Pengembangan Standar Prosedur Operasional (SPO) Penerimaan Pasien Baru Besbasis Caring di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN

Bab 3 ini menjelaskan rangkaian metode yang digunakan dalam penelitian.
Ada beberapa hal yang dijelaskan meliputi : (1) jenis penelitian, (2) lokasi dan
waktu penelitian, (3) partisipan, (4) metode pengumpulan data, (5) definisi
operasional, (6) metode analisa data, (7) pertimbangan etik, (8) tingkat keabsahan
data (trusthworthiness of data).
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Action
Research (AR) yang bertujuan untuk mengembangkan SPO penerimaan pasien
baru di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Medan dengan
berbasis caring. Penggunaan metode Action Research bertujuan untuk mengubah
teori dan praktik. Action research atau penelitian tindakan menurut Kemmis dan
McTanggart (1988) adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri secara kolektif
dilakukan peneliti bersama partisipan dalam situasi sosial untuk meningkatkan
penalaran praktek sosial dan pendidikan peneliti dan partisipan serta pemahaman
peneliti dan partisipan tentang perilaku dan situasi dimana praktek-praktek
tersebut akan dilakukan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap dewasa yaitu ruang rawat

inap bedah dan rawat inap internal Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Medan.
Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan hasil survey pendahuluan

37
Universitas Sumatera Utara

38

yang dilakukan oleh peneliti karena situasi diruangan ini dinilai dapat mendukung
untuk dilakukan penelitian.
Penelitian dimulai sejak survey penelitian pada bulan Februari sampai
dengan Agustus 2016. Pertimbangan waktu ini ditentukan karena penelitian harus
menyesuaikan pada metode action research yang memiliki siklus dengan
beberapa tahapan sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar mendapatkan
hasil penelitian yang representatif.
3.3. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat langsung
dalam proses penerimaan pasien baru instalansi rawat inap dewasa dengan jumlah
43 orang, partisipan dibedakan menjadi 3 kelompok yang terdiri dari: (1) pasien
berjumlah 27 orang partisipan, (2) perawat pelaksana berjumlah 12 orang

partisipan, (3) kepala ruangan dan kepala keperawatan berjumlah 4 orang
partisipan.
3.4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri.
Proses pengumpulan data terdiri atas alat dan metode pengumpulan data, yaitu:
3.4.1. Metode pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan self report dan FGD,
yang dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap reconnaissance dan tahap reflecting.
Self report dilakukan dengan cara masing-masing partisipan mengisi angket atau
kuesioner yang telah disediakan dan diwawancarai lansung oleh peneliti tentang
perilaku perawat dan juga kepuasan pasien dan hasil pengukuran dalam bentuk
angka.

Focus group discussion bertujuan untuk mengeksplorasi perasaan,

Universitas Sumatera Utara

39

masalah dan segala hal yang terkait dengan pengalaman kepala keperawatan dan

kepala ruangan sebelum dan setelah menerapkan SPO penerimaan pasien baru
rawat inap berbasis caring, yang mana hasil pengumpulan data melalui FGD
adalah dalam bentuk tema-tema.
1. Self report
Tehnik self report dilakukan dengan meminta partisipan mengisi kuesioner
mengukur pengetahuan perawat pelaksana dan kuesioner tingkat kepuasan pasien.
Penyebaran kuesioner dilakukan dua kali. Pertama pada tahap reconnaissance
yang telah dilakukan pada bulan Mei 2016 dan penyebaran kuesioner kedua pada
tahap reflecting yaitu pada bulan bulan agustus 2016.
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dilakukan sebanyak
dua kali, yaitu pada tahap reconnaissance dan pada tahap reflecting. Kuesioner
diberikan kepada perawat pelaksana dan pasien rawat inap. Peneliti melakukan
wawancara langsung kepada partisipan apabila partisipan dianggap kurang
mampu untuk mengisi kuesioner sendiri.
2. Focus Group Discussion
FGD dilakukan untuk mengetahui persepsi partisipan. FGD dilakukan
dilakukan dua kali. Pertama, dilakukan tahap reconnaissance. Kedua, dilakukan
pada fase reflecting dengan waktu 60 menit. FGD dilakukan kepada partisipan
yaitu kepala keperawatan dan kepala ruangan rawat inap. FGD dilaksanakan
dengan peneliti berperan sebagai moderator dan dibantu oleh beberapa orang

asisten selama proses FGD berlangsung. Tugas moderator adalah memimpin
diskusi dan memberikan pertanyaan yang telah disusun atau dipersiapkan
sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

40

3.4.2. Alat
Alat pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri
dari (1) voice recorder, (2) panduan FGD, (3) Kuisioner tentang pengetahuan
perawat dalam pelaksanaan prosedur penerimaan pasien baru, dan (4) kuisioner
tingkat kepuasan pasien yang menjalani prosedur penerimaan pasien baru.
Pengembangan kuesioner dilakukan melalui kajian literature

kemudian

dimodifikasi oleh peneliti sesuai kebutuhan dengan menggunakan teori Watson
sebagai landasan pengembangan kuesioner. kemudian di modifikasi oleh peneliti
sesuai kebutuhan.

Voice recorder digunakan pada saat dilakukan FGD dan kegiatan lain baik
secara formal maupun informal yang membutuhkan informasi untuk direkam.
Kemudian data yang sudah direkam didokumentasikan dalam bentuk transkrip
yang selanjutnya ditentukan yang menjadi tema. Semua alat pengumpulan data
seperti panduan FGD. Kuesioner tentang pengetahuan perawat, kuesioner tingkat
kepuasan pasien yang disiapkan oleh peneliti akan dilakukan uji validitas dengan
menggunakan Content Validity Index (CVI) oleh oleh tiga orang expert sesuai
dengan kompetensi objek penelitian (biodata expert terlampir).
3.4.3. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah

action

research

dalam

pengembangan

prosedur


penerimaan pasien baru di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara TK.II
Medan terdiri atas tahap reconnaisance dan siklus action research (planning,
acting, observing and reflecting).

