Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

(1)

Di Desa Kotasan Kec. Galang Kab. Deli Serdang

Saya bernama Addailami / 141121122 mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Menghadapi Perubahan Pada Masa Menopause di Desa Kotasan Kec. Galang Kab. Deli serdang”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

Penelitian ini akan memberi manfaat kepada ibu pramenopause, menambah pengetahuan tentang pengetahuan menopause yang baik dan memberikan informasi yang bermamfaat bagi pendidikan keperawatan, praktik keperawatan, dan penelitian keperawatan.

Responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri sebelum penelitian ini di laksanakan, yang di dasari oleh alasan sendiri tanpa paksaan dari pihak lain. Identitas pribadi calon respoden yang telah di berikan akan di rahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi responden dalam penelitian ini.

Medan, 2015

Peneliti Responden ( ) ( )


(2)

HubunganPengetahuanDenganSikapIbuPramenopauseDalamMenghadapiPe rubahan Menopause diDesaKotasanKec.GalangKab. Deli serdang

I. Petunjukpengisiankuesioner

1. Untukmendapatkan data yang akurat, dimohon agar

mengisijawabandaripertanyaanpadalembarkuesionerdengansebenar-benarnya.

2. Jawaban yang dipilihakandijagakerahasiannya. 3. Partisipasi yang diberikansangatberhargasekali,

dandiucapkanterimakasih yang sebesar-besarnya.

4. Isilahidentitasdibawahinisesuaidengan data identitasanda

Nama :

Tempattanggallahir :

Alamat :

No. Responden :


(3)

II. Data demografi

Berikan tanda (√) pada pilihan yang menurut anda benar. 1. Agama

Islam Kristen Katolik Hindu Budha 2. Suku

Batak Melayu Jawa Lain-lain 3. Pendidikan terakhir

SD SLTP SMA


(4)

III. PertanyaanPengetahuan

Bacalahpertanyaandibawahinidenganbaik, kemudianpilihlahsalahsatujawaban yang paling benardenganmemberikantanda (X).

1. Apa yang dimaksuddenganmenopause? a. Mulaiterjadinyahaid

b. Berhentinyahaid c. Haidtidakteratur d. Tidaktahu

2. Apakahpenyebabterjadinya menopause? a. Menurunnyafungsihormone

b. Menurunnyasuhutubuh c. Menurunnyaimunitas d. Tidaktahu

3. Padausiaberapa menopause normal terjadi? a. 70-80 tahum

b. 49-51 tahun c. 20-30 tahun d. Tidaktahu

4. Apakahtandaawal menopause? a. Keluarkeringatdimalamhari b. Penurunandayaingat

c. Haidtidakteratur d. Tidaktahu

5. Apakahtanda yang dialamiibusetelahmasa menopause ataupadamasasenium?


(5)

b. Penurunanfungsi organ tubuh c. Gejalagangguan system perkemihan d. Tidaktahu

6. Selainberhentihaid, apakahtanda yang dialamiibu menopause? a. Sakitjantungkronis

b. Keringatpadamalamhari c. Siklushaidlebihpanjang d. Tidaktahu

7. Mengapapadasaatberhubunganbadan, ibu menopause merasasakitdidaerahkewanitaannya?

a. Kurangolah raga b. Kurangtidurmalam c. Kekeringanpada vagina d. Tidaktahu

8. Menopause yang dialamiibusetelahmemasukiusiadiatas 51 tahundisebut? a. Menopause terlambat

b. Post-menopause c. Masasenium d. Tidaktahu

9. Menopause premature terjadipadausia? a. Dibawahusia 20 tahun

b. Dibawahusia 40 tahun c. Diatasusia 15 tahun d. Tidaktahu

10. Rasa panas yang dialamiolehibu menopause biasanyaberlangsungselama? a. 30 detiksampai 5 menit

b. 50 menitsampai 1jam c. 2 harisampai 3 hari d. Tidaktahu


(6)

IV. Pertanyaansikap

Berikantanda check list (√) padakotakjawabansesuaidenganpendapatanda, denganketentuan :

A. SS (sangatsetuju) B. S (setuju)

C. TS (tidaksetuju)

D. STS (sangattidaksetuju)

NO PERTANYAAN SS

(4) S (3) TS (2) STS (1) 1. Sayasangatyakinbahwasetiapwa

nitaakanmengalami menopause padamasanya

2. Sayaakanmembatasiaktivitasdilu arrumahjikasudahmemasuki menopause

3. Sayaakanbelajardari orang lain agar dapatmenghadapimasa menopause denganbaik

4. Sayakhawatirakanmengalamima salahkesehatansaat menopause 5. Sayatidak bias

menerimaperubahan-perubahan yang akanterjadipadamasa menopause

6. Sayayakin bias

menyesuaikandiridenganperuba han-perubahan yang

dialamipadamasa menopause 7. Sayatidakakanmerasasusahhatiji

kakulitmenjadikeriputyang dikarenakanperubahanpadamasa menopause

8. Sayasangatyakinperubahanfisik yang dialamiibu menopause dapatdisesuaikandengankehidup ansehari-hari


(7)

9. Sayasangatyakindenganberolahr agaakandapatmembuatsayalebih siapmenghadapi menopause 10. Sayaakanmenghindarihal-hal

yang

dapatmenimbulkanmasalahdala m menopause


(8)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.854 .855 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 1.30 .923 20

P2 1.35 .813 20

P3 1.05 .826 20

P4 1.65 .745 20

P5 1.35 .813 20

P6 .65 .875 20

P7 1.35 .813 20

P8 1.05 .826 20

P9 .65 .875 20

P10 1.65 .745 20

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 10.75 25.776 .309 . .864

P2 10.70 23.589 .668 . .830

P3 11.00 23.789 .627 . .834

P4 10.40 25.937 .399 . .852

P5 10.70 23.589 .668 . .830

P6 11.40 23.516 .618 . .834

P7 10.70 23.589 .668 . .830

P8 11.00 23.789 .627 . .834

P9 11.40 23.516 .618 . .834

P10 10.40 25.937 .399 . .852

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(9)

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.794 .773 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Pertanyaan 1 3.25 1.118 20

Pertanyaan 2 1.60 .598 20

Pertanyaan 3 2.10 .968 20

Pertanyaan 4 2.70 1.081 20

Pertanyaan 5 2.00 .795 20

Pertanyaan 6 2.65 .813 20

Pertanyaan 7 2.45 .826 20

Pertanyaan 8 3.15 1.040 20

Pertanyaan 9 3.05 .945 20

Pertanyaan 10 2.70 .923 20

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items Item Means 2.565 1.600 3.250 1.650 2.031 .286 10 Item Variances .851 .358 1.250 .892 3.493 .075 10 Inter-Item

Covariances .237 -.179 .732 .911 -4.088 .055 10 Inter-Item


(10)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Pertanyaan 1 22.40 22.463 .576 .677 .761

Pertanyaan 2 24.05 29.945 -.074 .472 .819

Pertanyaan 3 23.55 26.050 .287 .387 .798

Pertanyaan 4 22.95 22.997 .545 .688 .766

Pertanyaan 5 23.65 26.029 .389 .733 .784

Pertanyaan 6 23.00 25.684 .422 .826 .781

Pertanyaan 7 23.20 24.905 .514 .781 .771

Pertanyaan 8 22.50 21.105 .799 .788 .729

Pertanyaan 9 22.60 23.305 .616 .763 .757

Pertanyaan 10 22.95 24.576 .479 .821 .774

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

Aziz, A. (2007). Riset Keperawatan dan Tehnik Penelitian Ilmiah, Jakarta : Salemba Medika.

Baziad, Ali. (2010). Menopause dan Andropause, Edisi 1. Jakarta

Bobak & dkk. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC Depkes RI. (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta : Depkes

RI.

Kusmira. E.(2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.

Kasdu, D. (2002). Kiat dan Bahagia di Usia Menopause Sehat. Cetakan Pertama, Penerbit Pustaka. Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta.

Kumalaningsih, S. (2008). Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Tiara Aksa. Surabaya.

