Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Menopause
2.1.1. Defenisi
Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki banyak arti atau makna
yang terdiri dari kata men (haid) dan pauseis (berhenti) yang berasal dari bahas
Yunani, yang digunakan untuk menjelaskan gambaran berhentinya haid atau
menstruasi. Hal ini merupakan akhir proses biologis dari siklus menstruasi, yang
dikarenakan penurunan produksi hormone estrogen yang dohasilkan oleh ovarium
(Mulyani, 2013).
Adanya penurunan hormone estrogen, hal ini menyebabkan siklus
menstruasi menjadi tidak teratur, hal ini juga dapat dijadikan sebagai petunjuk
terjadinya menopause.
2.1.2. Penyebab Menopause
Tubuh wanita mempunyai persendian sel telur atau ovum dengan jumlah
yang terbatas dan masa menopause itu terjadi ketika ovarium atau indung telur
kehabisan sel telur atau ovum, hal ini menyebabkan produksi hormone dalam
tubuh terganggu yaitu berhentinya produksi hormon seks wanita yang tidak lain
adalah hormon estrogen dan progesterone.
Penurunan fungsi hormone dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya penurunan

fungsi tubuh dan gejala-gejala menopause akan mulai timbul dan terasa meskipun
menstruasi masih datang. Saat itu akan mulai terlihat adanya perubahan pada haid
yang mungkin menjadi lebih lama atau lebih singkat dan untuk jumlah darah

7
Universitas Sumatera Utara

8

menstruasi yang dikeluarkan menjadi tidak konsisten yaitu relative menjadi lebih
banyak dari sebelumnya.
Hormone merupakan pembawa pesan

kimia yang dilepaskan dalam

system peredaran darah yang akan mempengaruhi organ yang ada diseluruh
tubuh. Hipotalamus akan mengontrol menstruasi dengan mensekresikan hormone
gonadotropin ke kelenjar pituitari. Selama masa reproduksi kelenjar pituairi akan
merespon dengan memproduksi dua hormon, yaitu follicle-stimulating hormone
(FSH) dan luteiningsing hormone (LH). Hormon ini akan menetukan jumlah

hormon estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium atau indung
telur.
Hormon FSH akan merangsang produksi ovum atau sel telur dan hormon
LH akan merangsang untuk terjadinya ovulasi atau pelepasan sel telur. Ketika
akan mendekati masa menopause maka ovulasi akan semakin jarang terjadi. Hal
ini yang menyebabkan menstruasi menjadi tidak teratur dan tidak menentu sampai
pada akhirnya sama sekali berhenti. Sehingga untuk mengimbanginya maka tubuh
akan lebih banyak untuk mensekresikan hormon FSG dan LH agar mampu
merangsang produksi ovum atau sel telur.
Hormone estrogen bertanggung jawab atau juga ikut terlibat dalam
mempertahankan suhu tubuh. Hal ini yang juga menyebabkan banyak wanita yang
mengalami hot flush ketika kadar hormon estrogen dalam tubuh menurun.
Penurunan hormon progeteron selama masa menopause akan menyebabkan
timbulnaya rasa gelisah, depresi, mudah tersinggung atau marah, libido menjadi
rendah, dan bertambahnya berat badan.

Universitas Sumatera Utara

9


Bukan berarti karena hormon estrogen turun secara drastic setelah ovarium
tidak lagi memproduksi sel telur atau ovum (sampai dengan 60%), hormon ini
tidak akan hilang seluruhnya dalam tubuh. Tubuh akan menemukan cara untuk
memproduksinya. Ketika kelenjar adrenal memproduksi androstenedion yang
akan diubah menjadi estron sehingga sangat penting untuk tetap menjaga tubuh
tetap sehat dengan gaya hidup sehat dengan mengelola stress. Hal ini dikarenakan
jika dalam keadaan stress makan kelenjar adrenal tidak sanggup untuk
memproduksi androstenedion (Mulyani, 2013)
2.1.3. Tahap-tahap Menopause
Ada empat periode menopause menurut mulyani, 2013 yaitu :
a. Masa klimakterium (masa pramenopause)
Adalah masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Masa ini juga
dikenal dengan masa pramenopause (sebelum berhenti haid) yaitu 4-5 tahun
sebelum menopause yang ditandai dengan timbulnya keluhan-keluhan pada
siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan
relative lebih banyak. Masa ini dimulai pada usia 40 tahun. Pada klimekterium
terdapat penurunan produksi hormon gonotropin, kadar hormone ini akan terus
tetap tinggi sampai kira-kira 15 tahun setelah menopause dan kemudian akan
mulai turun. Pada permulaan klimekteruim kesuburan akan menurun. Difase
ini akan disertai dengan tanda dan gejala seperti siklus menstruasi menjadi

tidak teratur atau perubahan pola menstruasi, perdarahan menstruasi
memanjang, jumlah darah menstruasi menjadi lebih banyak, adanya rasa nyeri
saat mmenstruasi. Gejala ini biasanya akan terlihat pada awal pemula masa
menopause, perdarahan aka terlihat beberapa kali dalam rentang beberapa

