this PDF file Efisiensi Persediaan Beras Pada Perusahaan Umum Bulog Divisi Regional Jawa Timur | | Agro Ekonomi 4 PB
38
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
EFISIENSI PERSEDIAAN BERAS PADA PERUSAHAAN UMUM BULOG
DIVISI REGIONAL JAWA TIMUR
The Efficiency of Rice Stock at BULOG Regional Division of East Java
Eva Yuliana Dewi Kristyaningrum, Titik Ekowati, Agus Setiyadi
Program Studi Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, Jawa Timur
[email protected]
ABSTRACT
Rice is a staple food in Indonesia. Badan Urusan Logistik (BULOG) has the job of Public
Service Obligation (PSO) to maintain the availability of rice in Indonesia. The objectives
of this study were to 1) analyze the economic order quantity, the amount of safety stock,
maximum inventory, and reorder point by Perum BULOG Regional Division of East
Java; 2) analyze total inventory cost and efficiency cost of rice stock by Perum BULOG
Regional Division of East Java. The research method was the case study. Purposive
sampling was used to determine research location. Data were analyzed by the economic
order quantity (EOQ), safety stock, maximum inventory, reorder point, total inventory
cost, and cost-efficiency. Research result showed that economic order quantity at Perum
BULOG Regional Division of East Java was 3,331 ton for each ordering and ordering
frecuency for each years was 357 times. The amount of safety stock was 297,360.5 ton.
Maximum inventory that can be managed was 300,691.5 ton. Reorder point by Perum
BULOG Regional Division of East Java was 395,122.9 ton. The cost efficiency up to
IDR 4,040,130.
Keywords: BULOG, Economic Order Quantity, Efficiency, Rice
INTISARI
Beras adalah bahan pangan pokok di Indonesia. Badan Urusan Logistik (BULOG)
memiliki tugas Public Service Obligation (PSO) untuk menjaga ketersediaan beras di
Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis jumlah pemesanan beras yang
ekonomis pada setiap kali pemesanan, jumlah persediaan pengaman, jumlah persediaan
maksimal, dan titik pemesanan kembali oleh Perum BULOG Divre Jawa Timur menggunakan
metode EOQ, Safety Stock, Maximum Inventory, dan Reorder Point; 2) menganalisis total biaya
persediaan beras yang efisien oleh Perum BULOG Divre Jawa Timur menggunakan metode
Total Inventory Cost dan efisiensi biaya. Jumlah pesanan ekonomis setiap kali pesan sebesar
3.331 ton dan frekuensi pemesanan selama satu tahun sebanyak 357 kali. Jumlah persediaan
pengaman sebesar 297.360,5 ton. Jumlah persediaan maksimum sebesar 300.691,5
ton. Titik pemesanan kembali Perum BULOG Divre Jawa Timur pada saat persediaan
di gudang sebesar 395.122,9 ton. Efisiensi biaya yang diperoleh Perum BULOG Divre
Jawa Timur bila menggunakan metode EOQ sebesar Rp 4.040.130 setiap kali pemesanan.
Kata Kunci : Beras, BULOG, Economic Order Quantity, Efisiensi
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
PENDAHULUAN
Beras adalah bahan pangan pokok
di Indonesia. Beras memiliki nilai yang
39
seperti kemiskinan, kelaparan, kekumuhan
kota, berkurangnya daya dukung lahan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
sangat strategis karena menguasai hajat
Laju pertumbuhan penduduk di
hidup orang banyak dan menjadi parameter
Indonesia pada tahun 2000-2015 mencapai
stabilitas ekonomi dan sosial negara.
a n g k a 1 , 4. Pe rt u m b u h a n p e n d ud u k
Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah
yang semakin meningkat menyebabkan
menjadi nasi, makanan pokok terpenting
kebutuhan pangan juga meningkat
warga dunia. Di indonesia mayoritas
khususnya beras. Ketersediaaan beras
masyarakatnya menjadikan nasi sebagai
diharapkan tetap kontinyu.
makanan pokok sehari-hari. Sulitnya
Berdasarkan hal tersebut Badan
mencapat swasembada beras membuat
Urusan Logistik (BULOG) memiliki
pemerintah harus mengimpor beras dari
tugas Public Service Obligation (PSO)
luar negeri. Pemerintah pun juga kesulitan
dengan menjaga Harga Dasar Pembelian
untuk mengubah makanan pokok rakyat
untuk gabah, stabilisasi harga khususnya
indonesia karena masyarakat tidak mau
harga pokok, menyalurkan beras untuk
pindah ke makanan pokok yang lain.
orang miskin (Raskin) dan pengelolaan
Badan Pusat Statistik mencatat
stok pangan. Pengendalian persediaan
ba hwa l a j u pe rt um buha n pe nduduk
merupakan sistem yang digunakan
Indonesia selama periode 2000-2010
perusahaan sebagai laporan untuk
lebih tinggi dibanding periode 1990-2000.
manajemen puncak maupun manajer
Laju pertumbuhan penduduk 2000-2010
persediaan sebagai alat ukur kinerja
mencapai 1,49 persen atau lebih tinggi
persediaan dan dapat digunakan untuk
dibanding periode 1990-2000 yang hanya
membantu membuat kebijakan persediaan,
mencapai 1,45 persen, sesuai dengan
seperti menjaga jangan sampai perusahaan
hasil sensus tahun 2010 jumlah penduduk
kehabisan persediaan sehingga dapat
Indonesia sebanyak 237,56 juta orang.
mengakibatkan kehilangan pendapatan
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan
serta laba usaha. Atau menjaga agar
pangan 237,56 juta orang dibutuhkan lahan
pembelian secara kecil-kecilan dapat
produktif untuk tanaman padi seluas 13 juta
dihindari karena hal ini mengakibatkan
ha, namun saat ini lahan padi yang diolah
biaya pemesanan menjadi besar, sehingga
seluas 7,7 ha, jika pertambahan penduduk
perusahaan selalu mempunyai persediaan
setiap tahunnya sebesar 1,49% atau bahkan
dan jumlah yang tepat, pada waktu yang
melebihi, maka dengan sendirinya akan
tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu
mendatangkan masalah-masalah sosial
yang telah ditentukan sehingga kontinuitas
40
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
usaha dapat terjamin/ tidak terganggu
terpenuhi sehingga perusahaan akan
(Sampeallo, 2012).
kehilangan konsumen dan kesempatan
Manajemen persediaan yang baik
memperoleh laba akibat habisnya barang
akan mencapai titik ekonomis dimana
dagangan. Apabila persediaan barang
ketersediaan selalu mencukupi kebutuhan
dagangan berlebihan mengakibatkan
dan bi aya yan g di keluar ka n ti da k
penggunaan dana yang tidak efisien karena
berlebihan. Efisiensi persediaan merupakan
tidak banyak modal yang tertanam untuk
salah satu indikator manajemen persediaan
satu jenis barang saja sehingga dapat
yang baik. Efisiensi adalah suatu ukuran
meningkatkan biaya penyimpanan dan
keberhasilan yang dinilai dari besarnya
biaya perawatan serta memperbesar risiko
sumber daya yang dikorbankan untuk
apabila barang tersebut rusak atau hilang.
memperoleh hasil tertentu.
E f e kt i vi t a s da n e fi s i e ns i pun
Menurut Sampeallo (2012) ada
mer upa ka n sal a h s a t u f akt o r bagi
beberapa alasan sehingga efektifitas
perusahaan untuk melakukan pembenahan
perusahaan ini menjadi sangat penting.
dan perbaikan, khususnya di dalam proses
Alasan pertama yaitu penyimpanan
produksi. Dengan demikian, masalah
barang diperlukan perus ahaan agar
perencanaan dan pengendalian persediaan
dapat memenuhi pesanan pembeli dalam
merupakan satu masalah yang harus
waktu yang cepat. Jika perusahaan tidak
dihadapi oleh setiap perusahaan. Untuk
memiliki persediaan barang dan tidak
mengantisipasi persediaan tersebut, pihak
dapat memenuhi pesanan pembeli pada
perusahaan perlu merencanakan suatu
saat tepat, maka kemungkinannya pembeli
sistem pemesanan bahan baku yang tepat
akan berpindah ke perusahaan lain. Alasan
sehingga mengurangi biaya persediaan
yang kedua untuk berjaga-jaga pada saat
seoptimal mungkin. Masalah utama
barang di pasar sulit diperoleh. Sehingga
dalam perencanaan dan pengendalian
perusahaan perlu untuk menyimpannya.
persediaan adalah menentukan berapa
Selain itu karena tanpa manajemen
banyak bahan baku atau bahan mentah
persediaan perusahaan akan mengalami
yang sebaiknya dilakukan perusahaan
kelebihan atau kekurangan persediaan
dan kapan sebaiknya pemesanan tersebut
barang dagangan.
dilakukan agar kegiatan produksi dapat
Apabila persediaan barang dagangan
berj alan dengan lancar yang pada
yang dimiliki perusahaan kurang dari
akhirnya akan meningkatkan efisiensi
yang dibutuhkan maka peroses kelancaran
dari kegiatan produksi tersebut. Untuk
perdagangan akan terganggu, kebutuhan
dapat meningkatkan efisiensi kegiatan
pelanggan akan produksi tersebut tidak
produksi memang tidak mudah. Hal itu
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
41
tentu tidak terlepas dari tingkat kerumitan
biaya pemeliharaan dan pemesanan dan
yang dialami oleh perusahaan dalam
perm i nt a a n m at e ri a l t a huna n (Guga ,
menerapkan kebijakan persediaan (Sutono
2015).
dan Taufik, 2005).
