Pemetaan C-Organik dan Tekstur Tanah Pada Lahan Sawah di Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat

TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Sawah
Tanah sawah mempunyai persentase pasir dalam jumlah besar kurang baik
untuk tanaman padi.Pada tanah sawah dituntut adanya lumpur, yang mengandung
butir-butir tanah halus yang seluruhnya diselubungi air. Padi dapat tumbuh
dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atas antara 18-22 cm terutama
tanah muda dengan pH antara 4-7 sedangkan lapisan olah tanah sawah dengan
kedalaman 18 cm (AAK, 1993).
Penggenangan pada sistem usaha tani tanah sawah secara nyata akan
mempengaruhi perilaku unsur hara esensial dan pertumbuhan serta hasil padi.
Perubahan kimia

yang disebabkan oleh penggenangan tersebut

sangat

mempengaruhi dinamika dan ketersedian hara padi. Transformasi kimia yang
terjadi berkaitan erat dengan kegiatan mikroba tanah yang menggunakan oksigen
sebagai sumber energinya dalam proses respirasi (Hardjowigeno, 2003).
Pemberian bahan organik dalam jumlah besar pada tanah tergenang dapat
menyebabkan keracunan tanaman oleh asam-asam organik yang terbentuk

penambahan ammonium sulfat dapat mengurangi efek keracunan tersebut.Hal itu
disebabkan oleh pembentukan asam organik dihambat oleh kegiatan bakteri.
Ammonium fosfat dan glukosa akan merangsang perubahan asam organik
menjadi gas metana bila ditambahkan ke tanah. Kondisi seperti ini menunjukkan
banyaknya bakteri metana dalam tanah tergenang (Damanik et al., 2010).
Ciri khas tanah sawah, yang membedakannya dengan tanah tergenang
lainnya, yaitu adanya lapisan oksidasi di bawah permukaan air akibat difusi O2
setebal 0,8 – 1,0 cm, selanjutnya lapisan reduksi setebal 25 – 30 cm dan diikuti

Universitas Sumatera Utara

oleh lapisan tapak bajak yang kedap air. Selama pertumbuhan tanaman padi akan
terjadi sekresi O2 oleh akar tanaman padi yang menimbulkan kenampakan yang
khas pada tanah di sekitar tanaman padi sawah (Mukhlis et al., 2012).
C-organik
Bahan organik berperan dalam aktivitas biologi yaitu dengan pemberian
bahan organik dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah melalui pelepasan
unsur-unsur hara tanah dalam proses dekomposisi sisa-sisa tanaman oleh
mikroorganisme dalam tanah. Dalam hubungannya dengan kesuburan tanah dan
produksi tanaman, fungsi mikroorganisme yang penting adalah mineralisasi dan

imobilisasi unsur-unsur hara seperti karbon, N, P, S, fiksasi N2 atau CO2 dari
atmosfer dan kelarutan P (Sugito et al.,1995).
Menurut Karama et al. (1990) dalam Suhartatik dan Sismiyati (2000)
mengemukakan bahwa bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah
yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti memperbaiki
agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas
tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah dan meningkatkan
ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan P; dan
fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad renik
tanah.Mengingat begitu penting peranan bahan organik, maka penggunaannya
pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi amat penting untuk
menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut (Suhartatik dan Sismiyati, 2000).
Karbon merupakan komponen dari bahan organik.Pengukuran C-organik
secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui penggunaan faktor
koreksi tertentu.Faktor yang selama beberapa tahun ini digunakan adalah faktor

Universitas Sumatera Utara

Van bemmelen yaitu 1.724 dan didasarkan pada asumsi bahwa bahan organik
mengandung 58% karbon (Mukhlis, 2007).

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak
besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar
sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga
terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah
- Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya
- Manambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas
tukar kation menjadi tinggi)
- Sumber energi bagi mikroorganisme
- Menambah kemampuan tanah
(Hardjowigeno, 2003).
Pengelolaan jerami padi merupakan hal penting dalam sistem budi daya
padi untuk meningkatkan hasil panen. Ada beberapa cara pengelolaan jerami padi
yang dilakukan oleh petani, antara lain dibakar, disebar di permukaan tanah
sebagai mulsa, dan mengangkut jerami keluar dari lahan. Pembakaran jerami akan
menghilangkan hara dalam jumlah besar (80% N, 25% P, 4-60% S dari
kandungan hara total jerami). Pembakaran jerami juga menimbulkan dampak
negatif lain, seperti polusi udara dan membunuh organisme maupun mikrob tanah
yang menguntungkan (Mandal et al., 2004).
Kandungan


bahan

organik

lahan

pertanian

di

Indonesia secara

umumtermasukrendah, disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran petani
untukmengembalikan

