan dukungan selama penulisan skripsi. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Tika, Gia, Poppy, dan Ayu serta teman-teman angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

8. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ilmu Penyakit Mulut yaitu Nurul, Fandra, Jannah, Intan, Tika, Atin, Dara, Nandra, Evi, Gohan, Ivan, dan Fany.

Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi, khususnya Departemen Ilmu Penyakit Mulut, serta pengembangan ilmu dikalangan masyarakat. Akhirnya tiada lagi yang dapat penulis ucapkan selain ucapan syukur sedalam-dalamnya, semoga Allah SWT memberi ridho-Nya pada kita semua.

Medan, Januari 2014 Penulis,

Puput Roza Dewi NIM : 100600010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ………..

HALAMAN PERSETUJUAN ……… HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ………..

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 3

1.3 Tujuan Penelitian ……… 4

1.4 Hipotesa Penelitian ……… 4

1.5 Manfaat Penelitian ………. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………. 6

2.1 Antidepresan yang Dikonsumsi Pasien Depresi ...…….... 6

2.1.1 Jenis Antidepresan yang Dikonsumsi Pasien Depresi 6

2.1.2 Dosis Antidepresan ….……….. 6

2.2 Xerostomia ……… 7

2.2.1 Defenisi ……… 7

2.2.2 Etiologi ………. 8

2.2.3 Tanda dan Gejala ………. 9

2.2.4 Diagnosis ………. 10

2.2.5 Penatalaksanaan ………. . 11

2.3 Hubungan Antidepresan dengan Xerostomia ...………... . 12


(9)

2.5 Kerangka Konsep ………. 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……… 15

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….…. 15

3.3 Populasi dan Sampel ……… 15

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional ….……… 17

3.5 Sarana Penelitian ………. 18

3.6 Metode Pengumpulan Data ………. 18

3.7 Pengolahan dan Analisis Tersebut ……….. 19

3.8 Etika Penelitian ……… 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografi Subjek Penelitian ……… 21

4.2 Pemeriksaan Klinis Subjek Penelitian ………. 22

BAB 5 PEMBAHASAN ……… 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………. 31


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin pada pasien

mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia ... 21 2 Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan kelompok umur pasien

mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia ………. 22 3 Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan lama mengonsumsi

antidepresan ………. 22 4 Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan jenis golongan

antidepresan yang dikonsumsi subjek penelitian ……….. 23 5 Rata-rata laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen

karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan

xerostomia di RSUP Haji Adam Malik ………... 23 6 Rata-rata laju aliran saliva sebelum dan sesudah menghisap permen

karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan

xerostomia di RSUP Haji Adam Malik ………... 24 7 Analisis hasil pengukuran laju aliran saliva sebelum dan sesudah

mengunyah atau menghisap permen karet xylitol menggunakan uji T

berpasangan ………. 25 8 Analisis hasil pengukuran laju aliran saliva sesudah mengunyah dan

sesudah menghisap permen karet xylitol menggunakan uji T tidak


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian.

2. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent). 3. Rekam medik penelitian.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Antidepresan adalah terapi obat-obatan yang diberikan pada penderita gangguan depresif. Gangguan depresif adalah salah satu gangguan kesehatan jiwa yang paling sering terjadi. Gangguan depresif merupakan gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai masalahnya.1 Menurut World Health Organization

(WHO) gangguan depresif berada pada posisi keempat penyakit dunia yang mengenai 20% wanita dan 12% laki-laki dan pada tahun 2020 diperkirakan akan menempati urutan kedua penyakit di dunia. Di Indonesia prevalensi depresi cukup tinggi yaitu sekitar 17-27%.2,3

Antidepresan mempunyai kemampuan untuk menghambat beberapa tipe reseptor, diantaranya reseptor H1 dan H2, reseptor adrenergik α1 dan α2, serta reseptor muskarinik.4 Antidepresan ini dapat menimbulkan berbagai efek samping yang bersifat sementara maupun menetap, salah satu efek yang dapat dirasakan adalah mulut kering atau xerostomia. Efek xerostomia merupakan efek yang bersifat menetap dan akan muncul 4-12 minggu setelah mengonsumsi obat antidepresan (biasanya pada trisiklik dan tetrasiklik).5 Pada penelitian Keene, Galasko, dan Land (2003), dari 381 orang pasien yang tercatat dirawat dengan obat antidepresan, 58% pasien berpotensi mengalami xerostomia.6

Xerostomia merupakan sensasi subjektif berupa mulut kering yang tidak selalu berhubungan dengan penurunan fungsi kelenjar saliva.7 Xerostomia ditandai dengan penurunan laju aliran saliva dan perubahan komposisi dari saliva itu sendiri.7,8 Keadaan hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva yang lebih rendah dari 0,7 ml/menit. Laju aliran saliva tanpa adanya stimulasi pada keadaan hiposalivasi kurang dari 0,1-0,2 ml/menit.9,10


(14)

Banyak sekali dampak atau masalah yang akan timbul pada penderita xerostomia, diantaranya adalah mukosa mulut yang kering akan mudah teriritasi, sukar berbicara, sukar dalam mengunyah dan menelan, mengalami masalah dalam pemakaian protesa, rasa seperti terbakar, gangguan pengecapan, perubahan jaringan lunak, pergeseran dalam mikroflora mulut, karies gigi meningkat, radang pada jaringan periodonsium, dan nafas bau atau halitosis. Ada beberapa cara dalam mengatasi xerostomia, yaitu dengan mengetahui penyebabnya terlebih dahulu kemudian melakukan terapi. Perawatan yang diberikan juga tergantung pada berat dan ringannya xerostomia. Pada keadaan yang berat dapat diberikan obat-obatan yang bisa merangsang aliran saliva.11 Pada keadaan yang ringan dapat dirawat dengan cara stimulasi mekanis, kimiawis, dan mekanis kimiawis.12 Stimulasi mekanis kimiawis adalah cara yang paling praktis dan ekonomis untuk menstimulasi aliran saliva diantara beberapa cara yang disebutkan, karena pada stimulasi mekanis-kimiawis ini pasien dapat dianjurkan untuk mengunyah dan menghisap permen karet yang tidak mengandung gula.11

Xylitol merupakan salah satu permen karet yang mengandung gula alkohol dengan kadar kalori 40% lebih rendah dari pada gula pasir (sukrosa) tetapi mempunyai tingkat kemanisan yang sama dan dapat digunakan untuk menstimulasi aliran saliva. Pemberian permen karet xylitol 3-5 kali sehari selama lima menit dapat menghambat akumulasi plak, menstimulasi aliran saliva serta membuat keadaan rongga mulut tidak menguntungkan bagi bakteri untuk tumbuh.12,13 Menurut Nyoman (2011), xilitol dapat meningkatkan produksi air liur sehingga dapat meredakan xerostomia, mengurangi infeksi mulut dan nasofaring.12 Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai laju aliran saliva, menunjukkan bahwa mengunyah permen karet xylitol dapat meningkatkan aliran saliva pada wanita menopause.13 Selain itu juga pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mengunyah permen karet xylitol dapat meningkatkan aliran saliva perokok.12 Namun pada kedua penelitian ini hanya melakukan perlakuan stimulasi saliva dengan cara mengunyah saja dan belum ada penelitian stimulasi saliva dengan perlakuan lainnya seperti


(15)

membandingkan perbedaan laju aliran saliva distimulasi dengan mengunyah dan menghisap permen karet xylitol.

