Pengaruh Karakter Eksekutif Perusahaan Manufaktur Terhadap Agresivitas Pajak dengan Variabel Moderasi Efektivitas Dewam Komisaris Chapter III V

72

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Sampel Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel yakni seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2013 sampai dengan
tahun 2015. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Dengan kriteria sampel sebagai berikut:
1. Perusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun
2013 – 2015 secara berturut – turut.
2. Perusahaan yang telah menerbitkan annual report yang lengkap dan telah
diaudit selama periode 2013 – 2015.
3. Perusahaan yang memiliki seluruh data yang dibutuhkan pada penelitian
ini.

Tabel 3.1
Data Populasi Penelitian
NO.


KODE

1.
2.
3.

INTP
SMCB
SMGR

4.
5.
6.
7.
8.
9.

AMFG
ARNA
IKAI

KIAS
MLIA
TOTO

10.

ALKA

NAMA PERUSAHAAN

SAMPEL
1 2 3

Subsektor Semen
 
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
 
Holcim Indonesia, Tbk.
Semen Indonesia, Tbk.
 

Subsektor Keramik, Porselin, dan Kaca
 
Asahimas Flat Glass, Tbk.
Arwana Citramulia, Tbk.
 
Intikeramik Alamsari Industri, Tbk.
 −
 
Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk.
 −
Mulia Industrindo, Tbk.
Surya Toto Indonesia, Tbk.
 
Subsektor Logam dan Sejenisnya
 
Alakasa Industrindo, Tbk.













Keterangan

Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4

Sampel 5



Universitas Sumatera Utara


73

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

ALMI

BTON
CTBN
GDST
INAI
ITMA
JKSW
JPRS
KRAS
LION
LMSH
MYRX
NIKL
PICO
TBMS

26.
BRPT
27.
BUDI
28.

DPNS
29.
EKAD
30. ETWA
31. INCI
32. SOBI
33. SRSN
34. TPIA
35. UNIC
36. AKKU
37. AKPI
38. APLI
39. BRNA
40. FPNI
41. IGAR
42. IPOL
43. SIAP
44. SIMA
45. TRST
46. YPAS

47.
48.
49.
50.

CPIN
JPFA
MAIN
SIPD

51.

SULI

Alumindo Light Metal Industry, Tbk.

Betonjaya Manunggal, Tbk.

Citra Tubindo, Tbk.



Gunawan Dianjaya Steel, Tbk.
Indal Aluminium Industry, Tbk.

Sumber Energi Andalan, Tbk.


Jakarta Kyoei Steel, Tbk.

Jaya Pari Steel, Tbk.
Krakatau Steel, Tbk.

Lion Metal Works, Tbk.


Lionmesh Prima, Tbk.
Hanson International, Tbk.

Pelat Timah Nusantara, Tbk.



Pelangi Indah Canindo, Tbk.

Tembaga Mulia Semanan, Tbk.
Subsektor Kimia
Barito Pasific, Tbk.


Budi Starch & Sweetener, Tbk.
Duta Pertiwi Nusantara, Tbk.

Ekadharma International, Tbk.

Eterindo Wahanatama, Tbk.

Intanwijaya Internasional, Tbk.


Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk.


Indo Acidatama, Tbk.
Chandra Asri Petrochemical, Tbk.

Unggul Indah Cahaya, Tbk.

Subsektor Plastik dan Kemasan
Alam Karya Unggul, Tbk.

Argha Karya Prima Industry, Tbk.


Asiaplast Industries, Tbk.

Berlina, Tbk.
Lotte Chemical Titan, Tbk.

Champion Pacific Indonesia, Tbk.


Indopoly Swakarsa Industry, Tbk.
Sekawan Intipratama, Tbk.

Siwani Makmur, Tbk.


Trias Sentosa, Tbk.

Yanaprima Hastapersada, Tbk.
Subsektor Pakan Ternak
Charoen Pokphand Indonesia, Tbk.


JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk.
Malindo Feedmill, Tbk.

Sierad Produce, Tbk.

Subsektor Kayu dan Pengolahannya

Sumalindo Lestari Jaya, Tbk.






































































































Sampel 6






Sampel 8







Sampel 7

Universitas Sumatera Utara

74

52.

