this PDF file Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan Berbasis Kebijakan SPBS di Kabupaten Sumedang Jawa Barat | Nurjaman | Mimbar Sekolah Dasar 1 PB
p-ISSN 2355-5343
e-ISSN 2502-4795
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 19/12/2017; Accepted: 24/02/2018
Mimbar Sekolah Dasar, Vol 5(1) 2018, 1-15
DOI: 10.17509/mimbar-sd.v5i1.9292
Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan Berbasis
Kebijakan SPBS di Kabupaten Sumedang Jawa Barat
Omay Komara Nurjaman1 & Julia2
1Litbang
Bappppeda Kab. Sumedang
Jl. Prabu Gajah Agung Sumedang
Email: [email protected]
2PGSD
UPI Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to analyze the implementation of
policy on kasundaan character education
based on regulation Sumedang Regent about
Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS). The
method used is a survey to the elementary
school students, which is completed with
interview and FGD. The results from the study
found that: (1) SPBS was only instructed in the
"SKPD" environment only in the form of Thursday
using Kasumedangan dress and Sundanese
language, (2) no education design of kasundaan
characters in elementary school, (3) majority of
students elementary schools already have the
expected behavior in the context of kasundaan
values based on Bupati's regulation on SPBS.
However, a few other minorities, in fact, show
behavior that is not as expected, and this
become a potential learner to lead to negative
behavior. Thus, it can be concluded that the
implementation
of
character
education
kasundaan in elementary school in Sumedang
regency conducted without base to regent
regulation about SPBS, but refers to school
curriculum only.
Keywords:
character
education,
kasundaan, sundanese culture, spbs.
local,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
implementasi kebijakan tentang pendidikan
karakter kasundaan berdasarkan peraturan
Bupati Sumedang tentang Sumedang Puseur
(Pusat) Budaya Sunda (SPBS). Metode yang
digunakan adalah survey kepada siswa sekolah
dasar, yang dilengkapi dengan wawancara dan
FGD. Hasil penelitian menemukan bahwa: (1)
SPBS baru diinstruksikan pada lingkungan SKPD
saja
dalam
bentuk
Kamis
berpakain
kasumedangan dan berbahasa Sunda, (2)
belum
ada
desain
pendidikan
karakter
kasundaan di sekolah dasar, (3) mayoritas
peserta didik sekolah dasar sudah memiliki
perilaku sebagaimana diharapkan dalam
konteks nilai kasundaan berdasarkan peraturan
Bupati tentang SPBS. Namun demikian, sebagian
kecil lainnya notabene menunjukkan perilaku
yang belum sesuai harapan, dan hal ini menjadi
potensi peserta didik untuk mengarah pada
perilaku yang negatif. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa implementasi pendidikan
karakter kasundaan di sekolah dasar di
Kabupaten
Sumedang
dilakukan
tanpa
berlandaskan kepada peraturan Bupati tentang
SPBS, namun merujuk pada kurikulum sekolah
saja.
Kata
Kunci:
pendidikan
karakter,
kasundaan, budaya sunda, spbs.
lokal,
How to Cite: Nurjaman, O., & Julia, J. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan Berbasis Kebijakan
SPBS di Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Mimbar Sekolah Dasar, 5(1). doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v5i1.9292.
PENDAHULUAN ~ Sudah beberapa tahun
karakter
pemerintah Indonesia menjalankan sistem
dicanangkannya pembangunan budaya
pendidikan
dan
pada
nasional
yang
pembangunan
berorientasi
budaya
karakter
dengan
dan
[1]
bangsa,
bangsa
yakni
yang
dideklarasikannya
sejak
diawali
“Pendidikan
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai
Karakter
gerakan
disebutkan bahwa bentuk kegiatan pada
nasional
Pencanangan
awal
ini
Januari
ditegaskan
2010.
Bangsa
program
kembali
(Pemerintah,
pendidikan
karakter
bangsa
dibagi
menjadi
dalam pidato presiden pada peringatan
konteks
hari
2010
empat, yakni: kegiatan belajar mengajar;
(Marzuki, 2013, p. 66). Setelah deklarasi
kegiatan kehidupan keseharian di satuan
tersebut,
pendidikan;
pendidikan
patut
nasional
kita
2 Mei
akui
bahwa
di
mikro,
2010),
dapat
kegiatan
Indonesia secara drastis berbagai bidang
kegiatan
ilmu
masyarakat (Dharmawan, 2014, p. 2).
berbondong-bondong
berubah
keseharian
ekstrakurikuler;
rumah
Program
bidang ilmu pembentuk karakter. Terbukti
oleh pemerintah tersebut, tentu saja perlu
atau tidak, jelas terlihat bahwa banyak
dikembangkan lagi ke dalam bentuk-
penelitian atau publikasi mengenai upaya
bentuk pembelajaran atau kegiatan yang
membangun karakter melalui berbagai
lebih real, dan justru di tingkat satuan
bidang
pendidikanlah
persoalan
program
terjadi,
karena
jelas
dengan
budaya
dan
dalam
jalur
pendidikan
formal.
itu
berhubungan
Menurut Marzuki (2013, p. 66), deklarasi
karakter
para
nasional tersebut harus jujur diakui oleh
lingkungan sekolah.
yang
dan
haluan dan menyatakan diri sebagai
ilmu
pendidikan
di
ditawarkan
kongkretisasi
pendidik
sendiri
di
sebab kondisi bangsa ini yang semakin
menunjukkan perilaku antibudaya dan
Buktinya, bangsa Indonesia umumnya dan
antikarakter. Perilaku antibudaya bangsa
masyarakat
ini di antaranya ditunjukkan oleh semakin
dikejutkan dengan gemparnya ratusan
memudarnya
dan
warga termasuk anak-anak yang sakit
kegotong-royongan bangsa Indonesia, di
mual-muntah bahkan meninggal karena
samping
begitu
kuatnya
menenggak minuman keras oplosan. Di
budaya
asing
di
sikap
kebhinekaan
pengaruh
samping
tengah-tengah
Sumedang
kasus
itu,
khususnya,
Pikiran-rakyat.com
masyarakat. Adapun perilaku antikarakter
(2014) melaporkan, delapan pelajar SMP
bangsa ini di antaranya ditunjukkan oleh
warga
hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat
Jatinangor, Kabupaten Sumedang, pesta
pada bangsa Indonesia, seperti kejujuran,
menenggak minuman keras oplosan. Satu
kesantunan,
orang
dan
kebersamaan
serta
Desa
kritis,
Cintamulya
sementara
Kecamatan
tujuh
lainnya
munculnya berbagai kasus kriminal seperti
mengalami mual dan pusing, sehingga
yang dipaparkan di atas.
semuanya
akhirnya
menjalani
pemeriksaan kesehatan. Belum lagi kasusUntuk
mengantisipasi
antibudaya
dan
Kebijakan
Nasional
kasus
persoalan
antikarakter,
miras
lainnya
yang
melibatkan
peserta didik dan tidak terekspos ke
dalam
permukaan,
Pembangunan
[2]
yang
mengakibatkan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
sekolah.
saja, namun secara kontinyu melekat dan
Bukankah ini sebuah bukti dari kejahatan
terimplementasi dalam kehidupan sehari-
antibudaya
yang
hari. Apalagi jika mengacu pada visi
dilakukan secara berjamaah. Padahal,
Kabupaten Sumedang, yang bercita-cita
pendidikan
untuk
dikeluarkannya
mereka
dan
dari
antikarakter
budaya
dan
pendidikan
mewujudkan
Sumedang
yang
karakter sudah dimulai sejak beberapa
sejahtera, nyunda, mandiri dan agamis
tahun silam secara nasional.
tahun 2018 (Motto: Sumedang Senyum
Manis), tentu saja untuk mewujudkannya
Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan
perlu strategi dan sinergitas yang nyata di
ketika
antara berbagai pihak, terutama pihak
Kementerian
Kebudayaan
Pendidikan
mencanangkan
dan
pemerintah
Gerakan
dengan
pihak
sekolah
(PPK)
sebagai jalur pembibitan budaya dan
secara bertahap mulai Tahun Ajaran 2016.
karekter, karena pembudayaan perilaku
Pemerintah Kabupaten Sumedang sendiri,
dan
sebenarnya sudah merintis pembangunan
dilakukan
budaya dan karakter kelokalan melalui
pendidikan.
Penguatan
Pendidikan
Peraturan Bupati
Karakter
pembangunan
antara
karakter
lain
perlu
melalui
jalur
(Perbup) nomor 113
tahun 2009 tentang Sumedang Puseur
Beberapa penelitian terkait dengan SPBS
Budaya Sunda (SPBS) (Bappeda, 2009).
dengan fokus yang berbeda, antara lain
Yang mana dalam Perbup ini dijelaskan
dilakukan oleh Nugraha, Komariah, and
bahwa pengembangan kearifan budaya
Subekti (2014), dan Rikatrin (2016). Tahun
daerah sebagai landasan moral dan etika
2015,
dalam kehidupan masyarakat merupakan
Kabupaten Sumedang pernah melakukan
salah
penelitian
satu
prioritas
Rencana
Jangka
jaringan
penelitian
pendidikan
Bappeda
budaya
dan
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
karakter pada jenjang Sekolah Menengah
Sumedang
Atas (SMA) (Fahdini, Julia, & Suhandani,
tujuan
Tahun
untuk
aparatur
2009-2013,
dengan
memperkokoh
pemerintah
daerah
2015).
jatidiri
Melalui
dirilis
daerah menuju terwujudnya Kabupaten
karakter
Sumedang
kenyataannya
Demokratis
pada
Tahun
Agamis
2025
tersebut,
diperoleh hasil bahwa - meskipun sudah
dan
masyarakat serta menguatkan daya saing
Sejahtera,
penelitian
dan
Perbup
mengenai
pendidikan
kasundaan,
namun
di
SMA
-
penerapan
pendidikan karakter kasundaan belum
(Motto:
Sumedang Sehati). Meskipun programnya
dilaksanakan
jangka menengah dan telah lewat masa
belum
penargetannya,
dalam proses pembelajarannya. Mayoritas
namun
output
yang
memiliki
diharapkan dari RPJMD ini tentu saja
guru
bukan perilaku masyarakat yang bermoral
dalam
dan beretika untuk jangka menengah
sebagai
[3]
secara
desain/model
melakukan
proses
sistematis,
penyisipan
pembelajaran
bentuk
pendidikan
atau
khusus
karakter
di
kelas
karakter.
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
Seperti melalui hapalan Al-Quran, tugas-
Berdasarkan studi awal, di kabupaten
tugas belajar, diskusi kelompok, ceramah,
Sumedang
sosio-drama, pengamatan dan teguran,
dilakukan penyelenggaraan pendidikan
dan
karakter dengan model tertentu. Oleh
ada
pula
yang
menerapkannya
pada
umumnya
belum
melalui keteladanan guru. Sementara di
karena
luar kelas, pendidikan karakter diterapkan
gambaran yang lebih komprehensif agar
antara lain melalui kegiatan perlombaan
dapat dibuat rumusan kebijakan yang
dan ekstrakurikuler.
tepat, maka melalui penelitian ini dikaji
itu,
persoalan
untuk
mendapatkan
pendidikan
budaya
dan
sekolah
dasar
Pada umumnya, proses pembelajaran di
karakter
satuan pendidikan masih sangat terfokus
terutama karakter kelokalan khususnya
pada pengembangan aspek akademik
karakter
saja, sementara pengembangan pada
pembangunan
aspek perilaku atau karakter cenderung
sehingga dapat diketahui dengan pasti
diabaikan. Padahal, berbagai penelitian
bagaimana pelaksanaannya di sekolah
membuktikan
dasar dan dampaknya pada peserta
bahwa
aspek
perilaku
pada
tataran
sebagai
kasundaan
karakter
awal
kebangsaan,
membawa dampak yang sangat besar
didik.
terhadap keberhasilan atau kesuksesan
dipandang memiliki nilai kearifan begitu
seseorang. Seperti hasil penelitian di Institut
tinggi,
Teknologi Carnegie yang mengatakan
pengalaman
bahwa dari 10.000 orang sukses, 85%
mengenyam pendidikan di sekolah dasar.
sukses karena faktor kepribadian, dan 15%
Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan
karena faktor teknis (Kurniawan, 2010;
untuk:
Mansur, 2014). Albert Edward Wiggam
pemerintah
juga
dan
Sumedang terkait dengan implementasi
4000
Sumedang Puseur Budaya
Sunda; (2)
orang yang kehilangan pekerjaan, 400
menganalisis
penerapan
orang (10%) karena kemampuan teknis,
pendidikan
sedangkan 3.600 orang
peserta didik di Sekolah Dasar Kabupaten
melakukan
mendapatkan
faktor
hasil
kepribadian
penelitian
bahwa
dari
(90%) karena
(Kurniawan,
Mansur, 2014). Penelitian
serupa
2010;
Nilai-nilai
digali
(1)
Sumedang;
juga
implementasi
yang
kasundaan
penerapannya
peserta
didik
menganalisis
daerah
desain
karakter
(3)
melalui
selama
kebijakan
Kabupaten
kasundaan
menganalisis
pendidikan
pada
hasil
karakter
dilakukan di Universitas Standford, dan
kasundaan pada peserta didik di Sekolah
disimpulkan bahwa kesuksesan ditentukan
Dasar di Kabupaten Sumedang.
oleh 87,5% attitude (sikap), dan hanya
12,5%
karena
kemampuan
akademik
METODE
seseorang (Mansur, 2014; Mardiyansyah &
Penelitian ini merupakan penelitian survei
Senda, 2011).
dengan menggunakan desain penelitian
kualitatif yang dilengkapi dengan Focus
[4]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
Group
(FGD).
