PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN

Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009

ISBN :978-979-8940-27-9

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN
PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING
M. Akil
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Abstrak. Budidaya jagung yang efisien untuk produksi biji harus memperhatikan
cara penempatan pupuk anorganik yang efisien sehingga pupuk yang diberikan ke
tanaman jagung dapat diserap dengan baik. Pada musim kemarau tahun 2006
pada lahan kering di Bajeng, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan telah
dilakukan penelitian cara penempatan pupuk anorganik yang efisien Hasil analisis
tanah di Desa Bajeng mempunyai tekstur tanah liat berdebu dengan kadar N dan
bahan organik tergolong rendah, kadar P tergolong sedang dan kadar K K
tergolong tinggi. Persiapan lahan dengan tanpa olah tanah (TOT), lahan disemprot
dengan herbisida berbahan aktif glyposhat dengan takaran 3 l/ha. Varietas yang
digunakan adalah Lamuru. Tanaman diberikan pengairan sebanyak empat kali
selama pertumbuhannya. Ada empat takaran urea yang di teliti (200, 300, 400 dan
500 kg/ha), dua bentuk pupuk (prill dan tablet) dan 3 cara penempatan pupuk
(disebar di atas permukaan tanah, di tugal disamping tanaman dan dilarutkan

dalam air). Semua plot percobaan diberi pupuk SP36 sebesar 100 kg/ha dan KCl
50 kg/ha. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pada lahan kering di Bajeng, Gowa
pemberian pupuk dengan cara tugal lebih efsien dibandingkan dengan pemberian
pupuk dengan cara disebar di atas permukaan tanah atau dilarutkan dalam air
pada lahan kering. Pemberian pupuk tablet tidak meningkatkan efisiensi pupuk
pada lahan kering.
Kata kunci : Penempatan pupuk, pupuk anorganik, lahan kering

PENDAHULUAN
Kebutuhan terhadap jagung terus meningkat, terutama untuk peternakan dan
industri pakan (Sayaka 1995). Permintaan jagung meningkat sekitar 3,33%/tahun dalam
periode 1990-2000 (Swastika et al. 2004). Produksi jagung dari petani belum dapat
memenuhi kebutuhan tersebut.
Upaya peningkatan produksi jagung nasional selain untuk mencukupi kebutuhan
dalam negeri yang tinggi dan terus meningkat (Departemen Pertanian 2002), juga
berpeluang untuk mengisi pasaran dunia karena permintaan jagung secara global sangat
besar dan juga terus meningkat (Pingali 2001). Peluang peningkatan produksi jagung
dalam negeri masih terbuka lebar, baik melalui peningkatan produktivitas karena masih
adanya perbedaan produktivitas yang lebar antara tingkat petani (3,7 t/ha) dengan tingkat
penelitian (4,5 – 8,0 t/ha) dan perluasan areal tanaman utamanya pada lahan kering di luar

Jawa (Subandi 2004).
Teknologi penempatan pupuk pada tanaman jagung utamanya saat pemberian
pupuk anorganik adalah dengan cara ditugal dekat disamping tanaman, kemudian ditutup
dengan tanah, secara teknis diketahui bahwa cara ini lebih efisien, tetapi kini perlu dikaji
kembali karena banyak petani berdasarkan pertimbangan sosial/efisiensi tenaga kerja dan
biaya, sehingga pupuk hanya disebarkan di atas permukaan tanah. Di banyak tempat
utamanya di Jawa Timur, cara penempatan pupuk dengan di tugal disamping tanaman
telah ditinggalkan atau tidak diterapkan sebab alasan kekurangan tenaga kerja. Sebagai
penggantinya petani menempatkan pupuk diatas permukaan tanah tanpa ditutup tanah,
setelah itu sehari kemudian diairi atau dibiarkan saja. Bahkan ada bebrapa petani

