Model Kelembagaan Partisipasi Masyarakat dalam Mitigasi Banjir di Kota Medan Chapter III VI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan sejak bulan Januari 2013.
Penelitian dilakukan pada masyarakat yang daerahnya rawan banjir. Penelitian ini
menggunakan pendekatan survey, dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan
sifat

penelitian

ini

adalah

research

and

development


(penelitian

dan

pengembangan). Penelitian ini dilakukan untuk mencari kejelasan bentuk dan
bagaimana kepedulian masyarakat dalam mitigasi banjir di Kota Medan.

3.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan data primer, sesuai variabel penelitian yang
telah ditetapkan. Data primer menggunakan angket yang diberikan kepada
responden yang dipilih berdasarkan purposive sampling. Hasil angket dijadikan
sebagai dasar penentuan model PK-CUE dalam mitigasi banjir di Kota Medan.

3. 3 Populasi dan Sampel
Penelitian ini yang dijadikan objek penelitan adalah kepala rumah tangga
yang ada di Kota Medan. Model penarikan sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kepala keluarga yang tinggal di Kota Medan dalam kategori Kecamatan
yang rawan banjir (Kecamatan yang masuk dalam titik-titik wilayah rawan
banjir seperti Medan Maimum, Medan Area, Medan Polonia, Medan Kota,

Medan Baru, Medan Perjuangan, Medan Petisah (BMKG Wilayah I
Medan, 2015).

90
Universitas Sumatera Utara

2. Kepala keluarga yang memiliki kepedulian dalam mitigasi banjir di setiap
kelurahan.
Berikut daftar kepala keluarga berdasarkan kecamatan di Kota Medan :
Tabel 3.1 Kriteria Penarikan Sampel
LUAS AREA DENGAN RESIKO BANJIR (M2)
NO

Jlh

KECAMATAN
RENDAH

SEDANG


TINGGI

EKSTRIM

TOTAL

KK (000)

1

Medan Maimun

0

0

3.873.825

235.354


4.109.179

21.981

2

Medan Area

0

0

6.942.578

659.877

7.602455

38.893


3

Medan Helvetia

62.951

510.419

15.568.135

1.659.837

17.801.342

47.733

4

Medan Polonia


0

0

10.236.225

2.039.094

12.275.319

20.643

5

Medan Kota

0

0


5.970.214

1.463.653

7.433.867

32.564

6

Medan Denai

130.287

293.489

9.981.519

2.104.887


12. 510.182

51.234

7

Medan Timur

2.170

2.299

9.629.464

2.769.476

12.403.409

38.412


8

Medan Tembung

113.956

548.692

8.726.506

1.936.264

11.325.418

48.538

9

Medan Baru


0

0

5.944.340

1.917.759

7.862.099

17.972

10

Medan Perjuangan

0

0


5.030.402

1.812.215

6.842.617

41.382

11

Medan Selayang

22.163

1.650.278

14.440.421

3.671.099

19.783.961

33.141

12

Medan Johor

69.743

4.789.228

16.690.325

2.014.731

23.564.027

41.342

13

Medan Barat

4.461

1.587

6.448.915

3.082.491

9.537.454

27.8

14

Medan Tuntungan

325.124

8.611.309

25.988.738

4.720.428

39.645.599

26.52

15

Medan Amplas

181.547

4.276.987

9.716.519

1.074.743

15.249.796

38.904

16

Medan Petisah

0

0

4.505.224

3.256.126

7.761.350

26.383

17

Medan Sunggal

49.036

88.664

11.795.312

9.280.100

21.213.112

40.82

18

Medan Deli

141.713

251.134

11.685.885

17.873.768

29,952.500

47.749

19

Medan Marelan

247.021

1.406.042

6.622.561

23.037.346

31.312.970

36.65

20

Medan Labuhan

260.879

874.206

4.342.600

15.271.780

20.749.465

33.747

21

Medan Belawan

167,599

64.983

3.692.145

21.624.524

25.549.251

31.184

Sumber : BMKG Wil I Medan (2015)

91
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.2 Kriteria Penarikan Sampel (Lanjutan)
NO

KECAMATAN

LUAS AREA DENGAN RESIKO BANJIR (M2)
RENDAH SEDANG TINGGI
EKSTRIM TOTAL
0
0
3.873.825
235.354
4.109.179

Jlh
KK (000)
21.981

1

Medan Maimun

2

Medan Area

0

0

6.942.578

659.877

7.602.455

38.893

3

Medan Polonia

0

0

10.236.225

2.039.094

12.275.319

20.643

4

Medan Kota

0

0

5.970.214

1.463.653

7.433.867

32.564

5

Medan Baru

0

0

5.944.340

1.917.759

7.862.099

17.972

6

Medan Perjuangan

0

0

5.030.402

1.812.215

6.842.617

41.382

7

Medan Petisah

0

0

4.505.224

3.256.126

7.761.350

26.383

Jumlah

199.818

Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 199.818. Metode penentuan
sampel dalam penelitian ini sesuai dengan Isaac dan Michael (Sugiyono, 2008),
dimana jika jumlah populasi terdekat sebanyak 200.000 maka jumlah sampel untuk
kesalahan 1% sebanyak 662 responden, untuk kesalahan 5% sebanyak 347
responden, untuk kesalahan 10% sebanyak 270 responden. Berdasarkan pendapat
tersebut maka penulis mengambil sampel sebanyak 347 responden dengan tingkat
kepercayaan 95% dan kesalahan 5%.

3. 4 Uji Validitas dan Realibilitas
Sebelum kuesioner digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk
melihat karakteristik kuesioner tersebut. Adapun karakteristik kuesioner tersebut
berupa hasil uji coba kuesioner yang bertujuan untuk melihat kualitas kuesioner
antara lain :
1. Uji Validitas
Untuk menghitung validitas kuesioner digunakan rumus Product Moment
angka kasar (Arikunto, 2006).

92
Universitas Sumatera Utara

rxy =

N  XY  (  X ) (  Y )
[ N  X 2  (  X ) 2 ] [ N  Y 2  (  Y 2 )]

.

Keterangan :
X

= skor soal

Y

= skor total

rxy

= koefisien korelasi antara skor soal dan skor total

N

= banyak responden
Bila rxy hitung > rxy tabel dengan dk = N-2 dengan taraf signifikan ( =

0,05), maka disimpulkan bahwa butir item disusun sudah valid.
Pengujian validitas tiap butir pertanyaan digunakan analisis atas pertanyaan,
yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor butir. Syarat minimum untuk memenuhi syarat apakah setiap pertanyaan
valid atau tidak, dengan membandingkan dengan r-tabel pada n=347 = 0,110 (alpa
5%). Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,100 maka butir
dalam dalam pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid. Sebaliknya jika r xy lebih
besar dari r-tabel dinyatakan valid. Hasil analisis item dari SPSS (lampiran III)
ditunjukkan pada Tabel 3.3.