TIRT

53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.

ALDO
FASW
INKP
INRU
KBRI
SPMA
TKIM

60. ASII
61. AUTO
62. BRAM
63. GDYR
64. GJTL
65. IMAS
66. INDS
67. LPIN
68. MASA
69. NIPS
70. PRAS
71. SMSM

Tirta Mahakam Resources, Tbk.

Subsektor Pulp dan Kertas

Alkindo Naratama, Tbk.

Fajar Surya Wisesa, Tbk.
Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk.

Toba Pulp Lestari, Tbk.

Kertas Basuki Rachmat Indonesia, Tbk. 
Suparma, Tbk.

Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk.

Subsektor Otomotif dan Komponen

Astra International, Tbk.
Astra Otoparts, Tbk.

Indo Kordsa, Tbk.


Goodyear Indonesia, Tbk.
Gajah Tunggal, Tbk.

Indomobil Sukses Internasional, Tbk.


Indospring, Tbk.

Multi Prima Sejahtera, Tbk.
Multistrada Arah Sarana, Tbk.

Nipress, Tbk.

Prima Alloy Steel Universal, Tbk.

Selamat Sempurna, Tbk.



















































72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.

ADMG
ARGO
CNTX
ERTX
ESTI
HDTX
INDR
MYTX
PBRX
POLY
RICY
SSTM
TFCO
UNIT
UNTX

87.
88.

BATA
BIMA

89.
90.

IKBI
JECC

Subsektor Tekstil dan Garment
Polychem Indonesia, Tbk.

Argo Pantes, Tbk.


Century Textile Industry, Tbk.
Eratex Djaja, Tbk.

Ever Shine Textile Industry, Tbk.


Panasia Indo Resources, Tbk.

Indo-Rama Synthetics, Tbk.
Apac Citra Centertex, Tbk.

Pan Brothers, Tbk.


Asia Pacific Fibers, Tbk.
Ricky Putra Globalindo, Tbk.

Sunson Textile Manufacturer, Tbk.


Tifico Fiber Indonesia, Tbk.

Nusantara Inti Corpora, Tbk.
Unitex, Tbk.

Subsektor Alas Kaki

Sepatu Bata, Tbk.
Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.

Subsektor Kabel
Sumi Indo Kabel, Tbk.


Jembo Cable Company, Tbk.


















































Universitas Sumatera Utara

75

91.
92.

KBLI
KBLM

93.

SCCO

94.

VOKS

95.

PTSN

96.

ADES

KMI Wire and Cable, Tbk.

Kabelindo Murni, Tbk.

Supreme Cable Manufacturing &

Commerce, Tbk.

Voksel Electric, Tbk.
Subsektor Elektronika
Sat Nusapersada, Tbk.

Subsektor Makanan dan Minuman

Akasha Wira International, Tbk.

97.
98.
99.
100.
101.

AISA
CEKA
DAVO
DLTA
ICBP

Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk.
Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk.
Davomas Abadi, Tbk.
Delta Djakarta, Tbk.
Indofood CBP Sukmes Makmur, Tbk.





102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.

INDF
MLBI
MYOR
PSDN
ROTI
SKLT
STTP

109.

ULTJ

Indofood Sukmes Makmur, Tbk.
Multi Bintang Indonesia, Tbk.
Mayora Indah, Tbk.
Prasidha Aneka Niaga, Tbk.
Nippon Indosari Corpindo, Tbk.
Sekar Laut, Tbk.
Siantar Top, Tbk.
Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company, Tbk.
Subsektor Rokok
Gudang Garam, Tbk.
Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.
Wismilak Inti Makmur, Tbk.
Subsektor Farmasi
Darya-Varia Laboratoria, Tbk.
Indofarma, Tbk.
Kimia Farma, Tbk.
Kalbe Farma, Tbk.
Merck, Tbk.
Pyridam Farma, Tbk.
Merck Sharp Dohme Pharma, Tbk.
Taisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk.
Tempo Scan Pasific, Tbk.

110. GGRM
111. HMSP
112. WIIM
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.

DVLA
INAF
KAEF
KLBF
MERK
PYFA
SCPI
SQBB
TSPC

122. MBTO
123. MRAT
124. TCID
125. UNVR






































-








Sampel 10
















Sampel 11







































Martina Berto, Tbk.


