Fungsi Dan Peran Taman Kebun Bunga (茂榕园) Dalam Memperkenalkan Sosok Tjong Yong Hian Sebagai Tokoh Masyarakat Tionghoa Kota Medan Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian mengenai fungsi
dan peran Taman Kebun Bunga dalam memperkenalkan Tjong Yong Hian
sebagai tokoh masyarakat Tionghoa kota Medan dengan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif. Data dan informasi yang dikumpulkan berasal dari
literatur-literatur tertulis, dan data-data penelitian di lapangan yang berasal dari
wawancara dengan narasumber yang mengetahui informasi yang berkaitan dengan
objek penelitian.
Menurut Nazir (2003:4) metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Sukmadinata (2006 : 72) menjelaskan bahwa penelitian dengan metode
deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena tersebut dapat
berupa aktivitas, bentuk, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan
perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lain.
Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu objek
secara lengkap. Dalam menggambarkan objek tersebut terdapat proses analisis

data-data, membuat prediksi, dan implikasi dari suatu fenomena yang terjadi.
Dengan kata lain penelitian deskriptif analisis bertujuan untuk memperoleh

20
Universitas Sumatera Utara

informasi-informasi mengenai fenomena dan kaitannya antara variabel-variabel
yang ada.
Pendekatan kualitatif mengkaji persepektif partisipan dengan strategistrategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Dalam pendekatan kualitatif
ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang
partisipan, dimana penelitian ini bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat
dunia apa adanya secara alamiah tanpa dimodifikasi oleh peneliti.
Pada penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai
dari lapangan yakni fakta empiris. Temuan penelitian berbentuk konsep, prinsip,
hukum, teori dibangun dan dikembangkan di lapangan bukan dari teori yangsudah
ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.
Adapun fungsi dan peran Taman Kebun Bunga akan di paparkan dengan
metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif, terutama dalam
memperkenalkan Tjong Yong Hian sebagai tokoh masyarakat Tionghoa di kota
Medan.


3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Taman Kebun Bunga & Tjong Yong Hian
Gallery yang berada di Jalan Kejaksaan, Gang Sopan No. 5, Kelurahan Petisah
Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Medan. Lokasi ini dipilih dikarenakan objek
kajian pada penelitian ini adalah lokasi tersebut yaitu Taman Kebun Bunga sendiri.
Observasi akan dilakukan di lokasi penelitian, narasumber dari penelitian ini
adalah Ibu Linda istri Bapak Budihardjo Chandra yang merupakan pemilik dari
Taman Kebun Bunga, penyebaran angket kuesioner akan dilakukan pada

21
Universitas Sumatera Utara

penggunjung Taman Kebun Bunga. Sehingga lokasi ini memudahkan penulis
untuk mengumpulkan data.
3.3 Data dan Sumber Data
Menurut Mulyanto ( 2009: 15) data adalah representasi dunia nyata yang
mewakili suatu objek, seperti manusia, hewan, peristiwa, konsep, keadaan dan
sebagainya yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol teks, gambar, bunyi,
atau kombinasinya. Dapat dikatakan data adalah penggambaran suatu kejadian

nyata. Adapun dalam penelitian data digolongkan menjadi dua jenis, yaitu data
primer dan data sekunder.
Menurut Umar (2003:56) data primer merupakan data yang diperoleh
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat
berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), peristiwa atau fenomena , dan hasil pengujian.
Menurut Umar (2003 :58) data Sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh atau dicatat pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan,
atau laporan historis yang telah tersusun dalam dokumen-dokumen ataupun
literatur baik dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara
dengan informan mengenai fungsi dan peran dari Taman Kebun Bunga sebagai
media memperkenalkan Tjong Yong Hian sebagai tokoh masyarakat Tionghoa
kota Medan dilokasi penelitian. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian
ini adalah buku-buku, arsip, dokumen, artikel yang berkaitan dengan objek kajian.

22
Universitas Sumatera Utara


3.4 Sampel
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampling purposive . Sugiyono
(2016: 85) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004:128), pemilihan
sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang
sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan
penelitian.
Adapun sampel pada penelitian ini adalah pengunjung Taman Kebun
Bunga. Pemilihan sampel ini berdasarkan tujuan penelitian dan objek kajian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Studi Kepustakaan
Menurut Nazir (2003 : 111) studi kepustakaan adalah teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literatur, catatan dan laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
diteliti. Studi kepustakaan adalah usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan objek kajian. Melalui studi
kepustakaan peneliti juga dapat menemukan landasan teori yang relevan untuk

mengkaji objek yang diteliti.
Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku-buku ilmiah,
laporan penelitian, jurnal, majalah, karya ilmiah (tesis dan disertasi), peraturanperaturan, dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik.

23
Universitas Sumatera Utara

Dalam teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan peneliti
kemudian mengidentifikasikan landasan teori secara sistematis, mencari bukubuku, skripsi, jurnal, dan bahan tertulis yang berkaitan dengan objek kajian
yang diteliti, dan kemudian menganalisisnya.

3.5.2 Observasi
Menurut Heru (2006: 73) metode observasi adalah proses pengamatan
secara seksama perialku subjek (manusia), objek (benda) atau peristiwa yang
sistematik kemudian mencatatnya tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi
dengan individu-individu yang diteliti. Metode observasi membuat peneliti
mengalami secara langsung fenomena- fenomena yang terjadi berkaitan dengan
objek yang akan diteliti. Dengan mengalami langsung fenomena –fenomena
tersebut membuat peneliti akan lebih mudah memberikan gambaran nyata
mengenai situasi objek yang akan diteliti.

Pada penelitian ini pengamatan dilakukan di Taman Kebun Bunga.
Pengamatan juga dilakukan di Museum Tjong Yong Hian, dan Makam Tjong
Yong Hian yang berada didalam komplek Taman Kebun Bunga.

3.5.3 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan tanya
jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandasan kepada tujuan
penilitian. Pertanyaan yang disusun penanya disesuaikan dengan tujuan
penelitian.

24
Universitas Sumatera Utara

Soehartono (1995 : 67) yang mengatakan “…wawancara adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara
langsung oleh pewawancara, jawaban responden akan dicatat atau direkam
dengan alah perekam (tape recorder)” . Dengan demikian saat melalukan sesi
wawancara harus dipersiapkan bukan hanya daftar pertanyaan yang berkaitan
dengan objek dan tujuan penelitian namun juga buku catatan, alat tulis dan alat
perekam untuk memudahkan saat pengumpulan data.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan pengelola Taman
Kebun Bunga Ibu Linda Setiawan yang merupakan istri dari Bapak
Budiahardjo Chandra. Bapak Budiahardjo Chandra merupakan keturunan dari
Tjong Yong Hian.
Adapun daftar pertanyaan yang akan ditanyakan dalam wawancara
adalah sebagai berikut :
1. Kapan Taman Kebun Bunga dibangun?
2. Kapan Museum Kebun Bunga dibangun? Mengapa?
3. Menurut pendapat anda apakah selama ini keberadaan Taman Kebun
Bunga sudah banyak diketahui masyarakat?
4. Menurut anda Taman Kebun Bunga adalah tempat tujuan pariwisata atau
tempat pembelajaran kebudayaan? Jelaskan!
5. Dapatkah anda menceritakan setiap sisi dari setiap bangunan yang terdapat
pada Taman Kebun Bunga?
6. Apakah ada atau tidak hubungan Taman Kebun Bunga

dalam

memperkenalkan sosok Tjong Yong Hian sebagai tokoh masyarakat
Tionghoa di kota Medan?