Universitas Sumatera Utara

10

bulan dan berhenti pada akhirnya, gejala ini seringkali disebut gejala peralihan.
Apabila perdarahan berambah berat ini bisa menjadi tanda suatu masalah yang
lebih serius sehingga sebaiknya melakukan pemeriksaan untuk memastikan
tidak ada sesuatu yang membahayakan.
b. Masa perimenopause (saat berhentinya haid)
Yaitu fase peralihan antara masa pramenopause dan pasca menopause atau
menjelang menopause, fase ini akan terjadi pada usia 48 tahun. Gejala-gejala
yang timbul pada masa perimenopause yaitu : Siklus menstruasi menjadi tidak
teratur, siklus menstruasi menjadi lebih panjang. Biasanya keluhan yang
timbul misalnya rasa panas membakar pada wajah yang sering timbul pada
malam hari, kekeringan pada vagina atau tanda perubahan lainnya.

c. Masa menopause
Yaitu fase dimana berhentinya menstruasi atau haid terakhir akibat adanya
perubahan kadar hormon dalam tubuh yaitu menurun fungsi estrogen dalam
tubuh. Jika tidak ada lagi menstruasi atau saat haid terakhir, dan apabila
sesudah menopause disebut pasca menopause bila telah terjadi menopause 12
bulan sampai menuju kesenium. Menopause terjadi pada usia 49-51 tahun.
Diagnose menopause dapat ditegakkan jika berhentinya menstruasi sekurangkurangnya satu tahun. Berhentinya menstruasi dapat didahului terjadinya siklus
menstruasi yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Umur
untuk terjadinya masa menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan
umum, dan pola kehidupan. Gejala-gejala yang terjadi pada masa menopause
yaitu sebagai berikut : Keringat yang biasanya timbul pada malam hari, lebih
mudah marah atau emosi, sulit istirahat atau tidur, terjadi gangguan fungsi

Universitas Sumatera Utara

11

seksual, badan bertambah gemuk, sering kali tidak mampu untuk menahan
kencing (gangguan sistem perkemihan), stress dan depresi, nyeri otot sendi, hot
flush atau sering terasa panas, terjadinya kekeringan pada vagina karena

berkurangnya produksi lender pada vagina, terjadinya gangguan pada tulang,
gelisah, khawatir, sulit konsentrasi, dan mudah lupa, penurunan libido, mudah
lelah (fatigue)
d. Masa senium
Masa setelah menopause yaitu ketika seseorang wanita telah mampu
menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik.
Masa ini biasanya berlangsung kurang lebih 3-5 tahun setelah menopause,
antara usia 65 tahun. Pada masa ini juga telah tercapai suatu keadaan
keseimbangan hormonal yang baru, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif
maupun psikis. Pada masa senium yang lebih mencolok adalah adanya
penurunan fungsi alat-alat tubuh dan kemampuan fisik karena adanya proses
menjadi tua, dalam hal ini akan terjadi atrofi alat-alat genetalia yaitu ovarium
mengecil dari 10-12 gr pada wanita dalam usia reproduksi sehat menjadi 4 gr.
Ada beberapa wanita mengalami berbagai gejala yang terjadi karena
keseimbangan hormon dalam tubuh seperti perubahan pada kulit, gangguan
motorik, penurunan daya ingat. Bagian-bagian tubuh mulai semakin tua dan
terlihat jelas, akan tetapi sebaiknya wanita tersebut tetap aktif baik secara fisik,
mental, dan seksual seperti sebelum menopause. (mulyani, 2013)

Universitas Sumatera Utara


12

2.1.4. Jenis-jenis menopause
Menopause pada wanita terbagi menjadi 2 jenis, diantaranya :
a. Menopause premature
Menopause premature adalah menopause yang terjadi dibawah usia 40 tahun.
Menopause premature ditandai dengan apabila terjadi penghentian masa
menstruasi sebelum tepat pada waktunya disertai dengan tanda hot flushes serta
peningkatan kadar hormon gonadotropin. Jika tidak mengalami tanda-tanda
yang seperti disebutkan, perlu anda tindak lanjut kembali penyebab lain
terganggu ovarium. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan menopause
premature adalah heriditer, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit menahun
dan penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium. Namun menopause
premature tidak memerlukan terapi, kecuali pemberian keterangan atau
informasi terkait kepada seorang wanita yang bersangkutan.
b. Menopause normal
Menopause yang alami dan umumnya terjadi pada usia diakhir 40 tahun atau
diawali 50 tahun.
c. Menopause terlambat

