Kajian kerentanan dampak perubahan iklim (1)

Penulis Naskah

Muhamad Suhud Sofyan ‘Eyank’

Tim Pendukung

Libby Mia

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

II. PROFIL DESA MELEMBA

III. KONDISI IKLIM DESA

IV. DAMPAK MASALAH IKLIM DESA MELEMBA

V. KAJIAN KEMAMPUAN ADAPTASI MASYARAKAT DESA MELEMBA

VI. TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT

VII. PENUTUP DAN REKOMENDASI LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

Iklim merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk pola kehidupan dan penghidupan suatu masyarakat. Iklim juga merupakan bagian penting dalam menentu- kan lingkungan alam. Faktor-faktor tersebut berinteraksi membentuk sistem kehidupan yang saling mengisi.

Terjadinya perubahan iklim memengaruhi terhadap pola musim maupun sifat-sifat cuaca pada suatu wilayah. Perubahan tersebut dapat berdampak positif maupun negatif. Namun kecenderungan yang terjadi dibanyak wilayah di Indonesia, dampak negatif lebih dominan. Tidak terkecuali di wilayah Desa Melemba, Kabupaten Kapuas Hulu,Provinsi Kalimantan Barat. Semakin buruknya dampak perubahan iklim juga berkorelasi dengan semakin menurunnya fungsi ekologis akibat kerusakan lingkungan yang ada.

Masyarakat pedesaan, pada dasarnya telah memiliki pengetahuan dan kearifan lokal dalam memprediksi cuaca dan musim. Pengetahuan ini terkait erat dengan mata penca- harian maupun tradisi yang berjalan dalam kehidupan mereka; kapan waktu bertanam, melakukan ritual adat, berburu, mengambil hasil hutan, mencari ikan, dll. Hal-hal tersebut juga terkait dengan ancaman-ancaman bencana yang ada seperti cuaca ekstrim dan banjir.

Persoalan mulai munculatau dirasakan, saat terjadinya perubahan. Cuaca atau musim seringkali tidak menentu.Parameter atau tanda-tanda yang diajarkan para tetua (nenek moyang) sebagai pengetahuan dan kearifan lokal tidak lagi sesuai dengan kondisi saat ini. Perubahan yang belum sempat dipelajari secara sungguh-sungguh, kerap ber- dampak negatif, seperti gagal panen atau bahkan menyebabkan kerugian harta benda bahkan jiwa.

Desa Melemba, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, ProvinsiKaliman- tan Barat, merupakan salah satu desa di Daerah Ailran Sungai (DAS) Labian-Leboyan. Sungai yang bermuara di Danau Sentarum itu selanjutnya bersatu dengan Sungai Kapuas. Desa yang secara keseluruhan bergantung pada alam cenderung memiliki ting- kat kerentanan tinggi. Kondisi ini tidak lepas dari sensitifnya alam terhadap perubahan yang terjadi. Selain itu desa-desa di DAS Labian Leboyan memiliki keterbatasan terha- dap berbagai akses dan fasilitas publik.

Desa Melemba merupakan desa yang hanya mengandalkan transportasi sungai sebagai satu-satunya sarana mobilitas penduduk untuk keluar dari desanya. Desa ini juga be- lum menikmati listrik, akses komunikasi, maupun berbagai pelayanan publik seperti kesehatan dan pendidikan secara penuh. Namun, Desa Melemba memiliki seluruh Desa Melemba merupakan desa yang hanya mengandalkan transportasi sungai sebagai satu-satunya sarana mobilitas penduduk untuk keluar dari desanya. Desa ini juga be- lum menikmati listrik, akses komunikasi, maupun berbagai pelayanan publik seperti kesehatan dan pendidikan secara penuh. Namun, Desa Melemba memiliki seluruh

Untuk mengetahui lebih mendalam, seberapa besar kerentanan masyarakat Desa Melemba terhadap dampak perubahan iklim, WWF bersama dengan pemerintah Desa Melemba melakukan pengkajian kerentanan dan risiko bencana terkait iklim secara partisipatif.

Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dengan kegiatan penilaian kerentanan ini yaitu: • Mengidentiikasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim

di Desa Melemba sebagai wilayah DAS Labian-Leboyan. • Menemukan masalah yang ada (aktual) dan potensi masalah yang akanterjadi akibat

adanya dampak perubahan iklim. • Mengidentiikasi berbagai pengalaman berkemampuan (Capability Experience) yang

telah dimiliki oleh masyarakat (kearifan lokal dan kekinian) dan para pihak lainnya dalam menyikapi perubahan iklim.

• Merumuskan strategi peningkatan kapasitas masyarakat dalam bentuk rencana adaptasi perubahan iklim di tingkat desa.

Proses pengkajian dilakukan bersamaan dengan lokalatih yang melibatkan 5 desayang berada di DAS Labian-Leboyan (Melemba, Labian Iraang, Pulau Manak, Sungai Ajung, Labian) pada bulan Mei 2016. Pada proses penyusunan awal, peserta dari beberapa desa tersebut bergabung untuk melakukan pengkajian di tiga desa (Melemba, Labian Iraang, dan Pulau Manak). Selanjutnya, proses pengkajian dilanjutkan di tingkat desa masing masing. Proses lanjutan dilakukan bersamaan dengan proses-proses lain yang ada di pemerintahan desa maupun komunitas, seperti pembahasan RPJMDes yang pada saat bersamaan juga sedang berjalan penyusunannya. Akhirnya, hasil dialog da- pat melengkapi dua dokumen sekaligus. Dokumen kajian kerentanan dan Dokumen RPJMDes.

II. PROFIL DESA MELEMBA

Desa Melemba secara administratif masuk wilayah Kecamatan Batang Lupar, Kabupat- en Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Desa Melemba terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Meliau, Dusun Sungai Pelaik, dan Dusun Manggin, dengan jumlah penduduk sebanyak 334 jiwa yang terdiri dari 101 KK. Untuk mencapai desa Melemba, hanya bisa ditempuh melalui transportasi air dengan waktu tempuh antara 1-2 jam pada musim hujan atau 3-4 jam pada musim kemarau. Biaya untuk menuju ke Desa Melembadari kota kecamatan di Lanjak mencapai Rp. 1.000.000 – Rp. 2.500.000.

Kawasan Wilayah Melemba merupakan desa enclave dari Taman Nasional Betung Karihun Danau Sentarum (TNBKDS). Desa Melemba juga menjadi bagian dari wilayah hutan lindung dan hutan produksi. Sebagian kawasan juga masih tumpang-tindih (overlaps) dengan manajemen dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) koridor Taman Nasional Danau Sentarum dan Betung Kerihun.

Secara historis, Desa Melemba merupakan gabungan dari dua kampung, yakni Meliau dan Manggin, terjadi pada tahun 1985. Sebelum dibentuk menjadi desa, kehidupan masyarakat masih bersifat individualistik. Tempat tinggal tidak menetap (berpindah tempat/nomaden) dan tinggal di perbukitan. Alasan perindahan tempat antara lain terjadinya konlik antar suku, lahan pertanian tidak menghasilkan, rumah rusak, wabah penyakit serta kematian yang terjadi terus menerus.

Pada perkembangannya, masyarakat yang sebelumnya bermukim di Bukit Mpegal, memutuskan untuk pindah dan mendirikan rumah betang atau rumah panjang di ping- giran Sungai Labian. Mayoritas penduduk yang tinggal di desa berasal dari Suku Dayak Iban, dan berprofesi sebagai petani atau bercocok tanam dan nelayan.