Universitas Sumatera Utara

41

3.4.3.1. Tahap reconnaissance
Reconnaissance merupakan study pendahuluan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi masalah atau kebutuhan berdasarkan data yang terkumpul dari
berbagai sumber dan metode pengumpulan data.
Tahap Reconnaissance dilaksanakan peneliti sejak bulan Februari 2016.
Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu mendapatkan setting penelitian dan
partisipan, mengukur pengetahuan perawat pelaksana tentang penerimaan pasien
baru, kepuasan pasien terhadap pelaksanaan penerimaan pasien baru yang
dilaksanakan selama ini dan perspektif kepala keperawatan serta kepala ruangan
melalui kegiatan FGD.
3.4.1.2. Siklus Action Research

Siklus penelitian action research terdiri dari tahap planning, acting,
observing and reflecting). Kegiatan dalam siklus action research melibatkan
partisipasi aktif partisipan dalam merencanakan kegiatan pengembangan SPO
penerimaan pasien baru rawat inap berbasis caring, melaksanakan atau
menerapkan SPO penerimaan pasien baru rawat inap berbasis caring, melakukan
refleksi terhadap pengalaman selama terlibat dalam proses penelitian action
research. Pelaksanaan kegiatan pada tahap penelitian ini sangat dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi pada setting penelitian, sehingga terjadinya perubahan
beberapa kegiatan dari yang telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan
partisipan. Kegiatan pada penelitian action research dijelaskan pada table 3.1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1. Rangkaian Kegiatan Penelitian Action Research
Februari - II Juni 2016
1. Melakukan
Prolonge
engagement
2. Mencari informasi kembali
secara menyeluruh tentang

setting tempat penelitian.
3. Melakukan pengumpulan data
awal
self
report
untuk
mengukur pengetahuan perawat
sebelum
penerapan
SPO
berbasis caring.
4. Melakukan pengumpulan data
awal
self
report
untuk
mengukur kepuasan pasien
sebelum
penerapan
SPO

berbasis caring.
5. Melakukan FGD tahap awal
untuk menggali persepsi kepala
keperawatan
dan
kepala
ruangan tentang pelaksanaan
SPO penerimaan pasien baru
rawat inap.
6. Melakukan analisa data

Minggu III Juni - I Juli
Minggu II - IV Juli
2016
2016
1. Merencanakan
untuk 1. Melakukan diskusi tentang
pembuatan
standar
pembuatan SPO penerimaan

prosedur
operasional
pasien baru berbasis caring,
(SPO) penerimaan pasien 2. Menyusun SPO penerimaan
baru berbasis caring.
pasien baru berbasis caring.
2. Merencanakan kegiatan 3. Melaksanakan sosialisasi SPO
sosialisasi
penerapan
penerimaan
pasien
baru
SPO penerimaan pasien
berbasis caring dengan kepala
baru berbasis caring dan
ruangan, perawat pelaksana
aplikasi penerapannya.
bersama
dengan
pejabat

structural rumah sakit.
4. Melakukan aplikasi penerapan
SPO penerimaan pasien baru
berbasis caring.

Minggu I - II Agustus
2016
1.

Mengobservasi penerapan prosedur
operasional (SPO) penerimaan
pasien baru berbasis caring.

2. Melakukan pengumpulan data
akhir
self
report
untuk
mengukur pengetahuan perawat
setelah penerapan SPO berbasis
caring.
3. Melakukan pengumpulan data
ahir self report untuk mengukur
kepuasan
pasien
sebelum
penerapan SPO berbasis caring.
4. Melakukan FGD tahap akhir
untuk mengetahui persepsi
kepala keperawatan dan kepala
ruangan tentang pelaksanaan
SPO penerimaan pasien baru
rawat inap berbasis caring

42
Universitas Sumatera Utara

43

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel yang diteliti adalah pengembangan SPO penerimaan pasien baru
rawat inap berbasis caring. Defenisi operasional pengembangan SPO penerimaan
pasien baru rawat inap berbasis caring yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
suatu acuan dalam melaksanakan atau menerapkan perilaku caring perawat pada
saat penerimaan pasien baru dan sebagai panduan untuk meningkatkan kepuasan
pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Medan, diharapkan
SPO berbasis caring ini memiliki dampak terhadap perilaku perawat khususnya
dalam melaksanakan penerimaan pasien baru dan kepuasan pasien dalam
menerima pelayanan keperawatan serta kemampuan kepala ruangan dalam
menerapkan SPO penerimaan pasien baru.
3.6. Metode Analisa Data
Analisis data dalam penelitian ini terbagi dua jenis yaitu analisis data
kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan untuk data
yang diperoleh dari hasil wawancara pada fase reconnaissance dan hasil FGD
pada fase reflecting.
Analisis data kuantitatif dilakukan pada fase reconnaissance dan
reflecting, data dikumpulkan dengan menggunakan lembar kuesioner. Analisis
data kuantitatif pada reconnaissance dan reflecting berupa data tingkat
pengetahuan perawat dan kepuasan pasien. Data diperoleh dari pengumpulan data
pada seluruh perawat pelaksana dan pasien di ruang rawat inap bedah dan rawat
inap interna Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Medan dengan cara self report yang
diambil dengan kuesioner perilaku perawat dan kuesioner kepuasan pasien yang

48
Universitas Sumatera Utara

44

telah dilakukan uji validitas kepada tiga orang expert. Kemudian dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif untuk melihat rata-rata (mean) perilaku perawat
dan kepuasan pasien sebelum dan sesudah penerapan SPO penerimaan pasien
baru berbasis caring.
3.7. Keabsahan Data
Keabsahan data bertujuan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang
berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan
memperjelaskan data dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Lincoln dan Guba
(1985) menentukan beberapa kriteria dalam keabsahan data penelitian kualitatif
yaitu kepercayaan (credibility; dengan prolonge engagement, member checking
dan triangulation), pengalihan (transferability), keteguhan (dependability), dan
kepastian (confirmability; check expert). Lincoln dan Guba (1994) dalam Polit
dan Beck (2012) mengemukakan bahwa empat kriteria tersebut diatas merupakan
pararel dari posotivist criteria yang terdiri dari internal validity, reliability,
objectivity dan external validity, respectively. Kerangka kerja ini menyebabkan
banyak kontroversi yang muncul. Menanggapi berbagai kritik dan perkembangan
konseptualisasi, sehingga ditambahkan kriteria kelima yang lebih khas yaitu
authenticity.
Credibility dipertahankan peneliti melalui teknik prolonged engagement
dan member check. Prolonge engagement merupakan tehnik untuk membangun
kepercayaan antara peneliti dan partisipan. Prolonge engagement dilakukan
peneliti saat melakukan reconnaissance selama 3 (tiga) minggu. Member checking
merupakan tehnik membangun kepercayaan partisipan dan peneliti dengan

Universitas Sumatera Utara

45

memberikan kesempatan pada partisipan untuk membaca hasil temuan peneliti
dari hasil FGD. Hal ini berguna untuk memastikan objektivitas data yang
diperoleh. Peneliti juga akan melakukan triangulation untuk mengecek kebenaran
data dengan membandingkan data yang diperoleh dengan data dari sumber lain.
Tehnik triangulation akan dilakukan peneliti dengan melakukan metode
pengumpulan data yang beragam terdiri dari FGD, dan penyebaran kuisioner.
Transferability memiliki makna bahwa penelitian ini dapat digunakan
pada setting yang berbeda. Kriteria penelitian ini terpenuhi dengan menjelaskan
secara rinci data yang diperoleh termasuk juga situasi organisasi dan geografis
tempat penelitian serta temuan yang diperoleh. Melakukan pembahasan terhadap
hasil penelitian dengan menggunakan literatur yang sesuai dengan topik
penelitian.
Dependability memastikan bahwa jika penelitian diulang dengan konteks
yang sama, metode yang sama dan partisipan yang sama maka hasil penelitian
yang diperoleh juga akan sama. Untuk memenuhi kriteria ini peneliti melaporkan
secara detail setiap proses penelitian kepada pembimbing untuk menilai apakah
proses dan hasil yang diperoleh sudah selesai. Selain itu peneliti juga melakukan
tehnik thic description atau dokumen yang tebal dengan cara mengumpulkan
semua dokumen yang terkait penelitian dalam satu map.
Confirmability merupakan upaya untuk menciptakan kepastian data
penelitian. Hal ini dilakukan dengan mengkonsultasikan data yang sudah
dianalisis ke pembimbing sehingga diperoleh objectivitas data (check expert).
Confirmability mengacu pada objektifitas atau netralitas data, dimana tercapai