Umumnya batas usia terjadinya menopause adalah usia 52 tahun. Namun
apabila ada seseorang wanita yang masih memilki siklus menstruasi atau dalam
arti masih mengalami menstruasi diusia 52 tahun. Ada beberapa faktor yang
mendorong mengapa diusia 52 tahun masih ada wanita yang mengalami
menstruasi, diantaranya faktor tersebut adalah konstitusional, fibromioma uteri
dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Wanita dengan karsinoma

Universitas Sumatera Utara

13

endometrium sering dalam anamnesis disebut juga dengan menopause
terlambat (Mulyani, 2013)
2.1.5. Faktor yang mempengaruhi Menopause
Faktor yang mempengaruhi menopause adalah sebagai berikut :
a. Faktor psikis
Keadaan psikis seseorang wanita akan mempengaruhi terjadinya menopause.
Keadaan

seseorang


wanita

yang

tidak

menikah

dan

bekerja

akan

mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa
penelitian, mereka akan mengalami waktu menopause yang lebih mudah atau
cepat dibandingkan yang menikah dan tidak bekerja atau bekerja dan tidak
menikah.
b. Cemas

Faktor lain yang mempengaruhi menopause adalah cemas. Kecemasan yang
dialami akan sangat menentukan waktu kecepatan atau bahkan keterlambatan
masa menopause. Ketika seorang perempuan lebih sering merasa cemas dalam
kehidupannya, maka bisa diperkirakan bahwa dirinya akan mengalami
menopause lebih dini. Sebaliknya juga, jika seorang wanita yang lebih santai
dan rileks dalam menjalani hidup biasanya masa menopasusenya akan lebih
lambat. Beberapa hal yang bisa menimbulkan kecemasan antara lain : keluarga
misalnya hubungan dengan suami apakah suami menerima keadaan istri
dengan baik, hal ini akan berdampak pada kondisi psikologis. Selain itu juga
berkurangya anggota keluarga juga bisa menjadi penyebab menopause.

Universitas Sumatera Utara

14

c. Usia pada saat pertama haid (menarche)
Semakin muda seorang wanita mengalami menstruasi pertama kali, maka akan
semakin tua atau lama untuk memasuki atau mengalami masa menopausenya.
Wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahu akan
mengalami menopause lebih dini, sedangkan wanita yang haid lebih dini

seringkali akan mengalami menopause sampai pada usianya 50 tahun.
d. Usia melahirkan
Penelitan yang dilakukan oleh Beth Israel Deaconess Medical Center in Boston
mengungkapkan bahwa wanita yang masih melahirkan diatas usia 40 tahun
akan mengalami usia menopause yang lebih tua atau lama. Hal ini disebabkan
kehamilan dan persalinan akan memperlambat system penuaan tubuh.
e. Merokok
Seorang wanita yang merokok akan lebih cepat mengalami masa menopause.
Pada wanita merokok diperoleh usia menopause lebih awal, sekitar 1,5 tahun.
Merokok mempengaruhi cara tubuh memproduksi atau membuang hormon
estrogen. Disamping itu juga, beberapa peneliti meyakini bahwa komponen
tertentu dari rokok juga berpotensi membunuh sel telur. Menurut hampir semua
studi yang pernah dilakukan, wanita perokok akan mengalami masa menopause
pada usia yang lebih muda yaitu 43-50 tahun. Selama menopause, ovarium
wanita akan berhenti memproduksi sel telur sehingga wanita tersebut tidak bisa
hamil lagi.

Universitas Sumatera Utara

15

f. Pemakaian kontrasepsi
Kontrasepsi dalam hal ini yaitu kontrasepsi hormonal. Hal ini dikarenakan cara
kerja ovarium atau indung telur.pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause.
g. Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi seseorang akan mempengaruhi faktor fisik, kesehatan,
dan pendidikan. Bila faktor tersebut cukup baik, akan mempengaruhi beban
fisiologis. Kesehatan akan faktor klimakterium sebagai faktor fisiologis.
h. Budaya dan lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi
wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan klimakterium
dini.
i. Diabetes
Penyakit autoimun seperti diabetes mellitus menyebabkan terjadinya
menopause dini. Pada penyakit autoimun, antibodi yang terbentuk akan
menyerang FSH.
j. Status gizi
Faktor yang juga mempengaruhi menopause lebih awal biasanya dikarenakan
konsumsi yang sembarangan. Jika mencegah menopause lebih awal dapat
dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti merokok, serta
mengkonsumsi makanan yang baik misalnya sejak masih muda rajin
mengkonsumsi makanan sehat seperti kedelai, kacang merah, bengkoang, atau
papaya.