93
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.3 Hasil Analisis Item Pertanyaan Variabel X1 (Partisipasi masyarakat)
Scale Mean if Item Scale Variance if
Deleted
Item Deleted
PM Perencanaan 1
PM Perencanaan 2
PM Perencanaan 3
PM Perencanaan 4
PM Perencanaan 5
PM Pelaksanaan 1
PM Pelaksanaan 2
PM Pelaksanaan 3
PM Pelaksanaan 4
PM Pelaksanaan 5
PM Pengawasan 1
PM Pengawasan 2
PM Pengawasan 3
PM Pengawasan 4

37.0173
36.9769
36.9798
36.9827
36.9827
36.9625
36.9366
36.9424
37.0519
36.9712
36.9769
36.9712
36.9741
36.9135

Corrected Item- Cronbach's Alpha
Total Correlation
if Item Deleted

33.948
33.687
33.748
34.046
33.797
34.591
34.817
35.419
33.645
33.635
33.861
33.930
34.037
35.732

.853
.934
.941
.905
.928
.855
.865
.760
.855
.962
.924
.931
.907
.775

.981
.980
.980
.980
.980
.981
.981
.983
.982
.980
.980
.980
.980
.983

Sumber : Hasil Perhitungan SPSS (Lampiran III)
Tabel 3.4 Hasil Analisis Item Pertanyaan Variabel X2 (Koordinasi
kelembagaan)
Scale Mean if Item
Deleted
KK Membentuk Tim Kerja 1
KK Membentuk Tim Kerja 2
KK Membentuk Tim Kerja 3
KK Membentuk Tim Kerja 4
KK Membentuk Tim Kerja 5
KK Menjalin Hubungan Dgn
Pemerintah 1
KK Menjalin Hubungan Dgn
Pemerintah 2
KK Menjalin Hubungan Dgn
Pemerintah 3
KK Menjalin Hubungan Dgn
Pemerintah 4
KK Menjalin Hubungan Dgn
Pemerintah 5
KK Menyatukan Organisasi
Masyarakat 1
KK Menyatukan Organisasi
Masyarakat 2
KK Menyatukan Organisasi
Masyarakat 3
KK Pengelolaan 1
KK Pengelolaan 2
KK Pengelolaan 3

Scale Variance
if
Item Deleted

Corrected ItemTotal
Correlation

Cronbach's Alpha
if Item Deleted

43.8213
43.7349
43.7522
43.7522
43.7579

17.095
17.288
17.320
17.227
17.276

.699
.912
.820
.832
.816

.962
.959
.960
.960
.960

43.7378

17.448

.860

.960

43.8242

16.903

.701

.963

43.7666

17.099

.831

.960

43.7723

16.991

.811

.960

43.7810

17.015

.817

.960

43.7810

16.952

.820

.960

43.8012

16.900

.756

.961

43.7695

17.143

.805

.960

43.7579
43.8069
43.7147

17.415
17.723
18.216

.785
.547
.809

.960
.965
.962

Sumber : Hasil Perhitungan SPSS (Lampiran V)

94
Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 3.3 diketahui, diketahui nilai validitas pertanyaan untuk
partisipasi masyarakat seluruhnya sudah valid karena nilai validitas seluruhnya
lebih besar dari 0,110, dan bisa digunakan dalam perhitungan selanjutnya karena
seluruhnya dinyatakan valid.
Dari Tabel 3.4 nilai validitas pertanyaan untuk Koordinasi kelembagaan
seluruhnya sudah valid karena nilai validitas seluruhnya lebih besar dari 0,110, dan
bisa digunakan dalam perhitungan selanjutnya karena seluruhnya dinyatakan valid.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Item Pertanyaan Variabel X3 (Pengurangan
Dampak Banjir)
Scale Mean if Item Scale Variance if
Deleted
Item Deleted
RB Kerentanan 1
RB Kerentanan 2
RB Kerentanan 3
RB Kerentanan 4
RB Kerentanan 5
RB Erosi 1
RB Erosi 2
RB Erosi 3
RB Erosi 4
RB Erosi 5
RB Kerusakan Lahan 1
RB Kerusakan Lahan 2
RB Kerusakan Lahan 3

Corrected Item- Cronbach's Alpha
Total Correlation if Item Deleted

35.1556

9.531

.623

.941

35.1643

8.993

.865

.934

35.1787

9.159

.697

.939

35.2046

9.024

.631

.941

35.2017

8.595

.763

.937

35.1787

9.280

.604

.941

35.1614

8.939

.847

.935

35.1931

8.931

.708

.939

35.1700

9.367

.606

.941

35.1556

9.305

.708

.939

35.1758

8.978

.762

.937

35.2133

8.544

.793

.936

35.1960

8.464

.879

.933

Sumber : Hasil Perhitungan SPSS (Lampiran VII)
Dari Tabel 3.5 nilai validitas pertanyaan untuk pengurangan dampak banjir
seluruhnya sudah valid karena nilai validitas seluruhnya lebih besar dari 0,110, dan
bisa digunakan dalam perhitungan selanjutnya karena seluruhnya dinyatakan valid.

95
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.6 Hasil Analisis Item Pertanyaan Variabel X4 (Penggunaan lahan)
Scale Mean if
Item Deleted
PL Ruang Terbuka 1
PL Ruang Terbuka 2
PL Ruang Terbuka 3
PL Ruang Terbuka 4
PL Ruang Terbuka 5
PL Jalan 1
PL Jalan 2
PL Jalan 3
PL Jalan 4
PL Jalan 5
PL Pemukiman 1
PL Pemukiman 2
PL Pemukiman 3
PL Pemukiman 4
PL Pemukiman 5
PL Industri/Bisnis 1
PL Industri/Bisnis 2
PL Industri/Bisnis 3
PL Industri/Bisnis 4
PL Industri/Bisnis 5

Corrected
Scale Variance if Item-Total Cronbach's Alpha
Item Deleted Correlation if Item Deleted

55.7579

19.323

.755

.957

55.7608

19.194

.810

.956

55.7233

19.819

.761

.957

55.7406

19.771

.735

.958

55.7695

19.415

.730

.958

55.7464

20.011

.585

.960

55.7291

20.181

.670

.958

55.7176

20.065

.748

.958

55.7205

19.953

.748

.957

55.7291

19.874

.714

.958

55.7291

20.331

.578

.959

55.7464

19.334

.882

.956

55.7637

19.799

.670

.958

55.7435

19.278

.861

.956

55.7752

19.117

.796

.957

55.7637

19.308

.763

.957

55.7147

20.262

.673

.958

55.7118

20.206

.716

.958

55.7579

19.282

.750

.957

55.7118

20.396

.568

.960

Sumber : Hasil Perhitungan SPSS (Lampiran IX)
Dari Tabel 3.6 nilai validitas pertanyaan untuk Penggunaan lahan
seluruhnya sudah valid karena nilai validitas seluruhnya lebih besar dari 0,110, dan
bisa digunakan dalam perhitungan selanjutnya karena seluruhnya dinyatakan valid.