Kuntjoro, S. (2002). Psikologi Perkembangan Menopause. Diambil tanggal Kamis, 18 September 2015 dari Available online: Mulyani, N.S. (2010). Menopause. Yogyakarta : Nuha Medika.

Notoatmodjo. (2002). Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Proverawati, A. (2010). Menopause, dan Sindrom Premonopause, Yogyakarta : Nuha Medika.


(20)

Reeder, S.J., Martin, L.L. & Koniak- Griffin, D. (1997). Maternity Nursing : Family, Newborn, and Women’s Health Care (18th ed). Philadelphia: Lippincott

Ridwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung : Alfa Beta.

Sugiyono. (1997). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Tarsito.

Wawan & dkk. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku manusia, Jakarta : Nuha Medika.


(21)

3.1.Kerangka konsep

Berdasarkan penjelasan Bab 2, kerangka konsep teori dan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Provinsi sumatera Utara.

Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause di Kecamatan Galang Kab Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

Variabel independen Variabel dependen

Pengetahuan ibu pramenopause daalam menghadapi perubahan pada masa menopause.

1. Baik 2. Cukup 3. Kurang

Sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause.

1. Positif (menerima) 2. Negatif (tidak


(22)

3.2.Variabel Penelitian 3.2.1. Variabel independen

Variabel yang nilainya menentukan variabel dependen.Variabel bebas biasanya diamati dan diukur untuk mengetahui hubungan dan pengaruh terhadap variabel dependen.Variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan. 3.2.2. Variabel dependen

Variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas.Variabel ini dapat berubah apabila variabel bebas berubah.Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap.


(23)

3.3.Defenisi Operasional 3.3.1. Variabel independen

NO VARIABEL DEFENISI

ALAT UKUR

HASIL

UKUR SKALA

1. Pengetahuan Segala sesuatu yang berkaitan dengan menopause yang meliputi defenisi menopause, penyebab menopause, tahap-tahap menopause, jenis-jenis menopause dan faktor-faktor menopause yang terwujud dalam pikiran seseorang.

Kuesioner - Baik “dikatakan baik apabila memenuhi kriteria > 80% dengan skor nilai 14-20 dari 10 poin soal. - Cukup “dikatakan cukup apabila memenuhi kriteria 60-80% dengan skor nilai 7-13 dari 10 poin soal. - Kurang “dikatakan kurang Ordinal


(24)

apabila memenuhi kriteria < 60% dengan skor nilai 0-6 dari 10 poin soal.

3.3.2. Variabel dependen NO

VARIBEL DEFENISI

ALAT UKUR

HASIL

UKUR SKALA

1. Sikap Perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam menopause, dan masalah dalam menopause, seperti, masalah-masalah dan perubahan yang terjadi pada masa

Kuesioner - Positif “dikatakan positif apabila memenuhi kriteria >50% dengan skor nilai 21-40 dari 10 poin soal

- Negatif “dikatakan negatif apabila memenuhi


(25)

menopause. kriteria <50% dengan skor nilai 1-20 dari 10 poin soal


(26)

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan survei analitik (analisis survey). Desain penelitian cross sectional, yaitu metode yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus (Notoatmodjo, 2012). Dengan jenis penelitian survei analitik, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause di Kecamatan Galang Kabupaten Deli serdang Provinsi Sumatera Utara.

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksankan di Kec. Galang Kab. Deli serdang Provinsi Sumatera Utara. Dimana Kec. Galang tersebut terdapat 29 Desa. Dan penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2015 sampai dengan Januari, 2016.

4.3.Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Camat Kecamatan Galang Kabupaten Deli serdang Provinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak


(27)

mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. 4.4.Populasi dan sampel penelitian

4.4.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Aziz Alimul, 2007).

Populasi merupakan seluruh objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu pada masa pramenopause dengan usia 40 tahun di Kecamatan Galang Kabupaten Deli serdang Provinsi Sumatera Utara sebanyak 3.304 jiwa.

4.4.2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 1997). Didalam penelitian ini jenis sampel yang digunakan adalah sampel secara acak sederhana (simple random sampling), bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Dengan cara menggunakan tabel bilangan atau angka acak.

Rumus yang digunakan untuk menentukan besar atau banyak sampel adalah sebagai beriukut :

n = N 1 + N (d2)


(28)

Keterangan : n : besar sampel N : besar populasi

d : nilai kesenjangan / nilai ketidakpercayaan (Notoatmodjo, 2010)

Maka besar sampel dalam penelitian ini adalah : n = N

1 + N (d2) n = 3.304

1 + 3.304(0,12) n = 3.304 1 + 3.304 (0,01) n = 3.304 1 + 33,04

n = 3.304 34,04

4.5.Instrument Penelitian

Didalam pengumpulan data dengan cara apapun, selalu diperlukan “instrumen pengumpalan data”. Alat pengumpulan data ini tergantung pada macam dan tujuan penelitian serta data yang akan diambil (dikumpulkan). Dalam bagian ini hanya akan dibahas tentang alat pengumpulan data yang disebut “kuesioner”, yang biasanya dipakai dalam wawancara dan angket berstruktur.


(29)

Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu. Didalam penelitian ini peneliti membuat pertanyaan pengatahuan sebanyak 10 poin dengan menggunakan skala Guttman, dengan 3 alternatif jawaban yaitu bener, salah, tidak tahu dan kreteria penyekorannya apabila jawabannya “Benar” maka skor dari pertanyaan itu 2, namun jika jawabannya “Salah” skor dari pertanyaan itu 1 kemudian apabila jawabannya “Tidak Tahu” maka skor pertanyaan 0. Dan pertanyaan sikap dengan menggunakan skala likert sebanyak 10 poin, dengan 4 kategori SS (4), S (3), TS (2), STS (1). (Notoatmodjo, 2012)

4.6.Uji Validitas dan Reliabilitas 4.7.1. Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Instrumen penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas untuk mengetahui apakah instrumen tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur.

Penelitian ini menggunakan validitan isi dimana instrument penelitian dianalisis oleh dosen yang berkompeten dibidang Keperawatan maternitas dan komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan uji validitas tersebut, kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pertanyaan yang mengukur sasaran sesuai dengan teori dan konsep.


(30)

4.7.2. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012)

Dalam penelitian ini menggunakan uji reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan (Arikunto, 2013). Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha terhadap 20 responden, analisa dilakukan dengan teknik komputerisasi, dimana nilai alpha harus > 0,70 baru dianggap reliable atau dapat dipercaya. Uji reliabilitas dilakukan di Kecamatan Medan Johor.

4.7.Cara Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang diteliti maka jenis data yang digunakan data primer. Pengumpulan data tersebut dengan cara penyeberan kuesioner yang berbentuk pertanyaan pengetahun dan sikap, dan membagikan kuesioner tersebut kepada ibu pramenopause ditempat penelitian. 4.8.Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1. Pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2012) setelah data terkumpul dilakukan beberapa langkah pengolahan data sebagai berikut :

a. Editing (penyuntingan data)

Hasil data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak


(31)

lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out).

b. Membuat lembar kode (coding sheet)

Coding sheet merupakan instrument berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor pertanyaan.

c. Memasukkan data (data entry)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Tabulasi

e. Membuat table-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

4.7.2. Analisis data

Menurut Notoatmodjo (2012) data yang telah diolah, tidak aka nada maknanya tanpa dianalisis. Keluaran akhir dari analisis data kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut. Adapun jenis-jenis analisis data sebagai berikut :

a. Analisis Univariat

Analisa data ini dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data yang telah terkumpul dan ditulis dalam tabel-tabel distribusi frekuensi, kemudian dibuat suatu kesimpulan dengan menggunakan rumus persentase agar lebih mengerti. Kemudian diolah dengan menggunakan rumus :

P = n x 100% N


(32)

Keterangan : P = Proporsi

n = Banyaknya sampel N = Besarnya populasi (Arikunto, 2007; 281) b. Analisis Bivariat