169

Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009

ISBN :978-979-8940-27-9

memberikan pupuk hanya disebarkan di permukaan tanah. Pemberian pupuk urea
sebanyak 5 kali, diberikan setiap dua minggu sekali mulai umur 7 hari setelah tanam
sampai tanaman berbunga. Cara ini banyak dipraktekkan oleh petani jagung komersial di

Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Cara penempatan pupuk seperti ini perlu diperbaiki
agar pupuk urea yang diberikan lebih efisien dan lebih baik dari segi penyerapan hara
pupuk maupun dari segi penggunaan tenaga kerja (Akil et al. 2006, Subandi et al. 2006)
Hasil wawancara dengan beberapa petani di Kabupaten Kediri, Jawa Timur
menunjukkan bahwa petani pada lahan sawah tadah hujan memupuk tanaman jagungnya
hingga mencapai takaran 750 kg urea/ha yang diberikan sebanyak 5 kali. Hal ini dinilai
sangat tidak rasional dalam penggunaan pupuk urea untuk tanaman jagung, sebab takaran
urea yang digunakan terlalu tinggi. Kenyataan ini sejalan dengan hasil pengamatan
Ispandi dan Soepangat (1986) yang menyatakan bahwa petani di kabupaten Kediri
menggunakan pupuk urea dengan takaran 500 – 700 kg/ha.
Penelitian tentang cara penempatan pupuk yang efisien dapat mengurangi jumlah
pemakaian pupuk baik menyangkut takaran dan waktu pemberian yang tepat perlu
mendapat perhatian untuk penerapan konsep pengelolaan hara dalam budidaya jagung
untuk produksi pangan dan pakan yang efisien dan berkelanjutan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efisiensi beberapa cara penempatan pupuk
dan formulasi pupuk di lahan kering.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan pada lahan kering di desa Bajeng, kabupaten
Gowa, provinsi Sulawesi Selatan. Pupuk yang digunakan adalah urea, SP 36 dan KCl
dengan menggunakan varietas Lamuru. Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Setengan takaran urea dan seluruh
takaran SP 36 dan KCl diberikan di atas permukaan tanah pada saat 7 hst dan sisa pupuk
urea diberikan pada saat 30 hst. Campuran pupuk urea, SP 36 dan KCl yang dibuat dalam
bentuk pupuk tablet diberikan pada saat 7 hst dengan memasukkan pupuk 5-7 cm di
bawah permukaan tanah dengan cara tugal. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x
40 cm, 2 tanaman/lubang. Sebelum ditanam benih jagung dicampur dengan saromil, 2,5
g/kg benih. Pengendalian gulma dilakukan pada umur 21 hst dan 42 hst dengan herbisida
paraquat, takararan masing-masing 2 l/ha. Pengendalian hama menggunakan furadan
pada saat tanam yang diberikan pada lubang tanaman dan saat tanaman berumur 28 hst
diberikan pada pucuk tanaman dengan takaran masing-masing 5 kg/ha. Ukuran petak
adalah 6 m x 4 m. Susunan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

170

Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009

ISBN :978-979-8940-27-9

Tabel 1. Susunan perlakuan penempatan dan takaran pupuk urea.
Takaran Pupuk (kg/ha)

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9 **
10 ***

Urea
200
300
400
500
200*
300*
400*

500*
300
300

SP 36
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

KCl
50
50
50

50
50
50
50
50
50
50

Bentuk Pupuk
Prill
Prill
Prill
Prill
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Prill
Prill


Keterangan:
*
= Seluruh takaran pupuk urea dicampur dengan seluruh takaran SP 36 dan KCl dibuat
dalam bentuk pupuk tablet
**
= Pemberian pupuk dengan cara tugal dan dimasukkan 5 cm ke dalam tanah pada 7 hst
(50 % urea, seluruh SP 36 dan KCl) dan 50 % urea diberikan pada 30 hst.
*** = Pupuk dilarutkan dengan air sebelum diberikan ke tanaman jagung pada 7 hst (50 %
urea, seluruh SP 36 dan KCl) dan 50 % urea diberikan pada 30 hst.
Data yang diamati
1. Analisis tanah sebelum percobaan
2. Tinggi tanaman pada saat umur 30 hst, 60 hst (cm)
3. Hasil biji (t/ha)
4. Kadar hara N, P dan K jaringan tanaman (%)
5. Efisiensi pemberian pupuk tablet (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Tanah
Hasil analisis tanah tempat percobaan pada lahan kering di Bajeng, Gowa,
Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa tekstur tanah adalah liat berdebu dengan kadar N