25
Universitas Sumatera Utara

7. Apakah keberadaan Taman Kebun Bunga mendapat sambutan hangat dari
pihak pemerintah?
8. Apakah Taman Kebun Bunga merupakan milik dari pemerintah kota
Medan atau masih milik pribadi dari keluarga Tjong Yong Hian?
9. Bagaimana sosok Tjong Yong Hian?
10. Dapatkah anda menceritakan semua yang anda ketahui mengenai sosok dan
perjalanan hidup Tjong Yong Hian?

3.5.4 Kuesioner
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban.
Data dari kuessioner atau angket adalah data yang berbentuk tulisan. Menurut
Sugiyono (2016 : 142) koesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Dalam penelitian ini metode kuesioner dilakukan dengan menyebarkan

kuesioner kepada pengunjung Taman Kebun Bunga. Metode kuesioner sendiri
dipilih oleh peneliti untuk mengetahui apakah fungsi dan peran Taman Kebun
Bunga telah memberikan dampak kepada pengujung. Peneliti percaya para
pengunjung akan secara jujur dapat menilai fungsi dan peran dari Taman
Kebun Bunga setelah mengunjungi tempat itu sendiri. Kuesioner juga dapat
menunjukkan seberapa besar pengetahuan pengunjung bertambah mengenai
sosok Tjong Yong Hian setelah kunjungan ke Taman Kebun Bunga.

26
Universitas Sumatera Utara

Adapun Batasan Operasional pada metode kuesioner dalam penelitian
ini adalah:
1. Variabel Independen ( X)
Pada penelitian ini yang menjadi variabelindependenatauvariabelbebas
“X” adalahfungsidanperan Taman KebunBunga. Fungsimenurut kamus
lengkap Bahasa Indonesia (1998:192), fungsi berarti kegunaan sesuatu hal
pekerjaan yang dilakukan.Fungsi berkaitan dengan nilai guna. Suatu objek
akan dikatakan “berfungsi” apabila memiliki kegunaan sebaliknya akan
dikatakan “tidak berfungsi” apabila tidak memiliki kegunaan. Masthura (2014)

menyatakan bahwa fungsi juga menuju pada proses yang sedang atau akan
berlangsung, yaitu menunjukkan pada benda tertentu yang merupakan elemen
atau bagian dari proses tersebut.
Peran berkaitan dengan kedudukan suatu objek dalam masyarakat.
Peran juga dapat dikatakan sebagai pelaksanaan dari fungsi. Menurut Masthura
(2014: 54) peran diartikan sebagai hasil dari “kegunaan”. Fungsi dan peran
saling berkaitan. Pada penelitian ini yang akan dikaji adalah fungsi dan peran
dari Taman Kebun Bunga yang merupakan variabel yang mempengaruhi
pengenalan pengunjung terhadap sosok Tjong Yong Hian. Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala likert.
2. Variabel Dependen (Y)
Pada penelitian ini yang menjadi

variabel dependen atau variabel

terikat “Y”adalah sosok Tjong Yong Yong Hian sebagai tokoh masyarakat
Tionghoa di kota Medan. Sosok Tjong Yong Hian belum terlalu dikenal oleh
masyarakat secara luas. Masyarakat umumnya lebih mengenal sosok Tjong A

27

Universitas Sumatera Utara

Fie yang adalah adik beliau. Sedikit yang mengetahui bahwa Tjong Yong Hian
adalah tokoh masyarakat Tionghoa di kota Medan pada masa lampau.
Pengenalan akan sosok Tjong Yong Hian dari masyarakat Tionghoa sekarang
dipengaruhi oleh Taman Kebun Bunga yang merupakan tempat persemayaman
terakhir beliau. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert.
Berikut adalah tabel perincian dari operalsional variabel.
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel
Fungsi

dan

Defenisi

Indikator

Peran Nilai kegunaan dan 1. Komunikasi

Taman Kebun Bunga

Skala
Skala Likert

pelaksanaan atau hasil 2. Pendidikan
dari kegunaan Taman 3. Pelestarian
Kebun Bunga

Sosok

Tjong

Yong Pengenalan

Hian sebagai Tokoh sosok

Tjong

akan 1. Sosok Tokoh

Skala Likert

Yong 2. Perjalanan

Masyarakat Tionghoa Hian

sebagai Tokoh

di kota Medan

Masyarakat
3. Kualitas
Hidup Tokoh

Dalam penelitian ini skala pengukuran masing-masing variabel
menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, persepsi dari seseorang ataupun kelompok orang tentang suatu
fenomena sosial. Dalam skala likert, variabel yang akan diukur akan dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik

28
Universitas Sumatera Utara

tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan (Sugiyono, 2016 : 144).
Berikut adalah tabel instrumen skala likert, dimana setiap pernyataan
atau pertanyaan akan diberi skor sebagai berikut :

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
No

Skala

Skor

1

Sangat Setuju / Sangat Tahu

5

2

Setuju / Tahu

4

3

Kurang Setuju / Kurang Tahu

3

4

Tidak Setuju / Tidak Tahu

2

5

Sangat Tidak Setuju / Sangat Tidak Tahu

1

Tabel 3.3 Kisi – kisi Angket
Tujuan / Masalah Variabel yang diukur

Indikator

Nomor

Penelitian

pengukuran

Soal

Fungsi

dan peran Fungsi

dan

Peran Taman

Kebun 1

Taman Kebun Bunga Komunikasi

Bunga

dalam

menceritakan sejarah

memperkenalkan

dari

sosok Tjong Yong

Yong Hian sebagai

Hian sebagai tokoh

tokoh

masyarakat

Tionghoa

Tionghoa

kota

dapat

sosok

Tjong

masyarakat
kota

Medan.

29
Universitas Sumatera Utara

Medan
Taman

Kebun 2

Bunga

dapat

memberi

gambaran

kehidupan
masyarakat
Tionghoa

kota

Medan pada masa
lampau.
Fungsi

dan

Peran Taman

Pendidikan

Kebun 3

Bunga

menjadi

sumber pengetahuan
bagi

pengunjung

mengenai kehidupan
masyarakat
Tionghoa

kota

Medan pada masa
lampau.
Taman

Kebun 4

Bunga

menjadi

sumber pengetahuan
bagi

pengunjung

mengenai
kehidupanTjong

30
Universitas Sumatera Utara

Yong Hian sebagai
tokoh

masyarakat

Tionghoa

kota

Medan pada masa
lampau.
Fungsi

dan

Peran Taman

Pelestarian

Kebun 5

Bunga dapat menjadi
cagar wisata sejarah
yang

dapat

melestarikan sejarah
masyarakat
Tionghoa

di

kota

Medan.

