Cari 8 pengertian teori sastra

Cari 8 pengertian teori sastra


Struktularisme Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori
pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi
antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur teks secara berdiri sendiri tidaklah
penting. Unsur-unsur itu hanya memperoleh artinya di dalam relasi, baik
relasi asosiasi ataupun relasi oposisi. Relasi-relasi yang dipelajari dapat
berkaitan dengan mikroteks (kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas
(bait, bab), maupun intertekstual (karya-karya lain dalam periode tertentu).
Relasi tersebut dapat berwujud ulangan, gradasi, ataupun kontras dan parodi
(Hartoko, 1986: 135-136).



Semiotik (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda
atau sign. Tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat
komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something
else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980). Semiotik
adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian
tanda




New kritisem ew criticism merupakan aliran kritik sastra di Amerika Serikat
yang berkembang antara tahun 1920-1960. Istilah new criticism pertama kali
dikemukakan oleh John Crowe Ransom dalam bukunya The New Criticism
(1940) dan ditopang oleh I.A. Richard dan T.S. Eliot. Sejak Cleanth Brooks dan
Robert Penn Warren menerbitkan buku Understanding Poetry (1938), model
kritik sastra ini mendapat perhatian yang luas di kalangan akademisi dan
pelajar Amerika selama dua dekade. Penulis new criticism lainnya yang
penting adalah: Allen Tate, R.P. Blackmur, dan William K. Wimsatt, Jr. (Abrams,
1981: 109-110). Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap kritik sastra
sebelumnya yang terlalu fokus pada aspek-aspek kehidupan dan psikologi
pengarang serta sejarah sastra. Para new criticism menuduh ilmu dan
teknologi menghilangkan nilai perikemanusiaan dari masyarakat dan
menjadikannya berat sebelah. Manurut mereka, ilmu tidak memadai dalam
mencerminkan kehidupan manusia. Sastra dan terutama puisi merupakan
suatu jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan lewat pengalaman. Tugas kritik
sastra adalah memperlihatkan dan memelihara pengetahuan yang khas, unik
dan lengkap




DekontruksiDekonstruksi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
menyebut cara membaca sebuah teks (sastra maupun filsafat) yang
berdasarkan pada pola pandangan filsafat Jaques Derrida. Derrida sendiri
dipengaruhi pandangan fenomenologi (Heidegger) dan skeptisme (Nietzche).
Pandangan ini menantang klaim strukturaliema yang menganggap sebuah
teks mengandung makna yang sah dalam struktur utuh di dalam sistem
bahasa tertentu. Dekonstruksi disebut juga sebagai pascastrukturalisme
karena membangun teorinya atas dasar konsepkonsep strukturalisme

semiotik Ferdinand de Saussure dengan menentang dan merusak konsepkonsep itu. Mereka melacak konsep-konsep strukturalisme klasik sampai ke
akar-akarnya dan merombaknya dengan pandangan baru.


Sosiologi sastra Menurut Kamus Besar NahasaIndonesia( 1989: 855 ).
sosiologi sastra merupakan pengetahuan tentang sifat dan perkembangan
masyarakat dari atau mengenai sastra karya para kritikus dan sejarawan
yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status

lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan soaialnya, kondisi
ekonimi serta khalayak yang ditujunya.



Psiko analisis Prespektif dasar dari psikoanalisis adalah bahwa tingkah laku
orang dewasa merupakan refleksi (penjelmaan) pengalaman masa kecilnya.
Teori ini menekankan bahwa orang bergerak melalui suatu tahapan (stage)
yang pasti selam tahun-tahun awal perkembangannya yang berhubungan
dengan sumber-sumber kesenangan seksual (seksual pleasure). Tahapan ini
ditandai dengan tahap oral, anal, phalik dan genital. Teori psikoanalisis juga
memperkenalkan konsep ketidaksadaran sebagai bagian kepribadian, dimana
terletak keinginan-keinginan, impuls-impuls dan konflik-konflik yang dapat
mempunyai pengaruh langsung pada tingkah laku. Pada dasarnya tingkah
laku individu dipengaruhi atau dimotivasi oleh determinan kesadaran maupun
ketidak sadaran.