Desa Melemba memiliki luas wilayah 26.186 hektar. Sebagian besar atau 50 persen wilayahnya digunakan untuk perkebunan karet. Peruntukan pertanian (ladang) 15 persen dan yang digunakan untuk permukiman adalah 15 persen (data Dusun Mang- gin). Desa ini juga memiliki kawasan perairan seluas 45 persen. Danau terbesar ber- nama Telatap dan berada di Dusun Pelaik. Hanya saja karakteristik danau ini bersifat temporer. Danau dengan karakteristik permanen dan terluas bernama Danau Lukuk. Danau seluas 60.26 hektar ini terletak di Dusun Meliau.

Tabel 2 Aktiitas Masyarakat Desa Melemba

Waktu

Kegiatan

Perubahan dari kegiatan

05.00-06.00 Memasak, menyapu, cuci-cuci, Sudah banyak perubahan sesuai de- umpan ternak, makan/ sarapan

ngan profesi dan usia. 06.00-11.00

Nahan Menoreh, berangkat seko- lah, ke ladang, ke kantor, ke kebun, berburu, nyadap, nahan pukat atau bubu, nempa parang, jual sayur atau kue, nusuk manik/kerajianan tangan

11.00-17.00 Makan siang, istirahat siang, pekerjaan masih sama dengan jam 06.00-11.00

17.00-05.00 Masak, ngumpan ternak, berburu, nyadap aren, ngannyam, nonton atau istirahat bersama keluarga dan tidur.

Sebagian besar masyarakat Desa Melemba memiliki mata pencaharian petani dan nelayan air tawar. Aktivitas telah dimulai pada umumnya pada pukul 05.00 pagi. Perempuan memulai kegiatan harian dengan menyiapkan kebutuhan keluarga, seperti memasak, menyapu, memberi makan ternak, menyiapkan anak sekolah. Pada pukul

06.00 – 11.00 siang, penduduk laki-laki dan perempuan telah membagi diri pekerjaan masing-masing. Saat musim kemarau, penduduk perempuan maupun laki-laki me- norah karet. Menoreh karet tidak dilakukan saat musim penghujan. Selain hasil karet tidak banyak, juga dapat menyebabkan tanaman karet membusuk dan mati. Sebagian yang lain, penduduk laki-laki mencari ikan dan pada waktu tertentu berburu. Pada waktu musim penghujan, para perempuan membuat kerajinan karena kegiatan bertani atau menoreh karet tidak dapat dilakukan. Kegiatan dilanjutkan setelah istirahat dan makan siang pada pukul 11.00 – 13.00 wib sampai pada pukul 17.00 wib. Kegiatan malam dipenuhi dengan bersantai dengan keluarga.

Sumberdaya penting masyarakat Desa Melemba, antara lain adalah sungai dan daratan sebagai tempat pertanian/kebun dan kawasan hutan. Dari peta sketa yang dibuat mela- lui proses partisipasif oleh masyarakat, sungai menjadi sumberdaya terpenting karena menjadisumber mata pencaharian utama. Sebagian besar masyarakat Melemba adalah nelayan. Mata pencaharian lain adalah bertani, khususnya pekebunan dan pariwisata.

Masyarakat juga masih memanfaatkan hutan untuk mendapakan madu hutan dan berburu.

Gambar 1. Sketsa Desa Melemba

Sketsa sumber daya dan kebencanaan menunjukan, sumber daya penting menyatu de- ngan pemukiman. Sungai yang menjadi wilayah desa melemba berbatasan dengan Desa Sungai Ajung dan Desa Tempurau.

Lahan sawah tadah hujan berada di selatan desa seluas 49 ha.Kawasan ekowisata yang dikembangkan sejak tahun 2010 seluas 7.062 ha.Sumber air bersih berada di Bukit Peninjau dan Bukit Telatap yang dialirkan melalui pipa dan cara ini telah dimanfaatkan oleh warga sejak tahun 2014.

Di desa juga terdapat beberapa fasilitas publik, diantaranya adalah Sekolah Dasar (SD)

2 buah, sarana kesehatan berupa Puskedes dan Pustu, Kantor desa, Posyandu. Sumberdaya penting masyarakat mengalami gangguan pada musim hujan berupa ban-

jir. Sungai menjadi keruh. Ancaman ini berpotensi menjadi bencana. Banjir menyebab- kan gagal panen pada sawah serta merusak tanaman perkebunan. Banjir juga me- nyebabkan air keruh dengan durasi waktu 1 minggu. Pada saat air keruh, pendapatan nelayan dalam menangkap ikan berkurang. Hanya beberapa jenis ikan yang menjadi hasil tangkapan nelayan pada kondisi air sungai keruh. Pada saat air kembali normal, hasil tangkapan ikan meningkat.

Pada sisi lain, banjir memiliki dampak positif pada sektor transportasi karena memu- Pada sisi lain, banjir memiliki dampak positif pada sektor transportasi karena memu-

2.1 Perubahan Penghidupan, Sosial dan Sumber Daya

Masyarakat Desa Melemba sepenuhnya menggantungkan kehidupan pada sumberdaya alam yang ada. Sungai, danau, hutan, serta lahan pertanian merupakan sumberdaya tumpuan masyarakat. Sungai dan danau merupakan aset terpenting bagi masyarakat. Selain sebagai sumber penghidupan utama sebagai nelayan air tawar, sungai sampai saat ini menjadi sarana penting mobilitas penduduk. Berkembangnya tren memancing di seluruh dunia sebagai olah raga, juga menjadi bagian penting kehadiran sungai dan danau dalam paket ekowisata.

Sumberdaya penting lain adalah hutan. Saat ini penduduk Desa Melemba memanfaat- kan hutan dari hasil hutan bukan kayu (HHBK). Komoditas tidak saja berupa barang seperti madu, tanaman obat, dan pangan, tetapi juga jasa lingkungan melalui pengem- bangan ekowisata.Flora-fauna eksotis seperti Orangutan, Bekantan, atau satwa liar lain, serta keragaman anggrek (terdapat lebih dari 50 jenis), menjadi daya tarik tersendiri dalam paket ekowisata.

Pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan di Desa Melemba merupakan bagian dari proses panjang sistem sosial yang ada. Sebelumnya, masyarakat meman- faatkan hasil alam langsung dari hutan. Pemanfaatan sungai dan danau untuk meleng- kapi kebutuhan. Perubahan terjadi seiring dengan mulai terbukanya akses informasi dan interaksi dengan pihak luar. Perpindahan pemukiman yang sebelumnya menem- pati perbukitan dengan sumber penghidupan utama dari daratan bergeser pada pemu- kiman pinggir sungai dengan tetap mempertahankan tradisi sebelumnya. Penduduk tinggal di rumah panjang sebagai bagian dari tradisi suku Dayak.

Peran laki-laki dan perempuan dalam melakukan aktivitas mata pencaharian dan sumberdaya alam saling melengkapi. Berbagai kegiatan dilakukan secara bersama- sama. Baik pada sektor pertanian, nelayan maupun pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. Dominasi terjadi pada beberapa sub kegiatan. Seperti pembagian peran dalam menyiapkan lahan, benih, menanam maupun saat panen. Demikian juga pada sektor nelayan, ekowisata, dll. Secara umum, pembagian peran menerminkan keadilan gender yang berimbang.