dan bahan organik tergolong rendah, kadar K tergolong sedang, dan kadar P sangat tinggi
(Tabel 2).

171

Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009

ISBN :978-979-8940-27-9

Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum penelitian di Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan 2006
Macam Penetapan

Nilai

Liat (%)
Debu (%)
Pasir (%)
pH H2O (1 : 2.5)
pH KCl (1 : 2,5)
C- Organik (%)

N-Total (%)
C/N
P-Bray I (ppm)
Kdd (me/100 g)
Cadd (me/100g)
Mgdd (me/100g)
Nadd (me/100g)
Aldd (me/100 g)
H+ (me/100 g)
Nilai Tukar Kation (me/100 g)

46
42
12
6,55
5,70
1,06
0,13
8,15
64,04

0,45
19,55
3,91
0,48
Tu
0,02
30,38

Tekstur :

Kriteria
Liat Berdebu

Netral
Rendah
Rendah
Sangat Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tidak terukur
Tinggi

Dari hasil analisis tanah pada lahan kering Bajeng, Gowa memberi petunjuk bahwa
untuk pertanaman jagung di lokasi tersebut mutlak adanya pemberian pupuk N dan P,
sedangkan P hanya untuk menjaga keseimbangan hara dalam tanah.
Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman pada umur 30 dan 60 hst) menunjukkan bahwa
perlakuan pemberian pupuk yang dilarutkan sebelum aplikasi memberikan tanaman
tertinggi sebesar masing-masing 95,0 cm dan 194,2 cm (Tabel 3). Kalau kita perhatikan
dari data tinggi tanaman pada Tabel 3, ada kecenderungan bahwa pemberian pupuk
dengan cara ditugal memberikan efek yang lebih baik dibanding dengan pemberian pupuk
yang disebar diatas permukaan tanah.
Tabel 3. Pengaruh cara pemberian bentuk dan formulasi pupuk anorganik terhadap tinggi
tanaman jagung umur 30 dan 60 hst di Bajeng, Gowa, 2006
Perlakuan
Takaran (kg/ha)
Urea - SP 36 - KCl
200 – 100 – 50
300 – 100 – 50
400 – 100 – 50
500 – 100 – 50
200 – 100 – 50
300 – 100 – 50
400 – 100 – 50
500 – 100 – 50
300 – 100 – 50
300 – 100 – 50

Tinggi Tanaman (cm)
Bentuk
Prill
Prill
Prill
Prill
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Prill
Prill
KK (%)

Cara Pemberian
Diatas permukaan tanah
Diatas permukaan tanah
Diatas permukaan tanah
Diatas permukaan tanah
Ditugal
Ditugal
Ditugal
Ditugal
Ditugal
Dilarutkan

30 hst

60 hst

76,9 b
74,1 c
82,9 b
82,1 b
75,0 b
76,1 b
75,1 b
82,4 b
79,1 b
95,0 a
6,2

154,5 c
158,2 c
166,4 bc
170,8 bc
162,50 bc
180,1 ab
171,8 bc
177,8 abc
170,8 bc
194,2 a
7,2