Tabel 3.4 Pernyataan Angket
Beri tanda centang (√) dalam kolom alternatif jawaban yang telat disediakan :
1. Sangat Setuju / Sangat Tahu (SS/ST)
2. Setuju / Tahu (S/T)
3. Kurang Setuju / Kurang Tahu (KS/ KT)
4. Tidak Setuju / Tidak Tahu (TS/TT)
5. Sangat Tidak Setuju / Sangat Tidak Tahu (STS/STT)

31
Universitas Sumatera Utara

No

1.

Pernyataan

SS /

S/

KS /

TS /

STS /

ST

T

KT

TT

STT

Saya mengetahui sosok Tjong Yong
Hian sebelum datang ke Taman
Kebun Bunga.

2.

Saya

sudah

mengetahui

dan

mengenal hal – hal yang terdapat di
dalam Taman Kebun Bunga.
3.

Taman

Kebun

menambah
mengenai

Bunga

dapat

pengetahuan

saya

sejarah

masyarakat

Tionghoa di kota Medan.
4.

Taman

Kebun

menambah

Bunga

dapat

pengetahuan

saya

mengenai sosok Tjong Yong Hian
sebagai tokoh masyarakat Tionghoa
kota Medan.
5.

Taman Kebun Bunga perlu mendapat
bantuan dari pemerintah dalam hal
sosialisasi dan pelestariannya sebagai
cagar wisata sejarah kota Medan.

32
Universitas Sumatera Utara

3.6 Teknik Analisis Data
Menurutu Moelong (2002:244) teknikanalisis data adalahlangkah-langkah
yang

ditempuhpenelitiuntukmenyusun

data

dalamcara

yang

bermaknasehinggamudahdipahami. Analisis data dalam hal ini ialah mengatur,
mengurutkan, menggelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya.
Hal ini dimaksudkan agar penggolahan data tersebut dapat terorganisir. Analisis
data
dalampenelitianiniakandiupayakanuntukmemperdalamataumenginterpretasikansec
araspesifikdalamrangkamenjawabseluruhpertanyaan.

Adapun

proses

yang

dilakukandalamteknikanalisis data, yakni :
1. Melakukan analisis data dengan menentukan fokus penelitian. Pada penelitian
ini peneliti memfokuskan penelitian pada Taman Kebun Bunga.
2. Mencari teori yang sesuai untuk mengkaji fokus penelitian. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan teori fungsionalisme dan teori peran.
3. Menentukan narasumber dan sampel.
4. Mengumpulkan data berupa wawancara, menyebarkan kuesioner dan
mendokumentasikannya.
5. Mereduksi data , proses ini yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok
sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih
nyata.
6. Melakukan penyajian data dalam bentuk tabel sehingga data lebih terorganisir
dan tersusun dalam pola hubungan dan dapat mudah dipahami.
7. Melakukan pengolahan data dan menganalisisnya sesuai teori fungsionalisme
dan teori peran.

33
Universitas Sumatera Utara

8. Melakukan penarikan kesimpulan.
9. Membuat laporan penelitian tertulis.

34
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
GAMBARAN UMUM MENGENAI SOSOK TJONG YONG HIAN DAN
TAMAN KEBUN BUNGA

4.1 Sosok Tjong Yong Hian
Pada tahun 1850 Tjong Yong Hian (dikenal juga sebagai Zhang Yu Nan
atau Zhang Rong Xuan) dilahirkan dari sebuah keluarga Hakka, di Songkou,
Kabupaten Mei ( Meixian), Propinsi Guangdong, China Selatan. Nama kecil dari
Tjong Yong Hian sendiri adalah Chiok Kon. Beliau adalah anak kedua dengan
enam saudara laki-laki dan seorang saudari perempuan.
Chandra (2011:4) Tjong Yong Hian adalah seorang anak yang
berkelakuan baik, beliau juga sempat mengenyam pendidikan tradisional China
selama beberapa tahun. Namun Tjong Yong Hian kemudian harus berhenti
sekolah dikarenakan sulitnya kehidupan pasca perang yang terjadi di China saat
itu. Tjong Yong Hian pun kemudian membantu ayahnya Tjong Hie Liang yang
dikenal juga sebagai Mian Sheng berjualan biji-bijian, beras, dan barang-barang
kelontong di pasar-pasar tradisional di Songkou. Dari kegiatan membantu
ayahnyalah Tjong Yong Hian belajar berdagang walau saat itu masih dalam skala
kecil.
Chandra (2011:4) Tjong Yong Hian dari masa mudanya sudah memiliki
ambisi yang besar, beliau sudah memahami bahwa dirinya tidak akan bisa sukses
jika terus hanya berdagang di kampung halamannya. Pada masa itu, satu-satunya
cara menjadi sukses adalah dengan lulus Ujian Kerajaan, sedangkan Tjong Yong
Hian sendiri telah berhenti sekolah. Kenyataan itulah yang membuat Tjong Yong

35
Universitas Sumatera Utara

Hian memutuskan untuk merantau. “Sebagai seorang laki-laki, karena saya tidak
dapat mengikuti Ujian Kerajaan untuk menjadi kaum terhormat, maka saya
mempunyai pikiran untuk pergi ke ujung dunia untuk mencari kekayaan saya.”
adalah kata-kata yang diucapkan Tjong Yong Hian kepada ayahnya kala beliau
meminta izin untuk merantau ke Hindia Belanda (sekarang Indonesia).
Pada tahun 1867, Tjong Yong Hian yang kala itu berusia 17 tahun
berangkat dari pelabuhan Shantou, menuju Hindia Belanda dan mendarat di
Batavia (sekarang Jakarta). Selama tiga tahun, beliau bekerja untuk Tjong Bi Shi.
Tjong Yong Hian bekerja mengikuti prinsip-prinsip dagang tradisional China
yang berdasarkan kepada kepercayaan, ketekunan, dan kehormatan.

Hal ini

membuat Tjong Bi Shi terkesan dan kemudian menyerahkan tanggung jawab yang
besar kepada Tjong Yong Hian. Tjong Bi Shi juga menggandalkan Tjong Yong
Hian dalam urusan-urusan bisnis di perusahaannya.
Pada usia 20 tahun, setelah mempunyai tabungan yang dirasa cukup untuk
menjadi modal usaha, Tjong Yong Hian pun meninggalkan Batavia (sekarang
Jakarta) menuju pulau Sumatera dan mendarat di Tanah Deli (sekarang Medan).
Pada masa itu, Tanah Deli (sekarang Medan) belum berkembang dan berada
dalam kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Tjong Yong Hian yang memiliki
pikiran tajam, melihat hal tersebut sebagai sebuah daerah yang penuh dengan
kesempatan. Beliau kemudian memulai bisnis dengan mendirikan NV. Wan Yun
Chong, sebuah perusahan dagang.
Disamping usaha perdagangan, Tjong Yong Hian mendiversifikasikan
usahanya dengan berinvestasi perkebunan. Pada tahun 1878, pada usia 28 tahun
beliau sudah menjadi seorang yang patut diperhitungkan masa itu.Pada tahun