Mustika Ratu, Tbk.
Mandom Indonesia, Tbk.

Unilever Indonesia, Tbk.

Subsektor Peralatan Rumah Tangga
























Sampel 9








Sampel 12
Sampel 13
Sampel 14
















Universitas Sumatera Utara

76

126.
127.
128.

KDSI
KICI
LMPI

Kedawung Setia Industrial, Tbk.
Kedaung Indah Can, Tbk.
Langgeng Makmur Industri, Tbk.



















Sampel 15
Sampel 16

Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah
8 data perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia dengan total sampel
penelitian berjumlah 32 (8x4). Daftar nama perusahaan yang menjadi sampel
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian

No. Kode Perusahaan

Nama Perusahaan

1.

INTP

Indocement Tunggal Prakasa Tbk.

2.

SMCB

Holcim Indonesia Tbk.

3.

SMGR

Semen Indonesia (Persero),Tbk.

4.

AMFG

Asahimas Flat Glass Tbk.

5.

TOTO

Surya Toto Indonesia Tbk.

6.

CPIN

Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

7.
8.
9.

JPFA
MAIN
DLTA

Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.
Malindo Feedmill, Tbk
Delta Djakarta, Tbk.

10. MYOR

Mayora Indah, Tbk.

11. ROTI

Nippon Indosari Corpindo, Tbk.

12. GGRM

Gudang Garam, Tbk.

Universitas Sumatera Utara

77

HMSP

13.

Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

14. WIIM

Wismilak Inti Makmur, Tbk.

15. KICI

Kedaung Indah Can, Tbk.

16. LMPI

Langgeng Makmur Industri, Tbk.

Sumber: IDX 2013-2015 (data diolah oleh peneliti)
3.2

Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan

keuangan dan laporan tahunan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan dan
laporan tahunan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari situs resmi
perusahaan dan situs resmi BEI (www.idx.co.id). Selain dari laporan keuangan dan
laporan tahunan, data – data atas perusahaan sampel juga diperoleh dari Thomson
Reuters Datastream.

3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah
data yang tidak secara langsung diberikan kepada pengumpul data. Data penelitian
diambil dari laporan keuangan tahunan dari setiap perusahaan yang merupakan
sampel penelitian dari tahun 2013-2015. Data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan jumlah komisaris
dependen dan independen perusahaan. Data yang dibutuhkan oleh peneliti
diperoleh melalui Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan situs resmi
Bursa Efek Indonesia yakni www.idx.co.id.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara

78

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian in adalah
metode studi pustaka dan dokumentasi. Metode studi pustaka berarti
memeroleh data melalui buku, artikel, jurnal, penelitian, maupun sumber
tertulis lainnya sedangkan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan
data yang sudah didokumentasikan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, dan jumlah komisaris dependen dan independen perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015.
3.5

Operasional Variabel
3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
agresivitas pajak perusahaan yang diukur dengan menggunakan proksi
book-tas-gap (BTG). Karakter eksekutif dalam penelitian ini akan diukur
dengan menggunakan resiko. Dalam penelitian ini, BTG digunakan sebagai
perhitungan seperti dalam penelitian. BTG (Book-to-gap) digunakan sebagai
pengukuran tindakan agresif pajak karena dapat menangkap perbedaan
permanen dan temporer akibat tindakan agresif pajak. BTG dihitung dengan
mencari selisih antara laba kena pajak menurut akuntansi dengan laba
menurut pajak, kemudian dibagi dengan total aset.
ETR=

Beban Pajak
Laba sebelum pajak

3.5.2 Variabel Independen
Dalam penelitian ini variabel independen yang akan diuji
pengaruhnya dengan tingkat agresivitas pajak perusahaan adalah karakter

Universitas Sumatera Utara

79

eksekutif. Karakter eksekutif dalam penelitian ini akan diukur dengan
menggunakan resiko.
Metode penetapan nilai untuk masing – masing pertanyaan dalam
checklist sebagaimana yang telah ditetapkan dalam penelitian Hermawan
(2009) akan terdiri dari tiga kemungkinan, yaitu Untuk setiap nilai Baik,
Sedang dan Buruk atau dua kemungkinan Baik dan Buruk. Untuk setiap
nilai Baik diberi nilai 3, Sedang diberi nilai 2, dan Buruk diberi nilai 1.
Untuk pertanyaan tidak dapat diperoleh informasinya dari laporan tahunan
perusahaan, akan diberkan nilai buruk atau 1.