96
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.7 Hasil Analisis Item Pertanyaan Variabel Y (Mitigasi Banjir)
Scale
Variance if
Scale Mean if
Item
Item Deleted
Deleted
MB Kesiapsiagaan Banjir 1
MB Kesiapsiagaan Banjir 2
MB Kesiapsiagaan Banjir 3
MB Kesiapsiagaan Banjir 4
MB Kesiapsiagaan Banjir 5
MB Penanggulangan Banjir 1
MB Penanggulangan Banjir 2
MB Penanggulangan Banjir 3
MB Penanggulangan Banjir 4
MB Penanggulangan Banjir 5
MB Pemulihan Banjir 1
MB Pemulihan Banjir 2
MB Pemulihan Banjir 3
MB Pemulihan Banjir 4
MB Pemulihan Banjir 5

Corrected ItemTotal Correlation

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

40.7695

23.455

.804

.985

40.7666

22.798

.950

.983

40.8012

22.720

.866

.984

40.7925

22.795

.865

.984

40.7781

22.734

.899

.983

40.7608

22.980

.913

.983

40.7608

23.448

.832

.984

40.7435

23.509

.902

.983

40.7522

23.135

.916

.983

40.7608

23.252

.895

.983

40.7723

22.714

.919

.983

40.7637

22.782

.943

.983

40.7723

22.812

.909

.983

40.7896

22.664

.891

.983

40.7781

22.740

.915

.983

Sumber : Hasil Perhitungan SPSS (Lampiran XI)
Dari Tabel 3.7 nilai validitas pertanyaan untuk Penggunaan lahan
seluruhnya sudah valid karena nilai validitas seluruhnya lebih besar dari 0,110 dan
bisa digunakan dalam perhitungan selanjutnya karena seluruhnya dinyatakan valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas kuesioner dicari dengan menggunakan rumus Cronbach’s.
=.

N .
N–1

Dimana :
N

= banyaknya butir pertanyaan
= total komponen varian
= varian dari komponen i

97
Universitas Sumatera Utara

Uji ini bertujuan untuk menguji kehandalan atau kepercayaan mengungkapan
data, pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi adalah pengukuran yang
mampu memberikan hasil yang dipercaya. Dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach Alfa > 0,60 (Ghozali, 2005).
Suatu instrumen dapat dikatakan handal bila memiliki koordinasi
kelembagaan atau alpha sebesar 0,6 atau lebih.
Tabel 3.8 Reliabilitas Instrumen
Nilai Cronbach Alpha

Instrumen
Partisipasi masyarakat

0.987

Koordinasi kelembagaan

0. 942

Pengurangan dampak banjir

0. 926

Penggunaan lahan

0. 945

Mitigasi Banjir

0.985

Sumber : Hasil Perhitungan SPSS (Lampiran III)
Berdasarkan Tabel-3.8 nilai Cronbach Alpha untuk seluruh variabel
melebihi angka 0,6 sehingga variabel dikatakan sudah handal.

3. 5 Model Analisis Data
3.5.1 Analisis data Hipotesis 1
Untuk menganalisis hipotesis 1 (pertama) tentang partisipasi masyarakat,
koordinasi kelembagaan, pengurangan dampak banjir dan penggunaan lahan berpengaruh
secara signifikan terhadap mitigasi banjir di Kota Medan, digunakan analisa kuantitatif

berikut :

98
Universitas Sumatera Utara

3.5.1.1 Ordinary Least Square (OLS)
Ordinary least square (OLS) merupakan metode estimasi yang sering
digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dan fungsi regresi sampel.
Kriteria OLS adalah “line best fit” atau jumlah kuadrat dari deviasi antara titik-titik
observasi dengan garis regresi adalah minimum. Pengujian hipotesis pada
penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 19.0. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda. Persamaan
regresinya adalah :
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4X4 + e
Keterangan :
Y

=

Mitigasi Banjir

bo

= konstanta

X1

=

Partisipasi masyarakat

b1- 4= koefisien regressi

X2

=

Koordinasi kelembagaan

X3

=

Pengurangan dampak banjir

X4

=

Penggunaan lahan

e

=

error term

Model PK-CUE dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

99
Universitas Sumatera Utara

Perencanaan

Kesiapsiagaan
Sebelum Banjir

Partisipasi
Masyarakat

Pelaksanaan

Penanggulangan
Saat Banjir

Pemulihan
Setelah banjir

Pengawasan
Membentuk Tim
Kerja Gotong
Royong

PK
Mitigasi
Banjir

Koordinasi
Kelembagaan

Menjalin
Hubungan dgn
Pemerintah
Menyatukan
Organisasi
Masyarakat
Kerentanan
Erosi

Pengurangan
Dampak Banjir

Kerusakan lahan

CUE

Ruang Terbuka
Jalan
Pemukiman

Penggunaan
Lahan

Industri/Bisnis

Gambar 3.1 Model PK-CUE : Partisipasi Masyarakat, Koordinasi Kelembagaan,
CUE Model dan Mitigasi Banjir

100
Universitas Sumatera Utara

3.5.1.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi maka diperlukan pengujian asumsi klasik meliputi :
1) Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan
diagram histogram yang tidak condong ke kiri dan ke kanan (Ghozali, 2005).
Untuk menguji normalitas digunakan 2 metode pengujian yaitu Normal
p_plot dan diagram histogram. Jika data ternyata tidak berdistribusi normal,
analisis non parametrik termasuk model-model regresi dapat digunakan.
Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan
menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Data dalam keadaan normal apabila distribusi data
menyebar disekitar garis diagonal. Kenormalan data juga dapat dilihat dengan
melihat diagram histogram dimana keputusan/pengambilan kesimpulan yaitu jika
grafik histogram tidak condong ke kiri dan ke kanan maka data penelitian
berdistribusi normal dan sebaliknya.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji, apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen. Jika terjadi
korelasi antar variabel independen maka akan ditemukan adanya masalah

101
Universitas Sumatera Utara

multikolinearitas. Suatu model regresi yang baik harus tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Uji multikolinearitas terhadap setiap data variabel
bebas yaitu dengan :
1. Melihat angka Collinearity Statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance
inflation Factor (VIF). Jika angka VIF lebih besar dari 10, maka variabel bebas
yang ada memiliki masalah multikolinearitas.
2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinearitas yang tidak
menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 akan memberikan kenyataan
bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas (Ghozali, 2005).
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain
tetap disebut homokedastisitas, sedangkan untuk varian yang berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau
tidak

terjadi

heterokedastisitas.

Cara

mendeteksi

ada

atau

tidaknya

heterokedastisitas adalah sebagai berikut :
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0.
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. (Ghozali, 2005)

102
Universitas Sumatera Utara

3.5.2 Pengujian Hipotesis 2
Untuk menguji hipotesis 2 (kedua) yang menyatakan Model PK-CUE dalam
kelembagaan partisipasi masyarakat mendukung dalam memitigasi banjir di Kota Medan,
digunakan model secara parsial dengan uji t dan secara simultan dengan uji F dan

didukung dengan determinasi.
3.5.2.1. Uji t
Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan uji t, yaitu menguji
pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan
asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Langkah pengambilan keputusan
untuk uji t adalah sebagai berikut :
Ho : b1 = 0 ,
H1 : b1 ≠ 0 ,
Kriteria pengujian adalah :
P Value (sig) < 0,05 = H0 ditolak
P Value (sig)> 0,05

= H0 diterima

3.5.2.2. Uji F
Uji F menguji pengaruh simultan antara variabel independen terhadap
variabel dependen. Adapun langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji F
adalah sebagai berikut:
Ho : b1 = 0,
H1 : b1 ≠ 0 ,
Kriteria pengujian adalah :
P Value (sig) < 0,05 = H0 ditolak
P Value (sig)> 0,05 = H0 diterima

103
Universitas Sumatera Utara

3.5.2.3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien

determinasi

(R2)

bertujuan

untuk

mengukur

seberapa

jauhkemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi

yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen dan sebaliknya jika mendekati
nol. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan
satu variabel independen, maka nilai R2 pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh
karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2
pada saat mengevaluasi model regresi terbaik (Ghozali, 2005).
3.5.3 Analisis Data Deskriptif
Untuk mendukung analisis permasalahan kedua digunakan analisa
deskriptif. Dalam konteks terapan, penelitian ini lebih berupaya mengemukakan
dan memberikan penjelasan (deskripsi) mengenai fenomena yang terkait dengan
bagaimana model koordinasi kelembagaan partisipasi masyarakat yang efektif
terhadap kebencanaan banjir, yang dalam penelitian ini dinamakan model PKCUE. Proses pelaksanaannya banyak memakai teknik analisis deskriptif kualitatif.
Berikut uraian analisis yang digunakan:
1. Mengidentifikasi kondisi dan jumlah prasarana masyarakat yang telah
dibangun di setiap kelurahan. Pada tahap ini akan dilakukan dengan teknik
deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan hasil survei sekunder dan kajian
literatur sebagai bahan utama bagi proses analisis.