Perum BULOG Divisi Regional
Nilai efisiensi persediaan dapat
Jawa Timur (Divre Jatim) merupakan suatu
diketahui melalui beberapa metode seperti
badan yang berada dalam pengawasan
metode economic order quantity (EOQ)
Badan Usaha Milik Negara, yang bergerak
dan metode just in time (JIT). Metode yang
di bidang logistik pangan di Jawa Timur.
sering dilakukan adalah metode EOQ karena
Yang utamanya mengurusi tata niaga beras.
perhitungannya paling sederhana. Jumlah
Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi
persediaan beras dan biaya pengadaan
usaha logistik/ pergudangan, survei dan
yang optimal merupakan indikator
pemberantasan hama, penyediaan karung
efisiensi persediaan beras. EOQ adalah
plastik, usaha angkutan, perdagangan
model yang digunakan untuk menghitung
komoditi pangan dan usaha eceran.
jumlah optimal yang dapat dibeli untuk
Perum BULOG Divre Jawa Timur
meminimalkan biaya persediaan dan
salah satu Perum BULOG terbesar di
pengolahan pesanan pembelian (Kumar,
Indonesia selain Perum BULOG Divre
2016). Jumlah persediaan beras dan biaya
Jawa Tengah (Jateng) dan Divre Jawa
pengadaan yang optimal merupakan
Barat (Jabar). Perum BULOG Divre Jawa
indikator efisiensi persediaan beras.
Timur adalah satu-satunya lembaga yang
EOQ menentukan jumlah optimal
mengelola ketersediaan beras di Divre
dari biaya yang terpengaruh baik oleh
Jawa Timur serta Perum BULOG terbesar
jumlah persediaan yang dimiliki maupun
di Indonesia yang memenuhi kebutuhan
jumlah pesanan yang dibuat. Memesan
beras bukan hanya di wilayah Jawa Timur
dalam jumlah besar sekaligus akan
namun seluruh Indonesia.
meningkatkan biaya pemeliharaan usaha
Berdasarkan latar belakang, penelitian
kecil, karena itu akan menambah jumlah
ini dilakukan untuk menganalisis efisiensi
stok di gudang, sementara biaya pemesanan
persediaan beras di Perum BULOG Divre
akan diturunkan. Meningkatnya jumlah
Divre Jawa Timur menggunakan metode
pesanan mengurangi biaya penahanan
EOQ dan nilai efisiensi biaya persediaan
namun meningkatkan biaya pemesanan.
beras dengan menggunakan metode
Model EOQ menemukan bahwa
efisiensi biaya.
meminimalkan jumlah biaya ini. Kuantitas
Sentana (2006) cit. Gobel (2013)
pesanan ekonomi menemukan formula
m e ny a t a ka n e f i s i e ns i bi a ya da l a m
yang menunjukkan hubungan antara
pengertian sesungguhnya, bukanlah
42
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
p e m a n gk a s a n b i a ya . P e n i n gka t a n
METODE PENELITIAN
efisiensi biaya menyangkut perhitungan
Metode penelitian ini adalah studi
bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan
kasus yang terfokus pada suatu kasus
harus dengan memperhitungkan tingkat
tertentu untuk diamati dan dianalisis
kemanfaatan bagi pendapatan perusahaan.
secara cermat dan tuntas. Kasus dalam
Efisiensi biaya dalam perusahaan untuk
penelitian ini adalah efisiensi persediaan
menekan pengeluaran -pengeluaran
beras di Perum BULOG Divre Jawa Timur.
yang tidak perlu, agar tidak terjadi
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pemborosan biaya. Ada beberapa hal
apakah manajemen persediaan beras di
yang harus dilakukan oleh perusahaan
Perum BULOG Divre Jawa Timur sudah
untuk melaksanakan efisiensi biaya, yaitu
efisien dari segi kuantitas dan biaya.
di antaranya: melakukan efisiensi biaya
produksi, meningkatkan efisiensi dan
kinerja tenaga kerja, menetapkan biaya
standar.
Metode Penentuan Lokasi
Penelitian dilaksanakan pada Tahun
2016 di Perum BULOG Divre Jawa Timur,
Penelitian ini perlu dilakukan karena
Surabaya. Penentuan lokasi dilakukan
pengelolaan persediaan beras yang baik
dengan metode purposive sampling
penting dilakukan untuk menunjang upaya
dengan alasan Perum BULOG Divre
pemenuhan kebutuhan akan beras sebagai
Jawa Timur adalah satu-satunya lembaga
makanan pokok masyarakat.
yang mengelola ketersediaan beras melalui
Tujuan penelitian ini adalah :
manajemen persediaan beras di Jawa Timur
1.
Menganalisis jumlah pemesanan
serta salah satu Perum BULOG terbesar di
beras yang ekonomis pada setiap
Indonesia.
kali pemesanan, jumlah persediaan
p e n ga m a n , j u ml a h p e r s e d i a a n
Sampel Penelitian
maksimal, dan titik pemesanan kembali
Sampel penelitian ini Ketua Seksi
oleh Perum BULOG Divre Jawa Timur
Persediaan dan Angkutan, Ketua Seksi
menggunakan metode EOQ, Safety
Pengadaan, Ketua Seksi Penyaluran,
Stock (SS), Maximum Inventory (MI),
Ketua Seksi Perawatan Kualitas dan
dan Reorder Point (ROP)
beberapa staff masing-masing seksi
2. Menganalisis total biaya persediaan
tersebut. Metode penentuan sampel dengan
beras yang efisien oleh Perum BULOG
metode purposive sampling dengan alasan
Di vr e Ja wa Ti m ur m e n gg una ka n
sampel tersebut merupakan sampel yang
metode Total Inventory Cost (TIC) dan
berhubungan dengan persediaan beras di
efisiensi biaya.
Perum BULOG Divre Jawa Timur.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
Jenis dan Sumber Data
43
Economic Order Quantity (EOQ)
Pengumpulan data dilakukan dengan
Analisis EOQ digunakan untuk
dua cara yaitu pengumpulan data primer
mengetahui jumlah pesanan beras yang
dan pengumpulan data sekunder. Data
ekonomis untuk satu kali pesan. Asumsi-
primer dilakukan dengan cara melakukan
asumsi yang perlu diketahui menurut
wawancara kepada informan kunci dengan
Keown et al. (2005) yaitu biaya pemesanan
mengajukan berbagai jenis pertanyaan
setiap kali pesan tetap, harga pembelian
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
beras tetap, biaya penyimpanan tetap, dan
Data sekunder diperoleh dari pencatatan
beras selalu tersedia di pasar. Persediaan
data yang berkaitan dengan manajemen
beras dikatakan efisien bila jumlah pesanan
pe rse di a a n be ra s. Da t a ya ng t e l a h
ekonomis setiap kali pemesanan tidak jauh
diperoleh menjadi dasar pembahasan
dari nilai EOQ.
pada penyusunan laporan, diolah, dianalisis
secara deskriptif dan dibandingkan dengan
berbagai pustaka, kemudian dilakukan
penyusunan hasil penelitian.
Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan
metode deskriptif dan metode kuantitatif.
Metode deskripti f bertujuan untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan atau
gejala-gejala yang sedang terjadi pada
saat penelitian dilakukan dan memeriksa
sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
Metode ini digunakan untuk menjawab
tujuan. Metode kuantitatif adalah metode
yang digunakan apabila kesimpulankesimpulan yang dipakai dapat dibuktikan
dengan angka. Tujuan 1 dianalisis dengan
rumus EOQ, SS, MI dan ROP. Tujuan 2
dianalisis dengan rumus TIC dan efisiensi
biaya untuk menentukan biaya persediaan
beras yang optimal dan ekonomis.
EOQ =
Keterangan:
EOQ= J uml a h ekono mi s ber as per
pemesanan (ton)
A
= Kebutuhan beras per tahun (ton)
P
= Biaya pemesanan beras setiap
kali pesan (Rp)
R
= Harga beras per ton (Rp)
C
= Biaya penyimpanan beras dari
biaya pembelian yang dinyatakan
dalam persentase (%)
Persediaan pengaman (Safety Stock).
P er se di a a n pen ga ma n ad al a h
persediaan tambahan yang diadakan untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan
terjadinya kekurangan bahan baku beras.
Dalam penelitian Ruauw (2011), persediaan
pengaman dikatakan sebagai suatu
persediaan yang dicadangankan sebagai
p e n g a m a n d a r i k e l a n g su n g a n p r o se s
44
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
produksi perusahaan. Persediaan pengaman
diperlukan karena dalam kenyataannya
jumlah bahan baku yang diperlukan untuk
Maximum Inventory = SS + EOQ
proses produksi tidak selalu tepat seperti
Keterangan:
yang direncanakan.
EOQ = Jumlah ekonomis beras per pemesanan
Fitriani et al. (2014) menyatakan
bahwa Perum BULOG menentukan
persediaan pengaman yang harus dimiliki
adalah 3 bulan penyaluran rutin, dengan
asumsi apabila terjadi gagal panen
maka Perum BULOG masih memiliki
persediaan beras selama tiga bulan ke
depan. Sehingga pada rumus safety stock 3
dikali penyaluran beras setiap bulan. Nilai
SS akan mempengaruhi nilai TIC karena
semakin banyak beras di gudang semakin
tinggi biaya penyimpanannya semakin
tinggi pula total biaya persediaan.
SS = 3 x rata-rata penyaluran beras setiap
bulan
Keterangan:
SS = Persediaan pengaman (kg)
(ton)
SS = Persediaan pengaman (kg)
Titik pemesanan kembali (reorder point).
Titik pemesanan kembali adalah
titik dimana perusahaan harus melakukan
pemesanan kembali. Persamaan untuk
ROP ini mengasumsikan permintaan
selama waktu tunggu dan waktu tunggu
itu sendiri adalah konstan. Ketika
kondisinya tidak seperti ini, perusahaan
harus menambahkan SS. Model-model
persediaan mengasumsikan bahwa suatu
perusahaan akan menunggu sampai
tingkat persediaannya mencapai nol
sebelum perusahaan memesan lagi,
da n de nga n se k e t i ka ki ri m a n a ka n
diterima. Keputusan akan memesan
biasanya diungkapkan dalam konteks
Jumlah persediaan maksimal (Maximum
titik pemesanan ulang, tingkat persediaan
dimana harus dilakukan pemesanan
Inventory).