Resepsi sastra Resepsi sastra merupakan aliran sastra yang meneliti teks

sastra dengan mempertimbangkan pembaca selaku pemberi sambutan atau
tanggapan. Dalam memberikan sambutan dan tanggapan tentunya
dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu, dan golongan sosial[1].



Peminisme Feminisme lahir awal abad ke 20, yang dipelopori oleh Virginia
Woolf dalam bukunya yang berjudul A Room of One’s Own (1929). Secara
etimologis feminis berasal dari kata femme (woman), berarti perempuan
yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak),
sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah keseimbangan, interelasi gender.
Dalam pengertian yang lebih luas, feminis adalah gerakan kaum wanita
untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan,
dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan
ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya.



Teori feminis sebagai alat kaum wanita untuk memperjuangkan hak-haknya,
erat berkaitan dengan konflik kelas ras, khususnya konflik gender. Dalam

teori sastra kontemporer, feminis merupakan gerakan perempuan yang
terjadi hampir di seluruh dunia. Gerakan ini dipicu oleh adanya kesadaran
bahwa hak-hak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Keberagaman
dan perbedaan objek dengan teori dan metodenya merupakan ciri khas studi
feminis. Dalam kaitannya dengan sastra, bidang studi yang relevan,

diantaranya: tradisi literer perempuan, pengarang perempuan, pembaca
perempuan, ciri-ciri khas bahasa perempuan, tokoh-tokoh perempuan, dan
sebagainya.

Definisi puisi, drama, dan prosa menurut para ahli lalu di analisis

Mencar i definisi menyimak menurut para ahli
Menilai hasil, menyimaklanjuti apa yang di simak, identifikasi, evaluasi, pesponsi

Anderson (1972) dalam Guntur Tarigan (1986 : 19)
Menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta
menginterprestasikan lambang-lambang lisan (Anderson, 1972 : 68)

Russell & Russell, 1959; Anderson, 1972 dalam Guntur Tarigan (1986 : 19)

Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan
perhatian serta apresiasi (Russell & Russell, 1959; Anderson, 1972 : 69)

Guntur Tarigan (1985 : 19)
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi, untuk
memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Djago Tarigan (1986)
Menyimak dapat dikatakan mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai
usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur kesengajaan, direncanakan
dan disertai dengan penuh perhatian dan minat.

Kamus Umum Bahasa Indonesi (W. J. S. Poerwadarminta 1982 : 847)

Menyimak adalah mendengarkan (mempertahankan apa yang diucapkan
orang). Menyimak adalah latihan m Menyimak adalah salah satu keterampilan yang
dibutuhkan oleh seorang fasilitator. Menyimak bukanlah hanya mendengarkan
sesuatu yang “masuk kuping kiri keluar kuping kanan” atau sebaliknya. Menyimak

adalah mendengar untuk memahami apa yang dikatakan orang lain dengan proses
serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks
maupun insting.
Pengertian Menyimak
Berikut ini terdapat beberapa pengertian menyimak yang dikemukakan oleh para
ahli.
1.

Menurut H. G. Tarigan

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa
lisan.
2.

Menurut Anderson

Menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta

menginterpretasikan lambing-lambang lisan.
3.

Menurut Russel&Russel 1959

Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian
serta apresiasi
4.

Menurut Drs. Hanapi Natasasmita

Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak
5.

Menurut Djago Tarigan

Menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang mencakup kegiatan
mendengar dari bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna
yang terkandung dalam bahan simakan
6.


Hakikat Menyimak

Hakikat menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan karena
itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,
memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan
simakan.
b.

Fungsi Menyimak

Berikut ini terdapat beberapa fungsi dalam melaksanakan kegiatan menyimak.
1.

Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif

2.
Memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut pautnya dengan
pekerjaan atau profesi
3.


Dapat memberikan respon yang tepat

4.
akal

Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk

c.

Tujuan Menyimak

·

Menurut H.G. Tarigan

1.

Menyimak untuk belajar


2.

Menyimak untuk Menikmati keindahan audial

3.

Menyimak untuk Mengevaluasi

4.