Universitas Sumatera Utara

46

persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti data.
Confirmability tercapai jika peneliti dapat meyakinkan orang lain bahwa data
yang dikumpulkan adalah data yang objektif, seperti apa adanya di lapangan.
Peneliti melakukan teknik triangulasi, check expert dan “audit trail”. Triangulasi
data dilakukan dengan melakukan pengambilan data dengan cara FGD dan self
report. Audit trail dilakukan dengan cara membuat tabel atau diagram yang berisi
tentang alur kegiatan secara rinci yang meliputi jenis kegiatan, tujuan, sasaran,
partisipan dan waktu pelaksanaan kegiatan. Check expert dilakukan ke
pembimbing untuk validasi hasil coding dan tema yang ditemukan saat melakukan
analisa data.
Authenticity mengacu pada sejauh mana peneliti secara adil dan dengan
tepat menunjukkan kenyataan yang terjadi. Keaslian muncul dalam laporan ketika
laporan tersebut dapat menyampaikan perasaan partisipan sebagaimana yang
mereka rasakan. Teks memiliki keaslian jika dapat mengajak pembaca merasa
perwakilan dari pengalaman yang digambarkan dari kehidupan tersebut, dan
memungkinkan pembaca untuk mengembangkan kepekaan terhadap isu-isu yang
digambarkan. Ketika teks mencapai keaslian, pembaca lebih mampu memahami
hal yang digambarkan tersebut. Authenticity akan dilakukan peneliti dengan cara
membuat beberapa pernyataan partisipan sebagai data yang mendukung terhadap
tema-tema yang dihasilkan pada temuan saat penelitian.
3.8. Pertimbangan Etik
Ethical clearance telah diperoleh dari komisi etik fakultas keperawatan
universitas sumatera utara. Semua partisipan telah menandatangani informed

Universitas Sumatera Utara

47

consent sebelum mengikuti kegiatan FGD, pengisian self report dan juga segala
kegiatan yang dilakukan selama proses pengembangan SPO penerimaan pasien
baru berbasis caring. Penelitian yang dimaksudkan untuk mengembangkan SPO
penerimaan pasien baru berbasis caring diruang rawat inap Rumah Sakit
Bhayangkara Tk. II Medan. Oleh karena itu partisipan daalam proses action
research haru sukarela dan berdasarkan kesepakatan bersama antara partisipan dan
fasilitator.
Metode yang digunakan dalam proses action research bisa juga
bertentangan dengan kebiasaan dan perilaku partisipan. Oleh karena itu, penting
bahwa fasilitator/peneliti menciptakan suasana dimana para partisipan merasa
nyaman, dan tidak mengekspos mereka untuk situasi lain yang tidak diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pengumpulan data telah dilaksanakan sejak Februari sampai Agustus
2016 di Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan. Bab 4 ini menjelaskan tentang
hasil penelitian pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring
diruang rawat inap yang dikelompokkan dalam beberapa pokok bahasan sebagai
berikut:
4.1. Deskripsi lokasi penelitian.
4.2. Karakteristik demografi partisipan.
4.3. Proses pengembangan SPO - penerimaan pasien baru berbasis caring.
4.3.1 Tahapan reconnaissance meliputi :
1. Konteks studi yang menggambarkan setting tempat penelitian dan
partisipan.
2. Penyebaran kuesioner (pengetahuan perawat).
3. Penyebaran kuisioner (kepuasan pasien).
4. FGD untuk mengetahui perspektif perawat tentang SPO penerimaan
pasien baru.
5. Analisa data.
4.3.2. Proses action research : planning, action, observation dan reflection.
4.4. Output action research : SPO penerimaan pasien baru berbasis caring di
ruang rawat inap.
4.5. Dampak action reearch terhadap perilaku caring perawat.

48
Universitas Sumatera Utara

49

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan adalah instansi pemerintah yang
berada dibawah koordinasi Kepolisian Daerah Sumatera Utara, mempunyai tugas
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, bukan hanya bagi masyarakat Polri,
PNS-Polri dan keluarga tapi juga kepada masyarakat umum sesuai dengan
ketentuan

perundang–undangan

yang

diakomodasi

dalam

BPJS

serta

menyelenggarakan dukungan kedokteran kepolisian dan kesehatan bagi tugas
operasional dan pembinaaan polri.
Rumah Sakit Bhayangkara Medan diresmikan pada tanggal 14 Nopember
1966 oleh Brimob Resimen V yang berlokasi di Jl.Putri Hijau Medan dan pada
tahun 1972 dipindahkan ke Jl. KH. Wahid Hasyim No. 1 Medan, kecamatan
Medan Merdeka dengan luas tanah 5.821 m² dan bangunan seluas 4.676,5 m².
Berdasarkan Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep/ 1549/ X/ 2001 tanggal 30 Oktober
2001 tentang Pengesahan Peningkatan / Penetapan dan Pembentukan Rumah
Sakit Bhayangkara Tingkat II, III dan IV .
Tahun 2009 angka pemanfaatan Tempat tidur (BOR): 67 %, lama hari
rawatan (LOS): 5 hari, Jumlah pasien rawat inap 12.392 orang, jumlah kunjungan
pasien rawat jalan rata-rata perhari: 17.457, jumlah kunjungan pasien di IGD ratarata 15/bulan.
Rumah Sakit Bhayangkara Medan lebih dikenal masyarakat luas dengan
sebutan Rumah Sakit Brimob karena berlokasi pada markas Brimob, namun
demikian Rumah Sakit Bhayangkara Medan disamping melayani masyarakat
umum diluar anggota Polri/PNS/Keluarga juga melayani masyarakat umum.