36
Universitas Sumatera Utara

1879 dikarenakan usaha yang berkembang pesat, beliau pun mengajak adiknya
yang keempat Tjong Yao Hian (yang lebih dikenal sebagai Tjong A Fei) untuk
membantunya. Keduannya menjalankan bisnis bersama yang membuat mereka
kemudian dikenal sebagai Tjong Bersaudara.
Perkembangan bisnis Tjong Yong Hian tidak hanya di bidang perkebunan,
Tjong Yong Hian kemudian juga berkecimpung dalam usaha pembangunan Real
Estate. Tjong Yong Hian bersama Tjong A Fei kemudian mengembangkan
perumahan dan pertokoan di Medan yang kemudian menjadi pusat bisnis yang
dikenal sebagai kawasan Kesawan.
Bisnis Tjong Yong Hian juga merambah hingga bidang perbankan.
Dengan modal yang besar , pada tahun 1907 Tjong Yong Hian dan Tjong A Fei
mendirikan Bank Deli. Bank Deli merupakan sebuah bank swasta pertama yang
dimiliki oleh orang Tionghoa di Medan. Bank Deli secara efektif menghilangkan
monopoli Bank Hindia Belanda.
Pelayaran juga menjadi target bisnis Tjong Yong Hian, bersama mantan
majikannya Tjong Bi Shi

mereka bekerja sama mendirikan dua perusahaan

pelayaran yang berbasis di Batavia dan Aceh. Perusahaan ini bernama Yi Chong
dan Fuk Guang yang membawa penumpang dan barang kargo. Melalui
perusahaan ini, mereka berhasil memecah monopoli asing di bidang pelayaran.
Bersama pemerintah kolonial dan pemilik modal Belanda – Eropa, Tjong
Yong Hian ikut meletakkan fondasi pembangunan kota Medan. Kedatangan Tjong
Yong Hian berada pada waktu yang tepat saat pemerintah kolonial Belanda
membutuhkan suntikan dana untuk pembangunan kota Medan. Dengan dana dari
Tjong Yong Hian kemudian Medan berkembang menjadi kota kapitalistik. Tjong

37
Universitas Sumatera Utara

Yong Hian adalah salah satu sosok dibalik wajah kota Medan saat itu. Beliau
memiliki kemampuan bisnis dan kecakapan mengelolah tata ruang, yang
mengubah Medan yang awalnya adalah perkampungan nelayan menjadi kota
kolonial modern.
Agustono dan Dewi (2017 : 125) Tjong Yong Hian yang tersohor akan
kesuksesan dan kekayaannya pun kemudian memiliki akses untuk bergaul dengan
orang-orang dari beragam latar belakang sosial. Beliau kemudian dekat dengan
Kesultanan Deli. Hubungan ini berjalan harmonis, dikarenakan Tjong Yong Hian
memerlukan proteksi Sultan untuk menyewa tanah sebagai modal utama
pengoperasian perkebunan. Sebaliknya kesultanan membutuhkan Tjong Yong
Hian sebagai sumber pendapatan ekonomi lewat konsesi tanah.

Pemerintah

kolonial Belanda sendiri membutuhkan Tjong Yong Hian sebagai perantara untuk
pengadaan barang yang terkait dengan perkebunan dan pembangunan kota .
Karena semakin mengguatnya pengaruh sosial dan politik Tjong Yong Hian,
pemerintah

kolonial

Belanda

kemudian

memberikan

jabatan

birokrasi

pemerintahan kepada beliau. Pemerintah kolonial Belanda memberikan gelar
Mayor kepada Tjong Yong Hian. Tahun 1894 Pemerintah China menunjuk Tjong
Yong Hian menjadi Wakil Konsul untuk Penang, Malaysia yang pada masa itu
adalah jajahan Inggris.
Tjong Yong Hian berhasil membangun kerajaan bisnis bukan hanya di
Medan, tapi juga Penang bahkan China. Walaupun Tjong Yong Hian telah
memiliki kekayaan yang luar biasa, namun beliau tetap berperilaku penuh etika
dan bersifat rendah hati serta sopan kepada siapa saja. Tjong Yong Hian adalah
sosok yang mengakar di masyarakat.

38
Universitas Sumatera Utara

Sekalipun struktur masyarakat kolonial Sumatera Timur sangat rasis,
Tjong Yong Hian mencoba memotong, menembus, dan mengabaikannya dengan
cara melakukan bermacam aktivitas filantropis. Hal ini menunjukkan Tjong Yong
Hian adalah sosok yang pluralis, yang sangat menghargai keberagaman budaya
dan kelompok etnis.
Beliau mendirikan rumah sakit dan penampungan tuna wisma, panti
asuhan, pemakaman, membantu pendirian Mesjid Lama Gang Bengkok dan
Mesjid Raya. Sosok Tjong Yong Hian yang arif menjadikan dirinya sebagai
penegah berbagai persoalan masyarakat. Hal ini menyebabkan beliau dekat
dengan masyarakat dari kalangan manapun.
Tjong Yong Hian juga adalah sosok yang mencintai kebudayaan dan sastra.
Tjong Yong Hian memiliki sangat banyak koleksi barang-barang kebudayaan
bernilai seni tinggi. Tjong Yong Hian juga suka menulis puisi dan karya sastra.
Setelah Tjong Yong Hian mengundurkan diri sebagai Vice Consul Penang, dia
menulis mengenai adat masyarakat Penang, mencatat ikhtisar negara-negara di
seluruh dunia dalam buku berjudul ‘Hoi Guo Kung Yi Shi Lu’ sebanyak 6 jilid
dan ‘Hoi Guo Kung Yi Chap Lu’ sebanyak 3 jilid.
Pada tanggal 11 September 1911, Tjong Yong Hian meninggal pada usia
61 tahun. Masa persemayaman jenazah dan upacara pemakaman Tjong Yong
Hian dihadiri ribuan pelayat dari segala suku dan kebangsaan.
Ribuan penduduk Medan berkumpul dijalan-jalan antara rumahnya di
Kesawan dan tempat peristirahatannya yang terakhir di Taman Kebun Bunga (茂
榕园) / Mao Rong Yuan untuk menyaksikan upacara pemakaman yang meliputi
konvoi mobil-mobil impor dan barisan orang-orang yang membawa plakat-plakat

39
Universitas Sumatera Utara

ucapan belasungkawa dan turut berdukacita. Sanak saudara, sahabat, dan
pemimpin masyarakat lokal maupun asing, menyatakan rasa belangsungkawa atas
wafatnya tokoh masyarakat Tionghoa ini. Seorang pemimpin yang sangat layak
diberikan penghormatan terakhir semulia itu.