Discussions
Tempat
HASIL
penelitian adalah di Sekolah Dasar di
Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
kabupaten
Sumedang Terkait dengan Implementasi
Sumedang
propinsi
Jawa
Barat, dengan subjek penelitian adalah
Sumedang Puseur Budaya Sunda
siswa-siswi
Berdasarkan hasil FGD, dapat diidentifikasi
Sekolah
Dasar
kelas
enam
(tinggi) di kabupaten Sumedang
dari
bahwa
perbup
tentang
SPBS
kawasan pedesaan, kawasan peralihan,
diimplementasikan secara eksplisit dari
dan kawasan perkotaan, dengan subjek
pihak Bupati kepada lingkungan Satuan
berjumlah 261 orang yang dipilih dengan
Kerja
cara purposive sampling.
Kabupaten Sumedang melalui program
Perangkat
Kemis
(Kamis)
Daerah
Nyunda
(SKPD)
di
(berpakaian
Untuk menjawab pertanyaan pertama,
kasumedangan dan berbahasa Sunda).
pengumpulan data dilakukan dengan
Melalui program ini, para pegawai di
cara melakukan FGD dengan pihak terkait
lingkungan
di dinas pendidikan, dewan pendidikan,
menggunakan pakaian kasumedangan
dewan kebudayaan, pengawas sekolah,
dan berbicara dengan bahasa Sunda
kepala sekolah, guru, dan komite sekolah.
disetiap hari Kamis. Dinas pendidikan pun
Untuk
sebagai
menjawab
pertanyaan
kedua,
SKPD
salah
diharuskan
satu
SKPD,
turut
dilakukan wawancara kepada para guru
melaksanakan program ini, mulai dari
dan kepala sekolah. Sementara untuk
kepala dinas sampai guru di tingkat
menjawab
ketiga,
satuan pendidikan. Sementara itu, untuk
pengumpulan data dilakukan dengan
implementasi dari nilai-nilai karakter yang
cara
survei
terdapat dalam perbup SPBS, tidak ada
kepada peserta didik sekolah dasar kelas
strategi khusus untuk tahapan-tahapan
6, dengan bentuk pertanyaan merujuk
penerapan sampai evaluasinya, sehingga
kepada
karakter
muncul kesan bahwa implementasi nilai-
dalam
nilai karakter kasundaan hanya berupa
peraturan bupati Sumedang nomor 113
himbauan saja yang ditujukan untuk SKPD.
pertanyaan
menyebarkan
instrumen
indikator-indikator
kasundaan
yang
tercantum
tahun 2009 tentang SPBS, yakni karakter
taqwa, someah, surti, jembar, brukbrak,
Salah satu hal yang belum tersentuh
guyub, motekar, tarapti – taliti - ati-ati,
dalam
junun – jucung, dan punjul - luhung.
kasundaan,
Responden diminta untuk menjawab satu
perbup SPBS dengan kurikulum di sekolah
atau lebih jawaban yang dikembangkan
dasar. Adapun pendidikan karakter yang
oleh
dilaksanakan di sekolah dasar bersumber
peneliti
dan
disediakan
dalam
instrumen.
implementasi
nilai-nilai
karakter
adalah
integrasi
antara
pada kurikulum 2013, belum ada upaya
untuk menurunkan nilai-nilai karakter yang
diusung dalam SPBS ke dalam kurikulum di
[5]
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
satuan
pendidikan.
kurikulum
Desain Penerapan Pendidikan Karakter
muatan lokal tentang bahasa Sunda atau
Kasundaan pada Peserta Didik di Sekolah
etika,
Dasar di Kabupaten Sumedang
nota
Seperti
bene
bukan
merupakan
sebuah proses integrasi dari perbup SPBS,
Hasil
namun
sendiri
kepala sekolah menjelaskan, bahwa pada
program-program
umumnya di sekolah dasar di Kabupaten
kurikulum
yang
berdasarkan
berdiri
wawancara
dengan
guru
dan
Sumedang, belum memiliki desain khusus
pendidikan dari pemerintah pusat.
untuk menerapkan pendidikan karakter
Ada pula sebuah upaya yang dilakukan
kasundaan yang berbasis SPBS. Hal ini
oleh dewan kebudayaan sebagai salah
disebabkan karena belum terintegrasinya
satu
antara kurikulum di sekolah dasar dengan
pihak
yang
menjadi
lahirnya
perbup
SPBS,
sebagai
akselerasi
pengusung
yaitu
SPBS.
perbup SPBS. Oleh karena itu, mayoritas
dikenal
Salah
sekolah
satu
mengembangkan
pendidikan
contohnya adalah sosialisasi lagu SPBS
karakter berdasarkan inisiatif dari masing-
yang di dalam liriknya menyebutkan nilai-
masing guru atau kepala sekolahnya.
nilai karakter kasundaan. Namun hasil FGD
Seperti
mengidentifikasi,
diturunkan
ke
karakter
dalam
yang
motto/visi/misi
arah
dewan
terbatas
pada
sekolah, atau pembiasaan penerapan
pengembangan pada ranah seni saja.
nilai-nilai karakter di sekolah, misalnya
Berbagai upaya
membaca
kebudayaan
dewan
bahwa
pendidikan
masih
yang
kebudayaan
dilakukan oleh
pun
untuk
lebih
menerapkan
SPBS,
perlakuan,
dengan
sebelum
pembelajaran dimulai. Ada juga yang
secara menyeluruh menerapkan perbup
terhalang
al-quran
berbagai
nilai-nilai karakter
seperti
melalui
memberikan
sanksi
kendala, baik dari sisi dukungan materil
apabila ditemukan ada peserta didik
maupun dari sisi regulasi.
yang membuang sampah sembarangan
di lingkungan sekolah, atau berbicara
Dengan
demikian,
setelah
digulirkan
kasar di lingkungan sekolah.
perbup SPBS sejak tahun 2009, belum lahir
regulasi atau strategi-strategi implementasi
Melalui beragam cara itu pun, guru dan
atau
kepala
yang
tahapan
jelas
pengimplementasiannya
terstruktur
dari
sekolah
memandang
bahwa
pembuat
terdapat kelemahan dalam menanamkan
kebijakan untuk masyarakat Kabupaten
pendidikan karakter kepada peserta didik,
Sumedang, khususnya untuk menerapkan
yakni tidak selarasnya antara perlakuan
nilai-nilai kasundaan pada tataran sekolah
yang
dasar yang berlandaskan pada perbup
perlakuan yang diberikan oleh orang tua
SPBS.
peserta
diberikan
didik,
ditanamkan
di
sekolah
sehingga
di
sekolah,
dengan
apa
yang
seringkali
dimentahkan lagi oleh orang tua peserta
[6]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
didik. Dengan kata lain, budaya di sekolah
Hasil Implementasi Pendidikan Karakter
sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
Kasundaan pada Peserta Didik di Sekolah
sosio-budaya orang tua peserta didik.
Dasar di Kabupaten Sumedang
Oleh sebab itu, diperlukan sistem evaluasi
Dampak pendidikan karakter terhadap
pendidikan karakter di sekolah dasar yang
perilaku
terintegrasi dengan lingkungan orang tua
sekolah dasar, dapat diidentifikasi melalui
peserta didik.
pernyataan-pernyataan
peserta
didik
pada
jenjang
peserta
didik
sebagai berikut:
Kondisi ini telah merepresentasikan bahwa
pada tataran sekolah dasar di Kabupaten
Karakter Taqwa
Sumedang
Pada
pada
umumnya,
belum
aspek
ini
ditanyakan
perihal
diterapkan model Penguatan Pendidikan
ketaatan pada ajaran agama sebagai
Karakter (PPK) sebagaimana dicanangkan
representasi ketaqwaan terhadap Tuhan.
oleh pemerintah pusat. Hal ini terbukti dari
Dari
informasi yang diberikan oleh guru dan
(65,13%)
kepala
orang
sekolah
yang
diwawancara,
261
responden,
orang
menjalankan
mengenai
agama,
model
PPK
yang
terbaru.
menyatakan
yang
mereka belum mendapatkan sosialisasi
sebanyak
sangat
170
sebagai
taat
dalam
kewajiban-kewajiban
sebanyak
89
(34,09%)
orang
Padahal, Kabupaten Sumedang menjadi
menyatakan sebagai orang yang kurang
salah satu Kabupaten di Indonesia yang
taat
menjadi
kewajiban
tempat
untuk
uji
coba
dalam
menjalankan
agama,
dan
kewajibansebanyak
2
(0,76%) orang tidak memberikan jawaban.
pengimplementasian PPK. Di mana dalam
PPK dimaksud, telah disediakan berbagai
pedoman PPK baik untuk guru, kepala
Persentase di atas tentu saja bukan hal
sekolah,
yang
pengawas,
sekolah.
Dengan
sekolah
dasar,
maupun
demikian,
di
samping
komite
kondisi
membanggakan,
dasarnya
di
taqwa
pembentukan
mayoritas
karena
pada
adalah
karakter,
dan
dasar
karena
belum mendapatkan sosialisasi model PPK,
taqwa mengandung banyak nilai (Majid,
juga
2011). Dengan kata lain, jika ketaqwaan
belum
menerapkan
kasundaan.
karakter
memiliki
desain
karakter
seseorang
itu,
nilai-nilai
memengaruhi
dapat
menjadi
mengganggu
nilai-nilai
Sementara
kasundaan
untuk
rendah,
seluruh
maka
moralnya
berjalannya
dan
kebaikan,
pendukung untuk diterapkannya lima nilai-
karena
nilai karakter yang dicanangkan oleh
kepatuhan dalam menjalankan ajaran
pemerintah pusat. Karena pada dasarnya,
Tuhan atau menjauhi larangan Tuhan.
banyak nilai-nilai karakter kasundaan yang
Artinya,
senafas dengan nilai-nilai karakter dari
sebagai perilaku yang penuh dengan
program PPK.
kebaikan. Lickona
[7]
taqwa
dapat
taqwa
berkaitan
dapat
dengan
diartikan
(2009)
pula
menegaskan
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
bahwa karakter yang baik adalah proses
memberikan jawaban; dan (5) Sebanyak
psikologis knowing the good, desiring the
98
good, and doing the good.
memberikan senyuman pada siapa pun
(37,54%)
orang
menyatakan
orang yang mulai memberikan senyuman,
Karakter Someah
sebanyak 10 (3,83%) orang memberikan
Pada aspek ini digali lima hal yang
senyuman
berkaitan dengan sikap someah, dari 261
tertentu, sebanyak 148 (56,71%) orang
responden, dapat teridentifikasi beberapa
selalu memulai memberikan senyuman
hal
kepada
berikut:
(73,94%)
(1)
Sebanyak
menyatakan
193
selalu
orang
sebanyak
bersikap
hanya
siapa
2
pada
pun
(0,76%)
orang-orang
yang
rang
melihat,
tidak
suka
ramah terhadap teman-teman, sebanyak
tersenyum, dan sebanyak 3 (1,14%) orang
62 orang (23,75%) bersikap ramah hanya
tidak memberikan pernyataan.