Analisis bevariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistic dengan uji statistik Koefesien korelasi rank spearman, Koefesien korelasi rank spearman merupakan suatu ukuran asosiasi atau hubugan yang dapat digunakan pada kondisi satu atau dua variabel, jika pengamatan dari dua variabel tersebut adalah dalam bentuk skala ordinal, maka derajat korelasi dicari dengan koefesien korelasi spearman, dengan menggunakan hitungan statistik yang sesuai, yaitu apabila pValue ˂0,05 maka, terdapat korelasi yang signifikan yaitu ada hubungan antara dua variabel. Dan apabila pValue ˃ 0,05 maka, tidak terdapat korelasi yang signifikan yaitu tidak ada hubungan antara dua variabel. Dengan nilai koefisien korelasi (r) antara ± 0,00 sampai ±1,00 dengan arah hubungan positif dan negatif. Menurut Sugiyono (2004) pedoman untuk memberikan interpretasi koefesien korelasi (r) sebagai berikut:

Nilai koefesien korelasi (r) Kategori 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat


(33)

5.1.Hasil

Dalam bab ini akan dijelas, dibahas dan uraikan hasil penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Menghadapi Perubahan Pada Masa Menopause Di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti diperoleh hasil yang dijabarkan dalam pembahasan berikut ini:

5.1.1. Analisa Univariat

Analisa univariat dialakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari aspek pengetahuan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

a. Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden umumnya berusia 40-42 tahun (30.2%), beragama islam sebanyak 90 orang (60.4%), bersuku jawa sebanyak 90 orang (60.4%), berlatar pendidikan SMA sebanyak 72 orang (48.3%). Dapat dilihat pada tabel dibawah ini


(34)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan data demografi

Data Demografi Frekuensi %

Usia

40-42 45 30.2

43-45 34 22.8

46-48 18 12.1

Agama

Islam 90 60.4 Kristen 7 4.7 Suku

Batak 5 3.4

Jawa 90 60.4 Melayu 2 1.3 Pendidikan

SD 9 6.0 SLTP 10 6.7 SMA 72 48.3 PERGURUAN TINGGI 6 4.0

b. Pengetahuan

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu pramneopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause baik sebanyak 86 (88.7%) seperti tertera pada tabel dibawah ini

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan data pengetahuan

Data Demografi Frekuensi %

Baik 86 88.7

Cukup 11 11.3

Kurang 0 0

Total 97 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dengan tiga katergori baik, cukup, kurang bahwa pengetahuan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause yang berpengetahuan baik sebanyak 86 orang (88.7%), yang


(35)

berpengetahuan cukup sebanyak 11 orang (11.3%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 0.

c. Sikap

Sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause yaitu positif (menerima) seperti tertera pada tabel5.3 dibawah ini

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan data pengetahuan

Sikap Frekuensi (n) Persentasi (%)

Positif(menerima) 93 95.9 Negatif(tidak menerima) 4 4.1 Total 97 100.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bawah sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause yang bersikap positif sebanyak 93 orang (95.9%) yang bersikap negatif sebanyak 4 orang (4.1%).

5.1.2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause di Kecamatan Galang Kabupaten Deli serdang.Variabel pengetahuan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause dan variabel sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menoapause dengan menggunakan skala ordinal, maka penelitian ini menggunakan uji statistik Koefesien korelasi rank spearman.

Dari hasil penelitian didapatkan analisa data uji statistik Koefesien korelasi rank spearmanbahwa hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause


(36)

dalam menghadapi perubahan pada masa menopause dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini.

Tabel 5.4 analisa hubungan pengetahun dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause

Variable 1 Variable 2 (r) p-value Keterangan Pengetahuan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause Sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause

0.580 0.000 Terdapat hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadpi perubahan pada masa menopause Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai koefesien korelasi spearman dengan nilai r = 0.580 atau hubungan dikatakan kuat, sedangkan nilai pValue = 0.000, yang mana dari hasil diatas maka terdapat korelasi yang signifikan yaitu ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause.


(37)

5.2.PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang berjudul hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause di KecamatanGalang Kabupaten Deli serdang Provinsi Sumatera Utara dengan responden 97 orang dijelaskan sebagai berikut:

5.2.1.Pengetahuan Ibu Pramenopause Dalam Menghadapi Perubahan Pada Masa Menopause

Berdasarkan dari hasil penelitian dan tabel yang telah tertera diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause baik sebanyak 86 orang (88.7%), sedangkan cukup sebanyak 11 orang (11.3%), dan kurang sebanyak 0. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan ibu pramenoapause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause adalah baik 86 orang (88.7%). Pengetahuan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause yaitu mengetahui defenisi menopause, penyebab menopause, tahap-tahap menopause, jenis-jenis menopause dan faktor-faktor menopause dan bagaimana terjadinya menopause.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah status ekonomi, pendidikan, budaya dan pengalaman., pendidikan tinggi akan berpengaruh pada penerimaan hal-hal baru dan dapat menyesuaikan diri dengan hal baru tersebut.Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa mayoritas usia responden berkisar 40-42 tahun sebanyak 45 orang (30.2%), usia ini berada pada tahap kematangan, menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, pengalaman berkaitan dengan umur dan pendidikan individu.Responden pada penelitian ini dikatakan lebih muda dilihat


(38)

dari rentang umur 40-42, penelitian ini sesuai dengan teori menyebutkan bahwa pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan telinga, dan sebagainya) menurut Notoatmodjo (2010).Akan tetapi perluditekankan, bukan berarti seseorang yangberpendidikan rendah mutlak berpengetahuanrendah pula dari hasil penelitian Melina Estiani (Juli, 2015).Berdasarkan agama responden, Islam sebanyak 90 orang (60.4%), agama juga sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, seperti telah ditegaskan didalam kitab (Al-quran) agama islam bahwa manusia harus belajar dan mencari ilmu pengetahuan. Budaya suku berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan karena informasi yang baru akan disaring dan disesuaikan dengan budaya yang ada serta agama yang dianut. Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan klimakterium dini (Wawan & dkk, 2010).Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dan menerima informasi (Wawan dkk, 2010).Neugarten dalam Davis (1988) dikatakan yangpertamakali memperluas masalah menopause dalam konteks sosiokultural.Hasil penelitian ini sesuai dengan hasilpenelitian Apriliyani dan Zasri yangmenyatakan bahwa tingkat pengetahuandipengaruhi juga oleh latar belakangpendidikan seseorang juga.Wanita yang berpendidikan akan mempunyaipengetahuan kesehatan yang lebih baik (Soekanto, 2002).


(39)

5.2.2.Sikap Ibu Ibu Pramenopause Dalam Menghadapi Perubahan Pada Masa Menopause

Tingkat penilaian sikap meliputi dua kategori yaitu positif (menerima) artinya responden mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan dan negatif (tidak menerima) artinya responden tidak mau, menjauh, menghindar, dan membenci stimulus yang diberikan ( Wawan& dkk, 2010). Berdasarkan dari hasil penelitian dan tabel yang telah tertera diatas dapat dilihat sikap ibu pra menopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause positif (menerima) sebanyak 93 orang (95.9%), sedangkan negatif (tidak menerima) sebanyak 4 orang (4.1%), dari tabel ini dapat kita simpulkan bahwa sikap ibu pramenopause mayoritas positif (menerima) dengan frekuensi 93 orang (95.9%). (Kasnoharjo, 1998) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku positif adalah tingkat pendidikan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data sikap bahwa 93 orang (95.9%) memiliki sikap positif dan 4 orang (4.1%) yang bersifat negatif. Dari hasil data diatas dapat kita simpulkan bahwa sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause positif dengan kata lain bahwa responden menerima perubahan-perubahan pada masa menopause. Penelitian ini sesuai dengan teori Baron dan Byrne juga Myers dan Gerungan menyatakan bahwa ada 3 komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mepersepsi terhadap sikap, komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,