Tabel 3.1 Tabel Ringkasan Scoring Efektivitas Dewan Komisaris

Pertanyaan yang memiliki 3 kemungkinan jawaban (Baik,Sedang,Buruk)
1.

Dari seluruh dewan komisaris, berapakah pengaruh proporsi komisaris
independen ?

2.

Dari dewan komisaris, berapakah komisaris yag merupakan karyawan dari
pemegang saham atau perusahaan afiliasi yang dimiliki oelh pemegang
saham ?

3.

Apakah perusahaan memiliki komite nominasi dan dari komite remunerasi ?

4.

Berapa lamakah rata-rata masa jabatan dewan komisaris ?

5.

Berapakah kali pertemuan atau rapat diadakan dalam setahun ?

6.

Berapakah tingkat kehadiran anggota dewan komisaris selama tahun berjalan
?

7.

Berapakah jumlah anggota dewam komisaris ?

Universitas Sumatera Utara

80

8.

Apakah anggota dewan komisaris memiliki pengetahuan yang tinggi
mengenai akuntansi dan keuangan ?

9.

Apakah anggota dewan komisaris memiliki pengalaman yang cukup
mengenai bisnis?

10. Apakah anggota dewan komisaris memiliki pengetahuan yang tinggi
mengenai bisnis perusahaan ?
11. Berapakah rata-rata usia anggota komisaris ?
Pertanyaan yang memiliki 2 kemungkinan jawaban ( Baik atau Buruk )
1.

Apakah presiden dewan komisaris seorang komisaris independen ?

2.

Apakah perusahaan menjelaskan definisi independesi dalam laporan
tahunannya ?

3.

Apakah perusahaan menyatakan secara jelas tanggung jawab dewan
komisaris ?

4.

Apakah perusahaan memiliki laporan dewan komisaris terpisah yang
menjelaskan

tanggungjawab

dewan

komisaris

dalam

melakukan

reviewterhadap laporan perusahaan ?
5.

Apakah dewan komisaris melakukan penelian kinerja tahunan terhadap
dewan direksi?

6.

Apakah dewan komisaris melakukan penilaian terhadap prospek bisnis yang
disiapkan oleh dewan komisaris ?

Sumber : Hermawan (2009)

Universitas Sumatera Utara

81

Setelah memberikan nilai pada setiap pertanyaan dalam checklist, skor
efektivitas dewan komisaris kemudian diperoleh dengan cara menjumlahkan total
skor untuk masing-masing karekteristik.
Penelitian ini menggunakan 17 pertanyaan untuk perhitungan skor dewan
komisaris dengan kemungkinan nilai untuk masing-masing pertanyaan adalah
1,2,atau 3. Penelitian ini menggunakan batasan nilai 34 ( 17 pertanyaan dikalikan
nilai 2 ) untuk melihat koefektifan dewan komisaris perusahaan. Jika hasil
penjumlahan skor dari 17 pertanyaan memperoleh total skor dari 34 maka dapat
dikatan bahwa perusahaan memiliki efektivitas dewan komisaris yang berjumlah
lebih kurang 34, maka dapat dikatan bahwa efektifitas dewan komisaris
perusahaan rendah. Rincian pertanyaan yang digunakan untuk scoring dapat
dilihat di lampiran 2.

RISK =

3.5.3 Variabel Moderasi
Variabel moderasi adalah variabel yang memperkuat atau
memperlemah hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya.
Dalam penelitian ini variabel moderasi yang akan diuji pengaruhnya dari
variabel tingkat agresivitas pajak perusahaan dengan variabel karakter
eksekutif adalah Dewan Komisaris.
DK = Jumlah dewan komisaris perusahaan

Universitas Sumatera Utara

82

3.6

Metode Pengelolahan Data
Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode regresi sederhana dan regresi berganda, yakni dengan metode OLS
( Onlinary Least Square ). Pengujian model dilakukan dengan regresi
menggunakan software Stata. Unit observasi dari penelitian ini berasal dari
perusahaan sampel, yakni perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di
BEI selama periode 2010 - 2013 dan memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya untuk menjadi sampel.