pada orang-orang tertentu saja, dan
Karakter Surti
sebanyak 6 orang (2,29%) mengaku tidak
Pada
bisa bersikap ramah; (2) Sebanyak 208
orang yang sedang dalam kesusahan,
sesuai dengan ucapannya, sebanyak 21
sebanyak 4 (1,53%) orang menyatakan
(8,04%) orang menyatakan tidak terlalu
lebih
dan
(13,79%)
tidak memberikan jawaban; (3) Sebanyak
cukup
tersakiti karena perilakunya, sebanyak 12
(4,59%)
fisiknya memiliki kekurangan; (4) Sebanyak
orang
menyatakan
merasa
bersalah jika ada orang lain tersakiti
136 (52,10%) orang menyatakan lebih
karena perilakunya, namun merasa gengsi
senang menceritakan kepada orang lain
untuk meminta maaf, sebanyak 13 (4,98%)
jika melakukan kebaikan atau memiliki
orang menyatakan merasa puas jika ada
kelebihan/prestasi, sebanyak 122 (46,74%)
orang lain tersakiti karena perilakunya,
orang menyatakan lebih senang tidak
apalagi jika orang yang tersakiti pernah
menceritakannya kepada orang lain, dan
orang
mengakui
segera meminta maaf jika ada orang lain
dengan
siapa saja meskipun tidak pintar dan
(1,14%)
orang
Sebanyak 232 (88,88%) orang menyatakan
sebanyak 228 (87,36%) orang memilih
3
yang
orang tidak memberikan jawaban; (2)
yang pintar dan fisiknya sempurna, dan
sebanyak
orang
dalam kesusahan, dan sebanyak 1 (0,38%)
bermain/berkelompok
bermain/berkelompok
membiarkan
merasakan bahwa ada orang sedang
33 (12,64%) orang memprioritaskan untuk
teman
sering
sedang dalam kesusahan, sebanyak 36
perbuatan, dan sebanyak 3 (1,14%) orang
teman
hal
orang menyatakan lebih sering menolong
bahwa perbuatannya lebih banyak tidak
memilih
lima
hal berikut: (1) Sebanyak 220 (84,29%)
sebanyak 29 (11,11%) orang mengakui
ucapan
ditanyakan
responden, dapat teridentifikasi beberapa
lebih banyak sesuai dengan ucapannya,
antara
ini
berkaitan dengan sikap surti, dari 261
(79,69%) orang mengakui perbuatannya
memperdulikan
aspek
menyakitinya, dan sebanyak 4 (1,53%)
tidak
[8]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
orang menyatakan tidak pernah merasa
wawasan, sebanyak 97 (37,16%) orang
menyakiti orang lain; (3) Sebanyak 30
menyatakan lebih banyak membaca di
(11,49%)
luar
orang
menyatakan
biasa
pelajaran,
sebanyak
49
(18,77%)
membela teman yang lebih akrab jika
orang menyatakan lebih banyak bergaul
ada di antara temannya yang bertengkar
dengan orang-orang yang berilmu tinggi,
dan salahsatu dari mereka mengadu
sebanyak 108 (41,38%) orang menyatakan
kepadanya, sebanyak 76 (29,11%) orang
lebih
menyatakan biasa membela kedua belah
sekolah saja, dan sebanyak 7 (2,68%)
pihak,
orang tidak memberikan jawaban; (2)
sebanyak
menyatakan
152
(58,24%)
biasanya
tidak
orang
banyak
Sebanyak
memihak
belajar
246
melalui
(94,25%)
materi
menyatakan
siapa pun, dan sebanyak 3 (1,14%) orang
bahwa demokrasi penting karena sesuai
tidak memberikan jawaban; (4) Sebanyak
dengan prinsip hidup, sebanyak 10 (3,83%)
52 (19,92%) orang menyatakan senang
menyatakan
menanggapi permasalahan aktual yang
karena tidak sesuai dengan prinsip hidup,
terjadi di lingkungan sekitar, sebanyak 83
dan sebanyak 5 (1,92%) orang tidak
(31,80%) orang menyatakan tidak suka ikut
memberikan jawaban; dan (3) Jika ada
campur dalam masalah apapun, dan
yang
sebanyak 126 (48,27%) orang menyatakan
(53,64%) orang mengaku gampang untuk
lebih senang mengurus masalah yang
memaafkan, sebanyak 62 (23,75%) orang
menyangkut diri sendiri; dan (5) Sebanyak
mengaku selalu kesal dan agak susah
115 (44,06%) orang menyatakan selalu
untuk memaafkan, sebanyak 27 (10,34%)
menuruti
menyikapi
orang mengaku pasti menyimpan rasa
permasalahan di sekelilingnya, sebanyak
dendam, dan sebanyak 32 (12,26%) orang
93 (35,63%) orang menyatakan hanya
tidak memberikan jawaban.
kata
hati
dalam
demokrasi
menyakiti
hati,
tidak
penting
sebanyak
140
percaya pada nalar-logis untuk menyikapi
permasalahan, sebanyak 20 (7,66%) orang
Karakter Brukbrak
lebih berusaha mempertajam kepekaan
Pada aspek ini ditelusuri tiga hal mengenai
hati
sikap brukbrak, dari 261 responden, dapat
untuk
menyikapi
permasalahan,
orang
lebih
teridentifikasi beberapa hal berikut: (1)
nalar-logis
untuk
Sebanyak 68 (26,05%) orang menyatakan
menyikapi permasalahan, dan sebanyak 1
lebih bersikap transparan dalam urusan
(0,38%) orang tidak memberikan jawaban.
pribadi, sebanyak 29 (11,11%) orang lebih
sebanyak
berusaha
32
(12,26%)
mengasah
bersikap
transparan
dalam
urusan
Karakter Jembar
organisasi, sebanyak 152 (58,24%) orang
Pada aspek ini ditanyakan tiga hal terkait
lebih bersikap transparan dalam urusan
dengan
pribadi
perilaku
jembar,
dari
261
dan
organisasi,
sebanyak
10
responden, dapat teridentifikasi beberapa
(3,83%) orang mengaku tidak pernah
hal
bersikap
berikut:
(1)
untuk
menambah
[9]
transparan
dalam
berbagai
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
urusan, dan sebanyak 2 (0,76%) orang
untuk bekerja sama, namun orang lain
tidak memberikan jawaban; (2) Sebanyak
susah untuk diajak kerjasama, sebanyak 4
179 (68,58%) orang menyatakan selalu
(1,53%)
bersikap jujur dalam kondisi apa pun, dan
pernyataan;
sebanyak 68 (26,05%) orang bersikap jujur
(50,95%) orang menyatakan senantiasa
hanya dalam kondisi tertentu, sebanyak
mengalah demi menjaga kekompakan
10 (3,83%) orang meyatakan bersikap jujur
kelompok, sebanyak 13 (4,98%) orang
bila dalam kondisi yang menguntungkan,
senantiasa
dan
tidak
berbeda pendapat dalam kelompok, dan
(3)
sebanyak 109 (41,76%) orang senantiasa
Sebanyak 86 (32,95%) orang mengakui
sependapat dengan orang lain dalam
pernah mempersulit urusan yang mudah
kelompok, dan sebanyak 6 (2,29%) orang
terhadap
tidak memberikan pernyataan.
sebanyak
memberikan
4(1,53%)
orang
pernyataan;
orang
lain,
dan
sebanyak
165
orang
dan
tidak
(3)
memberikan
Sebanyak
menentang
orang
133
yang
(63,22%) orang tidak pernah mempersulit
urusan yang mudah terhadap orang lain,
Karakter Motekar
sebanyak
Pada
7
(2,68%)
orang
sering
aspek
ini
ditanyakan
tiga
hal
mempersulit urusan yang mudah terhadap
berkaitan dengan perilaku motekar, dari
orang lain, dan sebanyak 3 (1,14%) orang
261
tidak memberikan pernyataan.
beberapa hal berikut: (1) Sebanyak 196
responden,
dapat
teridentifikasi
(75,09%) orang menyatakan memiliki karya
Karakter Guyub
hasil kreativitas sendiri,
Pada aspek ini ditelusuri tiga hal mengenai
(21,83%) orang menyatakan tidak memiliki
perilaku guyub, dari 261 responden, dapat
karya sendiri, dan sebanyak 8 (3,06%)
teridentifikasi beberapa hal berikut: (1)
orang tidak memberikan pernyataan; (2)
Ketika
ditepati,
Sebanyak 130 (49,81%) orang menyatakan
sebanyak 208 (79,69%) orang menyatakan
senang memanfaatkan benda yang ada
tetap
di
ada
janji
yang
berusaha
tidak
melaksanakannya,
sekitar
sehingga
sebanyak 57
memiliki
karya,
sebanyak 30 (11,49%) orang biasanya
sebanyak 126 (48,27%) orang menyatakan
membuat janji lagi, sebanyak 21 (8,04%)
tidak senang memanfaatkan benda yang
orang
pernah
ada di sekitar sehingga tidak memiliki
mengingkari janji, dan sebanyak 2 (0,76%)
karya, dan sebanyak 5 (1,91%) orang tidak
orang tidak memberikan pernyataan; (2)
memberikan
Sebanyak 64 (24,52%) orang menyatakan
Sebanyak 208 (79,69%) orang menyatakan
lebih
sendiri,
melek teknologi, sebanyak 28 (10,72%)
sebanyak 179 (68,58%) orang menyatakan
orang menyatakan tidak melek teknologi,
lebih
dan sebanyak 25 (9,57%) orang tidak
menyatakan
menyukai
menyukai
untuk
untuk
tidak
bekerja
bekerja
sama
dengan orang lain, dan sebanyak 14
pernyataan;
memberikan pernyataan.
(5,36%) orang menyatakan lebih menyukai
[10]
dan
(3)
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
Karakter Tarapti – Taliti - Ati-ati
(72,41%)
orang
Pada aspek ini digali tiga hal berkaitan
konsisten
dalam
dengan karakter tarapti-taliti-ati-ati, dari
sebanyak 60 (22,98%) orang menyatakan
261
kadang-kadang tidak konsisten dalam
responden,
dapat
teridentifikasi
beberapa hal berikut: (1) Sebanyak 197
menjalani
(75,48%)
(4,59%)
orang
menyatakan
ketelitian
menyatakan
menjalani
sesuatu,
dan
orang
selalu
sesuatu,
sebanyak
tidak
12
memberikan
menjadi pegangan dalam mengerjakan
pernyataan; (2) Sebanyak 145 (55,55%)
sesuatu,
orang menyatakan proses lebih penting
sebanyak
menyatakan
51
(19,54%)
kesempurnaan
orang
daripada
menjadi
hasil,
sebanyak
90
(34,48%)
pegangan dalam mengerjakan sesuatu,
orang menyatakan hasil lebih penting
sebanyak 10 (3,83%) orang menyatakan
daripada proses, sebanyak 21 (8,04%)
kecepatan
dalam
orang menyatakan tidak terlalu peduli
mengerjakan sesuatu, dan sebanyak 3
dengan proses dan hasil, dan sebanyak 5
(1,14%)
(1,91%)
menjadi
orang
pegangan
tidak
memberikan
orang
tidak
memberikan
(6,89%)
pernyataan; dan (3) Ketika mengalami
orang menyatakan berbuat adil ketika
kegagalan dalam suatu urusan, sebanyak
tidak
sendiri,
228 (87,35%) orang menyatakan biasa
sebanyak 26 (9,96%) orang menyatakan
mengusahakan kembali untuk meraihnya,
berbuat adil ketika menguntungkan diri
sebanyak 24 (9,19%) orang menyatakan
sendiri,
mengganti dengan mengusahakan hal
pernyataan;
(2)
Sebanyak
menguntungkan
sebanyak
213
18
diri
(81,61%)
orang
menyatakan berbuat adil dalam kondisi
lainnya,
sebanyak
4
(1,53%)
orang
apapun, dan sebanyak 4 (1,53%) orang
menyatakan tidak pernah gagal dalam
tidak memberikan pernyataan; dan (3)
urusan apapun, dan sebanyak 5 (1,91%)
Sebanyak 70 (26,81%) orang menyatakan
orang tidak memberikan pernyataan.
tidak pernah terkena hasutan orang lain,
sebanyak 103 (39,46%) orang menyatakan
Karakter Punjul - Luhung
pernah satu kali terkena hasutan orang
Pada
lain,
orang
berkaitan dengan karakter punjul-luhung,
menyatakan pernah lebih dari satu kali
dari 261 responden, dapat teridentifikasi
terkena hasutan orang lain, dan sebanyak
beberapa
1
menghadapi
sebanyak
(0,38%)
orang
87
(33,33%)
tidak
memberikan
aspek
ini
hal
ditanyakan
berikut:
masalah,
(1)
tiga
hal
Ketika
sebanyak
207
(79,31%) orang menyatakan selalu berani
pernyataan.