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut
uji Duncan

172

Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009

ISBN :978-979-8940-27-9

Hasil analisis statistik terhadap tinggi tanaman pada umur 30 hst dan 60 hst
menunjukkan bahwa dengan takaran 300 kg urea + 100 kg TSP + 50 kg KCl/ha, cara
pemberian pupuk yang dilarutkan dengan air sebelum disiramkan ke tanah sekitar
tanaman jagung memberikan tanaman tertinggi. Hal ini disebabkan oleh penyerapan
pupuk yang lebih cepat karena pupuk telah dilarutkan dalam air sebelum diaplikasikan ke
tanah sekitar tanaman jagung. Kalau kita perhatikan dari data diatas ada kecenderungan
bahwa penempatan pupuk dengan cara ditugal memberikan pengaruh yang lebih baik
dibanding dengan pemberian pupuk dengan diletakkan di atas permukaan tanah.
Pemberian pupuk dengan cara tugal akan lebih efisien karena sebagian besar pupuk dapat
terserap oleh tanaman, sedangkan dengan cara disebarkan di atas permukaan tanah
sebagian pupuk yang diberikan akan menguap sehingga tidak terserap oleh tanaman
jagung.
Hasil Biji
Hasil biji tertinggi sebesar 7,50 diperoleh pada perlakuan 300 kg urea+100 kg SP
36 + 50 kg KCl/ha yang diberikan secara tugal (Tabel 4). Hal ini berbeda pada lahan
sawah tadah hujan di desa Ajakkang, Barru, hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan 500
kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha dalam bentuk tablet memberikan hasil biji
sebesar 7,91 t/ha (Akil, 2006). Hasil terendah sebesar 4,70 t/ha diperoleh pada perlakuan
200 kg urea +100 kg SP 36 +50 kg KCl/ha yang disebar diatas permukaan tanah. Pada
lahan kering Bajeng ada kecenderungan bahwa pemberian dalam bentuk tablet tidak
memberikan pengaruh baik terhadap hasil biji. Hal ini berbeda dengan hasil yang
diperoleh pada lahan sawah tadah hujan di desa Ajakkang, Barru, pemberian pupuk tablet
hingga takaran 500 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha memberikan hasil tertinggi.
Tabel 4. Pengaruh cara pemberian bentuk dan formulasi pupuk anorganik terhadap hasil
biji di Bajeng, Gowa, 2006
Perlakuan
Takaran (kg/ha)
Urea - SP 36 - KCl
200 – 100 – 50
300 – 100 – 50
400 – 100 – 50
500 – 100 – 50
200 – 100 – 50
300 – 100 – 50
400 – 100 – 50
500 – 100 – 50
300 – 100 – 50
300 – 100 – 50

Bentuk
Prill
Prill
Prill
Prill
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Prill
Prill
KK (%)

Cara Pemberian
Diatas permukaan tanah
Diatas permukaan tanah
Diatas permukaan tanah
Diatas permukaan tanah
Ditugal
Ditugal
Ditugal
Ditugal
Ditugal
Dilarutkan

Hasil Biji
(t/ha)
4,70b
6,86a
7,07a
6,73a
5,77ab
6,73a
6,76b
6,23ab
7,50a
7,20a
15,0

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom tang sama tidak berbeda nyata pada taraf
5% menurut uji Duncan

Kadar Hara Jaringan Tanaman
Kadar hara jaringan tanaman jagung menunjukkan bahwa kadar N tertinggi sebesar
2,32 % diperoleh pada perlakuan takaran 300 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha
dalam bentuk prill yang diberikan dengan cara tugal dan yang terendah pada perlakuan