104
Universitas Sumatera Utara

2. Metode analisis bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan prasarana
pengendalian banjir. Pada tahap ini akan dilakukan dengan teknik deskriptif
kualitatif.
3. Metode analisis tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan prasarana
pengendalian banjir. Pada tahap ini akan dilakukan dengan teknik deskriptif
kualitatif. Berdasarkan data dari masyarakat, maka dengan menggunakan
analisis distribusi frekuensi, dapat diketahui persentase bentuk partisipasi
masyarakat.
4. Metode analisis untuk mengetahui hubungan antara kondisi sosial ekonomi
masyarakat terhadap bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan masyarakat dalam pembangunan
prasarana pengendalian banjir.

105
Universitas Sumatera Utara

Input
Mengidentifikasi kondisi dan
jumlah prasarana
pengendalian banjir yang
telah dibangun

Proses

Output
Kualitas dan kuantitas setiap
jenis prasarana pengendalian banjir
yang telah dibangun

Analisis Deskriptif
Kualitatif

Identifikasi dan analisis
Partisipasi
Masyarakat pengendalian
banjir

Bentuk partisipasi
 perencanaan
 pelaksanaan
 pengawasan

Tingkat partisipasi masyarakat
yang dijelaskan berdasarkan
Sherry Arnstein dengan delapan
tangga tingkat partisipasi, baik
dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan
dan pengawasan.

Hubungan sosial ekonomi
dengan bentuk dan tingkat
partisipasi

Persentase mengenai
bentuk-bentuk partisipasi
masyarakat dalam
pengendalian banjir

Analisis deskriptif
kualitatif dan
Distribusi frekuensi

Analisis deskriptif
kualitatif dan
Distribusi frekuensi

Persentase tingkat
partisipasi masyarakat

Tabulasi Silang

Ada tidaknya hubungan sosial
ekonomi dengan bentuk
partisipasi

Analisis Kuantitatif
OLS

Koordinasi Kelembagaan dan Partisipasi masyarakat
dalam mendukung pengendalian banjir

Gambar 3.2 Proses Analisis Data

106
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.9 Definisi Operasional Variabel
No
1

2

3

Variabel
Partisipasi
masyarakat

Koordinasi
Kelembagaan

Mitigasi banjir

Definisi
Menurut Cohen dan Uphoff (1977),
pengertian partisipasi adalah keterlibatan
aktif
masyarakat
dalam
proses
pengambilan keputusan, pelaksanaan,
pemanfaatan hasil dan evaluasi.
Menurut Talizuduhu (1990). Turut
sertanya seseorang baik secara mental
maupun emosional untuk memberikan
sumbangan kepada proses pembuatan
keputusan mengenai persoalan di mana
keterlibatan pribadi orang bersangkutan
melaksanakan
tanggung jawab
Menurut Khadiyanto (2007). Partisipasi
masyarakat adalah
keikutsertaan/pelibatan masyarakat
dalam
kegiatan
pelaksanaan
pembangunan dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengendalikan serta
mampu untuk meningkatkan kemauan
menerima dan kemampuan untuk
menanggapi, baik secara langsung
maupun tidak langsung sejak dari
gagasan, perumusan kebijakan hingga
pelaksanaan program
Penyatuan persepsi, keinginan dan
kegiatan dalam mencapai tujuan bersama
yaitu pencegahan banjir.Yohohusodo,
1991.

Indikator
Skala
Perencanaan.
- Ordinal
- Keikut sertaan dalam rapat-rapat.
- Keikutsertaan dalam menentukan
keputusan
Pelaksanaan.
- Keikut sertaan dalam sumbangan - Ordinal
pemikiran.
- Keterlibatan dalam materi/investasi.
- Keikut sertaan dalam pelaksanaan
kegiatan.
Pengawasan.
- Keikutsertaan
dalam
pemberikan - Ordinal
umpan balik/masukan masukan untuk
perbaikan kegiatan selanjutnya
- Keikut sertaan dalam mengevaluasi
hasil pelaksanaan partisipasi

- Membentuk tim kerja gotong royong
- Menjalin hubungan dengan pemerintah
mencakup :- Peran dalam membina
swadaya
melalui,
penyuluhan,
penyebaran informasi dan pemberian
Keterlibatan aparat melalui terciptanya
perintisan, Peran dalam memberikan
nilai dan komitmen diantara aparat agar
bantuan
material,
Peran
dalam
termotivasi dengan kuat pada program
memberikan dana
yang diimplementasikan. Keterlibatan
- Menyatukan organisasi kemasyarakatan
publik dalam desain dan implementasi - Pengelolaan sampah
program B. Guy Peter dan Krina,
(2003)
Mitigasi (mitigation) adalah upaya
- Kesiap siagaan sebelum terjadi banjir
sistematik untuk menurunkan resiko
(upaya
yang
dilakukan
untuk
bencana baik secara struktural melalui
mengantisipasi
bencana,
melalui
pembangunan sarana dan prasarana fisik
pengorganisasian, langkah yang tepat
maupun non strukutral melalui peraturan
guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan
perundangan kelembagaan maupun
berarti mencegah dan mengurangi
pelatihan (Bastian, 2008).
bencana, mengambil langkah-langkah
untuk mengurangi dampak yang
terjadi akibat bencana dan memastikan
semua orang siap siaga jika bencana
terjadi). Dengan kegiatan mencakup:
Pemberian peringatan dini pada
komunitas
sekitar,
Penanganan
evakuasi korban banjir, Pencarian dan
penyelamatan
korban
bajir,
Pertolongan pertama pada korban

