Analisis Implementasi Kebijakan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir Dan Anak Balita Di Kota Banda Aceh Tahun 2015

Lampiran 1 . Gant Chart Perencanaan Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan
No

Uraian Kegiatan
1

1

Pembuatan Proposal

2

Pembuatan
Pedoman
Wawancara Mendalam

3

Persiapan
Penelitian


4

Pengumpulan Data Sekunder

5

Pengumpulan Data Kualitatif

6

Analisis dan Pengolahan Data

7

Penyusunan
Penelitian

8


Desiminasi Hasil Penelitian

9

Penyusunan Laporan

Administrasi

Laporan

Ijin

Hasil

2

3

4


5

6

7

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Informan

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN

Saya bersedia turut berpartisipasi sebagai calon informan dalam penelitian
yang akan dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara atas nama
SUPRIADY. R, NIM 137032172 dengan judul “Analisis Implementasi Kebijakan
Qanun Kota Banda Aceh Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak Balita Di Kota Banda Aceh Tahun 2015”.
Saya telah memahami maksud dan tujuan dari penelitian ini, dan tidak akan
berakibat negatif terhadap saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang
sebenarnya dan tanpa paksaan.
Dengan demikian saya bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.


Banda Aceh,
Informan,

( ………………………………… )

Lampiran 3. Format Pedoman Wawancara Mendalam
PEDOMAN UMUM WAWANCARA MENDALAM
Analisis Implementasi Kebijakan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 17 Tahun
2011 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir Dan Anak Balita Di Kota Banda
Aceh Tahun 2015

Petunjuk Umum
Disampaikan ucapan terima kasih kepada responden karena telah bersedia
meluangkan waktunya untuk diwawancarai. Buah pikiran, informasi yang diberikan
sangat membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Hal ini penting untuk memulai
suatu hubungan yang baik.
Petunjuk Wawancara Mendalam
1. Pembukaan
a. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan alat bantu pedoman

wawancara, alat pencatat, perekam suara dan video (handycam) untuk
membantu pencatatan
b. Informasi bebas untuk menyatakan pendapat, kendala, solusi dan saran
perbaikan dan sangat dijaga kerahasiaannya.
c. Setiap informasi sangat bernilai
d. Jawaban tidak ada yang benar atau salah karena wawancara ini untuk
kepentingan penelitian dan tidak ada skor penilaian
2. Penutup
a. Memberitahu bahwa wawancara telah selesai
b. Mengucapkan terima kasih dengan berjabat tangan
c. Menyatakan maaf apabila ada hal-hal yang tidak menyenangkan

DAFTAR PERTANYAAN
A. Pengelola Perencanaan Bidang Kesehatan di BAPPEDA
1. Apakah bapak menerima sosialisasi Qanun KIBBLA dari dinas kesehatan?
2. Apakah menurut bapak sudah jelas pasal-pasal didalamnya ?
3. Berapakah total APBK Kota Banda Aceh dan alokasi anggaran untuk
kesehatan pada tahun 2015 ?
4. Bagaimanakah sistem perencanaan anggaran dan kegiatan di Kota Banda
Aceh ?

5. Apakah dalam pelaksanaan implementasi Qanun KIBBLA ini BAPPEDA
melakukan koordinasi kepada pihak terkait ?
B. Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK)
1. Apakah Bapak masih mengingat Qanun Kota Banda Aceh No.17/2011
tentang KIBBLA ?
2. Apakah menurut bapak sudah jelas pasal-pasal didalamnya ?
3. Bagaimana metode sosialisasi yang disampaikan kepada bapak ?
4. Bagaimana dukungan anggaran dari DPRK terhadap pelaksanaan Qanun
KIBBLA ?
5. Bagaimana menurut Bapak pelaksanaan pelayanan kesehatan secara umum di
Kota Banda Aceh ? untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak, bagaimana
pendapat Bapak ?
C. Kepala Dinas Kesehatan
1. Bagaimana sosialisasi Qanun KIBBLA ini dilakukan ?
2. Mengapa dokter spesialis anak tidak termasuk kedalam tenaga KIBBLA ?
3. Bagaimana metode sosialisasi dari Qanun KIBBLA ini dilakukan ?
4. Berapa anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk tahun ini ?
5. Apakah perencanaan kegiatan dan penggangaran implementasi Qanun
KIBBLA ini telah sesuai dengan Renstra Dinkes Kota Banda Aceh tahun
2012-2017 ?

6. Ada berapa jumlah polindes ? bagaimana kondisi sarana dan prasarananya ?
apakah sudah cukup memadai ?
7. Dalam penetapan 2 Puskesmas PONED, apa yang menjadi dasar sehingga
Puskesmas PONED tersebut ditetapkan ?
8. Apakah sudah pernah dilakukan evaluasi terhadap kegiatan pelaksanaan
qanun ini ?
9. Bagaimana sistem koordinasi dinas kesehatan dengan puskesmas / atau rumah
sakit rujukan atau dengan dokter / dokter spesialis kebidanan ?

10. Menurut ibu, apakah diperlukan Peraturan Pelaksana dari Qanun ini untuk
memperkuat pelaksanaan dari segi perencanaan kegiatan dan
penganggarannya ?
D. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat / Kasie Kesga & Kemitraan / Pengelola
Program KIA
1. Bagaimana pelaksanaan sosialisasi qanun ini yang telah dilakukan ?
2. Apakah isi dari pasal-pasal dalam Qanun ini sudah cukup jelas ?
3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA ini disampaikan ?
4. Apakah perencanaan kegiatan dan penggangaran implementasi Qanun
KIBBLA ini telah sesuai dengan Renstra Dinkes Kota Banda Aceh tahun
2012-2017 ?

5. Bagaimana kesiapan SDM yang ada (kuantitas maupun kualitasnya) ?
6. Bagaimana system pelayanan dan rujukan dipuskesmas?
7. Bagaimana disposisi kebijakan dari Qanun ini dilakukan?
8. Berapa bulan sekali monitoring evaluasi dilakukan?
9. Bagaimana koordinasi lintas program dan lintas sector untuk mendukung
pelaksanaan Qanun ini ?
10. SOP apa saja yang telah dibuat yang berkaitan dengan pelaksanaan Qanun
KIBBLA ?
E. Kepala Puskesmas
1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh?
2. Menurut ibu/bapak, apakah pasal-pasal yang disampaikan cukup jelas ?
3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA ini disampaikan ?
4. Berapa jumlah dokter dan bidan di puskesmas ini ?
5. Bagaimana sistem koordinasi pelayanan kesehatan dari puskesmas dengan
polindes/poskesdes/dinas kesehatan atau rumah sakit rujukan dan dengan
dokter spesialis kebidanan?
6. Apakah ada dokumen tertulis SOP di puskesmas ini ?
F. Dokter Umum Puskesmas
1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh?
2. Apakah pasal-pasal didalamnya sudah cukup jelas ?

3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA ini disampaikan ?
4. Ada berapa jumlah dokter di puskesmas ini ?
5. Apakah ibu pernah diikutsertakan dalam pertemuan untuk membahas ibu
hamil risti atau kasus kesehatan ibu dan anak lainnya?
6. Apakah ada dokumen SOP di puskesmas ini ?

G. Bidan Koordinator
1. Apakah ibu pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh ?
2. Apakah pasal – pasal dalam qanun ini sudah jelas?
3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA ini disampaikan ?
4. Ada berapa jumlah bidan wilayah ibu?
5. Sebagai Bidan Koordinator, apa yang menjadi ruang lingkup kerja ibu?
6. Apakah ibu melakukan monitoring evaluasi terhadap pelayanan kesehatan ibu
dan anak ?
7. Bagaimana sistem koordinasi pelayanan polindes/poskesdes ibu dengan
puskesmas / dinas kesehatan atau rumah sakit rujukan atau dengan dokter /
dokter spesialis kebidanan?
8. Apakah ada dokumen SOP tertulis di puskesmas ?
H. Bidan Desa
1. Apakah ibu pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh?