Universitas Sumatera Utara

16

k. Stress
Seperti halnya cemas mempengaruhi menopause, stress juga merupakan salah
satu faktor yang bisa menentukan kapan wanita akan mengalami menopause.
Jika seseorang sering merasa stress maka sama halnya dengan cemas, wanita
tersebut akan lebih cepat mengalami menopause (Mulyani, 2013)
2.1.6. Gangguan kesehatan yang mungkin dialami wanita menopause
Ada beberapa jenis gangguan kesehatan yang mungkin akan dialami
wanita setelah memasuki atau berlangsungnya masa menopause adalah :
1. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan suatu gangguan kesehatan yang ditandai dengan
berkurangnya masa kepadatan tulang dan kelainan mikro-arsitektur, yang
berakibat pada pengeroposan tulang. Osteoporosis banyak dialami oleh mereka
yang berusia lanjut. Masa kepadatan tulang sangat dipengaruhi oleh kalsium,
Karena 98% tubuh memiliki kalsium yang banyak tersimpan dalam tulang.
Kalsium yang memiliki penan penting adalah kalsium ion yang dipengaruhi oleh
3 hormon, yakni hormon paratiroid, 1,25 dihidroksi vitamin D dan kalsitonin. Ada
sekitar 80% penderita osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita yang berhenti
masa menstruasinya (amenorche) meskipun usianya masih terbilang muda, hal ini
dikarenakan kerapuhan tulang akibat dari hormon estrogen yang semakin rendah,
dan juga dapat dipengaruhi masa diet yang tidak cukup baik dalam memenuhi
nutria dan kalsium yang cukup.
Pada masa menopause terjadi peningkatan kadar FSH diatas 30 IU/ml dan
penurunan kadar hormon estrogen kurang dari 40 pg/ml. estrogen akan berikatan
dengan reseptor estrogen pada osteoblast yang secara langsung memodulasi

Universitas Sumatera Utara

17

aktivitas osteblastik dan secara tidak langsung mengatur pembentukan osteoklast
yang mempunyai tujuan menghambat resorpsi tulang. Hormon estrogen berperan
dalam pembentukan tulang, remodelling tulang yang mempertahankan kerja
osteoblast (formasi tulang) dan osteoklast (penyerapan tulang). Penyakit ini
menyerang wanita pada usia 45-65 tahun. Yang sangat mengkhawatirkan
penderita baru menyadari setelah terjadi komplikasi penyakit atau tidak sengaja
pada saat pemeriksaan penyakit lain.
American Society for Reproductive Medicine menyebutkan bahwa wanita
diatas 50 tahun terdapat 13-18% mengalami osteoporosisi, sedangkan osteopenia
sekitar 37-50%. Keduanya akan mengakibatkan kemungkinan menjadi fraktur
sebesar 15-20%. Patah tulang pangkat paha akibat osteoporosis diperkirakan
meningkat setiap tahun 6,26 juta sampai 2050. Di Amerika terdapat 24 juta wanita
mengalami osteoporosis memerlukan pengebotan, 80% nya adalah wanita. 10 juta
sudah jelas mengalami osteoporosis, dan 14 juta mengalami massa tulang yang
rendah dan merupakan resiko tinggi untuk terjadinya osteoporosis berat. Dari
yang menderita osteoporosis kurang lebih 1,5 juta mengalami patah tulang dan
diperkirakan 37.000 orang meninggal tiap tahunnya yang disebabkan oleh
komplikasi.
Menurut WHO pada tahun 2030 jumlah wanita pada usia 50 tahun atau
lebih diperkirakan mencapai 1,2 milyar. Osteoporosis meningkat seiring dengan
semakin lamanya menopause. Osteoporosis dibagi menjadi 2 yaitu primer dan
sekunder. Osteoporosis primer yaitu terdari dari osteoporosis akibat menopause
dan osteoporosis senilis (usia tua). Gambaran klinis bagi wanita yang mengalami
osteoporosis dapat berupa rasa nyeri pada tulang belang akibat terjadinya

Universitas Sumatera Utara

18

mikrofraktur pada ruas tulang belakang. Tulang makin membungkuk akibat
adanya fraktur kompresi multiple pada beberapa ruas tulang belakang.
2. Penyakit jantung
Pada umumnya yang paling banyak ditemukan adalah apabila seorang
wanita telah memasuki masa menopause dan mengalami osteoporosis memiliki
kemungkinan terserang penyakit jantung, hal ini dikarenakan kadar estrogen
meningkatkan tekanan darah dan berat badan yang mengakibatkan pembuluh
darah yang mengalir kejantung tidak bekerja dengan baik. Penurunan hormon
estrogen mengakibatkan meningkatkan kadar kolestrol LDL (kolestrol jahat) dan
menurunnyan kadar kolestrol HDL (kolestrol baik). Ketidakberadaan hormon
estrogen membuat produksi NO (nitric oxide) menurun dan NO itu sendiri
berperan dalam vasodilatasi arterial dan pencegahan adhesi dari makrofag dan
trombosit kedinding arteri.
3. Resiko kanker payudara
Salah satu faktor terjadinya kanker payudara adalah peningkatan lemak
dalam tubuh. Lemak yang ada awalnya berkonsentrasi dipunggul dan paha akan
naik kepinggang dan perut. Banyak wanita yang mengalami penambahan berat
badan selama masa transisi dari masa premenopause menuju masa menopause.
Mengendalikan berat badan sangatlah sangatlah penting karena dengan
kenaikan berat badan pada masa transisi premenopause ke masa menopause
ternyata terkait erat dengan peningkatan resiko kanker payudara. Dalam American
Medical Assosiation, wanita yang mengalami penambahan berat badan 10 kg atau
lebih akan meningkatkan resiko kanker payudara 18%. Sementara, wanita
mengalami kenaikan berat badan 27 kg sejak umur 18 tahun sampai masa pre-