Semakin disadarinya sumber penghidupan tidak lepas dari kualitas dan fungsi eko- sistem, menempatkan penduduk membuat berbagai aturan, baik yang bersifat formal Semakin disadarinya sumber penghidupan tidak lepas dari kualitas dan fungsi eko- sistem, menempatkan penduduk membuat berbagai aturan, baik yang bersifat formal

Dengan dukungan dari organisasi non pemerintah seperti WWF, masyarakat mulai membenahi kerusakan lingkungan yang ada. Warga masyarakat menetapkan hutan desa, agroforestry.Pada tahun 2010, ditetapkan hutan wisata seluas 7.026 ha. Penghi- jauan dilakukan diantaranya dengan menanam 10.000 bibit kopi pada kawasan agroforestry seluas 27 ha, menanam tanaman buah lokal dan kayu keras sebanyak 23.000 pada kawasan habitat orangutan, dan menananm bibit karet pada lahan-lahan masyarakat.

Masyarakat Desa Melemba, juga memanfaatkan berkembangnya teknologi untuk berba- gai aspek kehidupan. Perahu sebagai sarana transportasi maupun sarana nelayan telah menggunakan mesin. Alat tangkap pun berkembang dari yang tradisional ke arah yang lebih modern. Belum adanya aturan, menyebabkan beberapa nelayan menggunakan alat tangkap yang merusak seperti jamal waring sehingga mengganggu ketersediaan ikan. Pada akhirnya, dibuat aturan dalam penggunaan alat tangkap yang tidak merusak atau mengganggu daur hidup ikan. Pada sektor pertanian, penggunaan pestisida dan herbisida kimiawi juga menyebabkan gangguan terhadap ekosistem. Beberapa jenis ikan mulai langka pada wilayah sekitar pertanian.

Perubahan ke arah positif terlihat secara signiikan. Banyaknya dukungan dari pihak luar, serta berbagai pilihan sumber penghidupan dengan sistem kelola yang mampu

menjawab kebutuhan masyarakat yang memperlihatkan pola hubungan antar alam dan sumber penghidupan, menjadikan masyarakat dan pemerintahan desa menyiapkan berbagai perangkat kebijakan dan aturan main. RPJMDes, rencana kerja tahunan desa, maupun kegiatan-kegiatan teknis telah disiapkan menjawab kebutuhan tersebut. Pen- golahan hasil dengan berbagai produk masyarakat, koperasi/BUMDes, Internal Control System (ICS), peningkatan kapasitas maupun strategi advokasi merupakan bagian upaya tersebut pula.

Tabel 3

Perubahan Sumber Penghidupan dan Sosial Masyarakat

Sumber penghidupan utama (mata Mata pencaharian utama: Nelayan pencarian) dan tambahan

Tambahan; bertani; ekowisata; pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. Sebelumnya masyarakat desa memanfaatkan hasil hutan, sungai dan bertani dengan cara berpindah- pindah.

Sumberdaya tumpuan masyarakat Sungai, danau, hutan dan lahan pertanian Yang dikerjakan laki-laki dan perempuan Pembagian peran laki-laki dan perempuan dilakukan atas penghidupan dan sumberdaya alam secara proporsional. Laki-laki dan perempuan secara

bersama-sama menangkap ikan, berladang, pengolah ikan dll

Pihak mana yang memiliki kewenangan Pada kawasan taman nasional DS, izin diberikan oleh kan- memberi izin menggunakan sumberdaya

tor taman nasional. Dishut untuk kawasan hutan lindung alam

KPH untuk hutan produksi Menangkap ikan, ada aturan main dalam penggunaan alat tangkap ikan berdasarkan kesepakatan rukun nalayan yang dibuat tahun 2012 (terlampir). Dalam berladang, terdapat aturan adat dalam pengola- han lahan sampai system pemanenan. Terdapat ritual pada pemilihan lokasi berladang, masa tanam maupun pemanenan

Perubahan pada kondisi sumberdaya - Hutan : pada tahun 1980 – 2000 terdapat izin HPH alam 10/20 tahun terakhir

Pada tahun 2000 – 2005; terjadi praktik illegal loging yang menyebabkan kerusakan hutan semakin parah. Selanjutnya, hutan dijadikan hutan desa dan kegiatan jasa lingkungan hutan wisata pada 2010 seluas 7.026 ha. - Sungai : Terdapat penambangan pasir dan pembangunan jalan, sehingga sungai menjadi keruh saat awal musim hujan dan terjadi pendangkalan. Ikan mulai berkurang Alat tangkap mulai beralih ke yang lebih modern System penangkapan berlebihan (over fishing) dengan penggunaan jamal waring (jala padat) Ikan kualitas eksport; arwana, belida dan tapa Kejadian banjir besar rata-rata lamanya lebih dari lima

Kejadian banjir besar rata-rata lamanya lebih dari lima bulan Ada kesepakatan untuk melakukan budidaya ikan arwana Saat hujan, air menjadi keruh dan ikan menjadi sedikit

* Pertanian dan perkebunan : sebelumnya pertanian masih tradisional dengan peralatan yang sederhana * Pengembangan argo foresti seluas 27 ha. De- ngan jenis bibit kopi sebanyak 10 ribu bibit. Dan pengayaan di habitat hutan seluas 67 ha. Berupa tanaman buah local dan kayu keras sebanyak 23.000 bibit

* Mulai menggunakan pestisida dan herbisisa. Peng- gunaan zat kimia ini mempengaruhi ekosistem, beberapa jenis hewan hilang atau langka seperti kepiting (yuyu), ikan lele

* Peran perempuan lebih dominan, dari mulai menyiap- kan lahan, menyemai dan melakukan perawatan * Air bersih; sebelumnya penggunaan air untuk kebu- tuhan sehari-hari menggunakan air sungai laboyan. Pada tahun 2013 mulai menggunakan air yang diambil dari mata air di dusun sungai Plaid an tahun 2014 di dusun meliau

Perubahan pada cara masyarakat Pengelolaan sumberdaya alam pada kawasan konservasi memanfaatkan sumberdaya

diatur sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan pada kehidupan sosial dan

Selain mayoritas penduduk sebagai petani dan nelayan, ekonomi masyarakat 10/20 tahun

di Desa Melemba ini juga tumbuh usaha-usaha kerajinan, terakhir

pariwisata, homestay, peternakan, perikanan, dan HHBK. Kearifan lokal dan pengetahuan lokal

• Ritual dalam berladang; pada tiap fase terdapat ritual dalam pengelolaan sumberdaya alam

• Memahami cuaca dengan melihat tanda-tanda alam, khususnya dalam transportasi • Penyiapan bibit tanaman karet dengan cara direndam sebelum ditanam sampai gugur daun. Cara ini untuk menyesuaikan lahan yang lama terendam banjir yang mencapai 5 bulan

• Telur ikan sebagai tanda untuk melihat air pasang (me- lihat telur ikan yang sudah matang sebagai penanda akan pasang)

Peran strategis perempuan dahulu dan Sebelumnya, perempuan tidak berperan dalam struktur

Peran strategis perempuan dahulu dan Sebelumnya, perempuan tidak berperan dalam struktur sekarang

pemerintahan, organisasi maupun kegiatan-kegiatan kemasyarakat. Saat ini, peran perempuan telah ada pada struktur pemer- intahan seperti BPD; struktur organisasi kemasyarakatan, kelompok-kelompok di masyarakat dll

Perubahan secara umum kearah positif Hutan desa, ekowisata, aturan dalam pemanfaatan dalam pengelolaan sumberdaya alam

sungai (alat tangkap ikan, wilayah tangkap, waktu menangkap ikan dll)

III.KONDISI IKLIM DESA

Untuk mengetahui kondisi iklim di desa, dilakukan indentiikasi komponen-komponen iklim yang terjadi pada umumnya berdasarkan siklus dalam satu tahun. Identiikasi dilakukan melalui pembagian musim yang terjadi, sifat musim (hujan dan panas/keker- ingan) serta masa peralihan, tanda-tanda datangnya musim dari sisi sifat angin, suhu, dan kelembaban. Dari komponen musim dan tanda-tanda yang telah teridentiikasi, alam dikaitkan dengan pola penghidupan yang ada di masyarakat, seperti kelimbahan sumberdaya tumpuan masyarakat, pendapatan masyarakat, pengeluaran, jenis-jenis penyakit, jenis ancaman bencana, dll.