4.2 Taman Kebun Bunga
Taman Kebun Bunga (茂榕园) / Mao Rong Yuandibangun ketika Tjong
Yong Hian diangkat menjadi Mayor sekitar tahun 1896. Taman Kebun Bunga
sendiri awalnya adalah sebuah taman pribadi milik Tjong Yong Hian yang
meliputi sebuah kawasan di sekitar Jalan Kejaksaan. Taman ini dinamai
berdasarkan banyaknya pohon Banyan yang dalam bahasa Mandarin rong/ 榕.
Pohon Banyan / ficus religosadalam Buddhisme dikenal sebagai pohon Bodhi,
yang dianggap suci dan merupakan perlambangan kehidupan abadi.
Menurut, hasil wawancara dengan Ibu Linda Setiawan pada Kamis 27
April 2017 , awalnya ada dua Taman Kebun Bunga. Satu didaerah jalan
Kejaksaan yang akan menjadi makam Tjong Yong Hian, satu lagi di daerah Pulo
Brayan. Namun Taman Kebun Bunga di daerah Pulo Brayan kemudian menjadi
milik Tjong A Fie ketika Tjong Yong Hian wafat. Hal ini disebabkan karena aset
Tjong Yong Hian kemudian dikelola oleh Tjong A Fie. Namun kawasan Pulo
Brayan itu sendiri sekarang tidak diketahui lagi oleh narasumber sebab sudah
menjadi milik keluarga Tjong A Fei dan sekarang hanya ada Taman Kebun Bunga
yang berada di jalan Kejaksaan.

40
Universitas Sumatera Utara

Taman Kebun Bunga awalnya adalah taman yang luas, yang dilintasi oleh
Sungai Babura di dalam taman tersebut juga terdapat rumah peristirahatan.
Namun lahan dari taman itu sedikit demi sedikit diambil alih oleh masyarakat
sekitar hingga hanya ada sedikit saja lahan yang tertinggal.
Gapura awal Taman Kebun Bunga berdiri disekitar Jalan Gajah Mada,
namun akhirnya diruntuhkan oleh masyarakat sekitar. Gapura yang sekarang
adalah replika dari yang lama, yang dibangun berdasarkan gapura lama

Gambar 4.1 Gapura Awal dari Taman Kebun Bunga
Sumber : Buku TJONG YONG HIAN Warisan Pemimpin Sejati

Gambar 4.2Gapura Depan Taman Kebun Bunga Replika
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

41
Universitas Sumatera Utara

Taman Kebun Bunga merupakan tempat peristirahatan terakhir dari Tjong
Yong Hian dan istrinya nyonya Tjong . Tjong Yong Hian dikebumikan pada
tahun 1911 dan sang istri dimakamkan 29 tahun kemudian.

Gambar 4.3 Makam Tjong Yong Hian
Sumber : Buku TJONG YONG HIAN Warisan Pemimpin Sejati

Gambar 4.4Makam Tjong Yong Hian sebelah kiri dan makam istri
Disebelah kanan menghadap kolam teratai
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Kini memang Taman Kebun Bunga memang bukan lagi taman yang luas
yang dilintasi sungai Babura dengan jalan yang lebar, namun tempat ini kini
menjadi tempat wisata sejarah budaya Tionghoa yang memperkenalkan sosok
pemimpin masyarakat Tionghoa masa lampau Tjong Yong Hian.

42
Universitas Sumatera Utara

4.2.1 Tjong Yong Hian Galery
Didalam Taman Kebun Bunga terdapat Tjong Yong Hian Galery yang
merupakan museum tentang perjalanan hidup sosok Tjong Yong Hian. Tjong
Yong Hian Galery diresmikan bersamaan dengan pembukaan Taman Kebun
Bunga oleh Rahudman Harahap pada tanggal 29 Oktober 2011 yang kala itu
menjabat sebagai walikota Medan.
Pembangunan Tjong Yong Hian Galery adalah ide dari cicit Tjong
Yong Hian sendiri yaitu Bapak Budiahardjo Chandra sebagai wujud rasa bakti
beliau dalam mengenang kakek buyutnya yang telah meninggal 100 tahun lalu.
Bapak Budiahardjo beranggapan kakek buyutnya Tjong Yong Hian sebagai
sosok yang luar biasa. Beliau merasa bahwa semangat dan cara hidup Tjong
Yong Hian harus diwariskankepada generasi berikutnya, sebab Tjong Yong
Hian sendiri belum terlalu dikenal masyarakat luas.
Tjong Yong Hian Galery dibangun kembali dengan hasil membeli
kembali bangunan ataupun lahan disekitar Taman Kebun Bunga. Padahal
awalnya lahan tempat bangunan tersebut berdiri adalah milik Tjong Yong Hian.
Adapun Tjong Yong Hian Galery terdiri dari dua bangunan. Bangunan
pertama, diberi nama 堂河清(táng hé qīng).

43
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.5 Bangunan tingkat dua yang diberi nama 堂河清(táng
hé qīng
Sumber : www.pemkomedan.go.id

Gambar 4.6Tampak depan 堂河清(táng hé qīng ), diatas pintu
terdapat tulisan dari nama bangunan.
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Pada bangunan dua lantai ini terdapat barang-barang koleksi pribadi
dari Tjong Yong Hian. Dilantai satu kita akan disambut dengan lukisan Tjong
Yong Hian, lukisan ini sudah berumur ratusan tahun. Di kiri dan kanan lukisan
Tjong Yong Hian juga terdapat dan puisi-puisi yang ditulis oleh beliau sendiri.
Lukisan Tjong Yong Hian tersebut mengenakan pakaian tradisional Tiongkok
Kuno.

44
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.7Lukisan Tjong Yong Hian mengenakan pakaian tradisional
Tiongkok Kuno
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Dilantai satu juga terdapat foto Tjong Yong Hian mengenakan setelah
jas khas orang Eropa. Foto ini dapat memberi gambaran bahwa Tjong Yong
Hian yang juga berinteraksi dengan kalangan Eropa.

Gambar 4.8Lukisan Tjong Yong Hian mengenakan pakaian setelan jas
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Dibawah tangga terdapat peralat-peralatan rumah tangga Tionghoa
masa lampau. Alat-alat rumah tangga ini adalah alat masak, peralatan makan,
hingga lemari kayu tempat menyimpat alat –alat tersebut. Semua peralatanperalatan ini asli milik pribadi keluarga Tjong Yong Hian yang tersimpan sejak
lama digudang rumah Bapak Budihardjo Chandra hal ini mengingat Rumah

45
Universitas Sumatera Utara

Keluarga Tjong Yong Hian dijalan Kesawan no 101, Medan yang sudah lama
dibongkar dikarena masalah keluarga.

Gambar 4.9 Peralatan makan yang milik Keluarga Tjong Yon Hian,
terbuat dari perak
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Di sudut ruangan lantai satu dibagian belakang terdapat ruang makan
kecil yang terinspirasi dari ruang makan di rumah utama keluarga Tjong Yong
Hian dahulu. Ruang makan bergaya Tiongkok klasik, dimana tempat Tjong
Yong Hian menerima tamu dari kalangan Tionghoa.

Gambar 4.10 Ruangan Makan bergaya Tiongkok Klasik dilengkapi
dengan peralatan makan sumpit dan mangkuk
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

46
Universitas Sumatera Utara

Dilantai satu juga terdapat mini teather yang digunakan untuk memutar
film singkat mengenai perjalanan sosok Tjong Yong Hian. Durasi film sekitar
15 menit akan memberi gambaran nyata tentang sosok Tjong Yong Hian
sendiri.