J u ml a h p er se di aa n ma ksi ma l
(Heizer dan Render, 2008). Lead time/
diperoleh dari penjumlahan SS dan EOQ.
waktu tunggu mempengaruhi reorder
Persediaan beras maksimum atau MI juga
point. Lead Time ialah jangka waktu
disesuaikan dengan kapasitas gudang di
antara pesanan pelanggan dan pengiriman
Perum BULOG Divre Jawa Timur.
produk akhir.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
ROP = d + SS
Keterangan :
d
= Penyaluran selama waktu tunggu
SS = Persediaan pengaman (kg)
45
tahu limit ketidakpastian masa depan
terhadap operasi perusahaan. Ramalan
tentang permintaan ini akan memberikan
mata rantai penghubung antara perusahaan
dengan lingkungan pasarnya. Hasil yang
diharapkan dari peramalan ini adalah
ROP atau biasa disebut dengan
batas/titik jumlah pemesanan kembali
termasuk permintaan yang diinginkan
atau dibutuhkan selama masa tenggang,
misalnya suatu tambahan/ekstra stock.
Menurut Freddy Rangkuti cit. Wardhani
(2015), reorder point mempunyai beberapa
model, diantaranya yaitu:
seperangkat perkiraan dari seluruh manajer
mengenai level yang diharapkan dari
kegiatan bisnis di masa depan dan perkiraan
prestasi penjualan dari masing-masing
produk”. Kombinasi dari kebijaksanaan
EOQ dan per sediaa n penga mana n
menentukan standart bagi mekanisme
pemesanan kembali (reordering).
1. Jumlah permintaan maupun masa
tenggang adalah konstan.
2. Jumlah permintaan adalah variable,
sedangkan masa tenggang adalah
konstan
3. Jumlah permintaan adalah konstan,
sedangkan masa tenggang adalah
variable
4. Jumlah permintaan maupun masa
tenggang adalah variable.
Efisiensi Biaya
Efisiensi biaya diperoleh dari selisih
TIC sebelum perusahaan menggunakan
EOQ dan sesudah perusahaan menerapkan
EOQ. Biaya per sediaa n di kat akan
efisien bila nilai efisiensi biaya rendah
atau mendekati 0. Efisiensi biaya akan
berkisar dalam interval (0,1] dengan nilai
efisiensi satu menunjukkan biaya tersebut
merupakan biaya yang paling efisien
Pengisian kembali atau reorder point
(Apriyana et.al., 2015).
tidak bisa dilakukan hanya memperkirakan
saja atau ramalan ( forecast ) karena
permintaan langganan adalah di luar
wewenang perusahaan, dalam arti bahwa
Efisiensi Biaya = TIC sebelum EOQ –
TIC setelah EOQ
calon langganan bebas untuk memilih
Keterangan:
apa yang mereka ingin dan kapan mereka
EOQ = Jumlah ekonomis beras per
pemesanan (ton)
menghendakinya . Menurut Donald
(2002) cit. Wardhani (2015) “Peramalan
merupakan cara perusahaan untuk mencari
TIC = Total Inventory Cost (total biaya
persediaan)
46
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN
Divre dan Subdivre hanya menerima, beras
Manajemen Persediaan Beras
pengadaan dari luar negeri. Divre Jawa
Wijayanti et al. (2011) menyatakan
Timur hanya sebagai tempat transit dan
bahwa pengelolaan persediaan beras yang
beras tersebut akan segera dikirimkan ke
baik penting dilakukan untuk menunjang
daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.
upaya pemenuhan kebutuhan akan beras
Hal ini terjadi karena persediaan beras
sebagai makanan pokok masyarakat. Alur
tersebut sangat cukup untuk memenuhi
pengadaan beras berawal dari Kantor
kebutuhan beras di wilayah Jawa Timur.
Pusat Perum BULOG memberikan target
Kelebihan Divre Jawa Timur adalah
pengadaan kepada Divre/Subdivre. Divre/
memiliki gudang terbesar dan kapal dari
Subdivre melakukan kontrak pengadaan
luar negeri mampu bersandar di Pelabuhan
melalui 3 saluran yaitu UB-PGB, Mitra
Tanjung Perak.
Kerja, dan SATGAS. UB-PGB, Mitra
Penyaluran meliputi penyaluran
Kerja, dan SATGAS mengirimkan beras
golongan angkatan (golang) berdasarkan
ke gudang yang ditunjuk sesuai dengan
perintah logistik (prinlog), penyaluran
jumlah yang disepakati. Penerimaan
golang diluar prinlog, penyaluran raskin,
beras di gudang diawali dengan survei
cadangan beras pemerintah, penyaluran
pemeriksaan kualitas dan kuantitas sebelum
lain-lain, ekspor, giling gabah, reproses/
masuk oleh petugas pemeriksa kualitas.
rebaging, move regional out, move nasional
Bila kualitas dan kuantitas sesuai dengan
out, kehilangan/ kekurangan/ pemusnahan,
kesepakatan maka gudang menerima beras
susut simpan, turun mutu, dan koreksi.
dan membuat laporan penerimaan barang.
Penyaluran golang berdasarkan prinlog
Sumber pengadaan beras Perum
adalah penyaluran untuk TNI, POLRI, dan
BULOG Divre Jawa Timur hanya berasal
Departemen Sosial sesuai dengan surat
da ri da l a m n e g e ri . B e ra s di be l i da ri
perintah logistik dari pusat.
hasil produksi petani di 38 Kabupaten
Penyimpanan beras di gudang
di Jawa Timur. Penyumbang terbesar
Subdivre Surabaya Utara terdiri dari
pengadaan beras di wilayah Jawa Timur
beberapa tumpukan. Satu tumpukan berisi
berasal dari 4 Subdivre yaitu Subdivre
25 tingkat beras dengan berat bersih 50 kg.
Bojonegoro, Subdivre Surabaya Utara,
Gudang di Divre Jawa Timur menggunakan
Subdivre Surabaya Selatan, dan Subdivre
metode FIFO (First In First Out) artinya
Jember. Perum BULOG Divre Jawa Timur
stok beras yang pertama masuk gudang
ditugaskan menerima, menyimpan, dan
adalah stok pertama yang keluar gudang.
mengirim beras impor. Pengadaan beras
Perum BULOG menggunakan metode
impor sepenuhnya diatur oleh Kantor Pusat.
FIFO dengan harapan kualitas barang tidak
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
47
menurun saat penyimpanan di gudang.
pengadaan tetap, biaya penyimpanan tetap,
Semakin lama beras disimpan di gudang
dan beras selalu tersedia di pasar. Biaya
semakin tinggi potensi kualitas beras
pengadaan terdiri dari biaya bongkar beras
menurun.
di gudang sebesar Rp 12/kg dan biaya
Pengontrolan beras di gudang
survei kualitas di gudang sebesar Rp 3,6/
dilakukan oleh Seksi Pest Quality Control
kg sehingga jumlah biaya pengadaan
(PQC) sesuai dengan Standar Operasional
sebesar Rp 15,6/kg. Biaya penyimpanan
Prosedur (SOP) dan administrasi sebelum
terdiri dari biaya fumigasi sebesar Rp
dilakukan. Perawatan kualitas beras di
6,34/kg dan biaya spraying Rp 322/m2
dalam gudang hanya dengan spraying dan
atau sekitar Rp 7,55/kg sehingga jumlah
fumigasi. Spraying dilakukan rutin setiap
biaya penyimpanan sebesar Rp 13,89/
bulan atau pada saat hama masih tingkat
kg. Berdasarkan hasil pengolahan data
rendah. Fumigasi dilakukan 3 bulan sekali
dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015,
oleh Seksi PQC dan tenaga buruh. Hama
kebutuhan beras selama 1 tahun sebesar
paling berbahaya di gudang Perum BULOG
1.189.442 ton (A); biaya pemesanan setiap
Divre Jawa Timur adalah hama Rhyzoperta
kali pesan sebesar Rp 54.097.564 (P); harga
sp. karena hama ini dapat mengubah beras
beras per ton sebesar Rp 7.300.000 (R) ;
menjadi butiran seperti tepung. Hal tersebut
dan biaya penyimpanan per unit sebesar
didukung oleh Wiranata et al. (2013) yang
1,59% (C).
menyatakan bahwa populasi tertinggi pada
Berdasarkan hasil perhitungan dapat
gudang BULOG di Kabupaten Jember
diketahui bahwa jumlah pesanan ekonomis
adalah Rhyzoperta dominica dengan 718
setiap kali pesan sebesar 3.331 ton dan
individu sedangkan hama jenis lain hanya
frekuensi pemesanan selama satu tahun
berjumlah antara 131-176 individu. Hama
sebanyak 357 kali. Nilai tersebut lebih besar
tersebut dapat dimusnahkan dengan cara
bila dibandingkan dengan penelitian Fitriani
fumigasi.
et al. (2014) yang menyatakan bahwa EOQ
di Perum BULOG Divre Nusa Tenggara
Economic Order Quantity (EOQ)
Timur (NTT) sebesar 816,65 ton dengan
Heizer dan Render (2008) menyatakan
frekuensi pemesanan 175 kali. Hal tersebut
bahwa jumlah pesanan ekonomis atau
terjadi karena kebutuhan beras di Jawa
EOQ adalah salah satu teknik manajemen
Timur lebih besar dari kebutuhan beras di
persediaan yang meminimalkan biaya total
NTT. Realisasi pengadaan beras Perum
dari pemesanan dan penyimpanan. Asumsi
BULOG Divre Jawa Timur setiap kali
yang digunakan dalam menghitung EOQ
pesan sekitar 3.468 ton dengan frekuensi
adalah harga pembelian beras tetap, biaya
pemesanan sekitar 270 kali. Selisih EOQ
48
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
dan realisasi pengadaan sebesar 137
persediaan pengaman di Perum BULOG
ton, sehingga pengadaan beras di Perum
Divre Jawa Timur sudah optimal karena
BULOG Divre Jawa Timur belum optimal.
SS di gudang dapat memenuhi kebutuhan
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Famee
beras 3 bulan ke depan. Hal tersebut tidak
(2015) yang menyatakan bahwa kuantitas
sesuai dengan SS di Perum BULOG Divre
pengadaan beras Perum BULOG Divre
DIY. Famee (2015) menyatakan bahwa
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum
jumlah persediaan pengaman di beberapa
optimal. Hal ini terjadi karena beberapa
bulan berada dibawah MSR. Hal tersebut
faktor yaitu masa panen, jumlah beras yang
dapat diatasi dengan menambah jumlah
dipanen petani dan jumlah kebutuhan beras.
pengadaan beras sehingga persediaan
di gudang dapat memenuhi kebutuhan
Persediaan Pengaman
minimal 3 bulan ke depan.