Universitas Sumatera Utara

50

Visi Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II Medan yaitu memberikan pelayanan
kesehatan yang profesional, proporsional, bermoral dan modern melalui peran
yang dibangun secara kemitraan. Adapun misinya 1).Menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang optimal dan berkualitas. 2).Menyelenggarakan dan
meningkatkan fungsi kedokteran Kepolisian dalam rangka mendukung tugastugas kepolisian. 3).Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan Sumber Daya
Manusia Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan sesuai dengan standar yang
berlaku di Indonesia. 4).Mempersiapkan fasilitas pelayanan medis secara optimal
dan tepat guna serta merawat sarana yang telah ada guna memperpanjang usia
pakai.
Struktur Organisasi Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan berdasarkan
Peraturan Kapolri Nomor: 11 tahun 2011 tanggal 30 Juni 2011 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kelola Rumah Sakit

Bhayangkara Kepolisian Negara

Republik Indonesia. Gambar struktur organisasi dan Tata Kelola Rumah Sakit
Bhayangkara TK.II Medan dapat dilihat pada gambar 4.1.

4.2. Karakteristik Demografi Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu (1) perawat
pelaksana berjumlah 12 orang partisipan (2) kepala ruangan dan kepala
keperawatan berjumlah berjumlah 4 orang partisipan, yang totalnya 16 orang. (3)
pasien pada tahap reconnaissance 12 partisipan dan tahap reflection 15 partisipan.
Karakteristik demografi partisipan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara

51

STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK-II MEDAN
KARUMKIT

DEWAN PENGAWAS
WAKA KARUMKIT

UNSUR PIMPINAN

KA. SUBBAGWASINTERN

KAURWASBIN

KAURWASOPSYAN

KA. SUBBAGRENMIN

KAURTU

KAURREN

KAURMIN

KA. SUBBAGBIN FUNG

KAURKEU

KAURSIM & RM

KAURDIKLIT

UNSUR PEMBANTU PIMPINAN DAN PELAKSANA STAF

KA. SUBBIDJANGMEDUM

KA. SUBBIDYANMEDDOKPOL
Dr. ZULKHAIRI, SpD, FINASIM, MARS
AKBP

KAURYANMED

KAURYANWAT

KAURYANDOKPOL

KAURJANGMED

KAURJANGUM

Gambar 4.1. Struktur Organisasi dan Tata Kelola Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan

51
Universitas Sumatera Utara

52

Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Partisipan Perawat (N=12)
Karakteristik
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Perempuan
Usia :
20-25
26-30
> 31
Pendidikan :
D3
S1 Ners
Lama Kerja
4 s/d 12 bulan
1 s/d 3 tahun
3 s/d 5 tahun

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

1
15

6,2
93,8

4
5
7

33,3
31,2
43,8

12
4

75.0
25,0

1
7
8

6,2
43,8
50,0

Berdasarkan karakteristik demografi partisipan kepala keperawatan, kepala
ruangan dan perawat pelaksana diketahui bahwa mayoritas (93,8%) berjenis
kelamin perempuan, kelompok umur terbanyak adalah umur dengan rentang 30
tahun keatas (43,8%). Jenjang pendidikan terbanyak adalah jenjang pendidikan
diploma (75,0%). Berdasarkan status lama bekerja didapatkan bahwa mayoritas
(50%) partisipan lama kerja 3-5 tahun.

4.3. Proses pengembangan SPO Penerimaan Pasien Baru Berbasis Caring.
Proses pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring
diruang rawat inap dijelaskan

menjadi 2 tahap. Tahap pertama adalah

reconnaissance, tahap ini menjelaskan mulai dari pendekatan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan di lahan penelitian sampai dengan mendapatkan masalah
untuk diteliti. Tahap kedua menjelaskan tentang tahap siklus action research
mulai dari tahap planning, action, dan observation serta reflection.

Universitas Sumatera Utara

53

4.3.1. Tahapan reconnaissance
Tahap reconnaissance dilaksanakan peneliti sejak Februari sampai dengan
minggu ke 2 Juni 2016. Peneliti melakukan pendekatan dengan lahan penelitian
untuk mencari data awal dan masalah yang diteliti. Pendekatan dengan pihak
manajemen

terkait juga diupayakan untuk mendapatkan izin penelitian.

Pengumpulan data awal dengan

membagikan kuesioner kepada perawat dan

pasien rawat inap yang dilakukan di ruang rawat inap bedah dan rawat inap
interna, serta melakukan

focus group discussion pada tahap reconnaissance

terhadap kepala ruangan dan kepala keperawatan.
Hasil pengumpulan data pada tahap reconnaissance dikelompokan ke
dalam lima bagian yaitu (1) Konteks studi yang menggambarkan setting tempat
penelitian dan partisipan, (2) gambaran kepuasan pasien tentang SPO penerimaan
pasien baru (3) gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang SPO penerimaan
pasien baru (4) perspektif kepala ruangan tentang SPO penerimaan pasien baru.

4.3.1.1. Konteks studi yang menggambarkan setting tempat penelitian dan
partisipan.
Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan dalam merencanakan dan
menyusun program-program kerja menggunakan prinsip pengajuan dari bawah
yaitu dari unit-unit kerja di lingkungan rumah sakit yang dipadukan dengan
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit (Karumkit).
Kebijakan-kebijakan tersebut mengacu pada strategi pengembangan rumah sakit
yang telah ditetapkan untuk diterapkan di lingkungan Rumah Sakit Bhayangkara
TK.II Medan. Perencanaan program disusun berdasarkan aspirasi-aspirasi dari

Universitas Sumatera Utara

54

masing-masing unit kerja di lingkungan Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan.
Secara berjenjang selanjutnya aspirasi program kerja dari masing-masing unit
kerja tersebut disampaikan kepada Bagian Perencanaan Administrasi dan
Keuangan untuk ditampung dan diseleksi sesuai dengan arah dan strategi
pengembangan rumah sakit.
Usulan program kerja

yang diseleksi sesuai arah dan strategi

pengembangan Rumah Sakit digabungkan dalam satu dokumen perencanaan
yang, diajukan kepada Kepala Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan untuk
dibahas dalam rapat pimpinan manajemen yaitu meliputi Kepala Rumah Sakit,
Wakil Rumah Sakit dan para Kepala Bagian/Bidang, para Kepala Sub
Bagian/Bidang dan para Kepala Instalasi serta melibatkan Dewan Pengawas.
Hasil rapat pimpinan manajemen rumah sakit menetapkan perencanaan programprogram dengan skala prioritas yang akan dilaksanakan di Rumah Sakit
Bhayangkara TK.II Medan dalam satu tahun mendatang untuk mencapai visi,
misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis bisnis
Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan. Kebijakan dan program kerja tahunan
ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan pada tingkat
rumah sakit. Sedangkan kebijakan dan program kerja tahunan pada tingkat unit
kerja ditetapkan oleh pimpinan masing-masing unit kerja terkait (Kepala
Bagian/Bidang, Kepala Sub Bagian/Bidang, dan Kepala Instalasi).
Kepala rumah sakit menetapkan program-program kerja tahunan Rumah
Sakit Bhayangkara TK.II Medan dan kebijakan yang mendasarinya dalam satu
dokumen perencanaan yaitu Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA). Programprogram kerja tahunan tersebut juga disertai dengan target pencapaian program