2. Menurut ibu, apakah pasal-pasal yang disampaikan cukup jelas?
3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA ini disampaikan ?
4. Dalam setahun, berapa kali ibu mengikuti seminar atau pelatihan untuk
penyegaran atau meningkatkan kemampuan dan keahlian kompetensi
kebidanan ?
5. Sikap Pelaksana (untuk mengetahui sikap pelaksana dilakukan probing
tentang pengetahuan pelaksana dalam memahami tugas pokok dan fungsi
sebagai bidan desa)
6. Apakah ibu melakukan monitoring evaluasi atau kajian lainnya disetiap kasus
ibu hamil resiko tinggi, ibu nifas dengan komplikasi atau Audit Maternal
Perinatal pada kasus kematian ibu, bayi baru lahir dan anak balita ?
7. Bagaimana sistem koordinasi pelayanan polindes/poskesdes ibu dengan
puskesmas / dinas kesehatan atau rumah sakit rujukan atau dengan dokter /
dokter spesialis kebidanan?
8. Apakah ibu mempunyai dokumen tertulis SOP di Polindes?
I. Bidan Praktek Swasta
1. Apakah ibu pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh?
2. Menurut ibu, apakah pasal-pasal yang disampaikan cukup jelas?
3. Bagaimana metode sosialisasi dari qanun KIBBLA atau informasi tentang
KIA disampaikan kepada ibu sebagai bidan praktek swasta ?

4. Bagaimana menurut ibu tentang Qanun KIBBLA ini ?

5. Apakah ibu melakukan monitoring evaluasi atau kajian lainnya disetiap kasus
ibu hamil resiko tinggi, ibu nifas dengan komplikasi atau Audit Maternal
Perinatal pada kasus kematian ibu, bayi baru lahir dan anak balita ?
6. Bagaimana sistem koordinasi pelayanan klinik bersalin ibu dengan puskesmas
/ dinas kesehatan atau rumah sakit rujukan atau dengan dokter / dokter
spesialis kebidanan?
7. Apakah klinik ibu mempunyai dokumen tertulis SOP ?
J. Dokter Spesialis Kebidanan
1. Apakah ibu/bapak pernah mendengar Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh?
2. Bagaiman kejelasan isi / content qanun tersebut sudah jelas ?
3. Ada berapa dokter spesialis kandungan di rumah sakit ini ?
4. Bagaimana menurut ibu/bapak tentang sistem koordinasi yang berkaitan
dengan pelayanan KIBBLA ? Hubungannya antara bidan / puskesmas / dokter
/ dokter spesialis kebidanan/ dinas kesehatan dan rumah sakit.
5. Apakah ibu/bapak mendapatkan dokumen tertulis SOP dari bagian
administrasi ?
K. Ibu Hamil dan Ibu Nifas
1. Apakah ibu pernah mendengar informasi bahwa Pemerintah Kota Banda
Aceh telah membuat suatu peraturan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu dan anak ?
2. Menurut ibu, apakah informasi yang disampaikan cukup jelas?
3. Bagaimanakah cara ibu untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan ibu
dan anak?
4. Apakah dalam melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas atau di
rumah sakit pemerintah, ibu di pungut biaya?
5. Apakah menurut ibu, petugas kesehatan yang melayani ibu sudah cukup
memuaskan?
6. Apakah ibu pernah dihubungi oleh petugas kesehatan / bidan untuk
menanyakan tentang perencanaan persalinan? Kalau ada, berapa kali? Melalui
apa ? datang kerumah? Ditelepon? Atau pada waktu ibu ke puskesmas saja?
7. Apakah ibu pernah dirujuk atau disarankan untuk konsultasi ke dokter di poli
umum?
8. Apakah ibu pernah disarankan oleh bidan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium (periksa Hb)?
9. Apakah ibu pernah disarankan untuk konsultasi ke petugas nutrisionis?
10. Apakah ibu mengetahui alur dari pelayanan KIA di puskesmas tempat ibu
memeriksakan kehamilan ?

Lampiran 4. Gambaran Hasil Wawancara Implementasi Qanun KIBBLA
1. Komunikasi
1.1. Sosialisasi
Berikut ini informasi gambaran praktek komunikasi implementasi kebijakan
variabel sosialisasi yang pernah dilakukan dari para narasumber :
Tabel 4.14. Matriks Sosialisasi Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh
Narasumber
Perencanaan
Bid. Kesehatan
Bappeda
Ketua Komisi
Bidang
Kesehatan
Kepala
Dinas
Kesehatan
Ka.Bid.
Kesehatan
Masyarakat
Kasie.
Kesga
dan Kemitraan
Pengelola
Program KIA
Ka.Subbag.
Perencanaan
Ka. Puskesmas
PONED
Ulee
Kareng
Dokter Umum
Pusk.
Ulee
Kareng
Bidan
Koordinator
Pusk.Ulee
Kareng

Tanggal
Wawancara
06/07/2015

Pendapat
“Saya pernah ikut sosialisasi yang dulu diadakan
di sini. Dari ibu Media yang presentasikan”

09/07/2015

“Ya tentu saya sangat mengingatnya”.

09/07/2015

“ee..ya.. iya ikut..“.

29/06/2015

“Salah satunya yang pertama sekali kita
sosialisasikan qanun ini ditahun 2013, dalam
bentuk pertemuan, itu kita ada beberapa “
“iya semua kepala bidang juga diundang”

04/07/2015
25/06/2015

08/07/2015
17/06/2015

17/06/2015

17/06/2015

“Dimulai sosialisasi tahun 2013, ditingkat desa,
kader, BPS habis itu tingkat petugas juga ada,
bidan desa juga ada. Tingkat desa seperti PKK”.
“Pertama kali saya mendengar tahun, waktu masih
perancangan, itu sekitar tahun 2010”
“Pernah, sosialisasi..entah setahun dua tahun yang
lalu dah lama gak ingat lagi, di Bappeda kalo gak
salah, waktu itu ya.
“Saya baru kali ini (mendengar).

“Itu saya pernah dengar ee.. dari.. sebelumnya da
semacam pertemuan dibahas tentang qanun
KIBBLA itu, pokoknya ibu, bayi baru lahir itu
berhak mendapatkan akses kesehatan yang

Bidan PONED
Pusk.Ulee
Kareng
Bidan
Desa
Pusk.Ulee
Kareng
Ka. Puskesmas
PONED Banda
Raya
Dokter Umum
Pusk.
Banda
Raya
Bidan
Koordinator
Pusk.
Banda
Raya
Bidan PONED
Pusk.
Banda
Raya
Bidan
Desa
Pusk.
Banda
Raya
Ka. Puskesmas
Meuraxa

17/06/2015

Dokter Umum
Pusk. Meuraxa
Bidan
Koordinator
Pusk. Meuraxa
Bidan
Desa
Pusk. Meuraxa

15/04/2015

Ka. Puskesmas
Pusk. Lampulo

27/05/2015

maksimal.
“Pernah, dari puskesmas, Cuma yang masalah
penurunan angka kematian itu”.

30/05/2015

“Sudah (pernah dengar), ee..sekitar setahun yang
lalu ya.. di gedung Sultan Selim”.

17/06/2015

“Dengar pernah, sekitar tahun 2013 pada saat
pertemuan pertemuan di Dinas Kesehatan”

30/05/2015

“Belum pernah, baru kali ini”

17/06/2015

“Pernah, sekitar 2 tahun kebelakang, di.. dari dinas
kesehatan, ini yang dari Kinerja USAID, sekilas
kayak gitu aja”.

06/07/2015

“Pernah, saya lebih sering mendengar KIBBLA
itu waktu rapat pertemuan pertemuan IBI
kemudian dari dinas”.
“udah, pernah dulu waktu pelatihan, 2013 kalo
gak salah, di Sultan Selim, tentang kesehatan ibu
hamil, bayi baru lahir, anak balita”.
“Pernah, yang pertama di dinas kesehatan kota,
yang kedua di Sultan Selim, 2014 pertengahan
tahun ya”.
“Baru ini”.