3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Untuk mengahsilkan hasil regresi yang BLUE ( Best Linear
Unhtased Estimator ) dalam melakukan estimasi persamaan linear dengan
menggunakan metode OLS, maka asumsi – asumsi OLS harus dipenuhi.
Model regresi linear normal klasik (classical normal linear regression
model/ CNLRM ) memiliki sejumlah asumsi yang harus dipenuhi, asumsi
tersebut antara lain terbebas dari homoskeditas. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan hasil regresi yang baik, dilakukan uji asumsi klasik sebgai
berikut:
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi hubungan
linier yang sempurna atau mendekati sempurna di antara dua variabel
bebas atau lebih pada model regresi. Dalam menginterprestikan koefisien
suatu variabel, kita selalu menganggap variabel lain konstanta atau tetap.

Universitas Sumatera Utara

83

Jika ada variabel yang berkolerasi, sudah tentu anggapan tersebut tidak
berlaku,

sebuah

setiap

perubahan

suatu

variabel

bebas

akan

mengakibatkan variabel bebas lainnya berubah pula. Oleh karena itu,
dalam membuat regresi berganda, variabel bebas yang baik adalah
variabel bebas yang mempunyai hubungan dengan variabel terikat, tetapi
tidak memiliki hubungan dengan variabel lainnya (Nachrowi dan Usman,
2006). Terdapat dua teknik untuk mendeteksi adanya multikolinearitas.
Teknik yang pertama adalah dengan melihat nilai nilai Variance
Inflaction Factor (VIF) dan teknik kedua adalah dengan melihat Pearson
Correlation. Jika pada variabel terdapat nilai VIF lebih dari 10 (rule of
thum

10),

maka

dapat

disimpulkan

bahwa

terdapat

masalah

multikolinearitas. Sedangkan untuk Pearson Correlation jika terdapat
nilai korelasi antar variabel lebih dari 0,8 (rule of thum 0,8), maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat masalah multikolinearitas dalam model
penelitian. Untuk mengatasi multikolinearitas dapat dilakukan dengan
cara

melakukan

centering

terhadap

variabel

yang

terkena

multikolinearitas.
2. Uji Heteroskedatisitas
Heteroskedatisitas merupakan suatu kondisi dimana varians error
tidak konstan atau berubah-ubah. Dampak dari Heteroskedatisitas adalah
varians koefisien regresi cenderung lebih besar, yang menyebabkan uji
hipotesis menjadi tidak akurat dan kesimpulan ataupun interprestasi yang
diambil juga menjadi salah. Oleh karena itu, model regresi yang baik

Universitas Sumatera Utara

84

adalah

yang

bersifat

homoskedastis.

Untuk

menguji

gejala

heteroskeditastis, dapat dilakukan dengan teknik breusch-Pagan Godfrey
(BPG test) dan white test. Heteroskedastis dapat diatasi dengan
menggunakan metode robust atau metode Generalized least Squares
(GLS).
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan kondisi dimana terdapat korelasi antara
variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu.
Autokorelasi terjadi ketika error pada satu waktu yang lalu (t-1) secara
langsung mempengaruhi error pada waktu sekarang (waktu ke –t).
Autokorelasi akan menyebabkan interval keyakinan menjadi lebar serta
varian dan standar error akan ditaksir terlalu rendah atau varian sampel
tidak dapat menggambarkan varian populasinya (Nachorwi dan
Usman,2006). Gejala autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan
uji Durbin-Watson dari hasil regresi. Untuk mengatasi masalah
autokorelasi, dapat dilakukan dengan menggunakan metode robust atau
metode Generalized Least Squares (GLS).