Siste m Inf or masi Manaj emen
BULOG menyatakan bahwa Minimum
Pers ed iaan Maks imum (M aximu m
Stock Requirement (MSR) merupakan
Inventory)
Minimum Stock yang diperlukan sama
Persediaan maksimum diperoleh dari
dengan 3 sampai dengan 4 bulan kebutuhan
penjumlahan EOQ dan SS. EOQ di Perum
penyaluran setempat. MSR merupakan
BULOG Divre Jawa Timur pada tahun
stok minimum yang harus tersedia
2015 sebesar 8.584,974 ton dan SS sebesar
untuk memenuhi kebutuhan penyaluran.
297.360,5 ton.
Penyaluran beras Perum BULOG Divre
Berdasarkan hasil perhitungan
Jawa Timur pada tahun 2015 sebesar
dapat diketahui bahwa jumlah persediaan
1.189.442 ton. Rata-rata penyaluran beras
maksimum sebesar 300.691,5 ton. Nilai
setiap bulan adalah 99.120,167 ton.
tersebut lebih besar bila dibandingkan
Berdasarkan hasil perhitungan
dengan MI di Perum BULOG Divre NTT.
dapat diketahui bahwa jumlah persediaan
Fitriani et al. (2014) menyatakan bahwa
pengaman sebesar 297.360,5 ton. Nilai
MI di Perum BULOG Divre NTT sebesar
tersebut lebih besar bila dibandingkan
36.548,36 ton. Hal tersebut terjadi karena
dengan SS di Perum BULOG Divre NTT
EOQ dan SS di Divre Jawa Timur lebih
sesuai dengan penelitian Fitriani et al.
besar dibandingkan di Divre NTT.
(2014) yang menyatakan bahwa SS di Perum
BULOG Divre NTT sebesar 35.731,71 ton.
Titik Pemesanan Kembali (Reorder
Hal tersebut terjadi karena penyaluran
Point)
beras di Perum BULOG Divre Jawa Timur
Titik pemesanan kembali atau reorder
lebih besar dari Divre NTT. Realisasi
point diperoleh dari penjumlahan SS dan
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
penyaluran selama waktu tunggu (d). SS
49
Efisiensi Biaya Persediaan
di Perum BULOG Divre Jawa Timur pada
Efisiensi biaya persediaan beras
tahun 2015 sebesar 297.360,5 ton. Waktu
dapat diketahui dengan menghitung total
tunggu (lead time) di Perum BULOG Divre
biaya persediaan sebelum menggunakan
Jawa Timur selama 30 hari dari pembuatan
EOQ atau biaya persediaan realisasi dan
kontrak hingga beras sampai di gudang.
biaya persediaan sesudah menggunakan
Perhitungan penyaluran selama waktu
EOQ. Berdasarkan hasil perhitungan,
tunggu di Perum BULOG Divre Jawa
TIC menggunakan EOQ sebesar Rp
Timur sebagai berikut:
19.508.369.401 sedangkan realisasinya
Berdasarkan hasil perhitungan
sebesar Rp 18.756.357.815. Sehingga,
dapat diketahui bahwa titik pemesanan
b i a y a pe r se d i a a n di Pe ru m B UL OG
kembali P erum BULOG Divre Jawa
Divre Jawa Timur belum efisien. Namun,
Timur pada saat persediaan di gudang
hal tersebut dapat dijustifikasi dengan
sebesar 395.122,9 ton. Pemesanan di Perum
penj umlahan biaya pengadaan dan
BULOG Divre Jawa Timur dilakukan setiap
biaya penyimpanan. Berdasarkan hasil
saat bila beras di petani atau mitra kerja
p e r h i t u n g a n d a p a t d i k e t a h u i b a h wa
tersedia untuk dibeli. Hal ini dilakukan
justifikasi nilai TIC sebelum menggunakan
untuk menjaga stabilitas pangan dan
EOQ sebesar Rp 102.271.320 dan nilai
menghindari resiko bila terjadi gagal panen
TIC setelah menggunakan EOQ sebesar
di kemudian hari. Hal tersebut sesuai
Rp 98.231.190. S ehingga efis iens i
dengan Perum BULOG Divre DIY. Famee
biaya yang diperoleh Perum BULOG
(2015) menyatakan bahwa Perum BULOG
Divre Jawa Timur bila menggunakan
Divre DIY belum teliti dalam menentukan
metode EOQ sebesar Rp 4.040.130
titik ROP sehingga biaya penyimpanan
setiap kali pemesanan. Hal tersebut
lebih tinggi dan berpotensi terjadinya
sesuai dengan penelitian Fitriani e t
persediaan yang berlebih. Perum BULOG
a l . (2 0 14 ) y a n g m e n ya t a k a n ba h wa
Divre NTT juga melakukan hal yang sama.
efisiensi biaya di Perum BULOG Divre
Fitriani et al. (2014) menyatakan bahwa
NTT bila menggunakan EOQ sebesar
pemesanan di Perum BULOG Divre NTT
Rp 3.624.813,01. Hal ini didukung oleh
mengikuti pola produksi beras dan belum
Famee (2015) yang mengungkapkan
sesuai dengan tingkat persediaan yang
bahwa biaya persediaan actual Perum
dikelola karena Perum BULOG Divre NTT
BULOG Divre DIY lebih besar
lebih mengutamakan menjaga stabilitas
dibandingkan dengan biaya persediaan
pangan.
optimal sehingga tidak efisien.
50
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
KESIMPULAN DAN SARAN
sehingga biaya yang dikeluarkan
Kesimpulan
optimal.
Berdasarkan hasil penelitian dan
2. Pengajuan permohonan ke Perum
perhitungan dapat disimpulkan bahwa:
BULOG Pusat untuk meningkatkan
1. J umlah pes anan ekonomis s etiap
biaya persediaan sehinggga biaya
kali pesan sebesar 3.331 ton. Jumlah
persediaan menjadi lebih efisien.
persediaan pengaman sebesar 297.360,5
ton. Jumlah persediaan maksimum
DAFTAR PUSTAKA
sebesar 300.691,5 ton. Titik pemesanan
Apriyana, Alfin; Hermanto Siregar, dan
Heni Hasanah. 2015. Faktor-faktor
yang Memengaruhi Efisiensi Biaya
Perbankan di Kawasan ASEAN-5.
Jurnal Manajemen Teknologi 14 (3).
kembali Perum BULOG Divre Jawa
Timur pada saat persediaan di gudang
sebesar 395.122,9 ton. Total biaya
persediaan beras yang efisien sesuai
belum efisien. Namun bila dijustifikasi
Fa me e , D. A. N. 2015. Efisi ensi
Persediaan Beras Perum BULOG
Divisi Regional Daerah Istimewa
Yogyakarta. [skripsi]. Yogyakarta:
Program Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada.
nilai efisiensi biaya yang diperoleh
Fitriani, N., R. P. Yusuf., & I. K. Rantau.
Perum BULOG Divre Jawa Timur bila
2014. Analisis Persediaan Beras di
Perusahaan Umum BULOG Divisi
Regional Nusa Tenggara Timur.
E-Jurnal Agribsisnis dan Agrowisata
3(1): 1-10.
rumus TIC sebesar Rp 19.508.369.401.
2. TIC realisasi lebih kecil dibandingkan
TIC saat menggunakan EOQ sehingga
menggunakan metode EOQ sebesar Rp
4.040.130 setiap kali pemesanan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan, saran untuk
Perum BULOG Divre Jawa Timur adalah:
1. H a s i l E O Q d i j a d i k a n b a h a n
pertimbangan dalam menentukan
jumlah pengadaan sehingga persediaan
lebih optimal. SS sudah sangat baik
dan terus dipertahankan. Hasil ROP
menjadi acuan dalam menentukan
waktu pengadaan kembali sehingga
menjamin ketahanan persediaan dan
meminimalisir biaya penyimpanan
di gudang. Nilai MI diperhatikan
Gobel, Meryanti. 2013. Analisis Efisiensi
Biaya Operasional Melalui
Pengelolaan Tunjangan Makan dan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pada Perusahaan Jasa Outsourcing.
Jurnal EMBA vol 1 (4) 1868-1878.
Guga, Eduina. 2015. Inventory Management
Through EOQ Model: A Case Study
of Shpresa Ltd , Albania. International
Journal of Economics, Commerce
and Management III (12) : 174-182
Heizer, J., & Render, B. 2008. Manajemen
Operasi (9th ed.). Jakarta: Salemba
Empat.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
51
Bi nt a ng Furni t ure Sa nga sa nga .
Keown, A., Martin, J., Petty, W., & Scott,
Jurnal Eksis 8 (1) : 2032- 2035
D. 2005. Financial Management:
Principles and Applications. New
Sutono dan Taufik. 2005. Mengoptimalkan
Jersey: Prentice Hall.
Persediaan Bahan Baku Utama
Begacron Black Gi 200%: Studi Kasus
Kumar, Rakesh. 2016. Economic Order
Pt Colorindo Aneka Chemicals. INASEA 6
Quantity (EOQ) Model. Global
(1 ): 1-10.
Journal of Finance and Economic
Management 5 (1) : 1-5.
Wijayanti, S., Candra, S., & Sarjono, H.
Parwita Setya Wardhani. 2015. Perencanaan
2011. Analisis Per sedi aa n Beras
dan Pengendalian Persediaan dengan
nasional dalam Memenuhi Kebutuhan
Metode EOQ. Media Mahardhik
Beras Nasional pada Perusahaan Umum
Bulog. Jurnal Manajemen 12(1): 82-96.
Ruauw, Eyverson. 2011.Pengendalian
Persediaan Bahan Baku (Contoh
Wiranata, R. A.,T. Himawan dan L.
Pengendalian pada usaha Grenda
P. A s t u t i . 2 0 1 3 . I d e n t i f i ka s i
Bakery Lianli, Manado). ASE 7 (1)
Arthropoda Hama dan Musuh
: 1 – 11.
Alami pada Gudang Beras Perum
BULOG dan Gudang Gabah Mitra
Sampeallo, Yulius Gessong. 2012. Analisis
Kerja di Kabupaten Jember. Jurnal
Pengendalian Persediaan Pada UD.