06/06/2015

15/04/2015

15/04/2015

15/04/2015

“Pernah, waktu saya jadi jurim sekitar setahun
lebih di dinas kesehatan, dari penanggung jawab
imunisasi”.
“Pernah, waktu pelatihan kemaren itu, tentang
kesehatan ibu, bayi, balita dan anak bayi baru
lahir”.
“Pernah, waktu itu ada sosialisasi KIBBLA,
sekitar 3 tahun lalu lah, itu kan termasuk

Dokter Umum
Pusk. Lampulo

30/05/2015

Bidan
Koordinator
Pusk. Lampulo
Bidan
Desa
Pusk. Lampulo

30/05/2015

Bidan
Klinik
Bersalin
Bidan Praktek
Swasta
Dokter
Sp.
Kandungan
RSUZA
Dokter
Sp.
Kandungan
RSIA
Dokter
Sp.
Kandungan
RSUD Meuraxa
Ibu hamil

23/06/2015

Ibu hamil
Ibu hamil resiko
tinggi
Ibu hamil resiko
tinggi
Ibu hamil resiko
tinggi
Ibu Nifas
Ibu nifas
Ibu nifas dengan
komplikasi

30/05/2015

mengenai kematian anak, ibu hamil”.
“Sudah (pernah dengar), ee..kebetulan saya dulu
kan kerja dirumah sakit (RSUD Meuraxsa) jadi
sejak 2012 saya sudah tau, itu sebatas saya tau”.
“Udah (pernah mendengar), saya baru dengarnya
2013”

24/06/2015

“Pernah dengar, kalau membaca qanunnya sendiri
belum, waktu pelatihan SDIDTK tahun 2014 dari
dinas kesehatan kota”.
“Sudah, waktu mendengar qanun ini ketua kami
(IBI) juga ikut membuat,”.
“Belum pernah dengar”

29/06/2015

“Baru ini saya dengar”

03/07/2015

“Belum pernah”

30/06/2015

01/06/2015

“Sampai sekarang belum pernah mendengarnya,
ntah karena sibuk mengurusi pasien atau tidak ada
sosialisasi saya ndak tau”.
“Belum sih, Cuma kalau ada peraturan tentang
kesehatan ibu dan anak sudah pernah dengar”
“KIBBLA…pernah dengar tapi isinya gak tahu”
“Pernah, posyandu kan di kampong saya sering
hadir dengarnya disitu, ada petugasnya”
“Iya, dibidannya, udah”

03/06/2015

“Gak pernah”

17/04/2015
17/04/2015
17/04/2015

“Gak (gak pernah dengar)”
“Gak (gak pernah dengar)”
“Ada pernah dari kader”

15/04/2015
21/07/2015
16/04/2015

Ibu nifas dengan
komplikasi

01/06/2015

“Gak (gak pernah dengar)”

1.2. Kejelasan isi / content
Berikut ini informasi gambaran praktek komunikasi implementasi kebijakan
variabel kejelasan isi yang pernah dilakukan dari para narasumber :
Tabel 4.15. Matriks Kejelasan isi / content Qanun KIBBLA Kota Banda Aceh

Narasumber
Perencanaan Bid.
Kesehatan
Bappeda

Tanggal
Wawancara
06/07/2015

Kepala
Dinas
Kesehatan

09/07/2015

Ka.Bid.
Kesehatan
Masyarakat

29/06/2015

Kasie. Kesga dan
Kemitraan

04/07/2015

Pengelola
Program KIA
Ka.
Puskesmas
PONED
Ulee

25/06/2015
17/06/2015

Pendapat
“Pasal jelas, cuma ee.. misalnya kayak
anggaran atau apa ya.. ada peraturan
turunannya ya, dua lagi ya, peraturan walikota
belum, karena untuk pelaksanaan teknis kan
pakai perwal yang lebih teknis”
(pasal 14 ayat 2 tentang tenaga KIBBLA :
Dokter Sp.Anak tidak termasuk tenaga
KIBBLA) “iya..itu mungkin mis di kita itu
karenakan memang harusnya masuklah secara
ininya, tapi dalam kegiatan kita selalu
mengikutkan gitu..”.
“Saya pikir ee.. untuk aturannya jelas ya.. mm
cuman saja ee.. barangkali seperti ketentuan
untuk apa misalnya ada yang ee.. klinik yang
tidak melakukan kita berhak bahkan berhak
menutup.. nah ini yang mungkin yang tidak
jelas
mekanismenya
seperti
apa
pengaturannya”
(pasal 14 ayat 2 tentang tenaga KIBBLA :
Dokter Sp.Anak tidak termasuk tenaga
KIBBLA) “Anak gak ada ya? saya gak..gak
ingat lagi, disini gak terpikir juga saya, baru
terlihat ni.. harus dievaluasi ulang”.
“ya untuk saat ini mungkin cukup jelas, karena
diakan ada tim yang menyusunnya”
“Mmm..kayaknya sudah ya”.

Kareng
Dokter
Umum
Pusk.
Ulee
Kareng
Bidan
Koordinator
Pusk.Ulee Kareng
Bidan
PONED
Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015

(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)

17/06/2015

“Saya rasa kayaknya udah cukup (jelas) lah”

17/06/2015

“Baca ada tapi gak ingat ingat lagi karenakan
banyak kali pasal-pasalnya ya, Cuma baca
sekilas gitu aja jadi gak ingat lagi”
“ee..sudah cukup jelas ya, mungkin ya
kesehatan reproduksi remaja mungkin ya
(belum jelas)”.
“Saya tidak terpapar langsung mungkin belum
begitu ee.. familiar ya.. dari yang sudah saya
baca dari bahasanya sudah cukup jelas ya”.
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
“kurang jelas karenakan sosialisasi gitu aja”

Bidan
Desa
Pusk.Ulee Kareng

30/05/2015

Ka.
Puskesmas
PONED Banda
Raya
Dokter
Umum
Pusk. Banda Raya
Bidan
Koordinator Pusk.
Banda Raya
Bidan
PONED
Pusk. Banda Raya

17/06/2015

Bidan Desa Pusk.
Banda Raya
Ka.
Puskesmas
Meuraxa
Dokter
Umum
Pusk. Meuraxa
Bidan
Koordinator Pusk.
Meuraxa
Bidan Desa Pusk.

06/06/2015

“Saya yang jelas, isinya juga gak tau ya.. tapi
pada pokoknya di qanun KIBBLA mengenai
aturan aturan ya, mengenai kesehatan ibu dan
anak tadi dengan tujuan akhir menurunkan
angka kematian ibu dan bayi”.
“Sudah (cukup jelas)”

15/04/2015

“jelas”

15/04/2015
15/04/2015

(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
“singkat dan padat”

15/04/2015

“baru ini nengok (dokumen qanun KIBBLA,

30/05/2015
17/06/2015

06/07/2015

Meuraxa
Ka.
Puskesmas
Pusk. Lampulo
Dokter
Umum
Pusk. Lampulo
Bidan
Koordinator Pusk.
Lampulo
Bidan Desa Pusk.
Lampulo
Bidan
Klinik
Bersalin
Bidan
Praktek
Swasta
Dokter
Sp.
Kandungan
RSUZA
Dokter
Sp.
Kandungan RSIA
Dokter
Sp.
Kandungan
RSUD Meuraxa
Ibu hamil

27/05/2015
30/05/2015
30/05/2015

30/05/2015
23/06/2015

24/06/2015
29/06/2015

03/07/2015
30/06/2015

15/04/2015

jadi tidak tahu karena baru lihat)”.
“Jelas ya tentang kesehatan ibu dan anak”
“Paling saya baca.. KIBBLA itu apa
kepanjangannya..paling tau sebatas itu saja”.
“Jelas, karena itu menyangkut tupoksi
pekerjaan kita”.
“tidak
tahu
karena
membaca
qanun
KIBBLAnya belum”.
“Kalo qanun KIBBLA ini banyak yang
mengenai kami, ada AMP, ASI ekslusif,
menyusui dini, banyak lah”.
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)