173

Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009

ISBN :978-979-8940-27-9

takaran 200 kg urea + 100 SP 36 + 50 kg KCl/ha dalam benruk prill yang di berikan di
atas permukaan tanah dengan kadar hara jaringan 1,52 %. Kadar P jaringan tanaman
tertinggi sebesar 0,35 % diperoleh pada perlakuan 200 kg urea + 100 SP 36 + 50 kg
KCl/ha dalam bentuk prill yang di sebar di atas permukaan tanah, sedangkan terendah
sebesar 0,26 diperoleh pada perlakuan 300 kg urea + 100 SP 36 + 50 kg KCl/ha dalam
bentuk prill yang diberikan secara tugal. Hal ini disebabkan kadar hara P tanah sebelum
penelitian tergolong tinggi, sehingga pada perlakuan N dalam bentuk urea yang tinggi
akan menekan serapan hara P sehingga kadar hara P jaringan tanaman. Kadar K jaringan
tanaman tertinggi sebesar 1,93 % diperoleh pada perlakuan 500 kg urea + 100 SP 36 + 50
kg KCl/ha dalam bentuk tablet yang diberikana secara tugal, sedangkan terendah sebesar
1,62 diperoleh pada perlakuan 500 kg urea + 100 SP 36 + 50 kg KCl/ha dalam bentuk
prill yang disebar di atas permukaan tanah (Tabel 5).
Tabel 5. Pengaruh cara pemberian bentuk dan formulasi pupuk anorganik terhadap kadar
N, P dan K jaringan tanaman di Bajeng, Gowa. 2006
Perlakuan
Takaran (kg/ha)
Urea - SP 36 - KCl
200 – 100 – 50
300 – 100 – 50
400 – 100 – 50
500 – 100 – 50
200 – 100 – 50
300 – 100 – 50
400 – 100 – 50
500 – 100 – 50
300 – 100 – 50
300 – 100 – 50

Bentuk
Prill
Prill
Prill
Prill
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Prill
Prill

Cara Pemberian
Permukaan tanah
Permukaan tanah
Permukaan tanah
Permukaan tanah
Ditugal
Ditugal
Ditugal
Ditugal
Ditugal
Dilarutkan

Kadar Jaringan Tanaman (%)
N
P
K
1,52
2,25
1,77
2,18
1,90
1,97
2,20
1,89
2,32
1,94

0,35
0,31
0,29
0,32
0,29
0,30
0,30
0,28
0,26
0,29

1,70
1,73
1,79
1,62
1,72
1,91
1,65
1,93
1,71
1,70

Efisiensi Pemberian Pupuk
Hasil evaluasi efisiensi pemberian pupuk yang dilaksanakan di Bajeng, Gowa
menunjukkan bahwa pada takaran pupuk 200 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha,
dengan pemberian pupuk tablet yang ditugal dapat meningkatkan efisiensi pemberian
pupuk sebesar 23% dibandingkan dengan pupuk yang diberikan di atas permukaan tanah.
Pada takaran pupuk 300 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha, pemberian pupuk tablet
dengan cara ditugal tidak dapat meningkatkan efisiensi pemberian pupuk dibandingkan
dengan pemberian pupuk di atas permukaan tanah. Apabila pupuk urea prill diberikan
secara tugal dapat meningkatkan efisiensi sebesar 9 %. Sedangkan pada perlakuan yang
sama pada lahan sawah tadah hujan di Ajakkang, Barru dapat meningkatkan efisiensi
pupuk sebesar 30 %. Pada takaran pupuk 400 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha,
pemberian pupuk tablet dengan cara ditugal tidak dapat meningkatkan efisiensi peberian
pupuk dibandingkan dengan pemberian pupuk di atas permukaan tanah. Pada takaran
pupuk 500 kg urea + 100 kg SP 36 + 50 kg KCl/ha, pemberian pupuk tablet dengan cara
ditugal juga tidak dapat meningkatkan efisiensi pemberian pupuk dibandingkan dengan
pemberian pupuk di atas permukaan tanah (Tabel 6).

174

Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009

Tabel 6.