Universitas Sumatera Utara

19

menopause meningkatkan resiko kanker payudara hingga 45%. Menurunkan berat
badan terbukti dapat membantu mengurangi resiko kanker payudara. Penurunan
berat badan setidaknya 10 kg pada masa premenopause akan mengurangi resiko
kanker payudara sekitar 16%. Sementara penurunan lebih kurang 10 kg berat
badan setelah menopause akan mengurangi resiko kanker payudara sehingga 23%.
Jika berat badan edial dapat dipertahankan pasca menopause, resiko akan
berkurang hingga 57%.
4. Kanker leher rahim (serviks)
Setengah dari kejadian serviks terjadi pada wanita diantara 35-55 tahun.
Kanker ini biasanya terjadi pada tahapan usia premenopause karena terjadi
penurunan hormon estrogen yang berfungsi mempertahankan fungsi tubuh.
Sehingga tubuh tidak dapat menghalangi virus maupun mikroba yang dapat
menyebabkan penyakit.
5. Kanker rahim
Kanker rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim).
Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa premenopause, paling sering
meyerang wanita berumur 50-60 tahun. Kanker bisa menyebar (mentastase)
secara lokal maupun keberbagai bagian tubuh (misalnya kanalis servikalis, tuba
falopi, ovarium, daerah disekitar rahim, system getah bening atau kebagian tubuh
lainnya melalui pembuluh darah).
Penelitian telah menemukan beberapa faktor resiko kanker rahim yaitu
antara lain :
a. Usia kanker rahim terutama menyerang wanita berusia 50 tahun ke atas
b. Hyperplasia endometrium

Universitas Sumatera Utara

20

c. Terapi sulih hormon (TSH)
TSH

digunakan

untuk

mengatasi

gejala-gejala

premenopause,

mencegah osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau
stroke. Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker rahim.
Penggunaan estrogen dosis tinggi dan jangka panjang akan meningkat
resiko. Sedangkan yang mengkonsumsi estrogen dan progesteron akan
melindungi rahim.
d. Obesitas
Tubuh akan membuat sebagian estrogen didalam jaringan lemak
sehingga wanita yang gemuk mempunyai kadar hormon estrogen yang
lebih tinggi dari kadar estrogen yang normal. Tingginya kadar estrogen
merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita
menopause dengan obesitas.
e. Diabetes
f. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
g. Tamoksifen
Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau
mengobati kanker payudara mempunyai resiko yang lebih tinggi.
Resiko ini berhubungan dengan efek tamoksifen yang mirip dengan
estrogen terhadap rahim. Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen
lebih besar dari resiko terjadinya kanker lainnya, akan tetapi setiap
wanita memberikan reaksi yang berlainan.
h. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun

Universitas Sumatera Utara

21

i. Menopause setelah usia 52 tahun
j. Tidak memiliki anak
k. Kemandulan
l. Polip endometrium
m. Penyakit ovarium polikista
Berikut adalah persentase gejala atau tanda umum yang sering dialami oleh wanita
yaitu :
NO

1.

Keluhan klimekterik menopause pada

Persentase (%)

wanita usia 45-54 tahun

Kejadian

Mudah

tersinggung,

takut,

gelisah,

90%

mudah marah
2.

Gejolak panas (hot flushes)

70%

3.

Depresi

70%

4.

Sakit kepala

70%

5.

Cepat lelah, sulit berkonsentrasi, mudah

65%

lupa, kurang tenaga
6.

Berat badan bertambah

60%

7.

Nyeri tulang dan otot

50%

8.

Gangguan tidur

50%

9.

Obstipasi

40%

10.

Jantung berdebar-debar

40%

11.

Gangguan libido

30%

12.

Kesemutan

25%

13.