Ibu hamil

21/07/2015

Ibu hamil resiko
tinggi

16/04/2015

Ibu hamil resiko
tinggi
Ibu hamil resiko
tinggi

01/06/2015

(belum tahu karena belum pernah melihat
sebelumnya)
“KIBBLA masalah ibu balita sama yang bayi
kek gitu kan ditempat pelayan misalnya di
puskesmas, posyandu”.
“Misalnya masalah kita..apa ini..masalah bayi,
trus tu waktu kita melahirkan gak boleh
mengasi makanan tambahan dulu , ASI
ekslusifnya dulu 6 bulan”.
“Kadang kurang paham juga”

03/06/2015

“Gak, belum (jelas)”

Ibu nifas

17/04/2015

Ibu nifas

17/04/2015

Ibu nifas dengan
komplikasi
Ibu nifas dengan
komplikasi

17/04/2015
01/06/2015

(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
“Belum jelas sih”.
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)

1.3. Metode Pelaksanaan
Berikut ini informasi gambaran praktek komunikasi implementasi kebijakan
variabel metode pelaksanaan yang pernah dilakukan dari para narasumber :
Tabel 4.16. Metode Pelaksanaan
Narasumber
Kepala
Kesehatan

Dinas

Tanggal
Wawancara
09/07/2015

Pendapat

Ka.Bid. Kesehatan
Masyarakat
Kasie. Kesga dan
Kemitraan
Pengelola Program
KIA

29/06/2015

“disinikan misalnya IMD dan ASI ekslusif,
itu memang kita sampaikan dan juga khusus
untuk IMD bahkan itu beberapa kali
didatangkan ee..dokter spesialis anak itu
untuk me”.
“dalam bentuk pertemuan”

04/07/2015

“dalam bentuk pertemuan digedung”.

Ka.Subbag.
Perencanaan
Ka.
Puskesmas
PONED
Ulee
Kareng
Dokter
Umum
Pusk. Ulee Kareng
Bidan Koordinator

08/07/2015

25/06/2015

17/06/2015

17/06/2015
17/06/2015

“berbentuk seperti seminar sosialisasi,
dikumpulkan sekitar 50-60 orang dalam satu
ruangan, peserta diberi fotocopy qanun
KIBBLA”
“Sosialisasi lisan, masa itu yang disampaikan
dalam rapat rutin”
“Seminar dan Tanya jawab”

(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
“itu dengarnya dari dinas kesehatan, dari yang

Pusk.Ulee Kareng

Bidan
PONED
Pusk.Ulee Kareng
Bidan
Desa
Pusk.Ulee Kareng
Ka.
Puskesmas
PONED
Banda
Raya

17/06/2015

Dokter
Umum
Pusk. Banda Raya
Bidan Koordinator
Pusk. Banda Raya
Bidan
PONED
Pusk. Banda Raya
Bidan Desa Pusk.
Banda Raya
Ka.
Puskesmas
Meuraxa

30/05/2015

Dokter
Umum
Pusk. Meuraxa
Bidan Koordinator
Pusk. Meuraxa

15/04/2015

Bidan Desa Pusk.
Meuraxa
Ka.
Puskesmas
Pusk. Lampulo
Dokter
Umum
Pusk. Lampulo

15/04/2015

30/05/2015

sudah pernah dilatih juga, belum pernah
dipanggil sosialisasi, saya baru jadi bidan
koordinator, mulai dari 2014 bulan dua”.
(dari sesama rekan puskesmas)

17/06/2015

(pertemuan sosialisasi di Gedung Sultan
Selim) “ceramah, Tanya jawab juga”
(Pertemuan pertumuan didinas kesehatan)
“Saya mendengar qanun KIBBLA ini pada
saat menyusun Qanun IMD dan Persalinan
Aman kalau gak salah saya”.
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
(pertemuan sosialisasi)

06/07/2015

Pertemuan dengan IBI dan dinas kesehatan

06/06/2015

Presentasi dan tanya jawab

15/04/2015

“Pertama kali pastinya ya..dengan paparan
dari slide itu, kemudian gambaran bagaimana
qanun KIBBLA itu dipaparkan narasumber,
kalau ada yang kurang baru ada tanya jawab”.
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
“kalau sosialisasi secara intensif itu gak ada,
tapi secara penyampaian informasi itu ada
dari dinas (penanggung jawab imunisasi di
dinas)”.
Dalam bentuk pelatihan

17/06/2015

15/04/2015

27/05/2015
30/05/2015

“semacam seminar, dipaparkan jumlah
kematian”.
“Saya kan kebetulan dibagian umum (tahun
2012 di RSUD Meuraxsa), semua suratkan
masuk kebagian umum”.

Bidan Koordinator
Pusk. Lampulo
Bidan Desa Pusk.
Lampulo
Bidan
Klinik
Bersalin
Bidan
Praktek
Swasta
Dokter
Sp.
Kandungan
RSUZA
Dokter
Sp.
Kandungan RSIA
Dokter
Sp.
Kandungan RSUD
Meuraxa
Ibu hamil

30/05/2015

“Disosialisasikan dipelatihan”.

30/05/2015

“Pas pelatihan”

23/06/2015

“Dari undangan pertemuan pertemuan”

24/06/2015

(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)

29/06/2015

03/07/2015
30/06/2015

15/04/2015

(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)

Ibu hamil
Ibu hamil resiko
tinggi
Ibu hamil resiko
tinggi
Ibu hamil resiko
tinggi
Ibu nifas

21/07/2015
16/04/2015

“Dari kawan sih yang ngomong dari mulut ke
mulut”
“Puskesmas.. posyandu”
“Dari posyandu”

01/06/2015

“Bidan desanya (kerumah)”

03/06/2015

Ibu nifas

17/04/2015

Ibu nifas dengan
komplikasi
Ibu nifas dengan
komplikasi

17/04/2015

(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)
“Dari kader”

17/04/2015

01/06/2015

(tidak tahu karena belum pernah mendengar
sebelumnya)

2. Sumber Daya
2.1. Anggaran
Berikut ini informasi gambaran kesiapan sumberdaya dalam implementasi
kebijakan variabel anggaran yang pernah dilakukan dari para narasumber :
Tabel 4.17. Matriks Kesiapan Anggaran Implementasi Qanun KIBBLA
Kota Banda Aceh
Narasumber
Perencanaan Bid.
Kesehatan Bappeda

Tanggal
Wawancara
06/07/2015

Ketua
Komisi
Bidang Kesehatan

09/07/2015

Kepala
Kesehatan

Dinas

09/07/2015

Ka.Bid. Kesehatan
Masyarakat

29/06/2015

Pendapat
“Total APBK 2015 satu koma satu triliun.
Pastinya sebentar tidak begitu hafal, saya lihat
dulu
ya..
1.168.955.301.261.
Alokasi
anggaran kesehatan… itu termasuk rumah
sakit ya.. karena kesehatan tidak bisa kita
pisahkan dengan rumah sakit ya.. totalnya
140.801.707.490 itu ada untuk dinkes sama
rumah sakit ya. Rumah sakit sekitar
87.211.602.146.
Untuk
dinkes
53.596.101.345. (Apakah memenuhi UU
Kesehatan 10 % dari APBD diluar gaji) Kalau
kita masukkan komponen gaji melebihi
sekitar 12%. Cuman kalau kita keluarkan..
pokoknya sekitar 8.2%”.
“Tentu kita memahami bahwa aa… alokasi
anggaran diperuntukkan oleh Pemerintah
Kota Banda Aceh eee… terhadap KIBBLA
ini masih sangat terbatas ya”.
“Sekitar lima puluh tiga milyar dan itu terbagi
dua, 50%-50% belanja langsung dan tidak
langsung. (Anggaran untuk implementasi
qanun KIBBLA menurun dan tidak sesuai
dengan RENSTRA) Ya mungkin.. kita lihat
dululah.. kabidnya juga belum pernah
meng..inikan ee.. ya saya juga gak melihat
detil kali ya perprogram ya..”.
“Kalau anggarannya belum sesuai (dengan
RENSTRA 2012-2017) tapi kegiatannya saya