3.5.2

Pengujian Hipotesi
1. Uji F
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
serentak (simultan) terhadap variabel dependen apakah pengaruhnya
signifikan atau tidak (Ghozali, 2012). Tahap-tahap pengujian sebagai
berikut :

Universitas Sumatera Utara

85

a. Merumuskan Hipotesis
Ho :

=

2 =

3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang

signifikan dari variabel independen (X1, X2 dan X3) terhadap variabel
dependen (Y).
Ha :

1=

2=

3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan

dari variabel independen (X1, X2 dan X3)terhadap variabel dependen
(Y).
b. Menentukan Taraf Signifikansi
Signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat
probabilitas dari F rasio seluruh variabel independen pada taraf uji α =
5 %.
c. Kriteria Pengambilan Keputusan
1) Jika probabilitas lebih kecil daripada α maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang memiliki arti bahwa variabel independen secara
bersama-sama memiliki pengaruh signifikansi terhadap variabel
dependen.
2) Jika probabilitas lebih besar dari pada α maka Ho diterima dan Ha
ditolak yang memiliki arti bahwa variabel independen secara
bersama-sama tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Dapat juga digunakan perbandingan signifikansi F hitung dengan
ketentuan:

Universitas Sumatera Utara

86

Ho diterima jika F hitung > F tabel
Ha diterima jika F hitung < F tabel
2 Uji Koefisien Determinasi (adjusted R2)
Menurut Ghozali (2012), koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.Kelemahan mendasar
penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu
variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji statisttik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/variabel independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau
tidak (Ghozali, 2012) Tahap-tahap pengujian sebagai berikut :
a. Merumuskan Hipotesis Statistik
Ho :

= 0, artinya tidak terdapat pengaruh dari variabel independen

terhadap variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara

87

Ha :

0, artinya terdapat pengaruh dari variabel independen

terhadap variabel dependen.
b. Menentukan Taraf Signifikasi
Signifikansi atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai probabilitas dari t
rasio masing-masing variabel independen pada taraf uji α = 5%.
c. Kriteria Pengambilan Keputusan
1) Jika probabilitas lebih kecil daripada α maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang memiliki arti bahwa variabel independen memiliki
pengaruh signifikansi terhadap variabel dependen.
2) Jika probabilitas lebih besar daripada α maka Ho diterima dan Ha
ditolak yang memiliki arti bahwa variabel independen tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Dapat juga digunakan perbandingan signifikansi thitung dengan
ketentuan :
Ho diterima jika t hitung > t tabel
Ha diterima jika t hitung < t tabel

Universitas Sumatera Utara

79

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Penelitian
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model uji interaksi yang sering disebut moderated regression
analysis (MRA). Pengujian asumsi klasik dan pengujian MRA dilakukan
dengan menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Science).
Adapun perangkat lunak SPSS yang digunakan adalah SPSS Statistics 22.0.
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan
kimia yang sesuai kriteria yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian.
Berdasarkan kriteria sampel, terdapat 16 perusahaan setiap tahun dengan
jumlah pengamatan 3 tahun sehingga jumlah data pengamatan sebanyak 48
data. Data diperoleh dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh Bursa Efek
Indonesia melalui situs www.idx.co.id.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum,

minimum,

sum,

range,

kurtosis

dan

skewness

(kemencengan deskriptif).

Universitas Sumatera Utara

80

Variabel penelitian ini terdiri dari karakter eksekutif sebagai variabel
bebas (independent variabel) dan agresivitas pajak sebagai variabel
terikat (dependent variabel) sertadewan komisaris sebagai variabel
moderating. Statistik deskriptif dari variabel bebas dan terikat pada
sampel perusahaan manufaktur selama periode 2013-2015 disajikan
dalam tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Hasil Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

N

Minimu

Maximu

Std.

m

m

Mean

Deviation

Karakter
48

,83

65,52

17,8115

14,63670

48

,16

5,68

1,4304

1,40425

48

2

7

4,63

1,579

Eksekutif
Agresivitas
Pajak
Dewan
Komisaris
Valid N
48
(listwise)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah data penelitian ada sebesar 48
perusahaan, dari 48 perusahaan ini menggambarkan bahwa nilai minimum