Berdasarkan fakta-fakta diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang perbedaan laju aliran saliva yang distimulasi dengan mengunyah dan menghisap permen karet xylitol pada pasien yang mengkonsumsi antidepresan. Permen karet xylitol dipilih karena permen karet ini mengandung rendah gula sehingga aman untuk dikonsumsi oleh penderita penyakit sistemik. Keamanan serta efektifitas dari xylitol sebagai bahan makanan, obat-obatan terutama pada produk kesehatan mulut juga direkomendasikan oleh lembaga kesehatan internasional.14 Maka pada penelitian ini diharapkan dapat mengetahui perbedaan laju aliran saliva yang distimulasi dengan mengunyah dan menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan yang mengalami xerostomia.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Apakah terdapat perbedaan laju aliran saliva yang distimulasi dengan mengunyah dan menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini dilakukan adalah :

Untuk mengetahui perbedaan laju aliran saliva yang distimulasi dengan mengunyah dan menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Tujuan khusus penelitian ini dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui laju aliran saliva pada pasien yang mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia.


(16)

2. Untuk mengetahui laju aliran saliva yang distimulasi dengan mengunyah xilitol pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia.

3. Untuk mengetahui laju aliran saliva yang distimulasi dengan menghisap xilitol pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia.

1.4Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan laju aliran saliva yang distimulasi dengan mengunyah dan menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan memberikan masukan atau kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, khususnya bagi instansi pendidikan.

2. Bagi dokter gigi diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai laju aliran saliva pada pasien yang mengkonsumsi antidepresan serta cara penanggulangannya.

Manfaat praktis penelitian ini :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan edukasi bagi tenaga kesehatan mengenai cara alternatif dalam menstimulasi laju aliran saliva dengan menggunakan permen karet xilitol pada pasien mengkonsumsi antidepresan.

2. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat menerapkan dalam masyarakat tentang alternatif dalam menstimulasi laju aliran saliva pada pasien mengkonsumsi antidepresan yang mengalami xerostomia.


(17)

3. Bagi pasien diharapkan dapat menjadi salah satu cara alternatif untuk meningkatkan aliran saliva.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antidepresan yang Dikonsumsi Pasien Depresi

Antidepresan adalah obat yang dikonsumsi pasien depresi untuk meningkatkan suasana jiwa (mood), dengan meringankan atau menghilangkan gejala keadaan murung. Antidepresan tidak bekerja pada orang sehat.2

2.1.1 Jenis Antidepresan yang Dikonsumsi Pasien Depresi

Antidepresan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu heterosiklik dan monoamine inhibitor oksidase (MAOI). Heterosiklik merupakan antidepresan yang paling sering digunakan. Heterosiklik dikelompokkan lagi menjadi beberapa jenis obat, yaitu trisiklik (terbagi atas amin tersier dan amin sekunder) dan antidepresan generasi kedua. Trisiklik amin tersier terdiri dari imipramin, klomipramin, dan amitripilin. Trisiklik amin sekunder terdiri dari desipramin, nortriptilin, dan protriptilin. Sedangkan antidepresan generasi kedua terdiri dari fluoxetin, sertralin, citalopram, fluvoxamine, mianserin, mirtazapin, dan venlafaxine.4 Antidepresan kelompok MAOI merupakan suatu sistem enzim kompleks yang terdistribusi luas di dalam tubuh. MAOI diberikan jika pasien depresi tidak memberikan respon pada antidepresan kelompok heterosiklik.1

2.1.2 Dosis Antidepresan

Jenis trisiklik

1. Imipramin. Dosis lazim 25-50 mg sebanyak tiga kali sehari.1

2. Klomipramin. Dosis lazim 10 mg dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum 250 mg sehari.1


(19)

3. Amitripilin. Dosis lazim 25 mg dapat dinaikkan secara bertahap sampai dosis maksimum 150-300 mg sehari.1

Jenis generasi ke 2

1. Fluoxetin. Dosis lazim 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari.1

2. Sertralin. Dosis lazim 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hari.1

3. Citalopram. Dosis lazim 20 mg/hari, maksimum 60 mg/hari.1

4. Fluvoxamine. Dosis lazim 50 mg dapat diberikan satu kali sehari dan sebaiknya pada malam hari, maksimum dosis 300 mg.1

5. Mianserin. Dosis lazim 30-40 mg/hari menjelang tidur.1 6. Mirtazapin. Dosis lazim 15-45 mg/hari menjelang tidur.1

7. Venlafaxine. Dosis lazim 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 150-250 mg dan dapat diberikan satu kali sehari.1

Golongan antidepresan MAOI

1. Moclobemid. Dosis lazim 300 mg/hari dan dapat dinaikkan sampai dengan 600 mg/hari.1

2.2 Xerostomia

2.2.1 Definisi

Xerostomia merupakan sensasi subjektif dari kekeringan mulut, tetapi tidak selalu berhubungan dengan hipofungsi kelenjar saliva.7,9 Xerostomia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu gejala dari berbagai kondisi yang dialami, seperti efek samping dari radiasi di daerah kepala dan leher atau merupakan efek samping dari berbagai jenis obat-obatan yang dikonsumsi.9 Xerostomia dapat menimbulkan beberapa masalah dan kesulitan pada penderitanya.7,11 Pada orang dewasa laju aliran saliva distimulasi normalnya mencapai 1-3 ml/menit dengan


(20)

rata-rata terendah mencapai 0,7-1 ml/menit, sedangkan pada keadaan hiposalivasi lebih rendah dari 0,7 ml/menit. Laju aliran saliva normal tanpa stimulasi berkisar 0,25-0,35 ml/menit dengan rata-rata terendah 0,2-0,25 ml/menit, dan pada keadaan hiposalivasi laju aliran saliva kurang dari 0,1-0,2 ml/menit.9,10

2.2.2 Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan xerostomia :

1. Gangguan yang terjadi pada kelenjar saliva itu sendiri. Ada beberapa penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada kelenjar saliva sehingga laju aliran saliva menjadi berkurang. Penyakit itu diantaranya adalah sialodenitis kronis, kista dan tumor kelenjar saliva, mumps, dan sindrom Sjogren.9,15

2. Keadaan fisiologis. Aliran saliva dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis seperti berolah raga, berbicara yang lama, bernafas melalui mulut, gangguan emosional, stress, putus asa, dan perasaan takut. Keadaan ini dapat mempengaruhi terjadinya rangsangan pada simpatik dari sistem saraf autonom dan menghalangi sistem parasimpatik yang menyebabkan turunnya sekresi saliva. 9,15

3. Penggunaan obat-obatan. Banyak sekali obat-obatan yang dapat mempengaruhi laju aliran saliva, diantaranya analgesik, antikonvulsan, antihistamin, antihipertensi, antidepresan, antiparkinson, diuretik, dan dekongestan.11,15

4. Usia. Usia merupakan salah satu faktor penyebab xerostomia. Seiring dengan pertambahan usia maka akan terjadi kemunduran dan atropi pada kelenjar saliva sehingga dapat menurunkan laju aliran saliva..9,15

5. Psikologi. Pasien yang mengalami gangguan psikologi seperti depresi juga sering mengeluhkan terjadinya xerostomia, hal ini bisa terjadi akibat sistem saraf otonom menghambat sistem saraf simpatis dalam sekresi saliva. 15