- Ordinal
- Ordinal
- Ordinal
- Ordinal

- Ordinal
- Ordinal
- Ordinal
- Ordinal

107
Universitas Sumatera Utara

4

Pengurangan
dampak
banjir

5

Penggunaan
Lahan

Usaha pengurangan dampak yang
diakibatkan oleh banjir, dimana
peristiwa tergenang dan terendamnya
daratan (yang biasanya kering) karena
volume air yang meningkat, disisi lain
banjir adalah suatu peristiwa meluapnya
air dari sungai atau saluran drainase
karena tidak mampu menampung
besarnya debit air
ekspresi kehendak lingkungan
masyarakat mengenai bagaimana
seharusnya pola tata guna lahan suatu
lingkungan pada masa yang akan datang.
Dalam rencana itu ditentukan daerah
yang akan digunakan bagi berbagai
jenis, kepadatan dan intensitas kategori
penggunaan, misalnya penggunaan
untuk pemukiman, perdagangan, industri
dan berbagai kebutuhan umum.
Tataguna lahan sangat terkait dengan
khususnya pada lahan yang berfungsi
sebagai penyangga air

banjir, Penyiapan dapur umum.
- Penanggulangan pada saat banjir
terjadi ( apa yang dilakukan saat dan
setelah
bencana
terjadi
untuk
menyelamatkan
korban
jiwa,
mengurangi dampak penderitaan dan
berhadapan dengan dampak langsung
dengan bencana). Kegiatan tersebut
mencakup: Penyiapan tenda darurat
untuk penanganan korban banjir,
Kewaspadaan pada area banjir,
Pengumpulan,
pengelolaan,
dan
penyaluran
berbagai
bantuan,
Pelaporan kejadian banjir kepada
pihak berwenang.
- Pemulihan setelah banjir (upaya
mengembalikan situasi seperti semula
atau mungkin menjadi lebih baik
sebelum bencana terjadi dengan cara
membangun kembali masyarakat
melalui cara yang sesuai dan
memperkirakan resiko bencana di
masa mendatang). Kegiatan pemulihan
diantaranya adalah : Pencatatan berapa
jumlah korban dan kerugian akibat
banjir, Penguburan korban, pemberian
trauma healing kepada komunitas,
Perbaikan infrastruktur, pengobatan
korban banjir di area rumah
pertolongan, Pelaporan penanganan
banjir ke pihak berwenang
- Kerentanan
- Erosi
- Kerusakan lahan

- Ordinal
- Ordinal
- Ordinal

-

- Ordinal
- Ordinal
- Ordinal
- Ordinal
- Ordinal

Penggunaan Ruang terbuka
Penggunaan Jalan
Penggunaan Pemukiman
Penggunaan industri
Penggunaan bisnis

108
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis Kota Medan
Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara memiliki
posisi strategis baik secara regional maupun nasional. Sampai saat ini luas wilayah
265,10 km2(Tabel 4.1) atau 3,6 persen dari total luas wilayah di Provinsi Sumatera
Utara (suatu luasan yang termasuk kecil sebagai Ibukota Provinsi). Secara
administratif, di Sebelah Utara Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka, dan di
Sebelah Timur, Barat, dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan 2010-2015
Kecamatan
(1)
Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Area
Medan Kota
Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat
Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan
Medan Marela
Medan Belawan
Jumlah/Total
Sumber : BPS Kota Medan, Tahun 2015
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20
21.

Luas
(Km2)
(2)
20,68
14,58
11,19
9,05
5,52
5,27
2,98
9,01
5,84
12,81
15,44
13,16
6,82
5,53
7,76
4,09
7,99
20,84
36,67
23,82
26,25
265,10

Persentase
(%)
(3)
7,80
5,50
4,22
3,41
2,08
1,99
1,12
3,40
2,20
4,83
5,82
4,98
2,57
2,01
2,93
1,54
3,01
7,86
13,83
8,99
9,90
100,00

109

Universitas Sumatera Utara

Secara astronomis, Kota Medan berada pada koordinat 2 o.27’ – 2o.47’ Lintang
Utara dan 98o.35’ – 98o44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 - 50 meter di atas
permukaan laut (dpl) dan kemiringan tanah 0 – 3%. Sebagian Wilayah Kota Medan
pada 2,5 – 5,0 meter berada pada tanah rawa yang ditumbuhi oleh pohon-pohon.
Sebagai salah satu pusat perekonomian regional terpenting di pulau Sumatera dan salah
satu dari tiga kota metropolitan baru di Indonesia, Kota Medan memiliki kedudukan,
fungsi dan peranan strategis sebagai pintu gerbang utama bagi kegiatan jasa
perdagangan dan keuangan secara regional/internasional di Kawasan Barat Indonesia,
karena didukung oleh dengan adanya ketersediaan Bandar udara yang baru di Kuala
Namu dan Pelabuhan Laut Belawan serta infrastruktur dan utilitas kota lainnya.
Saat ini Pemerintahan Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dengan 151
kelurahan dan sebanyak 2.001 lingkungan. Berdasarkan batas wilayah administratif,
Kota Medan termasuk kota yang relatif kecil dibanding kota lainnya (urutan ke 25 dari
kota – kota besar di Indonesia), namun secara ekonomi posisi regional Kota Medan
menjadi kota yang sangat penting. Hal tersebut karena Kota Medan berada dalam
wilayah hinterland dengan basis ekonomi sumberdaya alam yang relatif besar dan
beragam, serta dukungan kepelabuhan yang ada.
Kota Medan memiliki keterbatasan ruang dibanding kota besar lainnya
(Kepadatan penduduk 7.989 jiwa/km²), sebagai akibat bentuk wilayah administratif
yang ramping di tengah.

Akibat keterbatasan ruang tersebut, maka daya dukung

lingkungan perkotaan menjadi kurang optimal, terutama hambatan alamiah dalam
pengembangan Wilayah Utara Kota Medan, khususnya dalam penyediaan prasarana
dan sarana perkotaan. Kondisi tersebut menyebabkan tidak seimbangnya dan kurang

110

Universitas Sumatera Utara

terpadunya penataan ruang, baik di bagian utara maupun di bagian selatan, yang
menimbulkan adanya wacana/keinginan masyarakat untuk membagi Kota Medan
menjadi dua yaitu pada bagian utara Kota Medan dengan Kecamatan yang diharapkan
bergabung adalah Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Marelan,
Kecamatan Medan Labuhan dan Kecamatan Medan Deli, tentunya hal ini perlu dikaji
lebih jauh agar tidak menimbulkan masalah baru.
Kota Medan memiliki kondisi klimatologi yang menunjukkan bahwa suhu
minimum rata-rata 23,0oC – 24,1oC dan suhu maksimum rata-rata 30,6oC – 33,1oC.
Adapun kelembaban udara Kota Medan rata-rata mencapai 78 – 82% dan kecepatan
angin rata-rata sebesar 0,42 m/detik dengan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya
100,6 mm. Pada tahun 2009 curahhujan di Kota Medan rata-rata perbulan 19 hari,
dengan rata-rata curah hujan per bulannya berkisar antara 211,67 mm – 230,3 mm
(BMKG Wil.I Medan,2015). Kota Medan mempunyai kecenderungan utama yang
harus diantisipasi dari sisi iklim daerah yaitu adanya potensi bencana alam seperti suhu
udara yang cenderung terus meningkat, angin kencang, dan potensi banjir akibat curah
hujan yang terus meningkat ataupun banjir kiriman dari daerah hulu.
Secara hidrologi, Kota Medan dilewati dan dikelilingi oleh beberapa sungai
besar dan anak sungai seperti Sungai Percut, Sungai Deli, Sungai Babura, Sungai
Belawan dan sungai-sungai lainnya. Pola perkembangan Kota Medan adalah hasil dari
dampak sungai-sungai yang melintas di Kota Medan yang dipengaruhi dari bentuk
fisik, ruang dan lingkungan. Sungai-sungai tersebut sampai saat ini masih digunakan
sebagai salah satu sumber air dan sebagian berfungsi sebagai drainase primer, serta
tempat pembuangan air hujan. Tantangan yang dihadapi adalah fungsi sungai yang