mengambil keputusan apapun resikonya,
sebanyak 49 (18,77%) orang menyatakan
Karakter Junun - Jucung
Pada
aspek
ini
ditanyakan
tiga
hal
kurang
berani
dalam
mengambil
berkaitan dengan karakter junun-jucung,
keputusan, dan sebanyak 5 (1,91%) orang
dari 261 responden, dapat teridentifikasi
tidak
beberapa hal berikut: (1) Sebanyak 189
Sebanyak 89 (34,09%) orang menyatakan
[11]
memberikan
pernyataan;
(2)
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
memiliki kompetensi yang tinggi dalam
Kabupaten Sumedang, setelah terbentuk
bidang seni, sebanyak 97 (37,16%) orang
Perbup SPBS, diperlukan regulasi atau
menyatakan memiliki kompetensi yang
kebijakan
tinggi dalam bidang olahraga, sebanyak
Abidin (2006) sebagai kebijakan teknis,
15 (5,74%) orang menyatakan memiliki
agar Perbup SPBS benar-benar dapat
kompetensi yang tinggi dalam bidang
diimplementasikan dengan tahapan yang
teknologi, sebanyak 50 (19,15%) orang
baik
menyatakan memiliki kompetensi yang
evaluasi kebijakannya.
tinggi
dalam
sebanyak
bidang
lainnya,
dan
(3,83%)
orang
tidak
pernyataan;
(3)
10
memberikan
melakukan
dengan
disebut
tahapan
oleh
untuk
Untuk keberhasilan pendidikan karakter,
Dalam
sejumlah
pemikir
pendidikan
telah
mengeluarkan konsep-konsep pendidikan
selalu
karakter. Seperti Kohlberg (1978), yang
berusaha dan memberikan yang terbaik,
membagi perkembangan karakter siswa
sebanyak 90 (34,48%) orang menyatakan
pada
tiga
tahapan,
biasa
conventional
reasioning,
sebanyak 12 (4,59%) orang menyatakan
reasioning,
dan
biasa bekerja sesuai keinginan/mood, dan
reasioning. Berbeda dengan Kohlberg,
sebanyak
pemikir
orang
bekerja
3
sebanyak
disertai
yang
156
(59,77%)
pekerjaan,
lanjutan
menyatakan
sesuai
(1,14%)
kemampuan,
orang
tidak
lainnya
Verspoor
memberikan pernyataan.
bahwa
pre-
conventional
post-conventional
yaitu
(1991)
yaitu
Lockheed
merumuskan
pendidikan
karakter
and
konsep
dilakukan
PEMBAHASAN
melalui empat tahapan, yaitu tahap initial
Implementasi kebijakan pada dasarnya
stage, formal stage, transitional stage, dan
lebih penting dari pada sekedar membuat
tahap the stage of meaning. Penekanan
kebijakan.
”the
dari kedua konsep tersebut, Kohlberg
execution of policies will remain dreams if
menekankan pada kematangan kognitif
not more important than policy making.
siswa, sementara Lockheed and Verspoor
Policies will remain dreams or blue prints
menekankan pada kematangan siswa
file jackets unless they are implemented”
untuk
(pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu
perilakunya serta untuk melembagakan
yang penting, bahkan mungkin jauh lebih
perilakunya.
penting daripada pembuatan kebijakan.
pendidikan karakter, Lickona memberikan
Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa
10 pilar ciri pendidikan karakter, yaitu
impian
trustworthiness,
Dengan
atau
kata
rencana
lain,
bagus
yang
meresapi
dan
Untuk
memahami
pelaksanaan
respect,
responsibility,
tersimpan rapat dalam arsip kalau tidak
fairness,
diimplementasikan) (Udoji, 1981; Wahab
diligence,
Solichin, 1997; Yanti & Hartutiningsih, 2017).
(Lickona, 2009; Wahyu, 2011). Melalui
Berdasarkan
beragam
kondisi
yang
terjadi
di
[12]
caring,
integrity,
konsep
honesty,
dan
courage,
citizenship
tersebut,
dapat
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
dasarnya
atau pun hasil dari pekerjaan, dan kurang
karakter
berani dalam mengambil keputusan. Hal
tahapan-
ini menjadi potensi peserta didik untuk
tahapan yang jelas. Dengan demikian,
mengarah pada perilaku negatif. Oleh
diperlukan
sebab itu, sebagian peserta didik yang
diidentifikasi
bahwa
menerapkan
pendidikan
memerlukan
desain
atau
kejelasan
tahapan-tahapan
nilai-nilai
pada
pula
dalam
karakter
mengenai
memberikan
menerapkan
sesuai
untuk
kasundaan
pernyataan
dengan
yang
indikator
belum
nilai-nilai
tataran pendidikan formal khususnya di
kasundaan, adalah menjadi tanggung
sekolah dasar di Kabupaten Sumedang.
jawab
Hal ini yang perlu ditindaklanjuti dari
menerapkan nilai-nilai kasundaan agar
dikeluarkannya
lebih terinternalisasi ke dalam perilaku
peraturan
Bupati
pihak-pihak
peserta
meningkatkan kemampuan para guru di
menyatunya nilai dalam diri seseorang
Sumedang
(Fardus, 2010; Mulyana, 2004).
bidang
pengajaran
internalisasi
untuk
Sumedang tentang SPBS, terutama untuk
dalam
didik,
terkait
dalam
arti
sebagai bagian dari kerja profesionalnya
(Fahdini, Mulyadi, Suhandani, & Julia, 2014;
SIMPULAN
Suhandani & Julia, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan
bahwa
implementasi
terhadap
pendidikan karakter kasundaan di sekolah
kesepuluh nilai-nilai karakter kasundaan,
dasar di Kabupaten Sumedang dilakukan
maka dapat teridentifikasi bahwa pada
tanpa
mayoritas peserta didik sudah memiliki
tentang
perilaku sebagaimana diharapkan dalam
kurikulum sekolah saja. Belum ada integrasi
konteks
antara
Berdasarkan
hasil
nilai
survey
kasundaan
berdasarkan
berlandaskan
SPBS,
Perbub
kepada
namun
Perbup
merujuk
tentang
SPBS
pada
dengan
Perbup Sumedang tentang SPBS. Namun
kurikulum di sekolah, sehingga nilai-nilai
demikian,
sebagian
karakter
notabene
menunjukkan
kecil
lainnya
kasundaan
dalam
Perbup
yang
tentang SPBS belum terimplementasikan
belum sesuai harapan, seperti peserta
secara terstruktur pada tataran sekolah
didik
dasar.
yang
menjalankan
peserta
didik
perilaku
kurang
taat
kewajiban
agama,
atau
Oleh
implementasi
sebab
itu,
karakter
hasil
dari
kasundaan
mengakui
bahwa
khususnya pada jenjang sekolah dasar,
sesuai
dengan
meskipun mayoritas peserta didik sudah
perbuatannya, enggan untuk meminta
menunjukkan indikator yang baik, namun
maaf
minoritas
perkataannya
jika
yang
dalam
tidak
berbuat
kesalahan,
peserta
didik
teridentifikasi
menganggap demokrasi itu tidak penting,
memiliki potensi untuk berperilaku kepada
tidak selamanya bersikap jujur, tidak suka
arah yang kurang baik, sehingga perlu
berkerja sama, kurang kreatif, kurang hati-
diperjelas lagi desain pendidikan karakter
hati dan teliti, tidak peduli dengan proses
[13]
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
Majid,
A.
(2011).
Taqwa
Dasar
Pembentukan
Karakter.
In
D.
Budimansyah & K. Komalasari (Eds.),
Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi
Upaya
Pembinaan
Kepribadian
Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Mansur,
H.
(2014).
Implementasi
Pendidikan
Karakter
Di
Satuan
Pendidikan. In: Artikel LPMP SulSel
Desember.
Mardiyansyah, D., & Senda, I. (2011).
Keajaiban Berperilaku Positif: Tangga
Pustaka.
Marzuki. (2013). Revitalisasi Pendidikan
Agama
Di
Sekolah
Dalam
Pembangunan Karakter Bangsa Di
Masa
Depan.
Jurnal
Pendidikan
Karakter, 3(1).
Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan
pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.
Nugraha, A. R., Komariah, K., & Subekti, P.
(2014). FUNGSI HUMAS PEMERINTAH
KABUPATEN
SUMEDANG
DALAM
MENGKAMPANYEKAN
SUMEDANG
SEBAGAI PUSEUR BUDAYA SUNDA (SPBS).
edutech, 13(1).
Pemerintah, R. (2010). Kebijakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa Tahun
2010-2025. Jakarta: Pemerintah RI.
Pikiran-rakyat.com. (2014). Masih Ada
Pelajar SMP Pesta Miras Oplosan di
Sumedang.
Retrieved
from
http://www.pikiran-rakyat.com/jawabarat/2014/12/19/309139/masih-adapelajar-smp-pesta-miras-oplosan-disumedang
Rikatrin, A. (2016). DAMPAK KEBIJAKAN
SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA
TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI
KESUNDAAN. Universitas Pendidikan
Indonesia,
Suhandani, D., & Julia. (2014). Identifikasi
Kompetensi Guru Sebagai Cerminan
Profesionalisme Tenaga Pendidik Di
Kabupaten Sumedang (Kajian Pada
Kompetensi
Pedagogik).
Mimbar
Sekolah
Dasar,
1(2),
128-141.
doi:10.17509/mimbar-sd.v1i2.874
Udoji, C. J. (1981). The African Public
Servant as a Public Policy in Africa.
Addis Abeba: African Association for
Public
Administration
and
Management.
Wahab
Solichin,
A.
(1997).
Analisi
Kebijakan
dari
Formulasi
ke
Implementasi Kebijakan Negara. In:
Malang: Kebijakan Publik Intermedia.
kasundaan beserta tahapan-tahapan dan
evaluasinya di sekolah dasar.
REFERENSI
Abidin, S. Z. (2006). Kebijakan publik.
Jakarta: Suara Bebas.
Bappeda.
(2009).
Peraturan
Bupati
Sumedang Nomor 113 Tahun 2009
tentang Sumedang Puseur Budaya
Sunda.
Retrieved
from
http://bappeda.sumedangkab.go.id/d
ownlot.php?file=PERBUP%20113_THN200
9_TTG_SPBSL.pdf/.
Dharmawan, N. S. (2014). Implementasi
pendidikan karakter bangsa Pada
mahasiswa
di
perguruan
tinggi.
Makalah
dipresentasikan
pada
Pembinaan Pendidikan Karakter bagi
Mahasiswa PTS di Lingkungan Kopertis
Wilayah VIII, Universitas Udayana
Denpasar.
Fahdini, R., Julia, & Suhandani, D. (2015).
Implementasi
Pendidikan
Karakter
Kasundaan
Sebagai
Upaya
Membangun Budaya dan Karakter
Bangsa (Survei Pada Anak SMA di
Kabupaten Sumedang). Sumedang:
Bappeda Kab. Sumedang. Tidak
Dipublikasikan.
Fahdini, R., Mulyadi, E., Suhandani, D., &
Julia. (2014). Identifikasi Kompetensi
Guru
Sebagai
Cerminan
Profesionalisme Tenaga Pendidik Di
Kabupaten
Sumedang.
Mimbar
Sekolah
Dasar,
1(1).
doi:10.17509/mimbar-sd.v1i1.1362
Fardus. (2010). Model Pendidikan Nilai
Sosial Budaya dalam Keluarga dan
Lingkungan Manusia Bajo di Bajoe.
Jurnal Educationist, IV(1), 57-66.
Kohlberg, L. (1978). Revisions in the theory
and practice of moral development.
New directions for child and adolescent
development, 1978(2), 83-87.
Kurniawan, B. H. (2010). Yakinlah Anda
Pasti Bisa Sukses. In: Solo: Pustaka
Iltizam.
Lickona, T. (2009). Educating for character:
How our schools can teach respect and
responsibility. New York: Bantam Books.
Lockheed, M. E., & Verspoor, A. M. (1991).
Improving
primary
education
in
developing countries. Washington, D.C:
Published for the World Bank, Oxford
University Press.
[14]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
Wahyu. (2011). Masalah dan Usaha
Membangun Karakter Bangsa. In D.
Budimansyah & K. Komalasari (Eds.),
Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi
Upaya
Pembinaan
Kepribadian
Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Yanti, N. R. D., & Hartutiningsih, S. (2017).
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG
DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI
KANTOR
KECAMATAN
BARONG
TONGKOK KABUPATEN KUTAI BARAT.