HPT 1(2): 52-57
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
EFISIENSI PERSEDIAAN BERAS PADA PERUSAHAAN UMUM BULOG
DIVISI REGIONAL JAWA TIMUR
The Efficiency of Rice Stock at BULOG Regional Division of East Java
Eva Yuliana Dewi Kristyaningrum, Titik Ekowati, Agus Setiyadi
Program Studi Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, Jawa Timur
[email protected]
ABSTRACT
Rice is a staple food in Indonesia. Badan Urusan Logistik (BULOG) has the job of Public
Service Obligation (PSO) to maintain the availability of rice in Indonesia. The objectives
of this study were to 1) analyze the economic order quantity, the amount of safety stock,
maximum inventory, and reorder point by Perum BULOG Regional Division of East
Java; 2) analyze total inventory cost and efficiency cost of rice stock by Perum BULOG
Regional Division of East Java. The research method was the case study. Purposive
sampling was used to determine research location. Data were analyzed by the economic
order quantity (EOQ), safety stock, maximum inventory, reorder point, total inventory
cost, and cost-efficiency. Research result showed that economic order quantity at Perum
BULOG Regional Division of East Java was 3,331 ton for each ordering and ordering
frecuency for each years was 357 times. The amount of safety stock was 297,360.5 ton.
Maximum inventory that can be managed was 300,691.5 ton. Reorder point by Perum
BULOG Regional Division of East Java was 395,122.9 ton. The cost efficiency up to
IDR 4,040,130.
Keywords: BULOG, Economic Order Quantity, Efficiency, Rice
INTISARI
Beras adalah bahan pangan pokok di Indonesia. Badan Urusan Logistik (BULOG)
memiliki tugas Public Service Obligation (PSO) untuk menjaga ketersediaan beras di
Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis jumlah pemesanan beras yang
ekonomis pada setiap kali pemesanan, jumlah persediaan pengaman, jumlah persediaan
maksimal, dan titik pemesanan kembali oleh Perum BULOG Divre Jawa Timur menggunakan
metode EOQ, Safety Stock, Maximum Inventory, dan Reorder Point; 2) menganalisis total biaya
persediaan beras yang efisien oleh Perum BULOG Divre Jawa Timur menggunakan metode
Total Inventory Cost dan efisiensi biaya. Jumlah pesanan ekonomis setiap kali pesan sebesar
3.331 ton dan frekuensi pemesanan selama satu tahun sebanyak 357 kali. Jumlah persediaan
pengaman sebesar 297.360,5 ton. Jumlah persediaan maksimum sebesar 300.691,5
ton. Titik pemesanan kembali Perum BULOG Divre Jawa Timur pada saat persediaan
di gudang sebesar 395.122,9 ton. Efisiensi biaya yang diperoleh Perum BULOG Divre
Jawa Timur bila menggunakan metode EOQ sebesar Rp 4.040.130 setiap kali pemesanan.
Kata Kunci : Beras, BULOG, Economic Order Quantity, Efisiensi
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
PENDAHULUAN
Beras adalah bahan pangan pokok
di Indonesia. Beras memiliki nilai yang
39
seperti kemiskinan, kelaparan, kekumuhan
kota, berkurangnya daya dukung lahan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
sangat strategis karena menguasai hajat
Laju pertumbuhan penduduk di
hidup orang banyak dan menjadi parameter
Indonesia pada tahun 2000-2015 mencapai
stabilitas ekonomi dan sosial negara.
a n g k a 1 , 4. Pe rt u m b u h a n p e n d ud u k
Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah
yang semakin meningkat menyebabkan
menjadi nasi, makanan pokok terpenting
kebutuhan pangan juga meningkat
warga dunia. Di indonesia mayoritas
khususnya beras. Ketersediaaan beras
masyarakatnya menjadikan nasi sebagai
diharapkan tetap kontinyu.
makanan pokok sehari-hari. Sulitnya
Berdasarkan hal tersebut Badan
mencapat swasembada beras membuat
Urusan Logistik (BULOG) memiliki
pemerintah harus mengimpor beras dari
tugas Public Service Obligation (PSO)
luar negeri. Pemerintah pun juga kesulitan
dengan menjaga Harga Dasar Pembelian
untuk mengubah makanan pokok rakyat
untuk gabah, stabilisasi harga khususnya
indonesia karena masyarakat tidak mau
harga pokok, menyalurkan beras untuk
pindah ke makanan pokok yang lain.
orang miskin (Raskin) dan pengelolaan
Badan Pusat Statistik mencatat
stok pangan. Pengendalian persediaan
ba hwa l a j u pe rt um buha n pe nduduk
merupakan sistem yang digunakan
Indonesia selama periode 2000-2010
perusahaan sebagai laporan untuk
lebih tinggi dibanding periode 1990-2000.
manajemen puncak maupun manajer
Laju pertumbuhan penduduk 2000-2010
persediaan sebagai alat ukur kinerja
mencapai 1,49 persen atau lebih tinggi
persediaan dan dapat digunakan untuk
dibanding periode 1990-2000 yang hanya
membantu membuat kebijakan persediaan,
mencapai 1,45 persen, sesuai dengan
seperti menjaga jangan sampai perusahaan
hasil sensus tahun 2010 jumlah penduduk
kehabisan persediaan sehingga dapat
Indonesia sebanyak 237,56 juta orang.
mengakibatkan kehilangan pendapatan
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan
serta laba usaha. Atau menjaga agar
pangan 237,56 juta orang dibutuhkan lahan
pembelian secara kecil-kecilan dapat
produktif untuk tanaman padi seluas 13 juta
dihindari karena hal ini mengakibatkan
ha, namun saat ini lahan padi yang diolah
biaya pemesanan menjadi besar, sehingga
seluas 7,7 ha, jika pertambahan penduduk
perusahaan selalu mempunyai persediaan
setiap tahunnya sebesar 1,49% atau bahkan
dan jumlah yang tepat, pada waktu yang
melebihi, maka dengan sendirinya akan
tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu
mendatangkan masalah-masalah sosial
yang telah ditentukan sehingga kontinuitas
40
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
usaha dapat terjamin/ tidak terganggu
terpenuhi sehingga perusahaan akan
(Sampeallo, 2012).
kehilangan konsumen dan kesempatan
Manajemen persediaan yang baik
memperoleh laba akibat habisnya barang
akan mencapai titik ekonomis dimana
dagangan. Apabila persediaan barang
ketersediaan selalu mencukupi kebutuhan
dagangan berlebihan mengakibatkan
dan bi aya yan g di keluar ka n ti da k
penggunaan dana yang tidak efisien karena
berlebihan. Efisiensi persediaan merupakan
tidak banyak modal yang tertanam untuk
salah satu indikator manajemen persediaan
satu jenis barang saja sehingga dapat
yang baik. Efisiensi adalah suatu ukuran
meningkatkan biaya penyimpanan dan
keberhasilan yang dinilai dari besarnya
biaya perawatan serta memperbesar risiko
sumber daya yang dikorbankan untuk
apabila barang tersebut rusak atau hilang.
memperoleh hasil tertentu.
E f e kt i vi t a s da n e fi s i e ns i pun
Menurut Sampeallo (2012) ada
mer upa ka n sal a h s a t u f akt o r bagi
beberapa alasan sehingga efektifitas
perusahaan untuk melakukan pembenahan
perusahaan ini menjadi sangat penting.
dan perbaikan, khususnya di dalam proses
Alasan pertama yaitu penyimpanan
produksi. Dengan demikian, masalah
barang diperlukan perus ahaan agar
perencanaan dan pengendalian persediaan
dapat memenuhi pesanan pembeli dalam
merupakan satu masalah yang harus
waktu yang cepat. Jika perusahaan tidak
dihadapi oleh setiap perusahaan. Untuk
memiliki persediaan barang dan tidak
mengantisipasi persediaan tersebut, pihak
dapat memenuhi pesanan pembeli pada
perusahaan perlu merencanakan suatu
saat tepat, maka kemungkinannya pembeli
sistem pemesanan bahan baku yang tepat
akan berpindah ke perusahaan lain. Alasan
sehingga mengurangi biaya persediaan
yang kedua untuk berjaga-jaga pada saat
seoptimal mungkin. Masalah utama
barang di pasar sulit diperoleh. Sehingga
dalam perencanaan dan pengendalian
perusahaan perlu untuk menyimpannya.
persediaan adalah menentukan berapa
Selain itu karena tanpa manajemen
banyak bahan baku atau bahan mentah
persediaan perusahaan akan mengalami
yang sebaiknya dilakukan perusahaan
kelebihan atau kekurangan persediaan
dan kapan sebaiknya pemesanan tersebut
barang dagangan.
dilakukan agar kegiatan produksi dapat
Apabila persediaan barang dagangan
berj alan dengan lancar yang pada
yang dimiliki perusahaan kurang dari
akhirnya akan meningkatkan efisiensi
yang dibutuhkan maka peroses kelancaran
dari kegiatan produksi tersebut. Untuk
perdagangan akan terganggu, kebutuhan
dapat meningkatkan efisiensi kegiatan
pelanggan akan produksi tersebut tidak
produksi memang tidak mudah. Hal itu
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
41
tentu tidak terlepas dari tingkat kerumitan
biaya pemeliharaan dan pemesanan dan
yang dialami oleh perusahaan dalam
perm i nt a a n m at e ri a l t a huna n (Guga ,
menerapkan kebijakan persediaan (Sutono
2015).
dan Taufik, 2005).
Perum BULOG Divisi Regional
Nilai efisiensi persediaan dapat
Jawa Timur (Divre Jatim) merupakan suatu
diketahui melalui beberapa metode seperti
badan yang berada dalam pengawasan
metode economic order quantity (EOQ)
Badan Usaha Milik Negara, yang bergerak
dan metode just in time (JIT). Metode yang
di bidang logistik pangan di Jawa Timur.
sering dilakukan adalah metode EOQ karena
Yang utamanya mengurusi tata niaga beras.
perhitungannya paling sederhana. Jumlah
Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi
persediaan beras dan biaya pengadaan
usaha logistik/ pergudangan, survei dan
yang optimal merupakan indikator
pemberantasan hama, penyediaan karung
efisiensi persediaan beras. EOQ adalah
plastik, usaha angkutan, perdagangan
model yang digunakan untuk menghitung
komoditi pangan dan usaha eceran.
jumlah optimal yang dapat dibeli untuk
Perum BULOG Divre Jawa Timur
meminimalkan biaya persediaan dan
salah satu Perum BULOG terbesar di
pengolahan pesanan pembelian (Kumar,
Indonesia selain Perum BULOG Divre
2016). Jumlah persediaan beras dan biaya
Jawa Tengah (Jateng) dan Divre Jawa
pengadaan yang optimal merupakan
Barat (Jabar). Perum BULOG Divre Jawa
indikator efisiensi persediaan beras.