Universitas Sumatera Utara

55

dengan indikatornya (outcome). RBA Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan
disampaikan kepada Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara u.p Kepala Biro
Perencanaan dan Pengembangan. RBA tersebut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Rumah Sakit Bhayangkara
TK.II Medan. RBA dan RKA Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan
dikonsolidasikan ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Polda. Kemudian RKA
seluruh Polda digabung menjadi RKA Kepolisian RI.
Di tingkat Kepolisian Negara RI, RBA dan RKA Polri kemudian dibahas
di Kementerian Keuangan bersama-sama dengan Polri dan di DPR dengan mitra
kerja terkait Polri di DPR. Hasil pembahasan program, kebijakan dan targetnya
yang tercantum RKA kemudian disahkan menjadi DIPA. Selanjutnya terjadi
penyesuaian program, kebijakan dan targetnya yang tercantum RKA ke dalam
RBA menjadi RBA Definitif.
Program menyeluruh di tingkat rumah sakit disusun bersama berdasarkan
aspirasi dari unit-unit kerja yang telah diselaraskan dengan arah dan strategi
pengembangan rumah sakit kemudian ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit
Bhayangkara TK.II Medan sebagai wujud program dari semua unit di lingkungan
rumah sakit.
Program-program Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan dilaksanakan
dengan mengacu pada program kerja tahunan yang tertuang dalam RBA dan
DIPA. Kepala rumah sakit menunjuk penanggung jawab program yang
bertanggungjawab menjalankan program sesuai dengan ketetapan yang telah
diputuskan dalam rapat pimpinan manajemen rumah sakit antara Kepala Rumah

Universitas Sumatera Utara

56

Sakit, Wakil Rumah Sakit para Kepala Bagian, para Kepala Sub Bagian, dan para
Kepala Instalasi melalui SK Kepala Rumah Sakit.
Instalasi merupakan wadah non sturktural yang menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian Rumah Sakit
Bhayangkara. Perubahan jenis Instalasi ditetapkan oleh Karumkit setelah
mendapat persetujuan dari Kabid Dokkes. Sedangkan yang menjabat Kepala
Instalasi ditetapkan berdasarkan Keputuan Kapolda melalui Kabid Dokkes.
Jenis pelayanan pada Instalasi terdiri dari :
1. Pelayanan Instalasi pada Subbidyandokpol

meliputi : (a) Instalasi Gawat

Darurat ( IGD ), (b) Intensive Care Unit ( ICU ), (c) Instalasi Bedah Sentral, (d)
Instalasi Rawat Inap, (e) Instalasi Rawat Jalan, (f) Kesehatan Gigi dan Mulut,
(g) Perawatan Tahanan (Watah), (h) Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) korban
kekerasan terhadap prempuan dan Anak, (i) Forensik, (j) Narkoba, (k) Hukum
Kesehatan.
2. Pelayanan Instalasi pada Subbidjangmedum

meliputi : (a) Laboratorium

Patologi, (b) Radiologi, (c) Rehabilitasi Medik, (d) Farmasi, (e) Gizi.
3. Instalasi–Instalasi pada Subbidjangmedum meliputi : (a) Laundry, (b)
Pengolahan Kebersihan dan Limbah, (c) Central Sterilization Supply Device,
(d) Pemeliharaan.
Ruangan rawat inap bedah dan interna Rumah Sakit Bhayangkara TK. II
Medan digabung dalam satu ruangan perawatan dengan kapasitas tempat tidur
yang terdiri dari 17 Tempat tidur. Perawat pelaksana berjumlah 12 orang dengan

Universitas Sumatera Utara

57

tingkat pendidikan DIII (11 orang) dan S1 Keperawatan+Ners (1 orang ), dan
juga kepala ruangan dengan pendidikan S1 keperawan + Ners.
4.3.1.2. Perspektif kepala kerawatan dan kepala ruangan tentang SPO penerimaan
pasien baru
Berdasarkan hasil wawancara dengan teknik

focus group discussion

(FGD) terhadap partisipan pada tahap reconnaissance, partisipan mengungkapkan
perspektif mereka tentang pelaksanaan penerimaan pasien baru yang dilaksanakan
selama ini di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara TK. II Medan. Dari
hasil FGD tersebut ditemukan 4 tema yang terkait dengan proses pelaksanaan
SPO penerimaan pasien baru rawat inap yaitu 1) Manfaat SPO penerimaan pasien
baru bagi perawat (6 kategori), 2) Factor yang menghambat SPO penerimaan
pasien baru (6 kategori), 3) Factor yang mendukung pelaksanaan SPO penerimaan
pasien baru (5 kategori), dan 4) Harapan kedepan dalam pelaksanaan SPO (8
kategori). Berikut diuraikan setiap pokok bahasan tersebut, yaitu:
1). Manfaat SPO penerimaan pasien baru bagi perawat
Partisipan mengungkapkan manfaat SPO penerimaan pasien baru bagi
perawat yaitu Sebagai acuan pelaksanaan asuhan keperawatan dan mempermudah
perawat melakukan penerimaan pasien baru sehingga penerimaan pasien baru
sesuai dengan standard dan tidak berbelit-belit. Hal ini sesuai dengan pernyataan
partisipan seperti pada kutipan berikut ini:
“manfaat SPO penerimaan pasien baru membuat proses penerimaan
pasien baru terarah sehingga tidak berbelitt-belit, dapat disesuaikan
dengan standar keperawatan, jadi perawat mempunyai pedoman yang
sesuai standar saat penerimaan pasien baru” (partisipan 2)

Universitas Sumatera Utara

58

“SPO penerimaan pasien baru juga bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan, karna dengan adanya SPO perawat
mampu melakukan asuhan keperawatan dengan baik” (partisipan 4)
2). Faktor pendukung penerimaan pasien baru
Menurut partisipan faktor pendukung penerimaan pasien baru yaitu
perawat yang terampil, memiliki sikap dan perilaku perawat yang terbuka, ikhlas,
melaksanakan penerimaan pasien baru sesuai SPO, jumlah SDM yang memadai
dan spontan melakukan hal yang baik. Hal ini didukung oleh pernyataan
pastisipan berikut :
“….perawat itu kan yang sering bertemu pasien, jika ada pasien baru
pasti pertama kali dia akan bertemu dengan perawat meskipun kadang
ada tenaga kesehatan lain juga sih, tapi kan perawat inilah yang sering
berinteraksi dengan pasien. Sehingga yang sering diingat pasien pasti
perilaku perawat, sikap perawat yang ikhlas saat menerima pasien jadi
itu juga bisa merupakan faktor yang mendukung pelaksanaan SPO
penerimaan pasien baru” (partisipan 2)
3). Faktor yang menghambat penerimaan pasien baru
Partisipan mengidentifikasikan faktor yang menghambat penerimaan
pasien baru yaitu komunikasi perawat yang kurang efektif, keterbatasan SDM,
sikap perawat yang melakukan sesuatu karna terpaksa, kurang acuh dan peka
terhadap sekitar dan kurangnya pengetahuan serta professional perawat. Hal ini
didukung oleh pernyataan partisipan berikut :
“faktor yang menghambat penerimaan pasien baru adalah komunikasi
yang kurang efektif, karna biasanya perawat kita disini agak kurang
komunikasi kepasien, yang penting uda menerima pasien, memindahkan
keruang yang sudah disiapkan jadi berhubung juga SDM kita terbatas jadi
beban kerja perawat kan banyak, makanya itu cepat-cepat karna mau
menangani pasien lain juga, sehingga kominkasi kepasien kurang efektif”
(partisipan 1)
“faktor yang menghambat penerimaan pasien baru yaitu melaksanakan
karna memang harus dilaksanakan, itu sudah tugas, jadi intinya karna
terpaksa. Uda gitu juga ada beberapa perawat yang memang tingkat