Tabel 4 Kalender Musim

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Info

Musim hujan

XX Musim kemarau

Masa peralihan

X X X musim Tanda-tanda datang- nya musim : • Angin

Angin kuat

Angin berhembus sedang Angin Petir

Angin di

danau cukup

Hujan nyala

di

(hujan dan

malam

panas dalam

hari

satu waktu)

Hujan panas di siang hari.

• Suhu Pada malam hari dingin

Siang panas

Panas sekali

Siang Pada malam hari dingin panas

• Air permukaan Air mulai surut

Air surut

Air surut

Air Air sungai sangat tinggi

• Angin Angin kuat

Angin di

Angin berhembus sedang Angin

• Suhu

Siang panas

Siang

• Air permukaan Air mulai surut

Air surut

Air surut

Air Air sungai sangat tinggi

mu-lai (puncak air sungai) Kurang lebih 4 meter dari naik

Danau sentarum kering

Naik air sungai kurang lebih

normal sungai

2 meter dari kondisi normal

• Air bukit Air melimpah

Air melimpah • Rawa

Air berkurang

Aktifitas Masyarakat

Hasil/pendapatan

XX X X XX XX X X X X XXX XXX XXX masyarakat

Pengeluaran uang cash

Transportasi sulit, harga kebutuhan naik

Sumber Penghidupan

perawatan Berbuah

la-han

Karet Getah XXX

X X X X X X X X XX Getah karet

Hasil karet tidak

getah tidak dapat

karet dapat diambil banyak

diambil Ds. Plai

Ds. Plai tetap

tetap menoreh

menoreh

Buah-buahan; teng-

XX kawang

Ds. Plai

Perikanan

XX X X X X X X X X X XXX XXX Karamba

• Angin Angin kuat

Angin di

Angin berhembus sedang Angin

• Suhu

Siang panas

Siang

• Air permukaan Air mulai surut

Air surut

Air surut

Air Air sungai sangat tinggi

Kurang lebih 4 meter dari

Naik air sungai kurang lebih

• Air bukit Air melimpah

Air melimpah • Rawa

Air berkurang

Aktifitas Masyarakat

harga kebutuhan naik

Sumber Penghidupan

Berbuah

diambil banyak diambil

Buah-buahan; teng

Perikanan

XX X X X X X X X X X XXX XXX Karamba

Madu XXX XXX

X Kerajinan

XXX

Kesehatan Masyarakat

Diare

Tipes

X X X X X X Batuk pilek

Kejadian Bencana

Banjir

Dari tabel 4 di atas menunjukkan, musim penghujan berlangsung selama 7 bulan; dimulai bulan September dan berakhir pada bulan Maret. Musim kemarau berlangsung selama 5 bulan, berlangsung pada dari bulan April-Agustus. Masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau terjadi pada bulan Maret dan April.Sementara, masa peralihan musim kemarau ke musim penghujan pada bulan September.

Tanda-tanda musim masih dapat dikenali oleh masyarakat secara baik. Musim penghu- jan ditandai dengan kecepatan angin yang kuat. Pada bulan Januari dan Februari, kerap terjadi hujan yang disertai petir. Angin yang bertiup keras di danau menjadi pertanda musim mulai beralih dari musim penghujan ke musim kemarau. Udara terasa lembab (panas) dan kerap terjadi hujan bersamaan dengan terik matahari. Sementara itu, pada masa peralihan musim kemarau ke musim penghujan ditandai dengan angin kencang yang terjadi pada malam hari.

Air permukaan, baik air sungai maupun mata air mulai berkurang memasuki musim ke- marau. Pada puncak kemarau, yakni pada bulan Juli-Agustus, kondisi Danau Sentarum kering. Air Sungai Leboyan menyusut dan turun sampai 4 meter dari batas badan sun- gai. Sementara saat puncak musim penghujan, yakni pada bulan Oktober-Desember, Danau Sentarum tergenang air. Ketinggian sungai naik mencapai 2 meter dari batas badan air. Demikian juga dengan rawa-rawa yang ada di wilayah Desa Melemba mulai terisi air.

Penduduk Desa Melemba memiliki beragam mata pencaharian, baik pada musim Penduduk Desa Melemba memiliki beragam mata pencaharian, baik pada musim

Pada saat musim penghujan, ketersediaan ikan melimpah. Nelayan air tawar panen ikan pada bulan November-Januari. Pada saat kemarau, ikan lebih banyak berada di hulu Sungai Labian. Pendapatan nelayan dari sektor perikanan tetap ada, namun tidak banyak. Pada awal musim hujan, saat Sungai Labian keruh, tidak banyak ikan yang dapat ditangkap nelayan. Air keruh umumnya berlangsung kurang lebih 5-7 hari.

Pada sektor hasil hutan bukan kayu, seperti madu dimulai pada bulan Desember dan hasil madu tertinggi pada bulan Januari-Maret. Ekowisata yang dikembangkan masyarakat banyak dikunjungi wisatawan pada masa libur, yakni Juni-Juli. Pengun- jung ekowisata dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sekalipun dirasakan oleh masyarakat sendiri, kendala transportasi yang menyebabkan paket wisata cukup mahal dapat menghambat daya tarik turis untuk berkunjung ke Desa Melemba.

Pengeluaran terbesar warga Desa Melemba terjadi pada musim kemarau.Surut atau keringnya Danau Sentarum menyebabkan air (sungai dan danau) sebagai satu-satunya jalur transportasi tidak dapat dilalui melalui jalur terdekat. Jalur transportasi harus memutar untuk sampai ke pusat kota kecamatan maupun beberapa wilayah lainnya. Kondisi ini menyebabkan seluruh kebutuhan dasar/pokok mengalami kenaikan. Ber- samaan dengan musim kemarau, penyakit seperti diare mengalami peningkatan. Pada musim penghujan, penyakit yang umum diderita penduduk adalah lu dan tipes.

3.1 Pandangan Masyarakat Atas Perubahan Pola Musim

Lima tahun terakhir, 2011-2016, masyarakat Desa Melemba merasakan perubahan terhadap pola musim. Mereka merasa kesulitan menentukan tanda-tanda datangnya musim penghujan atau kemarau. Sebelumnya, selain menggunakan bulan sebagai petanda memasuki musim, beberapa tanda-tanda alam dijadikan sebagai alat ukur. Seperti kecepatan angin, suhu udara maupun pasang surut sungai. keberadaan bebe- rapa jenis ikan, prilaku ikan (telur ikan) juga menjadi salah satu indikator terjadinya pasang-surut (banjir) sungai.