6. Terapi radiasi pada daerah kepala dan leher. Radiasi dapat menyebabkan perubahan pada sekresi sel serous sehingga terjadi penurunan sekresi saliva.9,15


(21)

7. Demam serta infeksi pernafasan. Demam dan infeksi saluran pernafasan atas dapat menyebabkan terjadinya mulut kering atau xerostomia walaupun dampaknya tidak terlalu mengganggu. Pada infeksi saluran pernafasan atas, penyumbatan hidung akan menyebabkan pasien bernafas melalui mulut sehingga mulut akan menjadi kering.11,15

8. Keadaan-keadaan lain yang menyebabkan xerostomia. Diabetes melitus yang tidak terkontrol serta berhubungan dengan polidipsia, poliuria, dan dehidrasi dapat menyebabkan xerostomia. Selain itu dehidrasi medis atau operasi dengan keadaan-keadaan yang bervariasi, mulai dari perdarahan sampai hiperparatiroidism juga dapat menyebabkan xerostomia.11,15

2.2.3 Tanda dan Gejala

Ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dijumpai jika mengalami xerostomia. Tanda yang dapat ditemui pada penderita xerostomia, yaitu saliva menjadi kental dan berbusa, bibir kering dan pecah-pecah, rongga mulut terasa terbakar, lidah berfisura dan berlobul, mukosa yang terlihat kering dan pucat, serta kelenjar saliva bengkak dan nyeri (Gambar 1).16

A B

Gambar 1. Tanda Xerostomia. A, lidah berfisura dan berlobul. B, Bibir kering dan pecah-pecah10


(22)

Gejala yang biasanya dirasakan adalah mengalami keluhan dan kesulitan ketika makan, berbicara dan menelan, gangguan pengecapan (dysgeusia), berkurangnya retensi pada pemakaian gigi tiruan, rasa sakit pada lidah (glossodyna),

dan peningkatan kebutuhan untuk minum air.9

2.2.4 Diagnosis

Beberapa tahap untuk diagnosis xerostomia yaitu :

1. Anamnesis. Informasi tentang keluhan utama pasien dan riwayat penyakit dapat diperoleh dengan melakukan anamnesis, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan xerostomia. Contoh pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan adalah, apakah pasien merasa mulutnya kering ketika makan makanan, apakah pasien sedang mengonsumsi obat, dan lain sebagainya.10

2. Pemeriksaan klinis. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan pasien secara menyeluruh pada kelenjar saliva, jaringan lunak, dan jaringan keras rongga mulut. Pemeriksaan pada kelenjar saliva meliputi pembesaran pada kelenjar saliva, berkurangnya saliva, dan kontaminasi saliva oleh pus atau darah. Pemeriksaan pada jaringan lunak mencakup kondisi kering, atrofi, fisura dan lobul pada lidah, serta terjadinya perubahan warna pada mukosa mulut. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan untuk melihat laju aliran saliva dengan menggunakan metode spitting

dengan cara menampung saliva ke dalam gelas ukur selama tiga menit, pemeriksaan kekeringan mukosa dengan cara menempelkan tongue blade, jika alat lengket pada mukosa berarti terjadi penurunan sekresi saliva, serta pemeriksaan jaringan keras rongga mulut meliputi pemeriksaan terhadap gigi yang mengalami karies, baik tingkat keparahannya maupun rekurensinya.10

3. Pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan ini mencakup sialometri, serologi, mikrobial, histologi dan radiografi. Pemeriksaan sialometri yaitu pengumpulan saliva total (whole saliva) dapat dilakukan saat pasien beristirahat (unstimulated), atau pada saat pasien melakukan aktivitas (stimulated). Pada pemeriksaan serologi, mikrobial


(23)

dan histologi dilakukan untuk melihat penyebab lain yang mempengaruhi sekresi saliva, misalnya karena sindrom sjogren atau karena penyebab lainnya.10,17

2.2.5 Penatalaksanaan Xerostomia

Langkah pertama yang dapat dilakukan agar dapat mengatasi mulut kering adalah menegakkan diagnosis. Menegakkan diagnosis ini sering melibatkan multidisiplin dengan praktisi kesehatan lain karena seringkali xerostomia diakibatkan oleh komplikasi medis dan pengunaan obat-obatan.5 Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah :

1. Terapi preventif. Penderita xerostomia sebaiknya melakukan evaluasi oral secara rutin untuk diagnosis awal komplikasi oral. Pasien diistruksikan melakukan pemeriksaan mandiri serta melaporkan jika terdapat suatu kelainan di rongga mulutnya.16 Pasien juga diberikan flor topikal untuk mengontrol karies.17

2. Perawatan simtomatik. Terdapat berbagai macam perawatan simtomatik yang dapat dilakukan yaitu pasien disarankan untuk mengonsumsi air yang cukup, obat kumur dan saliva buatan. Hal ini dilakukan agar dapat membantu menjaga kelembaban rongga mulut dan membersihkan debris.5,17

3. Stimulasi saliva. Untuk pasien dengan kelenjar saliva yang masih baik maka teknik stimulasi dapat membantu dalam meningkatkan sekresi saliva.5 Stimulasi mekanis, kimiawis, dan mekanis-kimiawis merupakan stimulasi yang sangat baik dalam meredakan gejala. Stimulasi mekanis-kimiawis merupakan stimulasi lokal yang dapat dilakukan dengan mengunyah dan menghisap.18 Mengunyah dan menghisap dapat menimbulkan reflex saliva sederhana yang terjadi sewaktu reseptor tekanan di rongga mulut memberikan respon terhadap makanan. Sewaktu diaktifkan reseptor tersebut memulai implus di saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medulla batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim implus melalui saraf otonom ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Stimulasi kimia dapat merangsang produksi saliva dengan pemberian asam malat, gumarab, kalsium laktat, natrium fosfat, licasin dan sorbitol. Selain itu stimulasi aroma juga dapat merangsang


(24)

saliva dengan melibatkan indra penciuman, hal ini terjadi karena ketika mencium suatu aroma akan mempengaruhi korteks serebrum, dan selanjutnya informasi akan dibawa ke pusat saliva di medulla batang otak dan setelah itu pusat saliva mengirim implus melalui saraf otonom ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva.17 Selain itu sekresi saliva juga dapat dirangsang dengan pemberian obat-obatan yang merangsang melalui sistem saraf parasimpatis. Obat obat yang bisa digunakan seperti pilokarpin, karbamilkolin, dan betanekol.11

2.3 Hubungan Antidepresan dengan Xerostomia

Salah satu efek samping dari antidepresan adalah xerostomia. Pada penelitian Keene, Galasko, dan Land (2003), dari 381 orang pasien yang dirawat dengan antidepresan, hampir 58% pasien berpotensi mengalami xerostomia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa antidepresan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya xerostomia.6 Xerostomia dapat terjadi 4-12 minggu setelah mengonsumsi antidepresan.5 Jenis antidepresan yang dapat menyebabkan xerostomia adalah

serotonin agonist, nor-adrenalin re-uptake blockers, serotonin re-uptake inhibitors, noradrenalin and serotonin re-uptake blockers, atipical antidepressants, trisiklik,

tetrasiklik, monoamin oxidase inhibitors, venlafaxine, buspirone, dan alprazolan.2 Antidepresan memiliki sifat sebagai antikolinergik.4 Efek antikolinergik ini berfungsi memblokir sistem parasimpatis dengan menghambat efek asetilkolin pada kelenjar ludah. Pemblokiran saraf parasimpatis dapat mengakibatkan produksi saliva menurun sehingga terjadi xerostomia. Selain efek atikolinergik, antidepresan dapat mempengaruhi aliran saliva serta komposisinya dengan mengganggu fungsi dari sel asini beserta salurannya dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam aliran darah. Berkurangnya aliran saliva dapat diakibatkan oleh berkurangnya aliran darah yang diakibatkan oleh vasokonstriksi dari simpatetik adrenergik.19,20