Timur adalah satu-satunya lembaga yang
EOQ menentukan jumlah optimal
mengelola ketersediaan beras di Divre
dari biaya yang terpengaruh baik oleh
Jawa Timur serta Perum BULOG terbesar
jumlah persediaan yang dimiliki maupun
di Indonesia yang memenuhi kebutuhan
jumlah pesanan yang dibuat. Memesan
beras bukan hanya di wilayah Jawa Timur
dalam jumlah besar sekaligus akan
namun seluruh Indonesia.
meningkatkan biaya pemeliharaan usaha
Berdasarkan latar belakang, penelitian
kecil, karena itu akan menambah jumlah
ini dilakukan untuk menganalisis efisiensi
stok di gudang, sementara biaya pemesanan
persediaan beras di Perum BULOG Divre
akan diturunkan. Meningkatnya jumlah
Divre Jawa Timur menggunakan metode
pesanan mengurangi biaya penahanan
EOQ dan nilai efisiensi biaya persediaan
namun meningkatkan biaya pemesanan.
beras dengan menggunakan metode
Model EOQ menemukan bahwa
efisiensi biaya.
meminimalkan jumlah biaya ini. Kuantitas
Sentana (2006) cit. Gobel (2013)
pesanan ekonomi menemukan formula
m e ny a t a ka n e f i s i e ns i bi a ya da l a m
yang menunjukkan hubungan antara
pengertian sesungguhnya, bukanlah
42
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
p e m a n gk a s a n b i a ya . P e n i n gka t a n
METODE PENELITIAN
efisiensi biaya menyangkut perhitungan
Metode penelitian ini adalah studi
bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan
kasus yang terfokus pada suatu kasus
harus dengan memperhitungkan tingkat
tertentu untuk diamati dan dianalisis
kemanfaatan bagi pendapatan perusahaan.
secara cermat dan tuntas. Kasus dalam
Efisiensi biaya dalam perusahaan untuk
penelitian ini adalah efisiensi persediaan
menekan pengeluaran -pengeluaran
beras di Perum BULOG Divre Jawa Timur.
yang tidak perlu, agar tidak terjadi
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pemborosan biaya. Ada beberapa hal
apakah manajemen persediaan beras di
yang harus dilakukan oleh perusahaan
Perum BULOG Divre Jawa Timur sudah
untuk melaksanakan efisiensi biaya, yaitu
efisien dari segi kuantitas dan biaya.
di antaranya: melakukan efisiensi biaya
produksi, meningkatkan efisiensi dan
kinerja tenaga kerja, menetapkan biaya
standar.
Metode Penentuan Lokasi
Penelitian dilaksanakan pada Tahun
2016 di Perum BULOG Divre Jawa Timur,
Penelitian ini perlu dilakukan karena
Surabaya. Penentuan lokasi dilakukan
pengelolaan persediaan beras yang baik
dengan metode purposive sampling
penting dilakukan untuk menunjang upaya
dengan alasan Perum BULOG Divre
pemenuhan kebutuhan akan beras sebagai
Jawa Timur adalah satu-satunya lembaga
makanan pokok masyarakat.
yang mengelola ketersediaan beras melalui
Tujuan penelitian ini adalah :
manajemen persediaan beras di Jawa Timur
1.
Menganalisis jumlah pemesanan
serta salah satu Perum BULOG terbesar di
beras yang ekonomis pada setiap
Indonesia.
kali pemesanan, jumlah persediaan
p e n ga m a n , j u ml a h p e r s e d i a a n
Sampel Penelitian
maksimal, dan titik pemesanan kembali
Sampel penelitian ini Ketua Seksi
oleh Perum BULOG Divre Jawa Timur
Persediaan dan Angkutan, Ketua Seksi
menggunakan metode EOQ, Safety
Pengadaan, Ketua Seksi Penyaluran,
Stock (SS), Maximum Inventory (MI),
Ketua Seksi Perawatan Kualitas dan
dan Reorder Point (ROP)
beberapa staff masing-masing seksi
2. Menganalisis total biaya persediaan
tersebut. Metode penentuan sampel dengan
beras yang efisien oleh Perum BULOG
metode purposive sampling dengan alasan
Di vr e Ja wa Ti m ur m e n gg una ka n
sampel tersebut merupakan sampel yang
metode Total Inventory Cost (TIC) dan
berhubungan dengan persediaan beras di
efisiensi biaya.
Perum BULOG Divre Jawa Timur.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
Jenis dan Sumber Data
43
Economic Order Quantity (EOQ)
Pengumpulan data dilakukan dengan
Analisis EOQ digunakan untuk
dua cara yaitu pengumpulan data primer
mengetahui jumlah pesanan beras yang
dan pengumpulan data sekunder. Data
ekonomis untuk satu kali pesan. Asumsi-
primer dilakukan dengan cara melakukan
asumsi yang perlu diketahui menurut
wawancara kepada informan kunci dengan
Keown et al. (2005) yaitu biaya pemesanan
mengajukan berbagai jenis pertanyaan
setiap kali pesan tetap, harga pembelian
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
beras tetap, biaya penyimpanan tetap, dan
Data sekunder diperoleh dari pencatatan
beras selalu tersedia di pasar. Persediaan
data yang berkaitan dengan manajemen
beras dikatakan efisien bila jumlah pesanan
pe rse di a a n be ra s. Da t a ya ng t e l a h
ekonomis setiap kali pemesanan tidak jauh
diperoleh menjadi dasar pembahasan
dari nilai EOQ.
pada penyusunan laporan, diolah, dianalisis
secara deskriptif dan dibandingkan dengan
berbagai pustaka, kemudian dilakukan
penyusunan hasil penelitian.
Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan
metode deskriptif dan metode kuantitatif.
Metode deskripti f bertujuan untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan atau
gejala-gejala yang sedang terjadi pada
saat penelitian dilakukan dan memeriksa
sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
Metode ini digunakan untuk menjawab
tujuan. Metode kuantitatif adalah metode
yang digunakan apabila kesimpulankesimpulan yang dipakai dapat dibuktikan
dengan angka. Tujuan 1 dianalisis dengan
rumus EOQ, SS, MI dan ROP. Tujuan 2
dianalisis dengan rumus TIC dan efisiensi
biaya untuk menentukan biaya persediaan
beras yang optimal dan ekonomis.
EOQ =
Keterangan:
EOQ= J uml a h ekono mi s ber as per
pemesanan (ton)
A
= Kebutuhan beras per tahun (ton)
P
= Biaya pemesanan beras setiap
kali pesan (Rp)
R
= Harga beras per ton (Rp)
C
= Biaya penyimpanan beras dari
biaya pembelian yang dinyatakan
dalam persentase (%)
Persediaan pengaman (Safety Stock).
P er se di a a n pen ga ma n ad al a h
persediaan tambahan yang diadakan untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan
terjadinya kekurangan bahan baku beras.
Dalam penelitian Ruauw (2011), persediaan
pengaman dikatakan sebagai suatu
persediaan yang dicadangankan sebagai
p e n g a m a n d a r i k e l a n g su n g a n p r o se s
44
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
produksi perusahaan. Persediaan pengaman
diperlukan karena dalam kenyataannya
jumlah bahan baku yang diperlukan untuk
Maximum Inventory = SS + EOQ
proses produksi tidak selalu tepat seperti
Keterangan:
yang direncanakan.
EOQ = Jumlah ekonomis beras per pemesanan
Fitriani et al. (2014) menyatakan
bahwa Perum BULOG menentukan
persediaan pengaman yang harus dimiliki
adalah 3 bulan penyaluran rutin, dengan
asumsi apabila terjadi gagal panen
maka Perum BULOG masih memiliki
persediaan beras selama tiga bulan ke
depan. Sehingga pada rumus safety stock 3
dikali penyaluran beras setiap bulan. Nilai
SS akan mempengaruhi nilai TIC karena
semakin banyak beras di gudang semakin
tinggi biaya penyimpanannya semakin
tinggi pula total biaya persediaan.
SS = 3 x rata-rata penyaluran beras setiap
bulan
Keterangan:
SS = Persediaan pengaman (kg)
(ton)
SS = Persediaan pengaman (kg)
Titik pemesanan kembali (reorder point).
Titik pemesanan kembali adalah
titik dimana perusahaan harus melakukan
pemesanan kembali. Persamaan untuk
ROP ini mengasumsikan permintaan
selama waktu tunggu dan waktu tunggu
itu sendiri adalah konstan. Ketika
kondisinya tidak seperti ini, perusahaan
harus menambahkan SS. Model-model
persediaan mengasumsikan bahwa suatu
perusahaan akan menunggu sampai
tingkat persediaannya mencapai nol
sebelum perusahaan memesan lagi,
da n de nga n se k e t i ka ki ri m a n a ka n
diterima. Keputusan akan memesan
biasanya diungkapkan dalam konteks
Jumlah persediaan maksimal (Maximum
titik pemesanan ulang, tingkat persediaan
dimana harus dilakukan pemesanan
Inventory).
J u ml a h p er se di aa n ma ksi ma l
(Heizer dan Render, 2008). Lead time/
diperoleh dari penjumlahan SS dan EOQ.
waktu tunggu mempengaruhi reorder
Persediaan beras maksimum atau MI juga
point. Lead Time ialah jangka waktu
disesuaikan dengan kapasitas gudang di
antara pesanan pelanggan dan pengiriman
Perum BULOG Divre Jawa Timur.
produk akhir.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
ROP = d + SS
Keterangan :
d
= Penyaluran selama waktu tunggu
SS = Persediaan pengaman (kg)
45
tahu limit ketidakpastian masa depan
terhadap operasi perusahaan. Ramalan
tentang permintaan ini akan memberikan
mata rantai penghubung antara perusahaan
dengan lingkungan pasarnya. Hasil yang
diharapkan dari peramalan ini adalah
ROP atau biasa disebut dengan
batas/titik jumlah pemesanan kembali
termasuk permintaan yang diinginkan
atau dibutuhkan selama masa tenggang,
misalnya suatu tambahan/ekstra stock.