Kasie. Kesga dan
Kemitraan

04/07/2015

Pengelola Program
KIA

25/06/2015

Ka.Subbag.
Perencanaan

08/07/2015

pikir ya.. agak jauh cuman inikan anggaran
DPA ya anggaran APBD ya”
“Kadang kala kita sudah mengusulkan seperti
juga pada tahun ini yang terpangkas jadi
cuman satu satunya qanun KIBBLA ini saya
rasa waktu 2013 aja yang dananya yang agak
membludak yang bisa kita mengalokasikan
kesemua kegiatan tapi sekarang saatnya
keterbasan dana buat kita.
“Untuk tahun 2014 anggaran untuk kesehatan
ibu anak ya Alhamdulillah lumayan…
sebanyak sekitar 348 juta sekian tapi untuk
tahun 2015 anggarannya sangat sangat
menurun, banyak pemotongan dari bappeda,
bukan kegiatan kita aja tapi diseluruh
kegiatan, itu berdasarkan pagu dari pihak
Bappeda, permintaan dari kita itu gak segitu
lebih tapi karena ada defisit anggaran
makanya ada pemotongan”.
“Yang pertama kita itu awalnya mendapatkan
pagu dari Bappeda, jadi Bappeda mengirim
pagu untuk kita ditahun perencanaan,
misalnya dikirim pada tahun ini untuk
direncanakan pada tahun depan berdasarkan
pagu yang dikirim Bappeda, ee..saya dari
bagian program kemudian menginformasikan
ke
semua
bidang
untuk
membuat
perencanaan ditingkat bidang dan seksi”.

2.2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Berikut ini informasi gambaran kesiapan sumberdaya dalam implementasi
kebijakan variabel SDM yang pernah dilakukan dari para narasumber :
Tabel 4.18. Matriks Kesiapan SDM Implementasi Qanun KIBBLA
Kota Banda Aceh
Narasumber
Kepala
Kesehatan

Dinas

Tanggal
Wawancara
09/07/2015

Ka.Bid. Kesehatan
Masyarakat

29/06/2015

Kasie. Kesga dan
Kemitraan

04/07/2015

Pengelola Program
KIA

25/06/2015

Pendapat
“Dari 34 itu sebenarnya kalau memang ada
polindes/poskesdes dia wajib tinggal tapi
kalau tidak adakan memangkan gak bisa
gitu,”.
“Kalau bidan desa saya pikir itu hampir
100% terpenuhi hanya 4 desa kita yang tidak
ada bidan desa tapi kita ada bidan puskesmas
yang bertanggung jawab untuk desa jadi kalau
dari kwantitas Banda Aceh ee.. untuk desa ya
boleh dikatakan yah.. hampir cukuplah”.
“Selama ini dokter puskesmas ada tidak
pernah tidak ada cuman kalau kemampuannya
kurang iya”
“Kalau rumah sakit kita mempunyai 2 SPOG”
“Kalau saya melihat kwantitas sudah
lumayan, kwalitas yang masih kurang”
“Sekarangkan meningkatnya AKI dan AKB
di Kota Banda Aceh tapi sejauh mana skill
para bidan desa yang mempunyai tempat
pelayanan baik di polindes, karena kita
melihat selama ini banyak angka kematian itu
di rumah sakit ibu anak, mungkin sistem
rujukan kita apakah sudah betul”.
“Biasa gak semua desa ada bidan desanya tapi
ee.. ada atau tidak ada bidan desa kegiatan
dari program KIA itu harus tetap berjalan dan
biasanya strategi kita, puskemas itu
menetapkan penanggung jawab desa untuk
tiap tiap dessa yang tidak ada bidan desanya,

Ka.
Puskesmas
PONED
Ulee
Kareng

17/06/2015

Dokter
Umum
Pusk. Ulee Kareng
Bidan Koordinator
Pusk.Ulee Kareng
Bidan
PONED
Pusk.Ulee Kareng
Bidan
Desa
Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015

Ka.
Puskesmas
PONED
Banda
Raya

17/06/2015

Dokter
Umum
Pusk. Banda Raya

30/05/2015

Bidan Koordinator
Pusk. Banda Raya
Bidan
PONED
Pusk. Banda Raya

17/06/2015

Bidan Desa Pusk.

06/06/2015

17/06/2015
17/06/2015
30/05/2015

06/07/2015

dilimpahkan kepada pegawai puskesmas yang
ada diwilayah kerja misalnya bidan yang ada
dipuskesmas mengambil alih salah satu desa
yang kosong, mereka bekerja seperti bidan
desa juga seperti sweeping dan lain lain,
bidan desa sekarang berjumlah 79 orang”.
“Untuk kondisi sekarang ada 3 dokter, (bidan
puskesmas) berapa ya.. kayaknya lebih dari 5
ya, karena bidan desa saja sudah 8, desa 9 tapi
bidan desa kita 8, dua desa dipegang oleh satu
bidan desa, (BPS) swasta ya.. saya tidak ingat
antara 2 atau 3 ya.. Pustu kita ada 2”.
“dokter 3 dengan kepala puskesmas, sudah
cukup”
“Bidan Praktek Swasta ada 9, Rumah
Bersalin ada 1, bidan desa ada 8”.
“Kamikan tinggal disini ada 2 bidan”
“Lebih kurang kayak tahun kemarin lumayan
banyak, ada sekita 3 jenis pelatihan kalo gak
salah, ada yang khusus kebidanan ada yang
tumbuh kembang balita juga ada”.
“ dokter fungsional 2 orang… tiga dengan
saya, satu kepala puskesmas, bidan
puskesmas dan pustu sekitar 12, bidan desa
10, bidan praktek swasta 3”.
“(pelatihan)
Ibu
anak..tahun
kemarin
seingatnya itu 2 kali, waktu itu masalah
imunisasi. (pelatihan dokter PONED) belum
pernah, yang ada ini spiral (program KB)”.
“ada kemarin kayak sosialisasi AMP gitu,
sekali”
(pelatihan PONED) “gak, itu yang perlu, itu
sangat sangat perlu, dah berapa kali kita
usulkan gak ada, dah berapa tahun, semenjak
inilah berdiri puskesmas”
(pelatihan) “gak tentu, kadang kadang ada 5

Banda Raya
Ka.
Puskesmas
Meuraxa

15/04/2015

Dokter
Umum
Pusk. Meuraxa
Bidan Koordinator
Pusk. Meuraxa

15/04/2015

Bidan Desa Pusk.
Meuraxa
Ka.
Puskesmas
Pusk. Lampulo

15/04/2015

Dokter
Umum
Pusk. Lampulo
Bidan Koordinator
Pusk. Lampulo
Bidan Desa Pusk.
Lampulo
Dokter
Sp.
Kandungan
RSUZA
Dokter
Sp.
Kandungan RSIA

30/05/2015

Dokter
Sp.
Kandungan RSUD

30/06/2015

15/04/2015

27/05/2015

30/05/2015
30/05/2015
29/06/2015

03/07/2015

kali lebih”
“Dokter umum 2, bidan sekitar 22, bidan desa
aja 13, Bidan Praktek Swasta 5, Rumah
bersalin 2, Bidan desanya yang kurang karena
desanya ada 16 bidan desanya Cuma 13”.
(pelatihan yang berkaitan dengan ibu dan
anak) “gak ada”
(pelatihan) “banyak ya.. kita ada dari dinas
kesehatan kota dan propinsi. BPS ada 5,
Bidan 13 dengan 16 desa, polindes 5, pustu 5.
Pustu ditempati bidan desa”.
(pelatihan) “tahun kemaren 4 kali lebih
kayaknya”
“Dokter 3, dokter gigi 1, 4 berarti dokter,
jumlah bidan 13 termasuk dengan saya 14
sebenarnya termasuk bidan desa, bidan desa
saja 5, bidan puskesmas ada 9, BPS ada 3”.
(pelatihan) “Tahun 2014 ada, misal program
penyakit paru pada anak”.
(pelatihan) “Tahun 2014 aja ada 8 kali, 2015
satu kali, 2013 lebih dari 3 kali”.
(pelatihan) “Kalau tahun ini baru sekali, kalau
tahun kemaren sering”.
“Yang aktif sekarang 9 orang (dokter
kandungan)”
“Definitifnya 3 tapi saya sendiri yang bekerja,
untuk saat ini dua bulan ini, yang dua lagi
saya gak tau ada masalah apa, ee..sampai
sekarang memang gak masuk, mungkin
kaitannya dengan manajemen yang lebih tau,
kalau 3 orang saya rasa cukup tapi karena
sekarang saya kerja sendiri jadinya gak
cukup”.
“Jadi Cuma 2, saya sama dr. Taufik Wahyudi
Mahdi, sampai saat ini dirasakan cukup