(25)

2.4 Kerangka Teori

Antidepresan

Xerostomia

Terapi preventif Terapi simtomatis Terapi stimulasi saliva

Sistemik Lokal

Pengaruh mengunyah permen karet xylitol terhadap aliran saliva

Pengaruh menghisap permen karet xylitol terhadap aliran saliva


(26)

2.5 Kerangka Konsep

Pasien antidepresan

Xerostomia

Pengukuran laju aliran saliva

Sebelum Sesudah

Mengunyah permen karet xylitol

Menghisap permen karet xylitol


(27)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pretest-posttest group design.21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Poli Psikiatri RSUP H. Adam Malik, Medan. Rumah sakit ini menjadi pilihan untuk penelitian karena merupakan rumah sakit pusat di Medan yang memiliki poli khusus psikiatri dengan rekam medis yang lengkap, menerima rujukan dari berbagai rumah sakit baik dalam maupun luar daerah dan memiliki pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Waktu penelitian dilaksanakan bulan November 2013 sampai Desember 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah semua pengunjung RSUP H. Adam Malik yang mengonsumsi antidepresan. Sampel penelitian adalah pengunjung di RSUP H. Adam Malik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan bersedia untuk dilakukan penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan cara nonprobability sampling

jenis consecutive sampling, yaitu semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan sampel diikutsertakan dalam penelitian sampai jumlah


(28)

sampel yang dibutuhkan terpenuhi.22,23 Penentuan besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Supranto.26

( t-1 ) ( r-1 ) ≥ 15 ( 2-1 ) ( r-1 ) ≥ 15

( r-1 ) ≥ 15 r ≥ 16 Dimana t = jumlah kelompok perlakuan

r = jumlah replikasi

Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 16 sampel untuk kelompok yang diinstruksikan mengunyah permen karet xylitol dan 16 sampel untuk kelompok yang diinstruksikan menghisap permen karet, sehingga jumlah sampel keseluruhan menjadi 32 sampel.

Kriteria inklusi

1. Pasien Poli Psikiatri RSUP H. Adam Malik yang mengonsumsi antidepresan berusia 40-60 tahun dan mengalami xerostomia.

2. Pasien yang dapat berkomunikasi dan dapat menerima instruksi.

Kriteria ekslusi

1. Pasien tidak bersedia menjadi subyek penelitian.

2. Pasien tidak bersedia mengikuti prosedur penelitian sampai akhir.

3. Pasien yang merokok, menopause, menjalani terapi dengan radiasi kepala dan leher, menderita penyakit yang ada hubungannya dengan xerostomia yaitu diabetes mellitus, hipertensi, gagal ginjal kronis, demam, diare, dehidrasi, dan stress.


(29)

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

1. Variabel tercoba :

Laju aliran saliva pasien yang mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia. 2. Variabel eksperimental :

Mengunyah permen karet xylitol dan Menghisap permen karet xylitol. 3. Variabel terkendali :

Mengonsumsi antidepresan lebih dari 4 minggu dan usia. 4. Variabel tidak terkendali : Jenis kelamin.

3.4.2 Defenisi Operasional

1. Xerostomia adalah sensasi subjektif dari kekeringan mulut dengan laju aliran saliva total tanpa stimulasi pada subyek penelitian kurang atau sama dengan 0,2 ml/menit dengan menggunakan metode spitting.10

2. Laju aliran saliva sebelum adalah jumlah aliran saliva yang tidak distimulasi. Pengumpulan saliva dengan menggunakan metode spitting yaitu membiarkan saliva tergenang di dalam mulut terlebih dahulu kemudian ditampung setiap 60 detik selama 3 menit didalam gelas ukur.24

3. Laju aliran saliva sesudah adalah jumlah aliran saliva yang distimulasi dengan cara mengunyah atau menghisap permen karet xylitol selama 5 menit, kemudian dilakukan pengumpulan saliva dengan metode spitting yaitu membiarkan saliva tergenang di dalam mulut terlebih dahulu kemudian ditampung setiap 60 detik selama 3 menit didalam gelas ukur.24

4. Pasien yang mengonsumsi antidepresan adalah semua pasien yang mengonsumsi antidepresan lebih dari 4 minggu yang diketahui dari rekam medik.

5. Mengunyah permen karet xylitol adalah proses gabungan gerak antara dua rahang yang terpisah, termasuk gigi, bibir, pipi, lidah, langit-langit mulut serta


(30)

seluruh struktur pembentuk oral untuk mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit.25

6. Menghisap permen karet xylitol adalah suatu tindakan memasukkan permen karet ke mulut kemudian memberikan gaya menekan dan menarik secara bersamaan oleh lidah dan langit-langit mulut selama 5 menit.22

3.5Sarana Penelitian

Alat:

1. Gelas ukur 2. Corong 3. Stopwatch 4. Alat tulis Bahan:

1. Permen karet xylitol® dengan rasa mint

2. Tisu

3. Sarung tangan 4. Masker

3.6Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan pada pasien yang datang ke Poli Psikiatri RSUP H. Adam Malik. Data mengenai pasien tentang antidepresan yang dikonsumsi diperoleh dari rekam medik pasien, sedangkan data mengenai xerostomia diperoleh dengan cara anamnesis, yaitu dengan menanyakan pada pasien apakah mulutnya terasa kering.

Sebelum dilakukan perlakuan, subjek diberikan lembar penjelasan penelitian.

Jika subyek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian dan diberi perlakuan, maka subjek penelitian menandatangani lembar persetujuan, kemudian dilakukan


(31)

Subjek diminta untuk duduk dengan tenang dan santai, posisi punggung tegak dan kepala menunduk, hal ini dilakukan supaya pasien tidak merasa takut atau cemas karena keadaan tersebut dapat mempengaruhi laju aliran saliva. Selanjutnya saliva ditampung dalam gelas ukur dengan metode spitting. Langkah pertama subjek diminta untuk menelan semua saliva yang ada di dalam rongga mulutnya, kemudian dilakukan pengukuran saliva sebelum distimulasi dengan menginstruksikan sampel penelitian menampung saliva kedalam gelas ukur yang sudah disediakan setiap 60 detik selama 3 menit.24 Langkah selanjutnya adalah subjek diinstruksikan untuk mengunyah permen karet xylitol pada kelompok pertama dan menghisap permen karet xylitol pada kelompok kedua selama 5 menit. Subjek diinstruksikan menelan semua saliva yang ada di dalam rongga mulutnya, setelah itu dilakukan pengumpulan saliva dengan menginstruksikan subjek menampung salivanya kedalam gelas ukur setiap 60 detik selama 3 menit. Setelah semua langkah-langkah tersebut dilakukan, langkah selanjutnya adalah analisis data antara saliva sebelum dan sesudah mengunyah atau menghisap permen karet, kemudian dilakukan juga analisis data antara mengunyah atau menghisap permen karet.