(40)

sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif, komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap ( Wawan& dkk, 2010). Penelitian Oedojo Soedirham dkk (1 April 2008) mengatakankepercayaan di masyarakat sebagian besar responden (31 orang; 77,5%) mengatakan bahwa tidak ada kepercayaan tertentu tentang menopause. Menopause dianggap sesuatu yang wajar sebagai kodrat bagi wanita. Masyarakat memandang bahwa menopause adalah proses menuju tua, tanda-tanda uzur yang harus dihadapi dan tak perlu ditakuti. Dari hasil penelitian Meilina Estiani (Juli 2015) terlihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik ,lebih banyak bersikap positif dalam menghadapi masa menopause, sikap positif wanita pramenopause yang memiliki pengetahuan baik dapat mengantarkan wanita pramenopause untuk lebih siap dan menerima adanya perubahan fisik maupun psikologis dan tidak menganggap bahwa proses penuaan merupakan hal yang harus dihindari. Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan system kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap ( Wawan & dkk, 2010). Wanita Indonesia yang mayoritas adalah muslimah, umumnya dapat menerima menopause dengan baik.Masalah yang dihadapi tidak hanya pada wanita menopause tetapi juga dialami oleh wanita premenopause dimana tanggapan masyarakat tentang menopause akhir-akhir ini semakin meningkat (Prawirohardjo, 2005). Menurut Budaya berpengaruh sangat besar


(41)

terhadap cara wanita menanggapi proses berhentinya haid. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya (Wawan dkk, 2010).

5.2.3.Hubungan

Dari hasil penelitian yang didapat hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause baik, artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin positif sikap seseorang, terbukti bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi sikap, hasil penelitian ini menunjukkan betapa berpengaruhnya pendidikan seseorang dalam mempengaruhi pola pikir seseorang yang pada akhirnya akan menentukan sikap seseorang itu untuk bersikap positif dalam kehidupan yang akan dilewatinya. Penelitianini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiantiningtyas,dkk menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan menopause dengan perilaku ibu dalam menghadapi masa menopause.Sikap yang positif ini bisa muncul jika diimbangi oleh informasi atau pengetahuan yang cukup, sehingga ibu lebih siap baik siap secara fisik, mental, dan spiritual (Kasdu, 2002)


(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian yang dilakukan mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause di Kecamatan Galang KabupatenDeli Serdang Provinsi Sumatera Utara menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

6.1.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang didapat oleh peneliti tentang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause dikategorikan baik sebanyak 86 orang (88.7%), responden sudah bisa memahami tentang menopause.

b. Sikap

Hasil penelitian dan data yang telah didapat sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause didapatkan positif (menerima) sebanyak 93 orang (95.9%).

c. Hubungan

Dari data pengetahuan dan data sikap yang didapatkan bahwaada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause dengan hasil uji statistik korelasi koefesien rank


(43)

spearmandengan nilai r = 0.580 (hubungan dikatakan kuat) sedangkan nilai pValue = 0.000, yang mana dari hasil diatas maka terdapat korelasi yang signifikan yaitu ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

6.2.SARAN

Setelah melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, maka dibawah ini akan dipaparkan saran yang dituju kepada:

a. Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause baik, sehingga perawat komunitas dan perawat maternitas dalam hal ini dapat lebih mensosialisasikan kegiatan keperawatan dengan penyuluhan atau pendidikan kesehatan agar pengetahuan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause semakin meningkat dan bisa menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause baik itu positif maupun negatif. b. Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini hanya dilakukan di Kecamatan Galang Kabupaten Deli serdang Provinsi Sumatera Utara. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause dan alangkah baiknya menggunakan populasi yang lebih banyak dan bisa diaplikasikan kepeneliti selanjutnya.


(44)

TINJAUAN TEORI

2.1.Konsep Menopause 2.1.1.Defenisi

Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki banyak arti atau makna yang terdiri dari kata men (haid) dan pauseis (berhenti) yang berasal dari bahas Yunani, yang digunakan untuk menjelaskan gambaran berhentinya haid atau menstruasi. Hal ini merupakan akhir proses biologis dari siklus menstruasi, yang dikarenakan penurunan produksi hormone estrogen yang dohasilkan oleh ovarium (Mulyani, 2013).

Adanya penurunan hormone estrogen, hal ini menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, hal ini juga dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya menopause.

2.1.2.Penyebab Menopause

Tubuh wanita mempunyai persendian sel telur atau ovum dengan jumlah yang terbatas dan masa menopause itu terjadi ketika ovarium atau indung telur kehabisan sel telur atau ovum, hal ini menyebabkan produksi hormone dalam tubuh terganggu yaitu berhentinya produksi hormon seks wanita yang tidak lain adalah hormon estrogen dan progesterone.

Penurunan fungsi hormone dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan gejala-gejala menopause akan mulai timbul dan terasa meskipun menstruasi masih datang. Saat itu akan mulai terlihat adanya perubahan pada haid yang mungkin menjadi lebih lama atau lebih singkat dan untuk jumlah darah


(45)

menstruasi yang dikeluarkan menjadi tidak konsisten yaitu relative menjadi lebih banyak dari sebelumnya.

Hormone merupakan pembawa pesan kimia yang dilepaskan dalam system peredaran darah yang akan mempengaruhi organ yang ada diseluruh tubuh. Hipotalamus akan mengontrol menstruasi dengan mensekresikan hormone gonadotropin ke kelenjar pituitari. Selama masa reproduksi kelenjar pituairi akan merespon dengan memproduksi dua hormon, yaitu follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteiningsing hormone (LH). Hormon ini akan menetukan jumlah hormon estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium atau indung telur.

Hormon FSH akan merangsang produksi ovum atau sel telur dan hormon LH akan merangsang untuk terjadinya ovulasi atau pelepasan sel telur. Ketika akan mendekati masa menopause maka ovulasi akan semakin jarang terjadi. Hal ini yang menyebabkan menstruasi menjadi tidak teratur dan tidak menentu sampai pada akhirnya sama sekali berhenti. Sehingga untuk mengimbanginya maka tubuh akan lebih banyak untuk mensekresikan hormon FSG dan LH agar mampu merangsang produksi ovum atau sel telur.

Hormone estrogen bertanggung jawab atau juga ikut terlibat dalam mempertahankan suhu tubuh. Hal ini yang juga menyebabkan banyak wanita yang mengalami hot flush ketika kadar hormon estrogen dalam tubuh menurun. Penurunan hormon progeteron selama masa menopause akan menyebabkan timbulnaya rasa gelisah, depresi, mudah tersinggung atau marah, libido menjadi rendah, dan bertambahnya berat badan.


(46)

Bukan berarti karena hormon estrogen turun secara drastic setelah ovarium tidak lagi memproduksi sel telur atau ovum (sampai dengan 60%), hormon ini tidak akan hilang seluruhnya dalam tubuh. Tubuh akan menemukan cara untuk memproduksinya. Ketika kelenjar adrenal memproduksi androstenedion yang akan diubah menjadi estron sehingga sangat penting untuk tetap menjaga tubuh tetap sehat dengan gaya hidup sehat dengan mengelola stress. Hal ini dikarenakan jika dalam keadaan stress makan kelenjar adrenal tidak sanggup untuk memproduksi androstenedion (Mulyani, 2013)

2.1.3.Tahap-tahap Menopause

Ada empat periode menopause menurut mulyani, 2013 yaitu : a. Masa klimakterium (masa pramenopause)

Adalah masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Masa ini juga dikenal dengan masa pramenopause (sebelum berhenti haid) yaitu 4-5 tahun sebelum menopause yang ditandai dengan timbulnya keluhan-keluhan pada siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relative lebih banyak. Masa ini dimulai pada usia 40 tahun. Pada klimekterium terdapat penurunan produksi hormon gonotropin, kadar hormone ini akan terus tetap tinggi sampai kira-kira 15 tahun setelah menopause dan kemudian akan mulai turun. Pada permulaan klimekteruim kesuburan akan menurun. Difase ini akan disertai dengan tanda dan gejala seperti siklus menstruasi menjadi tidak teratur atau perubahan pola menstruasi, perdarahan menstruasi memanjang, jumlah darah menstruasi menjadi lebih banyak, adanya rasa nyeri saat mmenstruasi. Gejala ini biasanya akan terlihat pada awal pemula masa menopause, perdarahan aka terlihat beberapa kali dalam rentang beberapa