Universitas Sumatera Utara

59

pengetahuannya tentang SPO penerimaan pasien baru agak kurang
sehingga ini juga menghambat penerimaan pasien baru” (partisipan 3).
4). Harapan ke depan dalam pelaksanaan SPO
Partisipan

mengungkapkan

harapannya

dalam

pelaksanaan

SPO

penerimaan pasien baru yaitu adanya SPO penerimaan pasien baru rawat inap
yaitu, dilakukan kegiatan sosialisasi SPO penerimaan pasien baru tetrhadap
perawat beserta contoh aplikasi langsung, partisipan juga memiliki harapan
kedepan agar perawat rata memiliki komitmen lebih peduli dan tahu betul apa
yang harus dilakukan serta meningkatnya kepuasan pasien dan kualitas pelayanan
keperawatan. Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan partisipan berikut :
“Harapan kedepan dalam pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru ini,
sebelumnya diadakan Kegiatan sosialisasi SPO penerimaan pasien baru
terus kalau bisa harapan kami juga dilakukan contoh aplikasi langsung
penerapan SPO penerimaan pasien baru keperawat perawat ruangan”.
(partisipan 2)
“kalau harapan kedepan sih, lebih keperawatnya. Berharap perawat lebih
peduli kepasien, dan tahu apa yang menjadi tugas dalam pelaksanaan
penerimaan pasien baru.” (partisipan 3)
“harapan kedepan adalah SPO ini penerimaan pasien baru in terlaksana
dengan baik, pasien merasa puas dengan pelayanan perawat dan hal ini
bisa meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.”(partisipan 4)
4.3.1.3 Kepuasan pasien dan pengetahuan perawat pelaksana tentang
pelaksanaan penerimaan pasien baru diruang rawat inap
Pengumpulan data melalui self report dilakukan kepada 12 orang
partisipan pasien dan 12 orang partisipan perawat pelaksana untuk mengetahui
atau mengukur secara kuantitatif kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat
dalam pelksanaan penerimaan pasien baru. Berdasarkan pengumpulan data self
report pasien dan dilakukan analisa data distribusi frekuensi nilai rata-rata (mean)
sebelum penerpan SPO berbasis caring adalah 13,83. Sedangkan hasil

Universitas Sumatera Utara

60

pengumpulan data self report perawat pelaksana sebelum diterapkan SPO berbasis
caring diperoleh rata-rata (mean) adalah 44,41.

4.3.2. Proses Action Research
Pelaksanaan action research pada penelitian ini adalah satu siklus action
research tentang pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring di
ruang rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara TK. II

Medan melalui tahapan

planning, action dan observation serta reflection. Setiap tahapan action research
mencakup kegiatan yang dilakukan oleh peneliti.
4.3.2.1.Tahap planning
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun rencana aksi
atau rencana kegiatan yang kemudian dilaksanakan pada tahap penelitian
berikutnya. Tahap planning telah dilaksanakan pada minggu ke 3 Juni sampai
dengan minggu pertama Juli 2016 yang bertujuan untuk pengembangan SPO
penerimaan pasien baru berbasis caring diruang rawat inap Rumah Sakit
Bhayangkara TK.II Medan. Berdasarkan hasil wawancara melalui teknik FGD
pada tahap reconnaissance terhadap partisipan, permasalahan yang ditemukan
yaitu kurangnya pemahaman partisipan dalam pelaksanaan SPO penerimaan
pasien baru yang bersifat caring. Sehingga dari hasil FGD pada tahap
reconnaissance dan juga sesuai dengan kebutuhan rumah sakit yang disampaikan
oleh partisipan, maka pada tahap ini direncanakan beberapa kegiatan untuk
mendukung tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan yang dilakukan
adalah (1) merencanakan pengembangan

standar prosedur operasional (SPO)

penerimaan pasien baru berbasis caring, (2) merencanakan penyusunan standar

Universitas Sumatera Utara

61

prosedur operasional (SPO) penerimaan pasien baru berbasis caring (3)
merencanakan kegiatan sosialisasi penerapan standar prosedur operasional (SPO)
penerimaan pasien baru berbasis caring dan (4) merencanakan kegiatan aplikasi
penerapan standar prosedur operasional (SPO) penerimaan pasien baru berbasis
caring diruang rawat inap.
4.3.2.2. Tahap Action
Rencana yang telah disusun dalam tahapan planning selanjutnya
diaplikasikan pada tahapan Action. Tahap ini dilaksanakan selama 3 (tiga) minggu
mulai pada minggu ke 2 sampai dengan minggu ke 4 juli 2016. Terdapat tiga
kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini yaitu: melakukan diskusi tentang
pengembangan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring, menyusun SPO
penerimaan pasien baru berbasis caring, melaksanakan sosialisasi SPO
penerimaan pasien baru berbasis caring dengan kepala ruangan, perawat
pelaksana bersama dengan pejabat structural rumah sakit serta melakukan aplikasi
penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.
a. Menyusun SPO penerimaan pasien baru berbasis caring
Pada kegiatan ini, peneliti melakukan pertemuan dengan kepala
keperawatan, kepala ruangan untuk menyusun SPO penerimaan pasien
baru rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan dengan
menggunakan teori caring dari Jean Watson dan dikoborasikan sesuai
dengan kebutuhan Rumah Sakit. Pertemuan ini dilakukan pada tanggal
11,12,13 Juli 2016. Hasil dari pertemuan ini yaitu mengahasilkan sebuah
SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.