3.7Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah suatu analisis yang digunakan untuk menjelaskan serta menggambarkan setiap variabel penelitian.26 Analisis ini dilakukan dengan cara manual. Hasil analisis univariat pada penelitian ini antara lain:

1. Distribusi dan frekuensi subjek berdasarkan jenis kelamin pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia.

2. Distribusi dan frekuensi subjek berdasarkan usia pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia.

3. Distribusi dan frekuensi subjek berdasarkan lama mengonsumsi antidepresan.


(32)

4. Distribusi dan frekuensi subjek berdasarkan jenis antidepresan pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia.

5. Rata-rata laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah atau menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia di RSUP H. Adam Malik Medan.

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan mencakup dua variabel yang saling berkolerasi atau berhubungan.26 Analisis ini dilakukan dengan cara komputerisasi. Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan yaitu melakukan observasi mengenai laju aliran saliva sebelum diberi perlakuan dan perbedaan laju aliran saliva yang distimulasi dengan mengunyah dan menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan, maka analisis bivariat yang dilakukan adalah dengan metode uji T berpasangan dan uji T tidak berpasangan. 22

3.8Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup : 1. Ethical clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.

2. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar penjelasan kepada responden kemudian menjelaskan terlebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian. Bagi responden yang setuju, maka dimohonkan untuk menandatangani lembar persetujuan agar dapat berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.


(33)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

1.1Data Demografi Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang yang terdiri dari 16 orang kelompok mengunyah dan 16 orang kelompok menghisap. Penelitian ini melibatkan 17 orang laki-laki (53,13%) dan 15 orang perempuan (46,87%) yang mengonsumsi antidepresan serta mengalami xerostomia (Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia.

Jenis Kelamin F (Frekuensi) %

Laki-laki 17 53,13% Perempuan 15 46,87%

Total 32 orang 100%

Berdasarkan kelompok umur, umur sampel penelitian yang mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia terdapat pada rentangan umur 40-60 tahun yang telah dikelompokkan menjadi tiga kelompok umur, yaitu kelompok umur 40-49 tahun terdapat 9 orang (28,12%), kelompok umur 50-59 tahun 15 orang (46,88%), dan kelompok umur 60 tahun terdapat 8 orang (25%). Karakteristik sampel ini dapat dilihat pada Tabel 2.


(34)

Tabel 2. Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan umur pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia.

Umur f (Frekuensi) %

40-49 tahun 9 28,12 %

50-59 tahun 15 46,88%

≥ 60 tahun 8 25%

Total 32 orang 100%

4.2 Pemeriksaan Klinis Subjek Penelitian

Jangka waktu mengonsumsi antidepresan terbanyak pada subjek penelitian yang berkunjung ke psikiatri RSUP H Adam Malik Medan adalah sekitar 1-12 bulan yaitu 13 (40,63%) subjek penelitian. Jangka waktu 13-24 bulan sebanyak 4 orang (12,5%), 25-36 bulan sebanyak 5 orang (15,62%), 37-48 bulan sebanyak 2 orang (6,25%), dan pada jangka waktu lebih dari 49 bulan sebanyak 8 orang (25%) (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan lama mengonsumsi antidepresan.

Lama Mengonsumsi Antidepresan (Bulan)

f ( Frekuensi ) %

1-12 bulan 13 40,63%

13-24 bulan 4 12,5%

25-36 bulan 5 15,62%

37-48 bulan 2 6,25%

≥ 49 bulan 8 25%


(35)

Golongan antidepresan yang terbanyak digunakan adalah golongan heterosiklik. Golongan heterosiklik tersebut yaitu trisiklik sebanyak 19 orang (59,37%) dan antidepresan generasi ke 2 sebanyak 13 orang (40,63%). Antidepresan yang dikonsumsi ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan jenis golongan antidepresan yang dikonsumsi subjek penelitian.

Golongan Antidepresan f (Frekuensi) %

Heterosiklik - Trisiklik - Antidepresan

generasi ke 2

19 13

59,37 % 40,63 %

MAOI - -

Total 32 orang 100%

Rata-rata laju aliran saliva sebelum distimulasi pada kelompok perlakuan mengunyah permen karet xylitol terdiri dari 16 orang pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia adalah 0,1750 mL/menit. Sesudah distimulasi dengan mengunyah permen karet xylitol terjadi peningkatan rata-rata laju aliran saliva menjadi 0,4731 mL/menit (Tabel 5).

Tabel 5. Rata-rata laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia di RSUP Haji Adam Malik

Perlakuan Rata-rata ± SD

Sebelum mengunyah permen karet xylitol

0,1750 ± 0,03502 Sesudah mengunyah permen karet xylitol 0,4731 ± 0,23440


(36)

Rata-rata laju aliran saliva sebelum distimulasi pada kelompok perlakuan menghisap permen karet xylitol yang terdiri dari 16 orang pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia adalah 0,1694 mL/menit. Sesudah distimulasi dengan menghisap permen karet xylitol rata-rata laju aliran saliva menjadi 0,3638 mL/menit. Rata-rata laju aliran saliva ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata laju aliran saliva sebelum dan sesudah menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia di RSUP Haji Adam Malik

Perlakuan Rata-rata ± SD

Sebelum menghisap permen karet xylitol 0,1694 ± 0,04781 Sesudah menghisap permen karet xylitol 0,3638 ± 0,20063

Uji statistik menggunakan uji T berpasangan menunjukkan nilai n= 0,000 (p<0,05). Nilai p<0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada rata-rata laju aliran saliva sebelum distimulasi dengan mengunyah atau menghisap permen karet xylitol. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan mengunyah permen karet xylitol dapat meningkatkan rata-rata laju aliran saliva pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia sekitar 0,29813 mL/menit, sedangkan peningkatan rata-rata laju aliran saliva sesudah distimulasi dengan menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan xerostomia sekitar 0,19438 mL/menit (Tabel 7).


(37)

Tabel 7. Analisis hasil pengukuran laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah atau menghisap permen karet xylitol menggunakan uji T berpasangan

Perlakuan Rata-rata ± SD Selisih Rata-rata Nilai P

Sebelum

mengunyah permen karet xylitol

0,1750 ± 0,03502 0,29813 0,000*

Sesudah

mengunyah permen karet xylitol

0,4731 ± 0,23440

Sebelum

menghisap permen karet xylitol

0,1694 ± 0,04781 0,19438 0,000*

Sesudah menghisap permen karet xylitol

0,3638 ± 0,20063

*= signifikan

Uji statistik menggunakan uji T tidak berpasangan menunjukkan bahwa rata-rata laju aliran saliva pada 16 orang subjek penelitian pada kelompok mengunyah permen karet xylitol sekitar 0,4731 mL/menit, sedangkan rata-rata laju aliran saliva pada 16 orang subjek penelitian kelompok menghisap permen karet xylitol sekitar 0,3638 mL/menit. Hasil dari uji statistik T tidak berpasangan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan atau bermakna antara mengunyah dan menghisap permen karet xylitol dengan nilai P = 0,166, sehingga secara statistik mengunyah permen karet xylitol lebih baik dalam menstimulasi laju aliran saliva (Tabel 8).