Meuraxa

cuman mungkin gak ada libur, kita gak
merasakan libur ya bergantian, satu jaga UGD
jaga poli jadi full time gak ada liburnya”

4.7.2.3. Sistem Pelayanan dan Rujukan
Berikut ini informasi gambaran kesiapan sumberdaya dalam implementasi
kebijakan variabel sistem pelayanan dan rujukan yang pernah dilakukan dari para
narasumber :
Tabel 4.19. Matriks Sistem Pelayanan dan Rujukan KIBBLA Kota Banda Aceh
Narasumber
Ketua
Komisi
Bidang Kesehatan

Kepala
Kesehatan

Dinas

Tanggal
Wawancara
09/07/2015

09/07/2015

Pendapat
“Secara umum saya melihat sudah ada
peningkatan pelayanan kesehatan di Kota
Banda Aceh, ya ini terbukti bahwa Banda
Aceh meraih predikat pertama untuk tenaga
kesehatan tingkat propinsi Aceh bahkan ada
beberapa prestasi kita ditingkat nasional ini
patut kita banggakan seperti itu, artinya dalam
lima tahun sudah banyak perbaikan perbaikan
terutama di puskesmas-puskesmas bahkan di
Banda Aceh itu ada 3 puskesmas yang sudah
meraih sertifikat ISO yaitu Kopelma
Darussalam, Baiturrahman dan terakhir Kuta
Alam dan kita targetkan kedepan mudahmudahan dengan ada peningkatan pelayanan
aka nada penambahan satu puskemas lagi
yang meraih predikat ISO yaitu untuk
Puskesmas Banda Raya”.
(Pelayanan Puskesmas PONED) “Dulu
awalnya itu ya PONED (penetapannya)
awalnya memang suvive tsunami, kemudian
dipertahankan itu, karena itu ada.. istilahnya
kan
ada
asbabunnuzulnya
lah..ada
kronologisnya lah, sayang juga itu dan juga
itu mungkin satu-satunya puskemas PONED
yang non rawat inap ya maksudnya status

Ka.Bid. Kesehatan
Masyarakat

29/06/2015

puskesmasnya masih puskesmas non rawat
inap tapi dia PONED itu memang jadi
spesifik itu tapi saya pikir masih bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat kenapa tidak
kita pertahankan gitu”
“Setiap desa itu ada tenaga kesehatannya, jadi
bidan desa yang menempati ee.. yang
bertempat tinggal didesa maupun yang
hanya..apa..bertugas di desa kemudian kalo
ada desa yang tidak ada bidan desanya maka
itu ee..menjadi tanggung jawab bidan
puskesmas, kemudian juga ee.. ada kita
membuat selalu untuk menurunkan angka
kematian ibu itu ee..sweeping sweeping tadi
untuk ee..mendeteksi secara dini ee..apa.. ibu
ibu hamil yang beresiko tinggi dan itu
jugakan selalu dilaporkan ke kita lengkap
dengan nama-namanya kemudian kita
lakukan lagi bahkan juga disamping sweeping
K4 sampai ke sweeping persalinan kemudian
ada kunjungan neonatusnya, itu dilakukan
semua oleh tenaga yang ada dilapangan dan
setelah itu juga apabila ada kasus ee..
kematian ataupun kasus misalnya ibu hamil
dengan KEK atau anemia itu juga ditangani
disana bahkan tahun tahun sebelumnya kita
juga mengadakan pengadaan PMT untuk
bumil KEK dan juga untuk bayi dan balita
kita mengadakan pemberian PMT, nah
kemudian juga apabila ada kasus, kasus itu
kita bahas tingkat puskesmas sampai
ketingkat kabupaten, sementara ini seperti
itu”
“Sistem rujukannya.. ya kalau ada kasus
diantar oleh bidannya sekaligus dengan
membawa patrograf dan surat rujukan”

3. Disposisi
3.1. Sikap Pelaksana
Berikut ini informasi gambaran disposisi kebijakan dalam implementasi
kebijakan variabel sikap pelaksana yang pernah dilakukan dari para narasumber :
Tabel 4.20. Matriks Sikap Pelaksana Implementasi Qanun KIBBLA
Kota Banda Aceh

Narasumber
Dokter
Umum
Pusk. Ulee Kareng

Tanggal
Wawancara
17/06/2015

Bidan
PONED
Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015

Bidan
Desa
Pusk.Ulee Kareng

30/05/2015

Dokter
Umum
Pusk. Banda Raya

30/05/2015

Observasi Dan Pendapat
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana, terlihat bahwa responden ikut
terlibat dalam penyelesaian masalah KIA,
terlihat dari pernyataan: “Iya, selama saya
bertugas ada 1 kematian bayi”
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana,
terlihat
bahwa
responden
mengalami kendala bila ada kasus penyulit,
ini terlihat dari pernyataan berikut:
“kendalanya..ee kurang..maksudnya kita
disinikan gak ada dokter kalau misalnya ada
persalinan yang gawat kan apalagi kayak
kami belum pernah dilatih PONED ya.. kami
konsultasi hanya ke dokter umum aja trus
rujuk”
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana,
terlihat
bahwa
responden
mendampingi bila ada kasus emergensi
kerumah sakit dan memberikan perlakuan
khusus untuk pasien yang memiliki resiko
tinggi, ini terlihat dari pernyataan sebagai
berikut : “Kita bawa ke UGD rumah sakit,
mendampinginya”.
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana, terlihat bahwa responden aktif
dalam memberikan pelayanan, hal ini terlihat
dari pernyataan berikut: “Tidak hanya KIA,
imunisasi jadi kita sebagai dokter umum juga

Bidan
PONED
Pusk. Banda Raya

06/07/2015

Bidan Desa Pusk.
Banda Raya

06/06/2015

Dokter
Umum
Pusk. Meuraxa

15/04/2015

Bidan Desa Pusk.
Meuraxa

15/04/2015

Dokter
Umum
Pusk. Lampulo

30/05/2015

termasuk ee.. tempat konsul sebagai konsulen
tanggung jawabnya tidak hanya dipelayanan
tapi semua program saling ada kerja sama”.
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana, terlihat bahwa responden merasa
kesulitan dalam merujuk pasien yang gawat
dari puskesmas ke rumah sakit rujukan, ini
terlihat dari pernyataan berikut : “Saya
kendalanya..karena kita gak punya supir
ambulan ya, jadi ya terpaksa menggunakan
jasa teman lah”.
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana, terlihat bahwa responden aktif
dalam memberikan pelayanan, hal ini terlihat
dari pernyataan berikut: “Yang pertama ka n
ada Pustu, yang kedua kunjungan rumah,
kendala kalau orang kaya, itu susah didatangi,
misalnya imunisasi, oo..anak saya gak usah
didata, dia udah di suntik sama dokter
(spesialis anak)”
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana, terlihat bahwa responden aktif
dalam memberikan pelayanan, hal ini terlihat
dari pernyataan berikut: “memberikan
pelayan, pelayanan saja dipoli umum,
termasuk UGD”
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana,
terlihat
bahwa
responden
memahami tentang fungsi bidan desa, ini
terlihat dari pernyataan berikut : “sebagai
ujung tombak untuk mengurangi AKI, AKB”.
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana, terlihat bahwa responden aktif
dalam memberikan pelayanan, hal ini terlihat
dari pernyataan berikut: “ Yang pertama kan
setiap harinya rutin pelayanan, kemudian
dibarengi dengan bila berhadapan pasien

Bidan Desa Pusk.
Lampulo

30/05/2015

Bidan
Bersalin

Klinik

23/06/2015

Bidan
Swasta

Praktek

24/06/2015

Sp.