Universitas Sumatera Utara

62

b. Review SPO penerimaan pasien baru berbasis caring oleh pejabat
struktural Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan
Setelah SPO penerimaan pasien baru berbasis caring selesai disusun oleh
peneliti bersama kepala ruangan dan kepala keperawatan, selanjutnya SPO
berbasis caring tersebut diberikan kepada pejabat struktural untuk
direview pada tanggal 18 Juli 2016. Hasil review memberikan beberapa
saran perbaikan kalimat pada penjelasan SPO berbasis caring. Selanjutnya
SPO penerimaan pasien baru berbasis caring dikonsulkan kepada kepala
RS, melalui pejabat structural dan hasilnya disetujui oleh kepala Rumah
Sakit Bhayangkara TK. II Medan, dengan memberi kebijakan bahwa SPO
tersebut akan diterapkan diruang rawat inap RS Bhayangkara TK. II
Medan.
c. Melakukan sosialisasi penerimaan pasien baru berbasis caring.
Kegiatan sosialisasi tentang SPO penerimaan pasien baru berbasis caring
dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2016. Sosialisasi disampaikan langsung
oleh peneliti yang dihadiri sebanyak 16 orang, terdiri dari pejabat
struktural, komite keperawatan, kepala keperawatan, kepala ruangan dan
perawat pelaksana. hasil
d. Melakukan aplikasi penerapan

SPO penerimaan pasien baru berbasis

caring.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 1 (satu) minggu mulai dari tanggal 26
samapi dengan 30 Juli 2016. Pada kegiatan ini, peneliti langsung
melakukan action kepasien saat pelaksanaan penerimaan pasien baru
berbasis caring sesuai dengan SPO yang sudah disusun dan didampingi

Universitas Sumatera Utara

63

oleh perawat pelaksana, kepala keperawatan dan pada hari pertama
didampingi beberapa orang pejabat struktural, yang dilaksanakan di ruang
rawat inap bedah dan interna Rumah Sakit Bhayangkara TK.II Medan.
4.3.2.3. Tahap Observation
Kegiatan observation dilaksanakan pada tanggal 01-06 Agustus 2016,
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan observasi terhadap
penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.
4.3.2.4. Tahap Reflection
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah (1). melakukan diskusi
atau FGD pada tahap reflection kepada kelompok partisipan untuk menggali
informasi tentang pengalaman partisipan setelah menerapkan SPO penerimaan
pasien baru berbasis caring diruang rawat inap. Kegiatan FGD tahap reflection
dilakukan kepada 4 partisipan. Tujuan FGD pahap ini yaitu untuk mengetahuui
perspektif partisipan setelah penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis
caring diruang rawat inap bedah dan interna Rumah Sakit Bhayangkara TK. II
Medan. Berdasarkan hasil wawancara melalui teknik FGD, ditemukan 4 tema
yaitu (1) manfaat yang dirasakan setelah menerapkan SPO penerimaan pasien
baru berbasis caring (2) faktor yang mendukung pelaksanaan SPO penerimaan
pasien baru berbasis caring (3) kendala selama penerapan menerapkan SPO
penerimaan pasien baru berbasis caring (4) harapan kedepan terkait penerapan
menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.
1). Manfaat yang dirasakan setelah menerapkan SPO penerimaan pasien baru
berbasis caring

Universitas Sumatera Utara

64

Partisipan mengungkapkan beberapa manfaat yang dirasakan setelah
menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring antara lain ada
kepuasan diri bagi perawat ketika menerima pasien dengan ramah dan pasien
merasa nyaman, perawat belajar komitmen untuk lebih sabar, ikhlas dan
melakukan komunikasi efektif saat menerima pasien baru, dengan adanya SPO
perawat juga mengetahui apa yang memang seharusnya dilakukan saat menerima
pasien baru. Hal ini didukung oleh beberapa pernyataan partisipan berikut ini :
“…ada kepuasan tersendiri dalam hati kita,saat melihat pasien senang,
nyaman dan kelihatan terbuka saat pertama bertemu” (partisipan 1)
“menurut saya, penerimaan pasien baru lebih terarah, perawat
mengetahui apa yang memang seharusnya dilakukaan saat menerima
pasien baru dan komunikasi prawat juga lebih efektif” (partisipan 3)
“perawat jadi termotivasi untuk selalu tersenyum, ramah dan peduli
kepada pasien” (Partisipan 4)
2). Faktor yang mendukung pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru
berbasis caring.
Menurut partisipan ada beberapa faktor yang bisa mendukung pelaksanaan
SPO berbasis caring ini yaitu kebijakan pimpinan, salah satu dalam hal
penambahan SDM. Faktor lainnya juga yaitu komitmen yang kuat dari diri
perawat untu melaksanakan pekerjaannya dengan profesional. Ungkapan tersebut
sidukung oleh pernyataan partisipan berikut :
“menurut saya, salah satu faktor yang mendukung adalah kebijakan
pemimpin..misalakan ni adanya penambahan SDM / perawat sehingga beban
kerja perawat berkurang dan perawat bisa lebih meluangkan waktu bersama
pasien.” (partisipan 4 )
3). Kendala selama penerapan menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis
caring.

Universitas Sumatera Utara

65

Partisipan mengungkapkan beberapa kendala selama menerapkan SPO
penerimaan pasien baru berbasis caring yaitu kendala yang datang dari perawat
dan juga dari pasien. Kendala dari perawat kadang disebabkan karna situasi yang
kurang mendukung dan jiwa profesional sedangkan kendala dari pasien salah satu
yaitu pasien kurang kooperatif. Hal ini didukung oleh pernyataan partisipan
berikut :
“…situasi yang kuranng mendukung , misalnya SDM yang hanya sedikit
jadi kadang pasien buru untuk menangani pasien lainnya juga sehingga
kadang caringnya lupa.heheheh……”(Partisipan 1)
“kendala selama penerapan menerapkan SPO penerimaan pasien baru
berbasis caring menurut saya sih sebenarnya gak ada ya, hanya saja
kembali ke individu seseorang..biasanya memang kita terkadang kalau
lagi ada masalah pribadi contoh kadang terbawa-bawa kepasien.
(Partisipan 3)
4). Kesan selama penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.
Beberapa kesan selama menerapkan SPO penerimaan pasien baru berbasis
caring yang diungkapkan partisipan antara lain pengetahuan perawat lebih
meningkat, perilaku lebih peduli, lebih termotivasi untuk memperlakukan pasien
dengan ikhlas, ramah. Selain itu juga adanya keinginan untuk menerapkan caring
tidak hanya di rumah sakit tapi juga dikeluarga dan lingkungan sekitar. Berikut
beberapa pernyataan partisipan :
“menurut saya sih bu, pengetahuan perawat bertambah. Dari yang
tadinya tidak bahwa senyum, ramah itu ada teorinya menjadi tau, perawat
juga kelihatan lebih ramah, peduli kepasien” (partisipan 2)
“…kalau saya malah dengan menerapkan caring kepasien adanya juga
keinginan untuk menerapkan caring dengan keluarga, tetangga dan
teman-teman.” (partisipan 4)
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan pada tahap ini yaitu (2) mengukur
perilaku caring perawat dan kepuasan pasien setelah penerapan SPO penerimaan

Universitas Sumatera Utara

66

pasien baru berbasis caring dengan cara self report untuk mengetahui hasil secara
kuantitatif setelah penerapan SPO penerimaan pasien baru berbasis caring.
Kuesioner dibagikan kepada perawat pelaksana sebanyak 12 orang partisipan dan
pasien sebanyak 15 orang partisipan. Kemudian data diolah dengan menggunakan
analisa data statistik distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil analisa data distribusi
frekuensi perilaku

perawat setelah penerapan SPO penerimaan pasien baru

berbasis caring didapatkan nilai rata-rata (mean) sebanyak 20,00 dan hasil analisa
data tentang kepuasan pasien didapatkan nilai rata-rata (mean) sebanyak 51,85.