(38)

Tabel 8. Analisis hasil pengukuran laju aliran saliva sesudah mengunyah dan sesudah menghisap permen karet xylitol menggunakan uji T tidak berpasangan

Perlakuan N Mean SD T (t-test) P-value

Mengunyah 16 0,4731 0,23440

1,418 0,166 Menghisap 16 0,3638 0,20063


(39)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada penelitian yang dilakukan di Poli Psikiatri RSUP Haji Adam Malik ini terdapat 17 orang laki-laki dan 15 orang perempuan yang mengonsumsi antidepresan dan mengalami xerostomia. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Kenee tahun 2003 yang menyatakan bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari pada laki-laki dengan rasio 2,3:1.6 Begitu pula pada tulisan Tan dan Rahardja dalam buku obat-obatan penting yang menyatakan bahwa prevalensi perempuan yang mengonsumsi antidepresan dan mengalami xerostomia sekitar 25%, sedangkan laki-laki sekitar 10%.2 Hasil ini terjadi karena pada saat penelitian di Poli Psikiatri RSUP Haji Adam Malik dilakukan, banyak dari pasien perempuan yang mengonsumsi antidepresan yang berkunjung ke Poli Psikiatri tersebut tidak bersedia untuk menjadi subjek penelitian, pasien perempuan lebih sensitif dan sulit untuk diajak bekerjasama, selain itu pasien yang sudah menopause merupakan eksklusi dari subjek penelitian sehingga juga mempengaruhi jumlah pasien perempuan yang lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Pasien menopause dieksklusikan karena pada keadaan menopause terjadi perubahan hormonal yang mempengaruhi sekresi saliva sehingga laju aliran saliva berkurang, hal ini dijelaskan pada penelitian Kusumayani tahun 2010.13

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang mengonsumsi antidepresan dan mengalami xerostomia paling banyak adalah umur 50-59 tahun yaitu 15 orang (46,875%) dari 32 subjek penelitian. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Kenee tahun 2003 dan juga sesuai dengan data dari Departemen Kesehatan RI yang menyatakan bahwa pasien yang mengonsumsi antidepresan dan mengalami xerostomia paling banyak rata-rata pada umur 50-59 tahun.1,6 Seiring dengan bertambahnya usia akan terjadi proses aging dimana kelenjar saliva akan mengalami


(40)

atrofi sehingga menyebabkan perubahan serta kemunduran fungsi dari kelenjar saliva, hal ini dapat menyebabkan produksi saliva berkurang dan komposisi saliva menjadi berubah.7 Disamping itu pasien juga mengonsumsi antidepresan. Antidepresan memiliki sifat sebagai antikolinergik yang dapat memblokir sistem parasimpatis, sehingga menghambat asetilkolin pada kelenjar ludah dan menyebabkan terjadinya penurunan produksi saliva. Kedua kondisi inilah yang dapat memperparah terjadinya xerostomia.1,6

Penelitian pada subjek yang berjumlah 32 orang mengonsumsi antidepresan ini menunjukkan bahwa semua subjek mengalami xerostomia setelah mengonsumsi antidepresan lebih dari 4 minggu (1 bulan). Hasil ini sesuai dengan penelitian Turner dkk sebelumnya pada tahun 2007, Turner dkk menyatakan bahwa efek xerostomia merupakan salah satu efek dari mengonsumsi antidepresan yang akan muncul 4 minggu atau 1 bulan setelah mengonsumsi antidepresan.5 Jangka waktu efek xerostomia ini berkaitan dengan berkurangnya jumlah dan kepekaan reseptor-reseptor postsinaptis tertentu, yang menyebabkan efek tersebut baru bisa dirasakan setelah 4 minggu mengonsumsi antidepresan.2

Pada penelitian yang melibatkan pasien mengonsumsi antidepresan dan mengalami xerostomia ini diperoleh hasil 19 orang (59,375%) pasien yang dijadikan subjek penelitian mengonsumsi antidepresan golongan heterosiklik jenis trisiklik dan 13 orang (40,625%) mengonsumsi heterosiklik jenis antidepresan generasi kedua. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kenee tahun 2003 yang menyatakan bahwa antidepresan jenis trisiklik lebih sering mengakibatkan efek xerostomia dan paling banyak diresepkan pada pasien depresi.6 Jenis antidepresan trisiklik lebih banyak diresepkan karena obat jenis ini telah terbukti efektif dalam mengobati depresi, sedangkan golongan MAOI sangat jarang dijadikan pilihan karena antidepresan golongan ini diindikasikan untuk pasien depresi yang tidak memberikan respon terhadap antidepresan lainnya.1,6

Penelitian yang melibatkan dua kelompok perlakuan yaitu kelompok mengunyah permen karet xylitol dan kelompok menghisap permen karet xylitol ini


(41)

kelompok mengunyah permen karet xylitol diperoleh rata-rata laju aliran saliva sebelum mengunyah permen karet xylitol sekitar 0,1750 mL/menit dan setelah mengunyah permen karet xylitol laju aliran saliva mengalami kenaikan menjadi 0,4731 mL/menit. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nyoman pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan laju aliran saliva setelah mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit.12 Kelompok perlakuan kedua adalah kelompok menghisap permen karet xylitol. Rata-rata laju aliran saliva sebelum menghisap permen karet xylitol diperoleh sekitar 0,1694 mL/menit dan rata– rata laju aliran saliva setelah menghisap permen karet xylitol sekitar 0,3638 mL/menit. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan rata-rata laju aliran saliva setelah menghisap permen karet xylitol. Peningkatan laju aliran saliva setelah mengunyah maupun setelah menghisap permen karet xylitol dapat terjadi karena adanya proses mekanik berupa gerakan otot-otot di dalam rongga mulut selama proses mengunyah atau menghisap yang akan menginduksi sistem saraf parasimpatis sehingga kelenjar saliva akan terstimulasi untuk mensekresikan saliva.18 Selain itu, permen karet xylitol sendiri juga dapat menstimulasi sekresi saliva, karena xylitol dapat mempengaruhi persepsi rasa yang diterima oleh kemoreseptor pada taste bud. Kemoreseptor inilah yang menginduksi sistem saraf simpatis untuk melepaskan neurotransmitter norepinefrin yang akan melepaskan β adrenergik dan menghasilkan saliva yang disekresikan oleh kelenjar submandibular dan sublingual.17

Berdasarkan analisis pengukuran laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol memperlihatkan adanya kenaikan laju aliran saliva sesudah subjek penelitian mengunyah permen karet xylitol yaitu sekitar 0,29813 mL/menit dan analisis pengukuran laju aliran saliva sebelum dan sesudah menghisap permen karet xylitol menunjukkan kenaikan sekitar 0,19438 mL/menit. Peningkatan laju aliran saliva ini menunjukkan hasil yang signifikan antara laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah ataupun menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan yang mengalami xerostomia. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kesumayani dkk pada tahun 2010 yang juga menemukan bahwa terjadi peningkatan laju aliran saliva sesudah


(42)

mengunyah permen karet xylitol, perbedaan sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol tersebut sekitar 0,3 mL/menit.13 Peningkatan laju aliran saliva terjadi akibat adanya proses mekanik dari gerakan ketika mengunyah ataupun menghisap yang menginduksi saraf parasimpatis, sehingga mengakibatkan saraf parasimpatis melepaskan neurotransmitter asetilkolin yang merangsang kelenjar saliva untuk mensekresikan saliva serous.18