limbah

panen


ke

dalamtanah.Katagorisasi

tingkat

Universitas Sumatera Utara

kandunganbahan organik tanah menurut Balai Besar Penelitian Sumber Daya
LahanPertanian (BBSDLP) adalah rendah apabila kurang dari 2%, sedang
apabilakandungan bahan organik tanah 2-3%, dan tinggi apabila lebih dari 3%.
LaporanLas dan Tim (2008) menyebutkan bahwa 73% lahan pertanian
Indonesiamemiliki kandungan bahan organik yang rendah, 23% sedang, dan
hanya4%yang berstatus tinggi (Suwarno et al., 2009).
Hasil proses fotosintesis merupakan sumber utama bahan organik tanah,
yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri, serta sisa tanaman termasuk
rerumputan, gulma dan limbah pasca panen (Sutanto, 2005).
Penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa, selain dapat melindungi
permukaan tanah juga dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Mulsa dapat memperkecil terjadinya proses dispersi, memantapkan agregat tanah,

memperbaiki struktur tanah, mempertahankan kapasitas memegang air dan
menekan aliran permukaan secara erosi yang terjadi (Khonke and Bertrand, 1959).
Perhitungan kadar C-organik adalah :
C-organik (%) = ppm kurva x ml ekstrak 1.000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fk
= ppm kurva x 100 1.000-1 x 100 500 – 1 x fk
= ppm kurva x 10 500-1 x fk
Keterangan dari perhitungan kadar C-organik ialah :
- ppm kurva adalah kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar
deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
- 100 adalah konversi ke %.
- Fk adalah koreksi kadar air = 100 / (100 - % kadar air).
(Balit Tanah, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Tekstur Tanah
Suasana tergenang (anaerob) pada tanah sawah dapat menghambat
pelapukan dan mineralisasi bahan organik. Selain suasana aerob dan anaerob,
kadar liat tanah juga sangat berpengaruh terhadap kandungan bahan organik
tanah. Tanah-tanah dengan kadar liat tinggi umumnya kadar bahan organiknya

lebih tinggi dibandingkan dengan tanah-tanah yang kandungan liatnya rendah
(Foth, 1998).
Lubis (2015) mengatakan bahwa pengetahuan tentang tekstur tanah sangat
penting, sebagai panduan nilai kemampuan lahan dan pengelolaan tanah.
Umumnya tanah-tanah pertanian yang paling baik mengandung persen liat 1020%, bahan organik 5-10% dan perbandingan yang sama antara pasir dan debu.
Pengelompokkan kedua belas tekstur tanah secara sederhana dapat dilihat pada
table 2.1 berikut.
Tabel 2.1. Pengelompokkan Tekstur Tanah
Kelompok Tekstur

Kelas Tekstur

Tanah bertekstur kasar

Pasir, pasir berlempung, lempung
berpasir, lempung berpasir halus
Lempung berpasir sangat halus,
lempung, lempung berdebu, debu,
lempung liat berpasir, lempung liat,
lempung liat berdebu

Liat berpasir, liat berdebu dan liat

Tanah bertekstur sedang

Tanah bertekstur halus
Sumber : Konhke (1968)

Khusus pada tanah sawah walaupun kondisinya tergenang, dalam satu
tahun pasti ada periode kering beberapa bulan yang memungkinkan terjadinya
oksidasi bahan organik menjadi meneral tanah. Namun oksidasi akan dihambat
oleh suasana tergenang, sehingga fungsi fraksi pasir dalam aerasi tanah tidak
berlangsung dengan baik. Hal ini juga terlihat dari rendahnya koefisien korelasi

Universitas Sumatera Utara

antara

C-organik

dengan


pasir

(-0,1241)

yang tergolong tidak

nyata

(Tangketasik et al., 2012).
Foth (1998) juga mengatakan bahwa terdapat kecenderungan suatu
korelasi antara kandungan liat tanah dengan kandungan bahan organik.Semakin
besar kandungan liat maka semakin tinggi kandungan bahan organik, karena
molekul-molekul organik yang diadsorpsi oleh liat dilindungi secara parsial dari
perombakan oleh mikroorganisme.
fraksi liat paling berpengaruh terhadap kadar bahan organik tanah karena
fraksi liat mempunyai luas permukaan jenis paling besar yaitu mencapai 800 m2/g
(Luas permukaan jenis yang besar sangat aktif dalam adsorpsi air). Oleh karena
itu, tanah yang didominasi oleh fraksi liat mempunyai daya pegang air yang besar
dan pori aerase yang rendah. Keadaan yang pertukaran udara tidak lancar atau