Mata berkunang-kunang

20%

(Mulayani, 2013)

Universitas Sumatera Utara

22

2.2. Konsep Pengetahuan
2.2.1. Defenisi pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap
obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuan. Akan tetapi perlu ditentukan, bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat
bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non
formal saja, akan tetapi dapat diperolah melalui pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek
positive dan aspek negative.
2.2.2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup
didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

Universitas Sumatera Utara

23

a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahuidan dimana dapat menginterprestasikan secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat
menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan,

meramalkan

dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisi (analysis)
Analisi adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Universitas Sumatera Utara

24

e. Sintesis (synthesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada ( Wawan dan Dewi, 2010 ).
2.2.3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh penegtahuan yang dikutip dari Notoadmojo, 2003
adalah sebagai berikut :
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain
sampai masalah tersebut dapat dipecah.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah, dan sebagai prinsip orang lain yang menerima

Universitas Sumatera Utara

25

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,
tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya bauk
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendir.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
pernah memperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
masa lalu.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut
metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis
Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven.
Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian dengan penelitian
almiah.
2.2.4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Faktor internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu
yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagian. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi misalnya hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB mantra
yang dikutip Notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

26

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan
(Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi.
2. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang

kehidupannya

dan

kehidupan

keluarga.

Pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencarikan nafkah yang membosankan, berulang dan banyak
tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan keluarga.
3. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan
kematangan jiwa (Wawan dan Dewi, 2010).

Universitas Sumatera Utara

27

b. Faktor eksternal
1. Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari nursalam (2003)
lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
2. Social budaya
System social budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dan menerima informasi.
2.2.5. Kriteria tingkat pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterprestasikan denagn skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : hasil presentase 76% - 100%
b. Cukup : hasil presentase 56% - 75%
c. Kurang : hasil persentase > 56%
2.3. Konsep Sikap
2.3.1. Defenisi sikap
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya, orang
lain, objek atau issue, (Petty, cocopio, 1986 dalam Azwar S.,2000 : 6). Sikap
adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmodjo, 1997 : 130). Sikap adalah
pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
sesuai sikap objek tadi (Heri Purwanto, 1998 : 62).

Universitas Sumatera Utara

28

Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah
predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perilaku tertentu,
sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu
(purly psychis inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang
sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri
setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang
berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh
individu.
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi social
yang membahas unsure sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak
kajian yang dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya
sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian yang telah dilakukan terhadap
sikap kaitannya dengan efek dan perannya dalam pembentukan karekter dan
sistem hubungan antar kelompok seta pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan
lingkungan dan pengaruhnya terhadap perubahan.
Konsep sikap sebenarnya pertama kali diangkat kedalam bahasan ilmu
social pertama kali oleh Thomas (1918), sosiolog yang banyak menelaah
kehidupan dan perubahan social, yang menulis buku Polish Peasant in Europe
and Amerika : Monograph of an Immigrant Group yang merupakan hasil riset
yang dilakukannya bersama Znaniecki. Dalam buku tersebut, Thomas dan
Znaniecki membahas informasi sosiologi dari kedua sudut individualistic dan
subjektivistik. Menurut pandangan mereka dua hal yang harus diperhitungkan
pada saat membahas kehidupan dan perubahan social adalah sikap individu dan
budaya objektif (objective cultural). Thomas (1918) dan juga Thomas and

Universitas Sumatera Utara

29

Znaneicki (1974) mengemukakan mengenai sikap ini sebagai berikut : By attitude
we understand a process of individual consciousness which determines real or
possible activity of the individual in the social world (hal, 22).
Melalui sikap, kita memeahami prose kesadaran yang menentukan
tindakan nyata dan tindakan yang mungkin dilakukan individual dalam kehidupan
socialnya.
Eagly dan Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap diposisikan
sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap, yang diekspresikan kedalam prosesproses kognitif, efektif, dan perilaku. Sebagai hasil evaluasi, sikap yang
disimpulkan dari berbagai pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam
bentuk respon kognitif, efektif (emosi), maupun perilaku (Katz dan Stoland, 1959;
Triandis, 1971). Respon evaluasi dalam bentuk kognitif meliputi beliefs yang
dimiliki individu terhadap objek sikap dengan berbagai atributnya (Fisbhein dan
Ajzen, 1975). Individu yang memiliki evaluasi negative terhadap nuklir
bermamfaat untuk menghasilkan energy yang lebih murah. Respon evaluative
dalam bentuk afektif berupa perasaan individu terhadap objek sikap.
Apabila diterapkan pada contoh nuklir tersebut diatas, individu yang
menganggap bahwa nuklir positif karena nuklir memberikan alternative energy
yang lebih murah akan merasa senang dengan adanya teknologi ini. Sebaliknya,
individu yang merespon negative yang beranggapan bahwa nuklir berbahaya bagi
kehidupan manusia akan merasa takut, khawatir, dan marah terhadap upaya
penggunaan energy ini.
Respon evaluative yang positif terhadap adanya energi nuklir yang
berbentuk