Berdasarkan analisis uji T tidak berpasangan terhadap sesudah mengunyah dan sesudah menghisap permen karet xylitol juga dijumpai perbedaan yang signifikan. Sesudah mengunyah permen karet xylitol dapat meningkatkan laju aliran saliva sekitar 0,4731 mL/menit sedangkan sesudah menghisap permen karet xylitol mengalami kenaikan laju aliran saliva sekitar 0,3638 mL/menit, sehingga didapatkan perbedaan laju aliran saliva antara mengunyah dan menghisap permen karet xylitol adalah sekitar 0,1093 mL/menit. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Gupta dkk (2006) sebelumnya bahwa rangsangan mengunyah lebih baik dibandingkan menghisap dalam menstimulasi laju aliran saliva. Ketika mengunyah sekresi saliva lebih banyak karena pada rangsangan mengunyah lebih banyak melibatkan otot-otot mekanik di dalam rongga mulut dibandingkan dengan menghisap, sehingga dapat menimbulkan reflek saliva yang lebih baik sewaktu kemoreseptor atau reseptor pengunyahan di dalam rongga mulut memberi respon terhadap adanya makanan. Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai implus di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medulla batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim imlpus melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva.18


(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol, serta sebelum dan sesudah menghisap permen karet xylitol pada pasien yang mengonsumsi antidepresan dan mengalami xerostomia. Perbedaan yang signifikan juga terlihat dari laju aliran saliva sesudah mengunyah dibandingkan sesudah menghisap permen karet xylitol. Mengunyah permen karet xylitol lebih baik dalam menstimulasi laju aliran saliva dibandingkan dengan menghisap permen karet xylitol.

Pada penelitian ini pemilihan subjek penelitian kurang homogen, sehingga pada penelitian selanjutnya pemilihan subjek penelitian dapat dibuat lebih homogen, baik jenis kelamin maupun usia. Selain itu disarankan kepada dokter, dokter gigi, dan pasien untuk saling bekerja sama dalam mengatasi atau menanggulangi xerostomia yang terjadi akibat efek samping dari penggunaan antidepresan. Efek samping xerostomia ini jika tidak ditanggulang dengan baik akan dapat memberikan dampak langsung terhadap kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup pasien yang mengonsumsi antidepresan. Edukasi serta instruksi diperlukan dalam menanggulangi xerostomia, seperti memberikan instruksi ke pada pasien untuk lebih meningkatkan asupan cairan atau bisa juga dengan memberikan cara alternatif dengan mengunyah ataupun menghisap permen karet xylitol serta secara rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical care untuk penderita gangguan depresif. Jakarta. 2007: 1-10.

2. Tan HT, Rahardja K. Obat-obat penting. 6th ed. Jakarta: Gramedia, 2007: 452-70. 3. Setyaningsih TR, Wijayana KA, Suharmillah. Faktor-faktor yang berhubungan

dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara yang sudah mendapatkan terapi. Purwokerto: Universitas Jendral Sudirman Purwokerto, 2011: 1-6.

4. Guze B. The handbook of psychiatry. Jakarta: EGC, 1997: 400-10.

5. Turner MD, Jonathan AS. Dry mouth and its effect on the oral health of ederly people. J Am Dent Assoc 2007; 138: 15-20.

6. Kenee JJ, Galasko GT, Martin FL. Antidepressant use in psychiatry and medicine: importance for dental practice. J Am Dent Assoc 2003; 134: 71-2. 7. Sultana N, Ehtaih S. Xerostomia. international Journal of Dental Clinics 2011:

58-60.

8. Langlais RP, Miller CS. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim. Jakarta: Hipokrates, 2002: 46-7.

9. Fatia MB, Novia J. Xerostomia (mulut kering). Makassar: Universitas Hasanuddin, 2011: 1-7.

10.Lukisari C, Kusharjanti. Xerostomia: salah satu manifestasi oral diabetic.

http://canelukisari.blogspot.com/2010/04/xerostomia-salah-satu-manifestasi-oral.html (April 04.2010).

11.Hasibuan S. keluhan mulut kering ditinjau dari faktor penyebab, manifestasi dan penanggulangannya. Medan: USU Press, 2002: 2-6.

12.Nyoman GS. Permen karet xylitol yang dikunyah selama 5 menit meningkatkan dan mempertahankan pH saliva perokok selama 3 jam. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana, 2011: 13-23.


(45)

13.Kusumayani P. Perbedaan flow saliva pada wanita menopause sebelum dan sesudah mengunyah permen karet yang mengandung xylitol. Surabaya: Airlangga University Library, 2010: 2.

14.Sutriyanto E. Kandungan xylitol permen karet ampuh bersihkan gigi. http://TRIBUNNEWS.com. (8 Juli 2013).

15.Gayford JJ, Haskel R. Penyakit mulut (clinical oral medicine). 2nd ed. Jakarta: EGC, 1990: 169-75.

16.Wicaksono EN. Xerostomia. http://emirzanurwicaksono.blog.unisula.ac.id. (8 Juli 2013).

17.Greenberg MS, Glick M, Jonathan AS. Salivary gland desease. Burket’s oral medicine diagnosis and treatment. 11th ed. Hamilton: BC Decker Inc, 2008: 195-215.

18.Gupta A, Joel B, Epstein, Sroussi H. Hyposalivation in ederly patient. J Can Dent Assoc 2006; 72(9): 841-6.

19.Ameida PDV, Johann ACB, Alanis LRA, Gregio AMT. Antidepressants: side effects in the mouth. www.intechopen.com. (8 Juli 2013).

20.Lauren WM, Morgan SK. Psychotropic-induced dry mouth: don’t overlook this potentially serious side effect. Current Psychiatry 2011 Dec: 55-8.

21.Mickenautsch S, Leal SC, Yengopal V, Bezerra AC, Cruvinel V. Sugar-free chewing gum and dental caries-a systematic review. J Appl Oral Sci 2007; 15(2): 83-8.

22.Budiharto E. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC, 2001: 25-8.

23.Suyatno. Menghitung besar sampel penelitian kesehatan masyarakat. www.suyatno.blog.undip.ac.id. (8 Juli 2013).

24.Sreebny LM, Vissink A. Dry mouth the malevolent symptom: a clinical guide. 10th ed. Singapore: Willey-Blackwell, 2010: 65-6.

25.Wicaksono EN. Mastikasi. http://emirzanurwicaksono.blog.unisula.ac.id. (8 Juli 2013).


(46)

26.Budiharto. Metodologi penelitian kesehatan dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi. Jakarta: EGC, 2008: 22-4.


(47)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi,

Perkenalkan nama saya Puput Roza Dewi, saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet Pada Pasien

Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia Di RSUP Haji Adam Malik”

yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan laju aliran ludah yang dirangsang dengan mengunyah atau menghisap permen karet xylitol pada pasien mengonsumsi antidepresan yang mengalami mulut kering. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan dan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Penyakit Mulut serta menjadi masukan dan memberi informasi bagi dokter gigi dan masyarakat tentang alternatif dalam menanggulangi mulut kering pada pasien mengonsumsi antidepresan dengan mengunyah atau menghisap permen karet xylitol.

Bapak/Ibu, mengunyah atau menghisap permen karet xylitol dapat merangsang laju aliran ludah sehingga meminimalkan terjadinya mulut kering pada pasien yang mengkonsumsi antidepresan. Hal ini terjadi karena dengan mengunyah atau menghisap permen karet xylitol dapat mempengaruhi sistem saraf pada kelenjar ludah.

Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan meliputi pengukuran laju aliran ludah tanpa rangsangan, serta pengukuran laju aliran ludah dengan rangsangan mengunyah permen karet xylitol, atau mengukur laju aliran ludah dengan rangsangan menghisap xylitol. Bapak/Ibu diinstruksikan untuk menampung ludahnya ke dalam gelas ukur melalui corong setiap 60 detik selama 3 menit untuk dilakukan pengukuran air ludah sebelum diberi rangsangan. Setelah itu Bapak/Ibu


(48)

diinstruksikan untuk mengunyah atau menghisap permen karet xylitol selama 5 menit. Selanjutnya saya akan meminta Bapak/Ibu untuk menampung ludahnya kembali ke dalam gelas ukur melalui corong setiap 60 detik selama 3 menit. Lalu akan dilihat berapa banyak air ludah yang telah ditampung di dalam gelas ukur (dalam mL) dan hasilnya akan dicatat.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak akan terjadi efek samping pada Bapak/Ibu dan tidak akan terjadi perubahan mutu pelayanan dari dokter bila Bapak/Ibu tidak bersedia mengikuti penelitian ini. Bapak/Ibu akan tetap mendapatkan pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan standar prosedur pelayanan.

Pada penelitian ini identitas Bapak/Ibu disamarkan. Hanya dokter peneliti, anggota peneliti dan anggota komisi etik yang bisa melihat data penelitian ini. Kerahasiaan data Bapak/Ibu akan dijamin sepenuhnya. Bila data Bapak/Ibu dipublikasikan kerahasiaan data akan tetap dijaga.

Apabila selama penelitian ini berlangsung terjadi keluhan pada Bapak/Ibu, silahkan menghubungi saya Puput Roza Dewi (Hp: 082162990038). Demikian penjelasan dari saya. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(49)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur :

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan*) Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Mahasiswa Peneliti Medan,……...….. 2013 Peserta penelitian

(Puput Roza Dewi) __________________


(50)

Lampiran 3

Nomor Data Penelitian :

REKAM MEDIK PENELITIAN

PERBEDAAN LAJU ALIRAN SALIVA YANG DISTIMULASI DENGAN MENGUNYAH DAN MENGHISAP PERMEN KARET PADA PASIEN

MENGONSUMSI ANTIDEPRESAN DENGAN XEROSTOMIA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

A. Data Demografi

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

B. Pemeriksaan Klinis

Jenis antidepresan :

Jangka Waktu Mengonsumsi Antidepresan : Minggu Laju Aliran Saliva : Sebelum : mL/menit

: Sesudah Mengunyah/Menghisap : mL/menit


(51)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebelum mengunyah

sesudahmengu nyah

N 16 16

Normal Parametersa,b Mean .1750 .4731

Std. Deviation .03502 .23440

Most Extreme Differences Absolute .262 .204

Positive .238 .204

Negative -.262 -.128

Kolmogorov-Smirnov Z 1.049 .817

Asymp. Sig. (2-tailed) .221 .516

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 sebelum mengunyah .1750 16 .03502 .00876

sesudahmengunyah .4731 16 .23440 .05860

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 sebelum mengunyah &

sesudahmengunyah

16 .218 .417

Paired Samples Test Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper


(52)

Paired Samples Test Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 sebelum

mengunyah -

sesudahme ngunyah

-.29813 .22932 .05733 -.42032 -.17593 -5.200 15 .000

 

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 sebelummenghisap .1694 16 .04781 .01195

sesudahmenghisap .3638 16 .20063 .05016

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 sebelummenghisap &

sesudahmenghisap

16 .659 .005

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 sebelummenghisap &

sesudahmenghisap

16 .659 .005

Paired Samples Test Paired Differences

t df Sig. (2-ta Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference


(53)

Paired Samples Test Paired Differences

t df Sig. (2-ta Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 sebelummengh

isap –

sesudahmengh isap

-.19438 .17290 .04322 -.28650 -.10225 -4.497 15 .000

Uji T unpaired

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

sesudahmengunyah 8.074 15 .000 .47313 .3482 .5980

sesudahmenghisap 7.252 15 .000 .36375 .2568 .4707

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differe laju saliva Equal

varian ces assum es


(54)

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

sesudahmengunyah 8.074 15 .000 .47313 .3482 .5980

Equal varian ces not assum es


(1)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

:

Umur

:

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan*)

Alamat

:

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia

berpartisipasi pada penelitian ini.

Mahasiswa

Peneliti

Medan,……...…..

2013

Peserta penelitian

(Puput Roza Dewi)

__________________


(2)

Lampiran 3

Nomor Data Penelitian :

REKAM MEDIK PENELITIAN

PERBEDAAN LAJU ALIRAN SALIVA YANG DISTIMULASI DENGAN

MENGUNYAH DAN MENGHISAP PERMEN KARET PADA PASIEN

MENGONSUMSI ANTIDEPRESAN DENGAN XEROSTOMIA

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

A.

Data Demografi

Nama

:

Umur

:

Jenis Kelamin

:

B.

Pemeriksaan Klinis

Jenis

antidepresan

:

Jangka

Waktu

Mengonsumsi

Antidepresan

: Minggu

Laju Aliran Saliva : Sebelum

:

mL/menit

: Sesudah Mengunyah/Menghisap

:

mL/menit


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebelum mengunyah

sesudahmengu nyah

N 16 16

Normal Parametersa,b Mean .1750 .4731

Std. Deviation .03502 .23440

Most Extreme Differences Absolute .262 .204

Positive .238 .204

Negative -.262 -.128

Kolmogorov-Smirnov Z 1.049 .817

Asymp. Sig. (2-tailed) .221 .516

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 sebelum mengunyah .1750 16 .03502 .00876

sesudahmengunyah .4731 16 .23440 .05860

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 sebelum mengunyah &

sesudahmengunyah

16 .218 .417

Paired Samples Test Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper


(4)

Paired Samples Test Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std.

Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 sebelum

mengunyah -

sesudahme ngunyah

-.29813 .22932 .05733 -.42032 -.17593 -5.200 15 .000

 

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 sebelummenghisap .1694 16 .04781 .01195

sesudahmenghisap .3638 16 .20063 .05016

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 sebelummenghisap &

sesudahmenghisap

16 .659 .005

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 sebelummenghisap &

sesudahmenghisap

16 .659 .005

Paired Samples Test Paired Differences


(5)

Paired Samples Test Paired Differences

t df Sig. (2-ta Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 sebelummengh

isap –

sesudahmengh isap

-.19438 .17290 .04322 -.28650 -.10225 -4.497 15 .000

Uji

 

T

 

unpaired

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

sesudahmengunyah 8.074 15 .000 .47313 .3482 .5980

sesudahmenghisap 7.252 15 .000 .36375 .2568 .4707

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differe laju saliva Equal

varian ces assum es


(6)

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

sesudahmengunyah 8.074 15 .000 .47313 .3482 .5980

Equal varian ces not assum es


Dokumen yang terkait

Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah Permen Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

2 123 50

Profil Penderita Penyakit Diare pada Balita di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2011 hingga 2013

3 71 53

Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum Dan Sesudah Berkumur Dengan Larutan Baking Soda Pada Pasien Hipertensi Dengan Xerostomia Di RSUP H. Adam Malik Medan

3 50 49

Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet pada Pasien Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

5 81 56

Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet pada Pasien Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 12

Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet pada Pasien Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 2

Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet pada Pasien Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 5

Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet pada Pasien Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 9

Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet pada Pasien Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 1 3

Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet pada Pasien Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 0 8