111

Universitas Sumatera Utara

cenderung semakin terbatas akibat pendangkalan dan degradasi lingkungan. Sehingga
Kota Medan menjadi rawan akan banjir kiriman dari daerah hulunya seperti Deli
Serdang dan Kabupaten Karo.
Kota Medan berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, bisa diidentifikasikan
sebagai wilayah yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai salah satu
pusat perekonomian daerah dan regional yang penting dan utama di Pulau Sumatera.
Hal ini mengingat Kota Medan memiliki kedudukan, fungsi dan peranan penting serta
strategis sebagai pintu gerbang utama untuk kegiatan jasa perdagangan barang dan
keuangan domestik, maupun regional/internasional di Kawasan Barat Indonesia yang
didukung oleh faktor-faktor dominan yang dimilikinya. Beberapa faktor berikut ini
mendukung tujuan untuk menjadikan Kota Medan sebagai kota jasa, perdagangan,
keuangan dan industri berskala regional dan nasional : (1) 60,8% industri perbankan
memilih lokasi di Kota Medan; (2) 84,8% kredit perbankan diserap oleh kegiatan
ekonomi kota; (3) usaha industri yang terus berkembang, di mana sampai saat ini telah
mencapai 5.598 usaha, baik berskala usaha besar, sedang dan kecil; (4) ketersediaan
kawasan-kawasan industri; (5) berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan, pertokoan,
perkantoran, kota-kota baru, perhotelan, pusat-pusat jajanan, dan lain-lain serta (6)
struktur ekonomi kota yang terbentuk sampai saat ini yang cenderung semakin kuat
secara fundamental.

Adapun pembangunan dan pengambangan fisik Kota Medan

diarahkan untuk kepentingan kerjasama pembangunan kawasan industri dan
perdagangan baru dalam rangka memperbaiki kualitas hidup masyarakat, menciptakan
daya tarik pusat kota dan mendorong pengembangan dunia usaha.

112

Universitas Sumatera Utara

Potensi pengembangan wilayah Kota Medan yang utama sesuai dengan RT/RW
Nasional, RT/RW Provinsi Sumatera Utara, RT/RW Mebidangro dan RT/RW Kota
Medan adalah : (1) sebagai pusat kegiatan nasional, (2) sebagai kawasan strategis
nasional, (3) sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara, (4) sebagai pusat jasa,
perdagangan, industri, pariwisata, pendidikan dan kesehatan, dan (5) sebagai
dinamisator serta lokomotif bagi pertumbuhan wilayah hinterlandnya sehingga
direncanakan menjadi salah satu Kota Metropolitan baru di Indonesia selain Jakarta
dan Surabaya.
4.2 Demografis Kota Medan
Faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah penduduk Kota Medan adalah
tingkat kelahiran, kematian dan arus urbanisasi dari daerah lainnya. Sesuai data BPS
tahun 2015. Berikut adalah perkembangan jumlah penduduk Kota Medan selama tahun
2010-2015.
J
u
m
l
a
h
P
e
n
d
u
d
u
k

2500000

2465469
2397183

2400000

2300000
2233210
2182804

2200000
2109610

2117957

2010

2011

2100000

2000000

(orang)
1900000

2012

2013

2014

2015

Tahun

Gambar 4.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2010 – 2015
113

Universitas Sumatera Utara

Kepadatan penduduk Kota Medan relatif tinggi dengan rata-rata kepadatan
2
pendudukKota Medan adalah 7.989 jiwa/km . Sepanjang tahun 2010-2015 perubahan

jumlah penduduk Kota Medan berdampak pada perubahan kepadatan penduduk
disebabkan luas wilayah sebesar 265,10 km 2.

Kepadatan penduduk Kota Medan

mengalami penurunan 0,54 persen di tahun 2010.

Selanjutnya, terjadi kenaikan

sebesar 0,40 persen menjadi 7.989 jiwa/km2 di tahun 2011, atau turun sebesar 0,14
persen dari tahun 2015sebanyak 2.465.469 jiwa.

Tabel 4.2 Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015
Kecamatan

Pria
(Jiwa)
(1)
(2)
1. Medan Tuntungan
39.887
2. Medan Johor
62.005
3. Medan Amplas
57.615
4. Medan Denai
71.374
5. Medan Area
47.802
6. Medan Kota
35.236
7. Medan Maimun
19.422
8. Medan Polonia
26.321
9. Medan Baru
17.574
10. Medan Selayang
49.266
11. Medan Sunggal
55.425
12. Medan Helvetia
71.211
13. Medan Petisah
29.371
14. Medan Barat
34.748
15. Medan Timur
52.629
16. Medan Perjuangan
45.167
17. Medan Tembung
65.417
18. Medan Deli
86.482
19. Medan Labuhan
57.333
20 Medan Marela
74.673
21. Medan Belawan
48.917
Kota Medan
1.167.102
Sumber : BPS Kota Medan, 2015

Wanita
(Jiwa)
(3)
42.155
63.908
58.612
70.627
48.873
37.449
20.243
27.231
22.003
51.189
57.542
74.308
32.484
36.164
56.163
48.359
68.424
84.449
55.309
72.645
46.792
1.298.367

Jumlah
Total
82.042
125.913
116.227
142.001
98.675
72.685
39.665
53.552
39.577
100.455
112.987
145.519
61.855
70.912
108.792
93.526
133.841
170.931
112.642
147.318
95.709
2.465.469

114

Universitas Sumatera Utara

Kepadatan penduduk seperti ini menjadi tantangan bagi Pemerintah Kota
Medan di masa depan, hal ini berpotensi terjadinya ketidakseimbangan antara daya
dukung dan daya tampung lingkungan yang ada. Kepadatan penduduk tersebut akan
berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan ekonomi jika tidak segera diatasi dengan
baik.
Laju
pertumbuhan

pertumbuhan
bisa

bisa

dipengaruhi

dikendalikan.Pengendalian

oleh

beberapa

tersebut

terjadi

sebab,

sehingga

karena

adanya

pelaksanaan pengendalian penduduk melalui program keluarga berencana yang akhir akhir ini terasa kurang sosialisasinya, pemahaman masyarakat tentang pentingnya
norma keluarga kecil sejahtera dan perubahan cara pandang penduduk Kota Medan
yang cenderung memilih untuk memiliki anak yang semakin berkualitas bukan
kuantitasnya.
Tabel 4.3 Jumlah, Laju Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk Kota Medan
Tahun 2010 – 2015
Tahun

Jumlah
Penduduk
(jiwa)

Laju
Pertumbuhan
Penduduk (%)

2010
2.097.610
1,11
2011
2.117.957
0,97
2012
2.182.804
0,82
2013
2.233.210
0,97
2014
2.397.183
0,98
2015
2.465.469
0,99
Sumber: LPPD Kota Medan Tahun 2015

Luas Wilayah
2

(Km )

Kepadatan
Penduduk
2

(Jiwa/Km )

265,10
265,10
265,10
265,10
265,10
265,10

7.912
7.989
8.007
8.009
8.012
8.013

Pada Tabel 4.3 dapat diketahui adanya daya dukung lingkungan perkotaan dan
fasilitas umum serta sosial bagi penduduk, Kota Medan harus bisa menekan laju
pertumbuhan penduduk. Karena diperkirakan sampai dengan tahun 2015, laju
pertumbuhan pendudukKota Medanmengalami ada kenaikan sekitar 1,07 persen per