(47)

bulan dan berhenti pada akhirnya, gejala ini seringkali disebut gejala peralihan. Apabila perdarahan berambah berat ini bisa menjadi tanda suatu masalah yang lebih serius sehingga sebaiknya melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada sesuatu yang membahayakan.

b. Masa perimenopause (saat berhentinya haid)

Yaitu fase peralihan antara masa pramenopause dan pasca menopause atau menjelang menopause, fase ini akan terjadi pada usia 48 tahun. Gejala-gejala yang timbul pada masa perimenopause yaitu : Siklus menstruasi menjadi tidak teratur, siklus menstruasi menjadi lebih panjang. Biasanya keluhan yang timbul misalnya rasa panas membakar pada wajah yang sering timbul pada malam hari, kekeringan pada vagina atau tanda perubahan lainnya.

c. Masa menopause

Yaitu fase dimana berhentinya menstruasi atau haid terakhir akibat adanya perubahan kadar hormon dalam tubuh yaitu menurun fungsi estrogen dalam tubuh. Jika tidak ada lagi menstruasi atau saat haid terakhir, dan apabila sesudah menopause disebut pasca menopause bila telah terjadi menopause 12 bulan sampai menuju kesenium. Menopause terjadi pada usia 49-51 tahun. Diagnose menopause dapat ditegakkan jika berhentinya menstruasi sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya menstruasi dapat didahului terjadinya siklus menstruasi yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Umur untuk terjadinya masa menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan. Gejala-gejala yang terjadi pada masa menopause yaitu sebagai berikut : Keringat yang biasanya timbul pada malam hari, lebih mudah marah atau emosi, sulit istirahat atau tidur, terjadi gangguan fungsi


(48)

seksual, badan bertambah gemuk, sering kali tidak mampu untuk menahan kencing (gangguan sistem perkemihan), stress dan depresi, nyeri otot sendi, hot flush atau sering terasa panas, terjadinya kekeringan pada vagina karena berkurangnya produksi lender pada vagina, terjadinya gangguan pada tulang, gelisah, khawatir, sulit konsentrasi, dan mudah lupa, penurunan libido, mudah lelah (fatigue)

d. Masa senium

Masa setelah menopause yaitu ketika seseorang wanita telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik. Masa ini biasanya berlangsung kurang lebih 3-5 tahun setelah menopause, antara usia 65 tahun. Pada masa ini juga telah tercapai suatu keadaan keseimbangan hormonal yang baru, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis. Pada masa senium yang lebih mencolok adalah adanya penurunan fungsi alat-alat tubuh dan kemampuan fisik karena adanya proses menjadi tua, dalam hal ini akan terjadi atrofi alat-alat genetalia yaitu ovarium mengecil dari 10-12 gr pada wanita dalam usia reproduksi sehat menjadi 4 gr. Ada beberapa wanita mengalami berbagai gejala yang terjadi karena keseimbangan hormon dalam tubuh seperti perubahan pada kulit, gangguan motorik, penurunan daya ingat. Bagian-bagian tubuh mulai semakin tua dan terlihat jelas, akan tetapi sebaiknya wanita tersebut tetap aktif baik secara fisik, mental, dan seksual seperti sebelum menopause. (mulyani, 2013)


(49)

2.1.4.Jenis-jenis menopause

Menopause pada wanita terbagi menjadi 2 jenis, diantaranya : a. Menopause premature

Menopause premature adalah menopause yang terjadi dibawah usia 40 tahun. Menopause premature ditandai dengan apabila terjadi penghentian masa menstruasi sebelum tepat pada waktunya disertai dengan tanda hot flushes serta peningkatan kadar hormon gonadotropin. Jika tidak mengalami tanda-tanda yang seperti disebutkan, perlu anda tindak lanjut kembali penyebab lain terganggu ovarium. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan menopause premature adalah heriditer, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit menahun dan penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium. Namun menopause premature tidak memerlukan terapi, kecuali pemberian keterangan atau informasi terkait kepada seorang wanita yang bersangkutan.

b. Menopause normal

Menopause yang alami dan umumnya terjadi pada usia diakhir 40 tahun atau diawali 50 tahun.

c. Menopause terlambat

Umumnya batas usia terjadinya menopause adalah usia 52 tahun. Namun apabila ada seseorang wanita yang masih memilki siklus menstruasi atau dalam arti masih mengalami menstruasi diusia 52 tahun. Ada beberapa faktor yang mendorong mengapa diusia 52 tahun masih ada wanita yang mengalami menstruasi, diantaranya faktor tersebut adalah konstitusional, fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Wanita dengan karsinoma


(50)

endometrium sering dalam anamnesis disebut juga dengan menopause terlambat (Mulyani, 2013)

2.1.5.Faktor yang mempengaruhi Menopause

Faktor yang mempengaruhi menopause adalah sebagai berikut : a. Faktor psikis

Keadaan psikis seseorang wanita akan mempengaruhi terjadinya menopause. Keadaan seseorang wanita yang tidak menikah dan bekerja akan mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian, mereka akan mengalami waktu menopause yang lebih mudah atau cepat dibandingkan yang menikah dan tidak bekerja atau bekerja dan tidak menikah.

b. Cemas

Faktor lain yang mempengaruhi menopause adalah cemas. Kecemasan yang dialami akan sangat menentukan waktu kecepatan atau bahkan keterlambatan masa menopause. Ketika seorang perempuan lebih sering merasa cemas dalam kehidupannya, maka bisa diperkirakan bahwa dirinya akan mengalami menopause lebih dini. Sebaliknya juga, jika seorang wanita yang lebih santai dan rileks dalam menjalani hidup biasanya masa menopasusenya akan lebih lambat. Beberapa hal yang bisa menimbulkan kecemasan antara lain : keluarga misalnya hubungan dengan suami apakah suami menerima keadaan istri dengan baik, hal ini akan berdampak pada kondisi psikologis. Selain itu juga berkurangya anggota keluarga juga bisa menjadi penyebab menopause.


(51)

c. Usia pada saat pertama haid (menarche)

Semakin muda seorang wanita mengalami menstruasi pertama kali, maka akan semakin tua atau lama untuk memasuki atau mengalami masa menopausenya. Wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahu akan mengalami menopause lebih dini, sedangkan wanita yang haid lebih dini seringkali akan mengalami menopause sampai pada usianya 50 tahun.

d. Usia melahirkan

Penelitan yang dilakukan oleh Beth Israel Deaconess Medical Center in Boston mengungkapkan bahwa wanita yang masih melahirkan diatas usia 40 tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua atau lama. Hal ini disebabkan kehamilan dan persalinan akan memperlambat system penuaan tubuh.

e. Merokok

Seorang wanita yang merokok akan lebih cepat mengalami masa menopause. Pada wanita merokok diperoleh usia menopause lebih awal, sekitar 1,5 tahun. Merokok mempengaruhi cara tubuh memproduksi atau membuang hormon estrogen. Disamping itu juga, beberapa peneliti meyakini bahwa komponen tertentu dari rokok juga berpotensi membunuh sel telur. Menurut hampir semua studi yang pernah dilakukan, wanita perokok akan mengalami masa menopause pada usia yang lebih muda yaitu 43-50 tahun. Selama menopause, ovarium wanita akan berhenti memproduksi sel telur sehingga wanita tersebut tidak bisa hamil lagi.