Menyimak untuk Mengapresiasi materi simakan

5.

Menyimak untuk Mengkomunikasikan ide-ide

6.

Menyimak untuk Membedakan bunyi-bunyi

7.

Menyimak untuk Memecahkan masalah

8.

Menyimak untuk Meyakinkan

·

Menurut Bunga Ayesha dalam modul hakikat menyimak

1.

Mendapatkan fakta

2.

Mengevaluasi fakta

3.

Menganalisis fakta

4.

Mendapatkan inspirasi

5.

Menghibur diri

6.

Meningkatkan kemampuan berbicara

d.

Peran Menyimak

1.

Landasan belajar berbahasa

2.

Penunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis

3.

Pelancar komunikasi lisan

4.

Penambah informasi

e.

Proses Menyimak

1.

Tahap mendengar (hearing)

2.

Tahap memahami (understanding)

3.

Tahap menginterpretasi (interpreting)

4.

Tahap mengevaluasi (evaluating)

5.

Tahap menanggapi (responding)

Sumber rujukan:

Kamus Umum Bahasa Indonesi (W. J. S. Poerwadarminta 1982 : 847)

Diposkan oleh Edi Susilo di 06.16
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Reaksi:
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Cari Blog Ini

FONOLOGI
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang
menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi ini berasal dari gabungan
dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan,
kata, atau ilmu disebut
juga tata bunyi. Fonologi secara etimologi terbentuk
dari kata.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi
adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut
fungsinya. Menurut Kridalaksana (1984:51) fonologi (inggris phonology, Amerika
phonemics) ialah bidang dalam linguistic yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa
menurut fungsinya dan disebut juga fonemik. Sedangkan menurut Crystal (1995),
phonology (phonology-ical) is a branch of linguistics which studies the sound system
of languages ( Fonologi ialah cabang dari ilmu bahasa atau lingusitik yang
mempe;ajari system bunyi-bunyi bahasa).

Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa
Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi
bahasa.

Sebenarnya, objek kajian fonologi ada dua, yaitu fonetik dan fonemik.
Fonetik mempelajari bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat fungsi bunyi-bunyi bahasa
tanpa melihat fungsi bunyi-bunyi itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa,
sedangkan fonemik mempelajari bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi
bunyi-bunyi tersebut sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa.

Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:
1. Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang
dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Adapun jenisjenis fonetik adalah
a.

Fonetik organis

Fonetik organis ( fonetik artikulatoris atau fonetik fisiologis ) ialah fonetik yang
mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara (alat-alat ucap) yang ada
dalam tubuh manusia meghasilkan bunyi bahasa). Bagaimana bunyi bahasa itu
diucapkan dan dibuat, serta bagaimana bunyi bahasa diklasifikasi berdasarkan
artikulasinya.fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan linguistic sehingga oleh para
linguis (ahli bahasa), khususnya para ahli fonetik, cenderung dimasukkan kedalam
linguistuk (ilmu bahasa).
b.

Fonetik akustis

Fonetik akustis mempelajri bunyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala fisis. Bunyibunyi diselidiki frekuensi getarannya, amplitude, intensitas, dan timbrenya. Ilmu
fonetik akustis ini mempelajari hakikat dan mengklasifikasikan bunyi berdasarkan
hakikat bunyi tersebut. Fonetik jenis ini banyak berkaitan dengan ilmu fisika dalam
laboratorium fonetis, berguna untuk membuat telepon, perekam piringan hitam,
dan sejenisnya.
c.

Fonetik auditoris

Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi
bahasa sebagai getaran udara. Bidang fonetik jenis ini cenderung dimasukkan
kedalam neurologi ilmu kedokteran.

2. Fonemik

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya
satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri
sendiri karena belum mengandung arti.
Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam
rangka pembedaan makna tersebut.
Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah
bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk
bunyi.Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem
yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab
hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah
tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi],
[profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena
fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua
fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan
tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya
seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/
dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap
sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l].
Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata
tersebut. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari, jika satu unsur diganti dengan unsur
lain maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan arti.