Tabel 5

Perubahan dan Kecenderungan

POLA IKLIM

PERUBAHAN

DAMPAK PERUBAHAN

A Lamanya musim kemarau Tahun 2007 lebih panjang kemarau Danau kering, ikan banyak mati dan bisa selama dari Mei – Oktober

air bersih sulit didapat. Tahun 2015 lebih panjang kemarau

Transportasi jalur air makin sulit/jauh selama 6 bulan dari Maret –

Harga kebutuhan meningkat Agustus

Disisi kesehatan diare meningkat, Tidak menentu dalam lima tahun

alergi kulit, ganguan pernafasan terakhir

akibat kabut asap Petani karet mendapat hasil torehan lebih banyak.

B Lamanya musim hujan Tahun 2010 lebih panjang selama Petani karet tidak dapat menoreh

9 bulan Transportasi jalur air lancar Tidak menentu dalam lima tahun

Harga barang stabil terakhir

Penghasilan ikan lebih banyak

C Lamanya musim peralihan Stabil lamanya musim peralihan Sampar ayam merugikan peternak selama 1-2 bulan sepanjang tahun.

Hama meningkat Waktu terjadinya tidak lagi dapat

Daun karet gugur diperkirakan

Bisa mansai ikan di rawa atau di dekat sungai atau sekitar sungai dan diladang yang ada rawanya Musimnya ikan memijah, contohnya ikan tapah, biawan, dll.

D Tanda-tanda awal musim Musim hujan ke musim kemarau Akar kayu menjelang tua hujan, kemarau, dan

Air sungai dan danau surut Mulai timbul penyakit flu, batuk peralihan

Burung belibis banyak kepinggir Petani madu hutan dalam panen sungai

madunya bergantung pada musim Burung tintin apai banyak kepinggir

hujan danau Bulan sabit menghadap ke barat tanda-tanda musim kemarau Musim kemarau ke musim hujan Burung tintin apai bertelur Banyak Laron pada malam hari Banyak suara kodok Bulan sabit miring ke timur tanda

Banyak suara kodok Bulan sabit miring ke timur tanda masuk musim hujan Kuncup bunga banyak terlihat

E Sifat musim

Musim hujan

Musim hujan

Air pasang, ketinggian air sungai

Pohon lalau dan pohon lain yang

meningkat 1-2 meter di daerah

tinggi kena sambar petir

Melambai dan sekitarnya karena

Tanaman padi ter-endam air, petani

curah hujannya tinggi

terancam gagal panen

Air danau bergelombang

Musim kemarau

Angin kencang, petir cukup kuat

Transportasi jalur air sulit/jauh

Curah hujan tinggi

Harga kebutuhan meningkat

Musim kemarau

F Kearifan lokal/ pengeta-

Dipercaya dapat mendatangkan bala huan lo-kal terhadap awal Aktivitas masyarakat waktu men-

Hujan

(bencana) pada yang tidak percaya musim, lama musim, dan

atau mematuhi tanda-tanda musim

ebas, menanam, dan memanen me-

lihat tanda-tanda alam dari hewan sekitar seperti burung ketupung, lebah hutan, kijang, dll. Ada acara adat ketika mulai menanam Tidak terjadi perubahan dari tradisi yang dulu ke jaman sekarang

Catatan: Dari seluruh dampak perubahan yang paling dirasakan masyarakat merugikan: Gagal panen tanaman dan ikan Untuk di Melemba, musim kemarau membuat masyarakat sulit beraktivitas di jalur air (transportasi air) dan harga kebutuhan meningkat

Tabel 5 menunjukan perubahan-perubahan pola iklim dan dampaknya terhadap penghidupan masyarakat Desa Melemba. Naiknya kebutuhan dasar akibat kemarau yang menyebabkan terganggunya jalur transportasi air, menjadi persoalan tersendiri bagi masyarakat. Kondisi ini tidak lepas dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapakan berbagai kebutuhan dasar dari luar desa. BBM sebagai energi peng- gerak mesin motor perahu, selain menjadi naik harganya, juga menjadi lebih banyak digunakan jika harus mencapai kota kecamatan. Terutama di musim kemarau. Sebagai nelayan, mata pencaharian terbesar adalah pada saat musim penghujan, yakni pada Tabel 5 menunjukan perubahan-perubahan pola iklim dan dampaknya terhadap penghidupan masyarakat Desa Melemba. Naiknya kebutuhan dasar akibat kemarau yang menyebabkan terganggunya jalur transportasi air, menjadi persoalan tersendiri bagi masyarakat. Kondisi ini tidak lepas dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapakan berbagai kebutuhan dasar dari luar desa. BBM sebagai energi peng- gerak mesin motor perahu, selain menjadi naik harganya, juga menjadi lebih banyak digunakan jika harus mencapai kota kecamatan. Terutama di musim kemarau. Sebagai nelayan, mata pencaharian terbesar adalah pada saat musim penghujan, yakni pada

yang meningkat, menjadikan kemarau menjadi masa sulit bagi warga masyarakat. Kemarau lebih panjang seperti yang terjadi pada tahun 2007 dan tahun 2015 dirasakan cukup menyulitkan. Beberapa pendapatan dari getah karet, panen padi, maupun hasil tangkapan ikan, berkurang dan hanya dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada saat itu, karamba ikan sebagai tabungan, kerap menjadi penolong dalam memenuhi kebutuhan yang ada. Beberapa alternatif untuk mendapatkan pendapatan telah dila- kukan. Diantaranya adalah dengan mengolah hasil ikan menjadi ikan kering atau ikan asin, mengolah madu, serta mengembangkan ekowisata.

3.2 Kecenderungan Kondisi Cuaca

Warga masyarakat Desa Melemba merasakan terjadi perubahan kondisi cuaca, khusus- nya dalam lima tahun terakhir. Perubahan tersebut diperkirakan akan terus berlanjut untuk ke depan. Perubahan-perubahan tersebut diyakini oleh warga masyarakat tidak lepas dari berubahnya kondisi lingkungan yang ada disekitar lokasi kegiatan. Berop- erasinya HPH yang dilanjutkan dengan terjadinya pembalakan liar paska reformasi menyebabkan banyak hutan rusak. Demikian juga pembangunan jalan di wilayah hulu sungai dan penambangan, menyebabkan perubahan terhadap isik lingkungan. Seperti sungai menjadi sangat keruh pada masa awal musim hujan, terjadinya sendimentasi pada sungai, mulai berkurangnya berbagai jenis satwa, termasuk ikan sebagai sumber pendapatan masyarakat.

Dampak perubahan iklim sebagai salah satu vaktor penting perubahan pola iklim maupun sifat-sifat komponen iklim sebelumnya belum menjadi perhatian utama. Ter- jadinya perubahan musim, dari mulai bergeser waktu serta lamanya musim, perubahan sifat cuaca masih menjadi pertanyaan dari sisi sebabnya. Namun masyarakat telah merasakan dampak dari perubahan-perubahan tersebut karena terkait dengan sumber penghidupann. Tidak menentunya musim, menyebabkan masyarakat salah mempredik- si waktu menanam. Demikian juga dengan kelimpahan ikan dan jenis-jenis ikan yang menjadi andalan masyarakat.