(52)

f. Pemakaian kontrasepsi

Kontrasepsi dalam hal ini yaitu kontrasepsi hormonal. Hal ini dikarenakan cara kerja ovarium atau indung telur.pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause. g. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi seseorang akan mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan. Bila faktor tersebut cukup baik, akan mempengaruhi beban fisiologis. Kesehatan akan faktor klimakterium sebagai faktor fisiologis.

h. Budaya dan lingkungan

Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan klimakterium dini.

i. Diabetes

Penyakit autoimun seperti diabetes mellitus menyebabkan terjadinya menopause dini. Pada penyakit autoimun, antibodi yang terbentuk akan menyerang FSH.

j. Status gizi

Faktor yang juga mempengaruhi menopause lebih awal biasanya dikarenakan konsumsi yang sembarangan. Jika mencegah menopause lebih awal dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti merokok, serta mengkonsumsi makanan yang baik misalnya sejak masih muda rajin mengkonsumsi makanan sehat seperti kedelai, kacang merah, bengkoang, atau papaya.


(53)

k. Stress

Seperti halnya cemas mempengaruhi menopause, stress juga merupakan salah satu faktor yang bisa menentukan kapan wanita akan mengalami menopause. Jika seseorang sering merasa stress maka sama halnya dengan cemas, wanita tersebut akan lebih cepat mengalami menopause (Mulyani, 2013)

2.1.6.Gangguan kesehatan yang mungkin dialami wanita menopause

Ada beberapa jenis gangguan kesehatan yang mungkin akan dialami wanita setelah memasuki atau berlangsungnya masa menopause adalah :

1. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan suatu gangguan kesehatan yang ditandai dengan berkurangnya masa kepadatan tulang dan kelainan mikro-arsitektur, yang berakibat pada pengeroposan tulang. Osteoporosis banyak dialami oleh mereka yang berusia lanjut. Masa kepadatan tulang sangat dipengaruhi oleh kalsium, Karena 98% tubuh memiliki kalsium yang banyak tersimpan dalam tulang. Kalsium yang memiliki penan penting adalah kalsium ion yang dipengaruhi oleh 3 hormon, yakni hormon paratiroid, 1,25 dihidroksi vitamin D dan kalsitonin. Ada sekitar 80% penderita osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita yang berhenti masa menstruasinya (amenorche) meskipun usianya masih terbilang muda, hal ini dikarenakan kerapuhan tulang akibat dari hormon estrogen yang semakin rendah, dan juga dapat dipengaruhi masa diet yang tidak cukup baik dalam memenuhi nutria dan kalsium yang cukup.

Pada masa menopause terjadi peningkatan kadar FSH diatas 30 IU/ml dan penurunan kadar hormon estrogen kurang dari 40 pg/ml. estrogen akan berikatan dengan reseptor estrogen pada osteoblast yang secara langsung memodulasi


(54)

aktivitas osteblastik dan secara tidak langsung mengatur pembentukan osteoklast yang mempunyai tujuan menghambat resorpsi tulang. Hormon estrogen berperan dalam pembentukan tulang, remodelling tulang yang mempertahankan kerja osteoblast (formasi tulang) dan osteoklast (penyerapan tulang). Penyakit ini menyerang wanita pada usia 45-65 tahun. Yang sangat mengkhawatirkan penderita baru menyadari setelah terjadi komplikasi penyakit atau tidak sengaja pada saat pemeriksaan penyakit lain.

American Society for Reproductive Medicine menyebutkan bahwa wanita diatas 50 tahun terdapat 13-18% mengalami osteoporosisi, sedangkan osteopenia sekitar 37-50%. Keduanya akan mengakibatkan kemungkinan menjadi fraktur sebesar 15-20%. Patah tulang pangkat paha akibat osteoporosis diperkirakan meningkat setiap tahun 6,26 juta sampai 2050. Di Amerika terdapat 24 juta wanita mengalami osteoporosis memerlukan pengebotan, 80% nya adalah wanita. 10 juta sudah jelas mengalami osteoporosis, dan 14 juta mengalami massa tulang yang rendah dan merupakan resiko tinggi untuk terjadinya osteoporosis berat. Dari yang menderita osteoporosis kurang lebih 1,5 juta mengalami patah tulang dan diperkirakan 37.000 orang meninggal tiap tahunnya yang disebabkan oleh komplikasi.

Menurut WHO pada tahun 2030 jumlah wanita pada usia 50 tahun atau lebih diperkirakan mencapai 1,2 milyar. Osteoporosis meningkat seiring dengan semakin lamanya menopause. Osteoporosis dibagi menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. Osteoporosis primer yaitu terdari dari osteoporosis akibat menopause dan osteoporosis senilis (usia tua). Gambaran klinis bagi wanita yang mengalami osteoporosis dapat berupa rasa nyeri pada tulang belang akibat terjadinya


(55)

mikrofraktur pada ruas tulang belakang. Tulang makin membungkuk akibat adanya fraktur kompresi multiple pada beberapa ruas tulang belakang.

2. Penyakit jantung

Pada umumnya yang paling banyak ditemukan adalah apabila seorang wanita telah memasuki masa menopause dan mengalami osteoporosis memiliki kemungkinan terserang penyakit jantung, hal ini dikarenakan kadar estrogen meningkatkan tekanan darah dan berat badan yang mengakibatkan pembuluh darah yang mengalir kejantung tidak bekerja dengan baik. Penurunan hormon estrogen mengakibatkan meningkatkan kadar kolestrol LDL (kolestrol jahat) dan menurunnyan kadar kolestrol HDL (kolestrol baik). Ketidakberadaan hormon estrogen membuat produksi NO (nitric oxide) menurun dan NO itu sendiri berperan dalam vasodilatasi arterial dan pencegahan adhesi dari makrofag dan trombosit kedinding arteri.

3. Resiko kanker payudara

Salah satu faktor terjadinya kanker payudara adalah peningkatan lemak dalam tubuh. Lemak yang ada awalnya berkonsentrasi dipunggul dan paha akan naik kepinggang dan perut. Banyak wanita yang mengalami penambahan berat badan selama masa transisi dari masa premenopause menuju masa menopause.

Mengendalikan berat badan sangatlah sangatlah penting karena dengan kenaikan berat badan pada masa transisi premenopause ke masa menopause ternyata terkait erat dengan peningkatan resiko kanker payudara. Dalam American Medical Assosiation, wanita yang mengalami penambahan berat badan 10 kg atau lebih akan meningkatkan resiko kanker payudara 18%. Sementara, wanita mengalami kenaikan berat badan 27 kg sejak umur 18 tahun sampai masa


(56)

pre-menopause meningkatkan resiko kanker payudara hingga 45%. Menurunkan berat badan terbukti dapat membantu mengurangi resiko kanker payudara. Penurunan berat badan setidaknya 10 kg pada masa premenopause akan mengurangi resiko kanker payudara sekitar 16%. Sementara penurunan lebih kurang 10 kg berat badan setelah menopause akan mengurangi resiko kanker payudara sehingga 23%. Jika berat badan edial dapat dipertahankan pasca menopause, resiko akan berkurang hingga 57%.

4. Kanker leher rahim (serviks)

Setengah dari kejadian serviks terjadi pada wanita diantara 35-55 tahun. Kanker ini biasanya terjadi pada tahapan usia premenopause karena terjadi penurunan hormon estrogen yang berfungsi mempertahankan fungsi tubuh. Sehingga tubuh tidak dapat menghalangi virus maupun mikroba yang dapat menyebabkan penyakit.

5. Kanker rahim

Kanker rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim). Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa premenopause, paling sering meyerang wanita berumur 50-60 tahun. Kanker bisa menyebar (mentastase) secara lokal maupun keberbagai bagian tubuh (misalnya kanalis servikalis, tuba falopi, ovarium, daerah disekitar rahim, system getah bening atau kebagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah).