29/06/2015

Dokter
Sp.
Kandungan RSIA

03/07/2015

Dokter

30/06/2015

Dokter
Kandungan
RSUZA

Sp.

resiko tinggi, seperti DM, hipertensi itu
pasiennya agak lama mungkin bisa sampe
lima belas menit”
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana, terlihat bahwa responden aktif
dalam memberikan pelayanan dan turun ke
desa, hal ini terlihat dari pernyataan berikut:
“Kalau disini turunnya satu minggu tiga kali
tapi kalau ada kasus turun ke desa selebihnya
di puskesmas karena saya tidak ada polindes”.
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana, terlihat bahwa responden aktif
dalam memberikan pelayanan sesuai dengan
pasal-pasal yang ada di qanun KIBBLA : “iya
itu termasuk dalam penafisan pelayanan kami,
semua itu ada 18 penafisan yang harus kami
lewati baru bisa menolong persalinan”.
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana, terlihat bahwa responden aktif
dalam
memberikan
pelayanan
juga
memberikan promosi kesehatan, hal ini
terlihat dari pernyataan berikut: “Kalau untuk
pasien persalinan, kitakan langsung IMD, satu
jam setelah persalinan langsung neo-K dan
Hb0 imunisasi, sebelum ibu dan bayi pulang
kita tetap konseling, nanti kalau kita memang
curiga ibunya Hbnya rendah kita periksa lagi
Hb kita berikan vitamin dan anti nyeri”.
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana, terlihat bahwa responden aktif
dalam memberikan pelayanan sesuai dengan
pasal-pasal yang ada di qanun KIBBLA
Hasil observasi peneliti terhadap sikap
pelaksana, terlihat bahwa responden aktif
dalam memberikan pelayanan sesuai dengan
pasal-pasal yang ada di qanun KIBBLA
Hasil observasi peneliti terhadap sikap

Kandungan RSUD
Meuraxa

pelaksana, terlihat bahwa responden aktif
dalam memberikan pelayanan sesuai dengan
pasal-pasal yang ada di qanun KIBBLA

3.2. Monitoring Evaluasi
Berikut ini informasi gambaran disposisi kebijakan dalam implementasi
kebijakan variabel monitoring evaluasi yang pernah dilakukan dari para narasumber :
Tabel 4.21. Matriks Monitoring Evaluasi Implementasi Qanun KIBBLA
Kota Banda Aceh
Narasumber
Kepala
Kesehatan

Dinas

Tanggal
Wawancara
09/07/2015

Ka.Bid. Kesehatan
Masyarakat

29/06/2015

Kasie. Kesga dan
Kemitraan
Pengelola Program
KIA

04/07/2015

Dokter
Umum
Pusk. Ulee Kareng

17/06/2015

25/06/2015

Pendapat
“Belum, evaluasi program ada, tapi evaluasi
qanun gak ya.. maksudnya semua item di
qanun itulah maksudnya, apa-apa yang
menjadi isi dari qanun itu apakah sudah
terlaksana selama ini belum memang”.
“Dan kita juga di Pemko ada superfisi untuk
BPS (Bidan Praktek Swasta), jadi saat
superfisi juga melihat dokumen mereka
melakukan apa saja dan umumnya walaupun
masih ada”.
“Kalau dibilang evaluasi memang belum
100% ditingkat pelayanan, kita evaluasi
setahun 2x”.
“untuk mengevaluasi secara keseluruhan
untuk tahun ini belum ada”.
“Kunjungan fasilitatif, kami turun ke
lapangan sama dengan kepala seksinya dalam
setahun 4 kali dilakukan, 3 bulan sekali kita
turun, bidan koordinator turun kelapangan, ke
polindes, untuk melihat alat, tempat, melihat
obat-obatannya, melihat juga tenaganya, data
laporan semua dilihat.
“biasanya kan itu ada laporan dari bidan desa,
bidan desa melapor kepada yang bertanggung
jawab di puskesmas, melapor kedokternya,

Bidan Koordinator
Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015

Bidan
PONED
Pusk.Ulee Kareng
Bidan
Desa
Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015

Ka.
Puskesmas
PONED
Banda
Raya

17/06/2015

Dokter
Umum
Pusk. Banda Raya

30/05/2015

Bidan Koordinator
Pusk. Banda Raya

17/06/2015

30/05/2015

melapor ke kepala puskesmas dan melapor
kedinas ada jenjang biasanya, ikut dalam tim
audit maternal, gizi buruk ikut melakukan
intervensi ada”
“Kalau ada pasien resti seperti itu, kalau
masih bisa ditangani di KIA, kita kolaborasi
dengan dokter, kalau memang masih bisa
ditangani kita tangani kalau gak nanti kita
mintakan rujukan, (hasil monitoring ini
dilaporkan setiap bulan ?) iya, setiap bulan”.
“Ada, malah itu kita libatkan bidan desa lagi”.
“Kalo yang ee.. apa istilahnya..yang
terjangkau alamatnya dan dia beritahu itu
semua kita kunjungi tapikan ada juga kadang
ibu nifasnya udah pulang kampung kana tau
dia selama kehamilan dia tidak didesa tapi
pada saat melahirkan dia pulang kesitu tapi
nanti akhirnya juga kontak sama kita tapi gak
masa awal awal masa nifasnya”.
“Pada saat pertemuan PWS mungkin sering
diskusi terus kalau memang ada temuan
seperti itu di AMP audit maternal perinatal itu
kita bahas, biasa pada saat pertemuan dengan
bidan koordinator dan bidan desa, yang hadir
jurim, kadang kadang kita panggil juga dari
gizi, dari dokter umumnya sejauh ini belum
ya ”.
“hampir dalam 5 tahun ini saya sendiri
dipuskesmas (sebagai dokter umum) jadi
waktu awal saya masuk April hanya sampe
beberapa bulan berdua dengan kepala
puskesmas, selanjut sendiri, baru dua minggu
ini ada dokter umum, jadi sendiri tidak ada
waktu (untuk monitoring evaluasi)”.
“ada ya (monitoring evaluasi), tetap dipantau
dari kehamilan sampai melahirkan ya”.

Bidan
PONED
Pusk. Banda Raya
Bidan Desa Pusk.
Banda Raya
Ka.
Puskesmas
Meuraxa

06/07/2015

“Iya (melakukan monitoring evaluasi)”

06/06/2015

Dokter
Umum
Pusk. Meuraxa
Bidan Koordinator
Pusk. Meuraxa

15/04/2015

Bidan Desa Pusk.
Meuraxa
Ka.
Puskesmas
Pusk. Lampulo
Dokter
Umum
Pusk. Lampulo
Bidan Koordinator
Pusk. Lampulo
Bidan Desa Pusk.
Lampulo

15/04/2015

Bidan
Bersalin

Klinik

23/06/2015

Bidan
Swasta

Praktek

24/06/2015

Sp.