Universitas Sumatera Utara

81

Karakter Eksekutif (X) adalah 0,83 dan nilai minimum 65,52 dengan standar
Deviation sebesar 14,63670. Nilai minimum Agresivitas Pajak (Y) 0,16 dan nilai
maksimum adalah 5,68 dengan nilai standar deviation 1,40425 dan Dewan
Komisaris (Z) dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 7 dengan standar
deviation 1,579.
4.2.2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengujian dengan menggunakan moderated regression analysis
(MRA) sehingga diperoleh model regresi yang BLUE (Best Liniear
Unbiased Estimator). Model regresi akan menghasilkan penduga yang tidak
bias jika memenuhi asumsi klasik, antara lain normalitas data, bebas
multikolinieritas, bebas autokorelasi, dan bebas heteroskedastisitas.
4.2.2.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan
analisis grafik. Analisis grafik untuk melihat normalitas data
dilakukan dengan melihat grafik histogram dan kurva normal
probability plot. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada
gambar 4.1, gambar 4.2.

Universitas Sumatera Utara

82

Gambar 4.1
Grafik Histogram Uji Normalitas

Gambar 4.2
Kurva Normal Probability Plot

Universitas Sumatera Utara

83

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa grafik histogram memberikan
pola distribusi normal yakni distribusi data tidak menceng ke kiri
atau menceng ke kanan dan berbentuk lonceng (bell-shaped).
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal pada grafik normal
probability plot.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel
independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah
multikoliniearitas. Uji multikolinearitas dilihat dari nilai Tolerance
dan VIF-nya. Model regresi yang baik jika nilai Tolerance > 0,1 dan
VIF < 10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.3
berikut ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity
Statistics
Model
1

Tolerance

VIF

(Constant)

Universitas Sumatera Utara

84

Karakter
1,000

1,000

Eksekutif
a. Dependent Variable: Agresivitas Pajak

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai
tolerance diatas 0,1 yaitu 1 dan nilai variance inflation factor (VIF)
lebih kecil dari 10 yaitu 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi bebas multikolinearitas.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya).
Uji heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot,
namun analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil
ploting Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan
pengujian Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Angka D-W (pada output Model Summary) di bawah -2 berarti
ada autokorelasi positif.
b. Angka D-W (pada output Model Summary) di antara -2 sampai +2
berarti tidak ada autokorelasi.

Universitas Sumatera Utara

85

c. Angka D-W (pada output Model Summary) di atas +2 berarti ada
autokorelasi negatif.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb

Model

R

1

,431a

R Square

Adjusted R

Std. Error of

Durbin-

Square

the Estimate

Watson

,186

,168

1,28059

1,709

a. Predictors: (Constant), Karakter Eksekutif
B
b. Dependent Variable: Agresivitas Pajak
e
rdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai DurbinWatson (D-W)
sebesar 1,709. Oleh karena nilai D-W diantara -2 t tabel, maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Hasil uji signifikansi simultan ditunjukkan pada
tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6
Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa

Model
1

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
(Constant)

Std. Error
,693

,293

,041

,013

Beta

t

Sig.

2,366

,022

3,243

,002

Karakter
,431

Eksekutif
a. Dependent Variable: Agresivitas Pajak
Sumber : Output SPSS
Dari tabel 4.6 diatas di peroleh nilai signifikansi variabel Karakter

Universitas Sumatera Utara

90

Eksekutif bernilai 0,002 yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti
bahwa Karakter Eksekutif berpengaruh signifikan terhadap nilai
Agresivitas Pajak.

4.2.4 Analisis Regresi
Hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa model regresi yang
dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best
Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi.
Pengujianhipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dan analisis moderated regression analysis (MRA) untuk melihat
interaksi variabel moderating terhadap hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, dimana variabel independennya adalah Karakter
Eksekutif, variabel dependennya adalah Agresivitas Pajak, dan variabel
moderatingnya adalah Efektivitas Dewan Komisaris. Berikut ini hasil
regresi yang ditunjukkan dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa

Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B

Std. Error

Beta

t

Sig.