[15]
e-ISSN 2502-4795
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 19/12/2017; Accepted: 24/02/2018
Mimbar Sekolah Dasar, Vol 5(1) 2018, 1-15
DOI: 10.17509/mimbar-sd.v5i1.9292
Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan Berbasis
Kebijakan SPBS di Kabupaten Sumedang Jawa Barat
Omay Komara Nurjaman1 & Julia2
1Litbang
Bappppeda Kab. Sumedang
Jl. Prabu Gajah Agung Sumedang
Email: [email protected]
2PGSD
UPI Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to analyze the implementation of
policy on kasundaan character education
based on regulation Sumedang Regent about
Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS). The
method used is a survey to the elementary
school students, which is completed with
interview and FGD. The results from the study
found that: (1) SPBS was only instructed in the
"SKPD" environment only in the form of Thursday
using Kasumedangan dress and Sundanese
language, (2) no education design of kasundaan
characters in elementary school, (3) majority of
students elementary schools already have the
expected behavior in the context of kasundaan
values based on Bupati's regulation on SPBS.
However, a few other minorities, in fact, show
behavior that is not as expected, and this
become a potential learner to lead to negative
behavior. Thus, it can be concluded that the
implementation
of
character
education
kasundaan in elementary school in Sumedang
regency conducted without base to regent
regulation about SPBS, but refers to school
curriculum only.
Keywords:
character
education,
kasundaan, sundanese culture, spbs.
local,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
implementasi kebijakan tentang pendidikan
karakter kasundaan berdasarkan peraturan
Bupati Sumedang tentang Sumedang Puseur
(Pusat) Budaya Sunda (SPBS). Metode yang
digunakan adalah survey kepada siswa sekolah
dasar, yang dilengkapi dengan wawancara dan
FGD. Hasil penelitian menemukan bahwa: (1)
SPBS baru diinstruksikan pada lingkungan SKPD
saja
dalam
bentuk
Kamis
berpakain
kasumedangan dan berbahasa Sunda, (2)
belum
ada
desain
pendidikan
karakter
kasundaan di sekolah dasar, (3) mayoritas
peserta didik sekolah dasar sudah memiliki
perilaku sebagaimana diharapkan dalam
konteks nilai kasundaan berdasarkan peraturan
Bupati tentang SPBS. Namun demikian, sebagian
kecil lainnya notabene menunjukkan perilaku
yang belum sesuai harapan, dan hal ini menjadi
potensi peserta didik untuk mengarah pada
perilaku yang negatif. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa implementasi pendidikan
karakter kasundaan di sekolah dasar di
Kabupaten
Sumedang
dilakukan
tanpa
berlandaskan kepada peraturan Bupati tentang
SPBS, namun merujuk pada kurikulum sekolah
saja.
Kata
Kunci:
pendidikan
karakter,
kasundaan, budaya sunda, spbs.
lokal,
How to Cite: Nurjaman, O., & Julia, J. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan Berbasis Kebijakan
SPBS di Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Mimbar Sekolah Dasar, 5(1). doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v5i1.9292.
PENDAHULUAN ~ Sudah beberapa tahun
karakter
pemerintah Indonesia menjalankan sistem
dicanangkannya pembangunan budaya
pendidikan
dan
pada
nasional
yang
pembangunan
berorientasi
budaya
karakter
dengan
dan
[1]
bangsa,
bangsa
yakni
yang
dideklarasikannya
sejak
diawali
“Pendidikan
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai
Karakter
gerakan
disebutkan bahwa bentuk kegiatan pada
nasional
Pencanangan
awal
ini
Januari
ditegaskan
2010.
Bangsa
program
kembali
(Pemerintah,
pendidikan
karakter
bangsa
dibagi
menjadi
dalam pidato presiden pada peringatan
konteks
hari
2010
empat, yakni: kegiatan belajar mengajar;
(Marzuki, 2013, p. 66). Setelah deklarasi
kegiatan kehidupan keseharian di satuan
tersebut,
pendidikan;
pendidikan
patut
nasional
kita
2 Mei
akui
bahwa
di
mikro,
2010),
dapat
kegiatan
Indonesia secara drastis berbagai bidang
kegiatan
ilmu
masyarakat (Dharmawan, 2014, p. 2).
berbondong-bondong
berubah
keseharian
ekstrakurikuler;
rumah
Program
bidang ilmu pembentuk karakter. Terbukti
oleh pemerintah tersebut, tentu saja perlu
atau tidak, jelas terlihat bahwa banyak
dikembangkan lagi ke dalam bentuk-
penelitian atau publikasi mengenai upaya
bentuk pembelajaran atau kegiatan yang
membangun karakter melalui berbagai
lebih real, dan justru di tingkat satuan
bidang
pendidikanlah
persoalan
program
terjadi,
karena
jelas
dengan
budaya
dan
dalam
jalur
pendidikan
formal.
itu
berhubungan
Menurut Marzuki (2013, p. 66), deklarasi
karakter
para
nasional tersebut harus jujur diakui oleh
lingkungan sekolah.
yang
dan
haluan dan menyatakan diri sebagai
ilmu
pendidikan
di
ditawarkan
kongkretisasi
pendidik
sendiri
di
sebab kondisi bangsa ini yang semakin
menunjukkan perilaku antibudaya dan
Buktinya, bangsa Indonesia umumnya dan
antikarakter. Perilaku antibudaya bangsa
masyarakat
ini di antaranya ditunjukkan oleh semakin
dikejutkan dengan gemparnya ratusan
memudarnya
dan
warga termasuk anak-anak yang sakit
kegotong-royongan bangsa Indonesia, di
mual-muntah bahkan meninggal karena
samping
begitu
kuatnya
menenggak minuman keras oplosan. Di
budaya
asing
di
sikap
kebhinekaan
pengaruh
samping
tengah-tengah
Sumedang
kasus
itu,
khususnya,
Pikiran-rakyat.com
masyarakat. Adapun perilaku antikarakter
(2014) melaporkan, delapan pelajar SMP
bangsa ini di antaranya ditunjukkan oleh
warga
hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat
Jatinangor, Kabupaten Sumedang, pesta
pada bangsa Indonesia, seperti kejujuran,
menenggak minuman keras oplosan. Satu
kesantunan,
orang
dan
kebersamaan
serta
Desa
kritis,
Cintamulya
sementara
Kecamatan
tujuh
lainnya
munculnya berbagai kasus kriminal seperti
mengalami mual dan pusing, sehingga
yang dipaparkan di atas.
semuanya
akhirnya
menjalani
pemeriksaan kesehatan. Belum lagi kasusUntuk
mengantisipasi
antibudaya
dan
Kebijakan
Nasional
kasus
persoalan
antikarakter,
miras
lainnya
yang
melibatkan
peserta didik dan tidak terekspos ke
dalam
permukaan,
Pembangunan
[2]
yang
mengakibatkan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
sekolah.
saja, namun secara kontinyu melekat dan
Bukankah ini sebuah bukti dari kejahatan
terimplementasi dalam kehidupan sehari-
antibudaya
yang
hari. Apalagi jika mengacu pada visi
dilakukan secara berjamaah. Padahal,
Kabupaten Sumedang, yang bercita-cita
pendidikan
untuk
dikeluarkannya
mereka
dan
dari
antikarakter
budaya
dan
pendidikan
mewujudkan
Sumedang
yang
karakter sudah dimulai sejak beberapa
sejahtera, nyunda, mandiri dan agamis
tahun silam secara nasional.
tahun 2018 (Motto: Sumedang Senyum
Manis), tentu saja untuk mewujudkannya
Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan
perlu strategi dan sinergitas yang nyata di
ketika
antara berbagai pihak, terutama pihak
Kementerian
Kebudayaan
Pendidikan
mencanangkan
dan
pemerintah
Gerakan
dengan
pihak
sekolah
(PPK)
sebagai jalur pembibitan budaya dan
secara bertahap mulai Tahun Ajaran 2016.
karekter, karena pembudayaan perilaku
Pemerintah Kabupaten Sumedang sendiri,
dan
sebenarnya sudah merintis pembangunan
dilakukan
budaya dan karakter kelokalan melalui
pendidikan.
Penguatan
Pendidikan
Peraturan Bupati
Karakter
pembangunan
antara
karakter
lain
perlu
melalui
jalur
(Perbup) nomor 113
tahun 2009 tentang Sumedang Puseur
Beberapa penelitian terkait dengan SPBS
Budaya Sunda (SPBS) (Bappeda, 2009).
dengan fokus yang berbeda, antara lain
Yang mana dalam Perbup ini dijelaskan
dilakukan oleh Nugraha, Komariah, and
bahwa pengembangan kearifan budaya
Subekti (2014), dan Rikatrin (2016). Tahun
daerah sebagai landasan moral dan etika
2015,
dalam kehidupan masyarakat merupakan
Kabupaten Sumedang pernah melakukan
salah
penelitian
satu
prioritas
Rencana
Jangka
jaringan
penelitian
pendidikan
Bappeda
budaya
dan
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
karakter pada jenjang Sekolah Menengah
Sumedang
Atas (SMA) (Fahdini, Julia, & Suhandani,
tujuan
Tahun
untuk
aparatur
2009-2013,
dengan
memperkokoh
pemerintah
daerah
2015).
jatidiri
Melalui
dirilis
daerah menuju terwujudnya Kabupaten
karakter
Sumedang
kenyataannya
Demokratis
pada
Tahun
Agamis
2025
tersebut,
diperoleh hasil bahwa - meskipun sudah
dan
masyarakat serta menguatkan daya saing
Sejahtera,
penelitian
dan
Perbup
mengenai
pendidikan
kasundaan,
namun
di
SMA
-
penerapan
pendidikan karakter kasundaan belum
(Motto:
Sumedang Sehati). Meskipun programnya
dilaksanakan
jangka menengah dan telah lewat masa
belum
penargetannya,
dalam proses pembelajarannya. Mayoritas
namun
output
yang
memiliki
diharapkan dari RPJMD ini tentu saja
guru
bukan perilaku masyarakat yang bermoral
dalam
dan beretika untuk jangka menengah
sebagai
[3]
secara
desain/model
melakukan
proses
sistematis,
penyisipan
pembelajaran
bentuk
pendidikan
atau
khusus
karakter
di
kelas
karakter.
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
Seperti melalui hapalan Al-Quran, tugas-
Berdasarkan studi awal, di kabupaten
tugas belajar, diskusi kelompok, ceramah,
Sumedang
sosio-drama, pengamatan dan teguran,
dilakukan penyelenggaraan pendidikan
dan
karakter dengan model tertentu. Oleh
ada
pula
yang
menerapkannya
pada
umumnya
belum
melalui keteladanan guru. Sementara di
karena
luar kelas, pendidikan karakter diterapkan
gambaran yang lebih komprehensif agar
antara lain melalui kegiatan perlombaan
dapat dibuat rumusan kebijakan yang
dan ekstrakurikuler.
tepat, maka melalui penelitian ini dikaji
itu,
persoalan
untuk
mendapatkan
pendidikan
budaya
dan
sekolah
dasar
Pada umumnya, proses pembelajaran di
karakter
satuan pendidikan masih sangat terfokus
terutama karakter kelokalan khususnya
pada pengembangan aspek akademik
karakter
saja, sementara pengembangan pada
pembangunan
aspek perilaku atau karakter cenderung
sehingga dapat diketahui dengan pasti
diabaikan. Padahal, berbagai penelitian
bagaimana pelaksanaannya di sekolah
membuktikan
dasar dan dampaknya pada peserta
bahwa
aspek
perilaku
pada
tataran
sebagai
kasundaan
karakter
awal
kebangsaan,
membawa dampak yang sangat besar
didik.
terhadap keberhasilan atau kesuksesan
dipandang memiliki nilai kearifan begitu
seseorang. Seperti hasil penelitian di Institut
tinggi,
Teknologi Carnegie yang mengatakan
pengalaman
bahwa dari 10.000 orang sukses, 85%
mengenyam pendidikan di sekolah dasar.
sukses karena faktor kepribadian, dan 15%
Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan
karena faktor teknis (Kurniawan, 2010;
untuk:
Mansur, 2014). Albert Edward Wiggam
pemerintah
juga
dan
Sumedang terkait dengan implementasi
4000
Sumedang Puseur Budaya
Sunda; (2)
orang yang kehilangan pekerjaan, 400
menganalisis
penerapan
orang (10%) karena kemampuan teknis,
pendidikan
sedangkan 3.600 orang
peserta didik di Sekolah Dasar Kabupaten
melakukan
mendapatkan
faktor
hasil
kepribadian
penelitian
bahwa
dari
(90%) karena
(Kurniawan,
Mansur, 2014). Penelitian
serupa
2010;
Nilai-nilai
digali
(1)
Sumedang;
juga
implementasi
yang
kasundaan
penerapannya
peserta
didik
menganalisis
daerah
desain
karakter
(3)
melalui
selama
kebijakan
Kabupaten
kasundaan
menganalisis
pendidikan
pada
hasil
karakter
dilakukan di Universitas Standford, dan
kasundaan pada peserta didik di Sekolah
disimpulkan bahwa kesuksesan ditentukan
Dasar di Kabupaten Sumedang.
oleh 87,5% attitude (sikap), dan hanya
12,5%
karena
kemampuan
akademik
METODE
seseorang (Mansur, 2014; Mardiyansyah &
Penelitian ini merupakan penelitian survei
Senda, 2011).
dengan menggunakan desain penelitian
kualitatif yang dilengkapi dengan Focus
[4]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
Group
(FGD).