Gambar 4.11 Mini Teater yang akan memutar film singkat tentang
sosok Tjong Yong Hian
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Dilantai dua terdapat barang-benda koleksi dari Tjong Yong Hian.
Benda-benda ini berukuran kecil sehingga diletak didalam display kotak kaca.
Adapun benda-benda ini berupa, tasbih-tasbih yang digunakan saat melafalkan
doa dalam agama Budha. Ada juga batu-batu giok berbagai ukuran, kalender
meja berukuran kecil yang untuk menganti tanggal dan bulannya harus diputar
secara manual, satu set permainan mahyong, dan benda-benda lainnya. Di
dinding dekat dengan display tersebut ada foto-foto perkebunan milik Tjong
Yong Hian zaman dahulu. Kita dapat melihat juga wajah kawasan kesawan
pada masa lampau. Disudut ruangan ada juga gramophone tua yang digunakan
Tjong Yong Hian untuk mendengarkan lagu sembari bersantai saat tidak
sedang bekerja . Benda-benda ini sudah berumur lebih dari 100 tahun.

47
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.12 Display benda-benda koleksi Tjong Yong Hian, serta
foto-foto perkebunan milik beliau
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Dilantai dua juga terdapat ruangan makan yang didesain bergaya Eropa
klasik, ruangan ini dilengkapi dengan meja makan panjang dengan peralatan
makan berupa garpu dan pisau yang terbuat dari perak. Meja makan ini juga
dilengkapi dengan lilin. Hal ini dikarenakan dulunya meja makan ini
digunakan untuk jamuan makan masyarakat kalangan Eropa. Disudut ruangan
juga terdapat mesin pembuat kopi, dengan lemari kayu yang menyimpan
bumbu-bumbu dapur seperti gula, garam, lada dan sebagainya.

Gambar 4.13 Ruangan Makan bergaya Eropa degan lilin dan peralatan
makan perak berupa sendok dan garpu
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

48
Universitas Sumatera Utara

Secara keseluruhan

gedung lantai dua berisi benda-benda koleksi

pribadi Tjong Yong Hian, adapun benda-benda tersebut berupa lukisan, guci,
keramik, dan lain-lain. Pada gedung lantai dua juga ada sudut yang dindingnya
menggantungkan puisi-puisi ataupun surat-surat yang ditulis Tjong Yong Hian.
Puisi dan surat tersebut adalah tulisan tangan Tjong Yong Hian sendiri.

Gambar 4.14 Puisi dan Surat karya Tjong Yong Hian, yang ditulis
tangan secara pribadi oleh beliau
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Yang menarik dari gedung lantai adalah posisi jendela yang menghadap
kearah depan yang menunjukkan view keseluruhan taman. Kita dapat
mengabadikan keseluruhan taman dengan mudah dari lantai dua ini.
Pemandangan yang sungguh indah menatap keseluruhan taman dari ketinggian

Gambar 4.15 Tampak pemandangan keseluruhan Taman Kebun Bunga
dari gedung lantai dua
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

49
Universitas Sumatera Utara

Bangunan kedua diberi nama 堂蔭榕(táng yìn róng), bangunan ini
hanya memiliki satu lantai, bentuk bangunannya memanjang kebelakang. Pada
bangunan ini berisi sejarah dan pengenalan sosok Tjong Yong Hian dan
keturunannya Chang Pu Ching yang adalah Konsul Jenderal China di Sumatra
(1915-1929).
Pada bagian depan kita akan disuguhkan oleh sebuah display yang
memberikan informasi singkat mengenai Tjong Yong Hian. Display ini
menggunakan tiga bahasa pengantar yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan
bahasa Mandarin. Disamping dislpay tersebut kita dapat melihat foto keluarga
dari Tjong Yong Hian dan foto Tjong Yong Hian yang berukuran besar tengah
berdiri.

Gambar 4.16

Displayyang menjelaskan gambaran singkat tentang
Tjong Yong Hian

Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Berikutnya disisi ruangan terdapat lukisan ayah dan ibu dari Tjong
Yong Hian yang mengapit dikiri dan kanan foto Tjong Yong Hian. Pada
dinding tersebut juga terdapat plakat yang menunjukkan kepangkatan dan
penghargaan dari Kaisar Qing.

50
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.17 Foto ayah dan ibu Tjong Yong Hian serta plakat
penghargaan dari Kaisar Qing
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Pada gedung ini juga terdapat foto-foto Rumah Tjong Yong Hian yang
terdapat di Jalan Kesawan No 101. Rumah yang kini sudah dibongkar. Ada
foto tiap-tiap ruangan dalam rumah tersebut. Foto-foto tersebut mungkin dapat
memberi gambaran tentang rumah yang dihuni tokoh masyarakat Tionghoa
sebesar Tjong Yong Hian.

Gambar 4.18 Foto-foto tiap bagian rumah Tjong Yong Hian
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Didalam gedung juga terdapat informasi mengenai siapa Tjong Yong Hian,
apa yang telah dilakukannya untuk Medan, untuk China dan untuk Penang. Gedung ini
lebih menonjolkan informasi dari ketokohan dari sosok Tjong Yong Hian.

51
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.19 Display berisi informasi tentang kontribusi Tjong Yong
Hian untuk kota Medan
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Gambar 4.20 Display tentang kontribusi Tjong Yong Hian untuk China
pada pembangunan kereta api Chao Chow- Swatow
Sumber : Tsuruoka Eda Reformanda

Secara keseluruhan bangunan ini berisi tentang sosok Tjong Yong Hian,
prestasi dan pencapaiannya selama beliau hidup. “Kami berharap, dengan adanya
galery ini masyarakat generasi sekarang dapat mengenal sosok Tjong Yong Hian,
dan mewarisi semangatnya.”kata Ibu Linda mantap. (Wawancara, 27 April 2017)

52
Universitas Sumatera Utara

BAB V
FUNGSI DAN PERAN TAMAN KEBUN BUNGA DALAM
MEMPERKENASLKAN SOSOK TJONG HIAN SEBAGAI TOKOH
MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN
5.1 Fungsi Taman Kebun Bunga dalam Memperkenalkan Sosok Tjong Yong
Hian sebagai Tokoh Masyarakat Tionghoa Kota Medan
Indonesia

DalamKamusBesarBahasa
(1995:196),fungsiadalahkegunaandarisuatuhal.Kata

fungsi

digunakan

dalam

berbagai bidang kehidupan manusia, merujuk kepada aktivitas manusia dalam hal
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada bab ini,

peneliti akan membahas fungi Taman Kebun Bunga

menggunakan teori fungsionalisme dari Bronislaw Malinnowski.. Menurut
Malinnowski ( Ihroni, 2006 : 59) bahwa,
“…Semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di mana
unsur itu terdapat”.
Pada dasarnya semua benda memiliki fungsi. Namun suatu benda akan
dikatakan berfungsi jika dapat memberikan manfaat/ berguna bagi si pemakai
benda tersebut. Begitu juga suatu bangunan, akan dikatakan memiliki fungsi
apabila bangunan tersebut memiliki manfaat bagi lingkungan masyarakat tempat
bangunan tersebut berdiri.
Dalam bab ini, peneliti akan membahas tiga fungsi dari Taman Kebun
Bunga dalam memperkenalkan sosok Tjong Yong Hian sebagai tokoh masyarakat
Tionghoa di kota Medan.