Universitas Sumatera Utara

91

1

(Constant)

,693

,293

,041

,013

2,366

,022

3,243

,002

Karakter
,431

Eksekutif
a. Dependent Variable: Agresivitas Pajak
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 0,693 + 0,041X1 + e

Keterangan:
1. Konstanta sebesar 0,693 menyatakan bahwa jika variabel
independen (X) dianggap konstan, maka rata-rata nilai agresivitas
pajak (Y) sebesar 0,693.
2. Koefisien regresi Karakter Eksekutif (X) sebesar 0,041 menyatakan
bahwa setiap peningkatan karakter eksekutif sebesar 1% akan
meningkatkan nilai perusahaan sebesar 0,041.

Tabel 4.8
Hasil Analisis Regresi dengan Variabel Moderating (X1 Z terhadap Y)
Coefficientsa

Universitas Sumatera Utara

92

Model
1

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
(Constant)

Std. Error

1,252

,869

-,026

,038

-,139

,015

Beta

T

Sig.

1,440

,157

-,274

-,692

,492

,192

-,157

-,725

,472

,008

,824

1,836

,073

Karakter
Eksekutif
Dewan
Komisaris
Moderating

a. Dependent Variable: Agresivitas Pajak

Y = 1,252 +-0,026X+ -0,139Z + 0,015X1Z + e

Keterangan:
1. Konstanta sebesar 1,252 menyatakan bahwa jika variabel
independen dianggap konstan maka rata-rata nilai dewan komisaris
(Y) sebesar -0,139.
2. Koefisien regresi Efektivitas Dewan Komisaris (Z) sebesar 0,073
menyatakan

bahwa

setiap

peningkatan

Efektivitas

Dewan

Komisaris sebesar 1% akan menaikkan nilai perusahaan sebesar
0,15.
3.

Koefisien b2tidak signifikan yaitu 0,582>0,05, dan b3 tidak

signifikan yaitu 0,583>0,05 maka variabel moderasi Efektivitas

Universitas Sumatera Utara

93

Dewan Komisaris dalam interaksi Karekteristik Eksekutif terhadap
Agresifitas Pajak merupakan moderasi potensial artinya variabel
tersebut potensial menjadi variabel moderasi.

Universitas Sumatera Utara

94

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh
karakter eksekutif perusahaan manufaktur terhadap agresivitas pajak dengan
variabel moderasi efektivitas dewan komisaris di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013 – 2015. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara parsial, karakter eksekutif berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tindakan agresivitas pajak sedangkan efektivitas dewan komisaris
memperlemah karakter eksekutifyang berpengaruh positif dan signifikan
terhadap agresivitas pajak.
2. Untuk Moderated Regresion Analysis (MRA) , efektivitas dewan
komisaris mampu memoderasi hubungan antara Karekteristik Eksekutif
terhadap Agresivitas Pajak.
5.2.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian

ini

memiliki

keterbatasan

atau

kelemahan

yang

memerlukanpengembangan-pengembangandanperbaikanolehpeneliti
selanjutnya.Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

95

1. Variabel independen dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Karakteristik
Eksekutif Perusahaan. Variabel moderating dibatasi hanya pada Efektivitas
Dewan Komisaris. Faktor-faktor lain beserta rasio-rasio keuangan lainnya
memiliki

kemungkinan

untuk

dapat

mempengaruhi

agresivitas

perusahaan.
2. Jenis perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini di Bursa Efek
Indonesia (BEI) 2013 – 2015 sehingga tidak mencerminkan reaksi
agrresivitas perusahaan sebelum atau sesudah penelitian.
5.3.

Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan dari peneliti, antara lain:
1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih menambah sampel yang
diteliti,

menggunakan

rentang

waktu

yang

lebih

panjang

dan

menambahkan variabel independen lainnya sehingga hasil penelitian lebih
akurat.
2. Bagi perusahaan, agar perusahaan mampu menyampaikan informasi yang
cukup kepada investor dan negara mengenai perkembangan perusahaan.
Selain itu, perusahaan dapat meminimalkan resiko kepercayaan investor
dalam menanamkan modalnya kepada perusahaan sehingga nilai
perusahaan meningkat dan menarik minat para investor untuk berinvestasi.

Universitas Sumatera Utara

96

3. Bagi investor atau calon investor, sebelum melakukan investasi sebaiknya
mengetahui tentang informasi dan kinerja perusahaan dalam memenuhi
kewajiban dalam membayar pajak.

Universitas Sumatera Utara