Tabel 6 Perubahan dan kecenderungan kondisi cuaca

Kecendrungan di Perubahan beberapa Komponen cuaca

masa yang akan tahun terakhir datang

Dampak

Suhu udara Tahun 90an suhu masih

Terjadinya perubahan sejuk ( iklim masih segar)

Masih normal

yang signifikan [90-97]

Berkurangnya habitat hutan dan areal hutan

1997; Suhu meningkat

Ekosistem hutan

atau menjadi panas dan

terganggu

kering. Sempat terjadi tergang- 2015; suhu hampir sama

gunya penerbangan

dengan tahun 1997 Penyakit ISPA dan diare Tahun 97 terjadi

meningkat

kebekaran hutan yang

Jarak pandang tidak

menyebabkan kabut asap. sampai 30 m sehingga menganggu transportasi 2010-2015 setiap tahun-

Ekosistem terganggu

nya terjadi perubahan

Pada musim kemarau,

suhu semakin meningkat ikan semakin berkurang Terjadi kebarakan hutan dan kabut asap.

Suhu danau Suhu air danau meningkat Tangkapan ikan kurang Populasi ikan semakin Kemarau lebih panjang

Populasi ikan terganggu menurun selama lima tahun tera-

Kelangkaan beberapa khir (2011-2015)

Banyak ikan yang mati

jenis ikan 2016 terjadi banjir besar

karena suhu danau

menjadi panas Pada musim penghu- jan; Tangkapan ikan meningkat

Suhu rawa Terjadi perubahan suhu; Menyebabkan penurunan Terjadinya kelangkaan meningkat

populasi ikan

atau bahkan menghilang-

Produksi hasil tani

nya flora dan fauna

masyarakat menurun

Curah hujan Dalam lima tahun

Terjadi banjir besar

Terjadinya penurunan ha-

Curah hujan Dalam lima tahun

Terjadinya penurunan ha- (2011-2016), curah hujan

Terjadi banjir besar

sil petani dan perkebunan semakin meningkat (lebih

Erosi bantaran sungai

Gagal panen

tinggi). Terjadi derangan penyakit Durasi hujan lebih pendek diare, malaria Lama musim penghujan lebih pendek

Kecepatan angin 2011-2016 kecepatan

Terganggunya aktivitas angin di atas kecepatan

Terjadi peningkatan

masyarakat rata-rata

gelombang danau

Terganggunya transpor- tasi air Banyaknya tanaman masyarakat yang tumbang

Kenaikan air sungai 2011-2016 terjadi kenai- Terganggunya transpor- Terjadinya kerawanan kan air sungai ( banjir)

pangan sampai 3 kali dalam

tasi air

Meningkatnya

setahun Kenaikan air danau

2011-2016 terjadinya Terjadinya peningkatan kenaikan air danau yang

populasi ikan. signifikan

Tabel 6 di atas memperlihatkan pola perubahan cuaca yang dirasakan masyarakat terjadi pada lima tahun terakhir, yakni dari tahun 2011-2016. Masyarakat merasakan perubahan-perubahan tersebut bersifat tidak pasti atau tidak dapat disamakan dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun 2016, musim kemarau menjadi lebih pendek dari musim-musim sebelumnya.

Tahun 2015 ada kemiripan dengan tahun 1997. Kemarau terasa kering dan terjadi kabut asap karena adanya kebakaran hutan, sekalipun tidak separah tahun 1997-1998. Demikian juga dari sisi durasi waktu musim kering, tidak sepanjang pada tahun 1997- 1998.

Beberapa perubahan, cukup mengganggu aktivitas warga. Seperti kecepatan angin yang menyebabkan gelombang di danau menjadi lebih kuat. Alat transportasi berupa perahu iber dengan mesin temple berkekuatan antara 15-25 hp, tidak mampu meng- hadapi kuatnya gelombang. Akibatnya, transportasi air sebagai satu-satunya sarana penghubung masyarakat menjadi terganggu. Sekalipun sampai saat ini, pengetahuan akan sifat-sifat cuaca (angin dan hujan) masih dikuasai warga dan masih sesuai dengan Beberapa perubahan, cukup mengganggu aktivitas warga. Seperti kecepatan angin yang menyebabkan gelombang di danau menjadi lebih kuat. Alat transportasi berupa perahu iber dengan mesin temple berkekuatan antara 15-25 hp, tidak mampu meng- hadapi kuatnya gelombang. Akibatnya, transportasi air sebagai satu-satunya sarana penghubung masyarakat menjadi terganggu. Sekalipun sampai saat ini, pengetahuan akan sifat-sifat cuaca (angin dan hujan) masih dikuasai warga dan masih sesuai dengan

3.3 Perubahan Kejadian Bencana/Gangguan Iklim atau Cuaca Buruk

Jika dikaitkan dengan terminologi dan indikator sebuah kejadian dikatagorikan ben- cana, Desa Labian belum mengalami kejadian bencana. Jenis-jenis ancaman yang ada masih berpotensi menjadi bencana jika tidak dikelola dengan bailk. Baik dari sisi anca- man, kerentanan, maupun kapasitas terhadap ancaman bencana yang ada.

Sebuah kejadian atau kondisi dapat dikatagorikan sebagai bencana jika; 1) menyebab- kan gangguan yang meluas bagi masyarakat, 2) menyebabkan kerugian; harta benda, jiwa, lingkungan, ekonomi, sosial budaya serta 3) masyarakat yang terkena dampak tidak mampu mengatasi dengan sumberdaya yang mereka miliki. Dari tiga indikator tersebut, kemampuan masyarakat Desa Melemba masih memiliki kemampuan dalam mengatasinya. Baik terkait dengan musim penghujan berupa banjir, erosi maupun wa- bah penyakit – maupun saat musim kemarau yang menyebabkan terganggunya mobili- tas sehingga harga-harga kebutuhan pokok menjadi meningkat. Pola-pola penyesuaian diri masyarakat pun terus berkembang seiring dengan perubahan-perubahan karakter maupun sifat ancaman bencana.

Tabel 7 Perubahan Kejadian ancaman bencana/gangguan atau cuaca buruk

Sebelum dan Dampak Kejadian 2016

Bajir Sedalam 2-2,5 m

Hasil perkebunan men- dari per-mukaan

Sedalam 0,5-1,5

Tidak ada banjir

ingkat air sungai ±3-5

m dari per-mukaan khusus karena

pada tahun 2006- Hasil pertanian stabil m 

sungai tidak ada

2007 itu kemarau Pada tahun 2006-2008 Selama ± 5 bulan lama sampai

banjir yang besar/

ikan stabil panen raya beda dengan

pan-janng

bisa mencapai 3-5 ton 1 x tahun tahun sebe- Catatan: ada

tahun 2014

sehinnga tidak

panen (piam, tapah) lumnya 2011-2015 kemarau pasda ta- masyarakat

mempengaruhi

Tahun 2009-2010 kamarau banjir normal.

 banjir panen ikan stabil Ada juga ke-jadian marau se-hingga

hun 2013. 2 x ke- han-ya akses ke

Cuma beda jenis ikan yang 2014 3 x kemarau mempengaruhi

kota kecamatan

agak susah. Tapi didapat (lais, baung, dan dan ada ban-jir.

produksi ikan bagi pada tahun 2010 sepat)

masyarakat

ada banjir dalam Pada tahun 2011-2012 selama 10 bulan.

stabil hanya hasil ikan agak menurun dan stabil hanya hasil ikan agak menurun dan

Erosi/ Dari tahun ketahun terjadi penurunan pasir diperbukitan longsor

Terjadi bencana di bukit peninjau. Erosi menjadi di sepanjang Sungai Laboyan menyebabkan sendimentasi

Jenis ancaman yang berpotensi menjadi bencana yang ada di wilayah Desa Melemba antara lain adalah banjir, cuaca buruk yang menyebabkan gelombang tinggi sehingga mengganggu transportasi, serta kekeringan yang menyebabkan terganggunya mobilitas penduduk.