perilaku diperlihatkan oleh inddividu yang menuliskan surat

Universitas Sumatera Utara

30

pernyataan berupa dukungan pada pemerintah atas pengembangan energi
alternatif dari nuklir ini. Sebaliknya, individu yang mengevaluasi negatif yang
secara aktif mendukung demonstrasi anti nuklir.
Evaluasi yang dilakukan individu terhadap berbagai objek yang diamati ini
sesuai dengan pendapat uang dikemukakan oleh Aiken (dalam Mitchell, 1990)
bahwa sikap adalah “A learned predisposition to respond in a consistently
favourable or unfavourable manner with respect to a given object (hal, 6). Sikap
adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten, baik
positif maupun negatif terhadap suatu objek. Dalam pandangan ini, respon yang
diberikan individu diperoleh dari proses belajar terhadap berbagai atribut
berkaitan dengan objek.
Berlawanan dengan pendapat tersebut diatas, Eagly dan Chaiken (1993)
mengutip pendapat lain misalnya Staats dan Staats mengenai sikap adalah “A
psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with
some degree of favor or disfavor” (hal. 1). Sikap adalah tendensi psikologi yang
diekspresikan oleh evaluasi terhadap entitas tertentu dengan derajat suka atau
tidak suka. Masih sama dengan pendapat Katz dan Stoland (1959), Triandis
(1971), serta Fishbein dan Ajzen (1975) yang menyatakan bahwa sikap berkaitan
dengan proses kognitif, efektif, dan perilaku. Namun, Greenwald (1968); Triandis
(1971); dan Zanna dan Rempel (1988) mengemukakan bahwa proses-proses
kognitif, efektif, dan perilaku adalah antecedents dari sikap.
Proses kognitif dapat terjadi pada saat individu memperoleh informasi
mengenai objek sikap. Proses kognitif ini dapat terjadi melalui pengalaman
langsung misalnya pada saat individu minum soft drink kemudian merasakan

Universitas Sumatera Utara

31

kesegarannya, atau pengalaman tidak langsung yang diperoleh dengan cara
menonton iklan soft drink yang memperlihatkan bintang iklan berubah
penampilan menjadi lebih segar setelah minum soft drink tersebut ditelevisi
(Eagly dan Chaiken, 1993). Rasa segar yang dirasakan ataupun menyaksikan
wajah orang lain yang berubah menjadi lebih segar memberikan informasi kepada
individu bahwa soft drink adalah minuman yang menyegarkan menyebabkan
individu bersikap positif terhadap soft drink.
Menurut Katz (Iih.Secord dan backman, 1964) sikap mempunyai empat
fungsi yaitu :
a. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi mamfaat
Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana-tujuan. Disini sikap
merupakan sarana mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana
obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam
rangka mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu seseorang
dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap
obyek tersebut, demikian sebaliknya bila obyek sikap menghambat dalam
pencapaian tujuan, maka orang akan bersifat negative terhadap obyek
sikap yang bersangkutan. Karena itu fungsi ini juga disebut fungsi
manfaat (utility), yaitu sampai sejauh mana manfaat obyek sikap dalam
rangka pencapaian tujuan.
Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, karena
dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang akan dapat
menyesuaikan diri dengan cara baik terhadap sekitarnya. Misalnya orang
yang mempunyai sikap anti kemewahan, karena dengan sikap tersebut

Universitas Sumatera Utara

32

orang yang bersangkutan mudah diterima oleh kelompoknya, karena ia
tergabung dalam kelompok yang anti kemewahan.
b. Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada
waktu orang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya. Demi
untuk mempertahankan egonya, orang yang bersangkutan mengambil
sikap tertentu untuk mempertahankan egonya, dalam keadaan terdesak
pada waktu diskusi dengan enaknya.
c. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu
untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan
mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat
menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu
terhadap nilai tertentu, ini mengambarkan keadaan system nilai yang ada
pada individu yang bersangkutan. System nilai apa yang ada pada diri
individu dapat dilihat dari nilai yang diambil oleh individu yang
bersangkutan terhadap nilai tertentu.
d. Fungsi pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan
pengalaman-pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan. Elemenelemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang
diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian
rupa hingga menjadi konsisten. Ini beratti bila seseorang mempunyai

Universitas Sumatera Utara

33

sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan
orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan.
2.3.2. Komponen sikap
Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang paling menunjang yaitu Azwar
S, 2000 : 23 :
a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan
(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
controversial.
b. Komponen efektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi
atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan
cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah
logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan
dalam bentuk tendensi perilaku.
Sedangkan Baron dan Byrne juga Myers dan Gerungan
menyatakan bahwa ada 3 komponen yang membentuk sikap yaitu :

Universitas Sumatera Utara

34

1. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal
yang berhubungan dengan bagaimana orang mepersepsi terhadap
sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasaa senang atau tidak senang terhadap objek
sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak
senang merupakan hal yang negative. Komponen ini menunjukkan
arah sikap, yaitu positif dan negative.
3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap,
yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
2.3.3. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Soekidjo Notoatmodjo, 1996:
132) :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawab apabila ditanya, mengerjakan dan menyesuaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

Universitas Sumatera Utara

35

diberikan. Lepas pekerjaan itu bener ayau salah adalah berarti orang
tersebut menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajakkan porang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya,
dsb) untuk menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang
gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya
seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan
dari mertua atau orang tuanya sendiri.
2.3.4. Sifat sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negative (Heri
Purwanto, 1998 : 63) :
a. Sikap positif kecenderungan tidakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan, objek tertentu.
b. Sikap negative terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.