Menurut Freddy Rangkuti cit. Wardhani
(2015), reorder point mempunyai beberapa
model, diantaranya yaitu:
seperangkat perkiraan dari seluruh manajer
mengenai level yang diharapkan dari
kegiatan bisnis di masa depan dan perkiraan
prestasi penjualan dari masing-masing
produk”. Kombinasi dari kebijaksanaan
EOQ dan per sediaa n penga mana n
menentukan standart bagi mekanisme
pemesanan kembali (reordering).
1. Jumlah permintaan maupun masa
tenggang adalah konstan.
2. Jumlah permintaan adalah variable,
sedangkan masa tenggang adalah
konstan
3. Jumlah permintaan adalah konstan,
sedangkan masa tenggang adalah
variable
4. Jumlah permintaan maupun masa
tenggang adalah variable.
Efisiensi Biaya
Efisiensi biaya diperoleh dari selisih
TIC sebelum perusahaan menggunakan
EOQ dan sesudah perusahaan menerapkan
EOQ. Biaya per sediaa n di kat akan
efisien bila nilai efisiensi biaya rendah
atau mendekati 0. Efisiensi biaya akan
berkisar dalam interval (0,1] dengan nilai
efisiensi satu menunjukkan biaya tersebut
merupakan biaya yang paling efisien
Pengisian kembali atau reorder point
(Apriyana et.al., 2015).
tidak bisa dilakukan hanya memperkirakan
saja atau ramalan ( forecast ) karena
permintaan langganan adalah di luar
wewenang perusahaan, dalam arti bahwa
Efisiensi Biaya = TIC sebelum EOQ –
TIC setelah EOQ
calon langganan bebas untuk memilih
Keterangan:
apa yang mereka ingin dan kapan mereka
EOQ = Jumlah ekonomis beras per
pemesanan (ton)
menghendakinya . Menurut Donald
(2002) cit. Wardhani (2015) “Peramalan
merupakan cara perusahaan untuk mencari
TIC = Total Inventory Cost (total biaya
persediaan)
46
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN
Divre dan Subdivre hanya menerima, beras
Manajemen Persediaan Beras
pengadaan dari luar negeri. Divre Jawa
Wijayanti et al. (2011) menyatakan
Timur hanya sebagai tempat transit dan
bahwa pengelolaan persediaan beras yang
beras tersebut akan segera dikirimkan ke
baik penting dilakukan untuk menunjang
daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.
upaya pemenuhan kebutuhan akan beras
Hal ini terjadi karena persediaan beras
sebagai makanan pokok masyarakat. Alur
tersebut sangat cukup untuk memenuhi
pengadaan beras berawal dari Kantor
kebutuhan beras di wilayah Jawa Timur.
Pusat Perum BULOG memberikan target
Kelebihan Divre Jawa Timur adalah
pengadaan kepada Divre/Subdivre. Divre/
memiliki gudang terbesar dan kapal dari
Subdivre melakukan kontrak pengadaan
luar negeri mampu bersandar di Pelabuhan
melalui 3 saluran yaitu UB-PGB, Mitra
Tanjung Perak.
Kerja, dan SATGAS. UB-PGB, Mitra
Penyaluran meliputi penyaluran
Kerja, dan SATGAS mengirimkan beras
golongan angkatan (golang) berdasarkan
ke gudang yang ditunjuk sesuai dengan
perintah logistik (prinlog), penyaluran
jumlah yang disepakati. Penerimaan
golang diluar prinlog, penyaluran raskin,
beras di gudang diawali dengan survei
cadangan beras pemerintah, penyaluran
pemeriksaan kualitas dan kuantitas sebelum
lain-lain, ekspor, giling gabah, reproses/
masuk oleh petugas pemeriksa kualitas.
rebaging, move regional out, move nasional
Bila kualitas dan kuantitas sesuai dengan
out, kehilangan/ kekurangan/ pemusnahan,
kesepakatan maka gudang menerima beras
susut simpan, turun mutu, dan koreksi.
dan membuat laporan penerimaan barang.
Penyaluran golang berdasarkan prinlog
Sumber pengadaan beras Perum
adalah penyaluran untuk TNI, POLRI, dan
BULOG Divre Jawa Timur hanya berasal
Departemen Sosial sesuai dengan surat
da ri da l a m n e g e ri . B e ra s di be l i da ri
perintah logistik dari pusat.
hasil produksi petani di 38 Kabupaten
Penyimpanan beras di gudang
di Jawa Timur. Penyumbang terbesar
Subdivre Surabaya Utara terdiri dari
pengadaan beras di wilayah Jawa Timur
beberapa tumpukan. Satu tumpukan berisi
berasal dari 4 Subdivre yaitu Subdivre
25 tingkat beras dengan berat bersih 50 kg.
Bojonegoro, Subdivre Surabaya Utara,
Gudang di Divre Jawa Timur menggunakan
Subdivre Surabaya Selatan, dan Subdivre
metode FIFO (First In First Out) artinya
Jember. Perum BULOG Divre Jawa Timur
stok beras yang pertama masuk gudang
ditugaskan menerima, menyimpan, dan
adalah stok pertama yang keluar gudang.
mengirim beras impor. Pengadaan beras
Perum BULOG menggunakan metode
impor sepenuhnya diatur oleh Kantor Pusat.
FIFO dengan harapan kualitas barang tidak
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
47
menurun saat penyimpanan di gudang.
pengadaan tetap, biaya penyimpanan tetap,
Semakin lama beras disimpan di gudang
dan beras selalu tersedia di pasar. Biaya
semakin tinggi potensi kualitas beras
pengadaan terdiri dari biaya bongkar beras
menurun.
di gudang sebesar Rp 12/kg dan biaya
Pengontrolan beras di gudang
survei kualitas di gudang sebesar Rp 3,6/
dilakukan oleh Seksi Pest Quality Control
kg sehingga jumlah biaya pengadaan
(PQC) sesuai dengan Standar Operasional
sebesar Rp 15,6/kg. Biaya penyimpanan
Prosedur (SOP) dan administrasi sebelum
terdiri dari biaya fumigasi sebesar Rp
dilakukan. Perawatan kualitas beras di
6,34/kg dan biaya spraying Rp 322/m2
dalam gudang hanya dengan spraying dan
atau sekitar Rp 7,55/kg sehingga jumlah
fumigasi. Spraying dilakukan rutin setiap
biaya penyimpanan sebesar Rp 13,89/
bulan atau pada saat hama masih tingkat
kg. Berdasarkan hasil pengolahan data
rendah. Fumigasi dilakukan 3 bulan sekali
dapat diketahui bahwa pada Tahun 2015,
oleh Seksi PQC dan tenaga buruh. Hama
kebutuhan beras selama 1 tahun sebesar
paling berbahaya di gudang Perum BULOG
1.189.442 ton (A); biaya pemesanan setiap
Divre Jawa Timur adalah hama Rhyzoperta
kali pesan sebesar Rp 54.097.564 (P); harga
sp. karena hama ini dapat mengubah beras
beras per ton sebesar Rp 7.300.000 (R) ;
menjadi butiran seperti tepung. Hal tersebut
dan biaya penyimpanan per unit sebesar
didukung oleh Wiranata et al. (2013) yang
1,59% (C).
menyatakan bahwa populasi tertinggi pada
Berdasarkan hasil perhitungan dapat
gudang BULOG di Kabupaten Jember
diketahui bahwa jumlah pesanan ekonomis
adalah Rhyzoperta dominica dengan 718
setiap kali pesan sebesar 3.331 ton dan
individu sedangkan hama jenis lain hanya
frekuensi pemesanan selama satu tahun
berjumlah antara 131-176 individu. Hama
sebanyak 357 kali. Nilai tersebut lebih besar
tersebut dapat dimusnahkan dengan cara
bila dibandingkan dengan penelitian Fitriani
fumigasi.
et al. (2014) yang menyatakan bahwa EOQ
di Perum BULOG Divre Nusa Tenggara
Economic Order Quantity (EOQ)
Timur (NTT) sebesar 816,65 ton dengan
Heizer dan Render (2008) menyatakan
frekuensi pemesanan 175 kali. Hal tersebut
bahwa jumlah pesanan ekonomis atau
terjadi karena kebutuhan beras di Jawa
EOQ adalah salah satu teknik manajemen
Timur lebih besar dari kebutuhan beras di
persediaan yang meminimalkan biaya total
NTT. Realisasi pengadaan beras Perum
dari pemesanan dan penyimpanan. Asumsi
BULOG Divre Jawa Timur setiap kali
yang digunakan dalam menghitung EOQ
pesan sekitar 3.468 ton dengan frekuensi
adalah harga pembelian beras tetap, biaya
pemesanan sekitar 270 kali. Selisih EOQ
48
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
dan realisasi pengadaan sebesar 137
persediaan pengaman di Perum BULOG
ton, sehingga pengadaan beras di Perum
Divre Jawa Timur sudah optimal karena
BULOG Divre Jawa Timur belum optimal.
SS di gudang dapat memenuhi kebutuhan
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Famee
beras 3 bulan ke depan. Hal tersebut tidak
(2015) yang menyatakan bahwa kuantitas
sesuai dengan SS di Perum BULOG Divre
pengadaan beras Perum BULOG Divre
DIY. Famee (2015) menyatakan bahwa
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum
jumlah persediaan pengaman di beberapa
optimal. Hal ini terjadi karena beberapa
bulan berada dibawah MSR. Hal tersebut
faktor yaitu masa panen, jumlah beras yang
dapat diatasi dengan menambah jumlah
dipanen petani dan jumlah kebutuhan beras.
pengadaan beras sehingga persediaan
di gudang dapat memenuhi kebutuhan
Persediaan Pengaman
minimal 3 bulan ke depan.