Banjirberpotensi mengancam karena pemukiman penduduk berada tepat di pinggir sungai. Rumah panjang sempat ditinggikan 1,5meter pada tahun 2006 karena tinggi air melebihi lantai rumah panjang. Indentiikasi ancaman, baik dari sisi perubahan curah hujan maupun perubahan lingkungan (sendimentasi), dapat mengancam kehidupan masyarakat. Baik mengancam pemukiman maupun mata pencaharian penduduk. Musim yang tidak lagi dapat diprediksi, menyebabkan tanaman pertanian terancam gagal panen. Pada awal musim penghujan, sungai menjadi keruh dan menyebabkan kelangkaan ikan.

Kecenderungan ke depan, ancaman banjir berpotensi mengganggu kehidupan sehingga diperlukan langkah-langkah strategis sebagai bagian dari antisipasi atau upaya mengu- rangi risiko bencana.

Cuaca buruk dan kekeringan berdampak pada terganggunya transportasi. Kekeringan juga menyebabkan biaya transportasi lebih tinggi. Tersedianya sarana transportasi lain, baik sarana transportasi yang lebih ekonomis atau transportasi darat, dapat mengu- rangi dampak ancaman berupa cuaca buruk dan kemarau. Beragamnya mata penca- harian serta pola pengolahan yang lebih baik, juga akan meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi dampak ancaman cuaca buruk dan kekeringan.

Kecenderungan ke depan, cuaca buruk pun mengalami peningkatan. Berubahnya pola Kecenderungan ke depan, cuaca buruk pun mengalami peningkatan. Berubahnya pola

IV. DAMPAK MASALAH IKLIM DESA MELEMBA

Dampak yang dirasakan terkait iklim di desa cukup beragam. Dari berbagai dampak yang ada, masa musim kemarau sampai saat ini memunculkan persoalan bagi masyarakat dibandingkan masa musim penghujan. Namun, jika dikaji lebih dalam, musim penghujan, juga berkontribusi terhadap beberapa persoalan di masyarakat. Termasuk persoalan yang dianggap paling menonjol, yakni terjadinya pendangkalan sungai. Secara spesiik, dampak yang ada setelah ditimbang dari yang paling menonjol atau paling membebani masyarakat adalah :

• Meningkatnya harga kebutuhan pokok dan BBM yang diakibatkan terhambatnya

transportasi pada musim kemarau. Danau Sentarum sebagai bagian penting sarana transportasi penduduk kering sehingga tidak bisa dilalui perahu motor. Demikian juga debit air Sungai Labian yang menyusut, juga menjadikan jalur transportasi terputus. Pada masa kemarau, pendapatan dari hasil nelayan menurun. Karena pada saat kemarau, ikan berada di hilir sungai. Desa Melemba yang menjadi bagian dari hulu Sungai Labian pada saat air menyusut tidak cukup mendapatkan hasil tangka- pan.

• Pendangkalan sungai tidak lepas dari perubahan lingkungan yang terjadi. Pendang- kalan sebagai bagian dari proses erosi akibat penambangan dibagian hulu, degradasi

hutan (termasuk dampak akibat HPH dan pembalakan liar antara tahun 90an-2008), maupun aktivitas lainnya, berpadu dengan perubahan pola curah hujan yang mulai berubah. Hujan yang cenderung lebih pendek dengan intensitas lebih tinggi men- jadikan erosi lebih tinggi. Dampak dari pendangkalan sungai cukup beragam dan dapat mengancam berbagai penghidupan masyarakat pada masa depan. Banjir yang menjadi bagian dari siklus kehidupan masyarakat dapat menjadi ancaman serius, baik terhadap pemukiman, lahan pertanian, maupun berbagai aset masyarakat lain- nya. Sendimentasi juga akan menyebabkan masa keruh sungai menjadi lebih lama pada masa musim penghujan. Saat sungai keruh, pendapatan dari hasil tangkapan ikan tidak maksimal. Padahal, saat banjir sebenarnya merupakan masa panen karena kondisipotensi tangkapan ikan yang melimpah.

Dari persoalan yang dianggap paling menonjol di atas, berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat. Terdapat juga berbagai upaya yang seharusnya dilakukan, namun be- lum dapat dilaksanakan karena terkendala berbagai hal.

Tabel 8. Upaya yang Telah Dilakukan Masyarakat

Hasil yang Upaya Yang

Keterbatasan Dampak Pa-

Tindakan lain

diharapkan bila Telah Dilakukan

melakukan tindakan ling Dirasakan

yg perlu dila-

tindakan dilakukan Masyarakat

kukan

tersebut tersebut

Kemarau; • Membentuk KUD • Membangun • Pada dasarnya • Ketahanan pangan; Menyebabkan

ketahanan pangan memperkuat daya trasportasi air

• Memperkuat

ketahanan

telah dilakukan oleh tahan masyarakat terkendala,

kearifan local

pangan

masing-masing kelu- dalam memenuhi harga Sembako

• Memperkuat

• Perdes tentang

arga. Namun belum kebutuhan pangan. tinggi dan harga

Pedagang local

pengelolaan

terjadi pada tingkat • Perdes PSDA akan BBM meningkat

• Internal control

SDA

menjamin dan duk masyarakat

system pada pro- • Membentuk

kolektif.

• Kendala yang diha- memastikan penge- • Membangun

dan mengelola

dapi antara lain : lolaan SDA di desa kerjasama antar

jaringan pasar

• Perdes tentang PSDA lebih berkelanjutan desa

• Jalan darat

secara terintegrasi • Jaringan tetap telah masuk pada

pasar; Ada beberapa Perdes,

kepastian hasil diantaranya adalah

produk masyarakat RPJMDes. Kendala

diterima oleh pasar adalah ketersediaan

sehingga penghasi- waktu untuk pemba-

lan masyarakat hasan serta tenaga

lebih pasti.

• Adanya jalan darat, • Jaringan pasar

pendamping.

dapat membuka membutuhkan komit-

dan mempermu- men di masyarakat

dah mobilitas maupun pemerima

masyarakat. Harga- produk. Proses yang

harga kebutuhan dilakukan lewat

pokok yang tinggi memasarkan melalui

serta memasarkan jejaring yang ada

produk masyarakat • Jalan darat terkenda-

akan lebih mudah la pada anggaran

dan murah. daerah yang belum mengalokasikan

daerah yang belum mengalokasikan untuk pembangunan jalan

• Perdes tentang PSDA • Perdes PSDA akan sungai

Pendangkalan • Restorasi lahan

• Merancang dan

terbuka di pesisir

secara terintegrasi menjamin dan DAS (WWF Tahun

merumuskan

telah masuk pada memastikan penge- 2011 17000

PERDES ten-

beberapa Perdes, lolaan SDA di desa bibit,FORCLIME

tang pengelola-

diantaranya adalah lebih berkelanjutan tahun 2013

an SDA

RPJMDes. Kendala • Mengurangi degra- 2700 bibit,tahun

• Melakukan

adalah ketersediaan dasi lingkungan 2015 29000

penanaman di

waktu untuk pemba- serta memperkuat bibit,Tembesu

lahan terbuka

hasan serta tenaga ekowisata yang 5000 bibit)

dengan jenis

dikembangkan • Sosialisasi ten-

tanaman

pendamping

• Adanya aturan tang Pemanfaa-

bernilai ekono-

• Ketersediaan

bibit yang sesuai terkait pengelo- tan hasil sumber

mis (karet,

dengan kebutuhan laan sumberdaya daya alam

tengkawang,

masyarakat. Dalam alam, termasuk • Normalisasi

tembesu, buah-

penaman, juga ter- pengaturan dalam sungai

buahan local)

kendala komitmen pemanfaatan yang • Penguatan hukum

• Menjalin kerja

dan ketersediaan lebih berkelanjutan adat dan kearifan

sama dengan

• Ketersediaan lahan lokals

desa sekitar

waktu serta

dan lembaga

perawatan paska untuk lahan sawah

tentang penge-

penanaman.

