Pengaruh Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Secara in vitro
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, jeruk nipis (Citrus aurantifolia ) yang juga dikenal dengan
sinonim Limonia aurantifolia, Citrus javanica, Citrus notissima merupakan
tanaman yang tidak sulit untuk ditemukan karena penyebarannya yang sangat
luas. Penyebaran yang sangat luas ini disebabkan pohonnya dapat tumbuh hampir
di semua tipe tanah. Ia dapat tumbuh di tanah yang miskin hara dan cukup toleran
terhadap tanah berat (liat) asalkan drainasenya baik dan terhindar dari genangan
air. Selain itu, secara ekologis jeruk nipis sangat cocok tumbuh di dataran rendah
tropik dan masih dapat hidup sampai pada ketinggian 1.000 m dpl atau lebih
(Sarwono, 2001).
Buah jeruk nipis memiliki berbagai manfaat. Menurut Dalimartha (2000),
air buahnya digunakan sebagai penyedap makanan, bahan pembuat asam sitrat,
membersihkan karat pada logam atau kulit yang kotor. Selain itu, jeruk nipis juga
banyak digunakan sebagai obat-obatan melalui air perasannya. Untuk obat,
menurut Hariana (2006), jeruk nipis memiliki efek farmakologis sebagai
antidemam,
mengurangi
batuk,
antiinflamasi,
dan
anti-bakteri.
Sebagai
antibakteri, air jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat kumur pada penderita
sakit tenggorokan atau abses tenggorokan.
Berdasarkan CDC (2013), Streptococcus pyogenes merupakan penyebab
utama dari infeksi saluran nafas bagian atas contohnya radang tenggorokan.
Terdapat 1 sampai 2,6 juta kasus radang tenggorokan terjadi di USA per tahun.
Bakteri ini juga merupakan penyebab utama dari necrotizing fascitis, penyakit
invasif yang dapat berakibat fatal pada 25% - 35% kasus. Manusia termasuk salah
satu makhluk yang paling rentan terhadap infeksi bakteri ini dan tidak ada alat
tubuh atau jaringan dalam tubuhnya yang betul-betul kebal. Kuman ini juga dapat
menyebabkan penyakit epidemik antara lain scarlet fever, erisipelas, radang
tenggorokan, rheumatic fever, dan bermacam-macam penyakit lainnya (Warsa,
1994).
Universitas Sumatera Utara
2
Menurut Jacobs (2005) seperti dikutip W, Mardiastuti H. et al. (2007),
penisilin sebelumnya masih merupakan drug of choice dari infeksi Streptococcus
pyogenes. Namun, akhir-akhir ini telah diidentifikasi galur Streptococcus
pyogenes yang resisten terhadap penisilin. Berdasarkan penelitian di Taiwan pada
tahun 2001 dijumpai resistensi pada bakteri ini terhadap makrolid sebesar 78%.
Akibat timbulnya resistensi dari antibiotik, maka saat ini telah banyak
dilakukan pengujian efek tanaman obat sebagai antibakteri, salah satunya jeruk
nipis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri daun jeruk nipis
mempunyai aktivitas hambatan terhadap pertumbuhan S. aureus pada kadar 20%,
40%, dan 80% serta Escherichia coli pada kadar 40% dan 80% (Dalimartha,
2000). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011), dari
rata-rata zona hambat ekstrak etanol buah jeruk nipis terhadap Streptococcus
pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, Corynebacterium diphtheriae, Klebsiella
pneumoniae, Staphylococcus aureus adalah resisten sampai intermediate.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ambarwati (2012), pemberian ekstrak jeruk
nipis 65% dapat menghambat pembentukan plak pada gigi. Pemberian larutan
ekstrak jeruk nipis tersebut diberikan per oral pada subjek dengan rentang usia 12
– 18 tahun.
Sejauh ini belum ditemukan literatur yang melaporkan tentang aktivitas
antibakteri dari air perasan jeruk nipis terhadap bakteri Streptococcus pyogenes,
maka peneliti ingin menguji pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
secara in vitro.
2.1. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
secara in vitro?
Universitas Sumatera Utara
3
3.1. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
secara in vitro.
4.1. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai efektivitas air
perasan
jeruk
nipis
(Citrus
aurantifolia)
dalam
membunuh
bakteri
Streptococcus pyogenes.
2. Di Bidang Akademik/ Ilmiah
Dapat memperkokoh landasan teoritis ilmu kedokteran terutama di bidang
mikrobiologi, khususnya mengenai pengaruh air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
secara in vitro.