Discussions
Tempat
HASIL
penelitian adalah di Sekolah Dasar di
Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
kabupaten
Sumedang Terkait dengan Implementasi
Sumedang
propinsi
Jawa
Barat, dengan subjek penelitian adalah
Sumedang Puseur Budaya Sunda
siswa-siswi
Berdasarkan hasil FGD, dapat diidentifikasi
Sekolah
Dasar
kelas
enam
(tinggi) di kabupaten Sumedang
dari
bahwa
perbup
tentang
SPBS
kawasan pedesaan, kawasan peralihan,
diimplementasikan secara eksplisit dari
dan kawasan perkotaan, dengan subjek
pihak Bupati kepada lingkungan Satuan
berjumlah 261 orang yang dipilih dengan
Kerja
cara purposive sampling.
Kabupaten Sumedang melalui program
Perangkat
Kemis
(Kamis)
Daerah
Nyunda
(SKPD)
di
(berpakaian
Untuk menjawab pertanyaan pertama,
kasumedangan dan berbahasa Sunda).
pengumpulan data dilakukan dengan
Melalui program ini, para pegawai di
cara melakukan FGD dengan pihak terkait
lingkungan
di dinas pendidikan, dewan pendidikan,
menggunakan pakaian kasumedangan
dewan kebudayaan, pengawas sekolah,
dan berbicara dengan bahasa Sunda
kepala sekolah, guru, dan komite sekolah.
disetiap hari Kamis. Dinas pendidikan pun
Untuk
sebagai
menjawab
pertanyaan
kedua,
SKPD
salah
diharuskan
satu
SKPD,
turut
dilakukan wawancara kepada para guru
melaksanakan program ini, mulai dari
dan kepala sekolah. Sementara untuk
kepala dinas sampai guru di tingkat
menjawab
ketiga,
satuan pendidikan. Sementara itu, untuk
pengumpulan data dilakukan dengan
implementasi dari nilai-nilai karakter yang
cara
survei
terdapat dalam perbup SPBS, tidak ada
kepada peserta didik sekolah dasar kelas
strategi khusus untuk tahapan-tahapan
6, dengan bentuk pertanyaan merujuk
penerapan sampai evaluasinya, sehingga
kepada
karakter
muncul kesan bahwa implementasi nilai-
dalam
nilai karakter kasundaan hanya berupa
peraturan bupati Sumedang nomor 113
himbauan saja yang ditujukan untuk SKPD.
pertanyaan
menyebarkan
instrumen
indikator-indikator
kasundaan
yang
tercantum
tahun 2009 tentang SPBS, yakni karakter
taqwa, someah, surti, jembar, brukbrak,
Salah satu hal yang belum tersentuh
guyub, motekar, tarapti – taliti - ati-ati,
dalam
junun – jucung, dan punjul - luhung.
kasundaan,
Responden diminta untuk menjawab satu
perbup SPBS dengan kurikulum di sekolah
atau lebih jawaban yang dikembangkan
dasar. Adapun pendidikan karakter yang
oleh
dilaksanakan di sekolah dasar bersumber
peneliti
dan
disediakan
dalam
instrumen.
implementasi
nilai-nilai
karakter
adalah
integrasi
antara
pada kurikulum 2013, belum ada upaya
untuk menurunkan nilai-nilai karakter yang
diusung dalam SPBS ke dalam kurikulum di
[5]
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
satuan
pendidikan.
kurikulum
Desain Penerapan Pendidikan Karakter
muatan lokal tentang bahasa Sunda atau
Kasundaan pada Peserta Didik di Sekolah
etika,
Dasar di Kabupaten Sumedang
nota
Seperti
bene
bukan
merupakan
sebuah proses integrasi dari perbup SPBS,
Hasil
namun
sendiri
kepala sekolah menjelaskan, bahwa pada
program-program
umumnya di sekolah dasar di Kabupaten
kurikulum
yang
berdasarkan
berdiri
wawancara
dengan
guru
dan
Sumedang, belum memiliki desain khusus
pendidikan dari pemerintah pusat.
untuk menerapkan pendidikan karakter
Ada pula sebuah upaya yang dilakukan
kasundaan yang berbasis SPBS. Hal ini
oleh dewan kebudayaan sebagai salah
disebabkan karena belum terintegrasinya
satu
antara kurikulum di sekolah dasar dengan
pihak
yang
menjadi
lahirnya
perbup
SPBS,
sebagai
akselerasi
pengusung
yaitu
SPBS.
perbup SPBS. Oleh karena itu, mayoritas
dikenal
Salah
sekolah
satu
mengembangkan
pendidikan
contohnya adalah sosialisasi lagu SPBS
karakter berdasarkan inisiatif dari masing-
yang di dalam liriknya menyebutkan nilai-
masing guru atau kepala sekolahnya.
nilai karakter kasundaan. Namun hasil FGD
Seperti
mengidentifikasi,
diturunkan
ke
karakter
dalam
yang
motto/visi/misi
arah
dewan
terbatas
pada
sekolah, atau pembiasaan penerapan
pengembangan pada ranah seni saja.
nilai-nilai karakter di sekolah, misalnya
Berbagai upaya
membaca
kebudayaan
dewan
bahwa
pendidikan
masih
yang
kebudayaan
dilakukan oleh
pun
untuk
lebih
menerapkan
SPBS,
perlakuan,
dengan
sebelum
pembelajaran dimulai. Ada juga yang
secara menyeluruh menerapkan perbup
terhalang
al-quran
berbagai
nilai-nilai karakter
seperti
melalui
memberikan
sanksi
kendala, baik dari sisi dukungan materil
apabila ditemukan ada peserta didik
maupun dari sisi regulasi.
yang membuang sampah sembarangan
di lingkungan sekolah, atau berbicara
Dengan
demikian,
setelah
digulirkan
kasar di lingkungan sekolah.
perbup SPBS sejak tahun 2009, belum lahir
regulasi atau strategi-strategi implementasi
Melalui beragam cara itu pun, guru dan
atau
kepala
yang
tahapan
jelas
pengimplementasiannya
terstruktur
dari
sekolah
memandang
bahwa
pembuat
terdapat kelemahan dalam menanamkan
kebijakan untuk masyarakat Kabupaten
pendidikan karakter kepada peserta didik,
Sumedang, khususnya untuk menerapkan
yakni tidak selarasnya antara perlakuan
nilai-nilai kasundaan pada tataran sekolah
yang
dasar yang berlandaskan pada perbup
perlakuan yang diberikan oleh orang tua
SPBS.
peserta
diberikan
didik,
ditanamkan
di
sekolah
sehingga
di
sekolah,
dengan
apa
yang
seringkali
dimentahkan lagi oleh orang tua peserta
[6]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
didik. Dengan kata lain, budaya di sekolah
Hasil Implementasi Pendidikan Karakter
sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
Kasundaan pada Peserta Didik di Sekolah
sosio-budaya orang tua peserta didik.
Dasar di Kabupaten Sumedang
Oleh sebab itu, diperlukan sistem evaluasi
Dampak pendidikan karakter terhadap
pendidikan karakter di sekolah dasar yang
perilaku
terintegrasi dengan lingkungan orang tua
sekolah dasar, dapat diidentifikasi melalui
peserta didik.
pernyataan-pernyataan
peserta
didik
pada
jenjang
peserta
didik
sebagai berikut:
Kondisi ini telah merepresentasikan bahwa
pada tataran sekolah dasar di Kabupaten
Karakter Taqwa
Sumedang
Pada
pada
umumnya,
belum
aspek
ini
ditanyakan
perihal
diterapkan model Penguatan Pendidikan
ketaatan pada ajaran agama sebagai
Karakter (PPK) sebagaimana dicanangkan
representasi ketaqwaan terhadap Tuhan.
oleh pemerintah pusat. Hal ini terbukti dari
Dari
informasi yang diberikan oleh guru dan
(65,13%)
kepala
orang
sekolah
yang
diwawancara,
261
responden,
orang
menjalankan
mengenai
agama,
model
PPK
yang
terbaru.
menyatakan
yang
mereka belum mendapatkan sosialisasi
sebanyak
sangat
170
sebagai
taat
dalam
kewajiban-kewajiban
sebanyak
89
(34,09%)
orang
Padahal, Kabupaten Sumedang menjadi
menyatakan sebagai orang yang kurang
salah satu Kabupaten di Indonesia yang
taat
menjadi
kewajiban
tempat
untuk
uji
coba
dalam
menjalankan
agama,
dan
kewajibansebanyak
2
(0,76%) orang tidak memberikan jawaban.
pengimplementasian PPK. Di mana dalam
PPK dimaksud, telah disediakan berbagai
pedoman PPK baik untuk guru, kepala
Persentase di atas tentu saja bukan hal
sekolah,
yang
pengawas,
sekolah.
Dengan
sekolah
dasar,
maupun
demikian,
di
samping
komite
kondisi
membanggakan,
dasarnya
di
taqwa
pembentukan
mayoritas
karena
pada
adalah
karakter,
dan
dasar
karena
belum mendapatkan sosialisasi model PPK,
taqwa mengandung banyak nilai (Majid,
juga
2011). Dengan kata lain, jika ketaqwaan
belum
menerapkan
kasundaan.
karakter
memiliki
desain
karakter
seseorang
itu,
nilai-nilai
memengaruhi
dapat
menjadi
mengganggu
nilai-nilai
Sementara
kasundaan
untuk
rendah,
seluruh
maka
moralnya
berjalannya
dan
kebaikan,
pendukung untuk diterapkannya lima nilai-
karena
nilai karakter yang dicanangkan oleh
kepatuhan dalam menjalankan ajaran
pemerintah pusat. Karena pada dasarnya,
Tuhan atau menjauhi larangan Tuhan.
banyak nilai-nilai karakter kasundaan yang
Artinya,
senafas dengan nilai-nilai karakter dari
sebagai perilaku yang penuh dengan
program PPK.
kebaikan. Lickona
[7]
taqwa
dapat
taqwa
berkaitan
dapat
dengan
diartikan
(2009)
pula
menegaskan
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
bahwa karakter yang baik adalah proses
memberikan jawaban; dan (5) Sebanyak
psikologis knowing the good, desiring the
98
good, and doing the good.
memberikan senyuman pada siapa pun
(37,54%)
orang
menyatakan
orang yang mulai memberikan senyuman,
Karakter Someah
sebanyak 10 (3,83%) orang memberikan
Pada aspek ini digali lima hal yang
senyuman
berkaitan dengan sikap someah, dari 261
tertentu, sebanyak 148 (56,71%) orang
responden, dapat teridentifikasi beberapa
selalu memulai memberikan senyuman
hal
kepada
berikut:
(73,94%)
(1)
Sebanyak
menyatakan
193
selalu
orang
sebanyak
bersikap
hanya
siapa
2
pada
pun
(0,76%)
orang-orang
yang
rang
melihat,
tidak
suka
ramah terhadap teman-teman, sebanyak
tersenyum, dan sebanyak 3 (1,14%) orang
62 orang (23,75%) bersikap ramah hanya
tidak memberikan pernyataan.