untuk ketersediaan

lolaan SDA

• Komitmen atas pangan kesepakatan dan keberlanjutan. Juga terkait penerapan sangsi

• Ketersediaan lahan Tebel di atas menunjukan bagaimana masyarakat Desa Melemba telah melakukan

bebagai upaya sebagai bagian dari penyiasatan atas persoalan yang dianggap paling membebani/menonjol. Persoalan saat ini tidak terkait langsung dengan perubahan kondisi iklim. Bahkan pada persoalan musim kemarau, sebagian akan dapat terpecah- kan dengan adanya jalan darat. Transportasi air sebagai satu-satunya sarana mobilitas penduduk, saat ini membutuhkan biaya tinggi. Penduduk harus menyiapkan dana paling tidak Rp. 800.000 – 1.000.000 untuk keluar dan kembali,menuju atau dari,

Lanjak, ibu kota kecamatan. Biaya tersebut hanya untuk BBM mesin motor.Implikas- inya, seluruh kebutuhan dasar ikut naik. Kondisi ini akan semakin parah saat terjadi kelangkaan BBM jenis bensin.

Kekuatan dan kelemahan atas persoalan yang paling menonjol atau membebani antara lain :

Tabel 9 Kekuatan dan Kelemahan Masyarakat

Kekuatan Kelemahan

Sumberdaya alam melimpah dan potensial; sungai, Sumberdaya manusia terbatas yang memiliki pengeta- danau, hutan dan lahan pertanian.

huan dan keterampilan minim Mata pencaharian beragam; sepanjang musim;

Akses informasi terbatas. Belum ada jaringan komu- nelayan, bertani, kerajinan, ekowisata

nikasi sampai ke desa Memiliki potensi ekonomi yang dapat dikembangkan;

Energy listrik terbatas dan mahal; terdapat jenset pemanfaatan SDA dan pengelolaan HHBK

desa, namun mahal. Energi tenaga surya dikelola per KK dan minim perawatan

Semangat dan kebersamaan masyarakat tinggi Transportasi terbatas dan mahal; satu-satunya jalur transportasi melalui air. Membutuhka biaya besar

Aturan adat dan kesepakatan dalam perlindungan SDA Pelanggaran belum disertai sangsi yang tegas bagi dan pemanfaatan sungai

pelanggar. Seperti penggunaan alat tangkap ikan yang merusak

Kebijakan yang melindungi SDA; desa, kabupaten Kebijakan TN dan hutan lindung membatasi pemanfaa- maupun nasional

tan oleh masyarakat

Dukungan dari organisasi non pemerintah; WWF, Keterbasan sumber pendanaan untuk kegiatan FORINA, FORCLIME, RIAK BUMI dll

infrastruktur fasilias public, normalisasi sungai (sendimentasi) dll

Dukungan dari pemerintah desa

V. KAJIAN KEMAMPUAN ADAPTASI MASYARAKAT DESA MELEMBA

Secara alamiah, seluruh mahluk hidup akan melakukan penyesuaian terhadap setiap perubahan yang terjadi. Menjadi hukum alam, ketidakmampuan menghadapi peruba- han akan berdampak buruk bagi keberlanjutan kehidupannya, bahkan terancam atas kepunahan.

Desa Melemba pun terus melakukan penyesuaian atas perubahan-perubahan yang ter- jadi. Perpindahan pemukiman dari perbukitan ke pinggir sungai, perubahan atas mata pencaharian utama dari bertani ke nelayan air tawar sampai pemukiman dengan pola panggung dan kemudian ditinggikan akibat banjir yang melebihi lantai, adalah pola- pola penyesuaian dari pengalaman berupa kejadian yang berdampak negatif. Demikian juga dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti pola bertani, trans- portasi maupun alat tangkap ikan.

Kemampuan adaptasi masyarakat Desa Melemba diidentiikasi melalui 5 komponen aset penghidupan; aspek manusia, sosial budaya, ekonomi, infrastruktur dan lingkun-

gan. Masing-masing komponen dikaitkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi terkait dengan iklim:

Tabel 10 Keuntungan dan Kelemahan Pada Aset Penghidupan

• Sumberdaya manusia dengan

-Terbatasnya pengetahuan dan

komposisi yang seimbang (laki-

teknologi serta berbagai cara

laki, perempuan, anak-anak dan

dalam memanfaatkan sumberdaya

manula)

alam secara maksimal

• Pengetahuan atas pengelolaan SDA • Memiliki semangat untuk maju

Sosial Budaya

• Aturan adat yang masih kuat

• Belum diperkuat melalui regulasi

dalam hal pertanian, perikanan

pemerintahan desa. Sehingga

dapat mengikat secara formal • Gotong royong dan kebersamaan • Belum secara keseluruhan

dan kehidupan masyarakat

dalam hal membangun rumah,

memahami tentang pentingnya

menjaga dan melestarikan ka-

konservasi

wasan, sosial kemasyarakatan

• Belum seluruhnya terakomodir

menjaga dan melestarikan ka-

konservasi

wasan, sosial kemasyarakatan

• Belum seluruhnya terakomodir

• Regulasi pemerintahan desa;

berbagai kepentingan yang ada

RPJMDES telah memasukan

di masyarakat

kerentnan dan pola adaptasi

• Tidak tersedia tenaga pengajar perubahan iklim, Perdes tentang • Tidak tersedia tenaga kes- pengelolaan obyek wisata (Per-

ehatan

des 2012), raperdes pengemban- gan ekowisata

• Kelompok masyarakat; rukun nelayan, ekowisata, kerajinan, perikanan (ICS; Internal contol system)

Ekonomi

• Sumber ekonomi baragam; sun-

• Kemiskinan energy (sumber

gai, hutan, danau, perkebunan

tidak tersdia, ada tapi mahal,

dan pertanian

ada tapi tidak menguasai

• Mata pencaharian tersedia

teknologi)

• Harga kebutuhan pokok tinggi • Pemasaran produksi (barang dan • Transportasi terbatas (satu-

sepanjang musim

jasa) tersedia dan menjanjikan

satunya hanya melalui air)

• Pengelolaan jasa lingkungan

• Belum ada pasar tetap untuk

ekowisata

menstabilkan harga produksi

• Pengelolaan HHBK

masyarakat

• Inovasi pengelolaan dan

• Komunikasi

produksi perikanan, kerajinan dan HHBK

Lingkungan

• Kawasan konservasi; taman

• Penegakan hukum belum tera-

nasional dan kawasan lindung