Penelitian telah menemukan beberapa faktor resiko kanker rahim yaitu antara lain :

a. Usia kanker rahim terutama menyerang wanita berusia 50 tahun ke atas b. Hyperplasia endometrium


(57)

c. Terapi sulih hormon (TSH)

TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala premenopause, mencegah osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau stroke. Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker rahim. Penggunaan estrogen dosis tinggi dan jangka panjang akan meningkat resiko. Sedangkan yang mengkonsumsi estrogen dan progesteron akan melindungi rahim.

d. Obesitas

Tubuh akan membuat sebagian estrogen didalam jaringan lemak sehingga wanita yang gemuk mempunyai kadar hormon estrogen yang lebih tinggi dari kadar estrogen yang normal. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita menopause dengan obesitas.

e. Diabetes

f. Hipertensi (tekanan darah tinggi) g. Tamoksifen

Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau mengobati kanker payudara mempunyai resiko yang lebih tinggi. Resiko ini berhubungan dengan efek tamoksifen yang mirip dengan estrogen terhadap rahim. Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar dari resiko terjadinya kanker lainnya, akan tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang berlainan.


(58)

i. Menopause setelah usia 52 tahun j. Tidak memiliki anak

k. Kemandulan l. Polip endometrium

m. Penyakit ovarium polikista

Berikut adalah persentase gejala atau tanda umum yang sering dialami oleh wanita yaitu :

NO Keluhan klimekterik menopause pada wanita usia 45-54 tahun

Persentase (%) Kejadian 1. Mudah tersinggung, takut, gelisah,

mudah marah

90%

2. Gejolak panas (hot flushes) 70%

3. Depresi 70%

4. Sakit kepala 70%

5. Cepat lelah, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, kurang tenaga

65%

6. Berat badan bertambah 60%

7. Nyeri tulang dan otot 50%

8. Gangguan tidur 50%

9. Obstipasi 40%

10. Jantung berdebar-debar 40%

11. Gangguan libido 30%

12. Kesemutan 25%

13. Mata berkunang-kunang 20%


(59)

2.2.Konsep Pengetahuan 2.2.1.Defenisi pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuan. Akan tetapi perlu ditentukan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperolah melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positive dan aspek negative.

2.2.2.Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :


(60)

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahuidan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisi (analysis)

Analisi adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(61)

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada ( Wawan dan Dewi, 2010 ).

2.2.3.Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh penegtahuan yang dikutip dari Notoadmojo, 2003 adalah sebagai berikut :

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan 1. Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecah.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan sebagai prinsip orang lain yang menerima


(62)

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya bauk berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendir.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah memperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian dengan penelitian almiah.

2.2.4.Faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Faktor internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB mantra yang dikutip Notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi


(63)

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencarikan nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa (Wawan dan Dewi, 2010).


(64)

b. Faktor eksternal 1. Faktor lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari nursalam (2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2. Social budaya

System social budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dan menerima informasi.

2.2.5.Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan denagn skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Baik : hasil presentase 76% - 100% b. Cukup : hasil presentase 56% - 75% c. Kurang : hasil persentase > 56% 2.3.Konsep Sikap

2.3.1.Defenisi sikap

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya, orang lain, objek atau issue, (Petty, cocopio, 1986 dalam Azwar S.,2000 : 6). Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmodjo, 1997 : 130). Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwanto, 1998 : 62).


(65)

Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purly psychis inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu.

Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi social yang membahas unsure sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian yang dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian yang telah dilakukan terhadap sikap kaitannya dengan efek dan perannya dalam pembentukan karekter dan sistem hubungan antar kelompok seta pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan lingkungan dan pengaruhnya terhadap perubahan.

Konsep sikap sebenarnya pertama kali diangkat kedalam bahasan ilmu social pertama kali oleh Thomas (1918), sosiolog yang banyak menelaah kehidupan dan perubahan social, yang menulis buku Polish Peasant in Europe and Amerika : Monograph of an Immigrant Group yang merupakan hasil riset yang dilakukannya bersama Znaniecki. Dalam buku tersebut, Thomas dan Znaniecki membahas informasi sosiologi dari kedua sudut individualistic dan subjektivistik. Menurut pandangan mereka dua hal yang harus diperhitungkan pada saat membahas kehidupan dan perubahan social adalah sikap individu dan budaya objektif (objective cultural). Thomas (1918) dan juga Thomas and


(66)

Znaneicki (1974) mengemukakan mengenai sikap ini sebagai berikut : By attitude we understand a process of individual consciousness which determines real or possible activity of the individual in the social world (hal, 22).

Melalui sikap, kita memeahami prose kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan yang mungkin dilakukan individual dalam kehidupan socialnya.

Eagly dan Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap, yang diekspresikan kedalam proses-proses kognitif, efektif, dan perilaku. Sebagai hasil evaluasi, sikap yang disimpulkan dari berbagai pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif, efektif (emosi), maupun perilaku (Katz dan Stoland, 1959; Triandis, 1971). Respon evaluasi dalam bentuk kognitif meliputi beliefs yang dimiliki individu terhadap objek sikap dengan berbagai atributnya (Fisbhein dan Ajzen, 1975). Individu yang memiliki evaluasi negative terhadap nuklir bermamfaat untuk menghasilkan energy yang lebih murah. Respon evaluative dalam bentuk afektif berupa perasaan individu terhadap objek sikap.

Apabila diterapkan pada contoh nuklir tersebut diatas, individu yang menganggap bahwa nuklir positif karena nuklir memberikan alternative energy yang lebih murah akan merasa senang dengan adanya teknologi ini. Sebaliknya, individu yang merespon negative yang beranggapan bahwa nuklir berbahaya bagi kehidupan manusia akan merasa takut, khawatir, dan marah terhadap upaya penggunaan energy ini.

Respon evaluative yang positif terhadap adanya energi nuklir yang berbentuk perilaku diperlihatkan oleh inddividu yang menuliskan surat


(67)

pernyataan berupa dukungan pada pemerintah atas pengembangan energi alternatif dari nuklir ini. Sebaliknya, individu yang mengevaluasi negatif yang secara aktif mendukung demonstrasi anti nuklir.

Evaluasi yang dilakukan individu terhadap berbagai objek yang diamati ini sesuai dengan pendapat uang dikemukakan oleh Aiken (dalam Mitchell, 1990) bahwa sikap adalah “A learned predisposition to respond in a consistently favourable or unfavourable manner with respect to a given object (hal, 6). Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten, baik positif maupun negatif terhadap suatu objek. Dalam pandangan ini, respon yang diberikan individu diperoleh dari proses belajar terhadap berbagai atribut berkaitan dengan objek.

Berlawanan dengan pendapat tersebut diatas, Eagly dan Chaiken (1993) mengutip pendapat lain misalnya Staats dan Staats mengenai sikap adalah “A psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with some degree of favor or disfavor” (hal. 1). Sikap adalah tendensi psikologi yang diekspresikan oleh evaluasi terhadap entitas tertentu dengan derajat suka atau tidak suka. Masih sama dengan pendapat Katz dan Stoland (1959), Triandis (1971), serta Fishbein dan Ajzen (1975) yang menyatakan bahwa sikap berkaitan dengan proses kognitif, efektif, dan perilaku. Namun, Greenwald (1968); Triandis (1971); dan Zanna dan Rempel (1988) mengemukakan bahwa proses-proses kognitif, efektif, dan perilaku adalah antecedents dari sikap.

Proses kognitif dapat terjadi pada saat individu memperoleh informasi mengenai objek sikap. Proses kognitif ini dapat terjadi melalui pengalaman langsung misalnya pada saat individu minum soft drink kemudian merasakan


(68)

kesegarannya, atau pengalaman tidak langsung yang diperoleh dengan cara menonton iklan soft drink yang memperlihatkan bintang iklan berubah penampilan menjadi lebih segar setelah minum soft drink tersebut ditelevisi (Eagly dan Chaiken, 1993). Rasa segar yang dirasakan ataupun menyaksikan wajah orang lain yang berubah menjadi lebih segar memberikan informasi kepada individu bahwa soft drink adalah minuman yang menyegarkan menyebabkan individu bersikap positif terhadap soft drink.

Menurut Katz (Iih.Secord dan backman, 1964) sikap mempunyai empat fungsi yaitu :

a. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi mamfaat

Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana-tujuan. Disini sikap merupakan sarana mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap obyek tersebut, demikian sebaliknya bila obyek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersifat negative terhadap obyek sikap yang bersangkutan. Karena itu fungsi ini juga disebut fungsi manfaat (utility), yaitu sampai sejauh mana manfaat obyek sikap dalam rangka pencapaian tujuan.

Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, karena dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang akan dapat menyesuaikan diri dengan cara baik terhadap sekitarnya. Misalnya orang yang mempunyai sikap anti kemewahan, karena dengan sikap tersebut


(69)

orang yang bersangkutan mudah diterima oleh kelompoknya, karena ia tergabung dalam kelompok yang anti kemewahan.

b. Fungsi pertahanan ego

Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang pada waktu orang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya. Demi untuk mempertahankan egonya, orang yang bersangkutan mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan egonya, dalam keadaan terdesak pada waktu diskusi dengan enaknya.

c. Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu terhadap nilai tertentu, ini mengambarkan keadaan system nilai yang ada pada individu yang bersangkutan. System nilai apa yang ada pada diri individu dapat dilihat dari nilai yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.

d. Fungsi pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan pengalaman-pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini beratti bila seseorang mempunyai


(70)

sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan.

2.3.2.Komponen sikap

Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang paling menunjang yaitu Azwar S, 2000 : 23 :

a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang controversial.

b. Komponen efektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

Sedangkan Baron dan Byrne juga Myers dan Gerungan menyatakan bahwa ada 3 komponen yang membentuk sikap yaitu :


(71)

1. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mepersepsi terhadap sikap.

2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasaa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negative. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negative.

3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

2.3.3.Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Soekidjo Notoatmodjo, 1996: 132) :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawab apabila ditanya, mengerjakan dan menyesuaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang


(72)

diberikan. Lepas pekerjaan itu bener ayau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajakkan porang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

2.3.4.Sifat sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negative (Heri Purwanto, 1998 : 63) :

a. Sikap positif kecenderungan tidakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan, objek tertentu.

b. Sikap negative terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.


(73)

2.3.5.Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998 : 63) :

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam berhubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

2.3.6.Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain : a. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih


(1)

Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan Pada Masa Menopause Di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Nama Mahasiswa : Addailami

Nim : 141121122

Program Studi : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2016

ABSTRAK

Menopause merupakan peristiwa berhentinya haid yang alami terjadi pada setiap wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pengetahuan, sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause dan hubungannya di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan survei analitik (analisis survey). Pada penelitian ini populasinya sebanyak 3.304 dan sampelnya adalah ibu pramenopause 41-48 tahun sebanyak 97 orang dengan mengunaka teknik simple random sampling. Penelitian ini dilakukan dari mulai bulan Mei 2015 sampai bulan januari 2016. Penelitian ini menggunakan uji statistik Koefesien korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause berpengatahuan baik sebanyak 86 orang (88.7%) dan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause bersikap positif (menerima) sebanyak 93 orang (95.9%). dengan nilai r = 0.580 atau hubungan dikatakan sedang, dan nilai pValue = 0.000, yang mana dari hasil diatas maka terdapat korelasi yang signifikan yaitu ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause di Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Saran penelitian ini perawat komunitas dan perawat maternitas dalam hal ini dapat lebih mensosialisasikan kegiatan keperawatan dengan penyuluhan atau pendidikan kesehatan agar pengetahuan ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause semakin meningkat dan bisa menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause baik itu positif maupun negatif.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pramenopause Dan Menopause


(2)

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini yang berjudul. “Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu pramenopause dalam menghadapi perubahan pada masa menopause”. Selama proses penelitian dan penulisan Proposal ini, penulis banyak mendapat rintangan namun, kemudahan yang di berikan oleh Allah SWT serta bantuan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga rintangan tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II, Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III.

3. Dr. Siti Saidah, S.Kep, M.kep, Sp.Mat sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Roxsana Dewi Tumanggor, S.Kep, Ns, MNurs selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti pendidikan.


(4)

5. Ns. Asrizal, S.Kep, M.Kep, RN, WOC (ET) N, CHt.n selaku penguji I, Nurasiah, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku penguji II

6. Ayahanda H. Nasrun dan Ibunda Hj. Athipah yang selalu memberikan doa, dukungan moril dan materil dalam menyelesaikan proposal ini.

7. Kepala camat Kecamatan Galang, terimakasih atas kesempatan untuk mengadakan penelitian di Desa tersebut.

8. Badan Pusat Statistik Kecamatan Galang yang telah membantu peneliti dalam pengambilan data awal.

9. Teman-teman Fakultas Keperawatan khususnya Program Ekstensi 2014 yang telah banyak memberikan masukan dalam menjalani perkuliahan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih banyak kekurangan dan, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kriktik demi kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Februari 2016


(5)

iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I . PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. PerumusanMasalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN TEORITIS ... 7

2.1. Konsep Menopause ... 7

2.1.1. Defenisi Menopause ... 7

2.1.2. Penyebab Menopause ... 7

2.1.3. Tahap-tahap Menopause ... 9

2.1.4. Jenis-jenis Menopause ... 12

2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Menopause ... 13

2.1.6. Gangguan Kesehatan Yang Dialami wanita Menopause ... 16

2.2. Konsep Pengetahuan ... 22

2.2.1. Defenisi Pengetahuan ... ... 22

2.2.2. Tingkat Pengetahuan ... 23

2.2.3. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 24

2.2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 25

2.2.5. Kriteria Tingkat Pengetahuan ... 27

2.3. Konsep Sikap ... 27

2.3.1. Defenisi Sikap ... 27

2.3.2. Komponen Sikap ... 33

2.3.3. Tingkatan Sikap ... 34

2.3.4. Sifat Sikap ... 35

2.3.5. Ciri-ciri Sikap ... 36

2.3.6. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap ... 36

2.3.7. Cara Mengukur Sikap ... 38

2.3.8. Pengukuran Sikap ... 39

2.3.9. Organisasi Sikap ... 42

2.3.10.Pandangan Tiga Komponen tentang Sikap ... 43

2.3.11.Faktor-faktor Perubah Sikap ... 44

2.4. Konsep Perubahan ... 46

2.4.1. Defenisi Konsep Berubah ... 46

2.4.2. Prinsip dan Strategi Berubah ... 46

2.4.3. Tahap-tahap Dalam Perubahan ... 49

2.4.4. Reaksi Terhadap Perubahan ... 53


(6)

2.4.5. Ekologi Perubahan ... 54

2.4.6. Perubahan Dalam Keperawatan ... 55

2.4.7. Penerapan Proses Berubah ... 57

BAB III. KERANGKA PENELITIAN ... 58

3.1. Kerangka Konsep ... 58

3.2. Variabel Penelitian ... 59

3.2.1. Variabel Independen ... 59

3.2.2. Variabel Dependen ... 59

3.3. Defenisi Operasional ... 60

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 63

4.1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ... 63

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 63

4.3. Etika Penelitian ... 63

4.4. Populasi dan Sampel Penelitian ... 64

4.5. Instrumen Penelitian ... 65

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66

4.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 67

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 70

5.1 Hasil ... 70

5.1.1. Analisa Univariat ... 70

5.1.2. Analisa Bivariat ... 72

5.2 Pembahasan ... 74

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 79

6.1. Kesimpulan ... 79

6.2. Saran ... 80

DAFTAR ISI ... iv LAMPIRAN


Dokumen yang terkait

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perkonomian Wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB

4 70 129

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Pramenopause Terhadap Perubahan pada Masa Menopause di Kelurahan Tegal Sari, Kec. Medan denai Tahun 2010

6 161 71

Kecemasan Ibu Pramenopause dan Persiapan Ibu Menghadapi Menopause di Dusun II Desa Cinta Rakyat Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Derdang Tahun 2012

1 7 67

Kecemasan Ibu Pramenopause dan Persiapan Ibu Menghadapi Menopause di Dusun II Desa Cinta Rakyat Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Derdang Tahun 2012

0 0 11

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

0 0 8

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

0 0 6

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

0 0 51

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Pramenopause Dalam Mengahadapi Perubahan pada Masa Menopause di Kec. Galang Kab. Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

0 0 18