B. MORFOLOGI

Morfologi Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal
Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahan-perubahan
bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik
Jenis-jenis Morfem
Berdasarkan kriteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem
menjadi berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni
hubungannya dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139).
Agar lebih jelas, berikut ini sariannya.

1)

Ditinjau dari Hubungannya

Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari
hubungan struktural dan hubungan posisi.

a)

Ditinjau dari Hubungan Struktur

Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif
(penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan).
Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada
umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya,
sakit. Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang
lain.
Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau
berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan
oleh perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat
dalam bahasa Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak
alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mεn/ masing-masing merupakan dua morfem
/f…t/, /m…s/, /m…n/ dan /iy ← u/, /ay ← aw/, /ε/, /æ/. Bentuk-bentuk yang pertama
dapat diartikan masing-masing ‘kaki’, ‘tikus’, dan ‘orang’, sedangkan bentuk-bentuk
yang kedua merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah
yang merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat

penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti
oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh / ε/ pada kata man dan
men.

b)

Ditinjau dari Hubungan Posisi

Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga
macam yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis
morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan
dan morfem lainnya.
Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang
lainnya.
Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/. Bentuk
tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau
diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.
Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata
seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari
/k∂…an/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k∂an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa
Indonesia tidak mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau
/sianaη/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu ( discontinous
morpheme ).

2)

Ditinjau dari Distribusinya

Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam
yaitumorfem bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri
dalam tuturan biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya
:bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri
sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada
bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru
dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri ( 1982:188 )menamakan
bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar; bentukbentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang,
gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut dengan
istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi
sepertibelia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk
muda, tua, dan simpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu
dinamakanmorfem unik.

C. SINTAKSIS

Sintaksis (syntax) adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan
kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang
lebih besar itu dalam bahasa (Kridalaksana, 1984). Menurut Keraf (1982), sintaksis
(Yunani : sun + tattein = mengatur bersama-sama) adalah bagian dari tata bahasa
yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam
suatu bahasa.

Pengertian sintaksis dapat pula dikatakan bahwa sintaksis adalah salah satu
tataran (level) dalam gramitika (tata bahasa) yang mempersoalkan hubungan
antara kata dengan satuan-satuan yang lebih besar, membentuk suatu konstruksi
yang disebut kalimat. Umumnya, pembicaraan yang lebih meluas dan mendalam
dalam studi sintaksis, selain perangkat-perangkat sintaksis juga deskripsi tentang
pola-pola serta konstituen-konstituennya.

Kata merupakan satuan terkecil dalam sintaksis, satuan yang lebih besar
daripada kata, secara berturut-turut, ialah frasa, klausa dan kalimat. Sebenarnya
dalam kajian subsistem ilmu bahasa, kata berada pada pada tataran morfologi.
Akan tetapi dalam studi sintaksis keberadaan kata sebagai satuan terkecilnya
sangatlah penting

Sebgai suatu konstruksi, satuan-satuan sintaksis dibentuk oleh unsur-unsur
yang membangun pola-pola. Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendeskripsikan
pola-pola yang mendasari satuan-satuan sintaksis serta konstituen-konstituennya
lazim disebut analisis sintaksis. Untuk kegiatan seperti itu, diperlukan perangkatperangkat analisis yang diharapkan mampu menjelaskan atau mendeskripsikan
pola-pola konstruksi sintaksis. Perangkat-perangkat itu antara lain: (1) alat sintaksis,
(2) satuan sintaksis, (3) fungsi sintaksis, (4) kategori sintaksis, dan (5) peran
sintaksis. Kelima perangkat sintaksis tersebut akan dikemukakan secara singkat
berikut ini.
1.

Perangkat Alat Sintaksis

Perangkat alat sintaksis terdiri dari:
a.

Urutan

Sebagai alat sintaksis, urutan mempersoalkan apakah urutan satuan sintaksis
menetukan terwujudnya suatu konstruksi. Untuk mengetahui hal ini, kita dapat
menguji dengan cara menanyakan kepada penutur asli suatu bahasa apakah urutan
yang dimaksud berterima dalam bahasanya atau tidak. Misalnya, kita dapat
menguji” Roti makan ibu” sebagai urutan atau konstruksi berterima? Bagi penutur
bahasa Indonesia, sudah barang tentu akan menolaknya dan akan mengatakan
bahwa urutan yang berterima adalah “ibu makan roti”.
b.