115

Universitas Sumatera Utara

tahun. Selama tahun 2010 - 2015, jumlah penduduk kelompok umur 0 - 14 tahun
berada dalam kisaran 561.813 - 578.414 jiwa, jumlah penduduk kelompok umur 15 64 tahun berada dalam kisaran 1.449.193 - 1.475.058 jiwa, dan jumlah penduduk
kelompok umur 65 tahun ke atas berada dalam kisaran 74.288 - 84.182 jiwa (Sumber :
BPS, 2015). Pada Tabel 4.4 berikut ini dapat dilihat struktur penduduk Kota Medan
berdasarkan kelompok umur selama tahun 2015.
Tabel 4.4 Struktur Penduduk Kota Medan berdasarkan Kelompok Umur
Tahun 2015
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun
2015/Population by Age Group and Sex 2015Golongan Umur
Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Male
Female
Total
0-4
99.365
94.516
193.881
5-9
93.989
89.238
183.227
10-14
98.369
90.745
187.114
15-19
107.151
111.075
218.226
20-24
114.763
123.788
238.551
25-29
95.927
99.767
195.694
30-34
86.898
89.404
176.300
35-39
78.118
81.688
159.806
40-44
70.535
73.299
143.834
45-49
59.847
62.115
121.982
50-54
49.928
51.970
101.898
55-59
38.483
39.156
77.639
60-64
24.422
25.508
49.930
65-69
14.792
17.588
32.380
70-74
9.978
12.746
22.724
75+
7.312
12.326
19.638
2.465.469
Jumlah/Total
1.167.102
1.298.367
Sumber : LPPD Pemerintah Kota Medan, 2015
Rata-rata proporsi penduduk untuk masing-masing kelompok umur berdasarkan
Tabel 4.4selama tahun 2015, kelompok umur 0-14 tahun memiliki proporsi penduduk
yang besar, hal ini berimplikasi pada pemerintah Kota Medan harus mampu
memenuhikebutuhan penyediaan prasarana dan sarana kesehatan untuk usia balita serta
116

Universitas Sumatera Utara

sarana pendidikan bagi anak usia dini baik secara kualitas maupun kuantitas. Adapun
rincian rata-rata proporsi penduduk yaitu pada kelompok umur 0-14 tahun sebesar
27,05 persen, kelompok umur 15 - 64 tahun sebesar 69,54 persen, sedangkan kelompok
umur 65 tahun ke atas sebesar 3,68 persen. Untuk kelompok usia anak-anak dan
remaja, Pemerintah Kota Medan telah mengarahkan kebijakan pada program dan
kegiatan peningkatan status gizi anak, pengendalian tingkat kenakalan anak-anak dan
remaja, peningkatan kualitas pendidikan dan lain-lain. Kebijakan ini dipersiapkan
untuk masa depan anak-anak dan remaja dalam rangka mendukung terbentuknya
sumber daya manusia supaya semakin berkualitas dan tangguh. Kebijakan ini juga
diharapkan agar terus dilaksanakan secara berkesinambungan agar anak-anak dan
remaja siap bersaing menghadapi persaingan regional maupun global.
Mayoritas usia produktif yaitu kelompok usia aktif secara ekonomis adalah
didominasi penduduk dengan kelompok umur 15 – 64 tahun. Dominasi penduduk
kelompok umur tersebut merupakan tantangan dalam penyelenggaraan pemerintahan
kota terutama dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan. Hal ini harus diantisipasi
karena sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi Kota Medan.
Sedangkan kelompok umur 65 tahun ke atas merupakan penduduk yang tidak produktif
lagi dan biasanya menjadi tanggungan keluarga masing – masing (usia produktif).

4.3Kondisi Geografis dan Fisik Dasar
a. Geografis
Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar atau sama dengan 265,10 Km 2 atau
3,6 % dari total luas wilayah Propinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu selain memiliki
kekuatan pembangunan dengan jumlah penduduk yang relatif besar, Kota Medan juga
117

Universitas Sumatera Utara

memiliki keterbatasan ruang sebagai bagian daya dukung lingkungan.Luas Kota
Medan tersebut masih kecil dibanding luasan beberapa kota besar lainnya di Indonesia.
Keterbatasan ruang lebih dirasakan karena bentuk wilayah administratif Kota Medan
yang sangat ramping di tengah, sehingga menghambat pengembangan perkotaan dan
penyediaan sarana prasarana kota. Kondisi tersebut juga menyebabkan kurang
seimbang dan terintegrasinya ruang kota di Bagian Utara dengan Bagian Selatan. Hal
tersebutlah yang merupakan latar belakang perlunya perluasan Kota Medan menjadi
bentuk yang lebih ideal dari aspek penataan dan pengembangan ruang kota.
b. Iklim
Untuk parameter iklim meliputi suhu/temperatur, kelembaban udara, arah dan
kecepatan angin, curah hujan dan hujan yang peroleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika Stasiun Polonia Medan tahun 2010 sampai tahun 2015.
1) Suhu/Temperatur
Dari data diketahui bahwa fluktuasi temperature udara rata-rata tidak terlalu besar.
Temperature rata-rata terendah dicapai pada bulan Januari sebesar 29,02°C dan
temperatur rata-rata tertinggi dicapai pada bulan Mei 29,15°C.
2) Kelembaban Udara
Kelembaban udara rata-rata tahunan berkisar 91.56 %, rata-rata minimum pada
bulan April dan Mei dan kelembaban maksimum pada bulan November dan
Desember. Data disajikan pada Tabel 4.5.

118

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5 Data Iklim Rata-rata Kota Medan (2010-2015)
Temperatur
Kelembapan
Kecepatan
Bulan
(°C)
(%)
Angin (Knot)
Januari
29,02
93,31
6,82
Februari
29,06
90,94
6,93
Maret
29,11
90,75
7,15
April
29,10
91,49
6,93
Mei
29,15
91,50
7,04
Juni
32,10
89,50
8,15
Juli
32,12
89,40
8,39
Agustus
32,15
89,30
8,15
September
32,25
89,20
8,30
Oktober
32,20
89,15
8,27
November
32,10
89,25
8,14
Desember
32,15
89,20
7,83
Rata-rata
30,87
90,24
7,67
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah I Kota Medan, 2010 -2015
3) Kecepatan Angin dan Arah Angin
Untuk Kecepatan angin diwilayah studi tergolong rendah, yakni berkisar antara
6,82-7,59 knot.Arah angin pada musim kemarau cenderung dari arah tenggara ke
arah selatan.Secara rinci data iklim rata-rata tempratur, kelembaban dan kecepatan
angin Kota Medan.
4) Curah Hujan dan Hari Hujan
Bulan kering apabila curah hujan lebih kecil dari 60 mm, bulan lembab bila curah
hujan lebih besar dari 100 mm.
5) Sungai
Sungai-sungai yang membentang di Kota Medan memiliki pengaruh yang cukup
besar pada perkembangan Kota Medan. Sungai-sungai ini digunakan sebagai
sumber air untuk masyarakat yang menduduki daerah sekitar sungai, untuk