Siste m Inf or masi Manaj emen
BULOG menyatakan bahwa Minimum
Pers ed iaan Maks imum (M aximu m
Stock Requirement (MSR) merupakan
Inventory)
Minimum Stock yang diperlukan sama
Persediaan maksimum diperoleh dari
dengan 3 sampai dengan 4 bulan kebutuhan
penjumlahan EOQ dan SS. EOQ di Perum
penyaluran setempat. MSR merupakan
BULOG Divre Jawa Timur pada tahun
stok minimum yang harus tersedia
2015 sebesar 8.584,974 ton dan SS sebesar
untuk memenuhi kebutuhan penyaluran.
297.360,5 ton.
Penyaluran beras Perum BULOG Divre
Berdasarkan hasil perhitungan
Jawa Timur pada tahun 2015 sebesar
dapat diketahui bahwa jumlah persediaan
1.189.442 ton. Rata-rata penyaluran beras
maksimum sebesar 300.691,5 ton. Nilai
setiap bulan adalah 99.120,167 ton.
tersebut lebih besar bila dibandingkan
Berdasarkan hasil perhitungan
dengan MI di Perum BULOG Divre NTT.
dapat diketahui bahwa jumlah persediaan
Fitriani et al. (2014) menyatakan bahwa
pengaman sebesar 297.360,5 ton. Nilai
MI di Perum BULOG Divre NTT sebesar
tersebut lebih besar bila dibandingkan
36.548,36 ton. Hal tersebut terjadi karena
dengan SS di Perum BULOG Divre NTT
EOQ dan SS di Divre Jawa Timur lebih
sesuai dengan penelitian Fitriani et al.
besar dibandingkan di Divre NTT.
(2014) yang menyatakan bahwa SS di Perum
BULOG Divre NTT sebesar 35.731,71 ton.
Titik Pemesanan Kembali (Reorder
Hal tersebut terjadi karena penyaluran
Point)
beras di Perum BULOG Divre Jawa Timur
Titik pemesanan kembali atau reorder
lebih besar dari Divre NTT. Realisasi
point diperoleh dari penjumlahan SS dan
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
penyaluran selama waktu tunggu (d). SS
49
Efisiensi Biaya Persediaan
di Perum BULOG Divre Jawa Timur pada
Efisiensi biaya persediaan beras
tahun 2015 sebesar 297.360,5 ton. Waktu
dapat diketahui dengan menghitung total
tunggu (lead time) di Perum BULOG Divre
biaya persediaan sebelum menggunakan
Jawa Timur selama 30 hari dari pembuatan
EOQ atau biaya persediaan realisasi dan
kontrak hingga beras sampai di gudang.
biaya persediaan sesudah menggunakan
Perhitungan penyaluran selama waktu
EOQ. Berdasarkan hasil perhitungan,
tunggu di Perum BULOG Divre Jawa
TIC menggunakan EOQ sebesar Rp
Timur sebagai berikut:
19.508.369.401 sedangkan realisasinya
Berdasarkan hasil perhitungan
sebesar Rp 18.756.357.815. Sehingga,
dapat diketahui bahwa titik pemesanan
b i a y a pe r se d i a a n di Pe ru m B UL OG
kembali P erum BULOG Divre Jawa
Divre Jawa Timur belum efisien. Namun,
Timur pada saat persediaan di gudang
hal tersebut dapat dijustifikasi dengan
sebesar 395.122,9 ton. Pemesanan di Perum
penj umlahan biaya pengadaan dan
BULOG Divre Jawa Timur dilakukan setiap
biaya penyimpanan. Berdasarkan hasil
saat bila beras di petani atau mitra kerja
p e r h i t u n g a n d a p a t d i k e t a h u i b a h wa
tersedia untuk dibeli. Hal ini dilakukan
justifikasi nilai TIC sebelum menggunakan
untuk menjaga stabilitas pangan dan
EOQ sebesar Rp 102.271.320 dan nilai
menghindari resiko bila terjadi gagal panen
TIC setelah menggunakan EOQ sebesar
di kemudian hari. Hal tersebut sesuai
Rp 98.231.190. S ehingga efis iens i
dengan Perum BULOG Divre DIY. Famee
biaya yang diperoleh Perum BULOG
(2015) menyatakan bahwa Perum BULOG
Divre Jawa Timur bila menggunakan
Divre DIY belum teliti dalam menentukan
metode EOQ sebesar Rp 4.040.130
titik ROP sehingga biaya penyimpanan
setiap kali pemesanan. Hal tersebut
lebih tinggi dan berpotensi terjadinya
sesuai dengan penelitian Fitriani e t
persediaan yang berlebih. Perum BULOG
a l . (2 0 14 ) y a n g m e n ya t a k a n ba h wa
Divre NTT juga melakukan hal yang sama.
efisiensi biaya di Perum BULOG Divre
Fitriani et al. (2014) menyatakan bahwa
NTT bila menggunakan EOQ sebesar
pemesanan di Perum BULOG Divre NTT
Rp 3.624.813,01. Hal ini didukung oleh
mengikuti pola produksi beras dan belum
Famee (2015) yang mengungkapkan
sesuai dengan tingkat persediaan yang
bahwa biaya persediaan actual Perum
dikelola karena Perum BULOG Divre NTT
BULOG Divre DIY lebih besar
lebih mengutamakan menjaga stabilitas
dibandingkan dengan biaya persediaan
pangan.
optimal sehingga tidak efisien.
50
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
KESIMPULAN DAN SARAN
sehingga biaya yang dikeluarkan
Kesimpulan
optimal.
Berdasarkan hasil penelitian dan
2. Pengajuan permohonan ke Perum
perhitungan dapat disimpulkan bahwa:
BULOG Pusat untuk meningkatkan
1. J umlah pes anan ekonomis s etiap
biaya persediaan sehinggga biaya
kali pesan sebesar 3.331 ton. Jumlah
persediaan menjadi lebih efisien.
persediaan pengaman sebesar 297.360,5
ton. Jumlah persediaan maksimum
DAFTAR PUSTAKA
sebesar 300.691,5 ton. Titik pemesanan
Apriyana, Alfin; Hermanto Siregar, dan
Heni Hasanah. 2015. Faktor-faktor
yang Memengaruhi Efisiensi Biaya
Perbankan di Kawasan ASEAN-5.
Jurnal Manajemen Teknologi 14 (3).
kembali Perum BULOG Divre Jawa
Timur pada saat persediaan di gudang
sebesar 395.122,9 ton. Total biaya
persediaan beras yang efisien sesuai
belum efisien. Namun bila dijustifikasi
Fa me e , D. A. N. 2015. Efisi ensi
Persediaan Beras Perum BULOG
Divisi Regional Daerah Istimewa
Yogyakarta. [skripsi]. Yogyakarta:
Program Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada.
nilai efisiensi biaya yang diperoleh
Fitriani, N., R. P. Yusuf., & I. K. Rantau.
Perum BULOG Divre Jawa Timur bila
2014. Analisis Persediaan Beras di
Perusahaan Umum BULOG Divisi
Regional Nusa Tenggara Timur.
E-Jurnal Agribsisnis dan Agrowisata
3(1): 1-10.
rumus TIC sebesar Rp 19.508.369.401.
2. TIC realisasi lebih kecil dibandingkan
TIC saat menggunakan EOQ sehingga
menggunakan metode EOQ sebesar Rp
4.040.130 setiap kali pemesanan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan, saran untuk
Perum BULOG Divre Jawa Timur adalah:
1. H a s i l E O Q d i j a d i k a n b a h a n
pertimbangan dalam menentukan
jumlah pengadaan sehingga persediaan
lebih optimal. SS sudah sangat baik
dan terus dipertahankan. Hasil ROP
menjadi acuan dalam menentukan
waktu pengadaan kembali sehingga
menjamin ketahanan persediaan dan
meminimalisir biaya penyimpanan
di gudang. Nilai MI diperhatikan
Gobel, Meryanti. 2013. Analisis Efisiensi
Biaya Operasional Melalui
Pengelolaan Tunjangan Makan dan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pada Perusahaan Jasa Outsourcing.
Jurnal EMBA vol 1 (4) 1868-1878.
Guga, Eduina. 2015. Inventory Management
Through EOQ Model: A Case Study
of Shpresa Ltd , Albania. International
Journal of Economics, Commerce
and Management III (12) : 174-182
Heizer, J., & Render, B. 2008. Manajemen
Operasi (9th ed.). Jakarta: Salemba
Empat.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 1, Juni 2016
51
Bi nt a ng Furni t ure Sa nga sa nga .
Keown, A., Martin, J., Petty, W., & Scott,
Jurnal Eksis 8 (1) : 2032- 2035
D. 2005. Financial Management:
Principles and Applications. New
Sutono dan Taufik. 2005. Mengoptimalkan
Jersey: Prentice Hall.
Persediaan Bahan Baku Utama
Begacron Black Gi 200%: Studi Kasus
Kumar, Rakesh. 2016. Economic Order
Pt Colorindo Aneka Chemicals. INASEA 6
Quantity (EOQ) Model. Global
(1 ): 1-10.
Journal of Finance and Economic
Management 5 (1) : 1-5.
Wijayanti, S., Candra, S., & Sarjono, H.
Parwita Setya Wardhani. 2015. Perencanaan
2011. Analisis Per sedi aa n Beras
dan Pengendalian Persediaan dengan
nasional dalam Memenuhi Kebutuhan
Metode EOQ. Media Mahardhik
Beras Nasional pada Perusahaan Umum
Bulog. Jurnal Manajemen 12(1): 82-96.
Ruauw, Eyverson. 2011.Pengendalian
Persediaan Bahan Baku (Contoh
Wiranata, R. A.,T. Himawan dan L.
Pengendalian pada usaha Grenda
P. A s t u t i . 2 0 1 3 . I d e n t i f i ka s i
Bakery Lianli, Manado). ASE 7 (1)
Arthropoda Hama dan Musuh
: 1 – 11.
Alami pada Gudang Beras Perum
BULOG dan Gudang Gabah Mitra
Sampeallo, Yulius Gessong. 2012. Analisis
Kerja di Kabupaten Jember. Jurnal
Pengendalian Persediaan Pada UD.
HPT 1(2): 52-57