Bentuk kata

Sebagaimana halnya urutannya, bentuk kata juga dapat digunakan untuk
mendeskripsikan apakah suatu konstruksi itu gramatikal atau tidak. Dengan kata
lain, apakah munculnya suatu bentuk mempengaruhi gramatikal suatu konstruksi?
Hal ini juga dapat diuji dengan cara menanyakan kepada penutur bahasa Indonesia.
Misalnya, mana yang berterima di antara kedua konstruksi berikut ini?
a)

Roti makan ibu.

b)

Ibu makan roti.

Penutur bahasa Indonesia akan menolak konstruksi a) dan menerima konstruksi b),
munculnya afiks di- pada kata dimakan merupakan syarat diterimanya konstruksi
a).
c.

Kata Tugas

Kehadiran kata tugas dalam suatu konstruksi bersifat wajib. Misalnya, dalam ujaran
“Ibu memasak dapur” terdapat unsur yang tidak hadir, yaitu preposisi di-. Ujaran itu
barulah berterima jika di depan nomina dapur diletakkan preposisi di, sehingga
ujaran itu selengkanya berbunyi “Ibu memasak di dapur.”
d.

Intonasi

Sebagai alat sintaksis, intonasi membatasi satuan-satuan sintaksis, baik berupa
kata, frasa, klausa, maupun berupa kalimat. Dalam bahasa tulis misalnya, intonasi
direalisasikan dengan tanda baca, sedangkan dalam bahasa lisan direalisasikan
dengan nada, irama, dan kesenyapan (intonasi final). Sebuah konstruksi klausa
akan berubah statusnya menjadi kalimat jika kepada klausa itu diberikan intonasi
final.
2.

Perangkat Satuan Sintaksis

Sintaksis dapat dideskripsikan atas kontruksi satuan-satuannya. Dengan perkataan
lain, satuan sintaksis itu disusun oleh satuan-satuan yang lebih kecil. Setiap
konstruksi satuan sintaksis dengan demikian dapat dikenali jenis (statusnya),
apakah kata, frasa, klausa, atau kalimat. Tiap satuan ini memperlihatkan polanya
sendiri-sendiri.

a.

Kata

Kata dapat dikeali dari unsur dan proses pembentukannya. Ada kata yang unsurnya
atas satu morfem da nada yang lebih dari satu morfem. Ada yang mengalami
proses gramatikalisasi, seperti afiksasi, reduplikasi, pemendekan, dan
penggabungan; ada pula yang tidak mengalami proses gramatikalisasi, yaitu kata
dasar.
b.

Frasa

Frasa dapat dikenali sebagai suatu kelompok kata yang berstrukur yang bukan
klausa dan dapat dipecah menjadi kata. Dalam kaitannya dengan distribusinya
dalam kalimat, ada yang berciri endosentris dan ada pula yang berciri eksosentris.
Dikatakan berciri endosentris apabila frasa itu dalam distribusinya dapat digantikan
oleh unsur-unsurnya. Sebaliknya, dikatakan berciri eksosentris apabila digantikan
oleh distribusinya dalam kalimat tidak dapat digantikan oleh unsur-unsurnya.
Analisis selanjutnya dapat mengkaji kategori (kelas) kata dari konstiten frasa itu,
apakah nomina, verba, adjektiva, atau yang lain.
c.

Klausa

Hal-hal yang dapat dianalisis dari konstruksi klausa, antara lain: distribusi
satuannya dan struktur internalnya.
Berdasarkan distribusinya, klausa dibedakan atas klausa bebas dan klausa terikat.
Disebut klausa bebas karena klausa ini dapat berdiri sendiri sebagai sebagai kalimat
tunggal, sedangkan klausa terikat memiliki ciri tidak dapat berdiri sendiri sebagai
anak tunggal.
Selain itu, berdasarkan struktur internalnya, klausa bebas dibedakan atas klausa
transitif, klausa intransitive, dan klausa ekualif. Klausa terikat (tak bebas)
berdasarkan struktur internalnya dibedakan atas klausa nominal, klausa adjectival,
dan klausa adverbial.
d.