Universitas Sumatera Utara

36

2.3.5. Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998 : 63) :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam berhubungan dengan objeknya. Sifat
ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap
berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syaratsyarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu
yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
2.3.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain :
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih

Universitas Sumatera Utara

37

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibat faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi
dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita
terhadap

masalah.

Kebudayaan

telah

mewarnai

sikap

anggota

masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakat asuhannya.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan secaara objektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan system kepercayaan tidaklah mengherankan jika
kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

Universitas Sumatera Utara

38

f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupkan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005).
2.3.7. Cara pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkain kalimat yang mengatakan sesuatu
mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi
atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya
bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut
dengan favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal
negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra
terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak
favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas
pernyataan favourable dan tidak

favourable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua
negative yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali
objek sikap (Azwar, 2005).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat / pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner
(Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

39

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap (Hadi,
1971), yaitu :
a. Keadaan objek yang diukur
b. Situasi pengukuran
c. Alat ukur yang digunakan
d. Penyelenggaraan pengukuran
e. Pembaca atau penilaian hasil pengukuran
2.3.8. Pengukuran sikap
Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi social adalah
bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap antar
lain : Skala Thrustone, Likert, Unobstrusive Measure, Analisis Skalogram dan
Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.
a. Skala Thurstone (Method of Equel Appearing Intervals)
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang

pada

rentangan kontinum dari yang sangat unfavorable hingga sangat
favorable terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang
tersebut

sejumlah

aitem

sikap

yang

telah

ditentukan

derajat

favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini
seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang
mencerminkan derajat favorabilitas dari masing-masing pernyataan.
Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.
Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap,
pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar 100 buah
atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada

Universitas Sumatera Utara

40

beberapa orang penilai (judges). Penilai ini bertugas untuk menentukan
derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu
diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11.
Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 sangat setuju tugas penilai ini
bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan
itu. Median atau rata-rata perbedaan penilaian antar penilai terhadap
aitem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing aitem.
Pembuat skala kemudian menyusun aitem mulai dari aitem yang
memiliki nilai skala terendah hingga tertinggi. Dari aitem-aitem tersebut,
pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuesioner skala sikap yang
sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudia
diberikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan
seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing
aitem sikap tersebut.
Tenik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi
: ukuran sikap seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala
sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan
yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah nilai skala yang
berasal dari rating pada penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai
terhadap issue. Penilai melakukan rating terhadap aitem dalam tataran
yang sama terahadap issue tersebut.
b. Skala likert (Method of Summateds Retings)
Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang
lebih sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone

Universitas Sumatera Utara

41

yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu
yang favorable dan yang unfavorable. Sedangkan aitem yang netral tidak
disertakan.

Untuk

mengatasi

hilangnya

netral

tersebut,

likert

menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden
diminta melakukan egreement atau disagreement-nya untuk masingmasing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point (sangat setuju, setuju,
ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua aitem favorabel
kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju
nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1.
Sebaliknya, untuk aitem unfavorable nilai skala sangat setuju adalah 1
sedangkan yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala
Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala
interval sama (equal-interval scale).
c. Unobstrusive measures
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat
mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan
sikapnya dalam pertanyaan.
d. Multidimensional scaling
Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila
dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional.
Namun demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsiasumsi mengenai stabilitas struktur dimensial kurang valid terutama
apabila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala aitem.

Universitas Sumatera Utara

42

e. Pengukuran involuntary behavior (pengukuran terselubung)
1. Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat
dilakukan oleh responden.
2. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap diperoleh oleh
kerelaan responden
3. Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksireaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh ind

Dokumen yang terkait

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perkonomian Wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB

4 70 129

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Pramenopause Terhadap Perubahan pada Masa Menopause di Kelurahan Tegal Sari, Kec. Medan denai Tahun 2010

6 161 71

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

3 31 110

Kecemasan Ibu Pramenopause dan Persiapan Ibu Menghadapi Menopause di Dusun II Desa Cinta Rakyat Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Derdang Tahun 2012

1 7 67

Kecemasan Ibu Pramenopause dan Persiapan Ibu Menghadapi Menopause di Dusun II Desa Cinta Rakyat Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Derdang Tahun 2012

0 0 11

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

0 0 8

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

0 0 6

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

0 0 18