pada orang-orang tertentu saja, dan
Karakter Surti
sebanyak 6 orang (2,29%) mengaku tidak
Pada
bisa bersikap ramah; (2) Sebanyak 208
orang yang sedang dalam kesusahan,
sesuai dengan ucapannya, sebanyak 21
sebanyak 4 (1,53%) orang menyatakan
(8,04%) orang menyatakan tidak terlalu
lebih
dan
(13,79%)
tidak memberikan jawaban; (3) Sebanyak
cukup
tersakiti karena perilakunya, sebanyak 12
(4,59%)
fisiknya memiliki kekurangan; (4) Sebanyak
orang
menyatakan
merasa
bersalah jika ada orang lain tersakiti
136 (52,10%) orang menyatakan lebih
karena perilakunya, namun merasa gengsi
senang menceritakan kepada orang lain
untuk meminta maaf, sebanyak 13 (4,98%)
jika melakukan kebaikan atau memiliki
orang menyatakan merasa puas jika ada
kelebihan/prestasi, sebanyak 122 (46,74%)
orang lain tersakiti karena perilakunya,
orang menyatakan lebih senang tidak
apalagi jika orang yang tersakiti pernah
menceritakannya kepada orang lain, dan
orang
mengakui
segera meminta maaf jika ada orang lain
dengan
siapa saja meskipun tidak pintar dan
(1,14%)
orang
Sebanyak 232 (88,88%) orang menyatakan
sebanyak 228 (87,36%) orang memilih
3
yang
orang tidak memberikan jawaban; (2)
yang pintar dan fisiknya sempurna, dan
sebanyak
orang
dalam kesusahan, dan sebanyak 1 (0,38%)
bermain/berkelompok
bermain/berkelompok
membiarkan
merasakan bahwa ada orang sedang
33 (12,64%) orang memprioritaskan untuk
teman
sering
sedang dalam kesusahan, sebanyak 36
perbuatan, dan sebanyak 3 (1,14%) orang
teman
hal
orang menyatakan lebih sering menolong
bahwa perbuatannya lebih banyak tidak
memilih
lima
hal berikut: (1) Sebanyak 220 (84,29%)
sebanyak 29 (11,11%) orang mengakui
ucapan
ditanyakan
responden, dapat teridentifikasi beberapa
lebih banyak sesuai dengan ucapannya,
antara
ini
berkaitan dengan sikap surti, dari 261
(79,69%) orang mengakui perbuatannya
memperdulikan
aspek
menyakitinya, dan sebanyak 4 (1,53%)
tidak
[8]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
orang menyatakan tidak pernah merasa
wawasan, sebanyak 97 (37,16%) orang
menyakiti orang lain; (3) Sebanyak 30
menyatakan lebih banyak membaca di
(11,49%)
luar
orang
menyatakan
biasa
pelajaran,
sebanyak
49
(18,77%)
membela teman yang lebih akrab jika
orang menyatakan lebih banyak bergaul
ada di antara temannya yang bertengkar
dengan orang-orang yang berilmu tinggi,
dan salahsatu dari mereka mengadu
sebanyak 108 (41,38%) orang menyatakan
kepadanya, sebanyak 76 (29,11%) orang
lebih
menyatakan biasa membela kedua belah
sekolah saja, dan sebanyak 7 (2,68%)
pihak,
orang tidak memberikan jawaban; (2)
sebanyak
menyatakan
152
(58,24%)
biasanya
tidak
orang
banyak
Sebanyak
memihak
belajar
246
melalui
(94,25%)
materi
menyatakan
siapa pun, dan sebanyak 3 (1,14%) orang
bahwa demokrasi penting karena sesuai
tidak memberikan jawaban; (4) Sebanyak
dengan prinsip hidup, sebanyak 10 (3,83%)
52 (19,92%) orang menyatakan senang
menyatakan
menanggapi permasalahan aktual yang
karena tidak sesuai dengan prinsip hidup,
terjadi di lingkungan sekitar, sebanyak 83
dan sebanyak 5 (1,92%) orang tidak
(31,80%) orang menyatakan tidak suka ikut
memberikan jawaban; dan (3) Jika ada
campur dalam masalah apapun, dan
yang
sebanyak 126 (48,27%) orang menyatakan
(53,64%) orang mengaku gampang untuk
lebih senang mengurus masalah yang
memaafkan, sebanyak 62 (23,75%) orang
menyangkut diri sendiri; dan (5) Sebanyak
mengaku selalu kesal dan agak susah
115 (44,06%) orang menyatakan selalu
untuk memaafkan, sebanyak 27 (10,34%)
menuruti
menyikapi
orang mengaku pasti menyimpan rasa
permasalahan di sekelilingnya, sebanyak
dendam, dan sebanyak 32 (12,26%) orang
93 (35,63%) orang menyatakan hanya
tidak memberikan jawaban.
kata
hati
dalam
demokrasi
menyakiti
hati,
tidak
penting
sebanyak
140
percaya pada nalar-logis untuk menyikapi
permasalahan, sebanyak 20 (7,66%) orang
Karakter Brukbrak
lebih berusaha mempertajam kepekaan
Pada aspek ini ditelusuri tiga hal mengenai
hati
sikap brukbrak, dari 261 responden, dapat
untuk
menyikapi
permasalahan,
orang
lebih
teridentifikasi beberapa hal berikut: (1)
nalar-logis
untuk
Sebanyak 68 (26,05%) orang menyatakan
menyikapi permasalahan, dan sebanyak 1
lebih bersikap transparan dalam urusan
(0,38%) orang tidak memberikan jawaban.
pribadi, sebanyak 29 (11,11%) orang lebih
sebanyak
berusaha
32
(12,26%)
mengasah
bersikap
transparan
dalam
urusan
Karakter Jembar
organisasi, sebanyak 152 (58,24%) orang
Pada aspek ini ditanyakan tiga hal terkait
lebih bersikap transparan dalam urusan
dengan
pribadi
perilaku
jembar,
dari
261
dan
organisasi,
sebanyak
10
responden, dapat teridentifikasi beberapa
(3,83%) orang mengaku tidak pernah
hal
bersikap
berikut:
(1)
untuk
menambah
[9]
transparan
dalam
berbagai
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
urusan, dan sebanyak 2 (0,76%) orang
untuk bekerja sama, namun orang lain
tidak memberikan jawaban; (2) Sebanyak
susah untuk diajak kerjasama, sebanyak 4
179 (68,58%) orang menyatakan selalu
(1,53%)
bersikap jujur dalam kondisi apa pun, dan
pernyataan;
sebanyak 68 (26,05%) orang bersikap jujur
(50,95%) orang menyatakan senantiasa
hanya dalam kondisi tertentu, sebanyak
mengalah demi menjaga kekompakan
10 (3,83%) orang meyatakan bersikap jujur
kelompok, sebanyak 13 (4,98%) orang
bila dalam kondisi yang menguntungkan,
senantiasa
dan
tidak
berbeda pendapat dalam kelompok, dan
(3)
sebanyak 109 (41,76%) orang senantiasa
Sebanyak 86 (32,95%) orang mengakui
sependapat dengan orang lain dalam
pernah mempersulit urusan yang mudah
kelompok, dan sebanyak 6 (2,29%) orang
terhadap
tidak memberikan pernyataan.
sebanyak
memberikan
4(1,53%)
orang
pernyataan;
orang
lain,
dan
sebanyak
165
orang
dan
tidak
(3)
memberikan
Sebanyak
menentang
orang
133
yang
(63,22%) orang tidak pernah mempersulit
urusan yang mudah terhadap orang lain,
Karakter Motekar
sebanyak
Pada
7
(2,68%)
orang
sering
aspek
ini
ditanyakan
tiga
hal
mempersulit urusan yang mudah terhadap
berkaitan dengan perilaku motekar, dari
orang lain, dan sebanyak 3 (1,14%) orang
261
tidak memberikan pernyataan.
beberapa hal berikut: (1) Sebanyak 196
responden,
dapat
teridentifikasi
(75,09%) orang menyatakan memiliki karya
Karakter Guyub
hasil kreativitas sendiri,
Pada aspek ini ditelusuri tiga hal mengenai
(21,83%) orang menyatakan tidak memiliki
perilaku guyub, dari 261 responden, dapat
karya sendiri, dan sebanyak 8 (3,06%)
teridentifikasi beberapa hal berikut: (1)
orang tidak memberikan pernyataan; (2)
Ketika
ditepati,
Sebanyak 130 (49,81%) orang menyatakan
sebanyak 208 (79,69%) orang menyatakan
senang memanfaatkan benda yang ada
tetap
di
ada
janji
yang
berusaha
tidak
melaksanakannya,
sekitar
sehingga
sebanyak 57
memiliki
karya,
sebanyak 30 (11,49%) orang biasanya
sebanyak 126 (48,27%) orang menyatakan
membuat janji lagi, sebanyak 21 (8,04%)
tidak senang memanfaatkan benda yang
orang
pernah
ada di sekitar sehingga tidak memiliki
mengingkari janji, dan sebanyak 2 (0,76%)
karya, dan sebanyak 5 (1,91%) orang tidak
orang tidak memberikan pernyataan; (2)
memberikan
Sebanyak 64 (24,52%) orang menyatakan
Sebanyak 208 (79,69%) orang menyatakan
lebih
sendiri,
melek teknologi, sebanyak 28 (10,72%)
sebanyak 179 (68,58%) orang menyatakan
orang menyatakan tidak melek teknologi,
lebih
dan sebanyak 25 (9,57%) orang tidak
menyatakan
menyukai
menyukai
untuk
untuk
tidak
bekerja
bekerja
sama
dengan orang lain, dan sebanyak 14
pernyataan;
memberikan pernyataan.
(5,36%) orang menyatakan lebih menyukai
[10]
dan
(3)
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
Karakter Tarapti – Taliti - Ati-ati
(72,41%)
orang
Pada aspek ini digali tiga hal berkaitan
konsisten
dalam
dengan karakter tarapti-taliti-ati-ati, dari
sebanyak 60 (22,98%) orang menyatakan
261
kadang-kadang tidak konsisten dalam
responden,
dapat
teridentifikasi
beberapa hal berikut: (1) Sebanyak 197
menjalani
(75,48%)
(4,59%)
orang
menyatakan
ketelitian
menyatakan
menjalani
sesuatu,
dan
orang
selalu
sesuatu,
sebanyak
tidak
12
memberikan
menjadi pegangan dalam mengerjakan
pernyataan; (2) Sebanyak 145 (55,55%)
sesuatu,
orang menyatakan proses lebih penting
sebanyak
menyatakan
51
(19,54%)
kesempurnaan
orang
daripada
menjadi
hasil,
sebanyak
90
(34,48%)
pegangan dalam mengerjakan sesuatu,
orang menyatakan hasil lebih penting
sebanyak 10 (3,83%) orang menyatakan
daripada proses, sebanyak 21 (8,04%)
kecepatan
dalam
orang menyatakan tidak terlalu peduli
mengerjakan sesuatu, dan sebanyak 3
dengan proses dan hasil, dan sebanyak 5
(1,14%)
(1,91%)
menjadi
orang
pegangan
tidak
memberikan
orang
tidak
memberikan
(6,89%)
pernyataan; dan (3) Ketika mengalami
orang menyatakan berbuat adil ketika
kegagalan dalam suatu urusan, sebanyak
tidak
sendiri,
228 (87,35%) orang menyatakan biasa
sebanyak 26 (9,96%) orang menyatakan
mengusahakan kembali untuk meraihnya,
berbuat adil ketika menguntungkan diri
sebanyak 24 (9,19%) orang menyatakan
sendiri,
mengganti dengan mengusahakan hal
pernyataan;
(2)
Sebanyak
menguntungkan
sebanyak
213
18
diri
(81,61%)
orang
menyatakan berbuat adil dalam kondisi
lainnya,
sebanyak
4
(1,53%)
orang
apapun, dan sebanyak 4 (1,53%) orang
menyatakan tidak pernah gagal dalam
tidak memberikan pernyataan; dan (3)
urusan apapun, dan sebanyak 5 (1,91%)
Sebanyak 70 (26,81%) orang menyatakan
orang tidak memberikan pernyataan.
tidak pernah terkena hasutan orang lain,
sebanyak 103 (39,46%) orang menyatakan
Karakter Punjul - Luhung
pernah satu kali terkena hasutan orang
Pada
lain,
orang
berkaitan dengan karakter punjul-luhung,
menyatakan pernah lebih dari satu kali
dari 261 responden, dapat teridentifikasi
terkena hasutan orang lain, dan sebanyak
beberapa
1
menghadapi
sebanyak
(0,38%)
orang
87
(33,33%)
tidak
memberikan
aspek
ini
hal
ditanyakan
berikut:
masalah,
(1)
tiga
hal
Ketika
sebanyak
207
(79,31%) orang menyatakan selalu berani
pernyataan.