semi anaerob akan berpengaruh terhadap dekomposisi bahan organik, yaitu bahan
organik akan mengalami proses humifikasi sehingga dihasilkan senyawa-organik
yang tahan terhadap pelapukan (Stevenson, 1994).
Ada perbedaan nyata antara tekstur tanah yang ditetapkan dilapangan
dengan yang ditetapkan dilaboratorium dengan metode mekanis; karena mineral
non kristalin selalu menghambat disperse partikel. Oleh sebab itu dilakukan
modifikasi kelas ukuran butir menjadi kelas frakmental yang menunjukkan
kombinasi ukuran partikel dan mineral (Mukhlis, 2011).
Survei dan Pemetaan
Survei dan pemetaan tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenisjenis

tanah

dan

menentukan

potensinya

untuk


bermacam-macam

penggunaannya.Potensi tanah ditentukan dengan melakukan interprestasi

Universitas Sumatera Utara

kemampuan (kesesuaian) lahan dari masing-masing satuan peta tanah berdasar
atas sifat-sifat tanah yang dimiliki dan keadaan lingkungannya.Satuan peta tanah
merupakan satuan wilayah yang mempunyai jenis tanah dan faktor lingkungan
yang sama. Walaupun demikian, satuan peta tanah yang benar-benar homogen
sulit ditemukan, berhubungan kompleksnya penyebaran tanah di alam.Karena itu,
dibedakan tiga jenis satuan peta tanah yaitu (1) konsosiasi (2) asosiasi
(3) kompleks (Hardjowigeno, 2007).
Kegiatan evaluasi lahan dan survei lahan, sangat dianjurkan dalam rangka
untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan pengolaan lahan
pada masing-masing tipe penggunaan atau usaha tani. Kegiatan evaluasi lahan ini
mensuplai petani dengan informasi secara tepat dan akurat tentang apa yang
seyogyanya dikerjakan dan perbaikan apa saja yang diperlukan untuk pengelolaan
lahannya. Termasuk ke dalam evaluasi tersebut adalah penelitian dan penilaian
tentang tekstur tanah lapisan atas, tekstur tanah lapisan bawah, kedalam solum dan
subsoil, warna tanah lapisan atas, struktur tanah, keadaan batu-batuan, mudahnya
diolah, permeabilitas subsoil, drainase permukaan, drainase internal profil tanah,
kemiringan, derajat erosi dan bahaya erosi bila tanah diolah. Disamping itu,
semua tanah-tanah pertanian perlu diuji kesuburan, reaksi tanah dan kondisi
alkalinitas / salinitasnya sehingga dapat diprediksi kesesuaian lahan bagi
komoditas pertanian dengan kriteria kelas kesesuaian lahan dari yang paling
sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) sampai tidak sesuai (N)
(Raden et al., 2010).
Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini
meliputi :

Universitas Sumatera Utara

1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe
tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu.
2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input
yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe
tanah tertentu.
3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi.
4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.
5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak
dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat
kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah
(Hakim et al., 1986).
Berdasarkan kedua pendekatan tersebut, dalam survei tanah dikenal 3
macam metode survei, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan
sintetik), sistem fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan
prinsip pendekatan analitik) dan grid bebas yang merupakan penerapan gabungan
dari kedua pendekatan tersebut (Rayes, 2007).
Satuan peta lahan adalah kelompok lahan yang mempunyai sifat-sifat yang
sama atau hampir sama, yang penyebarannya digambarkan dalam peta sebagai
hasil dari suatu survei sumberdaya alam (seperti survei tanah, inventarisasi hutan
dan sebagainya). Keragaman atau variabilitas masing-masing satuan peta lahan
tegantung dari skala dan intensitas pengamatannya.Kadang-kadang, satu satuan
peta lahan dapat terdiri dari dua jenis lahan atau lebih dengan sifat yang masingmasing berbeda (Hardjowigeno, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Kondisi Umum Wilayah
Wilayah Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat memiliki luas daerah
105,26 km2 atau 10.526 ha dengan ketinggian tempat + 30 m dari permukaan laut
dan terletak antara 03º 47’ 06” - 03º 53’ 42” LU dan 98º 22’ 28” - 98º 28’ 31” BT.
Terdiri dari 12 Desa dan 1 Kelurahan. Kecamatan Hinai memiliki rata-rata curah
hujan yaitu 155,42 ml/ tahun dan hari hujan 13,67 ml/ tahun pada tahun 20112014. Untuk lahan sawah di Kecamatan Hinai adalah 19,28 km2atau 1.928 ha dan
bukan lahan sawah 73,94 km2atau 7.394 ha serta bukan lahan pertanian 12,04 km2
atau 1.204 ha (Badan Pusat Statistika, 2014).

Universitas Sumatera Utara