4.4. Output Pengembangan SPO Penerimaan Pasien Baru Rawat Inap
Berbasis Caring
Output pada penerimaan pasien menghasilkan SPO penerimaan pasien
baru rawat inap, SPO yang dihasilkan memiliki unsur caring didalamnya, karena
diharapkan bahwa ketika melakukan proses penerimaan pasien baru, perawat
berperilaku berperilaku dengan sikap caring. Selama proses penerimaan pasien
baru terjadi suasana caring helping-trust relationship. Alasan digunakannya unsur
caring helping trust relationship karena dalam proses penerimaan pasien baru
sangat diperlukan sikap yang jujur, terbuka, komunikasi yang efektif dan
hubungan yang harmonis antara perawat dengan pasien dan keluarga pasien,
semua unsur tersebut terdapat pada caring helping trust relationship. SPO
penerimaan pasien baru rawat inap berbasis caring diruang rawat inap (terlampir).

4.5. Outcome Pengembangan SPO Penerimaan Pasien Baru Rawat Inap
Pada tahap akhir keberhasilan dari pengembangan SPO penerimaan pasien
baru berbasis caring yang telah di lakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II

Universitas Sumatera Utara

67

Medan dapat dilihat dari outcome dari proses tersebut dan sebagai bentuk
masukan untuk mengukur kualitas dan juga sebagai evaluasi keberhasilan atas
program yang dilakukan, dilakukan beberapa pengukuran secara kuantitatif
meliputi pengetahuan perawat terhadap penerimaan pasien baru, tingkat kepuasan
perawat dan tingkat kepuasan pasien yang akan dianalisis dengan menggunakan
Uji Statistik Deskriptif dan tampilan data deskriptif dalam bentuk katagorik.
Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
4.5.1. Pengetahuan perawat tentang penerimaan pasien baru .
Pengetahuan perawat tentang penerimaan pasien baru diukur sebelum dan
sesudah dilakukannya implementasi penerimaan pasien baru. Makna dari kegiatan
ini adalah untuk mengetahui apakah adanya peningkatan pengetahuan perawat
setelah mengikuti sosialisasi dan melakukan penerapan SPO penerimaan pasien
baru berbasis caring. Untuk mengetahui adanya perbedaan pengetahuan perawat
sebelum dan sesudah implementasi, maka dilakukan uji Statistik Deskriptif. Hasil
perhitungan uji Statistik Deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

68

Table 4.2. Perbedaan Pengetahuan Perawat Sebelum dan Sesudah
Penerapan SPO Penerimaan Pasien Baru Berbasis Caring.
Kategori
Sebelum
Sesudah

Rata – rata (mean)
13,85
20,00

4.5.2. Kepuasan pasien terhadap pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru
Untuk mengetahui adanya perbedaan kepuasan sebelum dan sesudah
implementasi, maka dilakukan uji Statistik Deskriptif. Hasil perhitungan uji
Statistik Deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini:
Table 4.3. Perbedaan Kepuasan Pasien Sebelum dan Sesudah Penerapan
SPO Penerimaan Pasien Baru Berbasis Caring.
Kategori
Rata – rata (mean)
Sebelum
44,41
Sesudah
51,85
Berdasarkan tabel diatas, hasil analisa data distribusi frekuensi tentang
kepuasan pasien terhadap pelaksanaan SPO penerimaan pasien baru sebelum dan
sesudah penerapan SPO Penerimaan pasien baru berbasis caring, didapatkan hasil
adanya peningkatan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan saat
penerimaan pasien baru.

Universitas Sumatera Utara

69

RECONNAISSANCE :
1. Pelaksanaan penerimaan pasien baru
belum optimal
2. SPO tidak terlaksana dengan baik
3. Pengetahuan tim pelaksana rendah
4. Kepuasan pasien kurang

REFLECTION :
1. Manfaat SPO penerimaan pasien baru
berbasis caring bagi perawat
2. Faktor pendukung penerimaan pasien
baru berbasis caring
3. Kendala Pelaksanaan penerimaan
pasien baru berbasis caring
4. Kesan selama penerapan penerimaan
pasien baru berbasis caring
ACTION :
1. Melakukan pertemuan dengan pihak
manajemen RS dan pihak terlibat
untuk melakukan diskusi
penyusunan SPO
2. Menyusun SPO
3. Review SPO penerimaan pasien
baru berbasis caring oleh pejabat
structural RS.
4. Melakukan sosialisasi dan aplikasi
proses penerimaan pasien baru
berbasis caring
OBSERVATION :
melakukan observasi terhadap
penerapan SPO penerimaan pasien

baru berbasis caring yang sudah
disusun.

PLANNING ;
1. Tujuan:
Mengembangkan
Standar
Prosedur
Operasional Penerimaan
Pasien Baru berbasis
caring
2. Rencana pelaksanaan:
Diskusi dengan pejabat
RS, Pembuatan SPO,
Sosialisasi dan aplikasi
3. Strategi:
Koordinasi
dengan kepala ruangan
dan kepala keperawatan
serta pejabat struktural
lainnya.,
Pendekatan
dengan seluruh pihak
yang terlibat

RECOMENDATION
SPO Penerimaan Pasien Baru di
Ruang Rawat Inap Berbasis Caring
dan Penerapan

Gambar 4.2. Siklus Action Research Pengembangan SPO Penerimaan Pasien
Baru Berbasis Caring

Universitas Sumatera Utara

70

Tabel 4.4.Matriks Tema FGD Tahap Reconnaissance Untuk Partisipan
Kepala Keperawatan dan Kepala Ruangan.
No. Tema
Kategori
1
Manfaat
SPO
1. Sebagai acuan pelaksanaan asuhan
penerimaan
pasien
keperawatan
baru bagi perawat
2. Mempermudah perawat untuk melakukan
penerimaan pasien baru
3. Sebagai pedoman penerimaan pasien baru
4. Penerimaan pasien baru tidak berbelit-belit
5. Penerimaan pasien baru sesuai dengan
standar
6. Meningkatkan
kualitas
pelayanan
keperawatan.
2
Faktor
pendukung
1. Perawat yang terampil
penerimaan
pasien
2. Sikap terbuka
baru
3. Ikhlas
4. Menerima pasien sesuai SPO
5. Perilaku perawat
6. Spontan melakukan hal yang baik.
3
Faktor
yang
1. Komun