ISBN :978-979-8940-27-9

Efisiensi cara pemberian pupuk pada berbagai bentuk dan takaran pupuk
anorganik di Bajeng, Gowa. 2006

Takaran (kg/ha)
Urea - SP 36 - KCl
200 – 100 – 50
300 – 100 – 50

400 – 100 – 50
500 – 100 – 50

Bentuk
Pupuk
Prill
Tablet
Prill
Tablet
Prill
Prill
Prill
Tablet
Prill
Tablet

Cara Pemberian
Diatas permukaan tanah
Ditugal
Diatas permukaan tanah
Ditugal
Ditugal
Dilarutkan
Diatas permukaan tanah
Ditugal
Diatas permukaan tanah
Ditugal

Hasil biji
(t/ha)
4,70
5,77
6,86
6,73
7,50
7,20
7,07
6,76
6,73
6,23

Efisiensi
(%)
100
123
100
98
109
105
100
96
100
93

KESIMPULAN
• Pemberian pupuk dengan cara tugal lebih efsien dibandingkan dengan pemberian
pupuk dengan cara disebar di atas permukaan tanah atau dilarutkan dalam air pada
lahan kering.
• Pemberian pupuk tablet tidak meningkatkan efisiensi pupuk pada lahan kering.
DAFTAR PUSTAKA
Akil M., M. Rauf, A.F.Fadhly, I.U. Firmansyah, A.F. Fadhly, Syafruddin, Muhtar A. Nawir,
Faesal, R. Effendi, Fahdiana T. dan A. Kamaruddin. 2005. Pengelolaan hara, air dan
tanaman jagung mendukung teknologi pengelilaan tanaman terpadu (PTT) jagung. Laporan
Akhir 2005, Balai Penelitian Tanaman Serealia. Tidak diterbitkan.
Akil, M. 2006. Evaluasi cara pemberian. Bentuk dan formulasi pupuk anorganik pada tanaman
jagung. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian Spesifik Lokasi.
Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembanagan Pertanian, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Hal.255 – 262.
Badan Litbang Pertanian. 2002. Panel Ekspose Badan Litbang Pertanian pada Festival Jagung
Nasional di Bogor. 26-27 April 2002.
CRIFC. 1988. National Coordinate Research Program, and use. Farming System and Soil
Resources Institute Collage of Agriculture University of The Philippines At Los Banos.
Inst. Food Crops. AARD. 83 p.
Deptan. 2002. Agribisnis Jagung. Informasi dan Peluang. Festival Hagung Pangan Pokok
Alternatif. Istana Bogor 26-27 April 2002. Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Ispandi A. dan P. Soepangat. 1986. Pemupukan dan uji varietas jagung di Kediri. Penelitian
Palawija. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. 1: 79-86.
Kasryno, F. 2002. Perkembangan produksi dan konsumsi jagung dunia selama empat decade yang
lalu dan implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional
Agribisnis Jagung di Bogor. 24 Juni 2002. Badan Litbang Pertanian
Mink, S.D., P.A. Dorosh, and D.H. Perry. 1987. Corn Production Systems. In Timmer (Ed.) The
Corn Economy of Indonesia. Pp. 62-87.
Sayaka, B. 1995. The total faktor productivity measurement of corn in Java. 1972-1992. Jurnal
Agro Ekonomi (Agricultural Economics Journal) 14(1) :39-49.
Subandi, Marsum M. Dahlan, Muhadji D. Moentono, Iskandar S., Sudaryono dan Sudjadi 1988.
Status Penelitian Jagung dan Sorghum. Risalah Simposium II Penelitian Tanaman Pangan.
Buku I. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. Pp. 189 – 223.

175

Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009

ISBN :978-979-8940-27-9

Subandi, Marsum M. Dahlan, Muhadji D. Moentono, Iskandar S., Sudaryono dan Sudjadi. 1988.
Status penelitian jagung dan sorghum. Risalah Simposium II Penelitian Tanaman Pangan.
Buku I. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. Hal. 189-223.
Subandi, Zubachtirodin, Sania Saenong dan I.U. Firmansyah, 2006. Ketersediaan Teknologi
Produksi dan Program Penelitian Jagung. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional
Jagung 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hal 11-40.
Swastika,D.K.S., F. Kasim, K. Suhariyanto, W. Sudana, R. Hendayana, R.V. Gerpacio, and P.P.
Pingali. 2004. Maize in Indonesia: Production Systems, constraints, and research priorities.
Mexico, D.F. CIMMYT. 40p.

176