53
Universitas Sumatera Utara

5.1.1 Fungsi Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata communicatiodalam bahasa Latin yang
berarti sama. Thomas M. Scheidel (Mulyana, 2008:4) menyatakan bahwa
berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri,
untuk membangun kontak sosial dengan orang-orang disekitar, dan untuk
mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang
kita inginkan.
Menurut Carl H. Hovland (Effrendy 2006:10) komunikasi adalah upaya
sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi
serta pembentukan pendapat dan sikap. Komunikasi bukan saja penyampaian
informasi , melainkan juga pembentukan pendapat umum / public opiniondan
sikap publik / public attitude.
Walaupun hanya sebagai sebuah bangunan Taman Kebun Bunga dapat
menceritakan sebagian besar tentang informasi-informasi mengenai sosok
Tjong Yong Hian sebagai tokoh masyarakat Tionghoa yang mungkin sangat
sedikit dikenal / diketahui oleh generasi sekarang.Pembagian informasi
nampak terlihat dari penyajian berupa tulisan, gambar, dan benda-benda di
dalam Taman Kebun Bunga. Informasi tadi bukan saja didapat dari mendengar
guide / pemandu wisata, namun juga nampak jelas dari keseluruhan Taman
Kebun Bunga. Taman Kebun Bunga sendiri dapat merepresentasikan sosok
Tjong Yong Hian sebagai tokoh masyarakat Tionghoa kota Medan.

54
Universitas Sumatera Utara

5.1.2 Fungsi Pendidikan Kebudayaan
Pendidikan dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan
dikarenakan kedua hal tersebut diperoleh dari proses belajar dan dilakukan
terus-menerus seumur hidup. Menurut Horton dan Hunt (1993: 98) salah satu
fungsi pendidikan adalah melestarikan kebudayaan. Hal senada juga dikatakan
oleh Poepenoe bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah transmisi
(pemindahan) kebudayaan.
Taman Kebun Bunga sendiri menyajikan pendidikan kebudayaan bagi
generasi sekarang. Taman Kebun Bunga memberikan pengetahuan tentang
sosok Tjong Yong Hian sebagai tokoh masyarakat Tionghoa, perkembangan
kehidupan masyarakat Tionghoa kota Medan masa lampu, hingga kota Medan
pada masa lampau. Taman Kebun Bunga juga memberikan warisan
kebudayaan berupa buah pikiran dari Tjong Yong Hian sendiri yaitu tetap
membumi, tetap menjalin hubungan baik dengan semua orang tanpa
memandang ras, agama, maupun golongan. Warisan Tjong Yong Hian tersebut
adalah contoh yang sangat baik bagi generasi sekarang.
5.1.3 Fungsi Pelestarian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar lestari,
yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. Menurut A. W.
Widjaja, (Ranjabar 2006:115) pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan
secara terus-menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu
secara terus-menerus, terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang
mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes
dan selektif.
55
Universitas Sumatera Utara

Ranjabar (2006:114) mengemukkan bahwa pelestarian norma lama
bangsa (budaya lokal) adalah mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai
tradisional dengan mengembangkan perwududan yang bersifat dinamis, serta
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang.
Taman Kebun Bunga memiliki fungsi pelestarian, hal ini sangat jelas
dan nyata terlihat disetiap elemen di dalam Taman Kebun Bunga. Taman
Kebun Bunga yang awalnya adalah kuburan dari Tjong Yong Hian yang
merupakan tokoh besar masyarakat Tionghoa masa lampau. Taman Kebun
Bunga menjadi tempat dimana generasi muda dapat menemukan nilai-nilai
kehidupan beliau sebagai tokoh masyarakat Tionghoa yang hidup pada masa
penjajahan Belanda. Nilai-nilai yang dianut beliau mengenai hidup
bermasyarakat tanpa memandang ras dan status sosial, semangat beliau dalam
bekerja keras yang membuat beliau yang awalnya adalah pedagang kecil
menjadi pengusahan besar bahkan menjadi tokoh besar.
Taman Kebun Bunga bukan saja berfungsi melestarikan nilai-nilai
Tjong Yong Hian, namun juga kebudayaan Tionghoa. Melalui benda-benda
koleksi berupa lukisan puisi, foto, keramik, peralatan makan hingga pakaian
dapat memberikan gambaran kehidupan masyarakat Tionghoa masa lalu.
Benda-benda yang bukan saja bernilai seni tinggi namun juga memiliki cerita
yang perlu diwariskan ke generasi sekarang dan generasi selanjutnya.

56
Universitas Sumatera Utara

5.2 Peran Taman Kebun Bunga dalam Memperkenalkan Sosok Tjong Yong
Hian sebagai Tokoh Masyarakat Tionghoa Kota Medan
Peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:1036) mempunyai arti
perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki orang yang berkedudukan di
masyarakat. Menurut Duverger (2010:103), istilah “peran” (role) dipilih secara
baik karena setiap orang adalah pelaku didalam masyarakat dimana dia hidup,
juga dia adalah seorang aktor yang harus memainkan peranan seperti aktor
Peran didalam ilmu sosial dapat diartikan suatu fungsi yang dibawakan
seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan
fungsinya karena posisi tersebut. Seseorang atau sesuatu akan dikatakan memiliki
peran atau berperan ketika dia menjalankan fungsi yang dikenakan padanya.
Adapun tiga peran Taman Kebun Bunga dalam memperkenalkan sosok Tjong
Yong Hian sebagai tokoh masyarakat Tionghoa akan dibahas dalam sub bab
berikut.
5.2.1 Peran Taman Kebun Bunga sebagai Media Komunikasi
Menurut Blake dan Horalsen dalam Latuheru(1988:11) media
komunikasi adalah saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
pesan antara sumber “pemberi pesan” dengan penerima pesan.
Taman Kebun Bunga walaupun hanya sebagai sebuah bangunan namun
dapat dikatakan sebagai media komunikasi. Hal dikarenakan Taman Kebun
Bunga dapat menjadi media penyampaian pesan / informasi mengenai sosok
Tjong Yong Hian dan bagaimana perjalanan hidupnya sebagai tokoh
masyarakat Tionghoa kota Medan pada masa lampau.

57
Universitas Sumatera Utara

Pengunjung yang sebelumnya belum mengenal sosok Tjong Yong Hian
akan mendapat informasi mengenai sosok Tjong Yong Hian. Dari 34 angket
yang diisi oleh penggujung setelah berkunjung ke Taman Kebun Bunga hanya
7 dari 34 yang mengetahui tentang Taman Kebun Bunga sebelum mereka
datang berkunjung. Namun setelah berkunjung 27 dari 34 sudah mendapat
informasi yang cukup mengenai sosok Tjong Yong Hian dan bagaimana
kehidupan masyarakat Tionghoa. Pengunjung bukan hanya mendapat informasi
secara lisan namun juga mendapat gambaran nyata lewat foto, gambar juga
benda-benda koleksi dari Taman Kebun Bunga.