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui bagaimana cara meneliti pengaruh konsentrasi air
perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan
Streptococcus pyogenes secara in vitro.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, jeruk nipis (Citrus aurantifolia ) yang juga dikenal dengan
sinonim Limonia aurantifolia, Citrus javanica, Citrus notissima merupakan
tanaman yang tidak sulit untuk ditemukan karena penyebarannya yang sangat
luas. Penyebaran yang sangat luas ini disebabkan pohonnya dapat tumbuh hampir
di semua tipe tanah. Ia dapat tumbuh di tanah yang miskin hara dan cukup toleran
terhadap tanah berat (liat) asalkan drainasenya baik dan terhindar dari genangan
air. Selain itu, secara ekologis jeruk nipis sangat cocok tumbuh di dataran rendah
tropik dan masih dapat hidup sampai pada ketinggian 1.000 m dpl atau lebih
(Sarwono, 2001).
Buah jeruk nipis memiliki berbagai manfaat. Menurut Dalimartha (2000),
air buahnya digunakan sebagai penyedap makanan, bahan pembuat asam sitrat,
membersihkan karat pada logam atau kulit yang kotor. Selain itu, jeruk nipis juga
banyak digunakan sebagai obat-obatan melalui air perasannya. Untuk obat,
menurut Hariana (2006), jeruk nipis memiliki efek farmakologis sebagai
antidemam,
mengurangi
batuk,
antiinflamasi,
dan
anti-bakteri.
Sebagai
antibakteri, air jeruk nipis dapat digunakan sebagai obat kumur pada penderita
sakit tenggorokan atau abses tenggorokan.
Berdasarkan CDC (2013), Streptococcus pyogenes merupakan penyebab
utama dari infeksi saluran nafas bagian atas contohnya radang tenggorokan.
Terdapat 1 sampai 2,6 juta kasus radang tenggorokan terjadi di USA per tahun.
Bakteri ini juga merupakan penyebab utama dari necrotizing fascitis, penyakit
invasif yang dapat berakibat fatal pada 25% - 35% kasus. Manusia termasuk salah
satu makhluk yang paling rentan terhadap infeksi bakteri ini dan tidak ada alat
tubuh atau jaringan dalam tubuhnya yang betul-betul kebal. Kuman ini juga dapat
menyebabkan penyakit epidemik antara lain scarlet fever, erisipelas, radang
tenggorokan, rheumatic fever, dan bermacam-macam penyakit lainnya (Warsa,
1994).
Universitas Sumatera Utara
2
Menurut Jacobs (2005) seperti dikutip W, Mardiastuti H. et al. (2007),
penisilin sebelumnya masih merupakan drug of choice dari infeksi Streptococcus
pyogenes. Namun, akhir-akhir ini telah diidentifikasi galur Streptococcus
pyogenes yang resisten terhadap penisilin. Berdasarkan penelitian di Taiwan pada
tahun 2001 dijumpai resistensi pada bakteri ini terhadap makrolid sebesar 78%.
Akibat timbulnya resistensi dari antibiotik, maka saat ini telah banyak
dilakukan pengujian efek tanaman obat sebagai antibakteri, salah satunya jeruk
nipis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri daun jeruk nipis
mempunyai aktivitas hambatan terhadap pertumbuhan S. aureus pada kadar 20%,
40%, dan 80% serta Escherichia coli pada kadar 40% dan 80% (Dalimartha,
2000). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011), dari
rata-rata zona hambat ekstrak etanol buah jeruk nipis terhadap Streptococcus
pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, Corynebacterium diphtheriae, Klebsiella
pneumoniae, Staphylococcus aureus adalah resisten sampai intermediate.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ambarwati (2012), pemberian ekstrak jeruk
nipis 65% dapat menghambat pembentukan plak pada gigi. Pemberian larutan
ekstrak jeruk nipis tersebut diberikan per oral pada subjek dengan rentang usia 12
– 18 tahun.
Sejauh ini belum ditemukan literatur yang melaporkan tentang aktivitas
antibakteri dari air perasan jeruk nipis terhadap bakteri Streptococcus pyogenes,
maka peneliti ingin menguji pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
secara in vitro.
2.1. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
secara in vitro?
Universitas Sumatera Utara
3
3.1. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
secara in vitro.
4.1. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai efektivitas air
perasan
jeruk
nipis
(Citrus
aurantifolia)
dalam
membunuh
bakteri
Streptococcus pyogenes.
2. Di Bidang Akademik/ Ilmiah
Dapat memperkokoh landasan teoritis ilmu kedokteran terutama di bidang
mikrobiologi, khususnya mengenai pengaruh air perasan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes
secara in vitro.
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui bagaimana cara meneliti pengaruh konsentrasi air
perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menghambat pertumbuhan
Streptococcus pyogenes secara in vitro.
Universitas Sumatera Utara