29/06/2015

“oiya..ya..melakukan (melakukan monitoring
evaluasi) pemantauan, observasi lah gitu”
“ada, yang ikut evaluasi itu bidan desa,
kemudian bagian gizi, dokter umum kalau
dibutuhkan, diikutkan”
“belum, selama ini belum diikutkan,
konsultasi ada”
“Pertemuan sebulan sekali tetap, tapi kalau
ada pertemuan yang mendadak kita
sampaikan tidak mesti sebulan sekali”
“ada evaluasinya, dibahas di puskesmas ke
dinas”
“iya, bentuknya kita melihat laporan setiap
bulan, lokmin tetap kita bahas”
“Pernah (terlibat dalam penyelesaian masalah
ibu dan anak)”
“Monitoring saya yang selama ini saya
jumpain”.
“Iya, ada itu sama bikor kami pergi, lapor ke
kepala puskesmas baru kedinas, kalau ada
kasus kami dikumpulkan semua dipecahin
kenapa bisa, tindakan apa nanti”.
“ya kita ada lakukan home care, saya ada beri
nomor telepon kalau dia ada masalah kapan
saja bersamaan dengan perawatan bayi baru
lahir”.
“Pernah, 6 bulan sekali” (dikunjungi oleh
petugas puskesmas dan dinas dalam rangka
supervisi dan monev)
“Jadi kita disini rumah sakit pendidikan, jadi
misalnya ada bayi-bayi ada komplikasi ada
bagian veto maternal, khusus konsultan dia
untuk kelainan kelainan bayi penanganan
selanjutnya”

Dokter
Kandungan
RSUZA

15/04/2015

15/04/2015

27/05/2015
30/05/2015
30/05/2015
30/05/2015

Dokter
Sp.
Kandungan RSIA
Dokter
Sp.
Kandungan RSUD
Meuraxa

03/07/2015

“Iya (dilakukan monitoring evaluasi)”

30/06/2015

“Iya.. sebenarnya sih ya..Insya Allah lah,
Alhamdulillah belum ada kasus yang aneh
aneh karena mungkin treatmentnya cepat
ya,”.

4. Struktur Birokrasi
4.1. Koordinasi Berjenjang
Berikut ini informasi gambaran struktur birokrasi dalam implementasi
kebijakan variabel koordinasi berjenjang yang pernah dilakukan dari para
narasumber:
Tabel 4.22. Matriks Koordinasi Berjenjang Dalam Implementasi Qanun
KIBBLA Kota Banda Aceh
Narasumber
Perencanaan Bid.
Kesehatan Bappeda

Kepala
Kesehatan

Tanggal
Wawancara
06/07/2015

Dinas

09/07/2015

Ka.Bid. Kesehatan
Masyarakat
Kasie. Kesga dan
Kemitraan
Pengelola Program
KIA
Ka.
Puskesmas
PONED
Ulee

29/06/2015
25/06/2015
25/06/2015
17/06/2015

Pendapat
“Kami melakukan koordinasi dengan stake
holder, baik itu dinas maupun masyarakat
juga ada, LSM yang menangani bidangbidang tertentu, dulu ada Kinerja Usaid,
Dinkes, Rumah sakit, Sekda, Bappeda,
DPKAD ada yang lainnya bagian hukum dan
bagian pembangunan”.
“Saya inginnya itu kita membina model
dengan Meuraxsa (RSUD) kalo kita sudah
ada satu tim yang kuat yang solid kita
mengundang orang yang enak kita bicara, kita
butuh bantuan juga jelas bantuannya, tapi kalo
tim kita juga masih”.
“Kita saja yang lupa kalau kita harus
berintegrasi dengan bidang bidang yang lain”.
“kalo permasalahnnya kan kalo polindes ada
kendala ke puskesmas dulu jenjangnya”.
“Koordinasi selama ini lancar ya”
“Koordinasinya? Ya kalo ke puskesmas kan
mereka selalu koordinasinya, karena mereka

Kareng

Dokter
Umum
Pusk. Ulee Kareng

17/06/2015

Bidan Koordinator
Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015

Bidan
PONED
Pusk.Ulee Kareng

17/06/2015

Bidan
Desa
Pusk.Ulee Kareng

30/05/2015

Ka.
Puskesmas
PONED
Banda
Raya
Dokter
Umum
Pusk. Banda Raya

17/06/2015

Bidan Koordinator
Pusk. Banda Raya

17/06/2015

30/05/2015

kan setiap hari apel kesini kalau ada masalah
tentukan mereka setiap waktu bisa konsul
disini tanpa batas sebenarnya kan”.
“yah, yang sudah sudah dari poli KIA, kalau
mereka tidak tau mereka ke kita tanya,
(dengan rumah sakit rujukan) iya kita
koordinasi dengan surat rujukan kita tidak
pernah ngomong langsung”.
(Koordinasi
dengan
dinas)
“Lancar”
(Koordinasi dengan Rumah Sakit Rujukan)
“Lancar, kita dalam bentuk surat rujukan,
kalau pertemuan jarang, kecuali kalau ada
kasus kematian baru ada pertemuan dengan
rumah sakit, kalau khusus seperti pertemuan
rutin itu tidak ada”
“Hubungan kerja.. baik, itu harus menjumpai
dokter dulu baru kami (rujukan), kami hanya
menyarankan ke dokter ini..ini.. hanya sebatas
itu aja”
“Ke KIA..ke puskesmas dari ruang kartu
diarahkan ke ruang KIA, kita memang selalu
(Konsul ke dokter) minimal ibunya kalaupun
gak ada keluhan apa-apa sekali pasti kontak
sama dokter”.
“Saya pikir tidak jauh berbeda polindes
karena polindes bidan desa juga disana, kita
pada saat pertemuan PWS”.
“kalo dari bidan desa ke bikor itu menurut
saya sudah bagus karena mereka setiap berapa
ini ada duduk lokmin sendiri”.
“koordinasinya lancar, karena orang itu
(bidan desa) setiap paginya memang apel
kemari, setiap hari jumat memang ada
pertemuan, gak selalu kalau misalnya ada
yang mau dibicarakan, (ke dokter poli umum)
ada, yang ada selama ini bidan desa sama
pihak KIA aja ya”.

Bidan
PONED
Pusk. Banda Raya

06/07/2015

Bidan Desa Pusk.
Banda Raya

06/06/2015

Ka.
Puskesmas
Meuraxa
Dokter
Umum
Pusk. Meuraxa
Bidan Koordinator
Pusk. Meuraxa
Bidan Desa Pusk.
Meuraxa
Ka.
Puskesmas
Pusk. Lampulo
Dokter
Umum
Pusk. Lampulo

15/04/2015

Bidan Koordinator
Pusk. Lampulo

30/05/2015

Bidan Desa Pusk.
Lampulo

30/05/2015

15/04/2015
15/04/2015
15/04/2015
27/05/2015
30/05/2015

“iya.. biasanyakan kayak saya dipersalinan
otomatis saya bekerja dengan orang KIA,
KIA dengan Bidan Desa, mereka juga ada
kegiatan seperti P4K, kalo ibu hamil yang
resti pasti ada tempelan tempelan didepan
rumah (stiker P4K), dengan dokter jelas
(ada)”.
“sekarang udah ada (koordinasi dengan rumah
sakit rujukan) surat rujukan, kalau sekarang
inikan kalo ada kematian bayi kan misalnya di
Rumah Sakit Ibu dan Anak, itu kami sudah
komunikasi, sudah ada pertemuan gitu dengan
orang Rumah Sakit Ibu dan Anak, kerja sama
gitu”
“kalo antara puskesmas dan jejaringnya baik
baik saja”.
“kalau rujukan ada ya, ke rumah sakit”
(koordinasi kerumah sakit) “surat rujukan
saja, pinginnya ada datang dokter spesialis”.
“ke puskesmas (merujuk pasien), dari
puskesmasnya nanti baru ke rumah sakit”.
“Koordinasi kita tetap dengan polindes tetap
kita pantau selalu tetap kita ada kerja sama”.
“Kebetulan kan sekarang juga sistem rujukan
itu harus berjenjang, jadi kita harus merujuk
dulu ke rumah sakit tipe B kemudian nanti
urusan tipe B yang merujuk ke tipe A, ke RS.
Meuraxsa atau ke RS Kesdam, Rumah sakit
Ibu dan Anak juga itu kelas B”.
“Koordinasinya
penyampaian
langsung,
laporan, secara lisan, formalitas, pake su