119

Universitas Sumatera Utara

mengatasi banjir serta tempat pembuangan air hujan. Kota Medan secara hidrologi
dipengaruhi dan dikelilingi oleh beberapa sungai besar dan anak sungai seperti
Sungai Percut, Sungai Deli, Sungai Babura dan Sei Belawan.
4.4 Karakteristik Rawan Bencana Banjir di Medan
Penentuan model bahaya banjir dalam penelitian model bahaya banjir di Kota
Medan ini menggunakan beberapa variabel, antara lain meliputi: curah hujan, tutupan
vegetasi, kemiringan lereng, jenis formasi batuan dan elevasi. Proses pembuatan model
bahaya banjir

diperlukan bobot setiap variabel banjir

dan setiap variabel banjir

mempunyai kelas kriteria. Berdasarkan perhitungan mean spatial dari setiap variabel
banjir selanjutnya dapat dihitung bobot setiap variabel banjir , dengan asumsi bahwa:
a) Potensi banjir disebabkan oleh beberapa faktor dengan bobot sama.
b) Ranking dan skor setiap kriteria & setiap faktor mengacu pada penelitian.
Untuk lebih jelasnya tahapan atau langkah-langkah dalam proses Composite
Mapping Analysis (CMA)
Perhitungan bobot untuk pembuatan model bahaya banjir menggunakanComposite
Mapping Analysis (CMA), dengan langkah-langkah sebagai berikut (Tabel 4.6):
1. Penentuan peta kejadian banjir berdasarkan posisi lokasi dan Jumlah banjir
yang terjadi di lapangan dengan asumsi:
a. Potensi banjir disebabkan oleh beberapa faktor dengan bobot
sama.
b. Rangking dan skor setiap kriteria dan setiap faktor mengacu pada
penelitian sebelumnya.
Pada tahap ini akan dihasilkan distribusi daerah banjir dan luas daerah banjir .

120

Universitas Sumatera Utara

2. Selanjutnya peta distribusi banjir dilakukanoverlay dengan setiap variabel
banjir, dimana variabel banjir meliputi: curah hujan, liputan lahan, lereng,
sistem lahan, elevasi. Proses tumpang susun yang dilakukan dengan setiap
variabel banjir ini dihasilkan tabulasi hasil overlay setiap variabel banjir .
3. Perhitungan rasio banjir setiap kriteria untuk semua variabel dan kriteria.
4. Hasil yang diperoleh berupa bobot relatif yang disebut mean spasial.
5. Selanjutnya dilakukan composite semua variabel, sehingga diperoleh bobot
setiap variabel penyebab banjir .
Tabel 4.6 Pembobotan dan Skoring pada masing-masing variabel
No.
1.

2.

3

4

5

Variable
Iklim/Curah Hujan
(CH)

Tutupan Vegetasi
(TV)

Kemiringan (SL)

Formasi Tanah
(FT)

Elevasi (EL)

Kriteria
Curah Hujan > 300
Curah Hujan 200 – 300 mm
Curah Hujan 100 – 200 mm
Curah Hujan 50 – 100 mm
Curah Hujan < 50 mm
Lahan kosong
Wilayah pemukiman
Ladang/Kebun
Taman Kota
Hutan Kota
Datar- Landai 0 – 8 %
Berombak 8 – 15 %
Agak Curam, Bergelombang, berbukit
15 – 25 %
Curam-Sangat Curam 25 -45 %
Terjal-Sangat Terjal > 45 %
Mudflats and riverine plains
Coastal beach ridges; swales
volcanic alluvial tuff plains
Hillocky plains of volcanic tuff
Flat volcanic plain
0 – 50 m
50 – 100 m
100 – 150 m
150 – 200 m
>250 m

Skoring
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1

Bobot

16

19

22

27

16

Modifikasi : Haryani N.S et al (2012)
Perhitungan pengurangan dampak banjir di lakukan dengan formulasi sebagai .
RESIKO BANJIR = 16 x S(CH) + 19 x S(TV) + 22 S(SL) + 27 x S(FT) + 16 x S(EL)
121

Universitas Sumatera Utara

Dimana : S (CH) = skor curah hujan, S (TV) = skor tutupan vegetasi, S(SL) = skor
kemiringan lereng, S (FT) = skor formasi tanah dan S (EL) = skor ketinggian tempat
(elevasi).
Adapun uraian dari setiap variabel yang digunakan dalam modelling banjir ini,
meliputi :
a. Peta Tutupan Vegetasi
Tutupan Vegetasi di Kota Medan diperoleh dari hasil pengolahan data penginderaan
jauh citra MODIS NDVI (The Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer
Normalized Difference Vegetation Index) Tahun 2015, dimana untuk Kota Medan
dihasilkan 5 (lima) tutupan vegetasi yaitu lahan kosong, wilayah pemukiman,
Ladang/Kebun, Taman Kota dan Hutan Kota (BMKG Wil. I Medan, 2015). Dari hasil
klasifikasi tutupan vegetasidiketahui bahwa Kota Medan didominasi oleh wilayah
pemukiman kecuali Kecamatan Medan Marelan, Medan Labuhan dan Belawan.
b. Kemiringan (Slope)
Kondisi lereng di Kota Medan dihasilkan dari hasil ekstraksi Digital Elevation Model –
Shuttle Radar Topographic Mapping (DEM-SRTM),dimana Wilayah Kota Medan
seluruhnya berada pada range Datar-Landai dengan kemiringan lereng berkisar 0 - 8%.
c. Sistem Pembentuk Tanah (Land Formation)
Sistem pembentuk tanah (land formation) untuk Kota Medan terdiri dari beberapa jenis
tanah yang didominasi oleh inland volcanic alluvial plains.Jenis tanah tersebut
terbentuk dari batual alluvial yang terbentuk dari endapan gunung merapi dengan
tekstur yang datar. Untuk wilayah pesisir timur Kota Medan khususnya Medan
Labuhan dan Belawan terdiri dari tanah lumpur (mudflats) yang sangat rentan terhadap
banjir karena sifatnya yang reaktif terhadap rendaman air. Bagian Selatan Kota
Medan, khusunya di Medan Tuntungan dan Johor terdiri dari pendinginan magma
122

Universitas Sumatera Utara

berupa batuan tuff yang lebih kokok dan stabil dibandingkan dengan kecamatan
lainnya.
d. Curah Hujan Bulanan di Kota Medan
Untuk curah hujan bulanan di Kota Medan diperoleh dari jumlah curah hujan
bulanan pada bulan Oktober sebagai puncak musim hujan di wilayah Sumatera
Utara.Peta curah hujan bulanan memperlihatkan dimana seluruh Kota Medan memiliki
curah hujan yang cukup tinggi berkisar antara 200 – 300 mm per bulan.

e. Peta Ketinggian di Kota Medan
Kondisi lereng di Kota Medan dihasilkan dari hasil ekstraksi Digital Elevation
Model – Shuttle Radar Topographic Mapping (DEM-SRTM).Berdasarkan data DEM
SRTM, terlihat bahwa wilayah Kota Medan memiliki ketinggian yang tergolong dalam
wilayah dataran rendah (0 – 50 mean sea level), kecuali wilayah selatan Kota Medan
(Kecamatan Medan Johor dan Medan Tuntungan).
Dengan memperlihatkan resiko banjir dengan intens