mengambil keputusan apapun resikonya,
sebanyak 49 (18,77%) orang menyatakan
Karakter Junun - Jucung
Pada
aspek
ini
ditanyakan
tiga
hal
kurang
berani
dalam
mengambil
berkaitan dengan karakter junun-jucung,
keputusan, dan sebanyak 5 (1,91%) orang
dari 261 responden, dapat teridentifikasi
tidak
beberapa hal berikut: (1) Sebanyak 189
Sebanyak 89 (34,09%) orang menyatakan
[11]
memberikan
pernyataan;
(2)
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
memiliki kompetensi yang tinggi dalam
Kabupaten Sumedang, setelah terbentuk
bidang seni, sebanyak 97 (37,16%) orang
Perbup SPBS, diperlukan regulasi atau
menyatakan memiliki kompetensi yang
kebijakan
tinggi dalam bidang olahraga, sebanyak
Abidin (2006) sebagai kebijakan teknis,
15 (5,74%) orang menyatakan memiliki
agar Perbup SPBS benar-benar dapat
kompetensi yang tinggi dalam bidang
diimplementasikan dengan tahapan yang
teknologi, sebanyak 50 (19,15%) orang
baik
menyatakan memiliki kompetensi yang
evaluasi kebijakannya.
tinggi
dalam
sebanyak
bidang
lainnya,
dan
(3,83%)
orang
tidak
pernyataan;
(3)
10
memberikan
melakukan
dengan
disebut
tahapan
oleh
untuk
Untuk keberhasilan pendidikan karakter,
Dalam
sejumlah
pemikir
pendidikan
telah
mengeluarkan konsep-konsep pendidikan
selalu
karakter. Seperti Kohlberg (1978), yang
berusaha dan memberikan yang terbaik,
membagi perkembangan karakter siswa
sebanyak 90 (34,48%) orang menyatakan
pada
tiga
tahapan,
biasa
conventional
reasioning,
sebanyak 12 (4,59%) orang menyatakan
reasioning,
dan
biasa bekerja sesuai keinginan/mood, dan
reasioning. Berbeda dengan Kohlberg,
sebanyak
pemikir
orang
bekerja
3
sebanyak
disertai
yang
156
(59,77%)
pekerjaan,
lanjutan
menyatakan
sesuai
(1,14%)
kemampuan,
orang
tidak
lainnya
Verspoor
memberikan pernyataan.
bahwa
pre-
conventional
post-conventional
yaitu
(1991)
yaitu
Lockheed
merumuskan
pendidikan
karakter
and
konsep
dilakukan
PEMBAHASAN
melalui empat tahapan, yaitu tahap initial
Implementasi kebijakan pada dasarnya
stage, formal stage, transitional stage, dan
lebih penting dari pada sekedar membuat
tahap the stage of meaning. Penekanan
kebijakan.
”the
dari kedua konsep tersebut, Kohlberg
execution of policies will remain dreams if
menekankan pada kematangan kognitif
not more important than policy making.
siswa, sementara Lockheed and Verspoor
Policies will remain dreams or blue prints
menekankan pada kematangan siswa
file jackets unless they are implemented”
untuk
(pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu
perilakunya serta untuk melembagakan
yang penting, bahkan mungkin jauh lebih
perilakunya.
penting daripada pembuatan kebijakan.
pendidikan karakter, Lickona memberikan
Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa
10 pilar ciri pendidikan karakter, yaitu
impian
trustworthiness,
Dengan
atau
kata
rencana
lain,
bagus
yang
meresapi
dan
Untuk
memahami
pelaksanaan
respect,
responsibility,
tersimpan rapat dalam arsip kalau tidak
fairness,
diimplementasikan) (Udoji, 1981; Wahab
diligence,
Solichin, 1997; Yanti & Hartutiningsih, 2017).
(Lickona, 2009; Wahyu, 2011). Melalui
Berdasarkan
beragam
kondisi
yang
terjadi
di
[12]
caring,
integrity,
konsep
honesty,
dan
courage,
citizenship
tersebut,
dapat
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
dasarnya
atau pun hasil dari pekerjaan, dan kurang
karakter
berani dalam mengambil keputusan. Hal
tahapan-
ini menjadi potensi peserta didik untuk
tahapan yang jelas. Dengan demikian,
mengarah pada perilaku negatif. Oleh
diperlukan
sebab itu, sebagian peserta didik yang
diidentifikasi
bahwa
menerapkan
pendidikan
memerlukan
desain
atau
kejelasan
tahapan-tahapan
nilai-nilai
pada
pula
dalam
karakter
mengenai
memberikan
menerapkan
sesuai
untuk
kasundaan
pernyataan
dengan
yang
indikator
belum
nilai-nilai
tataran pendidikan formal khususnya di
kasundaan, adalah menjadi tanggung
sekolah dasar di Kabupaten Sumedang.
jawab
Hal ini yang perlu ditindaklanjuti dari
menerapkan nilai-nilai kasundaan agar
dikeluarkannya
lebih terinternalisasi ke dalam perilaku
peraturan
Bupati
pihak-pihak
peserta
meningkatkan kemampuan para guru di
menyatunya nilai dalam diri seseorang
Sumedang
(Fardus, 2010; Mulyana, 2004).
bidang
pengajaran
internalisasi
untuk
Sumedang tentang SPBS, terutama untuk
dalam
didik,
terkait
dalam
arti
sebagai bagian dari kerja profesionalnya
(Fahdini, Mulyadi, Suhandani, & Julia, 2014;
SIMPULAN
Suhandani & Julia, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan
bahwa
implementasi
terhadap
pendidikan karakter kasundaan di sekolah
kesepuluh nilai-nilai karakter kasundaan,
dasar di Kabupaten Sumedang dilakukan
maka dapat teridentifikasi bahwa pada
tanpa
mayoritas peserta didik sudah memiliki
tentang
perilaku sebagaimana diharapkan dalam
kurikulum sekolah saja. Belum ada integrasi
konteks
antara
Berdasarkan
hasil
nilai
survey
kasundaan
berdasarkan
berlandaskan
SPBS,
Perbub
kepada
namun
Perbup
merujuk
tentang
SPBS
pada
dengan
Perbup Sumedang tentang SPBS. Namun
kurikulum di sekolah, sehingga nilai-nilai
demikian,
sebagian
karakter
notabene
menunjukkan
kecil
lainnya
kasundaan
dalam
Perbup
yang
tentang SPBS belum terimplementasikan
belum sesuai harapan, seperti peserta
secara terstruktur pada tataran sekolah
didik
dasar.
yang
menjalankan
peserta
didik
perilaku
kurang
taat
kewajiban
agama,
atau
Oleh
implementasi
sebab
itu,
karakter
hasil
dari
kasundaan
mengakui
bahwa
khususnya pada jenjang sekolah dasar,
sesuai
dengan
meskipun mayoritas peserta didik sudah
perbuatannya, enggan untuk meminta
menunjukkan indikator yang baik, namun
maaf
minoritas
perkataannya
jika
yang
dalam
tidak
berbuat
kesalahan,
peserta
didik
teridentifikasi
menganggap demokrasi itu tidak penting,
memiliki potensi untuk berperilaku kepada
tidak selamanya bersikap jujur, tidak suka
arah yang kurang baik, sehingga perlu
berkerja sama, kurang kreatif, kurang hati-
diperjelas lagi desain pendidikan karakter
hati dan teliti, tidak peduli dengan proses
[13]
Omay Komara Jurjaman & Julia, Implementasi Pendidikan Karakter Lokal Kasundaan…
Majid,
A.
(2011).
Taqwa
Dasar
Pembentukan
Karakter.
In
D.
Budimansyah & K. Komalasari (Eds.),
Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi
Upaya
Pembinaan
Kepribadian
Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Mansur,
H.
(2014).
Implementasi
Pendidikan
Karakter
Di
Satuan
Pendidikan. In: Artikel LPMP SulSel
Desember.
Mardiyansyah, D., & Senda, I. (2011).
Keajaiban Berperilaku Positif: Tangga
Pustaka.
Marzuki. (2013). Revitalisasi Pendidikan
Agama
Di
Sekolah
Dalam
Pembangunan Karakter Bangsa Di
Masa
Depan.
Jurnal
Pendidikan
Karakter, 3(1).
Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan
pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.
Nugraha, A. R., Komariah, K., & Subekti, P.
(2014). FUNGSI HUMAS PEMERINTAH
KABUPATEN
SUMEDANG
DALAM
MENGKAMPANYEKAN
SUMEDANG
SEBAGAI PUSEUR BUDAYA SUNDA (SPBS).
edutech, 13(1).
Pemerintah, R. (2010). Kebijakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa Tahun
2010-2025. Jakarta: Pemerintah RI.
Pikiran-rakyat.com. (2014). Masih Ada
Pelajar SMP Pesta Miras Oplosan di
Sumedang.
Retrieved
from
http://www.pikiran-rakyat.com/jawabarat/2014/12/19/309139/masih-adapelajar-smp-pesta-miras-oplosan-disumedang
Rikatrin, A. (2016). DAMPAK KEBIJAKAN
SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA
TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI
KESUNDAAN. Universitas Pendidikan
Indonesia,
Suhandani, D., & Julia. (2014). Identifikasi
Kompetensi Guru Sebagai Cerminan
Profesionalisme Tenaga Pendidik Di
Kabupaten Sumedang (Kajian Pada
Kompetensi
Pedagogik).
Mimbar
Sekolah
Dasar,
1(2),
128-141.
doi:10.17509/mimbar-sd.v1i2.874
Udoji, C. J. (1981). The African Public
Servant as a Public Policy in Africa.
Addis Abeba: African Association for
Public
Administration
and
Management.
Wahab
Solichin,
A.
(1997).
Analisi
Kebijakan
dari
Formulasi
ke
Implementasi Kebijakan Negara. In:
Malang: Kebijakan Publik Intermedia.
kasundaan beserta tahapan-tahapan dan
evaluasinya di sekolah dasar.
REFERENSI
Abidin, S. Z. (2006). Kebijakan publik.
Jakarta: Suara Bebas.
Bappeda.
(2009).
Peraturan
Bupati
Sumedang Nomor 113 Tahun 2009
tentang Sumedang Puseur Budaya
Sunda.
Retrieved
from
http://bappeda.sumedangkab.go.id/d
ownlot.php?file=PERBUP%20113_THN200
9_TTG_SPBSL.pdf/.
Dharmawan, N. S. (2014). Implementasi
pendidikan karakter bangsa Pada
mahasiswa
di
perguruan
tinggi.
Makalah
dipresentasikan
pada
Pembinaan Pendidikan Karakter bagi
Mahasiswa PTS di Lingkungan Kopertis
Wilayah VIII, Universitas Udayana
Denpasar.
Fahdini, R., Julia, & Suhandani, D. (2015).
Implementasi
Pendidikan
Karakter
Kasundaan
Sebagai
Upaya
Membangun Budaya dan Karakter
Bangsa (Survei Pada Anak SMA di
Kabupaten Sumedang). Sumedang:
Bappeda Kab. Sumedang. Tidak
Dipublikasikan.
Fahdini, R., Mulyadi, E., Suhandani, D., &
Julia. (2014). Identifikasi Kompetensi
Guru
Sebagai
Cerminan
Profesionalisme Tenaga Pendidik Di
Kabupaten
Sumedang.
Mimbar
Sekolah
Dasar,
1(1).
doi:10.17509/mimbar-sd.v1i1.1362
Fardus. (2010). Model Pendidikan Nilai
Sosial Budaya dalam Keluarga dan
Lingkungan Manusia Bajo di Bajoe.
Jurnal Educationist, IV(1), 57-66.
Kohlberg, L. (1978). Revisions in the theory
and practice of moral development.
New directions for child and adolescent
development, 1978(2), 83-87.
Kurniawan, B. H. (2010). Yakinlah Anda
Pasti Bisa Sukses. In: Solo: Pustaka
Iltizam.
Lickona, T. (2009). Educating for character:
How our schools can teach respect and
responsibility. New York: Bantam Books.
Lockheed, M. E., & Verspoor, A. M. (1991).
Improving
primary
education
in
developing countries. Washington, D.C:
Published for the World Bank, Oxford
University Press.
[14]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 5 Nomor 1 April 2018
Wahyu. (2011). Masalah dan Usaha
Membangun Karakter Bangsa. In D.
Budimansyah & K. Komalasari (Eds.),
Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi
Upaya
Pembinaan
Kepribadian
Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Yanti, N. R. D., & Hartutiningsih, S. (2017).
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG
DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI
KANTOR
KECAMATAN
BARONG
TONGKOK KABUPATEN KUTAI BARAT.
[15]