Kalimat

Kalimat sebagai satuan sintaksis terbesar dapat dianalisis berdasarkan lima ukuran,
yaitu: (1) jumlah dan macam klausa, (2) struktur internal klausa utama, (3) jenis
tanggapan yang diharapkan, (4) sikap pelaku perbuatan dalam klausanya, dan (5)
ada tdaknya unsur ingkar dalam predikat utama.
3.

Perangkat Fungsi Sintaksis

Bersama – sama dengan kategori dan peran fungsi sintaksis memperlihatkan
tataran. Tataran paling atas ditempati oleh fungsi tataran di bawahnya ditempati
oleh kateri, dan taran paling bawah ditempati oleh peran-peran sintaksis.

Fungsi sintaksis itu sendiri tidak memiliki bentuk dan tidak memiliki makna tertentu.
Tetapi harus diisi oleh bentuk tertentu dan makna tertentu. Fungsi yang dimaksud
ini semacam kotak atau slot yang harus diisi. Menurut Verhaar (1981), dalam tata
kalimat bahasa Indonesia dikenal beberapa fungsi sintaksis, yaitu: Subjek, Predikat,
Objek, dan Keterangan. Sedangkan menurut Greenberg (1966), fungsi-fungsi
sintaksis bahasa-bahasa di dunia (secara universal) terdiri atas: Subjek, Verba,
objek, dan Komplemen.
4.

Perangkat Kategori Sintaksis

Di atas dijelaskan bahwa fungsi sintaksis secara konkret adalah tempat (kotak, slot)
yang harus diisi, antara lain oleh pengisi kategorial (menurut bentuknya). Jadi,
kategori adalah pengisi fungsi sintaksis. Menurut Verhaar (1981), dalam bahasa
Indonesia dikenal adanya beberapa kategori sintaksis, antara lain: nomina (kata
benda), verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), preposisi (kata depan), dan
sebagainya. Jadi, kata-kata seperti itu merupakan pengisi kategori sintaksis.
5.

Perangkat Peran Sintaksis

Seperti dikemukakan diatas, peran sintaksis merupakan tataran paling bahwa
dalam tataran analisis sintaksis. Peran sintaksis(peran semantik) dalam bahasa
Indonesia adalah: pelaku (agentif), tindakan (aksi), tujuan/sasaran (objektif),
penerima (benefaktif), penyebab (klausal), alat (instrumentl), waktu (temporal),
tempat (lokatif), sandangan (pasif), dan pemilikan (posesif).
Analisis fungsi, kategori, dan peran sintaksis (peran semantic) dapat diilustrasikan
dengan contoh berikut:
Ali
Fungsi

:

melihat
(S)

Kategori:

(N)

Peran :

(pelaku)

·

Definisi Puisi

ani

(P)
(V)
(tindakan)

(O)
(N)
(Sasaran/Tujuan)

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya
berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang
erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4)
menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau
mencipta. Definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair
romantik Inggris sebagai berikut.
(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang
terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan
disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur
dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal.
Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik
dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah
rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan
orkestra bunyi.
(3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang
imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden
mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang
bercampur-baur.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun
tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7)
menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang
puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada,
irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan
yang bercampur-baur.

·

Definisi Drama

Drama adalah suatu aksi atau perbuatan bahasa yunani “draomai” yang berarti
berbuat, berlaku, bertindak , dsb. Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang
dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah
sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran.
Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Drama adalah, Proses
pemeranan diri kita menjadi seseorang yang harus kita perankan di dalam
pementasan. Drama adalah kehidupan sehari hari yang di pentaskan dengan
sistematis dan menarik ( Bagus Wardana Kintoko, 2008:104).
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan
drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern

Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan
kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang
kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar
biasa, dan lain sebagainya.

Definisi Prosa

Menurut (Ardi yudi Pradana) Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan
dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta
bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari
bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya
digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat
digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai
jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa
baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya
barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun. Prosa
biasanya dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa
eksposisi, dan prosa argumentatif.