5.2.2 Peran Taman Kebun Bunga sebagai Media Pendidikan
Media Pendidikan menurut Sadiman dkk (2000:6) adalah segala sesuatu
yag digunakan untuk menyalurkan pesan dengan pengiriman pesan kepada
penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar
berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan.
Taman Kebun Bunga dapat dikatakan sebagai media pendidikan
dikarenakan, Taman Kebun Bunga dapat menjadi media penyalur pesan
mengenai pendidikan sejarah kebudayaan Tionghoa dan sejarah kota Medan,
dimana sosok Tjong Yong Hian memiliki pengaruh besar sebagai Tokoh
Masyarakat Tionghoa masa lampau. Pengunjung yang awalnya tidak
mengetahui sosok Tjong Yong Hian dan subangsihnya dalam membangun kota
Medan tentu setelah berkunjung ke Taman Kebun Bunga akan bertambah

58
Universitas Sumatera Utara

pengetahuannya. Pengetahuan ini berupa informasi dan juga nilai-nilai
kehidupan yang dianut Tjong Yong Hian sendiri.
Hal ini ditunjukkan oleh angket yang disebar peneliti, sebanyak 29 dari
34 angket menjawab mendapat pengetahuan dan informasi setelah berkunjung
ke dalam Taman Kebun Bunga. Penggunjung juga merasa pengetahuan itu
didapat dengan lebih menarik dikarenakan dapat melihat langsung dengan
visual bagaimana sosok Tjong Yong Hian melalui film dan benda-benda di
dalam Taman Kebun Bunga.
5.2.3 Peran Taman Kebun Bunga sebagai Cagar Budaya
Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,
cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran
dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan
pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan
dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan
permanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Taman Kebun Bunga memiliki peran sebagai Cagar Budaya, sebab
ditempat ini kita dapat menemukan warisan kebudayaan, nilai-nilai bahkan
sejarah hidup Tjong Yong Hian sebagai tokoh masyarakat Tionghoa. Taman
Kebun Bunga menjadi salah satu tempat dimana generasi muda dapat
mempelajari kebudayaan Tionghoa. Taman Kebun Bunga juga memastikan
bahwa sosok Tjong Yong Hian tidak hilang, namun kembali eksis. Perlahan

59
Universitas Sumatera Utara

nama Tjong Yong Hian mulai dikenal generasi muda. Taman Kebun Bunga
yang awalnya dilewati begitu saja tanpa diketahui ada cerita apa di balik
gapura tersebut, kini mulai banyak diketahui.
Hal ini terlihat dari banyaknya tulisan-tulisan di blog internet mengenai
Taman Kebun Bunga dan sosok Tjong Yong Hian. Hal ini menjadi bukti
bahwa Taman Kebun Bunga melestariakan dan memperkenalkan kembali
Tjong Yong Hian. Kini semakin banyak yang peduli yang menggangap Taman
Kebun Bunga perlu diperkenalkan lagi sebagai cagar budaya. Dari 34 angket
yang disebar, 32 menjawab sangat setuju bahwa Taman Kebun Bunga harus
mendapat sosialisasi lebih lagi dari pemerintah agar Taman Kebun Bunga
menjalankan perannya sebagai cagar budaya yang mewariskan kebudayaan
Tionghoa dan nilai-nilai kehidupan Tjong Yong Hian.

60
Universitas Sumatera Utara

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Tjong Yong Hian adalah tokoh besar masyarakat Tionhoa, yang memiliki
banyak sekali kontribusi dalam mengembangkan kota Medan, namun sosok Tjong
Hian tidak terlalu dikenal, dikarenakan peninggalan beliau tidak dapat diakses
oleh generasi sekarang. Sangat sedikit yang mengetahui bahwa Tjong Yong Hian
adalah kakak kandung Tjong A Fei yang termasyur itu. Hal ini sungguh sangat
disayangkan sebab Tjong Yong Hian sendiri memiliki peninggalan yang luar
biasa banyak namun tidak diketahui karena kurangnya sosialisasi kepada generasi
sekarang. Menurut Ibu Linda Setiawan hal ini dikarenakan ikon yang dimiliki
Tjong Yong Hian tidak seperti Tjong A Fei. Tjong A Fei memiliki rumah yang
telah lama menjadi Tjong A Fei Manssion

yang menjadi wisata sejarah

kebudayaan kota Medan sedangkan Tjong Yong Hian tidak.
Pada tanggal 29 Oktober 2011 Taman Kebun Bunga sendiri telah
diresmikan oleh Rahudman Harahap yang kala itu menjabat sebagai walikota
Medan. Taman ini kemudian resmi dibuka untuk umum. Taman Kebun Bunga
yang awalnya tidak dikenal, kini sudah mulai banyak diketahuinya. Tempat yang
awalnya dilewati begitu saja dikarenakan dianggap sebagai tempat biasa kini
sudah mulai dikenal masyarakat dari berbagai kalangan. Sejak diresmikan hingga
kini Taman Kebun Bunga tetap berbenah untuk memperkenalkan sosok Tjong
Yong Hian, sehingga nilai-nilai Tjong Yong Hian tidak hilang dan tetap dikenal
oleh generasi sekarang hingga generasi berikutnya.

61
Universitas Sumatera Utara

Taman Kebun Bunga memiliki fungsi dan peran sebagai berikut :
1. Taman Kebun Bunga memiliki fungsi komunikasi dan memiliki peran sebagai
media komunikasi. Taman Kebun Bunga memperkenalkan sosok Tjong Yong
Hian sebagai Tokoh Masyarakat Tionghoa kota Medan dengan cara
memberikan informasi dan gambaran nyata tentang kehidupan Tjong Yong
Hian baik melalui lisan, tulisan dan benda-benda di dalam Taman Kebun
Bunga.
2. Taman Kebun Bunga memiliki fungsi pendidikan dan memiliki peran sebagai
media pendidikan. Taman Kebun Bunga menjadi sumber pengetahuan dan
juga sebagai media penyalur kebudayaan. Adapun pengetahuan tersebut
adalah sejarah kehidupan masyarakat Tionghoa dan perjalanan hidup Tjong
Yong Hian sebagai tokoh masyarakat Tionghoa dan nilai-nilai yang dianut
beliau.
3. Taman Kebun Bunga memiliki fungsi pelestarian dan memiliki peran sebagai
cagar budaya. Taman Kebun Bunga turut melestarikan kebudayaan
masyarakat Tionghoa, sejarah kota Medan dan sosok Tjong Yong Hian
sebagai tokoh masyarakat Tionghoa sehingga tidak hilang dimakan waktu.
6.2 Saran
Taman

Kebun

Bunga

adalah

suatu

tempat

wisata